Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP


Mata Kuliah : Etika Bisnis Islam
Dosen Pengampu : M. Arif Hakim, M.Ag.

Dibuat oleh :
Cantika Deby Awalul Ismy (2250210120)
Kelas : D2MBR

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TAHUN 2023
BERITA
Pelanggaran Etika Bisnis PT Samco Farma dan PT. Ciubros Farma
Merugikan Konsumen

12 Januari 2023 | 19.16 WIB


Kompasiana- Etika dalam berbisnis telah bertumbuh dalam dimensi sosial
masyarakat, khususnya yang berkaitan dengan perlindungan konsumen. Dalam
perkembangan etika bisnis mengenai perlindungan konsumen ada dua pepatah
yang kemudian muncul yaitu, caveat emptor (kewaspadaan konsumen) yang
kemudian menjadi caveat venditor (kewaspadaan produsen). dua hal tersebut
berkaitan dengan strategi bisnis pelaku usaha. Strategi yang dimaksud biasanya
berorientasi kepada produk yang dihasilkan. Caveat emptor menjelaskan perilaku
konsumen yang harus waspada dalam mengkonsumsi produk barang dan jasa
yang dihasilkan oleh pelaku usaha namun dengan pilihan lain yang sangat
terbatas/tidak ada pilihan lain. Seiring dengan berkembangnya ilmu teknologi,
perilaku konsumen mulai berubah menjadi semakin kritis terhadap apa yang
mereka konsumsi, hal ini mengakibatkan timbulnya caveat venditor atau
kewaspadaan produsen sehingga merubah strategi bisnisnya menjadi lebih
berfokus kepada pemenuhan kebutuhan, selera dan daya beli yang terjadi di pasar.
Peraturan yang mengatur tentang perlindungan konsumen dijelaskan
dalam UU No. 8 Tahun 1999. Tujuannya untuk meningkatkan kesadaran
konsumen untuk melindungi diri, menghindari konsumen dari ekses negatif
penggunaan barang/jasa, memberikan akses penuh kepada konsumen dalam
menentukan dan menuntut haknya, menciptakan perlindungan hukum,
menumbuhkan sifat tanggung jawab pelaku usaha terhadap konsumen dan
meningkatkan kualitas barang dan jasa yang menjamin keberlangsungan usaha
dan keselamatan konsumen. Dalam pasal 6 mengenai hak dan kewajiban pelaku
usaha, dijelaskan bahwa pelaku usaha berhak menerima pembayaran yang sesuai
dengan nilai tukar barang/jasa yang ditawarkan. Kewajiban pelaku usaha
dijelaskan dalam pasal 7, salah satunya adalah menjamin mutu barang/jasa yang
diproduksi berdasarkan peraturan yang berlaku, memberikan kompensasi atau
ganti rugi atas kerugian akibat penggunaan barang/jasa yang diperdagangkan.

1
Pada surat kabar elektronik yang diterbitkan CNN Indonesia, 9 November
2022, ada salah satu artikel yang menurut saya melanggar Etika Bisnis,yaitu
artikel yang berjudul "BPOM Umumkan 2 Perusahaan Farmasi Tak Penuhi
Standar Kandungan EG-DEG". Kedua perusahaan farmasi tersebut adalah PT
Samco Farma dan PT Ciubros Farma. Kedua perusahaan farmasi tersebut
dianggap melanggar Etika Bisnis dalam Perlindungan konsumen karena
memproduksi obat sirup dengan kandungan Etilen Glikol dan Dietilen Glikol
(ED-DEG) yang tidak sesuai standar yang telah ditetapkan oleh Kementerian
Kesehatan dan BPOM. Obat Sirup dengan kandungan ED-DEG yang melebihi
batas aman diduga menyebabkan lonjakan kasus gagal ginjal akut pada anak yang
terjadi di Indonesia beberapa waktu kebelakang. Efek toksik yang ditimbulkan
dari dua bahan kimia tersebut antara lain nyeri perut, diare, muntah dan
ketidakmampuan untuk buang air kecil. Sebagai tindak lanjut atas pelanggaran
atas perlindungan konsumen yang dilakukan oleh dua perusahaan farmasi
tersebut, BPOM telah mencabut izin produksi dan distribusi untuk jenis sirup yang
dilarang. BPOM juga mencabut izin CDOB untuk dua perdagangan besar farmasi
yaitu PT Megasetia Agung Kimia dan PT Buana Kemindo karena menyalurkan
produk yang mengandung cemaran yang sangat besar dan terbukti tidak
melakukan upaya inspeksi dan jaminan mutu dari pelarut yang didapatkan.
Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dan BPOM harus melakukan
pengawasan komprehensif pre dan post market terhadap produk farmasi yang
beredar di Indonesia. Pengujian kembali untuk seluruh produk yang menggunakan
komposisi ED-DEG supaya dapat mengembalikan kepercayaan konsumen dan
memberikan perlindungan keselamatan bagi konsumen. Penindakan tegas
terhadap produsen dan distributor yang telah terbukti mengesampingkan jaminan
mutu dan perlindungan konsumen harus dilakukan guna menghindari kejadian
serupa terulang kembali.1

Sumber : Kompasiana, Kamis 12 Januari 2023 | 19.16 WIB

1
Islamiyah, Pelanggaran Etika Bisnis PT Samco Farma dan PT. Ciubros Farma Merugikan
Konsumen,12 Januari 2023,
https://www.kompasiana.com/amp/islamiyah09/63bb795e062a583da0364f52/pelanggaran-etika-bisnis-
oleh-pt-samco-farma-dan-pt-ciubros-farma-merugikan-konsumena (diakses tanggal 11 Juni 2023, 19:15)

2
LANDASAN TEORI

A) Pengertian Produksi
Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk
menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga
lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Produksi merupakan
kegiatan manusia untuk menghasilkan barang dan jasa yang kemudian
dimanfaatkan oleh konsumen. Secara teknis produksi adalah proses
mentransformasi input menjadi output, tetapi definisi produksi dalam
pandangan ilmu ekonomi jauh lebih luas. Pendefisinian produksi
mencakup tujuan kegiatan menghasilkan output serta karakterkarakter
yang melekat padanya.2
Dalam teori konvensional, Karim menyebutkan teori produksi
ditujukan untuk memberikan pemahaman tentang perilaku perusahaan
dalam membeli dan menggunakan masukan (input) untuk produksi dan
menjual keluaran atau produk. Lebih lanjut disebutkan teori produksi juga
memberikan penjelasan tentang perilaku produsen dalam memaksimalkan
keuntungannya maupun mengoptimalkan efisiensi produksinya.3

B) Prinsip- prinsip Etika Bisnis dalam Bidang Produksi


Mengacu pada prinsip dasar etika kegiatan produksi dalam Islam
berkaitan dengan maqāṣid al-syari’ah, ada dua prinsip yang harus
diperhatikan oleh produsen muslim sebagai landasan etika dalam memilih
(menggunakan) barang dan jasa yang diproduksi :
• Berproduksi dalam lingkaran halal
Prinsip etika dalam produksi yang wajib dilaksanakan oleh setiap
Muslim, baik individu maupun kelompok adalah berpegang pada
semua yang dihalalkan Allah Swt. dan tidak melampaui batas. Islam

2
P3EI, Ekonomi Islam (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), 230.
3
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Bakai
Pustaka, 1989), 71.

3
dengan tegas mengklasifikasikan barang-barang (sil’ah) atau
komoditas ke dalam dua kategori. Pertama, barang-barang yang
disebut al-Qur’an dengan ṭayyibāt, yaitu barang-barang yang secara
hukum halal dikonsumsi dan diproduksi. Kedua, khabāits, yaitu
barang-barang yang secara hukum haram dikonsumsi dan diproduksi.4
• Perlindungan kekayaan alam
Etika yang terpenting adalah menjaga sumber daya alam, karena
merupakan nikmat Allah Swt. kepada hamba-Nya. Implikasi dari
menjaga sumber daya alam dari polusi, kehancuran, atau kerusakan
adalah tersedianya secara memadai berbagai kebutuhan bagi generasi
mendatang. Alam ini bukan hanya diperuntukkan bagi manusia di satu
masa, tetapi untuk manusia sepanjang zaman. Realita yang terjadi
sekarang ini seringkali terjadi hubungan berkebalikan (trade off)
antara kegiatan ekonomi saat ini dengan di masa depan.Untuk itu,
produksi dalam perspektif ekonomi Islam harus memperhatikan
kesinambungan pembangunan.
C) Motif dan Tujuan Produksi
Dipandang secara makro meningkatnya jumlah produksi berarti
akan meningkatkan kesempatan kerja, peningkatan kesempatan kerja akan
meningkatkan pendapatan. Peningkatan pendapatan akan mendorong
permintaan hasil produksi. Peningkatan pendapatan ini akan memberikan
dampak yang luas pada masyarakat. Ketika individu memiliki lebih
banyak uang di tangan, mereka cenderung memiliki kemampuan beli yang
lebih besar. Hal ini kemudian mendorong permintaan terhadap berbagai
hasil produksi. Ketika permintaan semakin meningkat, produsen akan
merespons dengan meningkatkan produksi mereka. Siklus ini akan
berlanjut dan saling memperkuat, menciptakan pertumbuhan ekonomi
nasional yang berkelanjutan.
Apabila pertumbuhan jumlah produksi lebih besar dari
pertumbuhan penduduk maka dapat dikatakan bahwa kemakmuran

4
Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi (Jakarta: Prenada Media Group,
2015), 69-70.

4
masyarakat mengalami peningkatan, tetapi sebaliknya apabila
pertumbuhan produksi lebih rendah dari pertumbuhan penduduk maka
kemakmuran masyarakat akan mengalami penurunan, sebab jumlah
produksi akan dikonsumsi oleh penduduk yang semakin besar.
Produksi ini akan terus dilaksanakan karena :
a) Banyaknya barang/jasa yang habis dikonsumsi
b) Adanya barang modal yang harus diganti karena aus atau rusak dalam
proses produksi
c) Adanya barang-barang yang harus diganti karena sudah ketinggalan
zaman
d) Adanya barang-barang yang hilang karena bencana alam
e) Peningkatan taraf pendidikan dan kebudayaan sehingga menambah
aneka ragam kebutuhan
f) Pertambahan penduduk sehingga mendorong peningkatan jumlah
kebutuhan barang dan jasa
g) Kemajuan tingkat pengetahuan dan ilmu teknologi akan mendorong
proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa.5
Dalam berproduksi harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dalam
hal ini setiap muslim harus memperhatikan variansi dalam berproduksi.
Oleh karena itu, Yusuf Qardhawi berpandangan bahwa sains dan teknologi
merupakan fardhu kifayah bagi umat manusia. Dalam berproduksi harus
memperhatikan target. Setiap muslim dituntut untuk menjadikan aktivitas
berproduksi lewat ketekunan (itqan) dan sopan santun (ihsan) terhadap
segala sesuatu telah diharapkan oleh Allah. Target yang dicapai adalah
membentuk tenaga/kekuatan sendiri dalam komoditi dan jasa. Dengan
tujuan untuk meningkatkan kebutuhan sendiri bagi masyarakat sehingga
pada akhirnya akan tercapai pada kehidupan yang layak sebagaimana telah
dianjurkan dalam Islam.6

5
Arifin,M.,Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Bumi Aksara, 1992), 34.
6
Syamsuri, dkk., Analisis Konsep Produksi Menurut Muhammad Hasan As Syaibani, 171.

5
ANALISIS BERITA

Dalam lingkungan perusahaan modern, tanggung jawab terhadap tindakan


perusahaan sering kali didistribusikan di antara berbagai individu yang bekerja bersama-
sama. Tindakan perusahaan tidak dapat disimpulkan sebagai hasil tunggal dari satu
individu, melainkan merupakan hasil dari berbagai tindakan dan kelalaian yang dilakukan
oleh sejumlah orang yang bekerja secara kolektif. Oleh karena itu, pertanyaan muncul
mengenai siapa yang sebenarnya bertanggung jawab atas tindakan yang dihasilkan secara
bersama-sama.
Setelah ada laporan yang terbit pada surat kabar elektronik yang diterbitkan oleh
CNN indonesia yaitu pada tanggal 9 november 2022 yang mengatakan ada 2 perusahaan
farmasi yang tidak memenuhi standar kandungan ED-DEG, Kedua perusahaan farmasi
tersebut adalah PT Samco Farma dan PT Ciubros Farma. Kedua perusahaan farmasi
tersebut dikritik karena dianggap melanggar Etika Bisnis dalam Perlindungan Konsumen.
Mereka telah memproduksi obat sirup yang mengandung Etilen Glikol dan Dietilen
Glikol (ED-DEG) yang ternyata tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh
Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Tindakan ini menimbulkan keprihatinan serius karena ED-DEG adalah zat
beracun yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Kementerian Kesehatan dan BPOM
telah menetapkan standar yang ketat untuk menjaga kualitas dan keamanan produk
farmasi, dengan tujuan melindungi konsumen dari efek samping yang merugikan.
Penelitian awal menunjukkan bahwa terpaparnya anak-anak terhadap kadar tinggi ED-
DEG dalam obat sirup dapat mempengaruhi fungsi ginjal mereka secara serius. ED-DEG
diketahui dapat merusak sel-sel ginjal dan menyebabkan kerusakan organ yang parah.
Dalam beberapa kasus, dampaknya dapat berakibat fatal dan memerlukan perawatan
medis yang mendesak.
Dalam melanggar standar ini, perusahaan farmasi tersebut telah mengabaikan
tanggung jawab mereka terhadap keselamatan dan kesehatan konsumen. Mereka
seharusnya memastikan bahwa produk mereka memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan sebelum dipasarkan. Dalam konteks ini, melanggar Etika Bisnis dalam
Perlindungan Konsumen berarti perusahaan-perusahaan tersebut tidak hanya
mengabaikan kepentingan kesehatan konsumen, tetapi juga mengabaikan integritas bisnis

6
dan tanggung jawab sosial mereka. Etika bisnis yang baik melibatkan penerapan prinsip-
prinsip moral dan nilai-nilai yang membantu melindungi kepentingan konsumen dan
masyarakat secara keseluruhan.
Di Indonesia, terdapat beberapa peraturan yang mengatur tentang perlindungan
konsumen. Berikut ini adalah beberapa peraturan penting yang dapat melindungi hak-hak
konsumen :
1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UU
PK): Undang-undang ini merupakan landasan utama dalam perlindungan
konsumen di Indonesia. UU PK mengatur hak dan kewajiban konsumen serta
tanggung jawab produsen, distributor, dan pedagang dalam menjual produk
dan jasa.
2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan: UU ini juga
mencakup ketentuan tentang perlindungan konsumen, khususnya dalam hal
penyelesaian sengketa konsumen.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2018 tentang Penyelesaian Sengketa
Konsumen: Peraturan ini mengatur prosedur penyelesaian sengketa antara
konsumen dan produsen/distributor/penyedia jasa secara damai melalui
mekanisme mediasi atau arbitrase konsumen.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2019 tentang Produk Halal: Peraturan
ini mengatur tentang persyaratan dan tata cara sertifikasi halal bagi produk
yang beredar di Indonesia, guna melindungi konsumen Muslim.
5. Peraturan Bank Indonesia Nomor 19/8/PBI/2017 tentang Perlindungan
Konsumen Sektor Jasa Keuangan: Peraturan ini khusus mengatur
perlindungan konsumen dalam sektor jasa keuangan, termasuk perbankan,
asuransi, dan lembaga keuangan non-bank.
Dengan adanya peraturan-peraturan ini, diharapkan konsumen dapat memperoleh
perlindungan yang memadai terhadap hak-hak mereka dan memiliki mekanisme
penyelesaian sengketa yang adil dan efektif. Selain itu, peraturan-peraturan ini juga
mendorong produsen, distributor, dan pedagang untuk bertanggung jawab dalam
menyediakan produk atau jasa yang aman, berkualitas, dan sesuai dengan standar yang
ditetapkan.

7
Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) perlu
melaksanakan pengawasan yang komprehensif sebelum dan setelah produk farmasi
beredar di Indonesia. Dalam rangka ini, diharapkan dilakukan pengujian ulang terhadap
semua produk yang menggunakan komposisi ED-DEG. Tindakan ini bertujuan untuk
mengembalikan kepercayaan konsumen terhadap produk tersebut dan memberikan
perlindungan yang optimal terhadap keselamatan konsumen.
Upaya pengawasan yang menyeluruh dan pengujian kembali produk farmasi yang
menggunakan komposisi ED-DEG akan membantu memastikan bahwa produk-produk
yang beredar aman dan berkualitas. Selain itu, tindakan penindakan yang tegas akan
memberikan efek jera kepada produsen dan distributor yang melanggar aturan, sehingga
mereka akan lebih memperhatikan mutu dan keselamatan produk di masa mendatang.
Dengan demikian, pemerintah berkomitmen untuk melindungi kepentingan dan
keselamatan konsumen serta membangun kepercayaan terhadap industri farmasi di
Indonesia.

8
DAFTAR PUSTAKA

Arifin,M. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara, 1992.


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Bakai Pustaka, 1989.
Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi. Jakarta: Prenada Media
Group, 2015.
Islamiyah, Pelanggaran Etika Bisnis PT Samco Farma dan PT. Ciubros Farma
Merugikan Konsumen. 12 Januari 2023.
https://www.kompasiana.com/amp/islamiyah09/63bb795e062a583da0364f52/pe
langgaran-etika-bisnis-oleh-pt-samco-farma-dan-pt-ciubros-farma-merugikan-
konsumena (diakses tanggal 11 Juni 2023, 19:15)
P3EI, Ekonomi Islam. Jakarta: PT Raja. Grafindo Persada, 2008.
Syamsuri, dkk. Analisis Konsep Produksi Menurut Muhammad Hasan As Syaibani
Dalam Kitab Al Kasb. Al Tijarah: Vol. 6 No. 3, 2020.

Anda mungkin juga menyukai