HUKUM KETENAGAKERJAAN”
Oleh
Prof.Dr. ALOYSIUS UWIYONO,SH,MH.
Webinar “Tindak Pidana dalam Hukum Ketenagakerjaan,”
Program Doktor Universitas Trisakti
Jakarta, 17 Desember 2022.
DEFINISI HUKUM KETENAGAKERJAAN
A.N MOLENAAR:
Hukum yang mengatur hubungan antara buruh dengan
buruh, buruh dengan pengusaha, pengusaha dengan
pemerintah, pemerintah dengan buruh.
MG. LEVENBACH & S. MOOK:
Hukum yang berkenaan dengan hubungan kerja, dimana
pekerjaan dilakukan dibawah suatu pimpinan orang
lain, dan dengan keadaan kehidupan yang langsung
bersangkut paut dengan hubungan kerja itu.
NEH VAN ESVELD:
Hukum yang meliputi hubungan kerja baik didalam
hubungan kerja (pekerjaan itu dibawah pimpinan
orang lain), maupun diluar hubungan kerja
(melakukan pekerjaan atas tanggung jawab sendiri).
IMAN SOEPOMO:
Hukum tertulis/tidak tertulis yang berkenaan
dengan suatu kejadian dimana seseorang bekerja
pada orang lain dengan menerima upah.
ALOYSIUS UWIYONO:
Hukum, yang mengatur Hak & Kewajiban antara:
Pekerja yang bekerja dibawah pimpinan
Pengusaha yang menerima hasil kerja dari
Perkerja; dan Pengusaha yang mengikatkan diri
mempekerjakan Pekerja, yang menerima upah;
serta Pemerintah yang berkewajiban membina
Pekerja dan Pengusaha; dan yang berlaku
secara sektoral, regional, nasional, dan
internasional, baik yang terjadi sebelum, pada
saat, dan sesudah hubungan kerja, yang bersifat
perdata, publik, dan pidana.
SUMBER HUKUM KETENAGAKERJAAN
1. KAEDAH OTONOM: Ketentuan Hukum yang
dibuat oleh para pihak yang terikat dalam
suatu hubungan kerja.
Bentuk Kaedah Otonom:
• Perjanjian Kerja
• Peraturan Perusahaan
• Perjanjian Perburuhan
• Kebiasaan ➔ Customary Law.
2. KAEDAH HETERONOM: Ketentuan Hukum yang
dibuat oleh Pihak Ketiga di luar para pihak yang
terikat dalam suatu hubungan kerja. Pihak Ketiga
disini yang paling dominan adalah Pemerintah.
Bentuk Kaedah Heteronom:
– Peraturan Perundang-undangan Ketenagakerjaan.
– Perjanjian Internasional: Perjanjian Bilateral antara
Indonesia dengan Malaysia, Perjanjian Multilateral.
– Konvensi Inti (Core Convention ILO): Conv. 87, 98, 29,
105, 100, 111, 138, 182.
LANDASAN TEORITIS
KAEDAH OTONOM
• Pasal 1338 BW:
– “Semua perjanjian yang dibuat secara sah mengikat
seperti undang-undang bagi para pihak yang
membuatnya”.
• Pasal 1320 BW:
– “Untuk sahnya perjanjian diperlukan empat syarat:
• Sepakat
• Cakap membuat suatu perikatan
• Suatu hal tertentu
• Suatu sebab yang halal/tidak melanggar ketertiban umum.
LANDASAN TEORITIS
KAEDAH HETERONOM
• Campur tangan Pemerintah dalam hubungan
kerja antara pekerjat dan pengusaha melalui
penetapan Sandard Minimum, sepanjang
menyangkut Hak Pekerja dan Standard
Maximum, sepanjang menyangkut Kewajiban
Pekerja, untuk menciptakan Industrial Peace di
tempat kerja.
• Bersifat Memaksa dengan ancaman sanksi
Administratif dan Pidana.
➔ “Hukum Publik”
➔ “Hukum Pidana”.
HUKUM KETENAGAKERJAAN yang
bersifat PERDATA
Hukum Perdata adalah keseluruhan peraturan
yang mengatur hubungan antara individu yang satu
dengan individu lainnya, baik dalam hubungan
keluarga atau hubungan masyarakat luas.
• Perjanjian Kerja dimana Pekerja mengikatkan diri
untuk bekerja dibawah pimpinan Pengusaha
yang berhak atas hasil pekerjaan, dan Pengusaha
mengikatkan diri untuk mempekerjakan Pekerja
yang berhak atas upah.
• Perjanjian Kerja dibuat antara Suami dengan
Istrinya adalah batal demi hukum (Ps.1601i BW).
HUKUM KETENAGAKERJAAN yang
bersifat PUBLIK
• Menciptakan Ketentuan Abstrak dan Berlaku Umum
(Regelling), yang berifat Memaksa:
– UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.
– PP No. 36 Tahun 2021 tentang Pengupahan.
– Kepmenaker No. 18 Tahun 2022 tentang Penentuan Upah
Minimum Tahun2023.
• Menciptakan Ketentuan Konkrit untuk Subyek
tertentu:
– Bestuur (Pemerintahan): Perijinan, Pembebanan,
penentuan status/kedudukan, pembuktian.
– Politie (Pengawasan): pencegahan dan penindakan.
– Rechtspraak (Peradilan): Mediasi dan PHI.
• Sanksi Administratif:
– Pasal 190 (1) UU Cipta Kerja menyatakan:
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai
kewenangannya mengenakan sanksi administartif
atas pelanggaran ketentuan-ketentuan sebagaimana
diatur dalam:
• Pasal 5 Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang
sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan.
• Pasal 6 Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh
perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari pengusaha.
• 14 (2), Lembaga pelatihan kerja swasta sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) wajib memperoleh izin atau
mendaftar ke instansi yang bertanggung jawab
dibidang ketenagakerjaan di kabupaten/kota.
• 15, Penyelenggara pelatihan kerja wajib memenuhi
persyaratan : a. tersedianya tenaga kepelatihan; b.
adanya kurikulum yang sesuai dengan tingkat
pelatihan; c. tersediannya sarana dan prasarana
pelatihan kerja; dan d. tersediannya dana bagi
kelangsungan kegiatan penyelenggaraan pelatihan
kerja.
– Sanksi Administratif berupa:
Teguran, Peringatan Tertulis, Pembatasan
Kegiatan Usaha Pembekuan Kegiatan Usaha,
Pembatalan Persetujuan, Pembatalan
Pendaftaran, Pemberthentian Sementara
Sebahagian atau Seluruh Alat-Alat Produksi,
Pencabutan Ijin.
HUKUM KETENAGAKERJAAN yang
bersifat PIDANA
• Tindak Pidana merupakan perbuatan yang oleh
peraturan perundangundangan diancam dengan
sanksi pidana dan/atau tindakan.
• Untuk dinyatakan sebagai Tindak Pidana, suatu
perbuatan yang diancam dengan sanksi pidana
dan/atau tindakan oleh peraturan
perundangundangan harus bersifat melawan
hukum atau bertentangan dengan hukum yang
hidup dalam masyarakat.
• Setiap Tindak Pidana selalu bersifat melawan
hukum, kecuali ada alasan pembenar.
• Istilah tindak pidana merupakan terjemahan dari
“strafbaar feit” perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan
hukum disertai ancaman yang berupa pidana tertentu, bagi
siapa yang melanggar larangan tersebut.
• Pidana dapat berbentuk punishment atau
treatment. Pidana merupakan pembalasan terhadap
kesalahan si pelaku. Sedangkan tindakan adalah untuk
perlindungan masyarakat dan untuk pembinaan si
pelaku.
• Dalam Hukum Ketenagakerjaan, pelaku pidana bisa
dilakukan oleh Perorangan Individu atau Badan Hukum
(Korporasi).
TINDAK PIDANA KORPORASI
• Sebagai subyek Tindak Pidana meliputi: Badan
Hukum yang berbentuk Perseroan Terbatas,
Yayasan, Koperasi, Badan Usaha Milik
Perseorangan, Badan Usaha Milik Negara,
badan Usaha Milik Daerah, atau yang
disamakan dengan itu, serta Perkumpulan baik
yang berbadan hukum maupun tidak berbadan
hukum, badan usaha yang berbentuk Firma,
Persekutuan Komanditer, yang mempekerjakan
orang lain dengan membayar upah atau imbalan
dalam bentuk lain.
• Tindak Pidana Korporasi merupakan Tindak
Pidana yang dilakukan oleh pengurus yang
mempunyai kedudukan fungsional dalam
struktur organisasi Korporasi, atau orang yang
berdasarkan hubungan kerja, atau berdasarkan
hubungan lain yang bertindak untuk dan atas
nama Korporasi, atau bertindak demi
kepentingan Korporasi, dalam lingkup usaha,
atau kegiatan Korporasi tersebut, baik secara
sendiri-sendiri maupun bersama-sama.
UNSUR TINDAK PIDANA
Unsur Subjektif dari sesuatu Tindak Pidana adalah:
1. kesengajaan (dolus) atau ketidaksengajaan (culpa);
2. maksud atau voornemen pada suatu percobaan
atau poging;
3. macam-macam maksud atau oogmerk, seperti yang
terdapat di dalam kejahatan-kejahatan pencurian,
penipuan, pemerasan, pemalsuan;
4. merencanakan terlebih dahulu voorbedachte raad;
5. perasaan takut atau vrees.
Unsur Objektif dari sesuatu Tindak Pidana
adalah:
1. Sifat melanggar hukum”wederrechtelijkbeid”
2. Kualitas dari si pelaku, misalnya “keadaan
sebagai seorang pegawai negeri” di dalam
kejahatan jabatan atau “keadaan sebagai
pengurus atau komisaris dari suatu perseroan
terbatas”.
3. Kausalitas, yakni hubungan antara suatu
tindakan sebagai penyebab dengan sesuatu
kenyataan sebagai akibat.
SKEMA HUKUM
KETENAGAKERJAAN