MODUL KULIAH

KODE : TK234305
NAMA : TRANSFER MOMENTUM

SUGENG WINARDI
MOHAMMAD IRWAN FATKHUR ROZY

1
 Modul#5
FLOW MEASUREMENT

2
 LATAR BELAKANG

• Dalam proses industri kimia (pabrik kimia),

parameter yang perlu diukur dan dikontrol
adalah tekanan dan laju aliran fluida dalam
sistem perpipaan dan alat-alat proses
• Tujuan pengukuran laju aliran fluida :
• Mengetahui aliran massa
• Mengontrol aliran massa

3
 TIPE ALAT UKUR ALIRAN FLUIDA

• Positive displacement (reciprocating piston,

nutating disc, rotary piston, rotary vane)
• Variable area meter (rotameter, turbine meter)
• Acoustics (ultrasonic, doppler method)
• Electrically heated (hot wire & hot film)
• Variable head meter (pitot tube, orifice,
venturi, flow nozzle)

4
POSITIVE DISPLACEMENT

5
ROTARY VANE METER

6
ROTARY VANE METER

7
VARIABLE AREA METER

8
ROTAMETER

9
ROTAMETER

10
 ROTAMETER

• Fluida masuk dari dasar tappered glass tube,

mengalir melalui annular area sekeliling tube.
• Float (pelampung) tetap diam, differential head
atau pressure drop dipertahankan konstan.
• Pada flow rate yang lebih besar pelampung naik dan
annular area bertambah untuk mempertahankan
pressure drop konstan
• Tinggi kenaikan pelampung dalam tube dikalibrasi
dengan flow rate → hubungan pembacaan meter
flow rate adalah mendekati linier

11
TURBINE METER

1 Housing
2 Guide body
3 Rotor
4 Bearing
5 Outlet
6 Electrical connections

12
ELECTRICALLY HEATED

13
HOT-WIRE & HOT-FILM ANEMOMETER

Hot wire Hot film

14
ACOUSTIC

15
LASER DOPPLER ANEMOMETER

Display

16
ULTRASONIC FLOWMETER

Pulse type

Doppler-shift type
17
VARIABLE HEAD METER

18
 PRINSIP PENGUKURAN

• Pengukuran laju alir fluida dapat dilakukan

dengan menggunakan persamaan Bernoulli
• Alat pengukur laju alir fluida : pitot tube,
venturi meter, flow nozzle, orifice meter
• Beda tekanan dapat diukur dengan
menggunakan manometer

19
 BERNOULLI EQUATION

1 2 2
𝑝2 − 𝑝1
𝑣2𝑎𝑣 − 𝑣1𝑎𝑣 + 𝑔 𝑧2 − 𝑧1 + + Σ𝐹 + 𝑊𝑠 = 0
2𝛼 𝜌

No mechanical energy is No friction (Σ𝐹 = 0) → inviscid

added 𝑊𝑠 = 0 fluid 𝜇 = 0

2 2
𝑣1𝑎𝑣 𝑝1 𝑣2𝑎𝑣 𝑝2 Bernoulli
𝑧1 𝑔 + + = 𝑧2 𝑔 + + Equation
2 𝜌 2 𝜌

20
 VELOCITY PROFILES IN PIPES

• Ketika fluida mengalir

dalam pipa dan
kecepatannya diukur pada
jarak berbeda dari dinding
pipa ke pusat pipa, fluida
pada pusat pipa mengalir
r/R

dengan kecepatan lebih

besar daripada fluida
dekat dinding baik aliran
laminer atau turbulen
v/vmax

21
 VELOCITY PROFILES IN PIPES

• Fluida pada center of the

pipe bergerak lebih cepat
daripada fluida dekat dinding
• v=local velocity pada posisi
tertentu, vmax= the maximum
velocity pada center of the
pipe
r/R

• Kecepatan pada dinding

adalah nol
• Profil kecepatan adalah
parabola untuk laminar flow;
v/vmax kurva adalah agak datar pada
center untuk turbulent flow
22
VELOCITY PROFILES IN PIPES

• Pada beberapa aplikasi

rekayasa hubungan
antara 𝑣𝑎𝑣 dan 𝑣𝑚𝑎𝑥
adalah berguna karena
𝑣𝑚𝑎𝑥 dapat diukur
• 𝑣𝑎𝑣 Τ𝑣𝑚𝑎𝑥 adalah
tepat 0.5 untuk laminar
flow; 𝑣𝑎𝑣 Τ𝑣𝑚𝑎𝑥
sekitar 0.8 untuk
turbulent flow
tergantung pada
bilangan Reynolds.
23
PITOT TUBE

static pressure
hole

impact
tube

24
 PITOT TUBE

• Fluida mengalir menuju ujung pipa pitot pada point 2;

tekanan pada titik ini bertambah dan kemudian tetap
stationer (disebut “stagnation point”)
• Perbedaan tekanan stagnasi pada point 2 dan tekanan
statis yang diukur oleh static tube (manometer)
menunjukkan kenaikan tekanan yang berhubungan
dengan penurunan kecepatan fluida.
• Bila fluida incompressible, maka persamaan Bernoulli
pada point 1 (𝑣1 kecepatan undisturbed fluid) dan point
2 (𝑣2 = 0)
v12 p1 v22 p2
z1 g + + = z 2 g + +
2  2 
25
 PITOT TUBE

2 ( p2 − p1 )
v = Cp


• 𝑣 = 𝑣1 kecepatan undisturbed fluid

• 𝐶𝑝 = koefisien (0,98 – 1,0)
• 𝑝2 − 𝑝1 = ∆𝑝 dihubungkan dengan pembacaan
manometer ∆ℎ :
∆𝑝 = ∆ℎ 𝜌𝑚 − 𝜌
• pitot tube dapat mengukur kecepatan titik → 𝑣𝑚𝑎𝑥

26
VENTURI

27
 VENTURI

• Fitur :
• aplikasinya mudah dg disisipkan langsung ke
pipeline
• memerlukan ruang relatif besar
• diameter leher venturi tetap
• harganya mahal tetapi frictional loss kecil
• Manometer atau alat ukur lain dihubungkan ke dua
pressure taps yang akan mengukur beda tekanan
pada point 1 dan 2.

28
 VENTURI

• Kecepatan rata2 𝑣1 pada point 1 dimana

diameter pipa 𝐷1 , dan 𝑣2 pada point 2 (leher)
dengan diameter 𝐷2 .
• Karena luas penampang aliran kontraksi dari 𝐷1
ke 𝐷2 dan ekspansi dari 𝐷2 ke 𝐷1 → terjadi
frictional loss
• Untuk pipa horisontal, maka persamaan Bernoulli
:
v12 p1 v22 p2
+ = +
2  2 

29
 VENTURI

• Persamaan kontinyuitas untuk fluida inkompresibel :

 D12  D22
v1 = v2
4 4
• Kombinasi pers. Bernoulli & pers. Kontinyuitas:
1 2 ( p1 − p2 )
v2 =
1 − (D2 D1 ) 
4

• Untuk memperhitungkan adanya frictional losses :

CV 2 ( p1 − p2 )
v2 =
1 − (D2 D1 ) 
4

• Untuk 𝑁𝑅𝑒 ≥ 104 , 𝐶𝑉 = 0,98 untuk 𝐷𝑝𝑖𝑝𝑒 < 0,2 m ; 𝐶𝑉 =

0,99 untuk 𝐷𝑝𝑖𝑝𝑒 > 0,2 m 30
 VENTURI
• Venturi meter dapat mengukur kecepatan rata2, maka
flow rate :
 D22
flow rate = v2
4
• Untuk pengukuran aliran fluida kompresibel, terjadi
ekspansi adiabatis dari 𝑝1 ke 𝑝2 . Maka :
CV A2Y 2 ( p1 − p2 )
m=
1 − (D2 D1 ) 
4

• dimana 𝑌= faktor ekspansi; 𝐴2 = luas penampang pada

titik 2
• permanent frictional losses pada venturi sekitar 10%
dari 𝑝1 − 𝑝2 karena ada rekoveri pressure drop pada
aliran di hilir 31
FAKTOR EKSPANSI UDARA

32
 FLOW NOZZLE

• Fitur :
• aplikasinya mudah dg disisipkan langsung ke
pipeline
• memerlukan ruang relatif kecil
• diameter leher nozzle tetap
• frictional loss kecil
• Manometer atau alat ukur lain dihubungkan kedua
pressure taps yang akan mengukur beda tekanan
pada point 1 dan 2.

33
FLOW NOZZLE

34
FLOW NOZZLE

35
KOEFISIEN FLOW NOZZLE

36
ORIFICE METER

37
ORIFICE

Sharp-edged orifice
plate

38
 ORIFICE

• Konstruksi sederhana terdiri dari papan berlubang,

dan instalasi mudah, tetapi permanent frictional
loss besar
• Posisi pressure tap pada point 1 sekitar satu
diameter pipa ke upstream, pada point 2 sekitar
0,3 – 0,8 diameter pipa ke downstream → beda
tekanan yang terbesar
• Aliran fluida setelah melewati orifice segera
membentuk “vena contracta” atau “free flowing
jet”

39
PERMANENT FRICTION LOSS ORIFICE

40
 ORIFICE

• Persamaan untuk orifice :

CO 2 ( p1 − p2 )
vO =
1 − (DO D1 ) 
4

• Dimana 𝐶𝑂 adalah koefisien orifice yang ditentukan

secara eksperimen; 𝐶𝑂 = 0,61= konstan bila 𝑁𝑅𝑒 >
20.000 dan 𝐷𝑂 Τ𝐷1 < 0,5

41
KOEFISIEN ORIFICE & ROTAMETER

42
 ORIFICE

• Untuk fluida kompresibel :

CO AOY 2 ( p1 − p2 )
m=
1 − (DO D1 ) 
4

43
TYPICAL FLOW IN DIFFERENCE METER

44
 EXAMPLE #1 (3.2-1)
Flow Measurement Using a Pitot Tube

A pitot tube similar to Fig. 3.2-1a is used to measure the airflow in a

circular duct 600 mm in diameter. The flowing air temperature is
65.6°C. The pitot tube is placed at the center of the duct and the
reading ∆ℎ on the manometer is 10.7 mm of water. A static
pressure measurement obtained at the pitot tube position is 205
mm of water above atmospheric. The pitot tube coefficient 𝐶𝑝 =
0.98.
(a) Calculate the velocity at the center and the average velocity.
(b) Calculate the volumetric flow rate of the flowing air in the duct.

45
 EXAMPLE #2 (3.2-2)
Metering Oil Flow by an Orifice

46
 EXAMPLE #3
Kerosene mengalir melalui venturi meter seperti
ditunjukkan pada gambar dengan flow rates 0.005 and
0,050 m3/s.
Tentukan beda tekanan, 𝑝1 − 𝑝2 yang diperlukan untuk
mengukur flow rate tersebut

47
 EXAMPLE #4
Air mengalir melalui pipa berdiameter 3,068 in. Pengukuran
dengan venturi meter seperti gambar menunjukkan bahwa
kecepatan air melalui pipa tersebut 𝑣1 =1,676 m/s. Bila
tekanan 𝑝1 =68,9 kPa absolut, berapa tekanan 𝑝2 bila leher
venturi berdiameter 2,067 in untuk posisi pipa horisontal
dan vertikal (arah aliran keatas).

𝑣1

0,457m

48
OWARI DESU

49