Anda di halaman 1dari 2

Fidelis Eferata Wijaya X-A.

1/22
Prasasti Tukmas, Peninggalan Kerajaan Kalingga

Prasasti tukmas merupakan peninggalan dari kerajaan Kalingga yang terletak di Jawa
Tengah. Keberadaan kerajaan ini dibuktikan dengan adanya pengiriman utusan dari Cina ke
kerajaan Kalingga pada 647 dan 666 M. Kerajaan kalingga diperkirakan terletak di lautan
selatan antara pulau Bali dan Sumatera, dikelilingi tembok, raja tinggal di bangunan besar
bertingkat dengan singgasana dari gading. Kerajaan ini diperintah oleh Ratu Sima, ratu yang
adil dan bijaksana. Pada masa pemerintahannya kerajaan Kalingga sangat aman tentram,
rakyat juga hidup dalam kemakmuran. Pusat pemerintahan kerajaan kalingga terdapat di
sekitar sungai Kali Pancur dan sebagian rakyatnya memiliki sektor utama yaitu perdagangan.
Prasasti tukmas (yang berarti “mata air emas”) merupakan sebuah prasasti yang
dipahatkan pada batu alam besar yang berdiri di dekat sumber mata air yang ditemukan di
lereng gunung merapi. Prasasti tukmas atau biasa dikenal dengan prasasti dakawu merupakan
prasasti yang ditulis dengan satu baris aksara Pallawa yamg berbahasa sanskerta dan
merupakan prasasti tertua yang ditemukan di Jawa Tengah (berdasarkan paleografisnya
berasal dari abad ke VI-VII M). Aksara Pallawa adalah sebuah aksara yang berasal dari India
bagian selatan. Nama aksara Pallawa berasal dari dinasti Pallawa yang pernah berkuasa di
selatan India sekitar abad ke-4 sampai ke-9 M.
Aksara dari prasasti ini sudah banyak yang rusak dan sebagian tidak terbaca, namun
ada bagian yang masih bisa dibaca dan menyebutkan adanya sebuah mata air jernih yang
mengalir. Mata air itu menjadi sungai yang airnya suci seperti di sungai Gangga. Kesucian
mata air tersebut dikuatkan dengan keberadaan prasasti di dekatnya yang memuji mata air
yang keluar dari gunung dan menjadi sebuah sungai. Disamping tulisan, prasasti ini memiliki
gambar roda (cakra), teratai (padma), nyala api, denah bangunan dan gambar yang masih sulit
diidentifikasi. Gambar yang dapat diidentifikasi merujuk pada tanda khusus yang digunakan
para pemuka agama Siva (Penganut Hindu). Prasasti ini juga memuat tentang lukisan alat-
alat, seperti trisula, kendi, kapak, sangkha, cakra, dan bunga tunjung yang menandakan
bahwa kerajaan Kalingga merupakan kerajaan bercorak Hindu beraliran Syiwa.
Aksara dari prasasti ini berbunyi “( iyant) uśucy ambruruhānujatā, kvacic
chilāvālukanirggateyam, kvacit prak prakīrnnā śubhaśitatoya, samprasrta m (daya) karīwa
ganga”. Aksara ini telah diterjemahkan menurut Soekarto (1986) dan memiliki arti “(Mata-
air) yang airnya jernih dan dingin ini da yang keluar dari batu atau pasir ke tempat yang
banyak bunganya tunjung putih, serta mengalir ke sana –sini. Setelah menjadi satu lalu
mengalir …… seperti sungai Gangga ”.
Makna dari prasasti tukmas sendiri memiliki berbagai macam aspek, tergantung sudut
pandang orang yang membaca prasasti ini. Kurang lebih ada 5 aspek yang memaknai prasasti
ini, yaitu:
1. Dimaknai sebagai Sejarah dan Identitas Budaya
Prasasti tukmas bisa menjadi sumber informasi penting mengenai
sejarah dan identitas budaya. Pemahaman lebih lanjut tentang kebudayaan dan
perkembangan masyarakat pada masa dahulu dapat membantu memperkuat
identitas suatu bangsa atau wilayah.
2. Dimaknai sebagai Anugerah Tuhan melalui Sumber Mata Air yang Mengalir
Dengan adanya prasasti ini, kita diminta untuk sekejap menikmati alam
buatan Tuhan dan menjaga alam ini agar bisa terus mengaliri kehidupan kita
dan berguna bagi kita.

Anda mungkin juga menyukai