Anda di halaman 1dari 48

“TINDAK PIDANA DALAM

HUKUM KETENAGAKERJAAN”
Oleh
Prof.Dr. ALOYSIUS UWIYONO,SH,MH.
Webinar “Tindak Pidana dalam Hukum Ketenagakerjaan,”
Program Doktor Universitas Trisakti
Jakarta, 17 Desember 2022.
DEFINISI HUKUM KETENAGAKERJAAN
A.N MOLENAAR:
Hukum yang mengatur hubungan antara buruh dengan
buruh, buruh dengan pengusaha, pengusaha dengan
pemerintah, pemerintah dengan buruh.
MG. LEVENBACH & S. MOOK:
Hukum yang berkenaan dengan hubungan kerja, dimana
pekerjaan dilakukan dibawah suatu pimpinan orang
lain, dan dengan keadaan kehidupan yang langsung
bersangkut paut dengan hubungan kerja itu.
NEH VAN ESVELD:
Hukum yang meliputi hubungan kerja baik didalam
hubungan kerja (pekerjaan itu dibawah pimpinan
orang lain), maupun diluar hubungan kerja
(melakukan pekerjaan atas tanggung jawab sendiri).
IMAN SOEPOMO:
Hukum tertulis/tidak tertulis yang berkenaan
dengan suatu kejadian dimana seseorang bekerja
pada orang lain dengan menerima upah.
ALOYSIUS UWIYONO:
Hukum, yang mengatur Hak & Kewajiban antara:
Pekerja yang bekerja dibawah pimpinan
Pengusaha yang menerima hasil kerja dari
Perkerja; dan Pengusaha yang mengikatkan diri
mempekerjakan Pekerja, yang menerima upah;
serta Pemerintah yang berkewajiban membina
Pekerja dan Pengusaha; dan yang berlaku
secara sektoral, regional, nasional, dan
internasional, baik yang terjadi sebelum, pada
saat, dan sesudah hubungan kerja, yang bersifat
perdata, publik, dan pidana.
SUMBER HUKUM KETENAGAKERJAAN
1. KAEDAH OTONOM: Ketentuan Hukum yang
dibuat oleh para pihak yang terikat dalam
suatu hubungan kerja.
Bentuk Kaedah Otonom:
• Perjanjian Kerja
• Peraturan Perusahaan
• Perjanjian Perburuhan
• Kebiasaan ➔ Customary Law.
2. KAEDAH HETERONOM: Ketentuan Hukum yang
dibuat oleh Pihak Ketiga di luar para pihak yang
terikat dalam suatu hubungan kerja. Pihak Ketiga
disini yang paling dominan adalah Pemerintah.
Bentuk Kaedah Heteronom:
– Peraturan Perundang-undangan Ketenagakerjaan.
– Perjanjian Internasional: Perjanjian Bilateral antara
Indonesia dengan Malaysia, Perjanjian Multilateral.
– Konvensi Inti (Core Convention ILO): Conv. 87, 98, 29,
105, 100, 111, 138, 182.
LANDASAN TEORITIS
KAEDAH OTONOM
• Pasal 1338 BW:
– “Semua perjanjian yang dibuat secara sah mengikat
seperti undang-undang bagi para pihak yang
membuatnya”.
• Pasal 1320 BW:
– “Untuk sahnya perjanjian diperlukan empat syarat:
• Sepakat
• Cakap membuat suatu perikatan
• Suatu hal tertentu
• Suatu sebab yang halal/tidak melanggar ketertiban umum.
LANDASAN TEORITIS
KAEDAH HETERONOM
• Campur tangan Pemerintah dalam hubungan
kerja antara pekerjat dan pengusaha melalui
penetapan Sandard Minimum, sepanjang
menyangkut Hak Pekerja dan Standard
Maximum, sepanjang menyangkut Kewajiban
Pekerja, untuk menciptakan Industrial Peace di
tempat kerja.
• Bersifat Memaksa dengan ancaman sanksi
Administratif dan Pidana.
➔ “Hukum Publik”
➔ “Hukum Pidana”.
HUKUM KETENAGAKERJAAN yang
bersifat PERDATA
Hukum Perdata adalah keseluruhan peraturan
yang mengatur hubungan antara individu yang satu
dengan individu lainnya, baik dalam hubungan
keluarga atau hubungan masyarakat luas.
• Perjanjian Kerja dimana Pekerja mengikatkan diri
untuk bekerja dibawah pimpinan Pengusaha
yang berhak atas hasil pekerjaan, dan Pengusaha
mengikatkan diri untuk mempekerjakan Pekerja
yang berhak atas upah.
• Perjanjian Kerja dibuat antara Suami dengan
Istrinya adalah batal demi hukum (Ps.1601i BW).
HUKUM KETENAGAKERJAAN yang
bersifat PUBLIK
• Menciptakan Ketentuan Abstrak dan Berlaku Umum
(Regelling), yang berifat Memaksa:
– UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.
– PP No. 36 Tahun 2021 tentang Pengupahan.
– Kepmenaker No. 18 Tahun 2022 tentang Penentuan Upah
Minimum Tahun2023.
• Menciptakan Ketentuan Konkrit untuk Subyek
tertentu:
– Bestuur (Pemerintahan): Perijinan, Pembebanan,
penentuan status/kedudukan, pembuktian.
– Politie (Pengawasan): pencegahan dan penindakan.
– Rechtspraak (Peradilan): Mediasi dan PHI.
• Sanksi Administratif:
– Pasal 190 (1) UU Cipta Kerja menyatakan:
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai
kewenangannya mengenakan sanksi administartif
atas pelanggaran ketentuan-ketentuan sebagaimana
diatur dalam:
• Pasal 5 Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang
sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan.
• Pasal 6 Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh
perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari pengusaha.
• 14 (2), Lembaga pelatihan kerja swasta sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) wajib memperoleh izin atau
mendaftar ke instansi yang bertanggung jawab
dibidang ketenagakerjaan di kabupaten/kota.
• 15, Penyelenggara pelatihan kerja wajib memenuhi
persyaratan : a. tersedianya tenaga kepelatihan; b.
adanya kurikulum yang sesuai dengan tingkat
pelatihan; c. tersediannya sarana dan prasarana
pelatihan kerja; dan d. tersediannya dana bagi
kelangsungan kegiatan penyelenggaraan pelatihan
kerja.
– Sanksi Administratif berupa:
Teguran, Peringatan Tertulis, Pembatasan
Kegiatan Usaha Pembekuan Kegiatan Usaha,
Pembatalan Persetujuan, Pembatalan
Pendaftaran, Pemberthentian Sementara
Sebahagian atau Seluruh Alat-Alat Produksi,
Pencabutan Ijin.
HUKUM KETENAGAKERJAAN yang
bersifat PIDANA
• Tindak Pidana merupakan perbuatan yang oleh
peraturan perundangundangan diancam dengan
sanksi pidana dan/atau tindakan.
• Untuk dinyatakan sebagai Tindak Pidana, suatu
perbuatan yang diancam dengan sanksi pidana
dan/atau tindakan oleh peraturan
perundangundangan harus bersifat melawan
hukum atau bertentangan dengan hukum yang
hidup dalam masyarakat.
• Setiap Tindak Pidana selalu bersifat melawan
hukum, kecuali ada alasan pembenar.
• Istilah tindak pidana merupakan terjemahan dari
“strafbaar feit” perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan
hukum disertai ancaman yang berupa pidana tertentu, bagi
siapa yang melanggar larangan tersebut.
• Pidana dapat berbentuk punishment atau
treatment. Pidana merupakan pembalasan terhadap
kesalahan si pelaku. Sedangkan tindakan adalah untuk
perlindungan masyarakat dan untuk pembinaan si
pelaku.
• Dalam Hukum Ketenagakerjaan, pelaku pidana bisa
dilakukan oleh Perorangan Individu atau Badan Hukum
(Korporasi).
TINDAK PIDANA KORPORASI
• Sebagai subyek Tindak Pidana meliputi: Badan
Hukum yang berbentuk Perseroan Terbatas,
Yayasan, Koperasi, Badan Usaha Milik
Perseorangan, Badan Usaha Milik Negara,
badan Usaha Milik Daerah, atau yang
disamakan dengan itu, serta Perkumpulan baik
yang berbadan hukum maupun tidak berbadan
hukum, badan usaha yang berbentuk Firma,
Persekutuan Komanditer, yang mempekerjakan
orang lain dengan membayar upah atau imbalan
dalam bentuk lain.
• Tindak Pidana Korporasi merupakan Tindak
Pidana yang dilakukan oleh pengurus yang
mempunyai kedudukan fungsional dalam
struktur organisasi Korporasi, atau orang yang
berdasarkan hubungan kerja, atau berdasarkan
hubungan lain yang bertindak untuk dan atas
nama Korporasi, atau bertindak demi
kepentingan Korporasi, dalam lingkup usaha,
atau kegiatan Korporasi tersebut, baik secara
sendiri-sendiri maupun bersama-sama.
UNSUR TINDAK PIDANA
Unsur Subjektif dari sesuatu Tindak Pidana adalah:
1. kesengajaan (dolus) atau ketidaksengajaan (culpa);
2. maksud atau voornemen pada suatu percobaan
atau poging;
3. macam-macam maksud atau oogmerk, seperti yang
terdapat di dalam kejahatan-kejahatan pencurian,
penipuan, pemerasan, pemalsuan;
4. merencanakan terlebih dahulu voorbedachte raad;
5. perasaan takut atau vrees.
Unsur Objektif dari sesuatu Tindak Pidana
adalah:
1. Sifat melanggar hukum”wederrechtelijkbeid”
2. Kualitas dari si pelaku, misalnya “keadaan
sebagai seorang pegawai negeri” di dalam
kejahatan jabatan atau “keadaan sebagai
pengurus atau komisaris dari suatu perseroan
terbatas”.
3. Kausalitas, yakni hubungan antara suatu
tindakan sebagai penyebab dengan sesuatu
kenyataan sebagai akibat.
SKEMA HUKUM
KETENAGAKERJAAN

HUKUM KETENAGA- HUKUM KETENAGA-


KERJAAN yang bersifat KERJAAN yang bersifat
PERDATA PUBLIK
---------------------------------------------------------------------

“HUKUM KETENAGA KERJAAN


yang bersifat PIDANA”
PS. 15 UU No. 1/1970 KESELAMATAN
KERJA
• (1) Pelaksanaan ketentuan tersebut pada pasal-
pasal di atas diatur lebih lanjut dengan peraturan
perundangan.
• (2) Peraturan perundangan tersebut pada ayat (1)
dapat memberikan ancaman pidana atas
pelanggaran peraturannya dengan hukuman
kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau
denda setinggitingginya Rp. 100.000,- (seratus
ribu rupiah).
• Pasal 15 (3) Tindak pidana tersebut adalah
pelanggaran.
• Pasal 14 PERMENAKER RI NO: PER.04/MEN/1987 ttg
Panitia Pembina Keselamatan & Kesehatan Kerja Serta
Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja.
• Pengusaha atau pengurus yang tidak memenuhi
ketentuan pasal 2 yaitu: ”Setiap tempat kerja dengan
kriteria tertentu pengusaha atau pengurus wajib
membentuk P2K3”. diancam dengan hukuman
kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda
setinggi-tingginya Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah)
sesuai ketentuan pasal 15 ayat (2) dan (3) Undang-
undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
• Pasal 53 P.P. No. 11/1979 Tentang Keselamatan Kerja Pada
Pemurnian & Pengolahan Minyak & Gas Bumi
• Dipidana selama lamanya 3 (tiga) bulan atau denda
setinggi-tingginya Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah).
• Pengusaha yang melakukan pelanggaran atas ketentuan-
ketentuan BAB I Pasal 3 ayat-ayat (1) “Pengusaha
bertanggung jawab penuh atas ditaatinya ketentuan-
ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini dan kebiasaan
yang baik dalam teknik pemurnian dan pengolahan
minyak dan gas bumi.” (2), BAB II Pasal-pasal 4 ayat-ayat
(1), (2), dan Pasal 5, BAB XIX Pasal 34, BAB XX Pasal 36
ayat-ayat (1) dan (4), BAB XXI Pasal 37, BAB XXII Pasal
40 ayat-ayat (1).
UU No.13/2003 KETENAGAKERJAAN
– Ps. 183 (1): Barang siapa melanggar ketentuan Ps.
74 yang berbunyi: “Siapapun dilarang
mempekerjakan anak di tempat-tempat yang
terburuk, perbudakan, pelacuran, pornografi,
perjudian, narkotika, ......dll.” dikenakan sanksi
pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan
paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling
sedikit Rp. 200 juta dan paling banyak Rp 500
juta........
– Ps. 183 (2): Tindak pidana ............ merupakan
tindak pidana kejahatan.
– Pasal 184 menyatakan barang siapa melanggar Pasal 167
(5) Pengusaha yang tidak mengikutsertakan program
pension, wajib membayar uang pension sebesar 2 (dua)
kali ketentuan pesangon Pasal 156 (2), 1 (satu) kali uang
penghargaan masa kerja Pasal 156 (3), dan uang
penggantian Pasal 156 (4) dikenakan sanksi pidana
penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5
(lima) tahun dan atau denda paling sedikit Rp. 100 juta
dan paling banyak Rp500 juta.
– Ps. 184: Tindak pidana ............ merupakan tindak pidana
kejahatan.
UU No.11/2020 CIPTA KERJA
Pasal 185 menyatakan Barang siapa melanggar
ketentuan dalam:
a. Ps. 42 (2) Pemberi Kerja perorangan dilarang
mempekerjakan Tenaga Kerja Asing,
b. Ps. 68 Pengusaha dilarang mempekerjakan anak,
c. Ps. 69 (2) Pengusaha mempekerjakan anak tidak
sesuai persyaratan tanpa ijin dari walinya,
d. Ps. 80, Pengusaha wajib memberikan kesempatan
beribadah secukupnya.
e. Ps. 82, Pengusaha wajib memberikan cuti hamil.
f. Ps. 88A (3) pengusaha wajib membayar upah
kepada pekerja sesuai kesepakatan,
g. Ps. 88E (2) pengusaha dilarang membayar
upah lebih rendah dari upah
minimum.

Dikenai sanksi pidana penjara paling


singkat 1 tahun dan paling lama 4
tahun dan/atau denda paling sedikit
Rp. 100jt. paling banyak Rp. 400 jt.
• Ps. 185: Tindak pidana merupakan tindak
pidana kejahatan.
– Ps. 186 (1) : Barang siapa melanggar ketentuan
sebagamana dimaksud:
• Ps. 35 (2) “Pelakasana penempatan TK ....
wajib memberikan perlindungan sejak
recruitment sampai penempatan TK ...”
• Ps. 93 (2) ……… pengusaha wajib membayar
upah apabila, pekerja sakit, pekerja haidh,
menikah, menikahkan, mengkhitankan,
membaptis, istri melahirkan, ……. dll.
– Dikenakan pidana penjara paling singkat 1 (satu)
bulan dan paling lama 4 (empat) tahun dan atau
denda paling sedikit Rp. 10 juta, paling banyak
Rp. 400 juta.
• Ps. 186 (2): Tindak pidana sebagaimana
dimaksud merupakan tindak pidana
pelanggaran.
– Pasal 187 menyatakan Barang siapa melanggar
ketentuan sebagamana dimaksud:
• Ps. 37 (2) Lembaga Penempatan TKI wajib
memiliki ijin tertulis dari Menteri.
• Ps. 44 (1) Pemberi Kerja TKI wajib mentaati
ketentuan yang berlaku.
• Ps. 45 (1) Pemberi kerja wajib menunjuk TKI
sebagai pendamping TKA untuk alih
tehnologi.
• Ps. 144 Pengusaha dilarang menggantikan
pekerja-pekerja atau menjatuhkan sanksi
yang melakukan mogok kerja.
Dikenakan pidana penjara paling singkat 1
(bulan) bulan dan paling lama 12 (dua belas)
bulan dan atau denda paling sedikit Rp.10 juta
dan paling banyak Rp. 100 juta.
– Ps. 187 (2): Tindak pidana sebagaimana dimaksud
merupakan tindak pidana pelanggaran.
– Pasal 188 menyatakan barang siapa melanggar:
• Pasal 14 (2) Lembaga Pelatihan Kerja Swasta wajib
memperoleh ijin pendaftaran.
• Pasal 38 (2) Lembaga Penempatan TKI swasta hanya
dapat memungut biaya penempatan TKI dari
golongan atau jabatan tertentu.
• Pasal 63 (1) dalam hal PKWTT dibuat secara lesan,
maka pengusaha wajib membuat surat pengangkatan
• Pasal 78 (1) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja
melebihi waktu kerja harus mempunyai persetujuan
pekerja dan tidak melebihi 4 jam sehari atau 18 jam
seminggu.
• Pasal 108 (1) Pengusaha yang mempekerjakan
10 orang pekerja wajib memiliki Peraturan
Perusahaan.

Dikenakan pidana penjara paling singkat 1


(bulan) bulan dan paling lama 12 (dua belas)
bulan dan atau denda paling sedikit Rp. 5 juta
dan paling banyak Rp. 50 juta.
– Ps. 188: Tindak pidana sebagaimana dimaksud
merupakan tindak pidana pelanggaran.
UU No. 21/2000 SERIKAT
PEKERJA/SERIKAT BURUH
• Pasal 43 (1) menetapkan barang siapa yang
menghalang-halangi atau memaksa
pekerja/buruh sebagaimana dimaksud pasal
28 yang berbunyi:
– “Siapapun dilarang menghalang-halangi atau
memaksa pekerja/buruh untuk membentuk atau
tidak membentuk, menjadi pengurus atau tidak
menjadi pengurus, menjadi anggota atau tidak
menjadi anggota dan/atau menjalankan atau
tidak menjalankan kegiatan serikat
– pekerja/serikat buruh dengan cara :
a. melakukan pemutusan hubungan kerja,
memberhentikan sementara,
menurunkan jabatan , atau melakukan
mutasi;
b. tidak membayar atau mengurangi upah
pekerja/buruh;
c. melakukan intimidasi dalam bentuk
apapun;
d. melakukan kampanye anti pembentukan
serikat pekerja / serikat buruh.
Dikenakan sanksi pidana penjara paling
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5
(lima) tahun dan atau denda paling
sedikit Rp 100.000.000,- (seratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp
500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
• Pasal 43 (2) Tindak pidana dimaksud ayat (1)
merupakan tindak pidana kejahatan.
UU No. 18/2017 TENTANG
PERLINDUNGAN PMI
• Pasal 79 “Setiap Orang yang dengan sengaja
memberikan data dan informasi tidak benar dalam
pengisian setiap dokumen sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 65. Setiap Orang dilarang memberikan
tidak benar dalam pengisian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13, Untuk dapat ditempatkan
di luar negeri, Calon Pekerja Migran Indonesia
wajib memiliki dokumen yang meliputi: a. surat
keterangan status perkawinan, bagi yang telah
menikah melampirkan fotokopi buku nikah;
• b. surat keterangan izin suami atau istri, izin
orang tua, atau izin wali yang diketahui oleh
kepala desa atau lurah; c. sertifikat
kompetensi kerja; d. surat keterangan sehat
berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan
dan psikologi;
• dipidana dengan pidana penjara paling lama 2
(dua) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
• Pasal 80 “Setiap Orang yang menempatkan Pekerja
Migran Indonesia, padahal diketahui atau patut
menduganya bahwa yang bersangkutan tidak
memenuhi persyaratan umur sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 66, yaitu tidak memenuhi persyaratan
umur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a.
Setiap Pekerja Migran Indonesia yang akan bekerja
ke luar negeri harus berusia minimal 18 (delapan
belas) tahun”;
• dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah).
UU No. 2/2004 PENYELESAIAN PERS.
HUB. INDUSTRIAL.
• Barang siapa yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat
(1) “Barang siapa yang diminta
keterangannya oleh mediator guna
penyelesaian perselisihan hubungan
industrial berdasarkan undang-undang ini,
wajib memberikan keterangan termasuk
membukakan buku dan memperlihatkan
surat-surat yang diperlukan”.
• Pasal 22 ayat (1) “Barang siapa yang diminta
keterangannya oleh konsiliator guna
penyelesaian perselisihan hubungan
industrial berdasarkan undang-undang ini,
wajib memberikan keterangan termasuk
membukakan buku dan memperlihatkan
surat-surat yang diperlukan”. dan ayat (3)
“Konsiliator wajib merahasiakan semua
keterangan yang diminta sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1).”
• Pasal 47 ayat (1) “Barang siapa yang diminta
keterangannya oleh arbiter atau majelis arbiter
guna penyelidikan untuk penyelesaian
perselisihan hubungan industrial berdasarkan
undangundang ini wajib memberikannya,
termasuk membukakan buku dan
memperlihatkan surat-surat yang diperlukan”.
dan ayat (3) “Arbiter wajib merahasiakan semua
keterangan yang diminta sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1)”.
• Pasal 90 ayat (2) “Setiap orang yang dipanggil
untuk menjadi saksi atau saksi ahli
berkewajiban untuk memenuhi panggilan dan
memberikan kesaksiannya di bawah sumpah”.
• Pasal 91 ayat (1) “Barang siapa yang diminta
keterangannya oleh Majelis Hakim guna
penyelidikan untuk penyelesaian perselisihan
hubungan industrial berdasarkan undang-
undang ini wajib memberikannya tanpa syarat,
termasuk membukakan buku dan
memperlihatkan surat-surat yang diperlukan”.
• (3) “Hakim wajib merahasiakan semua
keterangan yang diminta sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1)”.
• dikenakan sanksi pidana kurungan paling singkat
1 (satu) bulan dan paling lama 6 (enam) bulan
dan/atau denda paling sedikit Rp 10.000.000,00
(sepuluh juta rupiah) dan paling banyak Rp
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
(2) Perbuatan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) merupakan tindak pidana pelanggaran.
KITAB UNDANG UNDANG
HUKUM PIDANA
• Ps.310 KUHP Barang siapa sengaja menyerang
kehormatan atau nama baik seseorang dengan
menuduhkan sesuatu hal, yang maksudnya
terang supaya hal itu diketahui umum, diancam
karena pencemaran dengan pidana penjara
paling lama sembilan bulan atau pidana denda
paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
• 351, KUHP (1) Penganiayaan diancam dengan
pidana penjara paling lama dua tahun delapan
bulan atau pidana denda paling banyak empat
ribu lima ratus rupiah.
• (2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka
berat, yang bersalah diancam dengan pidana
penjara paling lama lima tahun. (3) Jika
mengakibatkan mati, diancam dengan pidana
penjara paling lama tujuh tahun. (4) Dengan
penganiayaan disamakan sengaja merusak
kesehatan. (5) Percobaan untuk melakukan
kejahatan ini tidak dipidana.
• 362, KUHP Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang
seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan
maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam
karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama
lima tahun atau pidana denda paling banyak sembilan
ratus rupiah.
• 372, KUHP Barang siapa dengan sengaja dan melawan
hukum memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau
sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada
dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan diancam
karena penggelapan, dengan pidana penjara paling lama
empat tahun atau pidana denda paling banyak sembilan
ratus rupiah.
“TERIMAKASIH”

Anda mungkin juga menyukai