Anda di halaman 1dari 15

MENINGKATKAN PENGUASAAN MENULIS

PARAGRAF PADA SEGI PENALARAN,


PENGEMBANGAN, DAN PENGGUNAAN DALAM
EJAAN BAHASA INDONESIA

Fannya Nadim Rooshadiya


Mahasiswa S1 / Pendidikan IPA Rombel E / Calon Sarjana UNNES
fannyanr@students.unnes.ac.id

Abstrak : Dalam kehidupan sehari-hari masalah yang dialami mahasiswa dalam


kaitannya dengan menulis paragraf yang baik, seperti diatas cukup bervariasi.
Namun, masalah yang di hadapi mereka jika di lihat secara umum dalam
sama. Yang pertama yaitu masalah pengembangan ide. Ini adalah
masalah yang pertama yang dihadapi dalam menulis paragraf yang baik. Sering
sekali, seorang mahasiswa yang hendak menulis, kesulitan untuk
mengembangkan ide yang sudah ada. Inilah yang akhirnya menyebabkan
akhirnya menyebabkan kesulitan dalam memulai suatu paragraf. Paragraf yang
baik juga memenuhi kepaduan yang diwujudkan dalam hubungan yang runtut
antarparagraf untuk membentuk teks yang lebih luas. Berbagai uraian tentang
paragraf mengisyaratkan bahwa paragraf yang baik memenuhi unsur kesatuan
(kohesi) dan kepaduan (koherensi). Paragraf argumentasi dapat diartikan
sebagai sebuah bentuk tulisan atau paragraf yang didalamnya terdapat sebuah
alasan, penjelasan, pro dan kontra, serta pembuktian yang disertai dengan fakta
aktual, valid dan nyata yang disertai dengan alasan-alasan yang objektif serta
logis sehingga memberikan sebuah kepercayaan terhadap pembaca. Paragraf
argumentasi ini juga dibuat dengan tujuan untuk menyakinkan si pembaca agar
merasa simpati dan terpengaruh dengan pemikiran/opini penulis.

Kata Kunci : paragraf, pendapat, argumen, ejaan


I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Salah satu persoalan yang ditemukan di sekolah adalah rendahnya
keterampilan menulis, khususnya keterampilan menulis paragraf. Hal
tersebut terjadi karena strategi pembelajaran menulis yang digunakan
belum memberi kesempatan lebih banyak untuk mengemukakan gagasan
secara tertulis dengan lebih bebas, ekspresif, dan spontan. Pembelajaran
menulis yang dilakukan belum mendorong terbentuknya kebiasaan menulis
pada siswa. Di sisi lain, penilaian pembelajaran menulis yang diterapkan
juga belum dapat memberi informasi yang sebenarnya tentang
perkembangan keterampilan menulis. Untuk mengatasi hal tersebut,
diterapkan kegiatan menulis jurnal pada siswa dan memanfaatkan tulisan
dalam jurnal itu untuk bahan penilaian autentik
Kurang produktifnya para mahasiswa dalam mengahasilkan sebuah
tulisan bisa terjadi karena beberapa faktor. Diantara hambatan-
hambatan yang menyebabkan para mahasiswa kurang produktif dalam
menghasilkan sebuah tulisan adalah, kurang bisa menulisi paragraph
dengan baik Mereka masih kesulitan untuk menulis sebuah paragraf yang
bermutu tinggi.
Kesulitan dalam menghasilkan paragraf yang baik bisa disebabkan
karena kekeurang pahaman tentang ciri-ciri paragraph yang baik. Paragraf,
menurut istilah adalah gabungan dari beberapa kalimat yang saling
berhubungan satu sama lain dan mambaentuk satu gagasan atau satu ide
pokok. Syarat paragraf yang baik, pertama adalah hanya mengandung satu
ide pokok atau gagasan. Dalam sebuah paragraph harus ada atau terdapat
ide atau gagasan pokok yang menarik dan diperlukan untuk merangkai
keseluruhan tulisan.
Syarat selanjutnya adalah kepaduan atau kesatuan antar kalimat
pembentuk paragraf. Suatu paragraf dikatakan padu atau kohesif jika
kalimat-kalimat pembentuknya berhubungan satu sama lain. Kemudian,
suatu paragraf dikatakan memiliki kesatuan jika kalimat-kalimat
pembentuknya tidak terlepas dari ide pokok. Kalimat satu dan yang lainya
haruslah berhubungan secara wajar.
Paragraf yang baik juga harus memiliki kalimat topik (kalimat yang berisi
ide pokok) dan kalimat pengembang (kalimat yang berisi rincian ide
pokok yang terbentang dalam kalimat topik). Kalimat topik adalah
kalimat yang berisi suatu pernyataan yang akan dijelaskan lebih lanjut oleh
kalimat-kalimat lainnya dalam bentuk kalimat penjelas atau kalimat
pengembang. Sedangkan kalimat pengembang sebagai mana telah tertulis
sebelumnya, berfungsi memberikan penjelasan tambahan atau detail
rincian dari kalimat pokok suatu paragraf.
Dalam kehidupan sehari-hari masalah yang dialami mahasiswa dalam
kaitannya dengan menulis paragraf yang baik, seperti diatas cukup
bervariasi. Namun, masalah yang di hadapi mereka jika di lihat secara
umum adalah sama. Yang pertama yaitu masalah pengembangan ide. Ini
adalah masalah yang pertama yang di hadapi dalam menulis paragraf yang
baik. Sering sekali, seorang mahasiswa yang hendak menulis, kesulitan
untuk mengembangkan ide yang sudah ada. Inilah yang akhirnya
menyebabkan akhirnya menyebabkan kesulitan dalam memulai suatu
paragraf.
Kesulitan dalam pengembangan ide seperti di atas berpengaruh pada
hasil tulisan yang akhirnya kurang memenuhi syarat tentang kesatuan dan
kepaduan dalam suatu paragraf. Jika kurang bisa mengembangkan ide
akhirnya akan menulis kalimat apa aja, kalimat-kalimat asal-
asalan yang penting banyak. Kalimat seperti ini sering
mengacaukan paragraf karena mungkin kalimat-kalimat tersebut tidak
menerangkan suatu ide pokok, melenceng jauh sekali dari ide pokok atau
bahkan dalam suatu paragraf tersebut tidak terdapat adanya ide pokok.
Maka syarat paragraf yang baik yang harus kohesif dan koheren tidak
terpenuhi dan akhirnya paragraf yang baik tersebut tidak terbentuk.
Begitulah hambatan-hambatan yang paling banyak dialami. Umumnya,
kesulitan-kesulitan tersebut berkisar antara keterpaduan antar unsur-unsur
pembentuk paragraf.
Menulis merupakan salah satu media untuk berkomunikasi, dimana anak
dapat menyampaikan makna, ide, pikiran dan perasaannya melalui untaian
kata-kata yang bermakna. Dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis
adalah kecapakan dalam menyampaikan pesan yang berisi pikiran,
perasaan,
ide, pengetahuan, dan pengalaman seseorang melalui bahasa tulis sebagai
medianya. Paragraf merupakan rangkaian kalimat yang saling
berhubungan. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa keterampilan
menulis paragraf adalah kecakapan penyampaian pengalaman siswa dalam
rangkaian kalimat yang saling berhubungan.
Jadi sangatlah penting bagi generasi muda untuk tetap mempelajari
cara membuat suatu paragraf dengan panduan ejaan Bahasa Indonesia
yang benar.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah penggunaan paragraf dalam menuliskan suatu pendapat
maupun gagasan?
2. Bagaimanakah penerapan paragraf yang di lakukan dalam penyampaian
suatu pendapat maupun gagasan?

1.3 Tujuan
Tujuan membuat artikel ini di harapkan dalam menggunakan paragraf
dan menerapkannya dengan cara menuliskan dan menyampaikan pada
suatu pendapat maupun gagasan.

II. Kerangka Teoritis


2.1 Pengertian Paragraf
Paragraf memiliki peranan penting dalam komunikasi tulis. Jelas
tidaknya gagasan yang disampaikan penulis ditentukan oleh kemahiran
penulis tersebut dalam mengungkapkannya melalui paragraf. Gagasan yang
sederhana pun akan sulit dipahami jika tidak diungkapkan melalui paragraf
yang baik. Sebaliknya, gagasan yang rumit pun akan mudah dipahami
apabila diungkapkan melalui paragraf yang baik dan efektif. Paragraf yang
baik terdiri dari rangkaian kalimat yang saling keterkaitan arti dan saling
bertaut makna antara satu kalimat dengan kalimat lainnya dari awal hingga
akhir. Paragraf yang baik juga memiliki satu pokok pikiran, satu makna, satu
pesan, utuh dan padu. (Azmi, 2018).
Menyusun suatu gagasan yang teratur, sistematis, dan logis menjadi
sebuah paragraf yang baik bukanlah pekerjaan yang mudah. Ada syarat-
syarat yang harus terpenuhi agar paragraf tersebut baik dan dapat efektif.
Para pakar mengungkapkan berbagai syarat dan batasan-batasan paragraf
yang baik dan efektif. Alwi (2001), menyebutkan bahwa syarat paragraf
yang baik dan benar adalah kohesif dan koheren. Hal ini di jabarkan melalui,
1) isi paragraf hanya terpusat pada satu hal saja, 2) relevan dengan topik
dan tema karangan, 3) kalimat topik atau gagasan utama dikembangkan
dengan jelas dan sempurna, 5) struktur dan cara penguraian isi paragraf
sistematis dan bervariasi, 6) penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan
benar.
Kesatuan paragraf terlihat dari adanya satu gagasan dasar. Gagasan lain
hanya sebagai pengembang dan pendukung gagasan dasar berupa
keterangan-keterangan tambahan. Syarat kepaduan terlihat dengan adanya
kekompakan yang terbentuk dari hubungan yang runtut antarkalimat dalam
paragraf. Kohesi dan koherensi dalam paragraf saling menunjang dan saling
berkaitan ibarat dua sisi mata uang. sebuah paragraf yang baik dan utuh
memiliki kalimat-kalimat yang kohesif sebagai kepaduan bentuk yang secara
struktural membentuk ikatan sintaksis kalimat. Paragraf yang baik juga
memenuhi kepaduan yang diwujudkan dalam hubungan yang runtut
antarparagraf untuk membentuk teks yang lebih luas.Berbagai uraian
tentang paragraf mengisyaratkan bahwa paragraf yang baik memenuhi
unsur kesatuan (kohesi) dan kepaduan (koherensi). Jelaslah bahwa Kohesi
dan koherensi adalah syarat penting dalam kegiatan tulis-menulis,
khususnya menulis artikel. Pembentukan dan pengembangan paragraf yang
baik dalam artikel akan membuat gagasan yang diungkapkan penulis dapat
dengan mudah dipahami pembaca dan sebaliknya. Dengan demikian artikel
akan menjadi lebih logis, sistematis dan berkualitas. Beberapa contoh
paragraf yang kohesif dan koheren sebagai berikut.
Paragraf A
Buku merupakan investasi masa depan. Buku adalah jendela ilmu
pengetahuan yang bisa membuka cakrawala seseorang. Dibanding media
pembelajaran audiovisual, buku lebih mampu mengembangkan daya
kreativitas dan imajinasi anak-anak karena membuat otak lebih aktif
mengasosiasikan simbol dengan makna. Namun demikian, minat dan
kemampuan mambaca tidak akan tumbuh secara otomatis, tetapi harus
melalui latihan dan pembiasaan. Menciptakan generasi literat membutuhkan
proses dan sarana yang kondusif.
Paragraf B
Suatu karangan biasanya mengandung tiga bagian utama, yakni
bagian pendahuluan, bagian isi, dan bagian penutup. Setiap bagian
mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Bagian pendahuluan mempunyai
fungsi untuk menarik minat pembaca, mengarahkan perhatian pembaca,
menjelaskan secara singkat tema karangan, menjelaskan bila dan di bagian
mana suatu hal akan dibicarakan. Fungsi bagian isi antara lain, merupakan
penghubung antara bagian pendahuluan dan bagian penutup atau
merupakan penjelasan terperinci terhadap apa yang dibicarakan di bagian
pendahuluan. Fungsi bagian penutup ialah salah satu kombinasi dari fungsi
untuk memberikan kesimpulan, penekanan bagian-bagian tertentu, klimaks,
melengkapi dan merangsang pembaca mengerjakan sesuatu tentang apa
yang sudah dijelaskan atau dibicarakan setiap bagian utama karangan.
(Azmi, 2018).

A. Kohesi
Istilah kohesi mengandung arti kesatuan paragraf. Kesatuan paragraf
adalah semua kalimat yang dikemukakan dalam suatu paragraf memiliki
gagasan tunggal yang bersama-sama menyatakan suatu hal atau suatu
tema tertentu. Kohesi merupakan aspek bentuk yang mengacu kepada
aspek formal bahasa yakni bagaimana proposisi-proposisi berhubungan
satu sama lainnya untuk membentuk suatu teks. Gagasan utama
menjadi pengendali paragraf. Kalimat-kalimat lain hanya sebagai
penjelas kalimat utama, untuk menunjang penguatan maksud dari
gagasan tunggal yang ada dalam kalimat utama.
Kohesi merupakan kesatuan antarkalimat dalam membentuk paragraf
yang utuh sehingga memudahkan penyampaian pesan kepada pembaca.
Paragraf yang memenuhi syarat kohesi disebut kohesif. Paragraf
dikatakan kohesif jika hanya membicarakan satu pokok pikiran atau
satu
masalah. Keterkaitan antarkalimat diikat oleh satu topik pembicaraan
yang sama. Dengan demikian kohesi adalah salah satu standar yang
menandai bahwa sebuah paragraf dianggap komunikatif, sebaliknya
tanpa kohesi paragraf tidak dianggap komunikatif.
Menurut Wijayanti, dkk (2013), membagi unsur kohesi kepada dua
jenis, yakni unsur kohesi gramatikal dan unsur kohesi leksikal. Unsur
kohesi gramatikal artinya kepaduan bentuk sesuai dengan tata bahasa.
Sedangkan kohesi leksikal adalah kepaduan bentuk sesuai dengan kata.
unsur-unsur kohesi gramatikal mencakup konjungsi (conjunction),
kohesi penggantian atau substitusi (substitution), kohesi pelesapan atau
elipsis (ellipsis), dan kohesi pengacuan atau referensi (reference).
Sedangkan unsur-unsur kohesi leksikal mencakup reiterasi dan kolokasi.
Reitrasi dapat dirinci menjadi repetisi (repetion), sinonim, antonim,
hiponim dan kolokasi (kolokasi penuh dan ekuivalensi).

B. Koherensi
Koherensi adalah paragraf yang memiliki kepaduan yang baik, yakni
tersusunnya uraian atau pandangan yang saling berkaitan secara logis
dalam suatu paragraf. Paragraf memiliki kepaduan yang baik apabila ada
kekompakan, keserasian dan hubungan timbal balik antarkalimat di
dalamnya. Kalimat-kalimat tersebut membangun gagasan yang utuh,
padu dan harmonis. Dengan demikian, pembaca akan dapat dengan
mudah memahami jalan pikiran penulis. Koherensi adalah
kesinambungan informasi dalam paragraf. Sesuai dengan pendapat
Akhadiah (1996) bahwa paragraf yang koheren terdiri atas untaian
kalimat yang saling terkait dan bukan kumpulan kalimat dari informasi
yang terpisah. Tanpa koherensi akan terjadi loncatan-loncatan informasi
yang menyebabkan hubungan-hubungan gagasan paragraf menjadi
tidak logis, sehingga paragraf sulit dipahami. Menurut Azwardi (2015)
menjelaskan bahwa koherensi adalah hal penting yang harus
diperhatikan dalam menulis paragraf. Tanpa koherensi jalan pikiran
penulis akan terasa melompat- lompat dan sulit dipahami pembaca.
Suatu paragraf dikatakan koheren, apabila ada kekompakan antara
gagasan yang dikemukakan kalimat yang satu dengan yang lainnya.
Kalimat-kalimatnya memiliki hubungan timbal balik serta secara
bersama- sama membahas satu gagasan utama. Tidak dijumpai satu
pun kalimat yang menyimpang dari gagasan utama ataupun loncatan-
loncatan pikiran yang membingungkan.Unsur-unsur koherensi paragraf
mencakup kebersamaan, penyebaban (kausalitas), paralelisme,
perbandingan (komparasi), penekanan, pemercontohan, perincian,
kewaktuan. Hal ini sesuai dengan pendapat Indiyastini (2009)
menyebutkan bahwa unsur- unsur koherensi meliputi kebersamaan,
keparalelan, perbandingan, penambahan, totalitas-bagian,
pemercontohan, perincian dan kewaktuan.

2.2 Keterampilan Menulis Paragraf


Keterampilan Menulis Paragraf Keterampilan berasal dari kata dasar
terampil. Keterampilan mempunyai arti kecakapan untuk melakukan tugas
(Kamus Bahasa Indonesia). Menulis merupakan salah satu media untuk
berkomunikasi, dimana anak dapat menyampaikan makna, ide, pikiran dan
perasaannya melalui untaian kata-kata yang bermakna. Dapat disimpulkan
bahwa keterampilan menulis adalah kecapakan dalam menyampaikan pesan
yang berisi pikiran, perasaan, ide, pengetahuan, dan pengalaman seseorang
melalui bahasa tulis sebagai medianya. Paragraf merupakan rangkaian
kalimat yang saling berhubungan. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa
keterampilan menulis paragraf adalah kecakapan penyampaian pengalaman
siswa dalam rangkaian kalimat yang saling berhubungan.

2.3 Pengertian Ejaan Bahasa Indonesia


Ejaan ialah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis -menulis
yang distandardisasikan. Umumnya, ejaan biasanya memiliki tiga aspek
yaitu, aspek fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf
dan penyusunan abjad, aspek morfologis yang menyangkut penggambaran
satuan-satuan morfemis dan aspek sintaksis yang menyangkut penanda
ujaran berupa tanda baca.
Ejaan ada dua macam, yakni ejaan fenetis dan ejaan fomenis. Ejaan
fenotis merupakan ejaan yang berusaha menyatakan setiap bunyi bahasa
dengan huruf, serta mengukur dan mencatatnya dengan alat pengukur
bunyi bahasa (diagram).
Dengan demikian terdapat banyak lambing atau huruf yang
dipergunakan untuk menyatakan bunyi-bunyi bahasa itu. Ejaan fonemas
adalah ejaan yang berusaha menyatakan setiap fonem dengan satu lambing
atau satu huruf, sehingga jumlah lambing yang diperlukan tidak terlalu
banyak jika dibandingkan dengan jumlah lambing dalam ejaan fonetis.
Ejaan Bahasa Indonesia atau bisa disingkat EBI adalah ejaan bahasa
Indonesia yang berlaku sejak tahun 2015 berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015
tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Ejaan ini adalah
pengganti Ejaan yang Disempurnakan.
Perbedaan Ejaan Bahasa Indonesia dengan Ejaan yang Disempurnakan
adalah :
1. Penambahan huruf vokal diftong. Pada EYD, huruf diftong hanya tiga yaitu
ai, au, oi, sedangkan pada EBI, huruf diftong ditambah satu yaitu ei
(misalnya pada kata geiser dan survei).
2. Penggunaan huruf tebal. Dalam EYD, fungsi huruf tebal ada tiga, yaitu
menuliskan judul buku, bab, dan semacamnya, mengkhususkan huruf,
serta menulis lema atau sublema dalam kamus. Dalam EBI, fungsi ketiga
dihapus.
Adapun prinsip-prinsip dalam penulisan ejaan Bahasa Indonesia terdapat
prinsip morfologis dan prinsip historis. Prinsip morfologis merupakan dua
kaidah yang mengkhususkan penulisan sebuah fonem yang memiliki posisi
tertentu dalam morfem atau kata jadian. Dua kaidah tersebut adalah :

a. Fonem /ɲ/ di muka fonem /c/ atau /j/ ditulis n, bukan ny.
b. Fonem /w/ dan /y/ yang menjadi bagian diftong ditulis u dan i.
Prinsip historis/tradisional berlaku bagi beberapa kata serapan, antara lain :

a. Grafem yang melambangkan konsonan bersuara dipakai untuk konsonan


tak bersuara pada akhir suku kata. Penggunaan ini digunakan untuk
fonem
/p/, dan d untuk /t/ serta penulisan g untuk /k/ dan j untuk /c/.
b. Grafem i di muka vokal mencerminkan lafal bervarian /i/ atau /y/.
c. Penggambaran bunyi /f/ dipakai baik pada huruf v mau pun v.
d. Bunyi Hamzah atau bahasa Arab dituliskan menggunakan tanda petik
tunggal walaupun tanda petik juga dapat digunakn untuk kata yang lain,
misalnya penulisan Jum'at.
e. Huruf e digunakan untuk menggambarkan /ə/ di antara konsonan serapan
lama, misalnya pengucapan Inggeris dan Sastera.
f. Nama diri orang-orang terdahulu diperbolehkan menggunakan Ejaan
Soewandi bahkan Ejaan Van Ophuijsen, misalnya Soekarno dan Soeharto.
g. Nama diri orang asing dan nama tempat asing dipertahankan keasliannya,
misalnya Michael dan New York.
III. Pembahasan
3.1 Pentingnya Penggunaan Paragraf dalam Berpendapat
Dalam berpendapat ataupun mengungkapkan suatu gagasan, kita
memerlukan sebuah karangan untuk kita sampaikan. Karangan tersebut kita
sering menyebutnya dengan paragraf. Paragraf tersebut termasuk ke dalam
paragraf argumentasi.
Paragraf argumentasi dapat diartikan sebagai sebuah bentuk tulisan atau
paragraf yang didalamnya terdapat sebuah alasan, penjelasan, pro dan
kontra, serta pembuktian yang disertai dengan fakta aktual, valid dan nyata
yang disertai dengan alasan-alasan yang objektif serta logis sehingga
memberikan sebuah kepercayaan terhadap pembaca. paragraf argumentasi
ini juga dibuat dengan tujuan untuk menyakinkan si pembaca agar merasa
simpati dan terpengaruh dengan pemikiran/opini penulis.
Pada paragraf argumentasi terbagi menjadi dua jenis, yaitu paragraf
argumentasi sebab-akibat dan paragraf argumentasi akibat-sebab. Pada
jenis paragraf argumentasi sebab-akibat, paragraf diawali dengan sebab-
sebab atau awal munculnya permasalahan dari suatu masalah yang
selanjutnya akhirnya diarahkan pada suatu kesimpulan yang universal.
Sedangkan untuk paragraf argumentasi akibat-sebab pengembangannya
diawali dari menjabarkan suatu kondisi dan merupakan efek dari sebuah
permasalahan. Dari sini lalu paragraf dikembangkan menuju inti
permasalahan serta menjadi penyebab ataupun pemicu munculnya suatu
kejadian.
Dalam berpendapat sendiri, bagian yang penting adalah berargumen.
Jika kita sudah memiliki kemampuan menguasaai ejaan Bahasa Indonesia
dengan baik serta mengerti dalam menggunakan paragraf, argumen yang
kita sampaikan pastinya akan mudah di pahami oleh audien, dan tidak
memungkinkan terjadinya suatu miss communication atau salah pengertian
dalam suatu kegiatan forum ataupun kegiatan yang memiliki sifat bebas.
Argumentasi adalah bagian yang terpenting dalam artikel opini. Ada
beberapa hal yang harus dimiliki dalam argumentasi kita. Argumentasi yang
ditulis harus kuat, dengan data-data yang faktual. Kemudian, kita harus
menulis secara konstruktif agar pembaca dapat memahami dengan mudah.
Lalu, berikanlah solusi yang komprehensif.
Sangat penting untuk memperhatikan bahasa yang kita gunakan dalam
tulisan agar pembaca menikmati serta memahami pesan di dalam tulisan.
Gunakanlah kata-kata ilmiah popular yang mungkin dikenal oleh semua
orang, jangan menggunakan kata-kata yang membuat pembaca sampai
membuka kamus untuk mengetahuinya. Kemudian, kalimat yang ditulis
komunikatif. Usahakan juga untuk menulis kalimat dengan efisien, efektif,
dan mudah dipahami agar pembaca tidak bosan dengan tulisan yang
bertele-tele.

3.2 Solusi Penggunaan Paragraf yang Baik dalam Berpendapat


Dalam menyampaikan pendapat, perlu berlatih dalam menguasai hal yang
ingin di sampaikan dan berusaha belajar untuk menguasaai ejaan yang ada
di dalam Bahasa Indonesia. Ada beberapa ciri-ciri yang memudahkan kita
untuk menemukan opini dalam sebuah paragraf. Pertama, penggunaan
kutipan langsung seseorang, bisa berupa komentar dari seorang ahli di
bidang tersebut maupun masyarakat umum. Kedua, menggunakan fakta
dengan sudut pandang penulis untuk mendukung opini yang disampaikan.
Ketiga, menggunakan kata ‘mungkin,’ ‘rasanya,’ dan lainnya. Keempat
menggunakan kata-kata penyampaian saran, seperti ‘sebaiknya,’ ‘pendapat,’
‘menurut,’ dan lain-lain.
Perlunya fakta dan ide dalam paragraf argumentasi, hal tersebutlah yang
menjadi landasan dalam berargumentasi. Tanpa adanya ide, tulisan tidak
akan berkembang secara terstruktur dan tidak akan jelas kemana arahnya.
Sedangkan data, apapun bentuknya, berguna untuk menguatkan ide yang
ingin disampaikan penulis. Makin bagus data yang digunakan, makin kuat
pengaruh yang dimiliki oleh paragraf argumentasi. Misalkan kamu hendak
menyampaikan suatu gagasan mengenai pemerataan pendidikan. Ide tidak
akan didengar jika data yang diketahui oleh pembaca adalah pendidikan
telah merata. Dengan menambahkan data yang lebih kuat, dapat
menyanggah kepercayaan masyarakat tersebut.
Sehingga saat penggunaan paragraf tersebut dapat memuat ciri-ciri
diantaranya, terdapat fakta yang disajikan untuk memberikan pembuktian
kepada pembaca, biasanya disajikan dalam bentuk grafik, gambar, fakta
berita, kutipan pendapat ahli dan lain sebagainya. Menjelaskan pendapat
yang dapat menyakinkan dan mempengaruhi pendengar atau pembaca.
Terdapat sebuah gagasan atau ide yang disampaikan oleh penulis. Terdapat
alasan berupa data, fakta dan argumen lain yang mendukung. Terdapat
sebuah sebuah sumber ide berupa pengalaman, pengamatan atau
penelitian. Pendapat disampaikan dengan merumuskan sebuah masalah
dengan cara logis, analisis dan kritis. Terdapat kalimat penutup dengan
penyampaian secara universal atau dengan memberikan sebuah kesimpulan
secara general dan menyeluruh terkait tentang solusi dalam penyelesaian
masalah.
IV. Penutup
4.1 Simpulan
Dari uraian di atas, dapat di simpulkan bahwa sangat penting untuk
memperhatikan bahasa dan bentuk kalimat (paragraf) yang kita
gunakan dalam menyampaikan pendapat supaya mudah untuk di pahami
dan pembaca atau pendengar tidak bosan dengan tulisan atau kalimat yang
bertele-tele.

4.2 Saran
Saya harap dengan membuat artikel tentang “MENINGKATKAN
PENGUASAAN MENULIS PARAGRAF DALAM SEGI PENALARAN,
PENGEMBANGAN, DAN PENGGUNAAN DALAM EJAAN BAHASA INDONESIA”,
para pembaca dapat meningkatkan penulisan paragraf yang nantinya akan
berguna dalam penyampaian berpendapat dalam bentuk tulisan paragraf.
Daftar Pustaka
Akhadiah, Sabarti. 1996. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia.
Jakarta: Erlangga

Alwi, Hasan. 2001. Paragraf. Jakarta: Depdiknas.


Azmi, N., & Bahry, R. (2018). Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Artikel Jurnal di
Lingkungan Universitas Syiah Kuala. Master Bahasa, 6(2), 149-160.

Azwardi. 2015. Menulis Ilmiah: Materi Kuliah di Perguruan Tinggi. Banda Aceh: Bina
Karya Akademika.

Indiyastini, T. 2009. Kohesi dan Koherensi Paragraf. Yogyakarta: Balai Bahasa

Wijayanti, Sri Hapsari, Candrayani, A, Hendarwati, Ika E. S dan Agustinus J.


Wahyono. 2013. Bahasa Indonesia Penulisan dan Penyajian Karya
Ilmiah.Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai