Fastabiqul - 9530
Fastabiqul - 9530
Agrotekma:, 7 (2) Juni 2023 ISSN 2548-7841 (Print) ISSN 2614-011X (Online),
DOI: 10.31289/agr.v7i2.9530
Agrotekma
Jurnal Agroteknologi dan Ilmu Pertanian
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrotekma
Abstract
West Sumatera province government enhancement the growth of rice production through developing
rice production centres. The centre is purpose to reduce cost and enhance efficiency that ultimately
increases local economic growth. Kec. Ampek Angkek is a rice production centre in Agam district. In this
case study, we explain the progress of centre development that set in 2013 of the physical aspect inside
and outside production centre. The research method used is a qualitative descriptive with a case study
approach. The condition of the development of physical aspect use a case to provide a detailed
description of the development of the production centre. The result showed that there were similar
developments for each aspect.
Keywords: production centre, physical
How to Cite: Khairad. Fastabiqul, Melinda, N & Mahdi (2023). Perkembangan Aspek Fisik Pada Kawasan
Sentra Produksi Padi. Agrotekma: Jurnal Agroteknologi dan Ilmu Pertanian. 7 (2): 15-24
15
Khairad. Fastabiqul, Melinda, N & Mahdi (2023). Perkembangan Aspek Fisik Pada Kawasan Sentra
Produksi Padi
PENDAHULUAN
Pembangunan adalah suatu rangkaian gerak perubahan menuju arah kemajuan,
perubahan tersebut direncanakan berdasarkan norma-norma tertentu. Pembangunan
juga berartikan sebagai rangkaian usaha dan kegiatan yang dimaksudkan untuk
mencapai keadaan lepas landas, atau keadaan yang penuh dengan dorongan kearah
kematangan (Sukirno, 2006). Pada hakekatnya suatu pembangunan ditujukan untuk
pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kualitas hidup manusia ke arah yang lebih
baik.
Sektor pertanian merupakan penggerak pembangunan (engine of growth) baik
dari segi penyedia bahan baku, kesempatan kerja, bahan pangan serta sebagai daya
beli bagi produk yang dihasilkan oleh sektor lain. Secara alamiah pembangunan
ekonomi harus didukung oleh berkembangnya sektor pertanian yang kuat dari sisi
penawaran maupun sisi permintaan (Sumodiningrat dalam Ningsih, 2010). Salah satu
upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kontribusi sektor pertanian
terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sekaligus sebagai sektor penggerak
pertumbuhan ekonomi wilayah adalah dengan mengembangkan komoditas unggulan
pertanian yang berbasiskan kawasan
Pendekatan kawasan berbeda halnya dengan pendekatan tata ruang. Pendekatan
kawasan berorientasi pada pencapaian atau terwujudnya fungsi tertentu dari suatu
kawasan, sedangkan pendekatan tata ruang mengarah kepada pemilihan lokasi
pembangunan yang tepat. Kedua pendekatan tersebut mengarah pada pencapaian
efektivitas dan efisiensi pembangunan. Pendekatan kawasan sentra produksi (KSP)
merupakan salah satu pendekatan kawasan pertanian yang berbasiskan produksi .
Pembangunan KSP mulai digerakan oleh BAPPENAS pada tahun 1998 untuk
mewujudkan pola pembangunan terpadu dengan menggunakan pendekatan wilayah.
Melalui kegiatan tersebut telah dibangun beberapa proyek percontohan pada
beberapa provinsi, termasuk Sumatera Barat dan Riau. Sayangnya, mulai tahun 2001,
kegiatan KSP mulai kurang berkembang karena dengan dimulainya otonomi daerah,
kewenangan pengelolaan KSP dilimpahkan ke masing-masing kabupaten. Hal ini
dikarenakan pola pembangunan KSP yang masih baru pada saat itu sehingga
kabupaten kurang peduli dan memperhatikan kelanjutan pembangunannya. Karena
itu, kedepan pembangunan pertanian dengan menggunakan pola KSP perlu terus
16
Agrotekma: Jurnal Agroteknologi dan Ilmu Pertanian, 7(2) Juni 2023: 15-24
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Agam. Pemilihan lokasi dilakukan secara
sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Agam memiliki
produktivitas padi tertinggi dibandingkan Kawasan Sentra Produksi (KSP) padi
lainnya yaitu sebesar 5,63% pada tahun 2016. Lokasi penelitian tepatnya pada KSP
17
Khairad. Fastabiqul, Melinda Noer, Mahdi, Perkembangan Aspek Fisik Pada Kawasan Sentra
Produksi (KSP) Padi
Padi Kecamatan Ampek Angkek dengan produktivitas lebih tinggi dibandingkan KSP
lain di Kabupaten Agam yaitu sebesar 6,10% tahun 2016. Kawasan bukan sentra yang
dipilih adalah Kecamatan Kamang Magek dengan pertimbangan merupakan kawasan
yang dekat dengan kawasan sentra produksi serta memiliki produktivitas yang cukup
stabil hingga 2016 dibandingkan kawasan lain. Dengan produktivitas yang lebih tinggi
diharapkan kawasan terpilih memang memiliki perkembangan aspek fisik yang lebih
baik serta kegiatan usahatani yang lebih efisien.
Tabel 1. Indikator dan Sumber Data Perkembangan Aspek Fisik di dalam dan di luar KSP.
No Aspek Fisik
Aspek Indikator Sumber Data
1. Lahan Peningkatan luas lahan kegiatan Badan Perencanaan
usahatani komoditas unggulan pada Pembangunan Daerah
kawasan padi
2. Insfrastruktur Peningkatan pembangunan jalan Badan Perencanaan
usahatani pada kawasan padi Pembangunan Daerah
Peningkatan ketersediaan sarana Dinas Pekerjaan Umum
irigasi pada kawasan padi dan Tata Ruang
Data yang diambil untuk tujuan pertama merupakan data selama 5 tahun terakhir mulai
tahun sejak ditetapkannya KSP. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Kondisi perkembangan aspek fisik
dijadikan sebagai kasus untuk memberikan gambaran secara mendetail mengenai
perkembangan kawasan maupun diluar kawasan. Data yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Adapun
instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah panduan wawancara berupa
daftar pertanyaan, alat pencatat dan alat perekam dokumentasi. Panduan wawancara
digunakan untuk melakukan tinjauan lapangan terkait perkembangan aspek fisik KSP
komoditas padi.
Aspek Insfrastruktur
Infrastruktur pertanian merupakan suatu bangunan fisik atau struktur sebagai
pendukung pengembangan pertanian. Sarana pendukung tersebut berupa bangunan
penyedia air irigasi, saluran irigasi dan drainase serta jalan pertanian. Berbagai
bantuan beserta program terkait pengembangan infrastruktur pertanian telah
diberikan oleh pemerintah Kabupaten Agam melalui kerja sama dengan Dinas
Pertanian dan Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kabupaten Agam. Adapun
Kelompok Penerima Manfaat Bantuan Sosial Kegiatan Prasarana dan Sarana Pertanian
Pekerjaan Pengembangan Jaringan Irigasi Mendukung Tanaman Pangan untuk
kawasan di dalam sentra produksi Kecamatan Ampek Angkek dapat dilihat pada Tabel
3 berikut
19
Khairad. Fastabiqul, Melinda Noer, Mahdi, Perkembangan Aspek Fisik Pada Kawasan Sentra Produksi
(KSP) Padi
Tabel 3. Kelompok Penerima Manfaat Pengembangan Jaringan Irigasi di dalam Kawasan Sentra Produksi
Kecamatan Ampek Angkek
Tahun Kecamatan Ampek Angkek
Kelompok Tani Daerah Irigasi Alokasi Alokasi Dana
(Ha) (Rp)
2013 Nailussa’adah Bandar Kubu 25 25.000.000
Tunas Harapan Kubu Bandar 27 27.000.000
Harapan Bundo Bandar Pankobal 28 28.000.000
Karya Pembangunan Bandar Baru 30 30.000.000
Umbuik Mudo Bandar Pakan Lading 30 30.000.000
2014 Tunas Harapan Kubu Banda Kanan 38 38.000.000
Tunas Muda Saiyo Waduk Lapangan 48 48.000.000
Total 226 226.000.000
Sumber: Dinas Pertanian, Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kab.Agam
Berdasarkan Tabel 3 diatas, terdapat 5 kelompok tani di tahun 2013 dan 2 kelompok
tani di tahun 2014 sebagai penerima manfaat pengembangan jaringan irigasi dengan
alokasi lahan seluas 226 Ha serta alokasi dana sebesar Rp. 226.000.000,-. Adapun
penerima manfaat pengembangan jaringan irigasi untuk kawasan di luar sentra produksi
Kecamatan Kamang Magek dapat dilihat pada Tabel 4 berikut:
Tabel 4. Kelompok Penerima Manfaat Pengembangan Jaringan Irigasi di luar Kawasan Sentra Produksi
Kecamatan Kamang Magek
Tahun Kecamatan Kamang Magek
Kelompok Tani Daerah Irigasi Alokasi Alokasi Dana (Rp)
(Ha)
2013 Kato Saiyo Mandiri Batu bajolang 27 27.000.000
Indang Saiyo Tabek Itik 30 30.000.000
Binuang Sati Air Ganggo 30 30.000.000
2014 Binuang Sati Joho 47 47.000.000
Total 134 134.000.000
Sumber: Dinas Pertanian, Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kab.Agam
Berdasarkan Tabel 4 diatas terdapat perbedaan penerima manfaat antara kedua
kawasan dikarenakan kebutuhan akan bantuan irigasi berbeda untuk kedua kawasan.
Dalam hal ini pemerintah juga masih terfokus pada pemerataan pengembangan jaringan
irigasi pada setiap kawasan dari pada memfokuskan pada satu titik kawasan sentra
produksi.
Selama ini sarana irigasi difokuskan untuk tanaman pangan terutama padi sawah
yang menjadi makanan pokok masyarakat. Namun permasalahan yang terjadi adalah
biaya operasi dan pemeliharaan yang tersedia dari pemerintah tidak mencukupi untuk
biaya operasi dan pemeliharaan seharusnya. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan
kemampuan irigasi yang ditandai dengan penurunan Indek Pertanaman. Untuk itu,
kekurangan biaya ini diharapkan dapat ditanggulangi oleh masyarakat melalui biaya iuran
pelayanan air sehingga perlunya penguatan kelembagaan petani pemakai air seperti P3A
20
Agrotekma: Jurnal Agroteknologi dan Ilmu Pertanian, 7(2) Juni 2023: 15-24
agar lebih partisipatif dalam mengurus sarana irigasi untuk keberlanjutan usahatani
bersama.
Kelompok P3A di Kawasan sentra produksi Kecamatan Ampek Angkek dapat
dikatakan tidak aktif dikarenakan hanya sebagian kecil masyarakat yang mengelola
sarana irigasi secara bersama. Belum adanya kegiatan pembentukan maupun pelatihan
terkait P3A menyebabkan kurangnya partisipasi dari masyarakat Kecamatan Ampek
Angkek . Berbeda dengan Kecamatan Kamang Magek dimana sebagian besar masyarakat
telah menentukan iuran tetap setiap penggunaan air irigasi per musim tanamnya dengan
nilai 1% hingga 2.5% dari hasil usahatani yang diperoleh. Partisipasi masyarakat yang
tinggi ini didukung juga karna telah diadakannya pembentukan/revitalisasi P3A
dibeberapa kelompok tani seperti kelompok Sawah Paruih, Boneh Satangkai, Kelok Mesra
pada tahun 2016 dan Pembinaan GP3A di Kelompok P3A Jorong Nan V Nagari Magek pada
tahun 2017. Setelah pengembangan jaringan irigasi maka dari Tahun 2015 hingga
sekarang pemerintah memfokuskan pada pengelolaan lahan air irigasi tersebut.
Jalan usahatani merupakan infrastruktur yang sangat penting dalam kegiatan
usahatani. Keadaan jalan usahatani yang baik akan mempermudah pengangkutan hasil
produksi usahatani sehingga waktu yang digunakan lebih efektif serta biaya yang
dikeluarkan menjadi lebih efisien. Adapun kegiatan rehabilitasi jalan usahatani yang telah
dilakukan pemerintah setelah ditetapkannya kawasan sentra produksi dengan tujuan
mempermudah akses dan kegiatan usahatani dikedua kawasan. Namun tidak ada yang
membedakan antara kedua kawasan dalam hal rehabilitasi jalan.
21
Khairad. Fastabiqul, Melinda Noer, Mahdi, Perkembangan Aspek Fisik Pada Kawasan Sentra Produksi
(KSP) Padi
kesiapan petani dalam penyerapan dan penerapan teknologi mekanisasi tersebut. Untuk
itu perlunya pengembangan alsintan yang tepat guna di tingkat petani dalam mendukung
keberhasilan pembangunan pertanian. Untuk di dalam kawasan sentra produksi
Kecamatan Ampek Angkek, pemerintah Kabupaten Agam telah berupaya memberikan
bantuan alsintan.
Bantuan alsintan yang diberikan oleh pemerintah belum sesuai dengan kebutuhan di
dalam kawasan dikarenakan keterbatasan ketersediaan alsintan dari pemerintahan pusat.
Namun pemerintah memang lebih memfokuskan memberikan bantuan alsintan kepada
kawasan-kawasan prioritas pengembangan pertanian diantaranya Kecamatan Lubuk
Basung, Kecamatan Ampek Angkek, Kecamatan Kamang Magek, Kecamatan Tilatang
Kamang. Adapun bantuan yang akan diberikan pada tahun 2018 adalah berupa Traktor
Roda 2. Untuk kawasan Kecamatan Ampek Angkek sebanyak 27 unit dengan target 729
Ha. Untuk kawasan Kecamatan Kamang Magek sebanyak 26 unit dengan target 702 Ha.
Nagari beserta kelompok tani penerima bantuan dapat dilihat pada Lampiran 14 dan 15.
Selain bantuan berupa alsintan, diberikan juga bantuan kepada kelompok tani berupa
dana tunai dengan tujuan petani dapat membeli kebutuhan untuk kegiatan usahataninya.
Dana tunai ini diberikan melalui kelompok tani. Adapun kelompok tani penerima manfaat
bantuan sarana dan prasarana untuk pengembangan optimasi lahan terkhusus tanaman
pangan dapat dilihat pada Tabel 5 berikut:
Tabel 5. Kelompok Penerima Manfaat Bantuan Sosial Kegiatan Prasarana dan Sarana Pertanian Pekerjaan
Pengembangan Optimasi Lahan Mendukung Tanaman Pangan Kecamatan Ampek Angkek.
Tahun Kecamatan Ampek Angkek
Kelompok Tani Alokasi (Ha) Alokasi Dana (Rp)
2015 KUB HIT 45 49.500.000
P3A Nan Tigo Sarumpun 35 38.500.000
Subur 35 38.500.000
Rimbun 35 38.500.000
Karya Pembangunan 35 38.500.000
Senja Indah 35 38.500.000
Sawah Kareh 35 38.500.000
Total 255 280.500.000,-
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Agam
Untuk kawasan di dalam sentra produksi Ampek Angkek dana bantuan sosial
diberikan pada tahun 2015 untuk 7 kelompok tani dengan alokasi lahan 255 Ha dan
alokasi dana Rp.280.500.000,-. Dana yang diberikan diperuntukan dalam pengembangan
optimasi lahan. Sama halnya dengan kawasan di luar sentra produksi yang juga
mendapatkan dana bantuan sosial yang dapat dilihat pada Tabel 6 berikut:
Tabel 6. Kelompok Penerima Manfaat Bantuan Sosial Kegiatan Prasarana dan Sarana Pertanian Pekerjaan
Pengembangan Optimasi Lahan Mendukung Tanaman Pangan Kecamatan Kamang Magek.
22
Agrotekma: Jurnal Agroteknologi dan Ilmu Pertanian, 7(2) Juni 2023: 15-24
SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di dalam Kawasan Sentra Produksi
Kecamatan Ampek Angkek dan di luar Kawasan Sentra Produksi Kecamatan Kamang
23
Khairad. Fastabiqul, Melinda Noer, Mahdi, Perkembangan Aspek Fisik Pada Kawasan Sentra Produksi
(KSP) Padi
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik. (2017). Sumatera Barat dalam Angka Tahun 2017. Sumatera Barat. 855 hal.
Ningsih, Eko Sri Mei. (2010). Analisis Komoditi Unggulan Sektor Pertanian Kabupaten Sukoharjo Sebelum
dan Selama Otonomi Daerah. [Tesis]. Surakarta. Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret.
102 hal.
Sjafrizal. (2008). Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Padang: Praninta Offset. 328 hal.
Sukirno, Sadono. (2006). Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah dan Dasar Kebijakan. Jakarta: Kencana
(Prenada Media). 390 hal.
Surat Keputusan Gubernur Sumatera Barat Nomor 521.305.2013 Tentang Penetapan Kawasan Pertanian
Tanaman Pangan dan Tanaman Hortikultura Provinsi Sumatera Barat
Suroyo, Bambang T dan Wiwandari Handayani. (2014). Pengembangan Kawasan Agropolitan Kabupaten
Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta. J Perencanaan Wilayah dan Kota 25 (3): 243-261.
Yunelimeta. (2008). Pembangunan Pedesaan dalam Konteks Agropolitan, Desentralisasi dan Otonomi
Daerah di Indonesia Daerah Minangkabau – Sumatera Barat. . [Tesis]. Semarang. Program Pasca
Sarjana. Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro. 122 hal.
24