Prinsip Desain Masjid
Prinsip Desain Masjid
Pada dasarnya desain masjid yang baik bertujuan untuk MEMELIHARA kualitas
kekhusyuan , kesucian dari seluruh kegiatan ibadah di dalamnya, bukan hanya sekedar
menciptakan bangunan Masjid yang indah, glamor ataupun bermegah-megah.
2.Antara Pria dan Wanita harus ada Hijab atau pembatas sesuai tuntunan Al-Quran.
***************************************************************************
*
1. ZONASI :
Yaitu pengelompokan area berdasarkan kegiatan tertentu di buat secara jelas; termasuk :
Perlu di ingat bahwa tidak semua yang datang ke masjid dalam keadaan "suci" misalnya
wanita yang sedang haidh, jika ada kegiatan (ceramah, akad nikah, dsb) .Maka diperlukan
Zona "non Sholat" ini, termasuk jika masjid ini berfungsi juga sebagai sarana dakwah bagi
non muslim.
Jenis kegiatan yang akan dilakukan di area Masjid juga mempengaruhi pola Zonasi. Masjid
raya atau masjid jami' biasanya memiliki lebih banyak kegiatan seperti kegiatan remaja
masjid, kursus singkat, perpustakaan, Taman Al Quran/TPA, bahkan area khusus diskusi bagi
non muslim yang ingin lebih mengenal islam.
Innventarisasi Lingkup Kegiatan sangat penting sebagai langkah awal mendesain Masjid
termasuk menentukan Zonasi nya.
2.SIRKULASI
a. Sirkulasi pria dan wanita:
Sirkulasi wanita dan Pria idealnya terpisah. Sehingga tidak membatalkan wudhu maupun
menganggu konsentrasi jamaah.
Sering kita temui bersatunya area wudhu pria dan wanita (biasanya di Mall, dengan alasan
keterbatasan tempat) , ini jelas tidak terpelihara, selain potensi saling bersentuhan juga yang
menyulitkan adalah ketika para wanita harus membuka jilbabnya dan menyingkap
pakaiannya untuk berwudhu, sehingga memperlihatkan auratnya .
b. Sirkulasi BerSuci
Sirkuasi bagi mereka yang telah dan belum berwudhlu sangat penting diperhatikan dalam
rangka memelihara THAHARAH wudhu. Biasanya ditandai dengan "Jalur Suci dan Batas
Suci"
Seringkali kita temui desain mesjid kurang memperhatikan "Jalur dan batas suci", jalur
pejalan kaki mereka yang BELUM WUDHU (kadang-kadang masih memakai sandal atau
sepatunya) bertabrakan / bercampur dengan mereka yang sudah berwudlu, sehingga otomatis
kaki jamaah yang sudah wudhu jadi tidak Thaharah. Lalu ketika jamaah tersebut memasuki
masjid maka ikut tercemarlah lantai masjid nya.
Contoh pola Sirkulasi pada Masjid
3. THAHARAH
Thaharah bukan semata-mata kesucian berwudhu, tetapi juga memelihara kesucian diri dan
lingkungan dari najis. Diantaranya:
* TERPELIHARA dari najis yang mungkin mengotori lantai dan dinding Masjid; sehingga
menodai kesucian pakaian jamaah yang hendak sholat. Kasus yang pernah saya temui antara
lain;
masjid dimasuki oleh hewan misalnya kucing yang kemungkinan besar kakinya mengandung
najis, sehingga menempel pada lanatai masjid.
Atau Masjid dimasuki oleh jamaah (umumnya anak-anak) yang belum paham adab masuk
masjid, mereka lalai cuci kaki atau tidak wudhu lebih dulu sebelum memasuki masjid.
Perlu diperhatikan juga kebersihan alat (misalnya pel lantai) dan metoda pembersihan
masjidnya, agar terpelihara ke Thaharah an masjid.
Beberapa hal yang sering luput kita perhatikan sehingga kondisi Area Sholat tidak Thaharah
adalah :
Pola Sirkulasi pengunjung yang salah desain, bertabrakan, tidak urut dsb.
Informasi atau SIGN "BATAS SUCI" tidak ada atau tidak jelas.
Pengunjung dari Toilet langsung menuju area sholat tanpa ada area PERANTARA
seperti area cuci kaki atau berwudhu lebih dulu
Pintu Toilet terlalu dekat area sholat, sehingga cipratan najis masuk ke area sholat
Adanya desain fisik yg mengundang hewan misalnya Cicak. kelihatannya sepele
tetapi ternyata kotoran cicak cukup bikin pusing dalam rangka menjaga ke
Thaharahan Masjid. Cicak menyukai area lembab dan hangat, seperti celah atau
rongga di plafod yang kurang sirkulasi udara.
Gangguan suara :
suara berisik bisa datang dari kesalahan penempatan genset, partisi kedap, jalan raya ramai
yang tidak diberi "Filter" peredam suara, dsb.-----Pepohonan Rimbun dapat berfungsi sebagai
Filter /Peredam kebisingan dari Jalan Raya. , Demikian pula dengan dinding masif tanpa
bukaan bersifat "memblokir" suara (tetapi juga memblokir cahaya, sehingga jika dipakai pun
direkomendasikan dilengkapi semacam Glass Block )
Gangguan Visual :
gambar dan ornamen ornamen ramai yang berlebih2an, silau cahaya , warna-warni mencolok,
atau kegiatan dan pemandangan diluar masjid yang merusak konsentrasi sholat. termasuk
gangguan visual adalah ketika area pria dan wanita tidak ter "hijab" dengan baik
.---------Pemakaian Ornamen Kaligrafi lukis dengan warna Monochrome Biru s/d Hijau
lembut banyak digunakan meniru desain "Blue Mosquedi Turki " karena efek menetramkan
dan estetikanya.
Pemanfaatan dan efisiensi Lubang Pencahayaan sekaligus menjadi elemen estetika interior
Blue Mosque in Afghanistan Mazhar E Shariff
----------Pemakaian Kayu ekspose dengan plituur /warna kayu natural pada lantai (parket),
dinding dan atap (rangka atap ekspose) juga memberikan kesan menentramkan.
----------Partisi pemisah umumnya digunakan kain karena mudah di atur untuk perluasan
sholat Jumat , tetapi partisi Rotan yang ringan juga dapat digunakan dan masih cukup bersifat
"movable"
Gangguan Bau :
misalnya posisi toilet yang tidak memperhitungkan sirkulasi udara, dapat menyebabkan bau
malah "menerjang" ke area sholat, atau bau sambal goreng restoran sebelah yang bikin
jamaah buyar konsentrasinya :)
------------------Upayakan toilet area berada pada sisi terjauh dari area Sholat, dengan jendela
bukaan kearah halaman luar, atau gunakan Exhaust fan.
------------------Selokan buangan air wudhu yang tidak mengalir lancar, juga menimbulkan
bau tidak sedap. Perhatikan kemiringan saluran dan arah buangannya. Untuk menghemat air
tanah, air bekas wudhu dapat disalurkan ke sumur resapan daripada di buang sia-sia ke
selokan.
Idealnya kita mengacu pada prinsip masjid yang dibangun Rasulullah yaitu Masjid Nabawi-
Madinah; masjid ini awalnya sangat sederhana dan lebih mengutamakan Fungsi Kegiatan
yang dapat ditampung di dalamnya. Kegiatan yang memuliakan derajat umat lebih utama dari
sekedar kemuliaan tampilan fisik. Wallahu'alam.
Pemakaian Ikon Masjid seperti Kubah, Minaret dan ornamen hias interior sah saja dipakai
selama tidak berlebih-lebihan dan melewati batas kewajaran.
Menurut kami Masjid tidak harus selalu memakai Kubah, tetapi bisa juga memakai atap
limasan atau bentuk lain yang memang lebih cocok untuk iklim TROPIS LEMBAB seperti
di Indonesia.
Perlu dipahami bahwa asal muasal "kubah" atau "DOME" adalah dari arsitektur GEREJA
Byzantine contohnya adalah Hagia Sophia sebelumnya adalah sebuah gereja utama di masa
era kaisar Romawi Constantine di Constantinople eropa (Sekarang turki) ,Dibangun pada
tahun 500-an Masehi . Bangunan ini menjadi kebanggaan umat kristiani saat itu, karena
kecanggihan teknologi pembuatan kubahnya yang mampu memiliki bentang besar, tanpa
terganggu deretan kolom, sehingga dapat menampung jamaat dalam jumlah besar.
Gereja Hagia Sophia-pada 537 M,era Romawi
Hagia Sophia kemudian dijadikan Masjid sejak penaklukan Islam pada tahun 1400 an
Interior Hagia Sophia, masih terlihat lukisan khas nasrani yang masih dipertahankan sebagai
penghargaan pada ibunda Siti maryam dan Nabi Isa.A.S, saat ini berfungsi sebagai Museum.
Sejak penaklukan Constantinopel oleh Sutan Muhammad Al-Fatih pada tahun 1432 M , para
sarjana Muslim tertantang menyaingi "kecanggihan" gereja Aya Sofia; Dalam proyek
pembangunan MESJID BIRU -Turki . Mereka berhasil mengembangkan Teknologi
tandingan dengan membangun Kubah yang lebih besar dari Aya Sofia, serta membangun
minaret yang sangat tinggi tetapi "runcing dan slim".
. Masjid inipun menjadi pembuktian keutamaan kemampuan ilmuwan Muslim dimata umat
non Muslim lainnya di masa itu.
Sejak itu "kubah dan Minaret" menjadi ikon yang melekat pada arsitektur Masjid (Islam)
Jika kita cermati, semangat Dakwah Umat Islam lah yang lebih melatar belakangi
pembangunan Masjid Biru ini, bukan sekedar bermegah-megah atau berbangga bangga
dengan kemewahan bangunan.
Interior Blue Mosque-Turki : th. 1600 an, perhatikan pola lubang cahaya sekaligus menjadi efek interior yg indah,
pencahayaan buatan zaman dulu terdiri atas obor mini melingkar dan para ilmuwan saat itu telah memakai teknologi
pencegahan polusi dan re-cycling sedemikian rupa sehingga asap dari obor tersebut di :tangkap" dan manfaatkan
kembali sebagai tinta.
Perhatikan juga perbedaan BENTANG antar kolom yg sedemikian lebar sehingga tidak mengganggu shaf sholat.
Perhatikan juga banyaknya lubang cahaya dan tata warna dan kecerahan , ada perbedaan significant antara AYA
SOFIA dan BLUE MOSQUE.. Perbedaan ini menunjukkan adanya kemajuan teknis/Scientific. Karena semakin
banyak bukaan, berarti kekuatan dinding sebagai unsur struktur berkurang dan fungsinya dialihkan ke kolom.
Pewarnaan dinding Blue Mosque di dominasi Keramic Mozaic, tehnologi yg belum ada di AYA SOFIA.
Blue Mosque Turki -tahun 1606
Di Indonesia selain bentuk kubah dan minaret, Masjid juga tampil dalam bentuk atap
limasan sebagaimana dicontohkan dari beberapa masjid para wali dan beberapa masjid tua di
indonesia. Masjid-Masjid inipun lebih mengutamakan Fungsi Kegiatan daripada sekedar
bermegah-megah.
Masjid Agung Palopo 1604: Pemakaian LIMASAN secara Fungsional memang lebih Cocok
untuk Area TROPIS lembab seperti Indonesia. Sirkulasi Udara dari celah tumpukan limasan
menyejukkan bagian dalam Masjid dan mengurangi kelembaban, kelembaban udara digemari
hewan seperti cicak dimana kotorannya kerap menjadi kendala menjaga ke Thaharah-an
masjid. Perhatikan dinding tebal ala bangunan kolonial, opening jendelanya dengan
ketebalan dining seperti itu menyebabka jendela berfungsi double yaitu Untuk Pencahayaan
dan juga sebagai "Cerobong Udara".
Masjid Agung Palembang th. 1700 an., Jika melihat tahun berdirinya maka dapat
disimpulkan bahwa Sultan palembang saat itu memang tidak ingin membangun mesjid ala
"kubah" tetapi lebih memilih arsitektur yg memang cocok untuk iklim Tropis Lembab
Indonesia. Bukan berarti Sulthan tidak mengenal arsitektur kubah, karena pada zaman itu
beberapa masjid raya di sumatra telah memakai Kubah sebagai ikon Masjid.
INTERIOR MASJID
Elemen Interior masjid dapat di kembangkan dari :
Contoh : Rak Al Quran di masjid As Syafaa Singapore ini terbuat dari kombinasi kayu dan
stainless, diperindah dengan efek pencahayaan alami dari atas.
Khusus untuk elemen ini, kita harus agak ekstra "mikir", usahakan agar
elemen ini bersifat dual fungsi: sebagai estetika interior dan juga sebagai unsur struktural
fungsional.
Misalnya :
Memaksimalkan pencahayaan dan Pengudaraan alami , agar pengurus masjid tidak terbebani
biaya tagihan Listrik .
Modern Mosque : Assyaffah- Singapore : Pertemuan struktur Kolom dan balok ikut menjadi
elemen estestis interior.
Perhatikan penyelesaian Dinding: sangat sederhana , ekonomis tetapi estetik
Ketika Stuktur banguna juga berfungsi sebagi elemen estetik interior. Perhatikan pengolahan
finishing kolom, dan pertemuan dengan structure arch beam /balok lengkung .
AS Syafaaa Mosque Singapore : area Sholat dan Mihrab .
Warna monochrome broken white yg dipakai minimalis, Jendela Ruji besar sangat
mencukupi kebutuhan cahaya dan sirkulasi udara segar, tetapi juga memberi efek interiior
dramatis, perhatikan bayangan jeruji yang jatuh ke lantai.
AS syaffa Mosque Singapore : Area Sholat. Sederhana , clean, khusyu' . Granit hitam
memantulkan cahaya dan bayangan jeruji jendela. Mihrab sederhana, tapi menjadi luar biasa
dengan efek cahaya dari atas.
Doa ini Insya Allah dapat menjadi salah satu doa yang kita gunakan dalam Membangun
Masjid maupun bangunan lainnya. Sebagaimana Nabi Ibrahim; doa ini dibaca terus menerus
selama proses pembangunan (bukan hanya di awal saja).
128: Ya Rabb kami, jadikanlah kami (berdua) orang yang tunduk patuh (muslim) dan
jadikanlah pula atas anak cucu keturunanku keturunanku umat yang muslim (tunduk patuh)
padaMu, dan tunjukkanlah pada kami cara2 dan tempat ibadah (haji) kami, dan terimalah
TAUBAT kami, sesungguhnya Engkaulah Maha penerima Taubat dan Maha Penyayang
(tawwaburrahiim)
129 : Ya Rabbana, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan
membacakan pada mereka ayat-ayaat Mu, dan mengajarkan pada mereka Al Kitab (Al
Quran ) dan Al Hikmah, serta mensucikan (Zakkihim) mereka, Sesungguhnya Engkaulah
yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana ('Aziiz ul Hakiim)
Ayat diatas InsyaAllah dapat kita pakai sebagai doa dalam merancang dan membangun di
lapangan (bangunan apa saja) , dimana didalamnya diisyaratkan :
*) Mengihklaskan niat membangun hanya kerena mengharap ridha Allah (Al-baqarah : 127) ,
dan di doakan terus menerus selama proses perencanaan dan pembangunan sampai
selesainya, bukan hanya di awal pelaksanaan.
*) di Doakan Agar karya kita ini bermanfaat bagi ke "muslim" an kita dan anak turunan kita
yg juga kelak akan menikmati bangunan ini sebagai tempat memperbaiki ibadahnya , tempat
mempelajari Al Quran dan Al-Hikmah, dan tempat mensucikan hati.
Kalau kita perhatikan Bangunan Masjid , Madrasah ataupun bangunan lainnya yang di
bangun pada masa para wali, atau pada masa jayanya syiar Islam, sampai beratus tahun
kemudian bangunan bangunan tersebut masih bertahan dan ramai berfungsi sebagai Pusat
Syiar Islam; padahal telah melewati ratusan tahun alias beberapa generasi (anak-cucu) ,
agaknya inilah yang dimaksud dalam doa "jadikanlah pula atas anak cucu keturunanku
umat yang muslim (tunduk patuh) padaMu,..." Al-Baqarah : 128.
Wallahu'alam Bisawwab