MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Arsitektur yang dibina oleh:
Sulistianingsih As., M.Pd.
Oleh:
Nama: Habil Abdillah Naufal
NIM: 21210149
Halaman
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI ................................................................................................... i
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 3
B. Masalah atau Topik Bahasan ...................................................... 3
C. Tujuan ......................................................................................... 4
1
DAFTAR GAMBAR
2
BAB I
PENDAHULUAN
Arsitektur Islam adalah suatu arsitektur atau hasil usaha manusia yang memiliki
wujud kongkrit sebagai pemenuh atas kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani.
Perkembangan arsitektur Islam sangatlah luas meliputi bangunan tempat tinggal dan
bangunan keagamaan. Di antaranya istana, benteng, masjid, kuburan, bak pemandian
umum, air mancur, dan lain-lain.
3
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Dari masa turun nya Agama Islam banyak sekali peninggalan bukti sejarah yang
menakjubkan. Sejarah tokoh-tokoh, pemikiran-pemikiran, tekhnologi serta penemuan-
penemuan, peradaban dan kebudayaan, dan masih banyak lagi. Pada sisi seni arsitektur
dan bangunan, peninggalan sejarah peradaban Islam sangatlah banyak, tidak hanya yang
ada di wilayah timur tengah bahkan juga terdapat di berbagai belahan wilayah lain nya
yang ada di dunia.
Sejarah arsitektur Islam berawal ketika Nabi Muhammad SAW beserta para
sahabatnya membangun masjid di Quba, Madinah pada tahun 1 Hijriyah/622 Masehi.
Dengan denah yang sederhana, berbentuk segi empat dan dinding yang menjadi
pembatas sekelilingnya, masjid yang sederhana dan bersahaja, belum megah dan indah
seperti saat ini.
Arsitektur di zaman ini banyak yang difungsikan secara utilitas sebagai Masjid
maupun tempat perkumpulan, Mulai Masjid Quba, Masjid Nabawi, Masjidil Haram,
hingga Masjidil Aqsa.
4
A. Masjid Quba
Masjid Quba Adalah satu bukti sejarah Islam yang berdiri sejak zaman
Rasulullah Muhammad SAW. Dalam catatan sejarah peradaban Islam dan di kutip dari
Detik News, Nabi Muhammad SAW sendiri dan sahabat lain nya seperti Abubakar ikut
dalam membawa material dan membangun Masjid Quba tersebut, dikatakan bahwa
badan Nabi Muhammad SAW bahkan berlumuran dengan debu dan pasir. Setelah
masjid Quba di bangun Rasulullah SAW memimpin shalat para jamaah dan sahabat.
Semasa hidup nya, Rasulullah Muhammad SAW mengunjungi Masjid Quba setiap hari
Senin, Kamis, dan Sabtu.
Mengutip dari Liputan 6.com, masjid ini pertama kali berdiri sejak tahun 1
Hijriyah atau 622 Masehi, yaitu pada saat Nabi Muhammad SAW berhijrah dari Kota
Makkah ke Kota Madinah bersama sahabat lain nya. Penempatan arsitektur bangunan
Masjid Quba ini merupakan cikal bakal konstruksi bangunan masjid lainnya yang pada
umum nya di pakai dalam pembangunan masjid sampai saat sekarang ini. Masjid Quba
merupakan bangunan yang di dirikan atas dasar taqwa, sebab menurut catatan sejarah
Masjid Quba ini di dirikan Rasulullah SAW pada saat unta yang di tunggangi nya
berhenti dalam perjalanan hijrah dari makkah ke Madinah, dan merupakan masjid
5
pertama yang didirikan Nabi Muhammad SAW di Kota Madinah sebelum Masjid
Nabawi.
Kemuliaan nya tersebut di dalam Al- Quran surah At-Taubah (9) ayat 108
َُ ْ َّ ْ َ َ َ س ِّ َ َ َ ْ ٌ َ َ ا َ َ ْ َ َ ُ َ ِۚ ٌ َ َ ُّ ُ ْ َ َّ َ َ َ ُ َّ َ ُّ ُ َ ِّ َّ ُ ْ
ْ ْ يه تقِ َ لمْ ِِد أَدا ِۚ ِف ِّوم أن أ َح ُّق َي ْو ٍم أ َّو ِل ِمن التقوٰ َل أ يه تق ِ المطه ِرين ي ِحب والله يتطه ُروا أن ي ِحبون ِرجال ِف
ِ يه ِف
َ
ل
Terdapat banyak sekali ganjaran pahala ibadah yang dapat kita lakukan ketika
berada di dalam Masjid Quba. Menurut banyak sumber bahwa beribadah di dalam
Mesjid Quba tersebut sama pahalanya seperti sedang melakukan ibadah Umrah. Dalam
riwayat disebutkan bahwa Masjid Quba merupakan salah satu masjid yang di agungkan
kemuliaannya oleh Allah SWT setelah Masjidil Haram di Makkah, Masjid Nabawi di
Madinah, dan Masjidil Aqsha di Palestina.
Di sebutkan dalam hadits yang di riwayatkan oleh Imam Muslim, Abdullah bin
Umar berkata, “Dahulu Nabi SAW mendatangi Masjid Quba setiap Sabtu dengan
berjalan kaki atau berkendaraan kemudian melaksanakan shalat dua rakaat”, sedang
dalam hadist lain yang di riwayatkan Imam Bukhari no. 1194 dan Muslim, no. 1399,
Abdullah bin Umar berkata, “Nabi SAW biasa mendatangi Masjid Quba sambil
memakai (kadang-kadang) kendaraan, dan (kadang-kadang) berjalan kaki.”
ََ ُ َ َ َ ًَ َّ َ َ َ ُ َ ْ َ َ َ َّ ُ ْ َ َّ َ َ ْ َ
يه َصلة كان له كأ ْج ِر َُ ْم َرٍة
ِ من تطه َر ِف بي ِت ِه ث ْ أت مْ ِِد قب ٍاء فصل ِف
6
“Barang siapa bersuci di rumahnya lalu datang ke Masjid Quba, lalu dia
mendirikan shalat di sana, maka dia mendapatkan pahala umrah.” (HR. Ibnu Majah no.
1412, An-Nasai, no. 700).
Dilansir Dari Detik News, bagunan masjid yang luas nan indah ini di bangun di
atas lahan kebun kurma seluas 1.200 meter persegi. Seiring dengan perkembangan
zaman, masjid ini di perluas dan sekarang mencapai luas 5.860 meter persegi sehingga
dapat menampung sejumlah kurang lebih 2.000 jamaah sekaligus. Empat menara yang
menjulang dan 56 qubah tampak mempercantik bangunan masjid tersebut. 19 pintu
yang berdiri kokoh di Masjid Quba, 3 di antaranya merupakan pintu utama, dua pintu di
peruntukkan untuk jamaah laki-laki, dan satu lain nya untuk jamaah perempuan.
Perluasan Masjid Quba terjadi beberapa kali, pada konstruksi awal di zaman
Rasulullah Nabi Muhammad SAW bangunan masjid ini sangatlah berbentuk sederhana,
dengan dinding tanah liat dan atap pelepah kurma. Sampai pada sepeninggalan Nabi
Muhammad SAW masjid ini di renovasi untuk pertama kalinya pada masa kekhalifahan
Utsman bin Affan, lalu di ikuti oleh beberapa Rezim kepemimpinan peradaban timur
tengah setelahnya, Khalifah Umar bin Abdul Aziz dari Dinasti Umayyah
merekonstruksi bangunan menara pertama pada Masjid Quba, dan di ikuti dengan
renovasi-renovasi setelahnya.
7
Berziarah ke Masjid Quba merupakan salah satu tujuan destinasi bagi jamaah
haji dan umrah. Pelataran yang luas dan dapat menampung banyak masa menjadikan
Masjid Quba salah satu tujuan ziarah ibadah bagi umat muslim dari berbagai belahan
dunia. Sebagian besar dari peziarah yang datang ke masjid tersebut merupakan jamaah
yang berasal dari Indonesia, sedang jamaah lain nya berasal dari Negara seperti Brunei,
Maaysia, Turki, Iran, dan beberapa Negara lain nya yang berada di timur tengah dan
eropa.
Tentunya menjadi salah satu keinginan umat muslim untuk dapat berkunjung ke
rumah Allah yang satu ini dengan menghadirkan ketaqwaan dan mengharap lebih ridho
Nya. Semoga kita dapat berkesempatan menikmati indahnya meraih amalan mulia yang
di lakukan di dalam Masjid Quba yang di muliakan oleh Allah SWT ini.
B. Masjid Nabawi
Gambar 1.1(sirohnabawiyah.com)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membangun Masjid Nabawi pada bulan
Raibul Awal di awal-awal hijarahnya ke Madinah. Pada saat itu panjang masjid adalah
70 hasta dan lebarnya 60 hasta atau panjangnya 35 m dan lebar 30 m. Kala itu Masjid
Nabawi sangat sederhana, kita akan sulit membayangkan keadaannya apabila melihat
bangunannya yang megah saat ini. Lantai masjid adalah tanah yang berbatu, atapnya
pelepah kurma, dan terdapat tiga pintu, sementara sekarang sangat besar dan megah.
8
Masjid Nabawi, Kiblat Baitul Maqdis
Area yang hendak dibangun Masjid Nabawi saat itu terdapat bangunan yang
dimiliki oleh Bani Najjar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Bani
Najjar, “Wahai Bani Najjar, berilah harga bangunan kalian ini?” Orang-orang Bani
Najjar menjawab, “Tidak, demi Allah. Kami tidak akan meminta harga untuk bangunan
ini kecuali hanya kepada Allah.” Bani Najjar dengan suka rela mewakafkan bangunan
dan tanah mereka untuk pembangunan Masjid Nabawi dan mereka berharap pahala dari
sisi Allah atas amalan mereka tersebut.
Anas bin Malik yang meriwayatkan hadis ini menuturkan, “Saat itu di area
pembangunan terdapat kuburan orang-orang musyrik, puing-puing bangunan, dan
pohon kurma. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk
memindahkan mayat di makam tersebut, meratakan puing-puing, dan menebang pohon
kurma.”
Pada tahun 7 H, jumlah umat Islam semakin banyak, dan masjid menjadi penuh,
Nabi pun mengambil kebijakan memperluas Masjid Nabawi. Beliau tambahkan masing-
masing 20 hasta untuk panjang dan lebar masjid. Utsman bin Affan adalah orang yang
menanggung biaya pembebasan tanah untuk perluasan masjid saat itu. Peristiwa ini
terjadi sepulangnya beliau dari Perang Khaibar.
َ ن أَ ْف
َ ضلٌ َهذَا َمس ِْجدِي فِي
ٌص ََلة ٌِ ص ََلةٌ أَ ْل
ٌْ ف ِم ٌ ّ ِام ْال َمس ِْج ٌدَ إ
َ فِي ٌَما،َل ِس َواه ٌَ ْال َح َر
9
“Shalat di masjidku ini lebih utama dari 1000 kali shalat di masjid selainnya, kecuali
Masjid al-Haram.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Mimbar Nabi
ضةٌ َو ِم ْنبَ ِري بَ ْيتٌِي بَيْنٌَ َما ٌ ِ َضي َعلَى َو ِم ْنبَ ِري ْال َجنّ ٌِة ِري
ٌْ اض ِم
َ ن َر ْو ِ َح ْو
“Antara rumahku dan mimbarku ada taman dari taman-taman surga, dan mimbarku di
atas telagaku.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Awalnya Nabi berkhutbah di atas potongan pohon kurma kemudian para sahabat
membuatkan beliau mimbar, sejak saat itu beliau selalu berkhutbah di atas mimbar. Dari
Jabir radhiallahu ‘anhu bahwa dulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam saat khutbah
Jumat berdiri di atas potongan pohon kurma, lalu ada seorang perempuan atau laki-laki
Anshar mengatakan, ‘Wahai Rasulullah, bolehkah kami membuatkanmu mimbar?’
Nabi menjawab, ‘Jika kalian mau (silahkan)’. Maka para sahabat membuatkan beliau
mimbar. Pada Jumat berikutnya, beliau pun naik ke atas mimbarnya, terdengarlah suara
tangisan (merengek) pohon kurma seperti tangisan anak kecil, kemudian Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam mendekapnya. Pohon it uterus ‘merengek’ layaknya anak
kecil. Rasulullah mengatakan, ‘Ia menagis karena kehilangan dzikir-dzikir yang
dulunya disebut di atasnya’.” (HR. Bukhari)
Diantara keagungan dan keutamaan mimbar ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
melarang seseorang bersumpah di dekatnya, barangsiapa bersumpah di dekat mimbar
tersebut dia telah berdusta dan berdosa.
ٌَل َعبْدٌ ْال ِم ْن َب ٌِر َهذَا ِع ْن ٌدَ َيحْ ِلفٌ ََل ْ َل َر
ٌ َ َو، َي ِمينٌ َعلَى أَ َمة، ِس َواكٌ َعلَى َولَ ٌْو آ ِث َمة،طب ٌ ّ ت ِإ
ٌْ النّارٌ لَهٌ َو َج َب
10
“Janganlah seorang budak laki-laki atau perempuan bersumpah di dekat mimbar
tersebut. Bagi orang yang bersumpah, maka dia berdosa…” (HR. Ibnu Majah, Ahmad,
dan Hakim)
Raudhah
Raudhah adalah suatu tempat di Masjid Nabawi yang terletak antara mimbar
beliau dengan kamar (rumah) beliau. Rasulullah menerangkan tentang keutamaan
raudhah,
قال النبي أن عنه الله رضي هريرة أبي عن: “ضةٌ َو ِم ْن َب ِري َب ْيتِي َبيْنٌَ َما ٌ ِ ِر َي،ضي َعلَى َو ِم ْن َب ِري ال َجنّ ِة
ٌْ اض ِم
َ ن َر ْو ِ َح ْو
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Antara rumahku dan mimbarku terdapat taman di antara taman-taman surga. Dan
mimbarku di atas telagaku.” (HR. Bukhari).
Jarak antara mimbar dan rumah Nabi adalah 53 hasta atau sekitar 26,5 m.
Rumah Nabi
Rumah atau bilik Nabi yang berdekatan dengan Masjid Nabawi adalah kamar
beliau bersama ibunda Aisyah radhiallahu ‘anha. Nabi Muhammad dimakamkan di sini,
11
karena beliau wafat di kamar Aisyah, kemudian Abu Bakar radhiallahu ‘anhu
dimakamkan pula di tempat yang sama pada tahun 13 H, lalu Umar bin Khattab pada
tahun 24 H.
12
Perluasan oleh Khadimu al-Haramain asy-Syarifain, Fahd bin Abdul Aziz alu
Su’ud tahun 1406-1414 H.
Perluasan masjid yang saat ini sedang berlangsung oleh Khadimu al-Haramain
asy-Syarifain, Abdullah bin Abdul Aziz
C. Masjidil Haram
Gambar 1.3(republika.com)
Sejarah Masjidilharam tidak lepas dari pembangunan Ka'bah jauh sebelum Nabi
Adam diciptakan. Setelah Nabi Adam dan Hawa turun ke bumi, mereka diperintahkan
oleh Allah untuk membangun bangunan di sebuah lembah yang bernama Bakkah (saat
ini menjadi bagian dari Kota Makkah al-Mukarramah). Namun, bangunan tersebut
hancur akibat air bah pada masa Nabi Nuh. Selama beberapa abad kemudian, Allah
memerintahkan kepada Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail untuk membangun
sebuah bangunan di tengah perempatan kota Makkah untuk dijadikan tempat beribadah
Mereka berdua lah yang pertama kali meletakkan Hajar Aswad dan Maqam Ibrahim di
sekitar Ka'bah. Sejak pembangunan tersebut, Ka'bah dan Masjidil Haram dijaga oleh
para keturunan Ismail
13
Masa Jahiliah
Masjidil haram menjadi pusat atau tujuan utama para peziarah, terutama Ka'bah.
Akibatnya, Abrahah dari Yaman, merasa iri dan ingin menghancurkan Ka'bah mereka
membawa pasukan bergajah untuk menghancurkan Ka'bah. Namun ketika dalam
perjalanan, semua pasukan itu dilempari batu berapi dari neraka oleh burung-burung
ababil, sehingga pasukan tersebut mati dalam keadaan tubuh yang rusak dan berlubang-
lubang selayaknya daun-daun yang dimakan ulat. Peristiwa itu terjadi pada tahun gajah,
yakni tahun saat Nabi Muhammad saw. dilahirkan, yaitu pada tahun 571 M.
Masa Rasulullah
14
Gambar 1.4 (unsplash.com)
Masjidil Haram banyak mengalami renovasi dan pembangunan besar-besaran
pada masa khilafaur rashidin hingga masa kini.
D. Masjid Al-Aqsa
Gambar 1.5(Makassar.tribunnews.com)
15
Masjid al-Aqsha di Baitul Maqdis, Palestina, merupakan salah satu tanah suci menurut
Islam.
Inilah tanah suci ketiga dalam ajaran Islam. Masjid al-Aqsha al-Mubarak berlokasi di
Kota al-Quds, Palestina, yang hingga kini dijajah Israel. Riwayat historisnya dapat dilacak hingga
zaman manusia pertama.
Dari sekian banyak kota di dunia, dalam ajaran Islam terdapat tiga yang mulia. Mereka
adalah Makkah al-Mukarramah, Madinah al-Munawwarah, dan al-Quds. Dari ketiganya, Kota
al-Quds menjadi yang paling memprihatinkan saat ini. Sebab, ketenteramannya kerap
diganggu Israel, entitas penjajah yang berpaham zionisme.
Semua kota tersebut berpusat pada masjid-masjid suci. Makkah dan Madinah
merupakan tempat berdirinya masing-masing Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Tentang
keutamaan masjid yang menjadi lokasi Ka’bah itu, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Shalat di
Masjidil Haram lebih utama daripada 100 ribu (kali) shalat di masjid lainnya.”
Al-Quds merupakan rumah bagi Masjid al-Aqsha. Inilah masjid kedua yang mula-mula
dibangun di bumi, seperti dinyatakan dalam sebuah hadis riwayat Abu Dzar. Sahabat tersebut
pernah bertanya kepada Nabi SAW, “Ya Rasulullah, masjid apa yang pertama kali dibangun di
muka bumi?” Beliau menjawab, “Masjidil Haram.”
Dalam sejarah Islam, kedudukan al-Aqsha begitu berarti. Inilah kiblat pertama bagi
umat Rasulullah SAW dalam shalat. Sebelum berhijrah, Nabi SAW dan para pengikutnya
melaksanakan shalat dengan menghadap ke arah sana.
Dalam sejarah Islam, kedudukan al-Aqsha begitu berarti. Inilah kiblat pertama bagi
umat Rasulullah SAW dalam shalat.Ketika perintah shalat lima waktu turun, mereka tetap
berkiblat ke masjid di Kota al-Quds itu selama 17 bulan hingga turunnya surah al-Baqarah ayat
144. Firman Allah Ta’ala tersebut memuat perintah agar kiblat berpindah ke Ka’bah.
Al-Aqsha pun menjadi salah satu tujuan Nabi SAW tatkala melakukan Isra dan Mi’raj,
yakni pada tahun ke-11 kenabian atau kira-kira setahun sebelum hijrah. “Mahasuci (Allah),
yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke
16
Masjid al-Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya
sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami.” (QS al-Isra: 1).
Dari Makkah, Rasulullah SAW menaiki al-Buraq dengan diiringi Malaikat Jibril, ke al-
Quds. Selanjutnya, dari Masjid al-Aqsha beliau naik ke Sidratul Muntaha untuk menyaksikan
berbagai kekuasaan Allah dan menerima perintah shalat lima waktu. Dari langit ketujuh, beliau
kembali lagi ke Makkah. Semua perjalanan itu ditempuhnya, secara jasmani sekaligus rohani,
hanya dalam satu malam.
Secara kebahasaan, nama al-aqsha berarti ‘yang paling jauh'. Tolok ukur jauhnya
adalah posisi dari Makkah sehingga Masjidil Haram seolah-olah merupakan masjid terdekat,
sedangkan masjid di al-Quds itu “terjauh” letaknya. Siapa yang pertama kali menamakannya?
Hanya Allah yang mengetahui. Bagaimanapun, Dia menggunakan nama tersebut dalam firman-
Nya, antara lain al-Isra ayat 1.
Secara geografis, Masjid al-Aqsha terletak di Kota al-Quds atau Baitul Maqdis,
Palestina—yang kini dijajah zionis-Israel. Lokasi persisnya berada di atas dataran tinggi
Murayya atau kerap disebut Gunung Baitul Maqdis. Sebutan tersebut hanya berlaku bagi
Muslimin. Orang-orang Yahudi menamakannya Gunung Haikal. Karena itu, kaum yang
mengeklaim sebagai umat Nabi Sulaiman AS tersebut mendambakan berdirinya Haikal
Sulaiman di atasnya.
Kompleks Masjid al-Aqsha memiliki luas sekira 144 ribu meter persegi. Bentuknya
menyerupai sebuah persegi panjang dengan sisi-sisi yang kurang teratur. Sebab, panjang
tembok yang terletak di empat arah mata angin berlainan, yakni tembok timur (491 m),
tembok barat (462 m), tembok utara (310 m), dan tembok selatan (281 m).
Seluruh yang ada di dalam kawasan yang terlindungi keempat sisi tembok tersebut
merupakan satu kesatuan, yakni Masjid al-Aqsha. Kesuciannya pun meliputi seluruh tanah
tersebut. Alhasil, yang dinamakan sebagai “Masjid al-Aqsha” bukanlah hanya satu bangunan. Ia
bukan cuma, umpamanya, masjid yang berkubah emas (Kubah ash-Shakhrah) atau perak (Jami’
Qibli).
Mahdy Saied RK dalam buku Fadhailu al-Masjidi al-Aqsha wa Madinati Baiti al-Maqdisi
wa ar-Raddu ‘alaa Mazaa'imi al-Yahudi memaparkan bagian-bagian dari Masjid al-Aqsha
sebagai berikut.
Pertama, Masjid Qadim. Dinamakan demikian karena bangunan ini lebih dahulu
didirikan daripada bagian-bagian lain di al-Aqsha. Nama lainnya adalah Masjid Janubi atau
Masjid Jami’ Qibli karena letaknya di arah kiblat.
Pendirinya adalah Umar bin Khattab, sang khalifah yang berhasil membebaskan al-
Quds dari jajahan Romawi. Adapun bentuknya yang dapat dijumpai hingga kini merupakan
legasi dari Khalifah Abdul Malik bin Marwan dan putranya, Malik.
17
Masjid berkubah perak ini mengambil luas 4.500 meter persegi dari total luas al-Aqsha,
sedangkan kapasitasnya meliputi 5.500 jamaah. Berdekatan dengan itu, ada Masjid Umar dan
Mushalla Qadim. Masjid Umar memiliki atap yang bersambung dengan Jami’ Qibli. Adapun
Mushalla Qadim terdiri atas dua paviliun yang bisa menampung hingga seribu jamaah.
Gambar 1.6(Unsplash.com)
Kedua, Masjid Qubbat ash-Shakhrah. Ia disebut pula sebagai Dome of the Rock atau
Masjid Kubah Batu. Banyak gambar tentang Masjid al-Aqsha yang beredar di dunia nyata
maupun maya menempatkan Kubah ash-Shakhrah di tengah-tengah.
Hal itu wajar kiranya bila sang pembuat gambar ingin menunjukkan keanggunan tanah
suci di al-Quds tersebut. Sebab, bangunan yang didirikan raja Dinasti Umayyah, Abdul Malik
bin Marwan, itu bisa dianggap sebagai komponen yang keindahannya paling mencolok di
antara seluruh bagian al-Aqsha.
Nama lainnya adalah Kubah Batu karena di bawahnya terdapat batu (shakhrah) yang
berukuran 56x42 kaki persegi. Muslimin meyakini, pada batu itulah Nabi Muhammad SAW
mulai melakukan Mi’raj.
Karena itu, kesuciannya sering disepadankan dengan Hajar al-Aswad di Masjidil Haram.
Di bawah shakhrah, terdapat gua segi empat yang luasnya 4,5x4,5 meter persegi dan tingginya
1,5 meter.
Ketiga, ada Masjid al-Buraq sebagai salah satu tempat di dalam kompleks al-Aqsha.
Dinamakan demikian karena di sanalah al-Buraq—kendaraan Nabi SAW saat melakukan Isra
dan Mi’raj—ditambatkan.
18
Seperti ash-Shakhrah, pembangunannya bermula sejak era Bani Umayyah. Namun,
bentuknya yang dapat dilihat sekarang adalah hasil renovasi yang dikerjakan sultan zaman
Dinasti Mamluk. Masjid seluas 100 meter persegi ini terletak di samping tembok barat al-
Aqsha. Kaum Zionis kerap memicu konflik di sana karena merasa tembok masjid tersebut
adalah bagian dari sisa-sisa Haikal Sulaiman, yakni Tembok Ratapan.
Dalam area al-Aqsha, tepatnya pada sisi barat daya, terdapat Masjid al-Magharibah
yang dibangun Sultan Shalahuddin al-Ayyubi. Selain itu, ada pula Mushalla an-Nisa. Dahulu,
bagian dari tanah suci ini, sesuai namanya, menjadi tempat bagi jamaah perempuan. Namun,
kini ia merupakan pusat perpustakaan al-Aqsha.
Adapun pada sisi tenggara al-Aqsha, ada Mushalla al-Marwani. Bangunan seluas 4.000
meter persegi itu didirikan Khalifah Walid bin Abdul Malik. Sewaktu al-Quds diserbu Pasukan
Salib, bagian al-Aqsha ini diubah menjadi kandang kuda.
Namun, ada satu gerbang pada tembok tersebut yang kini sudah ditutup paksa Yahudi
karena diklaim sebagai bagian dari Tembok Ratapan. Itu dinamakan sebagai Gerbang Nabi
karena diyakini Nabi SAW masuk ke dalam al-Aqsha melaluinya. “Senasib” dengan Gerbang
Nabi ialah Gerbang ar-Rahmah, al-Janaiz, al-Muzdawaj, dan al-Munfarid. Keempatnya telah
diblokade permanen pihak Zionis.
Seperti halnya Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, pesona Masjid al-Aqsha pun
diperindah dengan adanya menara-menara.
Seperti halnya Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, pesona Masjid al-Aqsha pun
diperindah dengan adanya menara-menara. Lokasinya berada persis di atas berbagai gerbang
al-Aqsha, seperti Gerbang al-Magharibah, as-Silsilah, atau al-Asbath.
Selain menara, ada pula kubah-kubah yang memiliki kekhasan tersendiri dalam al-
Aqsha. Di samping kubah emas dan perak yang terpasang pada Masjid Qubbat ash-Shakhrah
dan Jami’ Qibli, terdapat beberapa kubah lagi yang menarik perhatian.
Misalnya, Kubah Nabi yang terletak di sisi barat Qubbat ash-Shakhrah. Kubah yang
dibangun pada abad ke-16 M itu menandakan titik tempat Nabi SAW diyakini pernah
mendirikan shalat saat Isra-Mi’raj. Namun, tak ada keterangan yang sahih untuk memastikan
klaim ini.
19
Contoh lain konstruksi kubah dalam al-Aqsha ialah Kubah al-Khalili. Letaknya di sisi
utara Qubbat ash-Shakhrah. Bangunan itu didirikan Kesultanan Turki Utsmaniyah pada awal
abad ke-18 untuk menghormati seorang pakar fikih, Syekh Muhammad al-Khalili yang wafat
pada 1734 M.
Masing-masing digali pada masa yang berbeda-beda. Dari jumlah tersebut, setidaknya
ada dua sumur terpenting karena terus mengalirkan air hingga kini, yaitu Sumur al-Jannah dan
Rumanah.
Di era Khilafah, perkembangan dari segi arsitektur tidak banyak melakukan perubahan,
hanya sebatas renovasi-renovasi, dan sedikit pembangunan fasilitas umum seperti
perpustakaan dan lain-lain. Berikut adalah beberapa fasilitas yang dibangun maupun yang
direnovasi pada era tersebut:
A. Masjid Nabawi
Khalifah ketiga Utsman merobohkan masjid ini pada 649 M. Sepuluh bulan
dihabiskan untuk membuat bentuk persegi panjang masjid yang menghadap ke
Ka'bah di Mekkah. Masjid baru tersebut berukuran 81,40 meter (267,1 ft) × 62,58
meter (205,3 ft). Jumlah gerbang disamakan pada bangunan sebelumnya. Dinding
pembatas terbuat dari lapisan bata dengan adukan semen. Tiang-tiang batang
kurma digantikan oleh pilar batu yang disatukan dengan kempa besi. Kayu jati juga
dimanfaatkan dalam rekonstruksi langit-langit.
B. Masjidil Haram
Dari masa ke masa, tempat tawaf diperluas berkali-kali, agar dapat mencukupi
dengan bertambahnya jumlah orang-orang yang tawaf, maka dari itu pada tahun
17 H/638 M Umar bin Khattab al-Faruq membeli rumah-rumah yang menempel
dengan Masjidilharam dan menghancurkannya, serta memasukkan area tanahnya
ke dalam Masjidilharam, mengubininya dengan hamparan kerikil, kemudian dia
20
membangun tembok mengelilingi masjid setinggi kurang satu depa (6 kaki), dan
membuatkan beberapa pintu, dan lampu-lampu minyak penerang masjid
diletakkan di dinding ini, diperkiran luas tambahan ini adalah 840 m2.
Pada masa khulafaurrasyidin, perubahan dan perkembangan masjid itu, lebih terlihat
pada perubahan dan perkembangan itu terjadi, seiring dengan pertumbuhan dan
perkembangan jumlah penganut umat Islam yang terus membesar dan meluas, melampaui
jazirah Arab. Perubahan dan perkembangan fisik bangunan masjid yang terjadi, pada masa
khulafaurrasyidin antara lain terjadi pada Masjidil Haram, Masjid Nabawi, Masjid-masjid baru
yang lainnya yang dibangun seiring dengan perkembangan Islam.
Masjid-masjid pada masa khulafaurrasyidin pun mempunyai fungsi dan peran yang tidak jauh
beda ketika pada zaman Rosulullah, diantaranya: Masjid sebagai tempat ibadah, masjid
sebagai tempat musyawarah, masjid sebagai madrasah, pondok dan universitas, masjid
sebagai baituI maal, masjid sebagai tempat penerima tamu, masjid sebagai tempat latihan bela
diri, masjid sebagai Mahkamah/Pengadilan, masjid sebagai media informasi dan komunikasi
21
A. Zaman Dinasti Umayyah
Gambar 2.0(unsplash.com)
22
Hampir semua monumen dari masa Umayyah yang bertahan berada di Suriah
dan Palestina. Tempat kudus Kubah Batu di Yerusalem adalah bangunan Islam
tertua yang masih ada.
Bani Umayyah dikenal dengan istana gurun mereka, beberapa baru dan
beberapa diadaptasi dari benteng sebelumnya. Yang terbesar adalah Qasr al-Hayr
al-Sharqi. Istana secara simbolis dipertahankan oleh tembok, menara, dan
gerbang. Dalam beberapa kasus dinding luar membawa jalur dekoratif. Istana akan
memiliki rumah mandi, masjid, dan kastil utama. Pintu masuk ke kastil biasanya
rumit. Menara di sepanjang dinding sering menampung apartemen dengan tiga
atau lima kamar. Kamar-kamar ini sederhana, menunjukkan bahwa mereka tidak
lebih dari sekadar tempat untuk tidur. Istana sering memiliki lantai dua yang
menampung ruang pertemuan formal dan apartemen resmi.
23
lukisan di dinding, dengan desain yang menunjukkan pengaruh timur dan barat.
Satu lukisan dinding di pemandian Qasr Amramenggambarkan enam raja. Prasasti
di bawah dalam bahasa Arab dan Yunani mengidentifikasi empat yang pertama
sebagai penguasa Byzantium, Spanyol (saat itu Visigothic), Persia dan Abyssinia.
Patung plesteran kadang-kadang dimasukkan ke dalam bangunan istana.
Qasr al-Hayr al-Sharqi terletak sekitar 100 kilometer (62 mi) timur laut Palmyra
di jalan utama dari Aleppo ke Irak. Kandang berdinding besar berukuran 7 kali 4
kilometer (4,3 kali 2,5 mil) diduga digunakan untuk menampung hewan
peliharaan. Sebuah madinah, atau kota bertembok, berisi sebuah masjid, mesin
pemeras minyak zaitun, dan enam rumah besar. Di dekatnya ada pemandian dan
beberapa rumah sederhana. Menurut sebuah prasasti tertanggal 728, khalifah
menyediakan dana yang signifikan untuk pengembangannya. Pemukiman ini
memiliki desain Mediterania Kuno Akhir, tetapi segera dimodifikasi. The
madinaawalnya memiliki empat gerbang, satu di setiap dinding, tetapi tiga segera
ditutup. Tata letak dasarnya formal, tetapi bangunan sering gagal sesuai dengan
rencana. Sebagian besar istana gurun ditinggalkan setelah Bani Umayyah jatuh dari
kekuasaan, dan tetap menjadi reruntuhan.
Gambar 2.1(republika.com)
24
dataran aluvial tengah dan selatan yang membentuk jantung wilayah Abbasiyah,
sehingga banyak bangunan terbuat dari bata lumpur, dilapisi plester dan sering
diperbaiki atau dibangun kembali. Terkadang batu bata yang dibakar digunakan.
Tiga jenis dekorasi plesteran baru dikembangkan di Samarra dan dengan cepat
menjadi populer di tempat lain. Dua gaya pertama dapat dilihat sebagai turunan
dari gaya dekoratif Antik Akhir atau Umayyah, tetapi yang ketiga sama sekali baru.
Gaya C menggunakan cetakan untuk membuat pola berulang dari garis lengkung,
takik, celah, dan elemen lainnya. Desain cair tidak menggunakan tema vegetal,
geometris, atau hewan tradisional. Karya plesteran terkadang diwarnai dengan
warna merah atau biru, dan terkadang menggunakan mosaik kaca. Pola-pola
tersebut memotong permukaan plesteran secara miring. Ini adalah contoh
arabesque yang pertama dan paling murni. Ini mungkin merupakan upaya yang
disengaja untuk membuat bentuk abstrak dekorasi yang menghindari
penggambaran makhluk hidup, dan ini mungkin menjelaskan adopsi yang cepat di
seluruh dunia Muslim.
Fitur khas dari bangunan yang lebih penting termasuk dermaga bundar besar
dan kolom yang lebih kecil. Abad ke-9 Abbasiyah arsitektur memiliki dekorasi
tertutup oleh dedaunan pada lengkungan, kubah liontin, muqarnas kubah dan
polikrom interlaced spandrels yang menjadi diidentifikasi sebagai khas arsitektur
"Islam", meskipun bentuk-bentuk ini mungkin memiliki asal-usul mereka dalam
arsitektur Sassania. Dengan demikian lengkungan depan Arch of Ctesiphon pernah
dihiasi dengan cetakan lobed, sebuah bentuk yang disalin di istana al-Ukhaidar.
25
Istana
Istana Abbasiyah paling awal yang masih ada, dibangun sekitar tahun 775,
adalah Benteng al-Ukhaidir. Ini memiliki rencana yang berasal dari istana Sasanian
dan Umayyah sebelumnya. Istana ini terletak di gurun sekitar 180 kilometer (110
mil) di selatan Baghdad. Berbentuk persegi panjang, 175 kali 169 meter (574 kali
554 kaki), dengan empat gerbang. Tiga berada di menara setengah bundar yang
menonjol dari dinding, dan satu di ceruk persegi panjang di dinding. Di dalamnya
terdapat ruang masuk berkubah, pelataran tengah, iwan (aula) terbuka ke
pelataran di seberang aula masuk, dan unit-unit tempat tinggal. Teknik Sasanian
bertahan dalam konstruksi kubah dengan kurva runcing menggunakan puing-puing
dan mortar yang berhadapan dengan batu bata dan plesteran, lengkungan buta
sebagai dekorasi untuk permukaan dinding besar, dan ruang berkubah panjang
dengan ceruk di belakang lengkungan yang didukung oleh pilar berat. Deskripsi
verbal menunjukkan bahwa istana-istana di Bagdad memiliki tata letak yang
serupa, meskipun dalam skala yang lebih besar.
Istana di Samara seperti al-'Ashiq dan al-JISS, dibangun sekitar 870, layar
polylobed cetakan diukir dalam ke intrados dari lengkungan, memberikan
penampilan lengkungan tertutup oleh dedaunan. Lantai terkadang terbuat dari
marmer, lebih sering ubin. Ruang resepsi istana di Samarra telah mengukir atau
membentuk dados plesteran yang menghiasi bagian bawah dinding, dan plesteran
juga menghiasi kusen pintu, relung dinding dan lengkungan, dalam tiga gaya
berbeda. Istana lain yang telah digali sering memiliki ruang tengah berkubah yang
dikelilingi oleh empat iwan menghadap ke luar.
Masjid
26
hancur. The Masjid Agung Samarra yang dibangun oleh al-Mutawakkil adalah 256
dengan 139 meter (840 oleh 456 ft). Atap kayu datar ditopang oleh tiang-tiang.
Masjid itu dihiasi dengan panel marmer dan mosaik kaca. Aula sholat masjid Abu
Dulaf di Samarra memiliki arkade di dermaga batu bata persegi panjang yang
berjalan di sudut kanan ke kiblatdinding. Kedua masjid Samarra memiliki menara
spiral, satu-satunya contoh di Irak. Sebuah masjid di Balkh di tempat yang
sekarang menjadi Afghanistan berukuran sekitar 20 kali 20 meter (66 kali 66 kaki)
persegi, dengan tiga baris tiga teluk persegi, mendukung sembilan kubah
berkubah. Masjid-masjid Abbasiyah lainnya yang masih ada adalah Masjid Ibnu
Tulun akhir abad kesembilan di Kairo, Tarik Khane dari Damghan (Iran) antara
tahun 750-89. dan Masjid-I-Tarikh abad kesembilan di Balkh, Afghanistan.
Bangunan lainnya
Rumah sering dibangun dalam balok. Sebagian besar rumah tampaknya terdiri
dari dua lantai. Tingkat yang lebih rendah sering tenggelam ke tanah untuk
kesejukan, dan memiliki langit-langit berkubah. Tingkat atas memiliki langit-langit
kayu dan atap datar bertingkat yang menyediakan ruang hidup di malam musim
panas. Rumah-rumah dibangun di sekitar halaman, dan memiliki eksterior tanpa
ciri, meskipun seringkali didekorasi dengan rumit di dalamnya. Tidak ada jejak
penangkap angin, yang kemudian menjadi fitur arsitektur Islam umum. Sebagian
besar rumah memiliki jamban dan fasilitas untuk mandi air dingin.
Gambar 2.2(irantourismer.com)
Arsitektur Seljuk terdiri dari tradisi bangunan yang digunakan oleh dinasti
Seljuk, ketika menguasai sebagian besar Timur Tengah dan Anatolia selama abad
ke-11 hingga ke-13. The Besar Seljuk Empire (11-12 abad) memberikan kontribusi
27
signifikan terhadap arsitektur Iran dan wilayah sekitarnya, memperkenalkan
inovasi seperti simetris empat iwan tata letak dan penciptaan luas pertama yang
disponsori negara madrasah. Bangunan mereka umumnya terbuat dari batu bata,
dengan dekorasi yang dibuat menggunakan batu bata, ubin, dan plesteran berukir.
Inovasi lain oleh Seljuk adalah "masjid kios". Bangunan biasanya kecil
ini ditandai dengan rencana yang tidak biasa yang terdiri dari aula berkubah,
berdiri di lengkungan dengan tiga sisi terbuka memberikan karakter kios.
Selanjutnya, menara yang dibangun oleh Seljuk mengambil dimensi baru yang
mengadopsi preferensi Iran dari bentuk silinder yang menampilkan pola rumit.
Gaya ini secara substansial berbeda dari menara khas Afrika Utara berbentuk
persegi.
Setelah abad ke-11, Seljuk dari Anatolia muncul dari Kerajaan Seljuk
Besar mengembangkan arsitektur mereka sendiri. Arsitektur Seljuk Anatolia
lebih eklektik dan dipengaruhi oleh tradisi arsitektur Armenia, Bizantium, dan
Iran. Tidak seperti arsitektur Seljuk sebelumnya di timur, bangunan mereka
umumnya dibangun di atas batu dan menampilkan dekorasi ukiran batu yang
signifikan serta dekorasi ubin. Sementara Kesultanan Seljuk menurun dan
berakhir pada akhir abad ke-13, arsitektur terus berkembang dan beragam di
bawah negara-negara Beylik yang lebih kecil di Anatolia, termasuk Ottoman
awal.
28
ke-11. Empat iwan besar kemudian didirikan di sekitar halaman sekitar awal
abad ke-12, sehingga memunculkan "rencana empat iwan". Rencana empat
iwan merevolusi bentuk dan fungsi masjid di wilayah tersebut dan
memperkenalkan jenis bangunan baru yang melibatkan madrasah dan karavan
yang tersebar di Iran, Anatolia, dan Suriah. Segera setelah atau sekitar waktu
yang sama dengan pekerjaan di Isfahan, rencana empat iwan muncul di
masjid-masjid seperti Masjid Jameh Zavareh (dibangun sekitar tahun 1135-
1136) dan Masjid Jameh Ardestan (direnovasi oleh seorang wazir Seljuk). Pada
tahun 1158-1160).
Inovasi lain oleh Seljuk adalah "masjid kios". Bangunan biasanya kecil
ini ditandai dengan rencana yang tidak biasa yang terdiri dari aula berkubah,
berdiri di lengkungan dengan tiga sisi terbuka memberikan karakter kios.
Selanjutnya, menara yang dibangun oleh Seljuk mengambil dimensi baru yang
mengadopsi preferensi Iran dari bentuk silinder yang menampilkan pola rumit.
Gaya ini secara substansial berbeda dari menara khas Afrika Utara berbentuk
persegi.
Pada akhir abad ke-11, wazir Seljuk Nizam al-Mulk (yang menjabat
antara 1064 dan 1092) menciptakan sistem madrasah negara yang disebut
Niẓāmiyyah (dinamai menurut namanya) di berbagai Kota Seljuk dan
Abbasiyah mulai dari Mesopotamia hingga Khorasan. Praktis tidak ada
madrasah yang didirikan di bawah Nizam al-Mulk yang bertahan, meskipun
sebagian tersisa dari satu madrasah di Khargerd, Iran, termasuk sebuah iwan
dan sebuah prasasti yang menghubungkannya dengan Nizam al-Mulk.
Meskipun demikian, jelas bahwa Seljuk membangun banyak madrasah di
seluruh kerajaan mereka dalam waktu yang relatif singkat, sehingga
menyebarkan gagasan lembaga ini dan model arsitektur yang menjadi dasar
contoh-contoh selanjutnya. Meskipun lembaga sejenis madrasah tampaknya
telah ada di Iran sebelum Nizam al-Mulk, periode ini tetap dianggap oleh
banyak orang sebagai titik awal untuk proliferasi madrasah formal pertama di
seluruh dunia Muslim.
29
menjadi bentuk umum makam monumental. Contoh awal dari ini adalah dua
Mausoleum Kharraqan (1068 dan 1093) di dekat Qazvin (Iran utara), yang
memiliki bentuk segi delapan, dan Mausoleum Sanjar yang besar (c. 1152) di
Merv (sekarang Turkmenistan ), yang memiliki persegi basis.
30
Tanda tradisional Seljuk yang digunakan dalam arsitektur mereka
adalah bintang berujung delapan yang memiliki makna filosofis, dianggap
sebagai simbol keberadaan dan evolusi abadi. Banyak contoh bintang Seljuk ini
dapat ditemukan dalam pekerjaan ubin, keramik dan permadani dari periode
Seljuk dan bahkan bintang tersebut telah dimasukkan dalam lambang negara
Turkmenistan. Simbol khas Seljuk lainnya adalah roset sepuluh kali lipat atau
sejumlah besar jenis mawar yang berbeda pada mihrab Seljukdan portal-portal
yang mewakili planet-planet yang, menurut tradisi lama Asia Tengah dan
kepercayaan agama perdukunan, merupakan simbol dari dunia lain. Contoh
simbol ini dapat ditemukan dalam arsitektur mereka.
31
sebagai salah satu mahakarya Ayyubiyah di Syam, didukung pembangunannya
oleh ratu Dhaifa Khatun.
32
Setelah kota Yerusalem berhasil dikuasai oleh Salahuddin, pemerintah
Ayyubiyah menggelontorkan dana yang besar untuk membangun rumah,
pasar, tempat pemandian umum, dan penginapan untuk para peziarah.
Sejumlah pengerjaan juga dilakukan di Al Haram Asy Syarif. Salahuddin
memerintahkan agar seluruh tembok dalam dan tiang di Kubah Shakhrah
dilapisi dengan pualam, dan ia juga memprakarsai renovasi mosaik di bagian
penopang kubah. Mihrab masjid al-Aqsa diperbaiki, dan pada tahun 1217, al-
Mu'azzam Isa membangun serambi utara masjid yang dilengkapi dengan tiga
gerbang. Kubah Mi'raj juga dibangun, sementara pemugaran dilakukan
terhadap kubah-kubah yang berdiri sendiri di Al Haram Asy Syarif.
Gambar 2.4(Unsplash.com)
33
ekstensif, ditransformasikan oleh kaum Utsmaniyah melalui suatu
perbendaharaan arsitektural yang dinamis pada lengkungan, kubah, setengah
kubah, dan tiang (kolom). Masjid ditransformasi dari sebuah ruang yang gelap
dan sempit dengan dinding bercorak arabes menjadi sebuah tempat sakral
dengan keseimbangan teknis dan estetika, mempertajam keanggunan dan
indikasi transendensi surgawi.
34
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Arsitektur Islam merupakan terminologi arsitektur yang membentang dan
berevolusi dalam kultur muslim yang membentang sepanjang sejarah Islam. Arsitektur
Islam mencakup bangunan religius, sebagaimana pula arsitektur sekuler. Ekspresi yang
dikedepankan pun bervariasi, dari ekspresi klasik hingga modern. Arsitektur Islam
klasik banyak sekali memperoleh pengaruh dari arsitektur Persia. Oleh sebab itu
keduanya sering dikacaukan dalam pengertiannya, padahal sesungguhnya secara esensi
cukup banyak perbedaannya.
Secara khusus, arsitektur Islam dibangun segera setelah masa Nabi Muhammad.
Sejak awalnya, langgamnya berkembang dari pengaruh Romawi, Mesir, Persia/Sasanid
dan Bizantium. Contohnya dapat ditelusuri hingga awal 691 M dengan diselesaikannya
pembangunan Qubbat al Sakrah (Dome of the Rock) di Yerusalem. Bangunan ini
menyertakan di dalamnya interior yang dinaungi kubah bundar dikelilingi oleh ornamen
repetitif dekorasi Arab.
Courtyard besar yang kadang kala menyatu dengan ruang sembahyang pusat
Menara atau minaret, aslinya merupakan menara pengawas dilengkapi obor,
seperti dapat dilihat di Mesjid Raya Damsyik (Kini Damaskus). Berkaitan
dengan fungsi asal, kata minaret agaknya terambil dari nur, yang berarti cahaya.
Mihrab, relung di dinding dalam yang mengindikasikan arah ke Mekkah. Dalam
masa pra Islam, relung ini merupakan tempat dari tabut perjanjian di Bait Allah
Yahudi, atau haikal dalam gereja koptik.
35
Kubah, nampaknya dipengaruhi benar oleh arsitek-arsitek Bizantium di
Konstantinopel. Penggunaan iwan sebagai perantara dua seksi yang berbeda.
Bentuk geometrik dan seni yang repetitif.
Interpretasi
Interpretasi umum mengenai arsitektur Islam dapat disimak di bawah ini
Konsep dari Kemahabesaran Allah menimbulkan desain yang nilai-nilainya
mengarah kepada keabadian (infinity).
Seni dekorasi yang menyertai arsitekturnya tidak menyertakan bentuk manusia
ataupun hewan. Secara tradisional dikatakan, bentuk-bentuk tersebut berpotensi
menjadi sarang jin. Interpretasi modern menyebutkan, hal tersebut dihindari
karena karya Allah tiada dapat tertandingi dengan bentuk manapun juga,
sehingga penonjolan semacam itu sebaiknya dihindari. Bentuk-bentuk flora
masih bisa ditemui, tapi sangat di simplifikasi dengan alasan yang sama.
Dekorasi kaligrafi yang merupakan kutipan dari Al Quran digunakan untuk
membangkitkan rona tertentu pada interior, memberi pengalaman spiritual pada
jemaat.
Arsitektur Islam disebut sebagai “arsitektur kerudung”, oleh karena
keindahannya kebanyakan diperoleh dari ruang dalam (courtyard dan interior)
dan bukan ruang luar (street view).
Penggunaan struktur-struktur yang impresif seperti kubah besar, menara tinggi
dan courtyard yang besar sebagai pesan kekuasaan.
3.2 Saran
Saran dan Harapan semoga Arsitektur Islam bias berkmbang dan maju tanpa
mengurangi kultur atau budaya Islam.
Daftar Rujukan
Umar M. & Nashih N. (2021). 10 dinasti Islam Paling Lama Berkuasa Sepanjang
Sejarah. Republika.com, https://www.republika.co.id/berita/qpyctq320/10-
dinasti-islam-paling-lama-berkuasa-sepanjang-sejarah
36
M. Hafiz. (2020). Mengenal masjid Quba DNK TV UIN
Jakarta, https://dnktv.uinjkt.ac.id/index.php/mengenal-masjid-quba/
Syahruddin E., & Agung A. (2018). Sejaran dan Keistemewaan Masjid Al-
Haram. Republika.com https://www.republika.co.id/berita/p7tmkb313/sejarah-
dan-keistimewaan-masjid-alharam
Fatha A. 2021. 9 Fakta Menarik Masjid Al-Aqsa, Saksi Bisu Konflik Israel-
palestina. Travel.okezone.com,
https://travel.okezone.com/read/2021/05/19/408/2412453/9-fakta-menarik-
masjid-al-aqsa-saksi-bisu-konflik-israel-palestina
Abdurrahman, Dudung, dkk. 2002. Sejarah peradabam Islam Dari Masa Klasik hingga
Modern. Solo: LESFI.
Khoiriyah, 2012. Wawasan sejarah Islam dari Arab sebelum Islam hingga Dinasti-
Dinasti Islam. Yogyakarta: Teras.
37