Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUA

1.1. Latar Belakang

1.1.1 Pengenalan Mikroskop


Tubuh makhluk hidup tersusun mulai dari struktur-struktur yang sangat
kecil sampai struktur yang sangat besar atau kompleks. Struktur yang lebih
besar akan sangat mudah diamati oleh mata secara langsung, bahkan
tanpa menggunakan alat bantu. Akan tetapi bagi struktur benda atau objek
yang lebih kecil dan tidak dapat dilihat dengan mata. Antonie Van Lauven
Hooke merupakan salah seorang penemu mikroskop yang berasal dari
Belanda, yang lahir di negeri Delf berasal dari kalangan tengah dan hampir
semasa hidupnya digunakan untuk mengembangkan pemakaian
mikroskop untuk melihat sel mikroba dalam tetes air. Dalam
melakukan pengamatan Lauven Hooke amat tekun dan sabar,
sehingga dengan menggunakan lensa, berbagai benda terkecil dapat
diteliti (Kimball, 1989).

Mikroskop merupakan alat utama yang digunakan di laboratorium


mikrobiologi. Dengan bantuan mikroskop kita dapat mengamati bakteri
yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Mikroskop berfungsi untuk
membesarkan benda yang dilihat sehingga memudahkan kita untuk
mengamati benda yang renik. Mikroskop merupakan alat bantu yang
memungkinkan kita untuk mengamati objek yang berukuran sangat
kecil. Hal ini membantu memecahkan persoalan manusia tentang
organisme yang berukuran kecil (Widyatmoko, 2008).

Berdasarkan uraian di atas yang melatarbelakangi percobaan ini adalah


untuk memperkenalkan komponen-komponen dan cara menggunakan
mikroskop, dan mempelajari cara menyiapkan bahan-bahan yang akan
diamati di bawah mikroskop.

1.1.2 Pengamatan Sel

Sel merupakan unit organisasi terkecil yang menjadi dasar kehidupan


dalam arti biologis. Semua fungsi kehidupan dan berlangsung di dalam sel,
karena itulah, sel dapat berfungsi secara autonom asalkan seluruh
kebutuhan hidupnya terpenuhi (Lubis, 2013).

Dalam kehidupan di alam semesta ini, setiap makhluk diatur hidup pasti
tersusun atas ribuan bahkan jutaan sel. Mulai dari organisme tingkat rendah
hingga tingkat tinggi, semuanya tersusun dari sel. Sel penyusun organisme
tingkat rendah termasuk jenis uniseluler. Sedangkan organisme tingkat
tinggi, diantaranya tumbuhan dan hewan termasuk manusia bersifat
multiseluler dimana tubuhnya merupakan kerjasama dari berbagai jenis sel
terspesialisasi. Oleh karena itu ketika sel tersusun ke dalam
tingkat organisasi yang lebih tinggi, misalnya jaringan dan organ, sel
merupakan unit dasar bagi struktur dan fungsi organisme tersebut
(Campbell, 2010).

1
Namun, ilmu biologi juga menjelaskan bahwa ternyata terdapat sel yang
tidak melakukan proses metabolisme dan hanya memiliki dinding sel atau
lamela yang menyusun struktur tubuhnya. Sel yang tidak melakukan
aktivitas kehidupan sebagaimana sel pada umumnya. Sel yang ada di
alam semesta ini namun keberadaannya tidak terlalu berpengaruh
pada kehidupan manusia, hewan, tumbuhan maupun organisme tingkat
rendah sekalipun. Sel yang dapat muncul karena adanya pengaruh,
penyakit, kelainan genetik dan lingkungan. Walaupun demikian pasti
terdapat perbedaan tertentu antara sel yang tidak melakukan proses
metabolisme tersebut dengan sel penyusun organisme pada umumnya.
Entah itu dari struktur maupun aktivitas sel nya. Begitu pula dengan sel
hewan dan sel tumbuhan. Pastilah diantara sel hewan dan sel tumbuhan
tersebut terdapat perbedaan-perbedaan tertentu baik dari segi bentuk
maupun organel- organel yang ada didalamnya. Dari penjelasan di
atas yang melatar belakangi praktikum ini adalah untuk mengetahui
gambaran, struktur dari sel tumbuhan, sel hewan, epitel rongga mulut dan
darah.

1.1.3 Pengamatan Tumbuhan

Ilmu mengenai struktur dan fungsi jaringan pada tumbuhan merupakan ilmu
dasar yang penting untuk mengetahui mengenai tumbuhan beserta
penerapannya dalam kehidupan manusia. Sebagai bagian dari tumbuhan,
daun merupakan organ fotosintesis utama pada tumbuhan.Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan dimana daun berfungsi untuk transportasi dan
menangkap cahaya untuk fotosintesis, yaitu perubahan energi matahari
menjadi energi kimia. Daun memiliki struktur morfologi yang beragam. Oleh
karena itu para ahli kemudian membagi struktur morfologi dan anatomi nya
kedalam 2 kelompok besar,yaitu daun monokotil dan dikotil (Syarif, 2009).

Tumbuhan monokotil dan dikotil sendiri memiliki struktur anatomi organ


yang berbeda-beda terutama pada bagian daun.Pada tumbuhan monokotil
dan dikotil memiliki struktur anatomi organ yang berbeda-beda. Mulai dari
akar,batang,daun,hingga organ reproduksinya. Dapat diketahui bahwa
perbedaan yang paling mencolok antara tumbuhan monokotil dan dikotil
terletak pada berkas pembuluh, berkas pembuluh pada tumbuhan dikotil
terlihat lebih teratur, sedangkan berkas pembuluh pada tumbuhan monokotil
terlihat tidak teratur (Woelaningsih, 2001).

Berdasarkan uraian di atas yang melatarbelakangi dari percobaan ini adalah


untuk mengetahui dan membedakan morfologi akar, batang dan daun pada
tumbuhan dikotil dan monokotil,untuk mengetahui anatomi akar, batang dan
daun pada tumbuhan dikotil dan monokotil.

1.1.4 Pengamatan Hewan

Vertebrata adalah istilah untuk menyebut hewan yang bertulang belakang.


Salah satunya amphibi. Amphibi berasal dari bahasa Yunani yaitu “amphi”
yang berarti dua dan “bios” yang berarti hidup. Amphibi merupakan hewan
yang hidup dengan dua habitat, termasuk hewan poikiloterm atau berdarah
dingin. Pembagian tubh terdiri atas kepala, badan dan ekor. Kulit lembab

2
berlendir, terdiri dari dermis dan epidermis (Jasin, 1989).

Tubuh hewan terdiri dari beberapa organ tubuh. Organ-organ bekerja sama
dalam melakukan fungsi yang lebih tinggi membentuk sistem organ. Hewan
dibagi ke dalam dua golongan, yaitu hewan vertebrata dan hewan
invertebrata. Salah satu hewan vertebrata adalah katak sawah (fejervarya
cancarivora) (Radiopoetro, 1977).

Berdasarkan uraian diatas, maka yang melatarbelakangi praktikum ini yaitu


untuk menentukan morfologi, anatomi, dan sistem reproduksi pada katak
jantan dan betina.

1.1.5 Memahami Konsep Hukum Mendel


Ilmu yang mempelajari tentang mekanisme pewarisan sifat dari induk
kepadaketurunannya disebut ilmu genetika ( berasal dari bahasa latin yaitu
genos = asal usul ). Pengetahuan tentang adanya sifat menurun pada
makhluk hidup sebenarnya sudah lama berkembang hanya belum di pelajari
secara sistematis.Penelitian mengenai pola-pola penurunan sifat baru di
ketahui pada abad ke -19 oleh Gregor Johamm Mendell (campbell 2002).

Mandel melakukan serangkain percobaan perilangan pada kacang ercis.


Dari percobaan yang dilakukannya selama bertahun– tahun tersebut,
mendel berhasil menemukan prinsip-prinsip pewarisan sifat, yang
kemudian menjadi landasan utama bagi perkembangan genetika
sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan. Berkat karyanya inilah, mendel
di akui sebagai bapak genetika (Adisoemarto, 1998).

Dari serangkaian percobaan yang dilakukan mendel, terciptalah dua hukum


mendel I dan II. Hukum mendel satu lebih mendukung pada persilangan
monohibrid (1 : 2: 1 atau 3: 1), sedangkan hukum mendel II lebih mengarah
pada persilangan dihibrid dengan perbandingan 9 :3 : 3 :1. Pada persilangan
dihibrid, sesuai dengan aturan mendel maka jika dua individu di
silangkan maka akan menghasilkan keturunan dengan rasio fenotipe 9 : 3
: 3 : 1. Hal initerjadi karena ketentuan dalam hukum mendel. Akan tetapi rasio
ini tidak sepenuhnya berlaku pada beberapa bentuk persilangan ( suryo,
2008).

Berdasarkan uraian diatas yang melatarbelakangi dari percobaan ini yaitu


untuk memahami angka-angka perbandingan dalam hukum Mendel melalui
hukum kebetulan.

1.1.6 Pengamatan Proses Terjadinya Transpirasi


Transpirasi adalah proses hilangnya air melalui penguapan dari permukaan
daun suatu tumbuhan. Suhu secara tidak langsung berpengaruh terhadap
terjadinya evaporasi pada permukaan tanah dan tranpirasi pada permukaan
daun suatu tumbuhan ataupun tanaman. Transpirasi pada permukaan daun
tumbuhan dapat terjadi jika tekanan uap air dalam sel daun lebih tinggi
dibandingkan tekanan uap air yang ada di udara (Susanto, 2006).

Air yang diserap oleh tumbuhan dan yang dikeluarkan kembali

3
kelingkungannya sekitar 90%. Hilangnmya air dari dalam tubuh tumbuhan
tersebut dalam bentuk uap air disebut dengan transpirasi. Air yang
ditranspirasikan oleh tumbuhan dikeluarkan melalui stomata pada daun
(Muswita, 2017).

Kecepatan transpirasi yang terjadi antar tumbuhan dapat berbeda-beda


tergantung jenis tumbuhan tersebut. Ada berbagai macam cara yang dapat
dilakukan untuk mengukur besarnya transpirasi, salah satunya
adalah dengan menggunakan metode penimbangan. Sehelai daun segar
ataupun seluruh bagian tumbuhan beserta potnya ditimbang. Dalam
jangka waktu yang telah ditentukan, tumbuhan tersebut ditimbang lagi.
Selisih berat yang didapatkan dari kedua penimbangan merupakan angka
penunjuk besarnya laju transpirasi. Metode penimbangan dapat pula
ditujukan kepada air yang hilang, yaitu uap air yang terlepas ditangkap
dengan dengan zat higroskopik yang telah diketahui beratnya. Penambahan
berat merupakan petunjuk untuk mengetahui besarnya transpirasi
(Soedirokoesoemo, 1993).

Berdasarkan uraian diatas maka yang melatarbelakangi praktikum ini yaitu


kurang pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempegaruhi transpirasi
pada tumbuhan.

1.1.7 Pengamatan Peristiwa Fotosintesis


Fotosintesis merupakan suatu proses biologi yang kompleks, proses ini
menggunakan energi dan cahaya matahari yang dapat dimanfaatkan oleh
klorofil yang terdapat dalam kloroplas (Kimball, 2000).

Pada proses fotosintesis, terjadi penangkapan energi cahaya oleh zat hijau
daun untuk pembentukan bahan organik. Fotosintesis hanya terjadi pada
tanaman yang memiliki sel-sel hijau termasuk pada beberapa jenis
bakteri (Baharsyah, 1983).

Berdasarkan uraian di atas yang melatarbelakangi praktikum ini adalah untuk


membuktikan terbentuknya amilum pada proses fotosintesis
pada percobaan Sachs dan membuktikan bahwa pada fotosintesis
dihasilkan gas oksigen pada percobaan Ingenhousz.

1.1.8 Ekosistem
Ekosistem merupakan suatu sistem dimana terjadi hubungan (interaksi)
saling ketergantungan antara komponen-komponen didalamnya, baik yang
berupa makhluk hidup maupun yang tidak hidup. Ekosistem bersifat
sementara tetapi selalu mengalami perubahan antara faktor biotik dan abiotik
selalu mengadakan interaksi. Hal inilah yang merupakan salah satu
penyebakan perubahan. Perubahan suatu ekosistem dapat disebabkan oleh
proses alami atau karena campur tangan manusia. (Andri 2011).

Berdasarkan uraian diatas yang melatarbelakangi praktikum ini adalah untuk


mengetahui apa saja mengenai hubungan timbal balik pada ekosistem darat
serta mampu mempelajari interaksi pada setiap komponen abiotik dan biotik,

4
bisa mengetahui rantai makanan pada ekosistem darat selain itu kita harus
menjaga lingkungan sekitar agar tidak mengganggu kelangsungan hidup
organisme lain.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari diadakannya Praktikum Biologi Umum ini yaitu :

1.2.1. Pengenalan dan Penggunaan Alat Mikroskop


Memperkenalkan komponen - komponen mikroskop dan cara
menggunakannya, mempelajari cara menyiapkan bahan-bahan yang akan
diamati dibawa mikroskop, dan memahami cara pemeliharaan mikroskop.

1.2.2. Pengamatan Sel


Untuk mengetahui struktur sel pada pengamatan penampang melintang
empulur batang ubi kayu.

1.2.3. Pengamatan Tumbuhan


Memahami struktur morfologi, anatomi dan fisiologi sistem organ pada
tumbuhan serta dapat menggambarkan berbagai alat reproduksi pada
tumbuhan.

1.2.4. Pengamatan Hewan


Memahami struktur morfologi anatomi dan histologi dari sistem organ pada
katak.

1.2.5. Memahami Hukum Mendel


Memahami angka-angka perbandingan dalam hukum mendalam melalui
hukum kebetulan.

1.2.6. Pengamatan Proses Terjadinya Transpirasi


Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi transpirasi pada
tumbuhan.

1.2.7. Pengamatan Peristiwa Fotosintesis


Untuk membuktikan terbentuknya my room pada proses fotosintesis oleh
tumbuhan hijau.

1.2.8. Ekosistem
Untuk mengidentifikasikan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
keanekaragaman hayati di suatu daerah tertentu.

5
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA

2.1. Pengenalan dan Penggunaan Alat Mikroskop


Mikroskop merupakan salah satu alat yang penting pada kehidupan laboratorium,
khususnya biologi. Mikroskop merupakan alat bantu yang memungkinkan
kita dapat mengamati objek yang mengukur sangat kecil (mikroskopis). Hal ini
membantu memecahkan masalah manusia tentang organisme yang mengukur
kecil (Abdullah, 2014:32).

Berdasarkan sumber cahayanya, mikroskop dibedakan menjadi 2, yaitu


mikroskop cahaya dan mikroskop elektron. Mikroskop cahaya dibagi menjadi 2
kelompok besar, yaitu berdasarkan kegiatan pengamatan dan kerumitan
kegiatan pengamatan yang dilakukan elektron tidak menggunakan cahaya untuk
visual bayangannya, tapi menggunakan sorotan elektron untuk membuat
bayangan dalam tabung. Transmisi elektron, setelah mengalami bagian dari
obyek, terfokus magnet dari gambar bayangan. elektron memiliki panjang
gelombang yang jauh lebih pendek lebih dari cahaya, perbedaan ini menjadikan
mikroskop elektron sebuah tenaga tetap lebih dari mikroskop cahaya
(Mengubah,1999:64).

Mikroskop terdiri atas kaki mikroskop yang dibuat berat dan kokoh agar
mikroskop dapat berdiri stabil. Mikroskop memiliki tiga sistem lensa, yaitu lensa
objektif, lensa okuler dan kondensor. lensa objektif dan lensa okuler lokasi pada
kedua ujung tabung mikroskop lensa objektif merupakan bagian utama
pada mikroskop yang lokasi dekat dengan obyek yang akan diamati,
tepatnya menempel pada bagian yang disebut pistol. Pistol ini dapat diputar dan
berguna sebagai alat pemindah lensa. Sedangkan lensa okuler lokasi dekat
dengan mata pada saat dilakukannya pengamatan menggunakan mikroskop
lensa okuler pada mikroskop bisa berbentuk lensa tunggal (monokuler) atau
ganda (binokuler). Di ujung bawah tabung mikroskop terdapat tempat
kedudukan lensa obyektif yang bisa dipasangi tiga atau lebih lensa obyektif dan
dapat diputar disebut pistol, di bawah tabung mikroskop terdapat tempat
dudukan persiapan atau meja mikroskop Sistem lensa yang ketiga adalah
kondensor yang berperan untuk tuju obyek dan lensa-lensa mikroskop yang lain
pada mikroskop modern terdapat alat penang dibagian dasar mikroskop
berfungsi untuk tuju persiapan pada mikroskop tanpa alat penerangan
memiliki cermin datar dan cekung yang terdapat di bawah kondensor. cermin
berfungsi untuk mengarahkan cahaya yang berasal dari sumber cahaya luar ke
dalam kondensor (Tim Dosis Pembina, 2017:1)

2.2. Pengamatan Sel


Istilah“sel” pertama kali dipakai oleh Robert Hooke, kira kira 300 tahun yang lalu,
untuk ruang– ruang kecil seperti kotak yang dilihatnya waktu ia mengamati gabus
dan bahan tumbuhan lain di bawah mikroskop, yang pada waktu itu baru
ditemukan. Dalam tahun 1839 fisiologiwan Purkinye memperkenalkan istilah
“protoplasma” bagi zat hidup dari sel. Setelah pengetahuan meningkat
mengenai struktur dan fungsi sel meningkat, maka menjadi jelas bahwa isi yang
hidup dari selmerupakan suatu sistem yang kompleks dari bagian – bagian yang
heterogen.

6
Istilah “protoplasma” Purkinye tidak memberi pengertian kimiawi dan fisik yang
jelas, tetapi dapat dipakai untuk menyebut semua zat yang terorganisasi di dalam
sel (Villee dkk, 1999).

Sel adalah bagian tanaman atau hewan yang paling kecil. Beberapa organisme
misalnya amuba dan bakteri hanya terdiri dari satu sel sedangkan yang lain
misalnya pohon dan manusia memiliki jutaan sel. Sebuah sel terdiri atas
protoplasma dan membran yang membungkus protoplasma. Protoplasma adalah
materi berwarna abu – abu dan kental seperti jelly serta mengandung
banyak senyawa kimia organik dan organela. Sel mampu mengambil zat – zat
kimia dan menggunakannya untuk menghasilkan bermacam – macam zat yang
diperlukan untuk proses kehidupan (Godman, 2000).

Sel merupakan mikrokosmos yang mendemonstrasikan sebagian besar tema


yang diperkenalkan pada kita. Suatu teknik yang berguna untuk mempelajari
struktur dan fungsi sel adalah fraksionasi sel (cell fractionation), yang
menjauhkan sel – sel dan memisah – misahkan organel – organel utama serta
struktur subselular lain. Instrumen yang digunakan adalah sentrifus, alat yang
memutar tabung reaksi berisi campuran sel – sel yang pecah pada berbagai
kecepatan. Gaya yang dihasilkan menyebabkan fraksi biotik adalah faktor yang
berasal dari dalam misalnya hewan tumbuhan manusia dan mikroorganisme
sedangkan faktor abiotik adalah faktor yang berasal dari dari bukan
ekosistem sel mengendap di dasar benda yang berbentuk gelas.
Fraksionasi sel memungkinkan peneliti menyiapkan komponen – komponen
sel spesifik dalam jumlah banyak dan mengklasifikasikan fungsi komponen
tersebut, tugas yang akan lebih sulit digunakan dengan sel utuh. Misalnya, uji
biokimiawi menunjukkan bahwa salah satu fraksi sel yang dihasilkan melalui
sentrifugasi antara lain adalah enzim yang terlihat dalam respirasi
selular(Campbell, 2008).

Unit dasar bagi struktur dan fungsi setiap makhluk adalah salah satu dari dua tipe
sel yaitu prokariotik atau eukariotik. Hanya organisme dari domain Bacteria
dan Archaea yang terdiri dari sel– sel prokariot. Protista, fungi, hewan dan
tumbuhan terdiri atas sel– sel eukariot. Semua sel memiliki
persamaan dan perbedaan.Semuanya dibatasi oleh perintang selektif yang
disebut membran plasma. Membranitu menyelubungi sel dan serupa jeli yang
semi cair, disebut sitosol dimana organeldan komponen– komponen lain
berada. Semua sel mengandung kromosom, yang membawa gen dalam
DNA. Dan semua sel memiliki ribosom, kompleks sel yang membuat protein
berdasarkan instruksi (Campbell, 2008).

2.3. Pengamatan Tumbuhan


Dapat di ketahui bahwa perbedaan yang mencolok antara tumbuhan dikotil
terletak pada berkas pembuluh, berkas pembuluh pada tumbuhan dikotil terlihat
lebih teratur, sedangkan berkas pembuluh pada tumbuhan monokotil terlihat
berkas pembuluh yang tidak teratur. Berkas pembuluh terdiri dari xylem atau
suatu alattransportasi yang digunakan untuk mengangkut sari makanan dan
unsur hara daritanah keseluruh tubuh tumbuhan dan floem yaitu berkas yang

7
berfungsi sebagai pengangkut hasil fotosintesis dari daun keseluruh tubuh
tumbuhan (Aryuliana,2004).

Antara xilem dan floem terdapat kambium intravasikuler, pada perkembangan


selanjutnya jaringan parenkim yang terdapat di antara berkas pembuluh angkut
juga berubah menjadi kambium, yang disebut kambium intervasikuler. Keduanya
dapat mengadakan pertumbuhan sekunder yangmengakibatkan bertambah
besarnya diameter batang. Pada tumbuhan Dikotil, berkayu keras dan hidupnya
menahun, pertumbuhan menebal sekunder tidak berlangsung terus-menerus,
tetapi hanya pada saat air dan zat hara tersedia cukup,sedang pada musim
kering tidak terjadi pertumbuhan sehingga pertumbuhan menebalnya pada
batang tampak berlapis-lapis, setiap lapis menunjukkan aktivitas pertumbuhan
selama satu tahun, lapis-lapis lingkaran tersebut dinamakan Lingkaran
Tahun (Zhao, 2005).

Pada akar tumbuhan dikotil, di antara xylem dan floem terdapat kambium,
sedangkan pada akar tumbuhan monokotil di antara xylem dan floem tidak di
jumpai kambium. Kambium merupakan titik pertumbuhan sekunder kearah
dalammembentuk xylem dan kearah luar membentuk floem. Sedangkan pada
batang monokotil memiliki ikatan pembuluh angkut dan anatomi batang
muda dan batang tua sama. Dan untuk batang dikotil memiliki ikatan pembuluh
angkut dan anatomi batang muda dan batang tua berbeda yaitu di temukannya
empelur pada batang muda dan sebaliknya pada batang tua (Atinirmala, 2006).

2.4. Pengamatan Hewan


Katak (frog) dan katak alias bangkong (toad) adalah hewan amphibia yang
paling dikenal orang di indonesia. Anak-anak biasanya menyukai katak
karena bentuknya yang lucu, kerap melompat-lompat, tidak pernah menggigit
dan tidak membahayakan. Hanya orang dewasa yang kerap merasa jijik atau
takut yang tidak beralasan terhadap katak. Kedua macam hewan ini bentuknya
mirip. Katak betubuh pendek, gempal atau kurus, berpunggung agag bungkuk,
berkaki empat dan tidak berekor. Katak umumnya berkulit halius, lembab, dengan
kaki belakang yang panjang. Sebaliknya katak atau bangkong berkulit kasar
berbintil sampai berbingkul-bingkul, kerapkali kering dan kaki belakangnya
sering pendek sehingga kebanyakan kurang pandai melompat jauh. Namun
kedua istilah ini sering pula dipertukarkan penggunaannya (Djuanda,1982).

Katak memiliki sepasang paru-paru berupa kantung elastis yang tipis.


Mekanisme pernafasan paru-paru terdiri dari inspirasi dan ekspirasi. Keduanya
dengan muluttertutup. Katak memiliki tulang-tulang rusuk dan rongga badan.
Mekanisme pernafasannya diatur oleh otot-otot tulang bawah dan perut yang
saling berhubungan satu sama lain. Paru-paru divertilasi dengan pompatekan.
Kelenjar paru-paru itulah terutama penyebab udara keluar. Amphibia menambah
respirasi paru-paru dengan pertukaran gas melalui kulitnya yang tipis dan basah.
Sebagian besar dikeluarkan melalui kulit laju vertilasi paru-paru tidak cukup
untukmembawa keluar, sejumlah air juga diperlukan dan ditukarkan melalui kulit.

8
Halinilah yang mungkin menyebabkan amphibia tidak dapat di darat
sepenuhnya(Prawiro, 1999).

Sistem pencernaan pada katak meliputi bagian saluran pencernaan dan kelenjar
pencernaan. Saluran pencernaan katak secara berturut-turut adalah rongga
mulut,faring, kerongkongan, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar, dan
kloaka. Kelenjar pencernaan katak meliputi hati, kantung empedu, dan pankreas.
Sistem pencernaan dimulai dari mulut yang memiliki gigi sejati. Lidah katak dapat
untuk menangkap makanan atau mangsa seperti serangga. Saluran pencernaan
mulai dari esophagus yang sangat pendek, terdiri dari kontraksi yang kecil,
tepinya bersilia dan sebagai alat cerna yaitu sel-sel secretoris, kemudian ke usus
12 jari dan usus halus yang berkelok-kelok dan selanjutnya ke usus besar yang
lebar.Setelah usus besar langsung menuju ke kloaka, yaitu tempat lubang
pelepasan(Kastowo, 1984).

Sistem peredaran darah pada katak adalah peredaran darah tertutup dan
ganda.Pada peredaran darah ganda, darah melalui jantung sebanyak dua kali
dalamsekali peredarannya. Pertama darah dari jantung menuju ke paru-paru dan
kembaliKe jantung, kedua darah dari seluruh tubuh menuju jantung dan di
edarkan kembali keseluruh tubuh. Jantung katak terdiri dari tiga ruang yaitu
atrium kiri,kanan dan ventrikel. Diantaranya atrium dan ventrikel terhadap klep
yang mencegah agar darah dari ventrikel mengalir kembali ke atrium
(Kimball,
1991).

2.5. Memahami Hukum Mendel


Dalam Hukum Mendel I dikenal dengan They Law of Segretation of Allelic
Genes atau Hukum pemisahan. Gen yang sealel dinyatakan bahwa dalam
pembentukan gamet pasangana alel akan memisah secara bebas, peristiwa
pemisahan ini terlihat ketika pembentukan gamet mengandung salah satu alel
tersebut (Wildan
2003).

Pada waktu Mendel melakukan persilangan antar kedua varietas tersebut dimana
yang satu tanaman tinggi dan satu tanaman pendek, maka Mendel mendapat
hasil berikut. Persilangan antara jantan dan betina pada ercis bersegrasi sehingga
rasio fenotipenya adalah MM :Mm : mm = 1 : 2 : 1, yaitu satu tumbuhan ercis
Homozigot, dua tumbuhan ercis Heterozigot an satu tumbuhan ercis pendek
(Syamsuri 2004).

Hukum Mendel II atau dikenal The Law of Independent Assortmen of Genes


atau hukum pengelompokan gen. Secara bebas dinyatakan bahwa
selama pembentukan gamet, gen-gen sealelnya akan memisah secara
bebas dan mengelompok dengan gen lain yang bukan alelnya.
Pembuktian hukum ini dipakai pada dihibrid dan polihibrid. Yaitu persilangan
dengan dua individu yang memiliki satu atau lebih karakter yang berbeda
(Winatasasmita 1999).

9
Mendel melakukan percobaan dengan menanam kacang ercis yang memiliki dua
sifat beda. Mula-mula tanaman galur murni yang memiliki biji bulat berwarna
kuning disilangkan dengan tanaman galur murni yang memiliki biji keriput
berwrna hijau, maka F1 seluruhnya berupa tanaman yang berbiji bulat berwarna
kuning. Biji-biji tanaman F1 ini kemudian ditanam lagi dan tanaman yang tumbuh
dibiarkan mengadakan penyerbukan sesamanya untuk memperoleh keturunan
F2 dengan 16 kombinasi yang memperlihatkan perbandingan 9/16 tanaman
berbiji bulat warna kuning : 3/16 berbiji bulat warna hijau : 3/16 berbiji bulat warna
kuning dan 1/16 berbiji keriput berwarna hijau atau dikatakan perbandingannya
adalah 9: 3 : 3 : 1 (Winatasasmita 1999).

2.6. Pengamatan Proses Terjadinya Transpirasi


Transpirasi adalah hilangnya air dari tubuh-tumbuhan dalam bentuk uap melalui
stomata, kutikula atau lentisel. Ada dua tipe transpirasi, yaitu transpirasi kutikula
adalah evaporasi air yang terjadi secara langsung melalui kutikula epidermis dan
transpirasi stomata, yang dalam hal ini kehilangan air berlangsung melalui
stomata. Kutikula daun secara relatif tidak tembus air, dan pada sebagian besar
jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10 persen atau kurang dari
jumlah air yang hilang melalui daun-daun. Oleh karena itu, sebagian besar
air yang hilang melalui daun-daun (Wilkins, 1989).

Proses transpirasi selain mengakibatkan penarikan air melawan gaya gravitasi


bumi, juga dapat mendinginkan tanaman yang terus menerus berada di bawah
sinar matahari. Mereka tidak akan mudah mati karena terbakar oleh teriknya
panas matahari karena melalui proses transpirasi, terjadi penguapan air dan
penguapan akan membantu menurunkan suhu tanaman. Selain itu, melalui
proses transpirasi, tanaman juga akan terus mendapatkan air yang cukup untuk
melakukan fotosintesis agar kelangsungan hidup tanaman dapat terus terjamin
(Sitompul,1995).

Transpirasi juga merupakan proses yang membahayakan kehidupan tumbuhan,


karena kalau transpirasi melampaui penyerapan oleh akar, tumbuhan dapat
kekurangan air. Bila kandungan air melampaui batas minimum dapat
menyebabkan kematian. Transpirasi yang besar juga memaksa tumbuhan
mengedakan penyerapan banyak, untuk itu diperlukan energi yang tidak
sedikit. Kegiatan transpirasi dipengaruhi oleh banyak faktor baik faktor dalam
maupun faktor luar. Yang terhitung sebagai faktor dalam adalah besar kecilnya
daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin atau tidaknya stomata. Hala-hal ini semua
mempengaruhi kegiatan trasnpirasi pada tumbuhan (Salisbury, 1992).

Kegiatan transpirasi secara langsung oleh tanaman dipandang langsung sebagai


pertukaran karbon dan dalam hal ini transpirasi sangat penting untuk
pertumbuhan tanaman yang sedaang tumbuh menentukan banyak air jauh lebih
banyak daripada jumlah terhadap tanaman itu sendiri kecepatan hilangnya air
tergantung sebagian besar pada suhu kelembapan relatif dengan gerakan

10
udara. Pengangkutan garam-garam mineral dari akar ke daun terutama oleh
xylem dan secepatnya mempengaruhi oleh kegiatan transpirasi. Transpirasi
pada hakikatnya sama dengan penguapan, akan tetapi istilah penguapan tidak
digunakan pada makhluk hidup. Sebenarnya seluruh bagian
tanaman mengadakan transpirasi karena dengan adanya transpirasi terjadi
hilangnya molekul sebagian besar adalah lewat daun hal ini disebabkan
luasnya permukaan daun dan karena daun-daun itu lebih terkena udara
dari pada bagian lain dari suatu tanaman (Lakitan, 2007).

Stomata akan membuka jika tekanan turgor kedua sel penjaga


meningkat. Peningkatan tekanan turgor oleh sel penjaga disebabkan oleh
masuknya air kedalam sel penjaga tersebut. Pergerakan air antar sel akan selalu
dari sel yang mempunyai potensi air lebih tinggike sel engan potensi lebih
rendah. Tinggi rendahnya potensi air sel tergantung pada jumlah bahan yang
terlarut dari cairan tesebut, semakin banyak bahan yang terlarut maka potensi
yang terjadi pada sel semakin rendah (Heddy, 1990).

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transpirasi antara lain: Faktor-faktor


internal yang mempengaruhi mekanisme membuka dan menutupnya stomata,
Kelembapan udara sekitar, Suhu udara, dan Suhu daun tanaman (Guritno, 1995).

Angin dapat pula mempengaruhi laju transpirasi jika udara yang


bergerak melewati permukaan daun tersebut lebih kering (kelembaban
nisbihnya rendah) dari udara sekitar tumbuhan tersebut. Kerapatan uap air
diudara tergantung dengan resisitensi stomata dan kelembaban nisbih
dan juga suku udara tersebut, untuk perhitungan laju transpirasi. Kelembaban
nisbih didalam rongga substomata dianggap 100%. Jika kerapatan uap
air didalam rongga substomata sepenuhnya tergantung pada suhu (Filter,
1991).

Daya hantar secara langsung dipengaruhi oleh besarnya bukaan stomata.


Semakin besar bukaan stomata maka daya hantarnya akan semakin tinggi. Pada
beberapa tulisan digunakan beberap istilah resistensi stomata. Dalam hubungan
ini daya hantar stomata berbanding dengan resistensi stomata (Dwijoseputro,
1983).

Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan alju absorbsi air
di akar. Pada siang hari biasanya air ditranspirasikan lebih cepat dari pada
penyerapan dari tanah. Hal tersebut menyebabkan devisit air dalam daun
sehingga terjadi penyerapan yang besar, pada malam hari terjadi sebaliknya.
Jika kandungan air tanah menurun sebagai akibat penyerapan oleh akar,
gerakan air melalui tanah ke dalam akar menjadi lambat. Hal ini cenderung untuk
meningkatkan defisit air pada daun dan menurunkan laju transpirasi lebih lanjut
(Loveless,1991).

11
2.7. Pengamatan Peristiwa Fotosintesis
Fotosintesis adalah proses pembentukan karbohidrat pada tumbuhan melalui
klorofil dengan bantuan cahaya matahari. Produk samping yang dihasilkan dari
fotosintesis adalah oksigen. Fotosintesis merupakan salah contoh dari
proses anabolisme. Anabolisme adalah proses pembentukan senyawa
kompleks dari senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Sedangkan
katabolisme adalah kebalikan dari anabolisme yaitu penguraian senyawa-
senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana. Proses
fotosintesis yang terjadi di kloroplas melalui dua tahap reaksi. Kedua reaksi
tersebut diantaranya adalah reaksi terang dan reaksi gelap (Sugiharo, 2007).

Reaksi terang berlangsung di dalam membran tilakoid di grana. Grana adalah


struktur bentukan membran tilakoid yang terbentuk dalam stroma, yaitu salah
satu ruangan dalam kloroplas. Di dalam grana terdapat klorofil, yaitu pigmen
yang berperan dalam proses fotosintesis. Dalam reaksi terang ini, klorofil
menyerap cahaya nila. Energi yang ditangkap oleh klorofil digunakan untuk
memecah molekul air. Reaksi tersebut disebut reaksi fotolisis karena proses
penyerapan energi cahaya dan penguraian atau pemecahan molekul air menjadi
oksigen dan hidrogen. (Rachmadiarti, dkk., 2007).

2.8. Ekosistem
Istilah ekologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani yaitu oikos dan logos. Istilah
ini mula-mula diperkenalkan oleh Ernst Haeckel pada tahun 1869. Tetapi jauh
sebelumya, studi dalam bidang-bidang yang sekarang termasuk dalam
ruang lingkup ekologi telah dilakukan oleh para pakar (Sofia, 2008).

Ekosistem tersusun atas komponen-komponennya, yaitu komponen biotik dan


komponen abiotik. Komponen biotik merupakan komponen penyusun ekosistem
yang terdiri dari makhluk hidup, contohnya tumbuhan, hewan, dan
mikroorganisme. Komponen abiotik merupakan komponen penyusun ekosistem
yang terdiri dari semua benda mati, contohnya air,tanah, cahaya, dan udara
(Gunawan Susilowarno, 2007).

Didalam ekosistem, komponen biotik terdiri dari organisme yang saling


mengadakan interaksi. Akibat dari adanya interaksi ini memunculkan adanya
organisasi kehidupan.Organisasi kehidupan yang terkecil sampai yang terbesar,
(Gunawan Susilowarno,2007)

12
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum dilakukan dengan dua metode yaitu secara daring dan luring.
Praktikum secara daring di lakukan pada tanggal 20 oktober 2021 sampai dengan
03 november 2021, pukul 15 : 00 Wita - selesai, melalui room zoom. Sedangkan
praktikum secara luring di lakukan pada tanggal 10 november 2021 sampai
dengan 01 desember 2021, pukul 15 : 00 Wita - selesai, bertempat di
Laboratorium biologi, Jurusan biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Tadulako.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1. Pengenalan Dan Penggunaan Mikroskop
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
Mikroskop, pipet tetes, silet, gelas objek, gelas penutup objek dan cawan
petri. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
Potongan kertas yang bertulis huruf “d”, air, butir-butir pati kentang,
yodium dan tisu.

3.2.2. Pengamatan Sel


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut : mikroskop,
cutter, pinset, pipet tetes, kaca objek dan penutupnya, dan cawan petri.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut : zat
pewarna (metilen biru), umbi kayu, tisu, hydrilla verticillata, manihot
esuelenta dan aquades.

3.2.3. Pengamatan Tumbuhan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut : kaca arloji,
pisau silet, kuas kecil, jarum preparat, mikroskop, kaca pembesar, silet,
gelas objek dan penutup nya. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini
adalah sebagai berikut : tumbuhan dikotil lengkap (akar, batang, daun),
tumbuhan monokotil lengkap (akar, batang, daun).

3.2.4. Pengamatan Hewan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut : papan
bedah, paku kecil atau jarum pentul, pisau bedah, gunting kecil, pinset, dan
toples. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
katak sawah (fejervarya cancrivora) dan kapas.

3.2.5. Memahami Konsep Hukum Mendel


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut : wadah
plastik, spidol, dan kertas kosong. Bahan yang digunakan dalam praktikum
ini adalah kancing genetik warna merah dan putih.

3.2.6. Pengamatan Terjadinnya Proses Transpirasi


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut : rak dan

13
tabung reaksi, gelas ukur, alat tulis dan kertas grafik. Bahan yang
digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut : air, minyak kelapa
dan tiga jenis tumbuhan yang berbeda morfologinya.

3.2.7. Pengamatan peristiwa fotositensis


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut : cawan
petri, penangas listrik, pinset, gelas piala 100 ml dua buah dan alat tulis.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
air, aqua, alkohol 96%, larutan lugol atau yodium, daun tumbuhan dan
kertas timah.

3.2.8. Ekosistem
Alat Dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut
: termometer, hygrometer, anemometer, tali rafia, balok kayu bertanda
pada ketinggian 30 cm, 60 cm, 90 cm ,150 cm, kipas dan alat tulis.

3.3. Prosedur Kerja


3.3.1. Pengenalan dan Pengunaan Mikroskop
Kegiatan 1 : Menyiapkan mikroskop dan dan letakkan di atas meja,
Mengenali fungsi dan kegunaan komponen-komponen mikroskop,
Mengamati dan mengetahui bayangan objek yang diamati di bawah
mikroskop.
Kegiatan 2 : Meletakan potongan kertas yang bertuliskan huruf “d” di atas
kaca objek kemudian ditambahkan aquades, kemudian menutup dengan
gelas penutup, Mengamati hasil potongan kertas di mikroskop dengan
menggunakan lensa objektif lemah apakah potongan kertas huruf “d”
mengalami perubahan, Mencatat perubahan yang terjadi dan mengambil
gambarnya dengan akurat.
Kegiatan 3: Mengerik serat kentang dengan menggunakan ujung silet
sampai cairannya keluar, Teteskan cairan tersebut pada gelas objek
kemudian tutuplah dengan gelas penutup, Tambahkan iodium pada cairan
tersebut dengan menggunakan pipet tetes, Hindari timbulnya gelembung
udara pada kaca preparat, Mengamati dan mencatat perubahan yang
terjadi.

3.3.2 Pengamatan Sel


Pengamatan penampang melintang empulur batang ubi kayu (Manihot
esculenta) sebagai gambaran bentuk sel tumbuhan : potong melintang
empulur batang ubi kayu setipis mungkin, letakkan potongan kecil tersebut
pada gelas objek dan dijaga jangan sampai terjadi lipatan atau kerutan,
tambahkan satu atau dua tetes air, kemudian ditutup dengan gelas
penutup, amati dibawah mikroskop dengan pembesaran paling lemah (10
X), kemudian digambar beberapa sel.
Pengamatan sruktur sel umbi lapis bawang merah (Allium ascalonicum)
sebagai gambaran sel tumbuhan dengan bagian-bagiannya : potong siung
bawang merah segar, ambil salah satu lapisan siung yang berdaging.
Kemudian dipatahkan lapisan tersebut, sehingga bagian yang cekung
tampak adanya epidermis tipis, dengan menggunakan pinset dijepit
epidermis tersebut dan dilepaskan dari umbinya dengan perlahan-
lahan,

14
letakkan potongan kecil epidermis pada gelas objek dan dijaga
jangan sampai terjadi lipatan atau kerutan, tambahkan satu atau dua
tetes air, kemudian ditutup dengan gelas penutup, amati dibawah
mikroskop dengan pembesaran paling lemah (10x), kemudian gambar
beberapa sel dan bagian-bagiannya.
Diteteskan satu tetes zat warna yodium di salah satu tepi gelas
penutup dan isap dengan kertas penghisap pada sisi yang berlawanan,
kemudian diamati dengan pembesaran yang lebih besar (40x)
sehingga terlihat dengan jelas bagian-bagiannya, gambar sel tersebut
dengan bagian- bagian yang bisa kita kenali.

Pengamatan struktur sel daun Hydrilla verticilata sebagai gambaran sel


tumbuhan : ambil selembar daun yang muda (daun pada pucuk) Hydrilla
verticilata yang telah disiapkan, kemudian diletakkan diatas kaca
objek dalam posisi bentangan membujur yang rata lalu ditetesi dengan air,
tutup daun tersebut dengan kaca penutup dengan hati-hati jangan sampai
terbentuk gelembung udara, amati sel tumbuhan dibawah mikroskop,
perhatikan bentuk sel dan bagian-bagiannya seperti butir-butir kloroplas-
kloroplas dan vakuola pada sitoplasma sel, gambar sel lengkap dengan
bagian-bagian yang kita kenali.
Pengamatan struktur sel selaput rongga mulut, sebagai gambaran sel
hewan : Dengan menggunakan ujung tumpul skalpel atau ujung jari atau
sebuah tusuk gigi, dikeruk epitel pada bagian dalam dinding pipi kita,
Ditebarkan epitel yang diperoleh ke dalam setetes air pada kaca
obyek, tutup sediaan tersebut dengan kaca penutup, teteskan metilen biru
secara hati-hati pada salah satu tepi gelas penutup, isap metilen biru
dengan menggunakan kertas hisap (tissue) melalui sisi yang berlawanan
dengan tempat meneteskan metilen biru, amati preparat tersebut
dibawah mikroskop yang dimulai dengan pembesaran lemah (10x),
kemudian pembesaran kuat (40x), gambar struktur sel epitel rongga mulut.

Pengamatan darah manusia : sediakan kaca objek dengan kaca penutup


yang telah dibersihkan, ambil dengan pipet darah manusia yang telah
dicampur dengan larutan fisiologis, lalu ditetesi pada gelas objek dan tutup
dengan gelas penutup, amati objek tersebut dibawah mikroskop mulai dari
perbesaran yang paling lemah dan dilanjutkan dengan perbesaran yang
kuat, gambar 3-5 buah sel dan dituliskan bagian-bagiannya, pada darah
manusia lanset terlebih dahulu direndam dengan alkohol 70% dalam kaca
arloji, bersihkan jari telunjuk dengan menggunakan alkohol 70%, dengan
menggunakan lanset ditusukan jari telunjuk dengan hati-hati dan dioleskan
darah tersebut pada kaca objek dengan membuang tetesan darah yang
pertama, amati darah tersebut dibawah mikroskop yang dimulai dengan
perbesaran lemah kemudian perbesaran kuat, perhatikan dan gambar sel
darah (limposit, eosinofil, neutrofil, dan basofil).

3.3.3. Pengamatan Tumbuhan


Pengamatan Morfologi Tumbuhan :Ambil masing-masing satu pohon dari
kelompok tumbuhan monokotil dan dikotil, amati morfologi akar,batang
dan daun, Gambarkan ketiga organ tersebut pada kedua kelompok
tumbuhan.

15
Pengamatan Anatomi Tumbuhan : siapkan kaca objek dan kaca penutup
yangtelah dibersihkan, buat irisan melintang akar,batang dan daun dari
tanaman dikotil dan monokotil, dengan menggunakan kuas kecil ambil kuas
kecil ambil irisan tersebut, kemudian letakkan diatas kaca objek secara
terpisah dan tetesi dengan air atau pewarna, tutup dengan kaca penutup
secara perlahan, amati dibawah mikroskop, gambar dan
diberikan keterangan secara lengkap.

Pengamatan Reproduksi Tumbuhan : Ambil bunga lengkap suatu tumbuhan


yang telah disiapkan, ambil daun kelopak (sepal) dan daun mahkota ( petal).
Perhatikan bagaimana kedua macam bagian tersebut melekat satu
sama lain atau pada dasar bunganya. Juga perhatikan bagaimana
stamen (benang sari) melekat pada dasar bunga ataupada petalnya.
Diambil pistilnya ( putik). Dilihat bakal buahnya (ovary yaitu bagian
yang membengkak pada dasar pistil. Belahlah bakal buahnya secara
membujur dan diperhatikan bagian-bagian yang ada didalamnya.

3.3.4. Pengamatan Hewan


Ambil seekor katak, kemudian dimasukkan kedalam toples yang berisi
kapas dan eter, biarkan beberapa menit hingga katak pingsan, setelah
pingsan, diambil kemudian diamati bagian-bagian dari morfologi katak
tersebut, setelah itu, diletakkan diatas papan bedah tertelungkup, kemudian
katak dibelah secara hati-hati agar tidak mengeluarkan darah, setelah
dibelah diamati bagian-bagian anatomi dari katak, Serta diperhatikan
sistem reproduksi dan sistem pencernaan yang ada pada katak.

3.3.5. Memahami Konsep hukum Mendel


Pisahkan 25 butir model gen berwarna Merah dan 25 butir gen berwarna
putih ke dalam 2 wadah kotak. Andaikan, masing-masing kotak (A) induk
Jantan dan kotak (B) induk betina. Selanjutnya kotak tersebut dikocok
sampai isinya bercampur. Lalu dibuatlah pasangan gen-gen dari induk
jantan dan betina, dengan menutup mata setiap kali mengambil butir gen
jantan dan betina

3.3.6. Pengamatan Transpirasi Tumbuhan


Potonglah batang atau ranting tumbuhan dibawah permukaan air, usahakan
potongan selalu berada didalam air demikian juga sewaktu mamasukkan
potongan atau ranting tumbuhan kedalam gelas ukur usahakan selalu
terendam, gunakan 3 macam tumbuhan untuk dimasukkan kedalam 3 gelas
ukur dengan 10 ml air,satu gelas tanpa tumbuhan,hanya berisi air saja
(kontrol), susunlah dalam rak tabung reaksi,kemudian tetesi dengan minyak
goreng sebanyak 3 ml sampai seluruh permukaan tertutup dengan minyak
goreng (agar air tidak menguap dari tabung reaksi), setelah itu, letakkan
dibawah terik panas matahari. Catat air yang menghilang/menguao
setiap
10 menit.

3.3.7. Pengamatan Proses Fotosintesis


Percobaan Sachs : Pilih tanaman yang ada didekat laboratorium dengan
daun yang paling baik dan segar, di sore hari, bagian tengah daun ditutup

16
dengan kertas timah, dilipat dan diberi penjepit agar tidak lepas, daun
dipetik keesokan harinya, kertas timah pada daun dibuka, lalu daun
dimasukkan kedalam air mendidih hingga agak layu, masukkan daun
kedalam alkohol panas sampai warna daun agak putih/pucat, pindahkan
daun kedalam cawan petri dengan menggunakan pinset, kemudian ditetesi
dengan larutan lugol hingga merata, amati perubahan warna yang
terjadi pada daun.

Percobaan Ingenhousz : 3 buah gelas beaker yang berisi tumbuhan air


Hidrylla verticillata diisi dengan air yang jernih hingga penuh, ketiga gelas
beaker ditutup dengan corong kaca dan tabung reaksi yang disanggah
dengan potongan kawat, masing-masing gelas beaker ditutup dengan
plastik berwarna merah, hijau dan ungu, lalu diletakkan di bawah terik
matahari selama 20 menit, amati jumlah gelembung yang terbentuk pada
ketiga gelas beaker.

3.3.8. Pengamatan Ekosistem


Pengamatan dilakukan pada tiga lokasi berbeda yakni daerah teduh (bawa
pepohonan), daerah padang rumput dan daerah padang tandus. Pada
masing-masing lokasi dilakukan pengukuran faktor lingkungan sebanyak 3
kali yakni ketinggian 30 cm, 90 cm dan 150 cm. Dengan menggunakan
batok kayu yang sudah ditandai dengan selang masing-masing pengukuran
selama 5 menit. Buatlah plot ukuran 1 × 1 meter kemudian lakukan
inventarisasi flora maupun fauna yang terdapat di dalamnya masukkan data
yang anda peroleh ke dalam tabel hasil pengamatan.

17
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil pengamatan

4.1.1. Modul 1 Pengenalan dan Penggunaan Alat Mikroskop


No. Gambar Hasil Pengamatan Keterangan

1. (Komponen - komponen mikroskop)

2. (Bentuk asli objek pada mikroskop)

18
3. (Bentuk bayangan objek pada mikroskop)

4. (Bentuk butir - butir pati sebelum diwarnai)

5. (Bentuk butir - butir pati sesudah diwarnai)

19
4.1.2. Pengamatan Sel
No. Gambar Hasil Pengamatan Keterangan

1. (Bentuk irisan melintang empulur batang ubi kayu


(Manihot esculenta)

2. (Struktur sel umbi lapis bawang merah sebelum


diwarnai)

3. (Struktur sel umbi lapis bawang merah sesudah diwarnai

20
4. (Struktur sel selaput rongga mulut)

5. (Struktur sel darah katak)

6. (Struktur sel protozoa)

21
4.1.3. Pengamatan Tumbuhan
No. Gambar Hasil Pengamatan Keterangan

1. (Akar tumbuhan monokotil)

2. (Akar tumbuhan dikotil)

3. (Daun monokotil)

22
4. (Daun dikotil)

5. (Bunga tumbuhan monokotil)

6. (Bunga tumbuhan dikotil)

23
7. (Struktur anatomi akar tumbuhan monokotil)

8. (Struktur anatomi akar tumbuhan dikotil)

9. (Struktur anatomi batang tumbuhan monokotil)

24
10. (Struktur anatomi batang tumbuhan dikotil)

11. (Struktur anatomi daun tumbuhan monokotil)

12. (Struktur anatomi daun tumbuhan dikotil)

25
4.1.4. Pengamatan Hewan
No. Gambar Hasil Pengamatan Keterangan

1. Morfologi katak (Fejervarya cancrivora)

2. Morfologi tikus (Rattus norvegicus)

3. Sistem pencernaan katak (Fejervarya cancrivora)

26
4. Sistem pencernaan tikus (Rattus norvegicus)

5. Sistem reproduksi katak (Fejervarya cancrivora)

6. Sistem pencernaan tikus (Rattus norvegicus)

27
4.1.5. Memahami Hukum Mendel
Macam Pasangan Frekuensi Muncul

Merah-merah 13 pasang

Merah putih 24 pasang

Putih-putih 13 pasang

4.1.6. Pengamatan Proses Terjadinya Transpirasi


Spesimen Tinggi Volume Pengulangan Jumlah daun

Hydrilla 2,5 cm 5 ml 0 menit 36

Asoka 2,5 cm 5 ml 0 menit 15

Pukul 9 2,75 cm 5 ml 0 menit 18

Hydrilla 2,4 cm 4,2 ml 10 menit 36

Asoka 2,3 cm 4 ml 10 menit 15

Pukul 9 2,2 cm 4,7 ml 10 menit 18

Hydrilla 2,4 cm 4,2 ml 20 menit 36

Asoka 2,2 cm 3,8 ml 20 menit 15

Pukul 9 2,5 cm 4,4 ml 20 menit 18

Hydrilla 2,4 cm 4,2 ml 30 menit 36

Asoka 2,15 cm 3,75 ml 30 menit 15

Pukul 9 2,4 cm 4,2 30 menit 18

Hydrilla 2,01 cm 4,2 ml 40 menit 36

Asoka 2,1 cm 3,7 ml 40 menit 15

Pukul 9 2,2 cm 3,8 ml 40 menit 18

Hydrilla 2,4 cm 4,2 ml 50 menit 36

Asoka 2,06 cm 3,63 ml 50 menit 15

Pukul 9 2 cm 3,5 ml 50 menit 18

Hydrilla 2,4 cm 4,2 ml 60 menit 36

Asoka 2 cm 3,5 ml 60 menit 15

Pukul 9 1,9 cm 3,35 ml 60 menit 18

28
Grafik Pengamatan :

29
4.1.7. Pengamatan Peristiwa Fotosintesis
Warna plastik melapis pada gelas Jumlah gelembung (O2)

Merah 23

Hijau 1

Ungu 50

Kontrol 495

Gambar Hasil Pengamatan Keterangan

Grafik pengamatan :

4.1.8 Ekosistem
A. Kondisi Faktor Abiotik
Suhu Udara (°C), Kelembaban (℅), dan Tiupan Angin (km/h)

Waktu Daerah Teduh Padang Rumput Padang Tandus

(°C) (℅) (Km/h) (°C) (℅) (Km/h) (°C) (℅) (Km/h)

5 menit 30°C 72,4℅ 8,9 30°C 72,4℅ 6,5 30°C 72,4℅ 8,9
km/h km/h km/h

30
10 menit 30°C 72,4 6,5 30°C 76,6℅ 6,5 30°C 72,4℅ 8,9
℅ km/h km/h km/h

15 menit 30°C 72,4℅ 6,5 30°C 76,6℅ 6,5 30°C 76,6℅ 8,9
km/h km/ h km/h

Grafik pengamatan :

31
B. Kondisi faktor Biotik

Jenis flora yang ditemukan dan Jenis fauna yang ditemukan dan
jumlahnya jumlahnya

Sp I(commelina benghalensis L.) = 7 Semut ( Lasius flavus) = 105


Daerah Teduh Sp II(Dosmanthus virgatus) = 5 Laba- laba (Agelenopsis) = 1
Sp II(Cyperus rotundus) = 2 Kumbang (Chyrsomelidae) =1
Sp IV(Acalypha indica) = 1

SpI(cyperusrotundus)=9 Semut ( Lasius flavus) = 173 Lalat


Padang Rumput Sp II(Alternanthera caracasana kunth) = 4 ( Musca domestica) = 6 Laba - laba
Sp III(Calliandra eriophylla benth) = 4 (Agelenopsis) =2
Kaktus (Opuntia cochenillfra) = 3 Belalang (Caelifera) = 4

Sp I (Acacia aroma) = 41 laba-laba (Trochosa ruricola) = 5


Padang Tandus Sp II (Boerhavia erecta) = 7 Semut ( Lasius flavus) = 210
Sp III (Cynodon dactylon L. Pers) = 11 Lalat (M. Domestica) = 3
Sp IV (Tinospora cordifolia) = 1

4.2 Pembahasan
4.2.1. Pengenalan dan Penggunaan Alat Mikroskop
Mikroskop pada prinsipnya adalah alat pembesar yang terdiri dari dua lensa
cembung yaitu sebagai lensa objektif (dekat dengan mata) dan lensa okuler
(dekat dengan benda). Baik objektif maupun okuler dirancang untuk
perbesaran yang berbeda. Lensa objektif biasanya dipasang pada
roda berputar, yang disebut gagang putar (Volk, 1984).

Berdasarkan dari hasil praktikum yang dilakukan mikroskop terdiri atas


bagian-bagian yang masing-masing bagian tersebut mempunyai fungsi
tersendiri. Lensa okuler berfungsi untuk memperbesar bayangan yang
bersifat maya dan tegak. Lensa objektif berfungsi untuk mengatur
pembesaran ukuran untuk kekuatan 4x, 10x, 40x dan 100x. Kondensor
berfungsi untuk mengatur bayangan yang akan diamati atau untuk
menaikkan dan menurunkan kondensor. Reflektor berfungsi untuk
menerima cahaya yang masuk atau dapat memperjelas cahaya yang akan
datang.

Kedua lensa mikroskop berbentuk cembung dan secara garis besar pada
lensa objektif akan membentuk suatu bayangan yang bersifat semu,
terbalik, dan diperbesar terhadap posisi benda awal. Sifat bayangan ini
nantinya akan menentukan sifat bayangan pada lensa okuler,
sehingga hasil pengamatan pada praktikum ini adalah bentuk bayangan
huruf “d” pada mikroskop berubah menjadi huruf “p”. Ketika preparat
digeser ke kiri bayangan objek bergeser ke kanan, dan ketika
preparat digeser ke

32
belakang objek bergeser ke depan. Ketika menggunakan pembesaran
yang lebih kuat maka bayangan objek terlihat lebih jelas dan besar.

4.2.2. Pengamatan Sel


Pada umumnya perbedaan sel hidup dan sel mati terletak pada aktivitas sel
nya. Sel hidup dapat melakukan aktivitassel karena adanya proses
metabolisme yang terjadi didalam sel, sedangkan untuk sel mati, tidak
melakukan aktivitas sel karena tidak adanya metabolisme didalam
sel. Selain itu terdapat beberapa perbedaan laina antara sel hewan dan
sel tumbuhan, diantaranya adalah sebagai berikut (Campbell et al,2008)

Sel gabus pada ubi kayu yang telah kami amati, sel gabus ini berbentuk
heksagonal dan terlihat seperti deretan ruang-ruang kosong. Ini berarti
bahwa sel gabus merupakan sel mati karena tidak terdapat inti sel maupun
organel lainnya yang menyusun sel tersebut, kecuali dinding sel. Tidak ada
aktivitas yang dilakukan sel tersebut. Maka sel tersebut dikatakan sel mati.
Dalam klasifikasi tumbuhan ubi kayu termasuk kedalam golongan
magnoliopsida.

Bawang merah yang kita amati, memiliki bentuk persegi panjang meskipun
tidak sempurna. Ini dikarenakan sel bawang merah adalah tumbuhan.
Karena pada tumbuhan terdapat dinding sel sehingga terlihat rapi. Antar sel
satu dengan sel lainnya tersusun dengan rapi. Kami dapat mengamati
bahwa pada sel bawang merah tersebut terdapat inti sel, dan dinding sel.

4.2.3. Pengamatan Tumbuhan


Sel adalah unit terkecil yang menunjukkan semua sifat yang dihubungkan
dengan kehidupan. Suatu sel lurus memperoleh energi dari luaruntuk
digunakan dalam proses-proses vitalnya, misalnya pertumbuhan,
perbaikan, dan reproduksi (Stanfield 2006).

Pada tumbuhan monokotil dan dikotil memiliki struktur anatomi organ yang
berbeda-beda. Mulai dari akar,batang,daun,hingga organ reproduksinya.
Dapat diketahui bahwa perbedaan yang paling mencolok antara tumbuhan
monokotil dan dikotil terletak pada berkas pembuluh, berkas pembuluh
pada tumbuhan dikotil terlihat lebih teratur, sedangkan berkas pembuluh
pada tumbuhan monokotil terlihat tidak teratur ,Seperti pada akar dan
batang daun juga terdiri dari daun tumbuhan monokotil dan dikotil. Secara
umum jaringan pada tumbuhan terdiri atas tiga jaringan yaitu jaringan kulit
(epidermis),jaringan dasar (parenkima), dan jaringan pengangkut
(vaskuler) (Lakitan, 1996).

Hasil yang didapatkan dari pengamatan tumbuhan bahwa struktur anatomi


dan morfologi dari akar tumbuhan monokotil dan juga akar tumbuhan dikotil
sangatlah berbeda. Sistem perakaran pada tumbuhan monokotil dan dikotil
keduanya berbeda, sistem perakaran tunggang yaitu system ini terdapat
pada tumbuhan dikotil.akar ini terdiri atas sebuah akar besar dengan
beberapa cabang yang ranting akar merupakan perkembangan dan akar
primer dari biji berkecambah. Sedangkan system perakaran serabut
yaitu

33
system perakaran ini terdapat pada tumbuhan monokotil. Akar ini terdiri dari
sejumlah akar kecil ramping, dan berukuran sama. Perakaran serabut
terbentukpada waktu akar primer membentuk cabang sebanyak-
banyaknya.

4.2.4. Pengamatan Hewan


Tubuh hewan terdiri dari beberapa organ tubuh. Organ-organ bekerja sama
dalam melakukan fungsi yang lebih tinggi membentuk sistem organ. Hewan
dibagi ke dalam dua golongan, yaitu hewan vertebrata dan hewan
invertebrata. Salah satu hewan vertebrata adalah katak sawah (fejervarya
cancarivora) (Radiopoetro, 1977).

Tubuh katak terdiri dari kepala (Caput), badan (Truntus), kaki depan
(Extrintis anterior), dan kaki belakang (Extrimitas posterior).Kulit
yang membungkus katak selalu basah karena adanya sekresi dari
kelenjar- kelenjar kulit. Kulit katak mempunyai peranan dalam
pernafasan karena dibawah kulitnya terdapat kapiler-kapiler dari vena
dan arteri cutanea magna.

Pembuahan pada katak dilakukan di luar tubuh. Katak jantan akan melekat
di punggung betinanya dan memeluk erat ketiak si betinanya dari belakang.
Sambil berenang di air, kaki belakang katak jantan akan memijat perut katak
betina dan merangsang pengeluaran telur. Pada saat bersamaan katak
jantan akan melepaskan spermanya ke air, sehingga bisa membuahi telur-
telur yang dikeluarkan si betina. Telur tersebut berkembang menjadi
larva dan mencari nutrisi yang dibutuhkan dari lingkungannya, kemudian
berkembang menjadi dewasa dengan bentuk tubuh yang
memungkinkannya hidup di darat, sebuah proses yang dikenal
metamorfosis.

4.2.5. Memahami Hukum Mendel


Dalam Hukum Mendel I dikenal dengan They Law of Segretation of
Allelic Genes atau Hukum pemisahan. Gen yang sealel dinyatakan
bahwa dalam pembentukan gamet pasangana alel akan memisah
secara bebas, peristiwa pemisahan ini terlihat ketika pembentukan
gamet mengandung salah satu alel tersebut (Syamsuri 2004).

Hukum Mendel II atau dikenal The Law of Independent Assortmen of


Genes atau hukum pengelompokan gen. Secara bebas dinyatakan bahwa
selama pembentukan gamet, gen-gen sealelnya akan memisah secara
bebas dan mengelompok dengan gen lain (Syamsuri 2004).

Dalam percobaan untuk membuktikan angka-angka perbandingan dalam


hukum mendel melalui hukum kebetulan dengan Dengan persilangan
dihibrid dan menggunakan 2 sifat beda yaitu kancing genetik warna hijau
sebanyak 25 dengan gamet (MM) bersifat dominan bulat terhadap kancing
genetik warna putih dengan gamet (mm). Pada percobaan tersebut
diperoleh 6 model gen dengan genotipe MM dan fenotipnya Merah- merah,
13 model gen dengan genotipe Mm dan fenotipe merah-putih, serta 6
model gen dengan genotipe mm dan fenotipnya putih-putih.

34
Diagram persilangannya sebagai berikut :
P = MM x mm
G = M , m
F1 = Mm x Mm
G = M,m x M,m
F2 = MM, Mm, Mm, mm
Jadi perbandingan fenotipe 1 : 2 :1 atau 1 hijau-hijau :2 hijau-putih : 1 putih
-putih.

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dengan menggunakan kancing


model- model Gen dengan dua perbedaan yaitu kancing gen berwarna
merah dan kancing gen berwarna putih dimana jumlah keseluruhan
kancing - kancing gen yang kami gunakan adalah 50 butir dan
dilakukan
25 kali pengambilan pasangan alel secara acak. Setelah itu dilakukan
pemilihan secara acak dari dalam kotak. Mulai dari pengambilan pertama
mendapatkan kancing berwarna merah – merah, pengambilan kedua
mendapatkan kancing berwarna merah – putih, dan pengambilan ketiga
mendapatkan kancing berwarna putih – putih. Dengan frekuensi masing-
masing adalah Merah- merah = 7, Merah – putih = 10 , dan Putih – putih =
8. Untuk perbandingan genotype dari percobaan yang kami lakukan
diperoleh perbandingan Genotype, yaitu MM : Mm : mm = 7 : 10 : 8 = 1 : 2 :
1. Dan adapun perbandingan fenotype nya, yaitu Merah – merah :
Merah Putih : Putih – putih = 7 : 10 : 8 = 1 : 2 :1. Dari 2 jenis perbandingan
tersebut dapat di simpulkan bahwa fenotipe Merah (MM) adalah
Dominan tidak sempurna, atau biasa disebut dengan Dominan
Resesif, dimana Alel Dominan (MM) Merah tidak bisa menutupi Alel
Resesif (mm) Putih secara sempurna, yang juga dapat disebut sebagai
sifat Intermediet.

4.2.6. Pengamatan Proses Terjadinya Transpirasi


Transpirasi adalah hilangnya air dari tubuh tumbuhan dalam bentuk uap
melalui stomata, kutikula atau lentisel. Ada dua tipe transpirasi, yaitu
transpirasi kutikula adalah evaporasi air yang terjadi secara langsung
melalui kutikula epidermis dan transpirasi stomata yang dalam hal ini
kehilangan air berlangsung melalui stomata. Kutikula daun secara
relatif tidak tembus air, dan pada sebagian besar jenis tumbuhan
transpirasi kutikula hanya sebesar 10 persen atau kurang dari jumlah air
yang hilang melalui daun-daun. Oleh karena itu, sebagian besar air yang
hilang melalui daun-daun (Delvin, 1983).

Hasil pengamatan dapat dilihat bahwa tabung yang berisi minyak terdapat
banyak gelembung. Hal ini dikarenakan tabung yang berisi minyak
terhambat transpirasi sehingga gelembung terkumpul dalam tabung.
Minyak berfungsi sebagai penyangga agar uap tidak keluar dari
tabung. Dan akibat sinar matahari, angin, kelembaban udara, stomata,
temperature, dan lentisel yang dapat mempengaruhi fotosintesis.
Hasil tabung kontrol (tanpa tanaman) dapat dilihat bahwa pada setiap 10
menit pertama, kedua, ketiga, dan keempat tidak terjadi pengurangan
volume air. Hal ini disebabkan karena pada saat percobaan ada faktor-
faktor yang mempengaruhi proses transpirasi menjadi lambat yaitu tidak
terdapat tanaman dalam tabung yang merupakan salah satu bahan untuk

35
proses transpirasi serta pada setiap 10 menit jumlah gelembung meningkat
atau semakin banyak.

Hasil pengamatan tabung berisi air dan minyak kelapa + tumbuhan hydrilla
Hanya terjadi pengurangan pada 10 menit pertama. Hal ini dipengaruhi
oleh faktor suhu kelembaban dan panas matahari pada saat melakukan
percobaan.

4.2.7. Percobaan fotosintesis

Hasil percobaan pada uji sachs, dimana daun yang tidak ditutupi dengan
alumunium foil berubuah warna menjadi biru kehitaman ketika dicelupkan
kedalam larutan lugol. Sehingga disimpulkan bahwa pada bagian
daun yang tidak tertutupi dan terkena cahaya matahari terjadi proses
fotosintesis yang menghasilkan amilum, sedangkan pada daun yang
ditutupi dengan alumunium foil tidak terjadi perubahan wana saat
dicelupkan dalam larutan lugol, sehingga disimpulkan bahwa pada bagian
daun yang ditutupi tidak terjadi proses fotosintesis, karena cahaya
matahari tidak dapat menembus melewati alumunium foil, sehingga tidak
menghasilkan amilum.

Perbandingan literatur menunujukkan bahwa terdapat kesamaan dengan


praktikum yang dilaksanakan, dimana pada percobaan Sachs daun yang
ditetesi dengan Lugol berubah menjadi biru kehitaman dimana pada saat
ditutupi dengan kertas alumunium warna daun tetap pucat, sedangkangkan
pada daun yang tidak tertutupi, warnanya menjadi biru kehitaman.
sehingga dapat dikatakan bahwa pada bagian daun yang tidak ditutupi
kertas alumunium terdapat amilum, sedangkan pada daun yang ditutupi
kertas alumunium tidak terdapat amilum.

Adapun faktor kesalahan pada uji Sachs yaitu dalam membungkus


alumunium foil dalam keadaan yang tidak tepat. Dimana dilakukan pada
waktu hari mulai gelap, padahal seharusnya pada saat tengah hari.
Sehingga dalam percobaan tersebut kurang maksimal. Dimana pada daun
yang tidak tertutup dan tertuto alumimum foil tidak terlalu jelas
perbedaanya. Sedangkan pada uji Ingenhousz yaitu pada corong kaca dan
gelas beaker yang tidak rapat posisinya sehingga menyebabkan adanya
udara dari luar yang masuk. Kemudian hasil pada uji ingenhousz yaitu pada
sampel yang diberi medium NaHCO3 dimana seharusnya menghasilkan
banyak gelembung karena pada larutan tersebut sebagai sumber CO2
akan mempercepat laju reaksi. Namun karena keterbatasan waktu
sehingga tidak sempat melekukan uji pada sampel tersebut.

Pada percobaan ingenhousz dilakukan menggunkan sampel daun Hidrylla


verticillata yang diberi perlakuan pada kondisi yang berbeda-beda. Yaitu
sampel dimasukkan kedalam corong terbalik dan ditutupi dengan tabung
reaksi. Kemudian dilapisi plastik dengan warna berbeda- beda. Setelah itu
masing masing sampel diamati berapa rasio gelembung yang muncul
dalam interval waktu selama 15 menit. Perbedaan rasio gelembung yang
muncul merupakan bukti bahwa proses fotosintesis juga dipengaruhi oleh
warna plastik kondisi suhu, ketersediaan air dan cahaya. Buktinya pada

36
plastic merah memiliki jumlah 15 gelembung lebih banyak selama 15 menit
sedangkan plastic ungu memiliki jumlah gelembung 11 selama 15
menit dan plastic hijau 11 gelembung selama 15 menit.

Pada data di atas jumlah gelembung terbanyak pada gelas beaker


yang ditutupi plastik ungu, hal ini di karenakan cahaya matahari
mengandung spektrum warna : merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan
ungu. Masing- masing warna memiliki panjang gelombang yang
berbeda. Tidak semuanya dipakai dalam proses fotosintesis. Namun,
proses fotosintesis akan lebih efektif pada warna cahaya ungu. Hal ini di
karenakan pigmen klorofil lebih banyak menyerap cahaya merah
dibandingkan cahaya hijau dan merah.

4.2.8. Ekosistem
Ekosistem tersusun atas komponen-komponennya, yaitu komponen biotik
dan komponen abiotik. Komponen biotik merupakan komponen penyusun
ekosistem yang terdiri dari makhluk hidup, contohnya tumbuhan, hewan,
dan mikroorganisme. Komponen abiotik merupakan komponen penyusun
ekosistem yang terdiri dari semua benda mati, contohnya air,tanah, cahaya,
dan udara (Gunawan Susilowarno, 2007).

Daerah teduh merupakan daerah yang rimbun akan pepohonan tanah


pada daerah teduh kayak akan zat hara dan air yang membuat banyak
jenis tumbuhan yang dapat hidup di daerah ini dalam pengamatan yang
Saya lakukan diperoleh suhu 30 derajat celcius kelembaban udara 72,4 ℅
Dan tiupan angin 8,9 km/h, 6,5 km/h, 6,5 km/h.

Daerah padang rumput merupakan salah satu kelompok ekosistem


daratan yang terbentuk secara alami dalam pengamatan yang saya
lakukan diperoleh suhu 30 derajat celcius kelembaban udara 72,4%, 76,6%,
76,6℅ dan tiupan angin 6,5 km/h, 6,5 km/h, 6,5 km/h.

Padang tandus merupakan suatu daerah tandus terlihat gersang dan


tanahnya kekurangan zat hara dan air sehingga tumbuhan jarang hidup di
daerah tandus dalam pengamatan yang saya lakukan diperoleh suhu 30
derajat celcius kelembaban udara 72,4% 72,4% 76,6% dan tiupan
angin
8,9 km/h.

Adapun jenis tumbuhan yang dominan ditemukan pada ketiga habitat yang
telah kami amat yaitu cyprus rotundus. Sedangkan jenis hewan
yang dominan ditemukan pada ketiga habitat tersebut adalah semut
(lasius flarus).

37
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
5.1.1. Pengenalan dan Penggunaan Alat Mikroskop
Mikroskop merupakan alat yang digunakan untuk membantu seorang
praktikan untuk melihat objek yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata
telanjang. Adapun bagian-bagian mikroskop yaitu, lensa okuler, lensa
objektif, tabung mikroskop, kondensor, revolver, penjepit preparat, meja
preparat pemutar kondensor, pengatur penjepit preparat, pengunci tabung
tubulus, tombol pengatur fokus kasar, tombol pengatur fokus halus, lampu,
saklar lampu, saklar lampu, pengatur intensitas cahaya.Mikroskop memiliki
sifat bayangan sementara, semu, dan terbalik, sehingga kertas yang
bertuliskan huruf “d” saat diamati di bawah mikroskop akan terlihat
menjadi huruf “p”.

Butir pati kentang yang ditetesi iodin, berubah warna menjadi keungu-
unguan dan memperlihatkan bagian pati kentang berupa lengkungan-
lengkungan tipis di tiap sel, yaitu hilum dan lamela. Hilum adalah titik awal
lamela sedangkan lamela adalah lapisan-lapisan amilum yang
terbentuk karena perbedaan kadar air dan pemadatan molekul
pada awal pertumbuhan amilum.

5.1.2. Pengamatan sel


Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa Sel gabus
pada ubi kayu merupakan sel mati karena tidak terdapat inti sel maupun
organel lainnya yang menyusun sel tersebut, kecuali dinding sel. Sel ini
berbentuk heksagonal atau persegi enam. Sel pada bawang merah adalah
sel hidup pada tumbuhan, yang membuktikan bahwa sel bawang
merah hidup karena terdapat inti sel pada bawang merah.

Daun Hydrilla verticilata yang kami amati hanya menemukan


adanya dinding sel dan tidak menemukan organel lainnya. Sel epitel
rongga mulut ini tergolong sebagai sel hewan. Sel epitel rongga mulut
saling berkaitan satu sama lain dan tidak memiliki bentuk yang tetap. Sel
darah terdapat eritrosit, limposit, neutrofil, basofil, eosinofil dan
monosit. Dalam darah terdapat sel darah merah yang disebut eritrosit
dan sel darah putih atau leukosit.

5.1.3. Pengamatan tumbuhan


Bentuk daun dikotil menyirip dan daun terbagi menjadi beberapa ujung
daun sehingga bagian daun seperti menjari. Bentuk daun monokotil
dikatakan sejajar karena bagian ujung daunnya hanya terdapat satu ujung
daunnya saja.Sistem perakaran pada tumbuhan monokotil dan dikotil
keduanya berbeda, sistem perakaran tunggang pada tumbuhan dikotil.
Akar terdiri atas akar besar dengan beberapa cabang yang ranting akar

38
merupakan perkembangan dan akar primer dari biji berkecambah.
Sedangkan system perakaran serabut pada tumbuhan monokotil. Akar
terdiri dari sejumlah akar kecil ramping, dan berukuran sama.

Batang monokotil sama dengan batang dikotil, memiliki epidermis, korteks


dan stele. Korteks bisa berkembang baik atau tidak nyata. Struktur
dan susunan berkas vaskuler terutama yang membedakan batang dikotil
dan monokotil. Berkas vaskuler monokotil tidak memiliki kambium,
sehingga tidak mengalami penebalan sekunder. Daun juga terdiri
dari daun tumbuhan monokotil dan dikotil.Secara umum jaringan pada
tumbuhan terdiri atas tiga jaringan yaitu jaringan kulit (epidermis),
jaringan dasar (parenkima),dan jarinagan pengangkut (vaskuler). Bunga
kembang kertas (Bougainvillea spectabilis) yaitu bunga tumbuhan
monokotil yang memiliki mahkota, kepala putik, tangkai putik, benang
sari, dan tangkai bunga. Sedangkan bunga kembang sepatu (Hibiscus
rosa-sinensis. L ) yaitu bunga dikotil yang memiliki mahkota, tangkai,
putik, kepala putik, bakal biji, kelopak dan juga tangkai bunga.

5.1.4. Pengamatan hewan


Katak (fejervarya cancrivora) merupakan amphibia yang secara tipikal
dapat hidup di air tawar dan di darat. Sebagian besar mengalami
metamorfosis dari berudu (akuatis dan bernafas dengan insang) ke dewasa
(bernafas dengan paru-paru). Morfologi Katak terbagi menjadi lima bagian
yaitu kepala (Caput) yang terdiri dari mata, lubang hidung, mulut dan
telinga. Badan (Truncus) yang terdiri dari telinga hingga kloaka dan yang
terakhir yaitu bagian ekor (Cauda) yang memiliki bentuk bulat meruncing ke
ujung. Katak mempunyai sepasang anggota depan (Extrimitas anterior),
dan sepasang anggota belakang (Extrimitas posterior). Saluran
pencernaan pada katak meliputi: rongga mulut, kerongkongan
(Esophagus), lambung (Gatrum), pylorus, duodenum, intestine,
mesenterium, rectum, cloaca, hepar, ductus hepaticus, vesica felea,
ductus cysticus, pankreas, dustus pancreaticus, dan ductus
choleodocus. Alat pernapasan pada katak berupa insang, kulit, dan
paru-paru. Berudu bernafas dengan insang luar. Katak dewasa bernafas
menggunakan paru-paru.

Sistem peredaran darah pada katak adalah peredaran darah tertutup dan
ganda. Peredaran darah ganda yaitu, darah melalui jantung sebanyak dua
kali dalam sekali peredarannya. Darah dari jantung menuju ke paru-
paru dan kembali ke jantung, kemudian darah dari seluruh tubuh menuju
jantung dan diedarkan kembali ke seluruh tubuh. Alat ekskresi utama pada
katak adalah sepasang ginjal yang terdapat di kanan kiri tulang
belakang, berwarna kecoklat-coklatan yang memanjang ke belakang.
Pembuahan pada katak dilakukan di luar tubuh.

5.1.5. Hukum Mendel


Hukum Mendel II ini dapat dijelaskan melalui persilangan dihibrida, yaitu
persilangan dengan dua sifat beda, dengan dua alel berbeda, Hukum
Mendel ke-II menyatakan bahwa apabila 2 individu memiliki 2 pasang sifat
atau lebih maka diturunkannya sifat secara bebas tidak bergantung pada
pasangan sifat yang lainnya.

39
Pada proses persilangan akan dihasilkan gen yang bersifat dominasi penuh
dan bersifat dominasi sebagian/intermediat. Dominasi penuh merupakan
sifat dominan yang paling banyak muncul atau sifat yang menutupi,
sedangkan dominasi sebagian/intermediat adalah sifat yang akan tampak
dan merupakan campuran dari dua sifat.

5.1.6. Pengamatan Proses Terjadinya Transpirasi


Transpirasi merupakan proses mengeluarkan air pada tumbuhan melalui
stomata, lentisel atau kutikula. bahwa tabung yang berisi minyak dan
tanaman mengalami proses transpirasi dibandingkan dengan tabung yang
hanya berisi minyak dan air tanpa tanaman. Namun pada semua
tabung terdapat gelembung. Hal ini dikarenakan tabung yang berisi
minyak terhambat transpirasi sehingga gelembung terkumpul dalam
tabung.

Minyak berfungsi sebagai penyangga agar uap tidak keluar dari tabung.
Setiap 10 menit, banyak gelembung yang dihasilkan dari setiap percobaan
selama 4x percobaan. Dan akibat sinar matahari, angin kelembaban udara,
stomata, temperatur, dan lentisel yang dapat mempengaruhi fotosintesis.
Faktor dari dalam yang dapat mempengaruhi laju transpirasi adalah besar
kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapiskan lilin atau
tidaknya permukaan daun, banyak sedikitnya bulu di permukaan daun,
banyak sedikitnya stomata dan bentuk serta lokasi stomata.

5.1.7. Pengamatan Peristiwa Fotosintesis


Fotosintesis adalah proses pembentukan karbohidrat pada
tumbuhan melalui klorofil dengan bantuan cahaya matahari. Faktor-faktor
yang mempengaruhi laju fotosintesis adalah warna cahaya, suhu dan air.
Pada percobaan ingenhousz, membuktikan bahwa fotosimtesis
menghasilkan oksigen. Jika tanaman tersebut diberi cahaya maka
gelembung udara yang ditimbulkan semakin banyak begitupun
sebaliknya. Perbedan rasio gelembung yang muncul merupakan bukti
bahwa proses fotosintesis juga dipengaruhi oleh warna plastik kondisi
suhu, ketersediaan air dan cahaya. Buktinya pada plastik warna merah
memiliki jumlah 15 gelembung lebih banyak selama 15 menit,
Sedangkan plastik ungu memiliki jumlah gelembung 11 selama 15
menit dan plastik hijau 11 gelembung selama 11 menit. Plastik warna merah
lebih banyak menghasilkan gelembung karena memiliki panjang
gelombang pendek.

Pada percobaan Sachs, membuktikan terbentuknya amilum pada proses


fotosintesis oleh tumbuhan. Pada percobaan Sachs, daun yang ditutupi
dengan kertas timah menunjukkan perubahan warna lebih pucat.
Tumbuhan menangkap cahaya menggunakan pigmen hijau (klorofil).
Adapun faktor kesalahan pada uji Sachs yaitu dalam membungkus
alumunium foil dalam keadaan yang tidak tepat karena dilakukan pada
waktu hari mulai gelap, padahal seharusnya pada saat tengah hari.
Sehingga dalam percobaan tersebut kurang maksimal karena pada daun
yang tidak tertutup dan tertutup alumimum foil tidak terlalu jelas
perbedaannya.

40
5.1.8. Ekosistem
Daerah teduh merupakan daerah yang rimbun akan pepohonan tanah pada
daerah teduh kayak akan zat hara dan air yang membuat banyak jenis
tumbuhan yang dapat hidup di daerah ini dalam pengamatan yang Saya
lakukan diperoleh suhu 30 derajat celcius kelembaban udara 72,4 ℅ Dan
tiupan angin 8,9 km/h, 6,5 km/h, 6,5 km/h.

Daerah padang rumput merupakan salah satu kelompok ekosistem daratan


yang terbentuk secara alami dalam pengamatan yang saya lakukan
diperoleh suhu 30 derajat celcius kelembaban udara 72,4%, 76,6%, 76,6℅
dan tiupan angin 6,5 km/h, 6,5 km/h, 6,5 km/h.

Padang tandus merupakan suatu daerah tandus terlihat gersang dan


tanahnya kekurangan zat hara dan air sehingga tumbuhan jarang hidup di
daerah tandus dalam pengamatan yang saya lakukan diperoleh suhu 30
derajat celcius kelembaban udara 72,4% 72,4% 76,6% dan tiupan angin 8,9
km/h.
5.2 Saran
Sebelum melakukan percobaan praktikan harus menguasai materi terlebih
dahulu dan Menguasai prosedur kerja Sehingga ketika percobaan dilakukan
tidak terjadi kesalahan. Mengenai laporan lengkap praktikan harus lebih
memperhatikan format penulisan yang telah ditentukan

41
DAFTAR PUSTAKA

Amin, M. 1990. Anatomi Hewan. Balai Pustaka: Jakarta.

Arianto,Erik. 2008. Laporan Praktikum Genetika persilangan Monohibrid.Jakarta

Arie, Usri. 1999. Pembibitan dan Perbesaran Bullfrog. Penebar Swadaya, Jakarta.

Bintang, Maria. 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Erlangga.Jakarta.

Brotowidjoyo. 1989. Zoologi Dasar. Erlangga. Jakarta

Clark.L.George. 2007.IlmuPengetahuan Alam Populer jilid 5.

Delvin. 1983. Plant Phisiology : Williard grant press Boston.

Djarubito. 1989. Zoologi Dasar. Jakarta. Erlangga.

Djuhanda, T. (1982). Anatomi dari empat Hewan Vertebrata. Armico: Bandung.

Duellman, W.E dan Trueb. 1986. Biology of Amphibians. McGraw – Hill Book
Company: New York.

Dwijoseputro, D. 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta.


Erlangga.Jakarta.

Fahn, A. 1991. Anatomi Tumbuhan. Edisi Ketiga.Gadjah Mada University


Press, Yogyakarta..

Fandri, (2008). Hukum Mendel I, Bengkulu.Tarsito.

Filter, A. H. dan R. K. M. Hay. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. UGM Press.


Yogyakarta.

Guritno, B. dan Sitompul, S. M. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman.UGM Press.


Yogyakarta.

Heddy, S. 1990. Biologi Pertanian. Rajawali Press. Jakarta.

Hidayat, E. B, dan T. S Suradinata. 1990. Penuntun Praktikum Anatomi Tumbuhan. F-


MIPA IT, Bandung.

Hidayat, E.B. 1990. Dasar-dasar Struktur Dan Perkembangan Tumbuhan. ITB,


Bandung.

Indonesia.Jakarta.
Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan (Vertebrata dan Invertebrata). Sinar
Wijaya: Surabaya.

Jawets, Melnick. 2006. Mikrobiologi Kedokteran. Bandung. Salemba Media.

Kartasapoetra, A. G. 1988. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan (Tentang Sel dan


Jaringan). Bina Aksara, Jakarta.

Kimball. 2000. Biologi Umum. Jakarta. Erlangga.

42
Kimball.1975. Plant physiology third edition. New York: D. van Nostrand

Kimball.2003. Biologi.Jakarta. Erlangga.

Kusumawati, Rohana. L.H., Dewi, M.R. 2014. Detik-Detik Ujian Nasional Bologi. Klaten.
Intan Pariwara.

Lakitan, B. 1993. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Lakitan, B. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Muswita, Yelianti, Upik, 2017. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Universitas


Jambi:Jambi.

Pratiwi. 2006. Biologi. Jakarta. Erlangga.

Prawiro. 1997. Biologi Sains. Bumi Aksara. Jakarta.

Purba, M. 1999. Kimia. Erlangga.Jakarta.

Purba, M. 1999. Kimia. Erlangga. Jakarta.

Rachmadiarti, Pratiwi, D.A, Sri Maryati, Suharno. 2007. Biologi Umum. Surabaya.
Unesa Unipress.

Radiopoertro. 1983. Zoologi. Erlangga: Jakarta.

Rompas, Y., H.L. Rampe, dan M.J. Rumondor. 2011. Struktur Sel Epidermis dan
Stomata Daun Beberapa TumbuhanSuku Orchidaceae. Jurnal bioslogos. 1(1): 1-19.

Salisbury, dan Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. ITB Press. Bandung.

Sitompul, S. M. dan Guritno. B. 1995. Pertumbuhan Tanaman. UGM Press.


Yogyakarta.

Soedirokoesoemo, Wibisono. 1993. Materi Pokok Anatomi dan Fisiologi


Tumbuhan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan:Jakarta.

Sowasono, Haddy. 1987. Biologi Pertanian. Rajawali Press. Jakarta.

Sugiharo. 2007. Biologi untuk SMA/MA kelas XII. Surakarta. Sindhunata.

Suryo.1990 .Genetika. UGM Press: Yogyakarta.

Susanto, R. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Kanisius:Yogyakarta

Susilawati, Lela. 2013. Keragaman karakter morfologi bakteri indigenous yang


diisolasi dari lendir katak sawah ( F. cancrivora) lokal pada bagian dorsal dan ventral.
UIN Sunan Kalijaga, 2, pp. 24

Syamsuri, Istamar, dkk. 2004. Biologi. Jakarta : Erlangga.

Syamsuri. 2003. Biologi 2000. Jakarta. Erlangga.

Tjirosoepomo,H.S. 1998. Botani umum. UGM Press. Yogyakarta.

Tjitrosoepomo, H.S. 1998. Botani Umum. UGM Press. Yogyakarta.

43
Villee, C. A., W. F. Walker & R. D. Barries. 1988. General Zoology. Philadelphia: W. B.
Sauders Company.

Volk dan Wheeler. 1984. Mikrobiologi Dasar Edisi Kelima Jilid I. Erlangga. Jakarta

Volk dan Wheeler.1984. Mikrobiologi Dasar Edisi Kelima Jilid I.


Widyadar.Yogyakarta.

Wilkins, M. B. 1989. Fisologi Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta. Winarno. F. G.

2002. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Jakarta. Winatasasmita, D. dkk,

1999. " Biologi Umum". Jakarta : Universitas terbuka. Winatasasmita,D.

1986. Fisiologi Hewan dan Tumbuhan.Universitas

Woelaningsih,S. 2001. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan II.Fakultas Biologi


UGM.Yogyakarta.

Yatim, Wildan .2003 .Genetika.Tarsito: Bandung.

44
LEMBAR ASISTENSI

Nama : Nadia Aulia Rizki


Nim : G 101 21 006
Kelompok : 1 (satu)
Asisten : Andi Fauzan Firmansyah

No. Tanggal Koreksi Paraf

45
LAMPIRAN

46
Biografi

Bismillah
Assalamualaikum.....
Halo saya nadia aulia rizki, tempat tanggal lahir yakni di sibayu,
pada tanggal 13 maret 2003, merupakan anak ketiga dari
pasangan suami istri lukman dan masinda. Penulis saat ini
bertempat tinggal di layana sosial, penulis memulai
pendidikannya di SDN 4 Sibayu, kemudian melanjutkan
pendidikannya di SMPN 6 Dampelas, setelah lulus pada tahun
2018 penulis masuk di SMAN 3 Balaesang pada tahun 2021,
penulis melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi negeri
yaitu Universitas Tadulako, Fakultas Matematika dan
Ilmu
Pengetahuan Alam, jurusan Fisika. Motto hidup Penulis, ingin bermanfaat untuk orang
lain, penulisan sangat suka terhadap sesuatu yang berbau pantai, gemar
membaca dan suka terhadap hal-hal baru yang menantang.

47

Anda mungkin juga menyukai