Anda di halaman 1dari 8

NAFKAH

OLEH: ANDI MUHAMMAD AZZAMI


PENGERTIAN NAFKAH
Nafkah secara etimologis berasal dari kata anfaqa yang artinya mengeluarkan,
memindahkan atau mengalihkan yang berarti sesuatu yang dibagi atau diberikan kepada
seseorang untuk suatu hal dan tujuan tertentu

Dalam terminologi fikih, fuqaha` memberikan definisi nafkah sebagai biaya yang wajib
dikeluarkan oleh seseorang terhadap sesuatu yang berada dalam tanggungannya meliputi
biaya untuk kebutuhan pangan, sandang, dan papan, termasuk juga kebutuhan sekunder
seperti perabot kerumah tanggaan.

Adapun menurut Ulama fikih berpendapat, bahwa nafkah itu sesuatu yang dapat
memenuhi kebutuhan pokok seseorang yang mencakup seperti makan, pakaian dan
tempat tinggal
DASAR HUKUM NAFKAH
Al-Qur‟an surat al-Baqarah ayat : 233 yang artinya: “Dan kewajiban ayah memberi makan dan
pakaian kepada para ibu dengan cara yang makruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut
kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan juga
seorang ayah karena anaknya”

Menurut hadis “Bertaqwalah kalian dalam masalah wanita. Sesungguhnya mereka ibarat tawanan
di sisi kalian. Kalian ambil mereka dengan amanah Allah dan kalian halalkan kemaluan mereka
dengan kalimat Allah. Mereka memiliki untuk mendapatkan rezki dan pakaian dari kalian.” (HR.
Muslim)

Sedangkan dasar nafkah menurut ijma’ adalah sebagai berikut: Ibnu Qudamah berkata, “Para ahli
ilmu sepakat tentang kewajiban suami menafkahi istri-istrinya, bila sudah baligh, kecuali kalau istri
berbuat durhaka. Jadi, Ijma’ menetapkan bahwa suami wajib memberi nafkah kepada istrinya
apabila telah baligh dan istri tidak durhaka, karena perempuan yang durhaka tidak berhak
mendapatkan nafkah dari suaminya.
MACAM-MACAM NAFKAH
1. Nafkah dhohiriyah (nafkah yang bersifat materi) yakni Suami wajib memberi nafkah, kiswah
dan tempat tinggal. Seorang suami diberi beban untuk memberikan nafkah kepada istrinya
berupa sandang, pangan, papan dan pengobatan yang sesuai dengan lingkungannya, dan
kondisinya. Suami wajib memberikan biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya
pengobatan bagi istri dan anak. Biaya pendidikan bagi anak.

2. Nafkah batiniyah (nafkah yang bersifat non materi) yaitu Suami harus berlaku sopan kepada
istri, menghormatinya serta memperlakukannya dengan wajar. Memberi suatu perhatian yang
penuh kepada istri. Setia kepada istri dengan menjaga kesucian suatu pernikahan dimana saja
berada. Berusaha mempertinggi keimanan, ibadah, dan kecerdasan seorang istri. Membimbing
istri sebaik-baiknya. Memberi kemerdekaan kepada istri untuk berbuat ditengah-tengah
masyarakat. Suami hendakya memaafkan kekurangan istri, dan suami harus melindungi istri
dan memberikan semua keperluan hidup rumah tangga sesuai kemampuannya.
KADAR NAFKAH
Imam Ḥanafī dan imam Malik berpendapat bahwa yang dijadikan standar dalam kadar
nafkah itu adalah kebutuhan istri. kadar nafkah tidak ditetapkan oleh syara’ tetapi suami
wajib memenuhi keperluan-keperluan istrinya seperti makanan dengan lauk-pauknya,
daging, sayur, buah-buahan dan keperluannya yang lazim, sesuai dengan tempat dan
keadaan serta selera orangnya.

Sedangkan Imam Syāfi’i berbeda pendapat dengan Imam Ḥanafīyah dan Imam Malik
yang berpendapat, standar nafkah itu sesuai dengan keadaan si pemberi nafkah, ia
mengatakan Allah membedakan yang kaya dengan yang miskin. Allah SWT mewajibkan
atas keduanya, tetapi Allah SWT tidak menetapkan kadarnya, karena kadar itu harus
ditetapkan atas dasar ijtihad dan ukuran yang terdekat, yaitu kadar makanan yang
dipergunakan untuk menghilangkan lapar.
SEBAB-SEBAB MEMBERI NAFKAH
Sebab Pernikahan
Seorang laki-laki jika menikahi seorang wanita, maka wajib bagi laki-laki memberikan nafkah kepada wanita
yang taat,baik makanan, pakaian, tempat tinggal, dan lain-lain menurut kemampuan dan keadaan si suami.

Sebab Keturunan
Dengan adanya perkawinan maka lahirlah keturunan, dengan demikian maka wajib bagi orang tua mencukupi
kebutuhan keturunannya dengan memberikan nafkah kepada anaknya apabila si anak masih kecil atau si anak
sudah besar tapi tidak mampu berusaha dan miskin. Begitupun sebaliknya, si anak wajib memberi nafkah
kepada ibubapaknya apabila ibu bapaknya sudah tidak mampu lagiberusaha dan tidak mempunyai harta.

Sebab kepemilikan
Seseorang yang memiliki budak maka wajib baginya memberikan makan, tempat tinggal kepada budak tersebut.
Dan dia wajib menjaganya jangan sampai diberikan beban lebih dari semestinya.
SYARAT-SYARAT MEMBERIKAN NAFKAH
1. Adanya hubungan kekeluargaan.
2. Anggota kerabat yang bersangkutan memang membutuhkan nafkah.
3. Anggota kerabat yang bersangkutan tidak sanggup mencari nafkah.
4. Orang yang diwajibkan memberi nafkah itu hendaknya kaya, mampu, kecuali dalam masalah
nafkah ayah dan ibu yang telah diwajibkan kepada anak, dan nafkah anak yang telah
diwajibkan kepada ayah.
5. Yang memberi nafkah dan diberi nafkah itu seagama, kecuali dalammasalah nafkah ayah
kepada anaknya dan anak kepada orangtuanya. Jadi saudara yang beragama Islam tidak wajib
memberi nafkah kepadasaudaranya yang non Islam, karena mereka berdua berlainan agama.
TERIMAKASIH
DIPERSILAHKAN BERTANYA…

Anda mungkin juga menyukai