Anda di halaman 1dari 10

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN BAHASA ARAB PADA PROGRAM

BERASRAMA DI SMAIT UKHUWAH BANJARMASIN

Rifan Hidayat, Nurul Kamaliah


E-mail: banjarbaruy21@gmail.com
nrlkamaliah22@gmail.com

PENDAHULUAN
Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 tidak secara khusus mengatur tentang
Sekolah Berasrama. Adapun Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang pesantren lebih
spesifik mengatur tentang pesantren sebagai salah satu bentuk sekolah berasrama. Berbagai
aturan hierarki di bawahnya belum ada secara definitif menjabarkan tentang tema besar sekolah
berasrama. Jika pun ada, keberadaannya tersebar diantara aturan maupun pasal yang berbeda-
beda. Di antaranya yang terdapat dalam Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat nomor
9/Permen/M/2008 Pasal 1, yang menyatakan bahwa: "Lembaga pendidikan berasrama adalah
penyelenggara pendidikan menengah yang berbentuk pendidikan umum, kejuruan, keagamaan
atau pendidikan terpadu (pendidikan umum dengan pendidikan agama, atau pendidikan umum
dengan pendidikan kejuruan atau pendidikan agama dengan pendidikan kejuruan) yang dalam
proses pembelajarannya mewajibkan peserta didiknya untuk tinggal di asrama”. 1 Dari 13.776
sekolah SMA, sekitar 93% menyelenggarakan pendidikan secara regular. Selebihnya
menyelenggarakan dengan pola asrama atau boarding school. Jika pada awalnya sekolah
berasrama umum ini identik dengan sekolah swasta atau kedinasan, maka dewasa ini
berkembang secara signifikan dimana sekolah pemerintah (negeri) sudah menerapkan sekolah
berasrama.
Setiap lembaga pendidikan pasti memiliki visi dan misi tersendiri. dengan memiliki
program yang membantu untuk tercapainya visi dan misi tersebut. Selain dari visi misi dan
program lembaga pendidikan juga harus memiliki, merancang kurikulum pembelajaran yang
progresif, inovatif, dan relevan dengan tuntutan perkembangan zaman, juga termasuk dalam
pembelajaran bahasa arab. Hampir setiap lembaga pendidikan yang memiliki program
berasrama (penyelenggaran pendidikan umum dan pendidikan agama) memuat pada kurikulum
pendidikannya dengan pembelajaran bahasa arab. Penguasaan bahasa asing menjadi salah satu

1
Sulham Hamid H Lubis dkk., “Sekolah Berasrama; Penjaminan Mutu dan Implementasi” Vol. 05, No.
03 (2023):
program yang dijalankan pada sekolah berasrama.2 Hal tersebut berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan oleh satuan
Pendidikan dasar dan menengah yang termaktub dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan berlanjut pada kurikulum 2013 disebutkan bahwa struktur Pendidikan menengah
terdiri dari sejumlah mata pelajaran wajib dan mata pelajaran pilihan, diantaranya adalah mata
pelajaran bahasa asing, termasuk di dalamnya bahasa arab untuk Sekolah Menengah Atas.3
SMAIT Ukhuwah Banjarmasin merupakan salah satu unit pendidikan formal yang
berada dibawah naungan Yayasan Ukhuwah Kalimantan Selatan. SMAIT Ukhuwah didirikan
berdasarkan hasil rapat Yayasan Ukhuwah yang dilaksanakan pada tanggal 24 Mei 2013.
SMAIT Ukhuwah secara resmi diakui sebagai sekolah di bawah Dinas Pendidikan Kota
Banjarmasin dengan terbitnya SK Izin Operasional. Saat ini SMAIT Ukhuwah mendapatkan
akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah (BAP-S/M) Provinsi Kalimantan Selatan nilai 92 (A). 4
SMAIT Ukhuwah saat ini juga ikut melaksanakan program berasrama terhitung sejak
tahun 2021. Pada program asrama tersebut siswa akan mendapatkan seluruh program
pendidikan reguler (fullday) dan ditambah dengan pendidikan melalui kegiatan asrama
bersama siswa lainnya dengan dibimbing oleh musyrif.5 Sebagai sekolah yang melaksanakan
program berasrama, maka siswa asrama diberi pembelajaran tambahan yaitu percakapan 2
bahasa. Setiap siswa asrama diharapkan mampu untuk berkomunikasi menggunakan 2 bahasa;
Arab dan Inggris.
Pembelajaran percakapan dua bahasa diberikan kepada siswa melalui musyrif asrama
bagian bahasa. Siswa diperintahkan untuk menghapal kosakata dan disetorkan kepada para
musyrif dua kali dalam seminggu untuk memudahkan siswa melakukan percakapan dua
bahasa dalam sehari-hari. Tetapi hal ini menimbulkan kendala dan masalah, karena tidak semua
siswa pernah belajar bahasa Arab di sekolah sebelumnya, sehingga mereka kesulitan
menggunakan percakapan bahasa arab dalam kegiatan sehari-hari.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 23 oktober 2023 di
SMAIT Ukhuwah Banjarmasin tidak ada lingkungan yang mewajibkan para siswa untuk
berbahasa Arab. Ini menjadikan masalah lain muncul, mengingat pada pembelajaran berbahasa
ada empat keterampilan yang harus dikuasai oleh peserta didik (mendengar, berbicara,

2
A Hidayat, “Bi’ah Lughowiyah (Lingkungan Berbahasa dan Pemerolehan Bahasa) (Tinjuauan tentang
Urgensi Lingkungan Berbahasa dalam Pemerolehan Bahasa)” VOL 37, No. 1 (2012).
3
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 23 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
4
“SMA Islam Terpadu (SMAIT) Ukhuwah Banjarmasin,” diakses 30 Oktober 2023,
https://smaitukhuwah.sch.id/.
5
Berdasarkan hasil observasi pada Senin, 23 Oktober 2023
membaca, menulis), dengan begitu peserta didik akan kesulitan menguasai keterampilan
berbicara dan mendengar. Hasil pembelajaran yang diharapkan siswa mampu berkomunikasi
dengan bahasa arab akan sulit tercapai..6
Berdasarkan hasil observasi awal peneliti mendapati tentang pembelajaran bahasa arab
di Sekolah Menegah Atas Islam Terpadu Ukhuwah Banjarmasin pada program berasrama.
Pembelajaran bahasa arab yang diajarkan pada program asrama terdapat beberapa kendala
sehingga tujuan siswa asrama mampu menguasai dua bahasa khususnya bahasa Arab belum
bisa tercapai secara komprehensif, namun secara keseluruhan pembelajaran bahasa arab yang
diajarkan pada program asrama membantu siswa untuk melakukan percakapan bahasa arab
akan tetapi yang menjadi kendala terbesarnya siswa masih kebingungan untuk
mengaplikasikan bahasa arab dalam percakapn sehari-hari.. Maka dari itu peneliti ingin
membuat penelitian tentang problematika pembelajaran bahasa agar masalah yang terjadi pada
program berasrama tersebut bisa dicarikan pemecah masalahnya.

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif
merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan, menerangkan,
menjelaskan, dan menjawab lebih rinci permasalahan semaksimal mungkin terhadap seorang
individu, kelompok, atau kejadian tertentu7 (Made Wirartha: 2006, 155). Adapun subjek
penelitian ini adalah mudir, musyrif, dan siswa asrama. pengumpulan data dilakukan dengan
cara melakukan wawancara kepada beberapa siswa, musyrif, dan mudir serta melakukan
observasi ke lapangan langsung bagaimana pembelajaran bahasa arab dilakukan. Kemudian
hasilnya akan diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori dengan mengorganisasikan data
yang didapat selanjutnya dilakukan penyajian data dan penarikan kesimpulan agar memperoleh
data yang lebih spesifik.

PEMBAHASAN DAN HASIL


Sekolah Berasrama
Asrama merupakan suatu tempat penginapan yang ditujukan untuk anggota suatu
kelompok umumnya murid-murid sekolah. Asrama biasanya merupakan sebuah bangunan
dengan kamar-kamar yang dapat ditempati oleh beberapa penghuni di setiap kamarnya. Para

7
I Made Wirartha, Dhewiberta Hardjono, “Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi” (Yogyakarta: Andi,
2006), hlm. 155.
penghuninya menginap di asrama untuk jangka waktu yang lebih lama daripada di hotel
maupun losmen.8 Sama seperti di SMAIT Ukhuwah Banjarmasin yang memiliki program
berasrama. Asrama disedikan sebagai suatu program khusus kepada murid untuk diberikan
kegiatan tambahan di samping pembelajaran di sekolah regulernya, dengan begitu akan lebih
banyak pembelajaran dan pengalaman yang didapatkan oleh siswa yang masuk pada program
asrama di SMAIT Ukhuwah Banjarmasin. Sekolah berasrama bertujuan untuk membangun
nilai kemandirian kepada siswa dimana siswa dituntut untuk mampu mandiri dalam kehidupan
sehari-hari di asrama tanpa didampingi oleh orang tua secara langsung. Setiap sekolah yang
memiliki program berasrama biasanya memilki kegiatan-kegiatan khusus seperti pidato,
hapalan al-Quran, tilawah quran, sholat berjamaah, dan masih banyak kegiatan yang ada pada
sekolah berasrama. Seperti itu juga yang terjadi di SMAIT Ukhuwah Banjarmasin program
berasrama, memiliki kegiatan unggulan dan sekaligus menjadi daya Tarik kepada orang tua
siswa untuk memasukan anaknya ke dalam program asrama di sekolah ini, kegiatan-kegiatan
yang ada di SMAIT Ukhuawah Banjarmasin pada program berasrama antara lain:
1. Tahfizd Al-Quran
Tahfidz Al-Quran menjadi salah satu kegiatan unggulan dari program ini
dimana para siswa ditargetkan memiliki tiga juz hapalan Al-Quran selama
bersekolah di program ini. Kegiatan tahfizd Quran diadakan setiap habis maghrib
yang dipimpin langsung oleh para musyrif asrama.
2. Percakapan Dua Bahasa
Kegiatan yang ditawarkan pada program ini adalah pembelajaran percakapan
dua Bahasa yaitu: Bahasa Arab dan Inggris, pembelajaran ini diadakan dengan cara
memberikan mufradat kepada siswa dan menyuruh siswa untuk menghapal lalu
menyetorkan hapalan kosakatanya kepada musyrif setiap hari Rabu dan Kamis, lalu
percakapan dua Bahasa ini dipraktekan Ketika ingin melakukan perizinan keluar
masjid Ketika ada kegiatan di masjid. Dari kegiatan ini lah fokus peneliti
mendalami tentang problematika yang terjadi.
3. Pidato Tiga Bahasa
Pidato merupakan penyampian gagasan atau ide yang bersumber dari
penglaman, pengamatan, imajinasi, pendapat, dan keyakinan dengan menggunakan
media tulis sebagai alatnya (beri innote). Pidato merupakan Bahasa lisan (footnote)

8
Ahmad Zain Sartono dan Moh Yusuf, “PENGARUH KECERDASAN JAMAK DAN SEKOLAH
BERASRAMA TERHADAP KARAKTERK SISWA,” PROFESI VOL 7, No. 1 (1 Juli 2018).
Beranjak dari definisi tersebut maka secara kesadaran diri pidato adalah hal yang
harus diajarkan kepada peserta didik untuk bisa menyampaikan gagasan atau ide
secara efektif juga efisien. Pidato tiga bahasa yang diajarkan kepada siswa memuat
Bahasa: Indonesia, Arab, dan Inggris. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari Selasa
dan Rabu.
Kegiatan tersebut rutin dilaksanakan pada program berasrama SMAIT UKhuwah
Banjarmasin. Selain itu, program asrama diadakan bertujuan untuk pelatihan manajemen diri,
dimana siswa diarahkan untuk Menyusun rencana harian berdasarkan skala prioritas
berdasarkan target yang telah ditentukan. Melalui program berasrama siswa diharapkan
tumbuh menjadi pribadi yang bertanggung jawab serta disiplin.
Problematika Pembelajaran Bahasa Arab pada Program Berasrama di SMAIT
Ukhuwah Banjarmasin
Problematika adalah suatu yang masih menjadi masalah, berarti problematika pembelajaran
bahasa Arab adalah sesuatu yang masih menjadi masalah dalam pembelajaran bahasa Arab.
Problematika adalah unit-unit dan pola-pola yang menunjukkan perbedaan struktur antar satu
bahasa dengan bahasa yang lain. Problem dalam pembelajaran bahasa Arab merupakan suatu
faktor yang bisa menghalangi dan memperlambat pelaksanaan proses pembelajaran dalam
bidang studi bahasa Arab. Problem tersebut bisa muncul dari dalam bahasa Arab itu sendiri
(problematika linguistik) dan juga secara eksternal seperti problem pengajar, peserta didik dan
lain-lain (problematika nonlinguistik).9
Problematika bahasa Arab dapat digolongkan ke dalam dua bagian, yaitu: Pertama,
problematika linguistik (kebahasaan) yaitu kesulitan-kesulitan yang sering ditemui yang
diakibatkan oleh karakteristik bahasa Arab itu sendiri sebagai bahasa asing. Kedua,
problematika non-linguistik yaitu kesulitan-kesulitan yang diakibatkan oleh faktor-faktor di
luar kebahasaan, misalnya latar belakang pendidikan, motivasi dan minat, lingkungan, metode
yang kurang tepat dalam proses pembelajaran, kurikulum dan sebagainya.10
Observasi yang dilakukan oleh peneliti mengenai problematika pembelajaran bahasa arab
ialah berfokus pada pembelajaran bahasa arab pada program berasrama di SMAIT Ukhuwah.
Sekolah berasrama dapat diartikan sebagai sekolah yang menyediakan asrama untuk tempat
tinggal sekaligus tempat mendidik peserta didik-peserta didiknya selama kurun waktu tertentu.

9
Ahmadi dan Aulia Mustika Ilmiani, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab Konvensional Hingga Era Digital
(Yogyakarta: Ruas Media, 2020): 15
10
Ahmadi, Khashoo’ishol Lughatul ‘Arabiyyah wa Musykilatuha, Jurnal Himmah Vol. VIII, No. 21, 2007 (Pusat
Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (P3M) STAIN Palangkaraya, 2007):105.
Suatu sekolah yang memiliki manajemen sekolah berasrama biasanya mewajibkan kepada
peserta didiknya untuk tinggal dan dididik di asrama sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Selanjutnya menurut peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor
9/PERMEN/M/2008 pasal 1. Lembaga pendidikan berasrama adalah penyelenggara
pendidikan menengah yang berbentuk pendidikan umum kejuruan dan/atau keagamaan atau
pendidikan umum dengan pendidikan kejuruan atau pendidikan agama dengan pendidikan
kejuruan) yang dalam proses pembelajarannya mewajibkan peserta didiknya untuk tinggal di
asrama.11 Pada pembelajaran bahasa arab pada program berasrama didapati beberapa faktor-
faktor yang menjadi problematika dalam pembelajaran bahasa arab.
Slameto menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar banyak jenisnya,
tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. 12
Berdasarkan hasil dari wawancara dan observasi langsung ke lapangan, peneliti mendapati
problematika pembelajaran bahasa arab yang terjadi di SMAIT Ukhuwah disebabkan oleh
beberapa faktor berikut:
1. Faktor Internal
Faktor internal ialah suatu faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran yang
berasal dari dalam diri siswa.13 Adapun faktor internal yang menjadi problematika dalam
pembelajaran bahasa arab di SMAIT Ukhuwah ialah sebagai berikut:
a. Faktor Latar Belakang Pendidikan
Siswa yang melanjutkan pendidikan ke SMAIT Ukhuwah Banjarmasin
beragam-ragam ada yang sebelumnya bersekolah di Pondok Pesantren, MTsN bahkan
ada yang dari SMPN, karena ini lah menjadi salah satu faktor terjadinya problematika
pada pembelajaran bahasa arab dimana tidak semua siswa pernah belajar bahasa arab
sebelumnya, namun ada juga siswa yang belum pernah belajar bahasa Arab
sebelumnya. Ini menyebabkan kesulitan dalam memahami pembelajaran bahasa arab.
Sebagian besar siswa yang berlatar belakang pendidikan dari Madrasah
Tsanawiyah ataupun SMP Islam cenderung mampu membaca teks berbahasa Arab
meskipun tidak begitu lancar, sementara siswa yang berlatar belakang pendidikan SMP
yang pada umunya, banyak dari mereka yang tidak mengenal huruf Arab, apalagi bagi

11
Novrian Satria Perdana, Suwandi, Irsyad Zamjani, Herman Hendrik, Sugih Biantoro, Kajian
Pengelolaan Sekolah Berasrama (Jakarta: Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan, Badan
Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018): 14
12
Putri Kurnia Mahanani, Pengaruh Faktor-Faktor Kesulitan Belajar Terhadap Prestasi Belajar, Jurnal
Pendidikan Ekonomi, Vol. 4, No. 2, 2009: 216
13
Sinta Ardila, Wira Wahyuni, Nofrizal, Analisis Faktor-Faktor Kesulitan Belajar Bahasa Arab Pada
SIswa Kelas II SDIT Syahiral ‘Ilmi, Tasqifiy: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab, Vol. 4, No. 2, 2023: 129
mereka yang sejak pendidikan pertamanya belum mendapatkan pelajaran bahasa Arab,
sehingga sulit bagi mereka untuk membaca teks berbahasa Arab. Adanya latar belakang
pendidikan ini juga menyebabkan pengetahuan siswa terhadap bahasa Arab sangat
heterogen.14
b. Faktor Minat
Minat merupakan sesuatu yang penting, dan harus dimiliki ketika kita akan
melakukan sesuatu. Jika seseorang tidak memiliki minat yang tinggi dalam suatu hal,
maka ia akan kesulitan dan tidak tertarik untuk melakukannya.15seperti itu juga yang
terjadi pada siswa SMAIT UKhuwah Banjarmasin program berasrama ada kendala
siswa yang terjadi dikarenakan minat untuk belajar Bahasa Arab kurang, dan ini
menyebabkan siswa tersebut menjadi kesulitan untuk memahami pembelajaran Bahasa
Arab.
c. Faktor Afektif (Sikap dan Motivasi)
Peserta didik yang termotivasi untuk belajar bahasa ternyata memiliki sikap-
sikap yang positif, artinya sikap positif berhubungan dengan motivasi integratif. Peserta
didik yang memiliki sikap positif terhadap bahasa yang dipelajari, juga memiliki
motivasi integratif untuk mempelajari bahasa tersebut. Sebaliknya peserta didik yang
memiliki sikap negatif terhadap bahasa yang dipelajari, memiliki motivasi yang lemah
untuk mempelajari bahasa tersebut.16 Demikian yang terjadi pada beberapa siswa tidak
memiliki motivasi yang bisa mendorong untuk bisa mempelajari Bahasa Arab dengan
sungguh-sungguh.
d. Faktor Linguistik
Problem atau permasalahan dari segi Linguistik (kebahasaan) merupakan
permasalahan yang dihadapi oleh para siswa ataupun pengajar yang berkaitan dengan
bahasa itu sendiri.17 Problematika linguistik atau problematika ilmu kebahasaan
meliputi bunyi, kosakata dan tata bahasa atau qawaid. 18
kebanyakan dari siswa yang

14
Ratna Asih, Ahmad Miftahuddin, Zein Elmubarok, Analisis Kesalahan Fonologi dalam Keterampilan
Membaca Teks Berbahasa Arab Siswa Kelas XI SMA Islam Sultan Agung 1 Semarang, Lisan Al-Arab, Vol. 9,
No. 2: 135
15
Leni Marlina dan Sholehun, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Bahasa
Indonesia Pada Siswa Kelas IV SD Muhammadiyah Majaran Kabupaten Sorong, FRASA, Vol 2, No. 1, 2021: 68
16
Nurlaila, Faktor-Faktor Keberhasilan Pembelajaran Bahasa: Perspektif Intake Factors, Jurnal
Kependidikan, Vol. 6, No. 3, 2020: 564
17
Fika Magfira Tungkagi, Ibadurrahman Ali, Yuslin Kasan, Problematika Pembelajaran Bahasa Arab
Pada Mahasiswa Lulusan Non-Madrasah Di Prodi Pendidikan Bahasa Arab IAIN Sultan Amai Gorontalo, Al-
Fakkaar, Vol. 3, No. 1, 2022: 5
18
Agus Supriadi, Akla, J. Sutarjo, Problematika Pengajaran Bahasa Arab Di Madrasah Aliyah, An
Nabighoh, Vol. 22, No. 02, 2020: 220
sebelumnya tidak pernah belajar Bahasa arab akan kesulitan untuk menggunakan
percakapan Bahasa arab, ada yang disebabkan dari susahnya menghapal kosakata
Bahasa arab sampai ada yang kesusahan untuk menyebutkan kosakata Bahasa arab
karena masih belum lancar membaca huruf hijaiyah.
e. Faktor Kurang Kesadaran Diri
Salah satu faktor yang sangat penting untuk tercapainya tujuan pembelajaran
Bahasa arab tidak lepas dari pada kesadaran siswa untuk menggunakan Bahasa arab
dalam kehidupan sehari-hari. Kesadaran ini berasal dari kecerdasaan emosional yang
baik, karena kecerdasan emosional membawa kepada kemampuan untuk memelihara
dan menciptakan situasi belajar yang baik sehingga berdampak ke dalam kehidupan
sehari-hari.19 Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan musyrif
SMAIT Ukhuwah Banjarmasin program berasrama bagian Bahasa mengatakan bahwa
salah satu faktor yang menjadikan problematika pembelajaran Bahasa arab di program
asram adalah kurangnya kesadaran diri siswa untuk menggunakan Bahasa arab dalam
kehidupan sehari-hari, kendati demikian, program percakapan Bahasa arab bukan
menjadi program unggulan yang wajib dikuasai oleh siswa tetapi program percakapan
Bahasa arab hanya menjadi pembelajaran yang sifatnya tambahan untuk para siswa
asrama SMAIT Ukhuwah Banjarmasin.

2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan kondisi di luar individu peserta didik yang
mempengaruhi belajar20. Faktor eksternal ini berupa model pembelajaran, pengajar, dan
sosio-kultural.
a. Faktor Model Pembelajaran
Untuk mencapai tujuan pembelajaran diperlukan pengelolaan yang baik dan
tepat kepada peserta didik.21 Pengelolaan peserta didik memerlukan kepada Model
pembelajaran yang baik pula. Model pembelajaran menjadi peranan yang sangat
penting untuk keberhasilan suatu pembelajaran. Dalam penerapannya, model
pembelajaran harus dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan siswa karena masing-

19
Sartono dan Yusuf, “PENGARUH KECERDASAN JAMAK DAN SEKOLAH BERASRAMA TERHADAP
KARAKTERK SISWA.”
20
Abdul Rahman Tibahary dan Muliana Muliana, “MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF,”
Scolae: Journal of Pedagogy 1, no. 1 (6 Agustus 2018): 54–64, https://doi.org/10.56488/scolae.v1i1.12.
21
“Analisis Model Pembelajaran Kontekstual dalam Pembelajaran Bahasa Arab di Kelas X IPA
Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung,” ULIL ALBAB: Jurnal Ilmiah Multidisiplin Vol. 2, No. 6 (Mei 2023).
masing model pembelajaran memiliki tujuan, prinsip, tekanan utama yang berbeda-
beda.22 Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan, model pembelajaran bahasa
Arab pada progam berasrama di SMAIT Ukhuwah Banjarmasin hanya terbatas kepada
pemberian mufradat kepada siswa dan siswa diarahkan untuk menghapal mufradat
untuk disetorkan kepada musyrif setiap dua hari dalam seminggu. Hal ini menjadikan
sebuah permasalahan dimana siswa kesulitan untuk memahami pembelajaran bahasa
Arab.
b. Faktor Pengajar
Pengajar adalah orang yang melakukan pengajaran. Istilah mengajar pada
dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan
yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar mengajar.23
Maka dari itu pengajar memiliki peran utama dalam pengajaran. Faktor pengajar juga
menjadi salah satu problematika yang dihadapi oleh siswa asrama SMAIT Ukhuwah
Banjarmasin dalam pembelajaran Bahasa arab, karena kurangnya bimbingan yang
intensif agar siswa yang belum pernah belajar Bahasa arab mampu meimbangi
kemampuan dengan siswa yang sudah pernah belajar Bahasa Arab sebelumnya, tetapi
yang terjadi di lapangan kurangnya bimbingan dari pengajar (musyrif) dalam
membimbing siswa yang masih kesusahan dalam belajar bahasa Arab.

c. Faktor Sosio-Kultural
Salah satu tujuan belajar Bahasa adalah agar mampu menjalin komunikasi
dengan individual maupun kelompok, pastinya untuk bisa menggunakan Bahasa
sebagai unsur komunikasi harus benar-benar mampu menguasai Bahasa yang diajari.24
Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan berbahasa adalah dengan
menciptakan lingkungan berbahasa (budaya berbahasa). Lingkungan berbahasa adalah
segala hal yang dapat didengar, dilihat, dan diucapkan yang turu mempengaruhi proses
komunikasi Bahasa.25 Lingkungan berbahasa juga termasuk salah satu cara untuk
tercapainya tujuan belajar Bahasa yaitu: 1. Membiasakan siswa untuk memanfaatkan

22
Isjoni, Cooperation Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok (Bandung: Alfabeta, 2010): 49
23
Muhammad Ichsan, “PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN ILMU MENGAJAR,” JURNAL EDUKASI:
Jurnal Bimbingan Konseling 2, no. 1 (30 Agustus 2016): 60, https://doi.org/10.22373/je.v2i1.691.
24
Ahmad Rifa’i, “Kajian Filosofi Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa Arab,”
REVORMA (Jurnal Pendidikan dan Pemikiran) VOL 1, No. 1 (Oktober 2021).
25
Nabila Nailil Amalia dkk., “Management Implementation of the Bi’ah Lughowiyah Programmes and
the Problems in Boarding Based on Madrasah Aliyah,” Izdihar : Journal of Arabic Language Teaching,
Linguistics, and Literature 6, no. 2 (2 September 2023), https://doi.org/10.22219/jiz.v6i2.24052.
Bahasa arab secara komunikatif. 2. Memberikan penguatan untuk pemerolehan Bahasa
arab yang sudah dipelajari sebelumnya. 3. Memadukan antara teori dan praktek
sehingga bisa menumbuhkan kreatifitas dalam berbicara menggunakan Bahasa
arab.26berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti mendapati bahwa pada
program berasrama di SMAIT Ukhuwah tidak ada penerapan lingkungan berbahasa
kepada para siswanya, hal ini menyebabkan siswa tidak terbiasa berbicara Bahasa arab,
akan tetapi para siswa dibiasakan untuk memakai Bahasa arab saat hendak melakukan
perizinan keluar dari kegiatan di masjid.

26
Ahmad Muzammil, “Penerapan Bi’ah Lughawiyah sebagai Penunjang Kebahasaan di Madrasah Aliyah
Model Zainul Hasan,” Bahtsuna: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam Vol. 3, No. 1 (April 2021).

Anda mungkin juga menyukai