Anda di halaman 1dari 12

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengadministrasian Dokumen Impor Dalam Penerimaan Barang

Kegiatan penerimaan barang berupa barang impor memerlukan

proses administrasi yang sangat teliti guna menghindari terjadinya

hal-hal yang tidak diinginkan baik oleh importir dan eksportir.

Dengan adanya sales contrac antara importir dan eksportir dan

importir telah membuka L/C atas eksportir, maka eksportir

melaksanakan persiapan pengeksporan, pengapalan dan pengiriman

barang sesuai yang disyaratkan dalam L/C tersebut.

Setelah barang tiba dipelabuhan maka tibalah giliran dari importir

untuk menyelesaikan administrasi dan mengeluarkan barang tersebut

dari pelabuhan. Proses tersebut meliputi :

1. Importir membuat P.I.B (Pemberitahuan Impor Barang)

P.I.B adalah pemberitahuan oleh pemberitahu atas barang yang

akan diimpor. Dasar pengisian P.I.B antara :

a. B/L (Bill of Loading) merupakan satu-satunya dokumen yang

dapat diterima untuk diserahkan oleh pihak penjual memenuhi

3 fungsi penting yaitu :

- Bukti penyerahan barang diatas kapal

- Bukti adanya kontrak pengangkutan


43

- Bukti pemindahan hak milik atas barang dalam perjalanan

dengan cara memindahtangankan dokumen itu kepada

pihak lain.

b. Commercial Invoice (faktur perdagangan) yaitu surat yang

menyebutkan banyaknya barang dan harga dari barang itu

baik harga satuan maupun harga seluruhnya.

c. Packing List (daftar pengepakan) yaitu daftar atau rincian

lengkap mengenai barang-barang yang terdapat dalam peti

(packing), sehingga isi barang tersebut dengan mudah dapat

diketahui satu persatu baik jenis maupun jumlahnya.

2. Importir ke Bank Devisa unutk menyelesaikan pembayaran.

Pembayaran dilaksanakan sesuai dengan L/C yang

dipersyaratkan dalam L/C, dimana L/C berupa surat pesanan

yang telah disepakati oleh pensuplai maupun dalam bentuk sales

contrac yang secara hukum merupakan landasan utama atas

terjadinya transaksi, karena itu kontrak yang sudah disetujui

kedua belah pihak dan akan menjadi pedoman pokok dalam

pelaksanaan transaksi selanjutnya. Setiap perubahan dan

tambahan persyaratan menyusul kemudian dan akan menjadi

bagian yang tidak terpisahkan dari kontrak semula. Oleh karena

itu setiap perubahan dan tambahan persyaratan haruslah

mendapat persetujuan kedua belah pihak dan sebaliknya


44

dinyatakan secara tertulis dengan syarat pembayaran adalah

letter of credit.

3. Importir ke Bea Cukai untuk memproses Costum Clearence yakni

penyelesaian bea cukai dan penyerahan barang dari daerah

pabean kedalam peredaran.

Dimana importir harus menyerahkan :

- Bukti Pembayaran

- API (Angka Pengenal Importir)

- NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)

- P.I.B (Pemberitahuan Impor Barang)

- Surat Setoran Pajak Pabean Cukai dan Pajak Impor

- Faktur Perdagangan (Commercial Invoice)

- Daftar Kemasan(Packing List)

- B/L (Bill of Loading)

- Polis Asuransi

Dari pihak Bea Cukai akan menerbitkan Surat Perintah

Pengeluaran Barang (SPPB).

4. Importir menyerahkan B/L asli yang sudah di endorse oleh Bank

Devisa kepada agen perusahaan pelayaran didalam negeri dan

agen pelayaran menukar B/L tersebut dengan D/O (Delivery

Order) yakni suatu surat perintah untuk mengambil barang yang

ada didalam gudang atau disamping kapal.


45

5. Setelah itu importir dapat mengeluarkan barang dari gudang

dengan menyertakan D/O dan SPPB.

Setelah barang dibebaskan dari wilayah Pabean dalam arti kata

sudah dibayar semua bea masuk dan pungutan impor, maka

selesailah suatu proses pengadministrasian suatu barang impor.

B. Perkembangan Impor Barang di Pelabuhan Makassar

Pelabuhan Makassar merupakan salah satu pelabuhan yang sarat

dengan berbagai aktivitas impor barang, khususnya komoditi non

migas. Impor barang non migas dari tahun ke tahun cenderung

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3. Realisasi Perkembangan Impor di Pelabuhan Makassar

tahun 2001-2005

No. Tahun Realisasi Impor (Ton) Perkembangan (%)

1. 2001 451.746 -
2. 2002 496. 684 9,95 %
3. 2003 620.797 24,99 %
4. 2004 637.017 2,61 %
5. 2005 708.689 11,25 %

Jumlah 2.914.933 48,8

Rata-rata 582.986,6 9,76

Pada tabel 3 diatas, tampak bahwa Impor barang di Pelabuhan

Makassar dari tahun 2001 sampai 2005 cenderung mengalami


46

peningkatan. Perkembangan impor tertinggi terjadi pada tahun 2003

sebesar 24,99 % dan rendah pada tahun 2004 sebesar 2,61 %.

Terjadinya perkembangan impor barang di Pelabuhan Makassar

merupakan suatu gambaran cukup tingginya intensitas kegiatan

Pelabuhan Makassar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik

berikut ini :

Gambar 2. Grafik perkembangan barang Impor periode 2001-2005


Realisasi Impor (ton)

800 708.689
620.797 637.017
600 496.684
451.746
400

200

0
Tahun

2001 2002 2003 2004 2005

Barang-barang impor yang melalui Pelabuhan Makassar berasal

dari berbagai negara sesuai dengan pesanan atau permintaan

importir, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tebel berikut ini :

Tabel 4. Negara-Negara Impor

No. Negara-Negara Importir Komoditi Impor

Genset, Besi, Suku Cadang,


1. Singapura
Biji Coklat.
2. Thailand Gula, Koil, Gypsum.
3. Kanada Gandum, Suku Cadang
4. Arab Saudi Peralatan Berat
5. China Urea, Semen, Gandum
6. Jepang Pupuk, Suku Cadang
47

7. Australia Gandum
8. Eropa Pupuk.
9. Rusia Biji Padi-padian
10. India Biji Padi-padian, Gula

Komoditi impor yang melewati Pelabuhan Makassar cukup

banyak. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan masyarakat untuk

memenuhi kebutuhan pada tingkat yang lebih kompleks dan besar

yaitu meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan.

C. Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Impor Barang Dalam

Rangka Kelancaran Arus Barang

Kegiatan impor barang di Pelabuhan Makassar yang cukup tinggi

dengan persentase sebesar 9,76 persen per tahun, dengan adanya

kegiatan pengawasan yang efektif guna menghindari terjadinya

kesalahan ataupun penyimpangan dalam kegiatan impor barang.

Untuk menghindari adanya barang-barang ilegal yang masuk ataupun

keluar dari Pelabuhan Makassar yang tidak sesuai dengan dokumen

atau fisik barang yang di impor. Oleh karena itu barang-barang impor

yang tiba di pelabuhan harus dilengkapi dengan :

1. Resi gudang, gunanya untuk memasukkan barang-barang dari

lapangan penumpukan ke gudang.

2. Shipping Order, yaitu surat permintaan pengapalan barang dari

pihak pengirim untuk perusahaan pelayaran.

3. Delivery Order, yaitu suatu surat perintah untuk mengambil

barang yang ada di dalam gudang atau disamping kapal.


48

4. PIB, gunanya untuk memberitahukan semua jenis barang impor.

5. SPMB, gunanya sebagai surat pemberitahuan mutu barang agar

suatu barang dapat diketahui kualitas atau mutu barang tersebut.

6. SPPB, gunanya sabagai surat persetujuan barang tersebut dapat

dikeluarkan dari daerah pabean.

Kegiatan pengawasan yang menjadi tugas dan tanggungjawab

Bidang Lalu Lintas Angkutan Laut dan Kepelabuhanan Kantor

Administrator Pelabuhan Makassar harus dilaksanakan dengan

penuh rasa tanggungjawab, mengingat cukup tingginya intensitas

kegiatan impor barang sekaligus menghindari terjadinya hal-hal yang

tidak diinginkan dalam kegiatan impor barang.

Barang impor yang telah dilengkapi dengan dokumen dan telah

memenuhi syarat, maka pemilik barang wajib memberitahukan

kepada Bidang Lalu Lintas Angkutan Laut dan Kepelabuhanan.

Dalam hal ini pemilik barang harus memenuhi prosedur dalam

melengkapi dokumen-dokumen impor tersebut. Prosedur pengurusan

dokumen pada Bidang Lalu Lintas Angkutan Laut dan

Kepelabuhanan sebagai berikut :

1. Pemilik barang membuat dokumen LAB di Kantor Adpel pada

Loket Pelayanan Bidang Lalu Lintas Angkutan Laut dan

Kepelabuhanan dengan melampirkan : PIB, Packing List, Bill of

Lading, Manifest dan Invoice.


49

2. Sebelum dokumen LAB tersebut diregistrasi terlebih dahulu harus

diketahui dan ditandatangan oleh Kepala Seksi Penunjang

Angkutan Laut.

3. Setelah ditandatangan maka oleh Loket Pelayanan meregistrasi

dokumen LAB tersebut.

4. Dengan adanya dokumen LAB maka pemilik barang dapat

mengeluarkan barangnya dari gudang.

Untuk lebih jelasnya mengenai prosedur pengurusan dokumen

barang impor pada Bidang Lalu Lintas Angkutan Laut dan

Kepelabuhan adalah sebagai berikut :

Gambar 3. Prosedur Pengurusan Dokumen Pada Bidang Lalu Lintas

Angkutan Laut dan Kepelabuhanan

Pemilik Barang Loket Pelayanan Bidang


LAB
melampirkan PIB, Lala dan Kepelabuhanan
Packing List, B/L,
Manifest, Invoice

Setelah registrasi
Sebelum registrasi

Kepala Seksi Penunjang


Angkutan Laut
Dokumen Laporan Angkut Barang (LAB) yaitu dokumen yang

dikeluarkan oleh Bidang Lala sebagai alat kontrol untuk mengawasi


50

pemasukan atau pengeluaran barang dimana dalam hal ini Adpel

harus terlebih dahulu mengetahui barang-barang tersebut.

Selama ini ada 3 kendala yang perlu diperhatikan dalam kegiatan

impor barang di Pelabuhan Makassar yang memerlukan penanganan

berupa pengawasan yang lebih diperhatikan yaitu :

1. Kegitan bongkar muat yang kurang memberi

rasa aman bagi pengusaha yang mengimpor barang. Aspek

keamanan barang sudah seharusnya menjadi perhatian utama

dari pihak petugas Administrator Pelabuhan Makassar. Akan tetapi

selama ini kerusakan barang masih banyak senantiasa ditemukan.

Kondisi tersebut dapat berdampak negatif bagi Pelabuhan

Makassar dimata Dunia Internasional.

2. Masih adanya sebagian pengusaha dalam

mengimpor barang dengan cara berusaha menyelundupkan

barang tersebut secara ilegal. Namun demikian selama ini segala

bentuk penyelewengan, seperti ketidaksesuaian dokumen dengan

barang selalu dapat dicegah oleh pihak petugas pelabuhan.

Kerena setiap barang impor selalu diperiksa oleh petugas. Dengan

kata lain bahwa selama ini walaupun ada usaha penyimpangan

dari pengusaha akan tetapi hal tersebut belum pernah barang

impor akan beredar karena adanya pengawasan yang ketat dari

petugas pelabuhan. Jadi pelaporan barang selain faktor kuantitas

atau banyaknya barang juga jenis barang mendapat pengawasan


51

agar tidak bisa dipalsukan dalam dokumen, karena hal tersebut

berdampak pada kerugian negara karena pihak yang

bersangkutan tidak membayar pajak yang semestinya harus

dibayar.

3. Adanya pengusaha yang senantiasa berusaha

menyogok petugas agar barang-barang impor dapat berlangsung

dengan proses cepat tanpa harus melewati prosedur yang resmi.

Adanya berbagai kendala di atas merupakan suatu dampak masih

lemahnya pengawasan terhadap kegiatan pelayanan terhadap

penggunaan jasa Pelabuhan Makassar. Hal ini menguatkan dugaan

sebelumnya bahwa “ Analisis Pengawasan terhadap barang impor

oleh Bidang Lalu Lintas Angkutan Laut dan Kepelabuhanan Kantor

Administrator Pelabuhan Makasar kurang efektif“.

Mencermati adanya kendala yang senantiasa terjadi di Pelabuhan

Makassar dalam kegiatan impor barang yang dapat dijadikan sebagai

suatu indikasi masih perlu peningkatan kualitas pengawasan

terhadap barang impor, maka Bidang Lalu Lintas Angkutan Laut dan

Kepelabuhanan yang mempunyai tugas dalam memberi pengawasan

impor barang demi kelancaran arus barang tersebut dengan berbagai

langkah-langkah :

1. Berupaya mencegah terjadinya penyimpangan berupa

pemalsuan administrasi yang dapat merugikan negara dengan

cara meningkatkan komunikasi dan koordinasi baik secara interen


52

yaitu antar pegawai Administrator Pelabuhan Makassar maupun

secara ekstren dengan pihak pengusaha agar para pengusaha

memiliki kesadaran yang tinggi dalam melaporkan dokumen

barang secara lengkap dalam upaya mencegah terjadinya hal-hal

yang terkait dengan faktor ketidaklengkapan administrasi atau

dalam upaya agar pihak pengusaha peduli dengan berbagai

peraturan atau persyaratan dalam kegiatan penerimaan barang

impor.

2. Pemberian sanksi yang tegas terhadap pengusaha secara adil

dan konsisten yang berusaha memalsukan dokumen berupa

sanksi administrasi yang diharapkan dapat menumbuhkan

kesadaran dari para pengusaha dalam menerima barang secara

objektif, walaupun hal tersebut selama ini belum pernah terjadi

karena setiap barang yang diimpor selalu dilengkapi dengan

dokumen yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang dan

selalu mendapat pengawasan dari petugas.

3. Pemberian sanksi terhadap pegawai secara adil yang

berusaha menerima uang sogokan, pemalsuan dokumen yang

dapat merugikan negara. Pemberian sanksi terhadap pegawai

yang melakukan penyimpangan seperti teguran lisan, teguran

tertulis ataupun skorsing.

Dengan tindakan pengawasan yang dilakukan oleh Bidang Lalu

Lintas Angkutan Laut dan Kepelabuhanan Kantor Administrator


53

Pelabuhan Makassar terhadap barang impor diharapkan tidak

ditemukan lagi kendala-kendala yang selama ini masih senantiasa

terjadi, seperti kerusakan barang akibat kelalaian petugas karena hal

tersebut dapat berdampak terhadap citra Pelabuhan Makassar

didunia internasional terhadap kinerja pegawai Pelabuhan Makassar.

Anda mungkin juga menyukai