Dosen Pengampu :
Femalia Valentine, M.A
Disusun oleh :
1. Rahmad Hidayat (20521057)
2. Rizky Anando (20521064)
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Culture Shock dalam Komunikasi Antar Budaya” ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas Bunda Femalia Valentine, M.A pada mata kuliah
Komunikasi Antar Budaya. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami ucapkan
terimakasih kepada Bunda Femalia Valentine, M.A sebagai dosen pengampu
mata kuliah tersebut yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni. Kami menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR..................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 4
A. Latar belakang ..................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 5
C. TUJUAN MASALAH ......................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAAN .............................................................................................. 6
BAB III PENUTUP....................................................................................................... 16
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Culture shock merupakan fenomena yang akan dialami oleh setiap orang
yang melintasidari suatu budaya ke budaya lain sebagai reaksi ketika
berpindah dan hidup denganorang-orang yang berbeda pakaian, rasa, nilai,
bahkan bahasa dengan yang dipunyai olehorangtersebut (Littlejohn, 2004;
Kingsley and Dakhari, 2006; Balmer, 2009).Littlejohn,dalam jurnal yang
ditulisnya, meyatakan bahwa culture shock adalahfenomena yang wajar
ketika orang bertamu atau mengunjungi budaya yang baru. Orang
yangmengalami culture shock berada dalam kondisi tidak nyaman baik
secara fisik maupunemosional.Sebuah jurnal menceritakan seorang siswa
yang baru saja menyelesaikan sekolahmenengah dan hendak melanjutkan
ke universitas, untuk pertama dia akan banggadanmempersiapkan dirinya
untuk memnghadap lingkungan kuliah yang baru. Dia akanmempersiakan
dirinya untuk bertemu dengan orang-orang baru, antusiasme untuk belajar
agar menuai kesuksesan dalam lingkungannya yang baru. Namun, pada
akhirnyasiswa tersebut, terhadap lingkungan barunya mengalamai
ketidaknyamanan hinggamembuatnya tidak lagi ingin melanjutkan
kuliahnya (Balmer, 2009). Dari jurnal ilmiah ini bisa disimpulkan bahwa
setiap siswa menjadi wajar jika mengalami culture shock sebagaiakibat
perpindahannya dari lingkungan sekolah menengah yang lama
kelingkunganuniversitas yang baru. Kebiasaan-kebiasaan di lingkungan
baru, seperti yangdiungkapkanBalmer, dapat menyebabkan tekanan dan
berakibat pada kompetensiakademik siswa tersebut.Akan menjadi negative
kalau culture shock tersebut tidak teratasi, dalam hali ini orang gagaluntuk
meyesuaikan dirinya dengan lingkungan barunya, dan menjadi depresi
(Littlejohn,2004; Kingsley and Dakhari, 2006; Balmer,2009).
4
B. Rumusan Masalah
1.Apa faktor penyebab terjadinya culture shock ?
C. TUJUAN MASALAH
1. Mengetahui faktor penyebab terjadinya culture shock
5
BAB II
PEMBAHASAAN
1) Pengertian
Culture shock atau dalam bahasa indonesia “gugat budaya” adalah istilah
psikologis untuk menggambarkan keadaan dan perasaan seseorang
menghadapi lingkungan sosial dan budaya yang berbeda. Istilah ini
mengandung pengertian,adanya perasaan cemas, hilangnya arah, perasaan
tidak tahu apa yang harus di lakukan atau tidak tahu bagaimana harus
melakukan sesuatuyang dialami oleh individu tersebut ketika ia berada dalam
suatu lingkungan yang secara kultur atau sosial baru.
2) Faktor teknologi
Dewasa ini perkembangan teknologi semakin melaju pesat.
Perkembangan teknologi yang semakin mutakhir ini menyebabkan
masyarakat harus selalu ingin berusaha untuk mengikuti perkembangan
teknologi agar mampu bersaing di dunia global. Teknologi juga
merupakan faktor penting dalam mempengaruhi timbulnya masalahculture
shock. Individu merasa takut tidak bisa mengikuti perkembangant
eknologi di tempat tinggal barunya sehingga individu cenderung akan
6
merasakanketakutan. Individu disini dituntut untuk berpikir keras
bagaimana caranya untuk dapat mengikuti perkembangan teknologi serta
mampu mengaplikasikannya dikehidupannya.
3) Faktor geografis
Faktor geografis identik dengan keadaan geografis di daerah tersebut.
Faktorgeografis ini merupakan faktor lingkungan secara fisik, misalnya
perbedaan cuaca, perbedaan letak wilayah seperti daerah pantai dengan
daerah pegunungan. Hal ini akan menyebabkan individu tersebut mengalami
gangguan kesehatan.
5) Faktor ekonomi
Ketakutan terhadap biaya hidup yang berbeda yang memiliki
kemungkinan lebihtinggi merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya
culture shock. Ini merupakan hal umum yang terjadi bahwa setiap daerah di
negara Indonesia memiliki kemampuan konsumsi yang berbeda-beda.
Perbedaan inilah yang menyebabkan individu guncang ketika dihadapkan
pada permasalahan tempat tinggal yang baru. Individu harus mulai berusaha,
bersiap serta berwaspada mengantisipasi agar mampu bertahan hidup
ditempat tinggal yang baru.
7
Faktor ini merujuk pada tradisi-tradisi yang biasa dilakukan oleh
masyarakat disetiap daerah yang notebene memiliki ciri khas kebudayaan
yang berbeda satu sama lain. Untuk itu individu harus mampu beradaptasi
dengan adat istiadat didaerahnya yang baru. Namun beradaptasi dengan
adat istiadat yang baru bukanlah hal yang mudah bagi seorang pendatang,
maka individu cenderung mengalami kekagetan budaya terutama dalam
hal adat istiadat tersebut.
7) Faktor agama
Agama dianggap sebagai salah satu penghambat individu dalam
usahanya menyesuaikan di tempat tinggal yang baru. Individu mengalami
ketakutan tersendiri terhadap agama yang menjadi perbedaan yang sangat
rentan dan tidak bisa disatukan dengan mudahnya.
2. Faktor teknologi
Dewasa ini teknologi semakin berkembang pesat dikalangan orang
banyak,semakin pesat teknologi berkembang maka orang-orang dituntut
untuk semakinkeras mempelajari dan mengaplikasikan teknologi yang ada
dalam kehidupannya.Seorang individu yang berada di lingkungan baru
baginya pasti akan merasakan perbedaan teknologi yang berkembang di
lingkungan tersebut, terlebih lagiapabila individu yang berasal dari daerah
8
pelosok kemudian datang ke daerah yang cukup pesat perkembangan
teknologinya.
3.Faktor geografis
Faktor geografis dalam persentasenya memperoleh 18,60% dari
keseluruhan totalfaktor penyebab terjadinya culture shock. Karena faktor
geografis ini berkaitan erat dengan kondisi fisik lingkungan maka hal ini
dapat diatasi dengan cara individu lebih menjaga kesehatan yang
cenderung menurun ketika individu tersebut tinggal di suatu tempat tinggal
yang baru, yang tentunya jauh berbeda dengan tempat tinggal semula.
Pencegahan yang baik perlu dilakukan secara terus menerus agar individu
tetap berada di kondisi yang prima dalam menjalaniaktifitas sehari-hari.
5.Faktor ekonomi
Faktor ekonomi ini dapat diatasi dengan cara pengelolaan keuangan yang
baiksesuai dengan kebutuhan masing-masing individu, agar individu dapat
menyesuaikan pemasukan keuangan dengan pengeluarannya. Pada saat
proses pendidikan alan lebih baiknya individu juga melakukan program
saving money, untuk mengatasi kebutuhan tidak terduga.
9
6. Faktor adat istiadat
Pada dasarnya melekatnya kebudayaan terhadap seorang individu
membutuhkan proses dan waktu, semua tidak terjadi begitu saja. Solusi
menurut kelompokadalah individu harus lebih membuka dirinya terhadap
adat istiadat, kebiasaan,tingkah laku yang umumnya terjadi dimasyarakat.
Dengan cara tersebut diharapkan individu dapat lebih menghindari
terjadinya culture shock/gegar budaya.
7. Faktor agama
Faktor agama yang menyebabkan terjadinya culture shock ini hanya
mendapat persentase sebesar 0.13 %. Artinya faktor agama tersebut
dianggap tidak terlalu mendominasi terjadinya culture shock. Solusinya
yaitu individu harus lebih meningkatkan sikap toleransinya antar umat
beragama.
4. Reaksi Shock
Reaksi terhadap cultural shock bervariasi antara 1 individu dengan individu
lainnya dandapat muncul :
1.Antagonis / memusuhi terhadap lingkungan baru.
10
2.Rasa kehilangan arah
3.Rasa penolakan
4.Gangguan lambung dan sakit kepala
5. Homesick/rindu pada rumah/lingkungan lama
6. Rindu pada teman dan keluarga
7.Merasa kehilangan status dan pengaruh
8.Menarik diri
9.Menganggap orang-orang dalam budaya tuan rumah
11
1.Sebelum individu berangkat ke negara baru yang akan dimasukinya, ada
baiknyaapabila ia sudah terlebih dahulu membaca tentang negara tersebut dan
budaya yangada di negri tersebut. Hal ini akan membantu individu ini untuk
lebih familier dengan negara yang akan dimasukinya, dan lebih siap untuk
berhadapan dengan berbagai perbedaan yang akan dihadapinya
5.Bersedia untuk belajar kultur yang baru. Individu perlu menyadari bahwa
kultur bukan sesuatu yang dibawa sejak lahir, tetapi sesuatu yang dipelajari
12
(Guanipa, 1998).Hal yang dibawa sejak lahir adalah kemampuan individu
untuk belajar kultur, apapunkultur itu. Oleh karena itu, kesediaan untuk
belajar kultur yang baru akan membantuuntuk mengatasi kesalahpahaman
dan menolong teratasinya persoalan-persoalansosial di tempat yang baru. Hal
yang sama yang perlu dipahami adalah bahwa nilai-nilai yang selama ini telah
dipelajari dari kulturnya yang lama bukanlah sesuatu yang bersifat mutlak
dan paling benar. Nilai dan keyakinan itu menjadi benar bagi individukarena
proses sosialisasi yang dilakukan oleh orangtua individu padanya, melalui
pemberian hadiah dan hukuman sehingga individu meyakini kebenarnanya.
Dengandemikian kesediaan untuk membuka diri, belajar dan menghargai
kultur yang baruakan membuka jalan bagi individu untuk mengatasi culture
shock yang dialaminya.
13
menyalahkan negara baru sebagai pihak yang bertanggungjawab atas
ketidaknyamanan yang dialaminya.
14
1. berpartisipasi dalam budaya baru
11. menjaga toleransi ambiguitas makna yang tercipta dari kedua budaya
15
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Seiring dengan issue globalisasi baik di bidang pendidikan maupun di
bidangtenaga kerja, yang mengharuskan individu untuk berinteraksi dengan
budaya yang berbeda,issue mengenai culture shock tampaknya perlu dipandang
dengan lebih serius daripada sebelumnya. Kalau tidak, dikawatirkan gangguan
yang dialami karena culture shock bisa menjadi ancaman bagi kesehatan jiwa
banyak masyarakat di dunia yang semakin seringmelakukan aktifitas lintas
budaya.Usaha untuk mengatasi culture shock, akhirnya tidak hanya harus
dilakukan individu secara perseorangan, tetapi juga perlu ditangani secara
professional dan serius oleh instansi atau lembaga yang terlibat dalam pertukaran
antar budaya. Misalnya saja di sekolah internasional, yang memiliki siswa-siswa
dari budaya yang berbeda tampaknya perlu menyediakan tenaga konselor dan
program yang terarah untuk membantu penyesuaian dirisiswa-siswi yang berasal
dari budaya yang berbeda. Perhatian juga diperlukan bagi perusahaan yang
memiliki para ekspatriat ataupun mengirimkan karyawannya untuk ditugaskan di
tempat yang berbeda dari kultur asalnya, dengan pemberian pelatihan,
pemahaman dan training yang sesuai, demi tercapainya produktifitas kerja
karyawannya karena terbebas dari culture shock. Pada akhirnya, usaha dari
berbagai pihak diharapkan dapat membuahkan hasil yang lebih memuaskan.
16