Anda di halaman 1dari 3

Nama : Muhammad Shofi

Kelas : HKI 21 B
NIM : 210102010193
Mata Kuliah : Hadits Ahkam B
Dosen pengampu : Bapak Dr. Anwar Hafidzi, MA.Mk

ORANG YANG DI DAHULUKAN DALAM NAFKAH

(982) Dari Abu Hurairah, beliau berkata,

. ‫ ِعن ِدي ِدينار؟‬،‫هللا‬ ِ ‫ ي ر ُسول‬: ‫ فقال‬.‫إّلل علي ِه وس َّّل‬ ُ َّ ‫ جاء ر ُجل إل إلنَّ ِ ِب ص َّّل‬: ‫و عن َأ ِب هُريرة قال‬
ِ
‫ َأن ِفق ُه عّل‬:‫ ِعن ِدي أخ ُر ؟ قال‬:‫ قال‬،‫ َأن ِفق ُه عّل و َِلك‬:‫ ِعن ِدي أخ ُر ؟ قال‬:‫ قال‬،‫ َأن ِفق ُه عّل نف ِسك‬: ‫فقال‬
‫ َأنت َأع ُّل َأخرج ُه‬: ‫ ِعن ِدي أخ ُر ؟ قال‬:‫ قال‬.‫ َأن ِفق ُه عّل خا ِد ِمك‬: ‫ ِعن ِدي أخ ُر ؟ قال‬: ‫ قال‬.‫َأه ِل‬

(‫ و َأبُو د ُإود وإل ِنس ِائ وإلح ِاكُ بِتق ِد ِي َّإلزوج ِة عّل إلو َِل‬،ُ‫)إلشَّ ا ِف ِعي وإللَّفظُ َل‬
Artinya:

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata, "Ada seorang datang kepada Nabi Shallallahu
Alaihi wa Sallam dan berkata, "Wahai Rasulullah, aku mempunyai satu dinar? Beliau bersabda,
"Nafkahilah dirimu sendiri." la berkata, "Aku mempunyai satu dinar lagi? Beliau bersabda,
"Nafkahilah anakmu." la berkata, "Aku mempunyai satu dinar lagi? Beliau bersabda,
"Nafkahilah isterimu." la berkata lagi, "Aku mempunyai satu dinar lagi? Beliau menjawab,
"Nafkahilah pembantumu." Ia berkata, "Aku mempunyai satu dinar lagi?" Beliau menjawab,
"Engkau lebih tahu siapa yang harus engkau berikan nafkah."

(HR. Asy-Syafi'i dan Abu Dawud dengan lafazh dari Abu Dawud. An-Nasa'i dan Al-Hakim
juga meriwayatkan dengan mendahulukan isteri daripada anak)

TAFSIR HADIST
“Dalam konteks di atas dapat kita pahami bahwa pendapat dari ulama yang mengatakan
ada yang mendahulukan isteri dari pada anak ada juga yang mengatakan anak dahulu lalu istri
maka kata nabi kedua nya sama sama di dahulukan kadang ada kondisi di tertentu yang
mengharuskan isteri di dahulukan atau pun anak yang di dahulukan.
Bisa juga untuk menyuruh seorang muslim untuk tidak menumpuk harta nya karena
enggan memberi nafkah kepada yang wajib nafkah di karenakan itu lah nabi sampai mengulang
tiga kali dalam Hadist tersebut beda orang maka mereka beda juga dalam menentukan prioritas
dalam hidup mereka begitu juga infaq juga nabi menyuruh agar seorang muslim untuk berinfaq
sesuai dengan pengetahuan dan ajaran yang sudah di ajarkan nabi Muhammad 'Kamu lebih
tahu’ dan juga dan kemungkinan dalam Hadist ini nabi menyuruh untuk menabung jika kita
lihat dari konteks kalimat”

ANALISA
Secara etimologis, kata "nafkah" bersumber dari Bahasa Arab (‫)نفقة‬, yang berasal dari
akar kata "nafaqa" dengan tambahan awalan hamzah anfaqa yunfiqu. Kata tersebut juga dapat
diucapkan sebagai "infak" atau "nafaqah." Dalam Taj al-‘Arus min Jawahir al-Qamus,
Murtadla al-Zabidi memberikan definisi bahwa nafkah adalah harta yang diberikan untuk diri
sendiri atau keluarga.1
Dalam Lisanu al-‘Arab, Ibnu Manzhur menjelaskan bahwa istilah "nafkah" atau "infak"
dapat dianggap sinonim dengan kata "shadaqah" (sedekah) dan "ith'am" (memberi makan).
Menurutnya, "infak" menjadi "shadaqah" jika seseorang mengeluarkan hartanya dengan
kejujuran atau keikhlasan dari hatinya.2
Syaikh Muhammad Ali Ibnu Allan, dalam kitab Dalil al-Falihin li Thuruqi Riyadi al-
Shahilin, merinci nafkah sebagai segala bentuk pemberian, termasuk pakaian, harta, dan tempat
tinggal kepada keluarga yang menjadi tanggungannya, seperti istri, anak, dan pembantu.
Menariknya, dalam penjelasan Ibnu Allan yang mengutip Ibnu al-Nahwiy, nafkah atau infak
memiliki makna dasar "mengeluarkan," karena harta pada hakikatnya akan habis saat
dikeluarkan atau hilang setelah pemiliknya meninggal.3
Dalam konteks nafkah, prinsip diutamakan pada suami sebagai tanggung jawab utama
untuk memberikan nafkah kepada keluarganya. Hal ini sesuai dengan ajaran agama dan tradisi
banyak masyarakat yang menekankan peran suami sebagai pencari nafkah. Syaikh Muhammad
Ali Ibnu Allan, dalam kitab Dalil al-Falihin li Thuruqi Riyadi al-Shahilin,
Menyoroti kewajiban suami dalam memberikan nafkah kepada istri, anak, dan keluarga
yang menjadi tanggungannya. Meskipun demikian, penting untuk diingat bahwa setiap
kewajiban tersebut harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan keadilan, serta
memperhatikan kebutuhan dan kesejahteraan seluruh anggota keluarga.
Dalam pandangan agama Islam, suami diwajibkan memberikan nafkah kepada
keluarganya, termasuk istri dan anak-anak, sebagaimana tertuang dalam Al-Qur'an dan hadist.
Namun, perlu diingat bahwa prinsip keadilan dalam pemberian nafkah juga ditekankan. Jika
suami tidak mampu memberikan nafkah secara cukup, istri dan keluarga seharusnya
memahami situasi tersebut dengan sikap saling pengertian.
Nafkah bukan hanya sebatas aspek finansial, tetapi juga melibatkan perhatian, kasih
sayang, dan dukungan emosional. Oleh karena itu, dalam memberikan nafkah, suami
diharapkan memperhatikan kebutuhan secara menyeluruh untuk menciptakan harmoni dalam
kehidupan keluarga.
Dalam, urutan prioritas dalam pemberian nafkah dapat diuraikan sebagai berikut:
• Anak-Anak: Anak-anak adalah prioritas utama dalam nafkah. Suami memiliki
kewajiban memberikan nafkah kepada anak-anaknya untuk memenuhi kebutuhan dasar
mereka, seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, dan pendidikan. Ini adalah tanggung

1
Muhammad Murtadla Zabidi. Taj Al-’Arus Min Jawahir al-Qamus. Beirut: Dar Hidayah,1431. Riyadlu Al-
Shalihin. Beirut: al-Risalah, 1998.
2
Muhammad Ibnu Manzhur, Lisan Al-‘Arab. I. Beirut: Dar Shadir, n.d.
3
Muhammad Ibnu ’Allan, Dalil Al-Falihin Li Thuruq Riyadl al-Shalihin. III. Beirut: Dar Kutub Ilmiyah, 2009.
jawab yang sangat penting, dan suami diharuskan untuk memastikan anak-anaknya
terlindungi dengan baik.
• Istri (Keluarga Inti): Setelah anak-anak, istri adalah prioritas berikutnya dalam nafkah.
Suami diharuskan memberikan nafkah kepada istrinya untuk memenuhi kebutuhan
dasarnya. Ini mencakup makanan, pakaian, tempat tinggal, dan perawatan kesehatan.
Keadilan dalam memberikan nafkah kepada istri sangat penting dalam Islam.
• Orang Tua dan Keluarga Lebih Luas: Setelah memenuhi kebutuhan anak-anak dan istri,
suami dapat mempertimbangkan membantu orang tua dan keluarga lebar jika mereka
memerlukan bantuan finansial. Namun, ini tidak boleh dilakukan dengan cara yang
merugikan kebutuhan keluarga inti.
• Orang-orang Lain yang Memerlukan Bantuan: Islam mendorong umatnya untuk
memberikan sedekah dan bantuan kepada orang-orang yang memerlukan di
masyarakat. Namun, pemberian bantuan ini tidak boleh mengganggu kewajiban nafkah
terhadap keluarga inti.
• Prinsip utama dalam nafkah dalam Islam adalah keadilan, kepatuhan kepada nilai-nilai
agama, dan pemenuhan kebutuhan dasar keluarga inti. Semua anggota keluarga harus
diperlakukan dengan adil dan dengan mempertimbangkan kemampuan ekonomi suami.
Ini adalah pendekatan yang sejalan dengan prinsip-prinsip Islam yang mengedepankan
kebaikan dan kesejahteraan keluarga sebagai prioritas utama.
KESIMPULAN
Nafkah adalah konsep penting dalam Islam yang mengacu pada kewajiban seorang
suami untuk memberikan dukungan finansial kepada keluarga, terutama anak-anak dan istri.
Prinsip-prinsip utama dalam nafkah melibatkan keadilan, kepatuhan kepada nilai-nilai agama,
dan pemenuhan kebutuhan dasar keluarga inti. Anak-anak memiliki prioritas tertinggi dalam
penerimaan nafkah, diikuti oleh istri (keluarga inti), dan kemudian orang tua dan keluarga yang
lebih luas. Suami harus memberikan nafkah dengan cermat dan sesuai dengan kemampuan
ekonomi mereka, dengan niat baik sebagai bentuk ketaatan kepada Allah. Keadilan dalam
nafkah sangat penting, dan semua anggota keluarga harus diperlakukan dengan adil dan dengan
mempertimbangkan kebutuhan masing-masing. Prinsip-prinsip ini mencerminkan komitmen
Islam untuk memastikan kesejahteraan keluarga sebagai prioritas utama.
DAFTAR PUSTAKA
Zabidi, Muhammad Murtadla. Taj Al-’Arus Min Jawahir al-Qamus. Beirut: Dar Hidayah,1431.
Riyadlu Al-Shalihin. Beirut: al-Risalah, 1998.

Ibnu Manzhur, Muhammad. Lisan Al-‘Arab. I. Beirut: Dar Shadir, n.d.

Ibnu ’Allan, Muhammad. Dalil Al-Falihin Li Thuruq Riyadl al-Shalihin. III. Beirut: Dar Kutub
Ilmiyah, 2009.

Anda mungkin juga menyukai