Askep Tumor Otak Kelompok 8
Askep Tumor Otak Kelompok 8
OTAK”
Di Susun Oleh :
1. Prikasih (2720180108)
2. Endang Sulisto Wardhani (2720200005)
3. Aldi Setiawan (2720190044)
2023 – 2024
1
KATA PENGANTAR
9 Oktober 2023
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................6
1.3 Tujuan............................................................................................................7
BAB II: PEMBAHASAN.........................................................................................................8
2.1 Pengertian.....................................................................................................8
2.2 Epidemiologi..................................................................................................8
2.3 Etiologi dan Faktor.........................................................................................9
2.4 Klasifikasi.......................................................................................................9
2.5 Gejala di Lokasi Otak....................................................................................10
2.6 Manifestasi Klinis.........................................................................................11
2.7 Patofisiologi.................................................................................................13
2.8 Komplikasi....................................................................................................14
2.9 Pemeriksaan Diagnostik...............................................................................15
2.10Penatalaksanaan Medik................................................................................16
2.11Pencegahan..................................................................................................16
2.12Prognosa.......................................................................................................17
BAB III: KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................................18
3.1 Pengkajian...................................................................................................18
3.2 Diagnosa Keperawatan................................................................................22
3.3 Rencana Tindakan........................................................................................22
3.4 Implementasi...............................................................................................29
3.5 Evaluasi........................................................................................................30
BAB IV: PENUTUP.............................................................................................................31
4.1 Kesimpulan..................................................................................................31
4.2 Saran............................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................33
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
80% terletak pada intrakranial dan 20% di dalam kanalis spinalis. Di
Indonesia data tentang tumor susunan saraf pusat belum dilaporkan. Insiden
tumor otak pada anak-anak terbanyak dekade 1, sedang pada dewasa pada usia
30-70 dengan pundak usia 40-65 tahun.
Untuk Penatalaksanaan tumor otak, yang perlu diperhatikan adalah usia,
general health, ukuran tumor, lokasi tumor dan jenis tumor. Metode yang
dapat digunakan antara lain: pembedahan, radiotherapy, dan chemotherapy.
Seorang Perawat berperan untuk membuat asuhan keperawatan yang tepat
bagi klien dengan tumor otak serta mengimplementasikannya secara langsung
mulai dari pengkajian, diagnosa, hingga intervensi yang harus diberikan.
Penderita tumor otak lebih banyak pada laki-laki dibanding dengan
perempuan. Tumor otak merupakan penyebab kematian kedua pada kasus
kanker yang terjadi pada anak-anak yang berusia dibawah 20 tahun dan juga
pada pria berusia 20-39 tahun. Selain itu tumor otak merupakan penyebab
kematian nomor lima dari seluruh pasien kanker pada wanita yang berusia 20-
39 tahun. (ABTA,2012).
Tumor otak terjadi karena adanya proliferasi atau pertumbuhan sel
abnormal secara sangat cepat pada daerah central nervous system (CNS). Sel
ini akan terus berkembang mendesak jaringan otak yang sehat di sekitarnya,
mengakibatkan terjadi gangguan neurologis (gangguan fokal akibat tumor dan
peningkatan tekanan intrakranial).
5
8) Apa saja pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada penderita
tumor otak?
9) Bagaimana prognosis dari tumor otak?
10) Bagaimana asuhan keperawatan yang harus dilakukan pada penderita
tumor otak?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
1) Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah
keperawatan medical bedah program study S-I Keperawatan.
2) Menjelaskan pengertian dan asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan tumor otak.
1.3.2 Tujuan khusus
1) Untuk mengetahui dan memahami defenisi, klasifikasi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, penatalaksanaan, dan
asuhan keperawatan tumor otak.
2) Meningkatkan kemampuan dalam penulisan asuhan keperawatan.
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Tumor adalah satu pertumbuhan abnormal di jaringan otak yang
bersifat jinak (benign) ataupun ganas (malignant), membentuk massa dalam
ruang tengkorak kepala (intrakranial) atau disusun tulang belakang (medulla
spinalis).
Apabila sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri disebut tumor
otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain disebut sebagai (metastasis)
seperti kanker paru, kanker payudara, dan kanker prostate disebut sebagai
tumor otak sekunder (Harsono, 2015)
2.2 Epidemiologi
Berdasarkan data-data dari Central Brain Tumor Registry of the United
State (CBTRUS) insidensi kanker otak ganas dan jinak adalah 22.36 per
100,000 per tahun; (7.18 per 100,000 untuk kanker otak ganas, 15.18 per
100,000 untuk tumor otak jinak). Tingkat kejadian dikalangan wanita lebih
tinggi (24.46 kasus per 100,000 untuk jumlah kiraan 213.301 kasus tumor
kejadian) dibanding den laki-laki (20.10 kasus per 100,000 untuk jumlah
kiraan 154.816 tumor kejadian) pada tahun 2009-2013.
Dianggarkan 79.270 kasus baru otak malignan dan bukan malignan
utama dan tumor CNS lain dijangka didiagnosis di Amerika Serikat pada
2017. Ini termasuk kira-kira 26.070 kasus utama malignan dan 53,200 kasus
bukan malignan yang dijangka akan didiagnosis di Amerika Serikat dalam
2017. Kadar insiden di seluruh dunia, otak malignan utama dan tumor CNS
lain pada tahun 2012, umur terlaras menggunakan penduduk dunia standard,
adalah 3.4 bagi setiap 100,000.
Kadar insiden pada wanita adalah 3.9 dari setiap 100,000 dan 3.0 bagi
setiap 100,000 laki-laki. Ini merupakan dianggarkan 139.608 orang lelaki dan
7
116.605 orang perempuan yang didiagnosis di seluruh dunia dengan tumor
otak malignan utama pada tahun 2012, jumlah keseluruhan 256.213 orang.
Kadar kejadian adalah lebih tinggi di negara-negara yang lebih maju (5.1
kasus per 100,000) daripada di negara-negara kurang maju (3.0 kasus per
100,000).
2.4 Klasifikasi
2.4.1 Primary Brain Tumor
1) Histologically benign or malformative :
a. Meningioma
b. Pituitary adenoma
c. Craniopharyngioma
d. Pilocyctic astrocytoma
e. Hemangioblastoma
f. Acustic neurom
2) Histologically malignant :
a. Glioma
1. Anaplastic astrocytoma
2. Glioblastomaa multiforme
3. Ependymoma
4. Medulloblastoma
5. Oligodendroglioma
6. Pineal cell tumor
8
7. Choroid plexus carcinoma
8. Primitive neuroectodermal tumor
9
c. Gangguan persepsi sensorik (impaired sensory perception)
mungkin ada.
3) Lobus temporal
a. Kejang psikomotor dan otomatisme akan terjadi
b. Jika sisi dominan terlibat akan menyebabkan sensorik aphsia
4) Lobus oksipital
a. Perubahan visual dan kejang yang diawali oleh aura
halusinasi cahaya dan visual merupakan ciri khas.
b. Menimbulkan homonymous hemianopia yang kontralateral
5) Tumor cerebellar
a. Ditandai dengan keseimbangan gangguan dan koordinasi dan
perkembangan awal peningkatan tekanan intracranial
papilledema.
6) Tumor di cerevellopontine angle
a. Kehilangan pendengaran
b. Sakit kepala
c. Kurangi respon kornea and nystagmus
d. Facial numbness
10
merupakan gejala permulaan pada tumor otak yang terletak di daerah
lobus oksipitalis.
2) Perubahan Status Mental
Gangguan konsentrasi, cepat lupa, perubahan kepribadian,
perubahan mood dan berkurangnya inisiatif adalah gejala-gejala umum
pada penderita dengan tumor lobus frontal atau temporal. Gejala ini
bertambah buruk dan jika tidak ditangani dapat menyebabkan terjadinya
somnolen hingga koma.
3) Seizure
Adalah gejala utama dari tumor yang perkembangannya lambat
seperti astrositoma, oligodendroglioma dan meningioma. Paling sering
terjadi pada tumor di lobus frontal baru kemudian tumor pada lobus
parietal dan temporal.
4) Edema Papil
Gejala umum yang tidak berlangsung lama pada tumor otak, sebab
dengan teknik neuroimaging tumor dapat segera dideteksi. Edema papil
pada awalnya tidak menimbulkan gejala hilangnya kemampuan untuk
melihat, tetapi edema papil yang berkelanjutan dapat menyebabkan
perluasan bintik buta, penyempitan lapangan pandang perifer dan
menyebabkan penglihatan kabur yang tidak menetap. Penyebab edema
papil ini biasanya terjadi bila tumor yang lokasi atau pembesarannya
menekan jalan aliran likuor sehingga mengakibatkan bendungan dan
terjadi hidrocephallus
5) Muntah
Muntah sering mengindikasikan tumor yang luas dengan efek dari
massa tumor tersebut juga mengindikasikan adanya pergeseran otak.
Muntah berulang pada pagi dan malam hari, dimana muntah yang
proyektil tanpa didahului mual menambah kecurigaan adanya massa
intrakranial.
6) Vertigo
Pasien merasakan pusing yang berputar dan mau jatuh.
11
7) Kejang
Ini terjadi bila tumor berada di hemisfer serebri serta merangsang
korteks motorik. Kejang yang sifatnya lokal sukar dibedakan dengan
kejang akibat lesi otak lainnya, sedang kejang yang sifatnya umum atau
general sukar dibedakan dengan kejang karena epilepsi. Tapi bila
kejang terjadi pertama kali pada usia dekade III dari kehidupan harus
diwaspadai kemungkinan adanya tumor otak.
2.7 Patofisiologi
Tubuh manusia terdiri dari sel-sel. Sel-sel ini tumbuh dan berkembang
dengan cara yang tersusun untuk membentuk sel-sel baru. Apabila sel-sel ini
kehilangan kemampuan untuk mengawal pertumbuhannya, ia akan tumbuh
dengan bebasnya. Sel-sel yang tumbuh berlebihan tanpa dikontrol ini
akhirnya menjadi tumor. Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis.
Gejala neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh 2
faktor gangguan fokal, disebabkan oleh tumor dan tekanan intrakranial.
Gangguan fokal terjadi apabila penekanan pada jaringan otak dan
infiltrasi/invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan
neuron. Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang
tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak.
Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai
kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan
gangguan cerebrovaskuler primer. Beberapa tumor membentuk kista yang
juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan
neurologis fokal.
Peningkatan tekanan intra kranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor:
bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya oedema sekitar tumor
dan perubahan sirkulasi cerebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan
bertambahnya massa, karena tumor akan mengambil ruang yang relatif dari
ruang tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan oedema dalam
jaruingan otak. Obstruksi vena dan oedema yang disebabkan kerusakan sawar
darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume intrakranial. Observasi
12
sirkulasi cairan serebrospinaldari ventrikel laseral ke ruang sub arakhnoid
menimbulkan hidrocepalus.
2.8 Komplikasi
Adapun komplikasi - komplikasi yang ditimbulkan dari tumor otak adalah:
1) Edema Serebral
Peningkatan cairan otak yang berlebih yang menumpuk disekitar lesi
sehingga menambah efek masa yang mendesak (space-occupying). Edema
Serebri dapat terjadi ekstrasel (vasogenik) atau intrasel (sitotoksik).
2) Hidrosefalus
Peningkatan intracranial yang disebabkan oleh ekspansin massa
dalamrongga cranium yang tertutup dapat di eksaserbasi jika terjadi
obstruksi pada aliran cairan serebrospinal akibat massa.
3) Herniasi Otak
Peningkatan intracranial yang terdiri dari herniasi sentra, unkus, dan
singuli.
4) Kematian
Kematian adalah gangguan fungsi luhur. Gangguan ini sering
diistilahkan dengan gangguan kognitif dan neurobehavior sehubungan
dengan kerusakan fungsi pada area otak yang ditumbuhi tumor atau
terkena pembedahan maupun radioterapi.
5) Gangguan kognitif dan neurobehavior
Sehubungan dengan kerusakan fungsi pada area otak yang ditumbuhi
tumor atau terkena pembedahan maupun radioterapi. Neurobehavior
adalah keterkaitan perilaku dengan fungsi kognitif dan lokasi / lesi tertentu
di otak.
6) Disartria
Gangguan wicara karena kerusakan di otak atau neuromuscular perifer
yang bertanggung jawab dalam proses bicara.
7) Disfagi
Merupakan komplikasi lain dari penderita ini yaitu ketidakmampuan
menelan makanan karena hilangnya refleks menelan. Gangguan bisa
13
terjadi di fase oral, pharingeal atau oesophageal. Komplikasi ini akan
menyebabkan terhambatnya asupan nutrisi bagi penderita serta berisiko
aspirasi pula karena muntahnya makanan ke paru.
8) Kelemahan otot
Kelemahan otot terjadi pada pasien tumor otak umumnya dan yang
mengenai saraf khususnya ditandai dengan hemiparesis, paraparesis dan
tetraparesis.
14
6) Elektroensefalogram (EEG)
Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati
tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada
waktu kejang.
15
2.12 Prognosa
Prognosa penderita tumor otak didapati bahawa tanpa terapi radiasi,
harapan hidup rata-rata pasien dengan metastasis otak adalah 1 bulan.
Selain itu, Resectability Tumor, lokasi tumor, usia pasien, dan histologi
tumor adalah penentu utama kelangsungan hidup. Pasien dengan kejang
sekunder ke tumor otak umumnya mengalami kerusakan neurologis yang
jelas selama kursus 6 bulan. Kebanyakan pasien dengan tumor
metastase mati karena perkembangan keganasan utama tetapi bukan dari
kerusakan otak (Armstrong S.Terri, 2010)
16
BAB III
17
5) Pengkajian Psiko-Sosio-Spiritua
Perubahan kepribadian dan perilaku klien, perubahan mental,
kesulitan mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan hospitalisasi,
diagnostic test dan prosedur pembedahan, adanya perubahan peran.
6) Pemeriksaan Fisik (ROS : Review of System)
Pemeriksaan fisik pada klien dengan tomor otak meliputi
pemeriksaan fisik umum per system dari observasi keadaan umum,
pemeriksaan tanda-tanda vital, B1 (breathing), B2 (Blood), B3 (Brain),
B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6 (Bone).
a. Pernafasan B1 (breathing)
- Bentuk dada : normal
- Pola napas : tidak teratur
- Suara napas : normal
- Sesak napas : ya
- Batuk : tidak
- Retraksi otot bantu napas; ya
- Alat bantu pernapasan: ya (O2 2 lpm)
b. Kardiovaskular B2 (blooding)
- Irama jantung : irregular
- Nyeri dada : tidak
- Bunyi jantung ; normal
- Akral : hangat
- Nadi : Bradikardi
- Tekanan darah Meningkat
c. Persyarafan B3 (brain)
- Penglihatan (mata) : Penurunan penglihatan, hilangnya
ketajaman atau diplopia.
- Pendengaran (telinga): Terganggu bila mengenai lobus temporal
- Penciuman (hidung) : Mengeluh bau yang tidak biasanya, pada
lobus frontal
18
- Pengecapan (lidah) : Ketidakmampuan sensasi (parathesia atau
anasthesia)
- Gangguan neurologi:
1. Afasia: Kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa,
kemungkinan ekspresif atau kesulitan berkata-kata, reseotif
atau berkata-kata komprehensif, maupun kombinasi dari
keduanya.
2. Ekstremitas: Kelemahan atau paraliysis genggaman tangan
tidak seimbang, berkurangnya reflex tendon.
3. GCS: Skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran
pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan
menilai respon pasien terhadap rangsangan yang diberikan.
Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan
rentang angka 1– 6 tergantung responnya yaitu :
a) Eye (respon membuka mata)
(4) : Spontan
(3) : Dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).
(2) : Dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri,
misalnya menekan kuku jari)
(1) : Tidak ada respon
b) Verbal (respon verbal)
19
c) Motor (respon motorik)
d. Perkemihan B4 (bladder)
- Kebersihan : bersih
- Bentuk alat kelamin : normal
- Uretra : normal
- Produksi urin: normal
e. Pencernaan B5 (bowel)
- Nafsu makan : menurun
- Porsi makan : setengah
- Mulut : bersih
- Mukosa : lembap
f. Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
- Kemampuan pergerakan sendi : bebas
- Kondisi tubuh: kelelahan
20
3.2 Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
2) Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan
tekanan intrakranial, pembedahan tumor, edema serebri, hipoksia seebral.
3) Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan pergerakan dan kelemahan..
21
tanda-tanda nyeri
non verbal seperti
ekspresi wajah,
gelisah,
menangis/meringis,
perubahan tanda
vital.
- R/ Merupakan
indikator/derajat
nyeri yang tidak
langsung yang
dialami.
3) Instruksikan
pasien/keluarga
untuk melaporkan
nyeri dengan segera
jika nyeri timbul.
- R/ Pengenalan
segera
meningkatkan
intervensi dini dan
dapat mengurangi
beratnya serangan.
4) Berikan kompres
dingin pada kepala.
- R/ Meningkatkan
rasa nyaman dengan
menurunkan
vasodilatasi.
5) Mengajarkan tehnik
relaksasi dan
22
metode distraksi
- R/ Mengurangi rasa
nyeri yang dialami
klien.
6) Kolaborasi
pemberian
analgesic.
- R/ Analgesik
memblok lintasan
nyeri, sehingga
nyeri berkurang
23
autoregulasi
mempertahankan
aliran darah ke otak
yang stabil.
Kehilangan
autoregulasi dapat
mengikuti kerusakan
vaskularisasi
serebral lokal dan
menyeluruh.
3) Pertahankan posisi
netral atau posisi
tengah, tinggikan
kepala 200-300.
- R/ Kepala yang
miring pada salah
satu sisi menekan
vena jugularis dan
menghambat aliran
darah vena yang
selanjutnya akan
meningkatkan TIK.
4) Pantau ketat
pemasukan dan
pengeluaran cairan,
turgor kulit dan
keadaan membran
mukosa.
- R/ Bermanfaat
sebagai indikator
dari cairan total
24
tubuh yang
terintegrasi dengan
perfusi jaringan.
5) Bantu pasien untuk
menghindari/memba
tasi batuk, muntah,
pengeluaran feses
yang
dipaksakan/mengeja
n.
- R/ Aktivitas ini akan
meningkatkan
tekanan intra toraks
dan intra abdomen
yang dapat
meningkatkan TIK.
6) Perhatikan adanya
gelisah yang
meningkat,
peningkatan keluhan
dan tingkah laku
yang tidak sesuai
lainnya.
- R/ Petunjuk non
verbal ini
mengindikasikan
adanya penekanan
TIK atau
menandakan adanya
nyeri ketika pasien
tidak dapat
25
mengungkapkan
keluhannya secara
verbal.
7) Kolaborasi:
a. Kolaborasi dalam
pemberian oksigen
- R/ Memenuhi
kebutuhan oksigen
b. Berikan sedative
atau analgetik
dengan kolaboratif.
- R/ Mengurangi
peningkatan TIK.
3 Gangguan Gangguan Pasien 1) Kaji derajat
mobilitas mobilitas mendemonstrasik mobilisasi pasien
fisik fisik teratasi an tehnik / dengan
berhubunga setelah prilaku yang menggunakan skala
n dengan dilakukan memungkinkan ketergantungan
gangguan tindakan dilakukannya ( 0-4 )
pergerakan keperawatan kembali aktifitas. -R/ Seseorang dalam
dan semua kategori
kelemahan sama-sama
mempunyai resiko
kecelakaan.
2) Letakkan pasien
pada posisi tertentu
untuk menghindari
kerusakan karena
tekanan.
- R/ Perubahan posisi
yang teratur
26
meningkatkan
sirkulasi pada
seluruh tubuh.
3) Bantu untuk
melakukan rentang
gerak
-R/ Mempertahankan
mobilisasi dan
fungsi sendi.
4) Tingkatkan aktifitas
dan partisipasi
dalam merawat diri
sendiri sesuai
kemampuan
-R/ Proeses
penyembuhan yang
lambat sering kali
menyertai trauma
kepala, keterlibatan
pasien dalam
perencanaan dan
keberhasilan.
5) Berikan perawatan
kulit dengan cermat,
masase dengan
pelembab.
- R/:
Meningkatkan
sirkulasi dan
elastisitas kulit
27
3.4 Implementasi
Dx. Kep Implementasi Paraf
No Perawat
1 - Meneliti keluhan nyeri: intensitas,
karakteristik, lokasi, lamanya, faktor
yang memperburuk dan meredakan.
- Mengobservasi adanya tanda-tanda
nyeri non verbal seperti ekspresi
wajah, gelisah, menangis/meringis,
perubahan tanda vital.
- Menginstruksikan pasien/keluarga
untuk melaporkan nyeri dengan
segera jika nyeri timbul.
- Memberikan kompres dingin pada
kepala pasien.
- Mengajarkan tehnik relaksasi dan
metode distraksi
- Kolaborasi pemberian analgesic.
2 - Memantau status neurologis secara
teratur dan bandingkan dengan nilai
standar.
- Memantau tanda-tanda vital pasien
setiap 4 jam.
- Mempertahankan posisi netral atau
posisi tengah, tinggikan kepala 200-
300.
- Memantau ketat pemasukan dan
pengeluaran cairan, turgor kulit dan
keadaan membran mukosa.
- Membantu pasien untuk
28
menghindari/membatasi batuk,
muntah, pengeluaran feses yang
dipaksakan/mengejan.
- Memperhatikan adanya gelisah yang
meningkat, peningkatan keluhan dan
tingkah laku yang tidak sesuai
lainnya.
- Kolaborasi:
Kolaborasi dalam pemberian
oksigen
Memberikan sedative atau
analgetik dengan kolaboratif.
3 - Mengkaji derajat mobilisasi pasien
dengan menggunakan skala
ketergantungan
( 0-4 )
- Meletakkan pasien pada posisi
tertentu untuk menghindari
kerusakan karena tekanan.
- Membantu untuk melakukan rentang
gerak
- Meningkatkan aktifitas dan
partisipasi dalam merawat diri
sendiri sesuai kemampuan
- Memberikan perawatan kulit dengan
cermat, masase dengan pelembab.
3.5 Evaluasi
Sesuai tujuan
29
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tumor otak adalah suatu pertumbuhan jaringan yang abnormal di dalam
otak. Yang terdiri atas Tumor otak benigna dan maligna. Tumor otak benigna
adalah pertumbuhan jaringan abnormal di dalam otak, tetapi tidak ganas,
sedangkan tumor otak maligna adalah kanker di dalam otak yang berpotensi
menyusup dan menghancurkan jaringan di sebelahnya atau yang telah
menyebar (metastase) ke otak dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah.
Tumor disebabkan oleh mutasi DNA di dalam sel. Akumulasi dari mutasi-
mutasi tersebut menyebabkan munculnya tumor. Sebenarnya sel kita
memiliki mekanisme perbaikan DNA (DNA repair) dan mekanisme lainnya
yang menyebabkan sel merusak dirinya dengan apoptosis jika kerusakan
DNA sudah terlalu berat. Apoptosis adalah proses aktif kematian sel yang
ditandai dengan pembelahan DNA kromosom, kondensasi kromatin, serta
fragmentasi nukleus dan sel itu sendiri. Mutasi yang menekan gen untuk
mekanisme tersebut biasanya dapat memicu terjadinya kanker.
4.2 Saran
1) Bagi perawat
Mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan tumor
otak secara holistik dengan pengetahuan yang mendalam mengenai
penyakit tersebut.
2) Bagi klien dan perawat
30
Hendaknya ikut berpartisipasi dalam penatalaksanaannya serta
meningkatkan pengetahuan tentang tumor otak yang dideritannya.
3) Bagi mahasiswa
Mahasiswa/i mampu memahami dan menerapkan serta mampu
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor otak.
31
DAFTAR PUSTAKA
32