Anda di halaman 1dari 6

Prosiding Farmasi http://dx.doi.org/10.29313/.v6i2.

22641

Kajian Penggunaan Obat Pneumonia pada Pasien Pediatrik di


Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Dustira Kota Cimahi

Ummi Mahmudah, Fetri Lestari , Lanny Mulqie


Prodi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Bandung,
Bandung, Indonesia
email: umymhmdh@gmail.com, fetrilestari@gmail.com, lannymulqie.26@gmail.com

ABSTRACT : According to the World Health Organization nearly 1 in 5 deaths under five worldwide and
more than 2 million children die from pneumonia every year , but not much attention to this disease, so
pneumonia is called the forgotten toddler killer or "the forgotten killer of children". This study aims to
determine the description of the treatment of pediatric pneumonia patients in the Inpatient Installation of
Dustira Hospital in Cimahi City. This research is a non-experimental research with descriptive method.
Retrieval of data using medical record data retrospectively with total sampling technique. 20 samples were
obtained that met the inclusion criteria. The types of antibiotic drugs are 45.10% penicillin, 37.25%
cephalosporin, 15.69% aminoglycoside, 1.96% macrolide. Drugs for concomitant diseases are Analgesic-
antipyretic 26.47%, Bronchodilators 22.06%, Mukolitik 22.06%, Corticosteroids 8.82%, Antituberculosis
7.35%, Antiemetics 2.94%, Antiulcerants 2.94%, Supplements 2.94%, Anticonvulsants 1.47%, probiotics
1.47%, ORS 1.47%.
Keywords: Pneumonia, the forgotten killer of children, pediatric, types of drugs

ABSTRAK : Menurut World Health Organization hampir 1 dari 5 kematian balita di seluruh dunia dan lebih
dari 2 juta anak meninggal akibat pneumonia setiap tahunnya, tetapi tidak banyak perhatian terhadap penyakit
ini, sehingga pneumonia disebut pembunuh balita yang terlupakan atau “the forgotten killer of children”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengobatan pasien pediatrik pneumonia di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Dustira Kota Cimahi. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan metode
deskriptif. Pengambilan data menggunakan data rekam medis secara retrospektif dengan teknik total sampling.
Diperoleh 20 sampel yang memenuhi kriteria inklusi. Jenis obat antibiotik yang adalah penicillin 45,10%,
sefalosforin 37,25%, aminoglikosida 15,69%, makrolida 1,96%. Obat untuk penyakit penyerta adalah
Analgetik-antipiretik 26,47%, Bronkodilator 22,06%, Mukolitik 22,06%, Kortikosteroid 8,82%,
Antituberkulosis 7,35%, Antiemetik 2,94%, Antiulcerant 2,94%, Suplemen 2,94%, Antikonvulsan 1,47%,
probiotik 1,47%, oralit 1,47%.
Kata Kunci: Pneumonia, the forgotten killer of children, pediatric, jenis obat

1 PENDAHULUAN Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar


Pneumonia merupakan penyebab kematian (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi pneumonia di
utama pada balita diseluruh dunia, lebih banyak Indonesia tahun 2013 sampai 2018 mengalami
dibandingkan gabungan penyakit AIDS, malaria, peningkatan menjadi 2,0%. Povinsi dengan angka
dan campak. Menurut World Health Organization kejadian pneumonia yang tertinggi adalah Papua
hampir 1 dari 5 kematian balita di seluruh dunia (3,6%), sedangkan di provinsi jawa barat sebesar
dan lebih dari 2 juta anak meninggal akibat (2,7%) oleh karena itu pneumonia perlu mendapat
perhatian (Riskesdas, 2018).
pneumonia setiap tahunnya, tetapi tidak banyak
perhatian terhadap penyakit ini, sehingga Tata laksana terapi pneumonia bertujuan untuk
pneumonia disebut pembunuh balita yang mengeradikasi mikroorganisme penyebab
terlupakan atau “the forgotten killer of children” pneumonia dan penyembuhan klinis secara
(WHO, 2019). keseluruhan. Pneumonia yang disebabkan oleh
185
186 | Ummi Mahmudah, et al.
bakteri dan infeksi diterapi dengan pemberian menyebabkan komplikasi berupa pneumonia
antibiorik empiris dengan antibiotika spektrum (IDAI, 2017).
luas sambil menunggu hasil kultur. Setelah bakteri Berdasarkan IDAI tahun 2016, pnaumonia
pathogen diketahui, antibiotika diubah menjadi dapat di klasifikasikan sebagai berikut :
antibiotika yang berspektrum sempit sesuai a. Pneumonia ringan, pasien bisa rawat jalan
patogen (Depkes RI, 2005). b. Pneumonia berat, pasien harus dirawat inap
Menurut tingginya prevalensi di Indonesia c. Bukan pneumonia : Batuk, cukup diberi
menjadi alasan utama untuk dilakukannya
nasihat untuk perawatan di rumah
penelitian ini dengan perkiraan kasus pneumonia
di Kota Cimahi tahun 2017 sebesar 2.248 kasus 1. Berdasarkan klinis dan epideologis (PDPI,
dan penderita yang ditemukan dan ditangani 2003) :
sebesar 2.425 kasus (107.9%) (Dinkes Kota a. Pneumonia komuniti (community –
Cimahi, 2017). Maka penelitian ini akan
acquired pneumonia).
dilakukan di RS Dustira Kota Cimahi. Pemilihan
penelitian di RS Dustira ini dikarenakan rumah b. Pneumonia nosocomial (hospital – acquired
sakit tersebut merupakan rumah sakit tipe B di pneumonia / nosocomial pneumonia).
Kota Cimahi sehingga banyak masyarakat yang c. Pneumonia aspirasi
datang untuk berobat. Rumah Sakit tipe B d. Pneumonia pada penderita
merupakan rumah sakit yang mempunyai fasilitas Immunocompromised.
dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas
dan sub spesialistik terbatas (Depkes RI, 2007). 2. Berdasarkan bakteri penyebab (PDPI, 2003) :
Berdasarkan pemaparan di atas, maka a. Pneumonia bakterial / tipikal. Dapat terjadi
permasalahan yang dapat dirumuskan dalam pada semua usia. Beberapa bakteri
penelitian ini adalah bagaimana gambaran mempunyai tendensi menyerang sesorang
pengobatan pasien pneumonia di Instalasi Rawat
yang peka, misalnya Klebsiella pada
Inap di Rumah Sakit Dustira Kota Cimahi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penderita alkoholik, Staphyllococcus pada
gambaran pengobatan pasien pediatrik pneumonia penderita pasca infeksi influenza
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Dustira Kota b. Pneumonia atipikal, disebabkan
Cimahi. Mycoplasma, Legionella dan Chlamydia
Penelitian ini juga diharapkan dapat c. Pneumonia virus
memberikan manfaat teoritis yaitu memberikan
pengetahuan mengenai tatalaksana terapi 3. Berdasarkan predileksi infeksi (PDPI, 2003) :
pneumonia pada pasien pediatric di Instalasi a. Pneumonia lobaris
Rawat Inap Rumah Sakit Dustira Kota Cimahi. Sering pada pneumonia bacterial, jarang,
Dan dapat memberikan manfaat praktis yaitu
jarang pada bayi dan orang tua. Pneumonia
sebagai pertimbangan tatalaksana pengobatan
Pneumonia di Rumah Sakit Dustira Kota Cimahi. yang terjadi pada satu lobus atau segmen
kemungkinan sekunder disebabkan oleh
obstruksi bronkus misalnya: pada aspirasi
2 LANDASAN TEORI
benda asing atau proses keganasan
b. Bronkopneumonia Pneumonia merupakan infek
Penyebab pneumonia adalah berbagai macam
Ditandai dengan bercak-bercak infiltrate
virus, bakteri atau jamur. Bakteri penyebab
pneumonia yang tersering adalah penumokokus pada lapangan paru. Dapat disebabkan oleh
(Streptococcus pneumonia), HiB (Haemophilus bakteria maupun virus. Sering pada bayi
influenza type b), dan stafilokokus dan orang tua. Jangan dihubungkan dengan
(Staphylococcus aureus). Virus penyebab obstruksi bronkus.
pneumonia sangat banyak, misalnya c. Pneumonia interstisial
rhinovirus, respiratory syncytial virus (RSV) atau
virus influenza. Virus campak (morbili) juga dapat Menurut IDAI tahun 2016, tata laksana terapi
Volume 6, No. 2, Tahun 2020 ISSN: 2460-6472
Kajian Penggunaan Obat Pneumonia pada Pasien... | 187
pneumonia sebagai berikut : keseluruhan mencapai 3 minggu, atau
1. Pneumonia Ringan klindamisin secara oral selama 2
a. Anak di rawat jalan minggu.
b. Terapi antibiotic diberikan kontrimoksasol b. Terapi Oksigen
(4 mg Trimetoprim/kg BB/kali) 2 kali Diberikan oksigen pada semua anak
sehari selama 3 hari atau Amoksisilin (25 dengan pneumonia berat
mg/kg BB/kali) 2 kali sehari selama 3 hari. METODOLOGI PENELITIAN
Untuk pasien HIV diberikan selama 5 hari
Jenis penelitian ini termasuk penelitian non
(IDAI, 2016). eksperimental. Adapun desain penelitian yang
dilakukan adalah desain studi observasional.
2. Pneumonia Berat
Penelitian bersifat deskriptif. Tahapan penelitian
a. Terapi antibiotic
yang dilakukan adalah penentuan sampel,
1) Diberikan ampisilin/amoksisilin (25-50 pengambilan data dan pengolahan data. Cara
mg/kgBB/kali IV atau IM setiap 6 jam), pengumpulan data dilakukan dengan pendekatan
yang harus dipantau dalam 24 jam retrospektif. Sampel dari penelitian ini adalah data
selama 72 jam pertama. Bila anak rekam medis pasien pediatrik pneumonia rawat
memberi respons yang baik maka inap Rumah Sakit Dustira Kota Cimahi bulan
diberikan selama 5 hari. Selanjutnya september tahun 2019.
terapi dilanjutkan di rumah atau di Populasi dalam penelitian ini adalah pasien
rumah sakit dengan amoksisilin oral (15 pediatrik pneumonia di instalasi rawat inap
mg/ kgBB/kali tiga kali sehari) untuk 5 Rumah Sakit Dustira. Sampel dari penelitian ini
hari berikutnya. adalah populasi yang memenuhi kriteria inklusi
2) Bila keadaan klinis memburuk sebelum yang ditetapkan. Kriteria inklusi meliputi pasien
48 jam, atau terdapat keadaan yang berat rawat inap yang menderita pneumonia usia 0
(tidak dapat menyusu atau sampai 12 tahun di RS. Dustira dan penyakit
minum/makan, atau memuntahkan penyerta. Kriteria eksklusi yang ditetapkan adalah
semuanya, kejang, letargis atau tidak data rekam medik yang tidak.
sadar, sianosis, distres pernapasan berat) Cara pengumpulan data dilakukan dengan
maka ditambahkan kloramfenikol (25 pendekatan retrospektif dari data terdahulu pasien
mg/kgBB/kali IM atau IV setiap 8 jam). yang dilihat dari data rekam medik pasien
3) Bila pasien datang dalam keadaan klinis pediatrik pneumonia di Rumah Sakit Dustira
berat, diberikan oksigen dan pengobatan meliputi identitas pasien (nama, usia, berat badan
kombinasi ampilisin-kloramfenikol atau dan jenis kelamin), nomor rekam medik,
ampisilin-gentamisin diagnosis, penyakit penyerta dan jenis obat dan
4) Sebagai alternatif, diberikan seftriakson dosis obat yang digunakan.
(80-100 mg/kgBB IM atau IV sekali Data yang telah diperoleh akan diolah dengan
sehari) cara menggunakan metode deskriptif yaitu dengan
5) Bila anak tidak membaik dalam 48 jam, memberikan gambaran yang sebenarnya dari data
maka bila memungkinkan dibuat foto yang telah didapatkan, yang dinyatakan dengan
dada persentase (%).
6) Pneumonia stafilokokal antibiotik
diganti dengan gentamisin (7.5 3 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
mg/kgBB IM sekali sehari) dan Berdasarkan hasil penelitian terhadap kajian
kloksasilin (50 mg/kgBB IM atau IV penggunaan obat pneumonia di Instalasi Rawat
setiap 6 jam) atau klindamisin (15 Inap RS. Dustira Kota Cimahi bulan September
mg/kgBB/hari - 3 kali pemberian). tahun 2019 diperoleh sampel yang memenuhi
Selanjutnya ketika keadaan anak kriteri inklusi sebanyak 20 rekam medik.
membaik, dilanjutkan dengan Persentase Pasien Pediatri Penderita
kloksasilin (atau dikloksasilin) secara Pneumonia Berdasarkan Jenis Kelamin
oral 4 kali sehari sampai secara
Farmasi
188 | Ummi Mahmudah, et al.
Tabel IV.1 Pasien pediatri penderita Pneumonia No Diagnosis Jumlah Persentase (%)
1 Bronkopneumonia tanpa penyakit penyerta 13 65%
berdasarkan jenis kelamin 2 Bronkopneumonia dengan penyakit penyerta 7 35%
Epilepsi 1 5%
Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%) TB 1 5%
Asma 4 20%
Diare Akut 1 5%
Laki-laki 10 50%
Perempuan 10 50%
Total 20 100% Frekuensi tertinggi diagnosis penyakit
penyerta pada pasien pneumonia pediatri adalah
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui penyakit asma sebanyak 4 pasien (20%).
bahwa pasien pediatri penderita pneumonia di Asma bronkial adalah penyakit yang
Instalasi Rawat Inap RS.Dustira pada pasien jenis mendasari pneumonia berulang pada anak. Banyak
kelamin laki-laki sebanyak 10 pasien (50%) dan anak dengan pneumonia berulang yang terbukti
pada jenis kelamin perempuan sebanyak 10 pasien memiliki asma yang tidak terdiagnosis. Hal ini
(50%). Hasil tersebut menunjukan bahwa proporsi disebabkan oleh karena anak dengan riwayat asma
jenis kelamin laki-laki sama dengan perempuan, memiliki risiko saluran pernapasan yang cacat,
berdasarkan prevalensi bahwa jumlah pasien integritas lendir dan silia terganggu, serta terdapat
dengan jenis kelamin laki-laki lebih sering terjadi penurunan imunitas humoral atau seluler, lokal
pada anak laki-laki. maupun sistemik. (Monita, 2015).
Persentase Pasien Pediatri Pneumonia
Berdasarkan Usia. Persentase Obat Antibiotik Pneumonia yang
digunakan Pasien Pediatri Pneumonia
Tabel IV.2 Pasien pediatri penderita Pneumonia
berdasarkan usia Tabel IV.4 Gambaran Penggunaan Obat
Antibiotik Pneumonia
Usia Jumlah Persentase (%) Golongan Obat Jenis Obat Usia Jumlah obat Persentase (%)

0 - 2 Tahun 8 15,69%
0 - 2 Tahun 12 60% Aminoglikosida 3 - 5 Tahun
6 - 12 tahun
0
0
0,00%
0,00%
3 - 5 Tahun 6 30% Jumlah
0 - 2 Tahun
8
13
15,69%
25,49%
Penicillin 3 - 5 Tahun 9 17,65%
6 - 12 Tahun 2 10% 6 - 12 tahun 1 1,96%
Jumlah 23 45,10%
Total 20 100% Antibiotik
Makrolida
0 - 2 Tahun 1 1,96%
3 - 5 Tahun 0 0,00%
6 - 12 tahun 0 0,00%
Jumlah 1 1,96%
0 - 2 Tahun 11 21,57%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui Sefalosforin 3 - 5 Tahun
6 - 12 tahun
5
3
9,80%
5,88%
bahwa pasien pediatri yang menderita pneumonia Total Total
Jumlah 19
51
37,25%
100%

pada usia 0 sampai 2 tahun yaitu sebanyak 12


pasien (60%), kemudian pada usia 3 sampai 5 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui
tahun sebanyak 6 pasien (30%) dan pada usia 6 bahwa jenis obat pneumonia yang digunakan pada
sampai 12 tahun sebanyak 2 pasien (10%). pasien pneumonia di RS. Dustira Kota Cimahi
Umur mempunyai pengaruh cukup besar adalah penicillin berjumlah 45,10%, kemudian
terhadap kejadian pneumonia. Bayi dan balita Sefalosforin berjumlah 37,25%, Aminoglikosida
memiliki mekanisme pertahanan tubuh yang berjumlah 15,69%, Makrolida berjumlah 1,96%.
masih lemah dibandingkan dengan orang dewasa, Penicillin menjadi pilihan utama pengobatan
sehingga balita termasuk ke dalam kelompok yang untuk pneumonia hal ini sesuai dengan yang
rawan terhadap penyakit infeksi seperti diungkapkan menurut Ikatan Dokter Anak
pneumonia dan influenza (Depkes RI 2007). Indonesia tahun 2016 dimana penicillin
Persentase Pasien Pediatri Pneumonia merupakan antibiotik lini pertama dalam
Berdasarkan Penyakit Penyerta. mengobati pneumonia. Antibiotik ini digunakan
Tabel IV.3 Pasien pediatri penderita Pneumonia untuk pengobatan pneumonia karena sprektum
berdasarkan penyakit penyerta kerjanya yang luas. Antibiotik sprektum luas
bekerja terhadap lebih banyak bakteri gram positif
maupun gram negatif (IDAI,2006).

Persentase Obat non antibiotik Pneumonia


yang digunakan Pasien Pediatri Pneumonia
Volume 6, No. 2, Tahun 2020 ISSN: 2460-6472
Kajian Penggunaan Obat Pneumonia pada Pasien... | 189
Tabel IV.5 Gambaran Penggunaan Obat Non kortikosteroid yang masuk ke dalam kelompok
Antibiotik Pneumonia glukokortikoid sintetik yang memiliki efek anti
Golongan Obat Jenis Obat Usia Jumlah Persentase (%) inflamasi dan imunosupresif (Katzung et all,
0 - 2 Tahun 9 13,24%
Mukolitik Ambroxol 3 - 5 Tahun
6 - 12 tahun
3
3
4,41%
4,41%
2013).
Jumlah
0 - 2 Tahun
15
1
22,06%
1,47%
Antiemetik digunakan untuk mengatasi mual
Antikonvulsan Asam Valproat 3 - 5 Tahun
6 - 12 tahun
0
0
0,00%
0,00% dan muntah. Penambahan kortikosteroid dapat
Jumlah 1 1,47%

Bronkodilator Salbutamol
0 - 2 Tahun
3 - 5 Tahun
6
7
8,82%
10,29%
mengurangi pelepasan serotonin pada sel
6 - 12 tahun
Jumlah
2
15
2,94%
22,06% enterokromafin, sehingga stimuli yang masuk ke
0 - 2 Tahun 2 2,94%
Suplemen Zink
Curcuma
3 - 5 Tahun
6 - 12 tahun
0
0
0,00%
0,00%
pusat muntah akan berkurang. Kortikosteroid
Flexotide
Jumlah
0 - 2 Tahun
2
1
2,94%
1,47% dapat meningkatkan efektifitas dari antagonis
Kortikosteroid Metil Frednisolon 3 - 5 Tahun 5 7,35%
Dexametason
Prednison
6 - 12 tahun
Jumlah
0
6
0,00%
8,82%
resesptor serotonin daripada pemberian antagonis
Antiemetik Ondansetron
0 - 2 Tahun
3 - 5 Tahun
2
0
2,94%
0,00% serotonin secara tunggal (Puspitasari, 2011).
Dompendon 6 - 12 tahun 0 0,00%
Jumlah
0 - 2 Tahun
2
10
2,94%
14,71%
Zinc adalah mineral penting bagi bayi dan
Analgesik-Antipiretik Paracetamol 3 - 5 Tahun
6 - 12 tahun
5
3
7,35%
4,41%
anak-anak. Suplemen zinc terbukti dapat
Jumlah 18 26,47%

Antituberkulosis Isoniaizide
0 - 2 Tahun
3 - 5 Tahun
0
5
0,00%
7,35%
menurunkan insidens diare dan pneumonia,
6 - 12 tahun
Jumlah
0
5
0,00%
7,35%
mendukung pertumbuhan linear dan memiliki efek
0 - 2 Tahun 1 1,47%
Probiotik Probiotik 3 - 5 Tahun
6 - 12 tahun
0
0
0,00%
0,00%
positif dalam menurunkan angka kematian terkait
Jumlah
0 - 2 Tahun
1
0
1,47%
0,00%
penyakit infeksi. (IDAI, 2017).
Cairan Elektrolit Oralit 3 - 5 Tahun
6 - 12 tahun
0
1
0,00%
1,47% Antikonvulsi atau antiepilepsi adalah obat
Jumlah 1 1,47%

Antiulcerant Suklarfat
0 - 2 Tahun
3 - 5 Tahun
1
1
1,47%
1,47%
yang menekan impuls listrik abnormal dari pusat
6 - 12 tahun
Jumlah
0
2
0,00%
2,94% serangan kejang ke daerah korteks lainnya,
Total Total 68 100%
sehingga mencegah serangan kejang, tetapi tidak
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui menghilangkan penyebab kejang. Mekanisme
bahwa jenis obat non antibiotik yang paling kerja asam valproat dalam pengobatan epilepsy
banyak digunakan pada pasien pneumonia di adalah dengan meningkatkan inaktivasi kanal Na +,
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Dustira Kota sehingga menurunkan kemampuan syaraf untuk
cimahi adalah paracetamol berjumlah 18 pasien menghantarkan muatan listrik (Ikawati,2014).
(26,47%). Pemberian analgetik-antipiretik berupa Oralit diberikan untuk mengembalikan cairan
parasetamol bertujuan untuk mengurangi dan dan menurunkan volume feses serta menurunkan
meredakan gejala demam karena aksinya yang muntah. Probiotik adalah bakteri hidup baik yang
langsung ke pusat pengaturan panas di membantu nutrisi di saluran gastrointestinal dan
hipotalamus yang berdampak vasodilatasi serta memberikan pertahanan untuk melawan bakteri
pengeluaran keringat (Depkes RI 2005). pathogen (Yonata, ade & Agus F.M.F, 2016).
Terapi nebulasi bertujuan untuk mengurangi
sesak akibat penyempitan jalan nafas atau 4 KESIMPULAN
bronkospasme akibat hipersekresi mukus.
Jenis obat antibiotik yang digunakan untuk
Salbutamol merupakan obat bronkodilator yang
pasien pediatrik pneumonia di RS Dustira Kota
berfungsi untuk membantu pernapasan dengan
Cimahi bulan september tahun 2019 adalah
cara melebarkan saluran udara dan melonggarkan
penicillin 45,10%, sefalosforin 37,25%,
penyempitan bronkus (BPOM RI, 2008).
aminoglikosida 15,69%, makrolida 1,96%. Obat
Mukolitik merupakan obat batuk yang bekerja
untuk penyakit penyerta adalah Analgetik-
dengan cara mengencerkan secret saluran
antipiretik 26,47%, Bronkodilator 22,06%,
pernafasan dengan jalan memecah benang-benang
Mukolitik 22,06%, Kortikosteroid 8,82%,
mukoprotein dan mukopolisakarida dari sputum.
Antituberkulosis 7,35%, Antiemetik 2,94%,
Agen mukolitik berfungsi dengan cara mengubah
Antiulcerant 2,94%, Suplemen 2,94%,
viskositas sputum melalui aksi kimia langsung
Antikonvulsan 1,47%, probiotik 1,47%, oralit
pada ikatan komponen mukoprotein Agen
1,47%.
mukolitik yang terdapat di pasaran adalah
bromheksin, ambroxol dan asetilsistein (Raharjo, SARAN
2004). Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan
Deksametason merupakan salah satu obat jumlah pasien yang lebih
Farmasi
190 | Ummi Mahmudah, et al.
IDAI, 2016. Buku Saku Dosis Obat Pediatri. Ikatan
DAFTAR PUSTAKA Dokter Anak Indonesia. Jakarta
IDAI. (2017). Perlukah Suplemenasi Vitamin dan
Armitage, K and Woodhead, M. 2007. New
Mineral pada Bayi dan Anak. Ikatan Dokter
Guidelines For The Management of Adult
Anak Indonesia
Community Acquired Pneumonia. Current
Ikawati, Z., 2014, Farmakoterapi Penyakit Sistem
Opinion in Infectious Diseases. 170-176.
Syaraf Pusat. Yogyakarta: Bursa Ilmu.
Arianti, E. (2017). Pola Penggunaan Antibiotik
Katzung, G.B., Masters, B.S., & Trevor J.A. 2013.
pada Pasien Pneumonia Pediatri di Instalasi
Farmakologi dasar & klinik. Ed. 12 Vol. 2.
Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Kota Surakarta Tahun 2016, [KTI],
Monita, O. (2015). Profil Pasien Pneumonia
Fakultas Farmasi, Universitas Setia Budi
Komunitas di Bagian Anak RSUP DR. M.
Surakarta.
Djamil Padang Sumatera Barat, Fakultas
BPOM RI, 2008, Informatorium Obat Nasional
Kedokteran, Universitas Andalas, Jurnal
Indonesia (IONI), Badan Pengawas Obat
Kesehatan Andalas. 2015; 4(1)
dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta.
Puspitasari, V.D, (2011). Evaluasi Penatalaksanaan
Tersedia di:
Mual Muntah pada Pasien Kanker Ovarium
http://pionas.pom.go.id/ioni/pedoman-
Pasca Kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito
umum
Yogyakarta, [skripsi], Fakultas Farmasi,
Depkes RI. (2005). Pharmaceutical Care untuk
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Infeksi Saluran Pernafasan. Jakarta: Depkes
Rahajo, N. (2004). Pedoman Nasional Asma Anak.
RI.
UKK Pulmonologi PP IDAI. UKK
Depkes RI. (2007). Pharmaceutical Care Untuk
Pulmonologi.
Penyakit Asma. Depkes RI, Jakarta.
Riskesdas. 2018. Hasil Utama Riset Kesehatan
Depkes RI. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan
Dasar 2018
Indonesia Tentang Pedoman Penggunaan
Suharjono, Yuniati T, Sumarno & Semedi S.J,
Antibiotik, Kementrian Kesehatan Republik
2009, Studi Penggunaan Antibiotik pada
Indonesia, Jakarta.
Penderita Rawat Inap Pneumonia
Dinkes Kota Cimahi. (2017). Profil Kesehatan
(Penelitian di Sub Departemen Anak
Kota Cimahi. Dinas Kesehatan Kota
Rumkital dr. Ramelan Surabaya), Majalah
Cimahi
Ilmu Kefarmasian, Fakultas Farmasi,
Dipiro, J.T., B.G. Wells, T.L.Schwinghammer dan
Universitas Airlangga Surabaya.
C.V. Dipiro. 2008. Pharmacoterapy
Utsman P. 2017. Evaluasi Penggunaan Antibiotik
Handbook Seventh Edition. Mc Graw Hill
Pada Balita Penderita Pneumonia Rawat
Medical. New York.
Inap di RSUD Tidar Kota Magelang Tahun
Endriastuti, N. E, Wahyono D. Sukarno R, (2015),
2016 [Skripsi]. Surakarta: Fakultas Farmasi,
Evaluasi Pendosisan Gentamisin pada
Universitas Muhamadiyah Surakarta.
Pasien Anak Pneumonia Berat, Jurnal
World Health Organization (WHO). Pneumonia.
Manajemen dan Pelayanan Farmasi,
2019. Jakarta
Fakultas Farmasi, Vol. 5. No. 1/Maret
Yonata, ade & Agus F.M.F, 2016, Penggunaan
2015. ISSN : 2088-8139
Probiotik sebagai Terapi Diare , Bagian
Hartanti S. 2012. Analisis Faktor Resiko Yang
Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran,
Berhubungan Dengan Kejadian Pneumonia
Universtas Lampung 2Mahasiswa, Fakultas
Pada Anak Balita Di RSUD Pasar Rebo
Kedokteran, Universitas Lampung
Jakarta [Tesis]. Jakarta: Fakultas
Kedokteran, Universitas Indonesia.
PDPI. (2003). Pedoman Diagnosis &
Penatalaksanaan di Indonesia.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
PDPI. (2017) Kenali Gejala dan Pencegahan
Pneumonia pada Balita. Perhimpunan
Dokter Paru Indonesia.
Volume 6, No. 2, Tahun 2020 ISSN: 2460-6472

Anda mungkin juga menyukai