Anda di halaman 1dari 10

Khairad. Fastabiqul, Melinda, N & Mahdi (2023).

Perkembangan Aspek Fisik Pada Kawasan Sentra


Produksi Padi

Agrotekma:, 7 (2) Juni 2023 ISSN 2548-7841 (Print) ISSN 2614-011X (Online),
DOI: 10.31289/agr.v7i2.9530

Agrotekma
Jurnal Agroteknologi dan Ilmu Pertanian
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrotekma

Perkembangan Aspek Fisik Pada Kawasan Sentra Produksi


(KSP) Padi
(Studi Kasus Kecamatan Ampek Angkek dan Kamang Magek, Kabupaten Agam)

The Development of Physical Aspect on Rice Production


Centre
(Study Case of Kec. Ampek Angkek and Kec. Kamang Magek of Agam District)
Fastabiqul Khairad1, Melinda Noer2, Mahdi2
1Jurusan Bisnis Pertanian, Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
2Agribisnis, Universitas Andalas

*Coresponding Email: fasta.fk@gmail.com


Abstrak
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat berupaya meningkatkan pertumbuhan produksi padi melalui
kawasan sentra produksi (KSP). Kawasan sentra bertujuan untuk menurunkan biaya dan meningkatkan
efisiensi usahatani yang pada akhirnya berimbas pada pertumbuhan ekonomi di dalam kawasan
tersebut. Kecamatan Ampek Angkek merupakan salah satu kawasan sentra produksi padi di Kabupaten
Agam. Dalam penelitian ini akan dilihat perkembangan kawasan yang ditetapkan sejak tahun 2013 untuk
fisik baik di dalam maupun di luar KSP. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif
kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Kondisi perkembangan aspek fisik dijadikan sebagai kasus
untuk memberikan gambaran secara mendetail mengenai perkembangan KSP baik didalam maupun di
luar KSP. Hasil penelitian menunjukan terdapat perkembangan yang sama untuk masing-masing aspek
fisik pada kawasan di dalam maupun di luar kawasan sentra produksi.
Kata Kunci: kawasan sentra produksi, fisik

Abstract
West Sumatera province government enhancement the growth of rice production through developing
rice production centres. The centre is purpose to reduce cost and enhance efficiency that ultimately
increases local economic growth. Kec. Ampek Angkek is a rice production centre in Agam district. In this
case study, we explain the progress of centre development that set in 2013 of the physical aspect inside
and outside production centre. The research method used is a qualitative descriptive with a case study
approach. The condition of the development of physical aspect use a case to provide a detailed
description of the development of the production centre. The result showed that there were similar
developments for each aspect.
Keywords: production centre, physical

How to Cite: Khairad. Fastabiqul, Melinda, N & Mahdi (2023). Perkembangan Aspek Fisik Pada Kawasan
Sentra Produksi Padi. Agrotekma: Jurnal Agroteknologi dan Ilmu Pertanian. 7 (2): 15-24

15
Khairad. Fastabiqul, Melinda, N & Mahdi (2023). Perkembangan Aspek Fisik Pada Kawasan Sentra
Produksi Padi

PENDAHULUAN
Pembangunan adalah suatu rangkaian gerak perubahan menuju arah kemajuan,
perubahan tersebut direncanakan berdasarkan norma-norma tertentu. Pembangunan
juga berartikan sebagai rangkaian usaha dan kegiatan yang dimaksudkan untuk
mencapai keadaan lepas landas, atau keadaan yang penuh dengan dorongan kearah
kematangan (Sukirno, 2006). Pada hakekatnya suatu pembangunan ditujukan untuk
pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kualitas hidup manusia ke arah yang lebih
baik.
Sektor pertanian merupakan penggerak pembangunan (engine of growth) baik
dari segi penyedia bahan baku, kesempatan kerja, bahan pangan serta sebagai daya
beli bagi produk yang dihasilkan oleh sektor lain. Secara alamiah pembangunan
ekonomi harus didukung oleh berkembangnya sektor pertanian yang kuat dari sisi
penawaran maupun sisi permintaan (Sumodiningrat dalam Ningsih, 2010). Salah satu
upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kontribusi sektor pertanian
terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sekaligus sebagai sektor penggerak
pertumbuhan ekonomi wilayah adalah dengan mengembangkan komoditas unggulan
pertanian yang berbasiskan kawasan
Pendekatan kawasan berbeda halnya dengan pendekatan tata ruang. Pendekatan
kawasan berorientasi pada pencapaian atau terwujudnya fungsi tertentu dari suatu
kawasan, sedangkan pendekatan tata ruang mengarah kepada pemilihan lokasi
pembangunan yang tepat. Kedua pendekatan tersebut mengarah pada pencapaian
efektivitas dan efisiensi pembangunan. Pendekatan kawasan sentra produksi (KSP)
merupakan salah satu pendekatan kawasan pertanian yang berbasiskan produksi .
Pembangunan KSP mulai digerakan oleh BAPPENAS pada tahun 1998 untuk
mewujudkan pola pembangunan terpadu dengan menggunakan pendekatan wilayah.
Melalui kegiatan tersebut telah dibangun beberapa proyek percontohan pada
beberapa provinsi, termasuk Sumatera Barat dan Riau. Sayangnya, mulai tahun 2001,
kegiatan KSP mulai kurang berkembang karena dengan dimulainya otonomi daerah,
kewenangan pengelolaan KSP dilimpahkan ke masing-masing kabupaten. Hal ini
dikarenakan pola pembangunan KSP yang masih baru pada saat itu sehingga
kabupaten kurang peduli dan memperhatikan kelanjutan pembangunannya. Karena
itu, kedepan pembangunan pertanian dengan menggunakan pola KSP perlu terus

16
Agrotekma: Jurnal Agroteknologi dan Ilmu Pertanian, 7(2) Juni 2023: 15-24

dilanjutkan dan dikembangkan dalam rangka meningkatkan prospek pembangunan


wilayah (Sjafrizal, 2008).
KSP merupakan salah satu bagian dari konsep agropolitan dengan tujuan untuk
mendorong keunggulan komparatif di dalam kawasan sentra tersebut. Pelaksanaan
agropolitan sendiri telah dilaksanakan di Provinsi Sumatera Barat dengan alokasi
anggaran pelaksanaan program agropolitan mencapai 1,74 milyar hingga tahun 2006.
Namun pelaksanaan agropolitan yang tepatnya di Kabupaten Agam ini mengalami
kegagalan. Hal ini disebabkan beberapa kesalahan yang terjadi dalam proses
pelaksanaanya mulai dari tingkat pemerintah pusat sebagai pemarakarsa, pemilik
anggaran dan pengendali program, sampai tingkat pemerintah Kabupaten Agam
sebagai pelaksana di lapangan (Yunelimeta, 2008).
Kabupaten Agam memiliki peranan yang relatif tinggi terhadap PDRB Sumatera
Barat yaitu sebesar 8,37% di tahun 2016. Jika dilihat dari laju pertumbuhan PDRB
Kabupaten Agam masih rendah yaitu 5,40%. Hal ini menunjukan Kabupaten Agam
sebenarnya mampu memperoleh PDRB yang lebih besar dan lebih meningkatkan
pertumbuhan ekonominya jika mampu memanfaatkan potensi-potensi daerah yang
dimiliki. Sumberdaya alam yang dimiliki Kabupaten Agam merupakan salah satu
potensi yang dimanfaatkan dalam mengembangkan komoditas unggulan sehingga
pemerintah Provinsi Sumatera Barat menetapkan KSP komoditas ketiga komoditas
unggulan pangan di Kabupaten Agam. Dengan ditetapkannya KSP di Kabupaten Agam
diharapkan mampu menarik kegiatan ekonomi lainnya sehingga berimplikasi pada
peningkatan laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Agam.
Namun besaran distribusi PDRB tidak sepenuhnya menjadi acuan keberhasilan
penetapan kawasan yang lingkupannya lebih kecil dari pada regional untuk melihat
pertumbuhan ekonomi, tetapi terdapat aspek lain yang dapat menjadi penentu
ataupun indikator penting dalam mengukur keberhasilan KSP yaitu dapat dilihat dari
aspek fisik

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Agam. Pemilihan lokasi dilakukan secara
sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Agam memiliki
produktivitas padi tertinggi dibandingkan Kawasan Sentra Produksi (KSP) padi
lainnya yaitu sebesar 5,63% pada tahun 2016. Lokasi penelitian tepatnya pada KSP

17
Khairad. Fastabiqul, Melinda Noer, Mahdi, Perkembangan Aspek Fisik Pada Kawasan Sentra
Produksi (KSP) Padi

Padi Kecamatan Ampek Angkek dengan produktivitas lebih tinggi dibandingkan KSP
lain di Kabupaten Agam yaitu sebesar 6,10% tahun 2016. Kawasan bukan sentra yang
dipilih adalah Kecamatan Kamang Magek dengan pertimbangan merupakan kawasan
yang dekat dengan kawasan sentra produksi serta memiliki produktivitas yang cukup
stabil hingga 2016 dibandingkan kawasan lain. Dengan produktivitas yang lebih tinggi
diharapkan kawasan terpilih memang memiliki perkembangan aspek fisik yang lebih
baik serta kegiatan usahatani yang lebih efisien.
Tabel 1. Indikator dan Sumber Data Perkembangan Aspek Fisik di dalam dan di luar KSP.
No Aspek Fisik
Aspek Indikator Sumber Data
1. Lahan Peningkatan luas lahan kegiatan Badan Perencanaan
usahatani komoditas unggulan pada Pembangunan Daerah
kawasan padi
2. Insfrastruktur Peningkatan pembangunan jalan Badan Perencanaan
usahatani pada kawasan padi Pembangunan Daerah
Peningkatan ketersediaan sarana Dinas Pekerjaan Umum
irigasi pada kawasan padi dan Tata Ruang

3. Teknologi dan Peningkatan ketersediaan alat mesin Dinas Pertanian


Alsintan pertanian /teknologi baru untuk
kawasan padi

Data yang diambil untuk tujuan pertama merupakan data selama 5 tahun terakhir mulai
tahun sejak ditetapkannya KSP. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Kondisi perkembangan aspek fisik
dijadikan sebagai kasus untuk memberikan gambaran secara mendetail mengenai
perkembangan kawasan maupun diluar kawasan. Data yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Adapun
instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah panduan wawancara berupa
daftar pertanyaan, alat pencatat dan alat perekam dokumentasi. Panduan wawancara
digunakan untuk melakukan tinjauan lapangan terkait perkembangan aspek fisik KSP
komoditas padi.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Aspek Lahan
Lahan merupakan indikator utama dalam kegiatan usahatani, sehingga
ketersediaan lahan erat kaitannya dengan kegiatan usahatani. Namun baik kawasan di
dalam maupun di luar sentra produksi tidak adanya pembukaan lahan baru. Hal ini
18
Agrotekma: Jurnal Agroteknologi dan Ilmu Pertanian, 7(2) Juni 2023: 15-24

dikarenakan tidak ada lokasi untuk pembukaan lahan pertanian. Pemerintah


Kabupaten Agam lebih berupaya menghambat terjadinya alih fungsi lahan dari
pertanian menjadi non pertanian. Pemerintah juga lebih berupaya pada indeks tanam
yang lebih tinggi dengan upaya menanam kembali setelah panen dengan tujuan
tercapainya ketahanan pangan. Adapun luas panen untuk komoditi khusus padi dapat
dilihat pada Tabel 2 berikut:
Tabel 2. Luas Panen Padi Kawasan di dalam dan di luar Sentra Produksi
Tahun Di dalam Kawasan Sentra Produksi Di Luar Kawasan Sentra Produksi
Luas Panen (Ha) Luas Panen (Ha)
2013 2.745 3.662
2014 2.323 3.912
2015 2.370 3.627
2016 2.441 3.945
2017 2.981 4.743
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Agam
Berdasarkan Tabel 2 diatas, terlihat bahwa terjadinya fluktuasi untuk luas panen
padi pada masing-masing kawasan. Namun pemerintah berupaya agar produktivitas
yang dihasilkan mengalami peningkatan setiap tahunnya dengan berbagai upaya mulai
dari bantuan serta penerapan teknologi baru dalam rangka peningkatan produksi.

Aspek Insfrastruktur
Infrastruktur pertanian merupakan suatu bangunan fisik atau struktur sebagai
pendukung pengembangan pertanian. Sarana pendukung tersebut berupa bangunan
penyedia air irigasi, saluran irigasi dan drainase serta jalan pertanian. Berbagai
bantuan beserta program terkait pengembangan infrastruktur pertanian telah
diberikan oleh pemerintah Kabupaten Agam melalui kerja sama dengan Dinas
Pertanian dan Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kabupaten Agam. Adapun
Kelompok Penerima Manfaat Bantuan Sosial Kegiatan Prasarana dan Sarana Pertanian
Pekerjaan Pengembangan Jaringan Irigasi Mendukung Tanaman Pangan untuk
kawasan di dalam sentra produksi Kecamatan Ampek Angkek dapat dilihat pada Tabel
3 berikut

19
Khairad. Fastabiqul, Melinda Noer, Mahdi, Perkembangan Aspek Fisik Pada Kawasan Sentra Produksi
(KSP) Padi

Tabel 3. Kelompok Penerima Manfaat Pengembangan Jaringan Irigasi di dalam Kawasan Sentra Produksi
Kecamatan Ampek Angkek
Tahun Kecamatan Ampek Angkek
Kelompok Tani Daerah Irigasi Alokasi Alokasi Dana
(Ha) (Rp)
2013 Nailussa’adah Bandar Kubu 25 25.000.000
Tunas Harapan Kubu Bandar 27 27.000.000
Harapan Bundo Bandar Pankobal 28 28.000.000
Karya Pembangunan Bandar Baru 30 30.000.000
Umbuik Mudo Bandar Pakan Lading 30 30.000.000
2014 Tunas Harapan Kubu Banda Kanan 38 38.000.000
Tunas Muda Saiyo Waduk Lapangan 48 48.000.000
Total 226 226.000.000
Sumber: Dinas Pertanian, Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kab.Agam

Berdasarkan Tabel 3 diatas, terdapat 5 kelompok tani di tahun 2013 dan 2 kelompok
tani di tahun 2014 sebagai penerima manfaat pengembangan jaringan irigasi dengan
alokasi lahan seluas 226 Ha serta alokasi dana sebesar Rp. 226.000.000,-. Adapun
penerima manfaat pengembangan jaringan irigasi untuk kawasan di luar sentra produksi
Kecamatan Kamang Magek dapat dilihat pada Tabel 4 berikut:
Tabel 4. Kelompok Penerima Manfaat Pengembangan Jaringan Irigasi di luar Kawasan Sentra Produksi
Kecamatan Kamang Magek
Tahun Kecamatan Kamang Magek
Kelompok Tani Daerah Irigasi Alokasi Alokasi Dana (Rp)
(Ha)
2013 Kato Saiyo Mandiri Batu bajolang 27 27.000.000
Indang Saiyo Tabek Itik 30 30.000.000
Binuang Sati Air Ganggo 30 30.000.000
2014 Binuang Sati Joho 47 47.000.000
Total 134 134.000.000
Sumber: Dinas Pertanian, Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kab.Agam
Berdasarkan Tabel 4 diatas terdapat perbedaan penerima manfaat antara kedua
kawasan dikarenakan kebutuhan akan bantuan irigasi berbeda untuk kedua kawasan.
Dalam hal ini pemerintah juga masih terfokus pada pemerataan pengembangan jaringan
irigasi pada setiap kawasan dari pada memfokuskan pada satu titik kawasan sentra
produksi.
Selama ini sarana irigasi difokuskan untuk tanaman pangan terutama padi sawah
yang menjadi makanan pokok masyarakat. Namun permasalahan yang terjadi adalah
biaya operasi dan pemeliharaan yang tersedia dari pemerintah tidak mencukupi untuk
biaya operasi dan pemeliharaan seharusnya. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan
kemampuan irigasi yang ditandai dengan penurunan Indek Pertanaman. Untuk itu,
kekurangan biaya ini diharapkan dapat ditanggulangi oleh masyarakat melalui biaya iuran
pelayanan air sehingga perlunya penguatan kelembagaan petani pemakai air seperti P3A

20
Agrotekma: Jurnal Agroteknologi dan Ilmu Pertanian, 7(2) Juni 2023: 15-24

agar lebih partisipatif dalam mengurus sarana irigasi untuk keberlanjutan usahatani
bersama.
Kelompok P3A di Kawasan sentra produksi Kecamatan Ampek Angkek dapat
dikatakan tidak aktif dikarenakan hanya sebagian kecil masyarakat yang mengelola
sarana irigasi secara bersama. Belum adanya kegiatan pembentukan maupun pelatihan
terkait P3A menyebabkan kurangnya partisipasi dari masyarakat Kecamatan Ampek
Angkek . Berbeda dengan Kecamatan Kamang Magek dimana sebagian besar masyarakat
telah menentukan iuran tetap setiap penggunaan air irigasi per musim tanamnya dengan
nilai 1% hingga 2.5% dari hasil usahatani yang diperoleh. Partisipasi masyarakat yang
tinggi ini didukung juga karna telah diadakannya pembentukan/revitalisasi P3A
dibeberapa kelompok tani seperti kelompok Sawah Paruih, Boneh Satangkai, Kelok Mesra
pada tahun 2016 dan Pembinaan GP3A di Kelompok P3A Jorong Nan V Nagari Magek pada
tahun 2017. Setelah pengembangan jaringan irigasi maka dari Tahun 2015 hingga
sekarang pemerintah memfokuskan pada pengelolaan lahan air irigasi tersebut.
Jalan usahatani merupakan infrastruktur yang sangat penting dalam kegiatan
usahatani. Keadaan jalan usahatani yang baik akan mempermudah pengangkutan hasil
produksi usahatani sehingga waktu yang digunakan lebih efektif serta biaya yang
dikeluarkan menjadi lebih efisien. Adapun kegiatan rehabilitasi jalan usahatani yang telah
dilakukan pemerintah setelah ditetapkannya kawasan sentra produksi dengan tujuan
mempermudah akses dan kegiatan usahatani dikedua kawasan. Namun tidak ada yang
membedakan antara kedua kawasan dalam hal rehabilitasi jalan.

Aspek Teknologi dan Alat Mesin Pertanian


Pembangunan pertanian yang bertujuan untuk meningkatkan produksi dan
produktivitas diperlukannya berbagai upaya mulai dari ekstensifikasi dan intensifikasi
pertanian. Ekstensifikasi erat kaitannya dengan perluasan areal pertanian sehingga
adanya pembukaan lahan baru untuk pertanian serta upaya menghambat terjadinya alih
fungsi lahan dari pertanian menjadi non pertanian. Sedangkan intensifikasi erat kaitannya
dengan peningkatan berbagai teknologi didalam kegiatan usahatani sehingga mencapai
produktivitas yang lebih tinggi. Salah satu indikator untuk mencapai keberhasilan
tersebut diperlukannya alat mesin pertanian (alsintan) yang memadai di tingkat petani.
Dalam pelaksanaannya, penggunaan alsintan di tingkat petani masih terbatas. Pada
umumnya petani masih menggunakan cara yang manual dan sederhana dalam mengolah
produk pertanian. Hal ini menunjukan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi

21
Khairad. Fastabiqul, Melinda Noer, Mahdi, Perkembangan Aspek Fisik Pada Kawasan Sentra Produksi
(KSP) Padi

kesiapan petani dalam penyerapan dan penerapan teknologi mekanisasi tersebut. Untuk
itu perlunya pengembangan alsintan yang tepat guna di tingkat petani dalam mendukung
keberhasilan pembangunan pertanian. Untuk di dalam kawasan sentra produksi
Kecamatan Ampek Angkek, pemerintah Kabupaten Agam telah berupaya memberikan
bantuan alsintan.
Bantuan alsintan yang diberikan oleh pemerintah belum sesuai dengan kebutuhan di
dalam kawasan dikarenakan keterbatasan ketersediaan alsintan dari pemerintahan pusat.
Namun pemerintah memang lebih memfokuskan memberikan bantuan alsintan kepada
kawasan-kawasan prioritas pengembangan pertanian diantaranya Kecamatan Lubuk
Basung, Kecamatan Ampek Angkek, Kecamatan Kamang Magek, Kecamatan Tilatang
Kamang. Adapun bantuan yang akan diberikan pada tahun 2018 adalah berupa Traktor
Roda 2. Untuk kawasan Kecamatan Ampek Angkek sebanyak 27 unit dengan target 729
Ha. Untuk kawasan Kecamatan Kamang Magek sebanyak 26 unit dengan target 702 Ha.
Nagari beserta kelompok tani penerima bantuan dapat dilihat pada Lampiran 14 dan 15.
Selain bantuan berupa alsintan, diberikan juga bantuan kepada kelompok tani berupa
dana tunai dengan tujuan petani dapat membeli kebutuhan untuk kegiatan usahataninya.
Dana tunai ini diberikan melalui kelompok tani. Adapun kelompok tani penerima manfaat
bantuan sarana dan prasarana untuk pengembangan optimasi lahan terkhusus tanaman
pangan dapat dilihat pada Tabel 5 berikut:
Tabel 5. Kelompok Penerima Manfaat Bantuan Sosial Kegiatan Prasarana dan Sarana Pertanian Pekerjaan
Pengembangan Optimasi Lahan Mendukung Tanaman Pangan Kecamatan Ampek Angkek.
Tahun Kecamatan Ampek Angkek
Kelompok Tani Alokasi (Ha) Alokasi Dana (Rp)
2015 KUB HIT 45 49.500.000
P3A Nan Tigo Sarumpun 35 38.500.000
Subur 35 38.500.000
Rimbun 35 38.500.000
Karya Pembangunan 35 38.500.000
Senja Indah 35 38.500.000
Sawah Kareh 35 38.500.000
Total 255 280.500.000,-
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Agam

Untuk kawasan di dalam sentra produksi Ampek Angkek dana bantuan sosial
diberikan pada tahun 2015 untuk 7 kelompok tani dengan alokasi lahan 255 Ha dan
alokasi dana Rp.280.500.000,-. Dana yang diberikan diperuntukan dalam pengembangan
optimasi lahan. Sama halnya dengan kawasan di luar sentra produksi yang juga
mendapatkan dana bantuan sosial yang dapat dilihat pada Tabel 6 berikut:
Tabel 6. Kelompok Penerima Manfaat Bantuan Sosial Kegiatan Prasarana dan Sarana Pertanian Pekerjaan
Pengembangan Optimasi Lahan Mendukung Tanaman Pangan Kecamatan Kamang Magek.

22
Agrotekma: Jurnal Agroteknologi dan Ilmu Pertanian, 7(2) Juni 2023: 15-24

Tahun Kecamatan Kamang Magek


Kelompok Tani Alokasi (Ha) Alokasi Dana (Rp)
2014 Tamangguang 20 41.000.000
Sakato Bansa 20 41.000.000
Sadar Mandiri 30 61.750.000
Usaha Bersama 20 41.000.000
Sawah Ladang 20 41.000.000
Saiyo Sakato 20 41.500.000
Andesta 10 20.750.000
Usaha Murni 10 20.750.000
Mekar Rasa 10 20.750.000
Tunas Aman 20 41.500.000
2015 Tamangguang 32 35.200.000
Kutiba 38 41.800.000
Anak Aia Saratuih 20 24.000.000
Total 270 472.000.000,-
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Agam

Kawasan di luar sentra produksi Kecamatan Kamang Magek juga mendapatkan


manfaat bantuan sosial untuk pengembangan optimasi lahan pada tahun 2014 dan tahun
2015 dengan alokasi lahan 270 Ha dan alokasi dana sebesar Rp.472.000.000,-. Pemberian
bantuan sosial ini kembali menggambarkan bahwa pemerintah masih melakukan
pemerataan untuk setiap kawasan pertanian, sehingga belum terlihat keunggulan khusus
yang didapatkan oleh kawasan di dalam sentra produksi Kecamatan Ampek Angkek.
Guna mencapai produksi dan produktivitas yang tinggi, dilakukan berbagai upaya
tidak hanya melalui bantuan alsintan bantuan sosial tetapi berbagai teknologi baru juga
diberikan kepada kawasan pertanian. Untuk komoditi padi, pemerintah Kabupaten Agam
memberikan manfaat bantuan sosial untuk pengembangan SRI (System Rice
Intensification). Sistem SRI merupakan salah satu teknologi pertanian ramah lingkungan
dengan asupan luar rendah (low external input), menerapkan kearifan lokal serta
pembatasan penggunaan bahan kimia. SRI dikatakan lebih hemat input dikarenakan
hanya membutuhkan 1 bibit per lubang tanaman dengan jarak tanam yang cukup lebar
(Makarim dan Ikhwani, 2013). Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa Kecamatan
Kamang Magek lebih banyak dalam penerimaan manfaat SRI, hal ini dikarenakan
ketersediaan lahan di Kecamatan Kamang Magek yang memadai dalam pengembangan
SRI. Untuk Kecamatan Ampek Angkek hanya kelompok Wanita Timbalun sebagai
penerima manfaat SRI

SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di dalam Kawasan Sentra Produksi
Kecamatan Ampek Angkek dan di luar Kawasan Sentra Produksi Kecamatan Kamang

23
Khairad. Fastabiqul, Melinda Noer, Mahdi, Perkembangan Aspek Fisik Pada Kawasan Sentra Produksi
(KSP) Padi

Magek Kabupaten Agam, maka kesimpulan yang dapat diperoleh perkembangan


perkembangan aspek fisik yang sama antara kedua kawasan dari tahun 2013 hingga tahun
2018 setelah ditetapkannya kawasan sentra produksi. Hal ini dikarenakan kurangnya
koordinasi dan kerjasama antar instansi terkait serta lemahnya monitoring dalam
pelaksanaan pengembangan kawasan sentra produksi. Selain itu terdapat UPSUS Pajale
yang dibuat tahun 2014 menyebabkan semua program teralihkan dan berdampak pada
terbengkalainya pengembangan kawasan sentra produksi. Diharapkan agar tercipta
perkembangan kawasan yang lebih baik dimana aspek fisik menjadi faktor untuk menarik
kegiatan ekonomi lain di sekitar kawasan yang akan berimbas kepada efisiensi produksi
usahatani serta peningkatan ekonomi di dalam kawasan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik. (2017). Sumatera Barat dalam Angka Tahun 2017. Sumatera Barat. 855 hal.
Ningsih, Eko Sri Mei. (2010). Analisis Komoditi Unggulan Sektor Pertanian Kabupaten Sukoharjo Sebelum
dan Selama Otonomi Daerah. [Tesis]. Surakarta. Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret.
102 hal.
Sjafrizal. (2008). Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Padang: Praninta Offset. 328 hal.
Sukirno, Sadono. (2006). Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah dan Dasar Kebijakan. Jakarta: Kencana
(Prenada Media). 390 hal.
Surat Keputusan Gubernur Sumatera Barat Nomor 521.305.2013 Tentang Penetapan Kawasan Pertanian
Tanaman Pangan dan Tanaman Hortikultura Provinsi Sumatera Barat
Suroyo, Bambang T dan Wiwandari Handayani. (2014). Pengembangan Kawasan Agropolitan Kabupaten
Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta. J Perencanaan Wilayah dan Kota 25 (3): 243-261.
Yunelimeta. (2008). Pembangunan Pedesaan dalam Konteks Agropolitan, Desentralisasi dan Otonomi
Daerah di Indonesia Daerah Minangkabau – Sumatera Barat. . [Tesis]. Semarang. Program Pasca
Sarjana. Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro. 122 hal.

24

Anda mungkin juga menyukai