Abstract
This article explains the concept of community sacredness through the results of Emile
Durkheim's research on Aboriginal tribes in Australia. The research method used is
descriptive analytical. The results of this study are Emile Durkheim dividing people's trust into
two groups, namely the sacred and the profane. These two things are very influential in
people's daily lives. Besides these two things, religion also has a function to bind people's
beliefs to obey the rules that apply in the environment. So it can be concluded that the
sacredness of society occurs when they believe in the supernatural power possessed by totems,
so that they glorify it and regard it as something sacred and have restrictions on anyone who
violates it. Instead, they loosen the profane aspect as an earthly ritual, so they may violate it
and ignore it.
Keywords: Emile Durkheim, Religious, Sacred and Profane, Totemism
265 I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 12 No 3 (2020) : Desember 2020
bersumber dari kemurnian agama dan pada awalnya dikendalikan oleh teologi,
mana yang bersumber dari interpretasi kemudian dipengaruhi oleh pemikiran
agama. Seorang sosiolog agama bernama filsuf dan kemudian disempurnakan oleh
Emile Durkheim kemudian positivistic dan saintifik yang
mengungkapkan pandangannya tentang memberikan kajian mendalam tentang
konsep sosiologi agama. Ia pengetahuan. Berdasarkan pemikiran
mendefinisikan bahwasannya agama Comte, Durkheim kemudian berpendapat
adalah sesuatu yang memiliki dua bahwa kebutuhan utama manusia akan
kategori, yaitu sacral dan profane. Klaim selalu terikat terhadap kelompok atau
ini kemudian diperkuat dengan komunitas.3
pernyataan bahwa agama bisa dipahami Berdasarkan latar belakang yang
dengan adanya sistem sosial yang bisa telah dijelaskan di atas, maka penulis
menyatukan masyarakat yang menemukan beberapa pertanyaan
disandarkan terhadap bentuk ritual dan perihal apa yang dimaksud dengan
kepercayaan yang sama.1 kerangka konsep dan hakikat Agama?
Dalam pandangan ilmu sosial, Kemudian bagaimana fungsi sosial
yang dimaksud dengan sistem sosial agama terhadap masyarakat menurut
adalah hubungan antara bagian-bagian di Emile Durkheim? Dalam kerangka
kehidupan masyarakat yang meliputi pemikirannya, Durkheim membagi
tindakan-tindakan manusia, lembaga pemahaman agama kedalam dua aspek
sosial, dan kelompok sosial yang dapat yaitu sakral dan profan. Kemudian Ia
mempengaruhi perilaku sosial satu sama juga mengaitkan antara agama dan
lain. Kemudian dari bagian-bagian totemisme. Lalu, ia juga mengungkapkan
tersebut menghasilkan interaksi fungsi sosial agama terhadap
masyarakat dan norma-norma sosial masyarakat. Dengan mengamati dan
yang terangkum sesuai kesepakatan memahami lensa sosial mengenai
bersama.2 Auguste Comte berpendapat perbuatan manusia, Durkheim membawa
bahwa pola pikir dan perilaku manusia kita untuk melihat lebih dalam perilaku
masyarakat yang membentuk aturan
1 Bryan S. Turner, Relasi Agama & Teori Sosial hukum, agama, moralitas, seni, keluarga
Kontemporer, (Yogyakarta: IRCiSod, 2012), hlm.
33. dan kepribadian. Manusia bukan hanya
2 Elly M. Setiadi & Usman Kolip, Pengantar
I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I 266
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 12 No 3 (2020) : Desember 2020
267 I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 12 No 3 (2020) : Desember 2020
Emile Durkheim merupakan yang pada saat itu menjadi salah satu
sosiolog beraliran paradigma klasik. Ia pusat pendidikan terbaik di Perancis
memberikan analogi bahwa ilmu sosial pada usia 21 tahun. Disana ia mengambil
sepadan dengan ilmu alam. Durkheim studi sejarah dan filsafat. Namun
banyak menggunakan pola logika pendidikan disini menurut Durkheim
deduktif dan pengamatan sisi empiris terlalu kaku, sehingga ia tidak memiliki
probabilistik untuk memperoleh kebebasan yang cukup untuk
konfirmasi tentang hukum kausalitas mengekspresikan ilmu pengetahuannya.
yang digunakan untuk memprediksi Hal tersebut terkadang membuatnya
pola–pola umum mengenai gejala sosial. merasa tidak senang dengan keadaan
Pemikiran sosialnya banyak berkaitan disekitar.
dengan agama yang mana agama bisa Setelah lima belas tahun berlalu,
menjadi sesuatu yang dapat mendorong Durkheim kemudian bekerja di
perkembangan masyarakat. Pandangan Bordeaux. Ia memanfaatkan waktu untuk
Durkheim tentang agama dibangun melakukan berbagai riset disela
dengan tiga asumsi pokok, yaitu aspek kesibukannya. Adapaun karya-karya
intelektualisme, aspek individualism dan yang dihasilkan oleh Durkheim adalah
aspek positivisme. Durkheim melihat The Divisions of Labour (1893), The Role
agama sebagai respon intelektual of Sociology Method (1895), Suicide
masyarakat dalam menghadapi (1897), dan The Elementary of Religious
fenomena sosial di lingkungannya yang Life (1912). Dengan hasil karya dan ide-
disebabkan oleh adanya keterbatasan idenya yang banyak menginspirasi para
kehidupan manusia itu sendiri yang tidak sarjana saat itu, Durkheim kemudian
bisa menjangkau keseluruhan ilmu mendapat gelar Profesor dari Universitas
sosial.7 Paris.
Semasa sekolah menegah, Revolusi industri dan revolusi
Durkheim dikenal sebagai siswa yang politik di Perancis membawa dampak
memiliki kecerdasan yang baik. Ia perubahan yang signifikan dalam
diterima di Ecole Normale Superiure peradaban Barat. Berbagai jenis
perubahan akibat dari dua peristiwa
7 Mibtadin, “Kritik Teori Masyarakat Sakral dan tersebut menyebabkan perpindahan
Masyarakat Profan: Relevansi Pemikiran Sosial
Durkheim dalam Wacana Penegakan Syariah di
masayarakat ke daerah pabrik dan kota-
Indonesia,” Jurnal Smart: Studi Masyarakat, Religi kota, beralihnya kekuasaan dari tangan
dan Tradisi, Vol. 2, No. 1, Juli 2016, hlm. 2.
I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I 268
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 12 No 3 (2020) : Desember 2020
269 I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 12 No 3 (2020) : Desember 2020
9 Elly M. Setiadi & Usman Kolip, Pengantar 11 Daniel L. Pals, Seven Theories of Religion, hlm.
Sosiologi, hlm. 1. 134.
10 George Ritzer, Teori Sosial Postmodern, 12 Bryan S. Turner, Relasi Agama & Teori Sosial
I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I 270
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 12 No 3 (2020) : Desember 2020
13 Reimon Bachika, “On The Sacred And The 14Lorenzo D’Orsi dan Fabio Dei, “What is a rite?
Profane,” diakses dari https://archives.bukkyo- Émile Durkheim, a hundred years later,” De
u.ac.jp/rp-contents/DY/0065/DY00650L159.pdf. Gruyter, Open Information Science, No. 2, Tahun
hlm. 160. 2018, hlm. 122.
271 I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 12 No 3 (2020) : Desember 2020
memahami fakta sosial juga dibutuhkan teologi yang menjadi warisan nenek
ilmu sosiologi yang di dalamnya moyang. Bagi masyarakat primitive,
terkandung disiplin-disiplin sosial yang keyakinan terhadap aspek natural dan
memadai. Dengan demikian kita bisa supranatural sangat berkaitan erat
memahami perilaku masyarakat sebagai dengan kebudayaan mereka sehari-hari.
perilaku yang normal atau tidak Sedangkan bagi masyarakat modern,
berdasarkan penilaian yang diberikan mereka cenderung menyampingkan
oleh kondisi sosial yang terjadi di aspek naturaldan supranatural dan
masyarakat, seperti tindakan hara-kiri banyak dipengaruhi oleh aspek hukum-
(bunuh diri) di jepang. Pengamatan hukum alam dan sains. Durkheim dalam
Durkheim tentang perilaku bunuh diri bukunya yang berjudul The Elementary
sebagai perilaku sosial mendapati Forms (1912) mengungkapkan
beberapa kasus yang terjadi. bahwasannya agama tidak terlepas dari
berdasarkan penelitiannya di berbagai fakta sosial yang memiliki lebih
kota Eropa, ia menemukan bahwa kasus fundamental dibandingkan fakta
bunuh diri paling tinggi terjadi pada individu. Namun, ia menemukan konsep
masyarakat Protestan dan paling rendah lain tentang agama di masyarakat yang
terdapat pada masyarakat Katolik. bukan berdasarkan kepada natural dan
Mengapa demikian? Karena agama supranatural, melainkan pada aspek
Protestan lebih menekankan kepada sakral dan profan.
integritas sosialnya yang kuat sedangkan Menurut Durkheim, tujuan utama
Katolik lebih memberikan kebebasan agama adalah sesuatu yang bersifat
berekspresi terhadap penganutnya. sosial, bukan sesuatu yang bersifat
Dengan demikian, semakin kuat ikatan rasional. Fungsi agama tidak lain sebagai
sosial masyarakat maka semakin rendah pembangkit perasaan sosial, kemudian
angka bunuh dirinya. Namun sebaliknya, memberikan simbol dan ritual yang
semakin kuat ikatan integritas dapat memungkinkan masyarakat untuk
masyarakat maka semakin tinggi tingkat mengekspresikan perasaannya yang
bunuh dirinya. memiliki keterikatan dengan
komunitasnya. Selama agama masih
Agama: Sakral dan Profan
berjalan sesuai fungsinya, maka
Masyarakat pada umumnya
keberadaannya akan tetap dalam posisi
meyakini keberadaan agama sebagai
yang benar, yang dapat melindungi jiwa
I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I 272
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 12 No 3 (2020) : Desember 2020
masyarakat. Dalam konteks ini ialah sifat seperti yang sacral. Dengan kata lain,
yang suci (sacred) akan menjadi objek yang profane bersifat non-religius.16
yang dikelilingi oleh ketentuan- Bagi Durkheim, agama adalah
ketentuan yang dipatuhi masyarakat, dan tentang pemisahan yang suci dari yang
bukan berupa larangan yang profan. Yang sakral merujuk pada
memaksakan pemisahan mistik dari yang representasi kolektif yang terpisah dari
hal yang bersifat duniawi (profan).15 masyarakat, atau yang melampaui
Dalam pengertian secara global, kehidupan sehari-hari. Yang profan, di
aspek sakral adalah suatu objek sisi lain, adalah segalanya, semua hal-hal
keyakinan yang terlindung dari duniawi seperti pekerjaan kita, tagihan
pelanggaran, perusakan maupun kita, dan jam sibuk kita bepergian.
pencemaran. Sesuatu yang sakral Agama adalah praktik menandai dan
merupakan sesuatu yang wajib untuk menjaga jarak antara kedua bidang ini.
dihormati, dimuliakan, dan tidak dapat Ritual, misalnya, menegaskan kembali
dinodai. Karena dilingkungan tersebut makna suci dengan mengakui
meyakini adanya dampak negative yang keterpisahannya, seperti ketika
terjadi bila melanggar aturan yang ada. penyembah agama berdoa ke patung
Pada konteks ini, pengertian tentang atau simbol tertentu.17
sesuatu yang suci tidak hanya spesifik Aspek sakral identik dengan
pada agama saja, namun banyak objek sesuatu yang kuat, superior, tak terjamah
baik yang bersifat keagamaan maupun dan penuh penghormatan. Sedangkan
non-keagamaan. Adapun pengertian aspek profane adalah kebalikan dari
secara sempit, yang sacral ialah sesuatu sacral yaitu sesuatu yang bersifat biasa
yang wajib dilindungi dari segala bentuk saja dalam aktivitas sehari-hari. Energi
pelanggaran dan pencemaran karena yang disadap oleh pertukaran sosial yang
bersifat keramat. Hal ini tentu intens ini kemudian diinvestasikan
merupakan kebalikan dari profan. Aspek dalam beberapa objek yang diambil
profan merupakan sesuatu yang biasa, untuk mewakili cita-cita kolektif. Seperti
umum dan tidak memiliki aturan khusus
16 Nurdinah Muhammad, “Memahami Konsep
Sakral dan Profan Dalam Agama-Agama,” Jurnal
Substantia, Vol. 15, No. 2, Oktober 2013, hlm. 270.
17 “Sacred and Profane,” diakses dari
http://routledgesoc.com/category/profile-
15Mibtadin, “Kritik Teori Masyarakat Sakral dan tags/sacred-and-profane pada tanggal 03 Juni
Masyarakat Profan,” hlm. 4. 2020.
273 I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 12 No 3 (2020) : Desember 2020
yang dijelaskan Durkheim dalam value kelompok sosial yang memiliki aktivitas
judgment and judgement reality: dan tujuan yang sama. Sedangkan
sesuatu yang profan identic dengan
"Collective ideals can only be
aktivitas individu seseorang yang bukan
manifested and become
mewakili kesatuan masyarakat.
aware themselves by being
concretely realized in Agama dan Totemisme
material object that can be Ketika agama di definisikan
seen in by all, understood by sebagai sebuah keyakinan terhadap
all, and represented to all masyarakat, maka totem di definisikan
minds. All sorts of sebagai simbol. Agama adalah kekuatan
contingent circumstances yang bersifat dinamis di masyarakat. Hal
determine the manner of its ini dikarenakan agama mampu bertahan
embodiment, and the object dari hiruk-pikuk rasionalitas manusia.
once chosen, however Agama juga mengandung nilai kebenaran
commonplace become dan nilai peran dalam kehidupan
unique."18 masyarakat.19 Totemisme sendiri adalah
keyakinan bahwasannya warga maupun
Menurut Durkheim, konsentrasi
kelompok merupakan keturunan dari
agama yang paling utama dari
nenek moyang. Emile Durkheim
masyarakat adalah aspek sacral. Namun
melakukan penelitian terkait agama-
ia juga memberikan memberikan
suku di Australia. Disana ia menemukan
peringatan kepada orang-orang agar
bahwasannya bagi masyarakat primitive
tidak salah mengartikan bahwa yang
terlihat sekali penggunaan hal yang
sacral adalah sesuatu yang benar dan
sacral dan profane dalam kehidupan
positif sedangkan yang profane adalah
sehari-hari. Ia mencontohkan seekor
sesuatu yang salah dan negative. Karena
hewan yang dianggap sacral oleh
pada dasarnya di dalam hal yang sacral
masyarakat dilarang untuk diburu,
dan profane juga terkandung kebaikan
sedangkan hewan yang masuk dalam
dan keburukan. Sesuatu yang sacral
kategori profane boleh diburu. Namun ia
biasanya merupakan bentuk aktivitas
juga menemukan bahwa hal yang sacral
I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I 274
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 12 No 3 (2020) : Desember 2020
275 I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 12 No 3 (2020) : Desember 2020
dipinjam dari agama, pertama oleh Fungsi Sosial Agama dan Realitas
filsafat, dan kemudian oleh ilmu Suku Aborigin
pengetahuan.21 Pada 1912, Emile Durkheim
Pada prakteknya, bentuk menerbitkan buku terakhirnya, The
pemujaan dari totemisme dapat dibagi Elementary Forms of Religious Life.
menjadi dua bentuk, yaitu bentuk Dalam buku tersebut, ia menggunakan
negative dan positif. Bentuk negative totemisme Australia sebagai kasus
yang dimaksud dalam totemisme ini sentralnya dengan alasan bahwa
adalah menjaga sesuatu yang sacral agar penduduk asli Australia adalah
tidak tersentuh dan tercampur dengan masyarakat paling sederhana yang
sesuatu yang profane, sehingga dikenal oleh umat manusia dan bahwa
kemurniannya tetap terjaga. Pemujaan agama mereka akibatnya bebas dari
bentuk negative ini biasanya berisi pertikaian yang membingungkan.
larangan-larangan yang bersifat tabu Berbeda sekali dengan para
yang melindungi kesakralan tempat, pendahulunya, para ahli teori evolusi
seperti kuil, goa atau batu yang diyakini sosial abad ke-19 seperti EB Tylor, Lewis
oleh komunitas sebagai tempat yang Henry Morgan dan James Frazer,
sacral yang harus dijaga. Kemudian tidak Durkheim tidak menggunakan orang-
hanya tentang kesakralan tempat, namun orang Australia untuk menunjukkan
ada waktu-waktu tertentu yang dianggap sejauh mana masyarakat Eropa telah
sacral seperti Hari Sabat dan Hari berevolusi, melainkan sebagai cara
Minnggu, yaitu hari-hari yang digunakan mengungkap fitur-fitur universal. agama
untuk beribadah oleh kaum yang dan masyarakat yang kami bagi dengan
beragama Yahudi dan Kristen. Jika mereka.22
bentuk negatif adalah tentang larangan Durkheim memfokuskan
dan menjaga kesakralan suatu tempat penelitiannya terhadap suku primitif di
dan keadaan, maka bentuk positif adalah Australia, yaitu suku Aborigin.
upaya dari tiap individu yang bergerak Ketertarikan Durkheim dalam
menuju kepada tempat yang disakralkan. melakukan riset terhadap suku primitif
ini sangat besar, bahkan ia mengklaim
21 Edwin Sidney Hartland, “Review – Australia:
Totemism, Man, a Monthly Record of
Anthropological Science,” published under the 22 “Sacred and Profane,” diakses dari
direction of the Royal Anthropological Institute of https://www.encyclopedia.com/literature-and-
Great Britain and Ireland (London), Vol. 13, No. 5, arts/performing-arts/music-history/sacred-and-
Mei 1993, hlm. 94. profane pada tanggal 03 Juni 2020.
I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I 276
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 12 No 3 (2020) : Desember 2020
bahwa para peneliti terdahulu belum berbicara tentang "makna". Selain itu,
berhasil mengungkap tentang hal ritualisasi dalam hubungan intraspesifik,
penting di masyarakat Aborigin. Masih dikhususnya antara individu dalam
menurut Durkheim, keberadaan para kelompok yang sama, bukan alasan yang
pendahulunya tersebut belum mampu cukup untuk berbicara tentang fungsi
menjelaskan makna dari totemisme. memberdayakan ritual "hubungan
Mereka hanya menjelaskan tentang sosial" atau struktur kognitif kolektif.
adanya klan-klan masyarakat dimana Justru sebaliknya hanya tentang hidup
setiap klan memiliki binatang, tumbuhan, bersama yang memicu perilaku ritual
bebatuan yang dianggap sacral oleh dalam subjek tunggal.23
mereka dan menjadi simbol dari totem- Para teoritikus terdahulu lebih
totem klan. Namun para pendahulunya memilih cara yang bersifat prediktif
tidak pernah mengungkap apa makna untuk mencari penjelasan-penjelasan
sebenarnya dari totem tersebut dan tentang totemisme. Seperti Tylor
mengapa totem-totem yang dimiliki oleh misalnya, ia mengungkapkan
tiap klan bisa mendeskripsikan konsep bahwasannya adat istiadat yang berlaku
yang sakral dan profan dalam kehidupan di masyarakat tersebut pada awalnya
masyarakat. Hal tersebut juga berlaku berasal dari animism yang kemudian
terhadap kegiatan ritual lainnya. secara tradisi menjadi warisan budaya
Dalam etologi, ritualisasi masyarakat. Kemudian Freezer juga
didefinisikan sebagai perilaku formal mengungkapkan bahwasannya
yang, pada beberapa spesies, mengikuti penyembahan masyarakat terhadapa
dengan baik.kode ekspresif yang alam ini dikarenakan adanya faktor
didefinisikan, terutama dalam pacaran magis yang mempengaruhi keyakinan
dan konflik intraspesifik. Etolog mereka. Dua tokoh ini berusaha mencari
menyebut "ritual"beberapa bentuk sesuatu yang dianggap lebih fundamental
perilaku komunikatif yang ditujukan daripada totemisme, sedangkan menurut
untuk mengendalikan konflik. Meskipun, Durkheim untuk mencari sesuatu
di masa lalu, interpretasi ritual pada tersebut adalah hal yang tidak mungkin.
hewan telah mempengaruhi studi Durkheim menguatkan argumennya
ritualitas dalam masyarakat manusia, dengan mengatakan bahwa totemisme
kita tidak di hadapkan pada bahasa yang 23Lorenzo D’Orsi dan Fabio Dei, “What is a rite?
kompleks dan karenanya tidak dapat Émile Durkheim, a hundred years later,” hlm.
117.
277 I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 12 No 3 (2020) : Desember 2020
adalah bentuk agama yang asli dan lingkungan fisik -semuanya tak dapat
sederhana yang telah dianut oleh dipungkiri.25
masyarakat sejak dulu. Totemisme juga Bagi masyarakat Aborigin,
bukanlah sebuah produk derivasi bentuk terdapat konsep yang membentuk
agama yang lebih tua dan murni darinya. kategorisasi dalam totemisme, seperti
24 klan A menempatkan matahari sebagai
Aborigin menggunakan konsep klan Kakak Tua Putih, sedangkan kalan B
“The Dreaming” ketika mereka ingin menempatkan bulan beserta binatang
berkonotasi dengan varietas ide dalam sebagai klan Kakak Tua Hitam.
bahasa Inggris. Misalnya, ini bisa berarti Kategorisasi ini memiliki makna bahwa
"leluhur," seperti halnya dengan Walbiri klan Kakak Tua Putih adalah klan yang
istilah dasar untuk 'mimpi', djugurba, superior dan sacral, superioritas tersebut
juga menunjukkan periode waktu ketika disimbolkan dengan matahari yang
leluhur hidup. Para leluhur itu sendiri merupakan pusat dari tata surya.
juga disebut djugurba. Dengan demikian Sedangkan klan Kakak Tua Hitam adalah
kata tersebut tidak dapat diterjemahkan, klan yang bersifat profane atau kelas dua.
karena menggabungkan banyak item Mereka disimbolkan dengan bulan yang
yang baratPikiran memisahkan secara memiliki ukuran relative kecil dalam tata
ketat: realitas, simbol, tubuh, roh, totem, surya sehingga tidak memiliki kekuatan
situs roh. Mimpi adalah "kesatuan yang dominan seperti matahari.
kehidupan terjaga dan kehidupan
Kesimpulan
impian." Tetapi ini berarti bahwa
Sosiologi agama adalah sebuah
penduduk asli menganggap orang dan
pendekatan sosial yang mencoba
totem sebagai satu. Alam dalam abstrak
menggali tentang fenomena keyakinan
tidak ada baginya. Begitu juga waktu dan
beragama suatu masyarakat. Dalam
sejarah. Untuk mengatakan ini berbeda:
kerangka konsep yang dijelaskan oleh
marginalitas atau keterasingan adalah
Durkheim berdasarkan hasil risetnya, ia
ketidakmungkinan bagi penduduk asli
membagi temuannya tentang keyakinan
tradisional. Jadi, drama pendiri The
agama suku pedalaman di Australia
Dreaming menyatukan diri, klan, totem,
25Hans Mol, “The Origin and Function of Religion:
A Critique of, and Alternative to, Durkheim's
Interpretation of the Religion of Australian
24Daniel L. Pals, Seven Theories of Religion, hlm. Aborigines,” Journal for the Scientific Study of
140-159. Religion, Vol. 18, No. 4, Desember 1979, hlm. 381.
I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I 278
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 12 No 3 (2020) : Desember 2020
kedalam dua tempat, yaitu yang sacral “Sacred and Profane.” Diakses dari
dan profane. Ketika sesuatu yang sacral https://www.encyclopedia.com/li
itu identic dengan sesuatu yang kuat, terature-and-arts/performing-
superior, dan begitu dihormati di tengah arts/music-history/sacred-and-
masyarakat yang berlaku untuk seluruh profane pada tanggal 03 Juni
anggota masyarakat. Sedangkat sesuatu 2020.
yang profane itu identic dengan hal yang Alexander, Jeffrey C. 1992. Durkheimian
biasa dan merupakan aktivitas sehari- Sociology: Cultural Studies. New
hari, tidak ada larangan atau keyakinan York: The Press Syndicate of the
kuat terhadap hal yang profane. University of Cambridge.
Durkheim berpandangan bahwa agama Bachika, Reimon. “On The Sacred And
adalah sesuatu yang bersifat sosial dan The Profane.” Diakses dari
berfungsi untuk merekatkan https://archives.bukkyo-
kekerabatan dan solidaritas masyarakat. u.ac.jp/rp-
Adapun fungsi agama dalam perilaku contents/DY/0065/DY00650L15
totemisme adalah sebagai pengikat 9.pdf. 159-178.
keyakinan mereka terhadap kekuatan Beilharz, Peter. 2005. Teori-Teori Sosial:
supranatural, sehingga mereka dapat Observasi Kritis terhadap para
mematuhi aturan-aturan yang berlaku. Filosof Terkemuka. Yogyakarta:
Dengan adanya akulturasi agama dan Pustaka Pelajar.
budaya di masyarakat menjadikan posisi D’Orsi, Lorenzo dan Fabio Dei. “What is a
agama menjadi hal yang penting bagi rite? Émile Durkheim, a hundred
masyarakat. Pembagian antara sacral years later.” De Gruyter, Open
dan profane menjadikan agama sebagai Information Science, No. 2, Tahun
penyedia ide, ritual dan segala aktivitas 2018, 115–126.
yang bersifat sosial yang mampu Hartland, Edwin Sidney. “Review –
menyatukan masyarakat. Australia: Totemism, Man, a
Monthly Record of
Daftar Pustaka
Anthropological Science.”
“Sacred and Profane.” Diakses dari
published under the direction of
http://routledgesoc.com/category
the Royal Anthropological Institute
/profile-tags/sacred-and-profane
of Great Britain and Ireland
pada tanggal 03 Juni 2020.
279 I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 12 No 3 (2020) : Desember 2020
(London), Vol. 13, No. 5, Mei 1993, Setiadi, Elly M. dan Usman Kolip. 2011.
91-96. Pengantar Sosiologi: Pemahaman
Moehnilabib, dkk. 1997. Dasar-dasar Fakta dan Gejala Permasalahan
Metodologi Penelitian. Malang: Sosial. Jakarta: Prenadamedia
Lembaga Penelitian IKIP Malang. Group.
Turner, Bryan S. 2012. Relasi Agama dan
Mibtadin. “Kritik Teori Masyarakat
Teori Sosial Kontemporer.
Sakral dan Masyarakat Profan:
Yogyakarta: IRCiSod.
Relevansi Pemikiran Sosial
Yanitra, Arie. “Sakral: Agama atau
Durkheim dalam Wacana
Masyarakat.” Diakses dari
Penegakan Syariah di Indonesia.”
https://www.kompasiana.com/ar
Jurnal Smart: Studi Masyarakat,
ieyanitra/5500572fa333117f725
Religi dan Tradisi, Vol. 2, No. 1, Juli
10bbc/sakral-agama-atau-
2016, 1-13.
masyarakat pada tanggal 03 Juni
Mol, Hans. “The Origin and Function of
2020.
Religion: A Critique of, and
Alternative to, Durkheim's
Interpretation of the Religion of
Australian Aborigines.” Journal for
the Scientific Study of Religion, Vol.
18, No. 4, Desember 1979, 379-
389.
Muhammad, Nurdinah. “Memahami
Konsep Sakral dan Profan Dalam
Agama-Agama.” Jurnal Substantia,
Vol. 15, No. 2, Oktober 2013, 268-
280.
Pals, Daniel L. 2012. Seven Theories of
Religion. Yogyakarta: IRCoSod.
Ritzer, George. 2010. Teori Sosial
Postmodern. Yogyakarta: Kreasi
Wacana.
I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I 280