Anda di halaman 1dari 14

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

Lihat diskusi, statistik, dan profil penulis untuk publikasi ini di:https://www.researchgate.net/publication/329573061

Sistem adsorpsi-desorpsi untuk penghilangan CO2 pada biogas menggunakan adsorben


berbahan dasar zeolit alam

Artikeldi dalamJurnal Sains dan Teknologi Teknik · Oktober 2018

KUTIPAN BACA
6 722

6 penulis, termasuk:

Irvan Matseh Bambang Trisakti


Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
70PUBLIKASI683KUTIPAN 54PUBLIKASI501KUTIPAN

LIHAT PROFIL LIHAT PROFIL

Seri Maulina Rivaldi Sidabutar


Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
38PUBLIKASI264KUTIPAN 11PUBLIKASI54KUTIPAN

LIHAT PROFIL LIHAT PROFIL

Semua konten setelah halaman ini diunggah olehBambang Trisaktipada tanggal 03 Agustus 2020.

Pengguna telah meminta penyempurnaan file yang diunduh.


Jurnal Teknik Sains dan Teknologi Vol. 13, No.10
(2018) 3058 - 3070
© Sekolah Teknik, Universitas Taylor

ADSORPSI - SISTEM DESORPSI CO2PENGHILANGAN BIOGAS


DENGAN MENGGUNAKAN ADSORBEN BERBASIS ZEOLIT ALAM

IRWAN1,2,*, BAMBANG TRISAKTI1,2, SERI MAULINA1,2,


RIVALDI SIDABUTAR1, Iriany1,MOHD SOBRI TAKRIFF3

1Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera


Utara, Medan, 20155, Indonesia
2Pusat Unggulan Energi dan Biomaterial Berkelanjutan, Universitas Sumatera Utara,
Medan, 20155, Indonesia
3Pusat Penelitian Teknologi Proses Berkelanjutan, Fakultas Teknik dan Dibangun
Lingkungan Hidup, Universiti Kebangsaan Malaysia, UKM, Bangi, Selangor DE, Malaysia
* Penulis Koresponden: irvan@usu.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menghilangkan CO2dari udara-CO2campuran
menggunakan pelet adsorben berbahan dasar zeolit alam melalui adsorpsi dan
untuk meregenerasi adsorben menggunakan udara melalui desorpsi. Percobaan
dilakukan untuk menentukan persentase CO2karakteristik kurva penghilangan
dan terobosan dengan memvariasikan laju aliran udara-CO2campuran dan jenis
pelet adsorben. sisa CO2Kandungan gas yang dimurnikan dianalisis setiap menit
dan disimpan di pengumpul gas. Udara murni dengan suhu sekitar 30 hingga 40
°C dialirkan melalui kolom untuk desorpsi CO2dalam adsorben pelet jenuh. Hasil
menyimpulkan bahwa persentase CO terbaik2Penyisihan sebesar 92,5%
menggunakan pelet adsorben dengan ukuran partikel 140 mesh, suhu kalsinasi
400 °C selama empat jam dan laju aliran gas campuran 200 ml/menit. Karakteristik
ini juga menggambarkan CO optimum2desorpsi yang dicapai pada suhu udara 40
°C dan laju alir 200 ml/menit selama 20 menit. Kesetimbangan adsorpsi dipasang
menggunakan isoterm Langmuir dengan R2nilai korelasi sebesar 0,9962.
Pemodelan kinetika adsorpsi untuk menggambarkan kurva terobosan
menggunakan kinetika pseudo-order dan Elovich. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kinetika pseudo-order memberikan hasil yang baik pada kondisi operasi.

Kata Kunci : Adsorpsi, Biogas, Karbon dioksida, Desorpsi, Zeolit.

3058
Adsorpsi - Sistem Desorpsi CO2Penghapusan Biogas menggunakan Natural. . . .3059

1. Perkenalan
Pada tahun 2016, produksi kelapa sawit di Indonesia mencapai 35 juta ton yang diperoleh
dari 10,8 juta hektar perkebunan [1, 2]. Setiap ton minyak sawit mentah menghasilkan 2,5 ton
limbah cair pabrik kelapa sawit (POME). Pada tahun 2015, Indonesia memproduksi 79,2 juta
ton atau setara dengan 89,7 juta m33POME [3]. Jika 1 m3POME dapat menghasilkan 28 m3
biogas [4], maka negara ini dapat memproduksi 2511,6 juta m33biogas, dimana 1 m3biogas
dapat menghasilkan listrik sebesar 2 kWh dengan total potensi listrik sebesar 5,02 miliar kWh
per tahun [5].

Salah satu permasalahan dalam konversi biogas dari POME adalah tingginya CO yang
tidak diinginkan2kandungan dalam biogas. Biogas terdiri dari 55%–70% CH4, 30%–45% CO2
dan komponen lain dalam jumlah kecil, seperti H2S (1000 ppm–3000 ppm), NH3(80 ppm–100
ppm) dan hidrokarbon (<100 ppm) [6]. Setiap 15 m3biogas dengan 35% CO2
dapat menghasilkan energi 98 kWh, sedangkan 13 m3biogas dengan 5% CO2dapat menghasilkan
energi sebesar 125 kWh [7]. Mengurangi CO2Kadar biogas meningkatkan nilai kalor untuk
menghasilkan energi.

Teknik menghilangkan CO2dari biogas meliputi adsorpsi kimia dan fisik, adsorpsi
ayunan tekanan, pemisahan kriogenik, pemisahan membran, biologi-kimia CO2fiksasi
dan penyerapan [8, 9]. Penelitian ini fokus pada penerapan adsorpsi untuk
menghilangkan CO2. Bahan dengan luas permukaan yang besar dan kapasitas adsorpsi
yang sangat selektif [10] dapat digunakan sebagai adsorben yang ideal untuk CO2
pemindahan. Salah satu adsorben padat yang dapat memurnikan biogas adalah zeolit. Di Indonesia,
cadangan zeolit alam melimpah dan kemurniannya cukup tinggi dengan kandungan silika sebesar
60%. Zeolit alam yang diaktifkan dan dimodifikasi dapat digunakan sebagai adsorben untuk biogas
[11]. Struktur zeolit dapat digunakan untuk adsorpsi H2HAI, CO2, JADI2
dan H2S, tetapi tidak mengadsorpsi CH4[12]. Kemampuan adsorpsi zeolit terhadap gas-gas
ini mencapai 25% [13]. Penelitian ini bertujuan untuk menghilangkan CO2dari udara-CO2
campuran menggunakan pelet adsorben berbahan dasar zeolit alam melalui adsorpsi. CO2
yang teradsorpsi oleh adsorben dihilangkan menggunakan udara segar melalui desorpsi untuk
meregenerasi adsorben, sehingga tercipta proses yang berkesinambungan.

Pemanfaatan zeolit alam sebagai adsorben untuk menyerap CO2telah dipelajari sebelumnya.
Namun pada penelitian ini dilakukan sintesis adsorben berbahan dasar zeolit alam dengan cara
dibentuk terlebih dahulu menjadi pelet kemudian bahan tersebut dikalsinasi. Selain itu, pelet
adsorben berbahan dasar zeolit alami dirancang untuk menghilangkan CO2kandungan dalam
biogas yang dihasilkan dari penelitian sebelumnya [14]. CO2kandungan biogas dalam kisaran 30%–
40% dikurangi menjadi ≤ 10%.

2. Bahan-bahan dan metode-metode

2.1. Bahan
Zeolit alam digunakan sebagai pelet adsorben yang dibeli dari PT. Indah Sari Windu, Jawa Barat,
Indonesia. Dalam penelitian ini, umpan biogas dimodelkan menggunakan udara dan CO2
campuran dengan kandungan CO235%–40% (v/v). Air (H2O) digunakan sebagai bahan
pendukung dan perekat alami untuk membentuk partikel zeolit menjadi pelet.

2.2. Pengaturan eksperimen

Percobaan dilakukan di Laboratorium Ekologi Jurusan Teknik Kimia


Universitas Sumatera Utara. Gambar 1 menunjukkan skala laboratorium

Jurnal Sains dan Teknologi Teknik Oktober 2018, Jil. 13(10)


3060 Irvan dkk. Al.

kolom adsorpsi sebagai pembersih. Adsorpsi dilakukan dalam kolom dengan diameter
dalam 9,1 cm dan tinggi 91 cm. Adsorben ditempatkan pada kolom yang tingginya 45
cm. Kolom tersebut memiliki manometer dan flow meter untuk mengukur tekanan
kolom dan CO udara2laju alir campuran, masing-masing. Peralatan pendukungnya
meliputi ruang udara, pasokan udara, CO2tangki dan mixer inline. Saluran masuk dan
keluar CO2konsentrasi kolom diukur dengan penganalisis biogas SAZQ, yang diproduksi
oleh Beijing Shi'an Technology Instrument Ltd., Cina.
Gas keluar
7

2 11
3
6 9 10
8

4 12
1
Gas masuk

1. Pasokan Udara 7. BERSAMA2Pengatur


2. BERSAMA2Bom 8. Pengukur aliran gas (UW-1457)
3. Ruang udara 9. Jepit dengan dudukan
4. Mixer sebaris 10. Alat pengukur tekanan
5. Kolom Adsorpsi 11. Adsorben Tempat Tidur
6. Pengukur Aliran Gas (UW-1457) 12. Kolektor Gas

Gambar 1. Pengaturan eksperimental.

2.3. Metode
Pembuatan adsorben
Adsorben dengan berbagai ukuran partikel dan perlakuan disintesis. Variasi
ukuran partikel 50, 100 dan 140 mesh, sedangkan variasi suhu kalsinasi
masing-masing pada suhu 200 °C, 300 °C dan 400 °C selama 2, 3 dan 4 jam.
Tabel 1 merangkum jenis seluruh adsorben yang diproduksi dalam penelitian
ini.

Tabel 1. Jenis adsorben utama yang diproduksi pada penelitian ini.


TIDAK. -*S T**
C T*C* * TIDAK. -*S T C** TC*** TIDAK. -*S T**
C
TC***
1 140 400 4 10 140 200 4 19 50 400 4
2 140 400 3 11 140 200 3 20 50 400 3
3 140 300 4 12 140 200 2 21 50 400 2
4 100 400 4 13 100 400 2 22 50 300 4
5 100 400 3 14 100 300 3 23 50 300 3
6 100 300 4 15 100 300 2 24 50 300 2
7 140 400 2 16 100 200 4 25 50 200 4
8 140 300 3 17 100 200 3 26 50 200 3
9 140 300 2 18 100 200 2 27 50 200 2
*
Ukuran partikel zeolit alam (mesh)
**
Suhu kalsinasi (HaiC)
***
Waktu kalsinasi (jam)

Jurnal Sains dan Teknologi Teknik Oktober 2018, Jil. 13(10)


Adsorpsi - Sistem Desorpsi CO2Penghapusan Biogas menggunakan Natural. . . .3061

Adsorpsi
Adsorpsi dilakukan dengan menempatkan adsorben ke dalam kolom. Udara dan CO2
dicampur ke dalam ruang udara sampai konsentrasi CO konstan2sebesar 40% (v/v)
tercapai. Gas campuran dimasukkan ke dalam mixer inline untuk memaksimalkan
pencampuran. Laju aliran gas campuran bervariasi pada 200, 400 dan 600 ml/menit.
Adsorpsi dilakukan selama 30 menit pada tekanan 1 atm. sisa CO2
Kandungan gas yang dimurnikan dianalisis setiap menit dengan alat analisa biogas SAZQ dan
disimpan di pengumpul gas. Data yang dikumpulkan digunakan untuk menentukan CO2
efisiensi penyisihan, kurva terobosan, kesetimbangan adsorpsi, kinetika adsorpsi serta
kapasitas dan waktu terobosan.

Desorpsi
Untuk desorpsi, udara murni digunakan sebagai pembawa pada suhu sekitar berkisar
antara 30 °C hingga 40 °C. Percobaan adsorpsi-desorpsi dilakukan secara seri (terdiri
dari tiga kali proses) dengan menggunakan jenis adsorben yang sama (tipe A) pada laju
aliran gas campuran 200 ml/menit. Adsorben jenuh dari adsorpsi (Jalan 1) diregenerasi
melalui desorpsi pada suhu kamar. Adsorben hasil regenerasi ini digunakan kembali
untuk Run 2 kemudian diregenerasi pada suhu 30°C dan selanjutnya digunakan untuk
Run 3 dan diregenerasi pada suhu 40°C. Udara keluaran dianalisis setiap menit dengan
alat biogas analisa SAZQ hingga kadar CO2konsentrasinya adalah 0. Data yang
dikumpulkan digunakan untuk menentukan CO2efisiensi penghilangan dan waktu siklus
adsorpsidesorpsi.

Kesetimbangan adsorpsi Langmuir

Persamaan (1) [15] menunjukkan bahwa data eksperimen yang diperoleh sesuai dengan
kesetimbangan adsorpsi Langmuir.

Ce 1 Ce (1)
- -
Qe KLQM QM
Di manaQMadalah kapasitas adsorpsi (ml/g),KLadalah konstanta kesetimbangan
Langmuir (ml/g),Qeadalah jumlah adsorbat per massa adsorben (ml/g) danCeadalah
konsentrasi adsorbat pada kesetimbangan.

Pemodelan kinetika adsorpsi


Kinetika adsorpsi yang digunakan pada penelitian ini adalah kinetika pseudo orde satu dan kinetika
Elovich. Persamaan (2) dan (3) masing-masing menunjukkan persamaan orde satu semu dan
persamaan Elovich [15].

K1 T
e-T qq)
catatan( - catatanQe- (2)
2.303

1 1 (3)
QT-dalam (--) - dalamT

- -
Di manaQTadalah jumlah adsorbat pada suatu waktuT(menit),K1adalah konstanta laju
orde satu semu (min-1),Qeadalah kapasitas kesetimbangan adsorpsi (ml/g) danα Danβ
adalah konstanta Elovich.

Jurnal Sains dan Teknologi Teknik Oktober 2018, Jil. 13(10)


3062 Irvan dkk. Al.

3. Hasil dan Pembahasan

3.1. Pengaruh laju aliran terhadap persentase CO2penghapusan di udara-CO2campuran

Persentase CO2Penyisihan diukur menggunakan jenis adsorben yang sama (140 mesh, 400 °C
selama 4 jam) dan memvariasikan laju aliran udara-CO2campuran pada 200, 400 dan 600 ml/
menit selama 30 menit. Gambar 2 menunjukkan bahwa persentase CO2
penghilangan pada laju aliran 200, 400 dan 600 ml/menit masing-masing adalah 92,5%, 82,5%
dan 60%. Oleh karena itu, jika laju alirannya lambat, maka persentase CO2penghapusan
meningkat seiring dengan waktu tinggal. Hasil ini sesuai dengan yang dilaporkan oleh
Kesnawaty (1997) yang mengungkapkan bahwa jika laju alir rendah maka waktu kontak
antara gas-adsorben pada kolom adsorpsi menjadi lama. Dengan demikian, persentase
penyisihan meningkat karena waktu yang cukup bagi molekul gas untuk berdifusi ke dalam
pori-pori adsorben [16]. Basu dkk. [17] berasumsi bahwa laju perpindahan massa meningkat
pada laju aliran tinggi tetapi menyebabkan saturasi cepat. Sebaliknya kapasitas adsorpsi
menurun seiring dengan meningkatnya laju alir karena waktu tinggal adsorbat dalam kolom
menjadi pendek.

100
Target ≥75%
90

80

70
Efisiensi penghapusan (%)

60

50

40

30

20

10

0
200 400 600
Laju aliran (ml/mnt)

Gambar 2. Pengaruh laju aliran gas campuran terhadap persentase CO2pemindahan.

3.2. Pengaruh ukuran partikel pelet terhadap persentase penyisihan CO2 di udara-CO2
campuran

Efektivitas CO2penghilangan harus dievaluasi dengan menggunakan partikel adsorben yang


berbeda untuk mencapai CO2target penyisihan untuk mengetahui kemampuan zeolit
sebagai adsorben CO2penghapusan [13]. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pelet
adsorben yang dapat mereduksi CO2konten hingga ± 10%. CO2kandungan biogas dari POME
sekitar 40%–60% [18]. Kehadiran CO2pada biogas tidak menurunkan nilai kalor, namun
sebagian besar mesin bekerja maksimal dengan menggunakan biogas sebagai bahan bakar
ketika CO2konten di bawah 10%. Di Swedia, komponen CO2, HAI2dan N2biogas harus berada di
bawah 5% volumenya agar dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan seperti yang
diminta oleh industri otomotif Swedia [19]. Tabel 2 menunjukkan jenis adsorben yang dapat
mereduksi CO2konten di bawah 10%. CO yang dapat diterima2efisiensi penyisihan dalam
penelitian ini adalah ≥ 75%. Adsorben pelet yang efisiensinya paling rendah adalah tipe F
dengan efisiensi 75%.

Jurnal Sains dan Teknologi Teknik Oktober 2018, Jil. 13(10)


Adsorpsi - Sistem Desorpsi CO2Penghapusan Biogas menggunakan Natural. . . .3063

Gambar 3 menyajikan persentase CO2penghapusan dari udara-CO2campuran setiap


jenis pelet adsorben dengan ukuran partikel zeolit 50, 100 dan 140 mesh pada suhu
kalsinasi 400 °C. Gambar tersebut menunjukkan bahwa pelet adsorben 140 mesh dapat
mereduksi CO2konten dengan efisiensi penghilangan tertinggi dibandingkan dengan
pelet 100 dan 50 mesh. Fenomena ini terjadi karena ukuran 140 mesh mempunyai luas
permukaan lebih besar dibandingkan ukuran 50 dan 100 mesh. Kapasitas adsorpsi
ditentukan oleh luas permukaan adsorben. Besarnya adsorpsi sebanding dengan luas
permukaannya. Semakin kecil ukuran partikel adsorben maka luas permukaannya
semakin besar dan kapasitas adsorpsinya semakin besar [20].

Tabel 2. Jenis adsorben yang dapat mereduksi CO2konten di bawah 10%.


CO awal2 CO terakhir2 Pemindahan
Adsorben
konsentrasi konsentrasi efisiensi
jenis
(%v/v) (%v/v) (%)
A 40 3 92,50
B 40 5 87,50
C 40 6 85.00
D 40 6 85.00
E 40 7 82,50
F 40 10 75.00

100
Target ≥75%
90

80

70
Efisiensi penghapusan (%)

60

50

40

30

20

10

0
50 100 140
Ukuran Partikel (mesh)

Gambar 3. Pengaruh ukuran partikel pelet terhadap persentase CO2pemindahan.

3.3. Kurva terobosan


Data kurva terobosan CO2penghapusan harus diperoleh untuk menentukan waktu
terobosan dan kapasitas adsorpsi [16]. Gambar 4 menunjukkan kurva terobosan
CO2dihilangkan dengan berbagai jenis adsorben pelet dengan laju alir 200 ml/
menit. Dari kurva terobosan dapat dilihat kapasitas adsorpsi. Jika nilai
perbandingan CO awal dan akhir2pendekatan konsentrasi ke satu (CT/CHai=1), maka
adsorben menjadi jenuh dan adsorpsi menjadi tidak efektif. Jika kurva terobosan
semakin bergerak ke kanan, maka adsorpsi jenuh dalam waktu yang lama.
Terobosan panjang menunjukkan kapasitas adsorpsi yang besar. Eksperimen ini

Jurnal Sains dan Teknologi Teknik Oktober 2018, Jil. 13(10)


3064 Irvan dkk. Al.

bertujuan untuk mendapatkan kapasitas adsorpsi dari enam jenis adsorben pada udara-CO2
campuran dengan laju alir 200 ml/menit. Jenis adsorben optimum yang diperoleh digunakan
kembali pada laju alir yang berbeda yaitu 400 dan 600 ml/menit. Gambar 5 menunjukkan
pengaruh berbagai adsorben pelet terhadap CO2kapasitas adsorpsi pada laju alir 200 ml/
menit. Kapasitas adsorpsi tertinggi sebesar 0,09236 mmol/g dicapai pada pelet partikel tipe A
dengan waktu terobosan terlama 16,7 menit.

1
Tipe A
0,9 Tipe B
Tipe C
0,8 Tipe D
Tipe E
0,7 Tipe F

0,6
CT/Co

0,5

0,4

0,3

0,2

0,1

0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
Waktu adsorpsi (menit)

Gambar 4. Kurva terobosan CO2penghapusan di udara-CO2


campuran pada laju alir 200 ml/menit dengan berbagai jenis adsorben.

Gambar 5. Pengaruh jenis adsorben terhadap CO2kapasitas


adsorpsi di udara- CO2campuran pada laju alir 200 ml/menit.

Gambar 6 menunjukkan kurva terobosan CO2penghapusan oleh berbagai udara-CO2


laju alir campuran menggunakan partikel pelet 140 mesh dan suhu kalsinasi 400 °C
selama 4 jam (tipe A). Gambar 7 menunjukkan pengaruh laju aliran terhadap CO2
kapasitas adsorpsi dengan menggunakan adsorben yang sama. Kapasitas adsorpsi
tertinggi dicapai pada laju alir 400 ml/menit dengan waktu terobosan 10,7 menit,

Jurnal Sains dan Teknologi Teknik Oktober 2018, Jil. 13(10)


Adsorpsi - Sistem Desorpsi CO2Penghapusan Biogas menggunakan Natural. . . .3065

dan kapasitas adsorpsi terobosan terbesar sebesar 0,118 mmol/g. Oleh


karena itu, jika waktu terobosan menjadi lama dan laju aliran menjadi tinggi,
maka kapasitas adsorpsi terobosan juga meningkat. Hasil ini sesuai dengan
yang dilaporkan oleh Kesnawaty (2010) yang menyatakan bahwa nilai
kapasitas adsorpsi menjadi kecil [16] bila waktu terobosannya singkat. Waktu
terobosan terbesar untuk semua variasi air-CO2Laju alir campuran dan
adsorben jenis pelet dicapai oleh adsorben tipe A dan laju alir 200 ml/menit
dengan waktu terobosan 16,7 menit. Namun, hasil ini relatif kecil, dan
adsorpsi-desorpsi sering dilakukan.

1
200ml/menit
0,9
400ml/menit
0,8
600ml/menit
0,7

0,6
CT/Co

0,5

0,4

0,3

0,2

0,1

0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
Waktu adsorpsi (menit)

Gambar 6. Kurva terobosan CO2penghilangan menggunakan


adsorben tipe A pada berbagai jenis udara-CO2laju aliran campuran.

0,4 18
Kapasitas adsorpsi
0,35 Waktu Terobosan 16

14
0,3
Kapasitas adsorpsi (mmole/g)

Waktu terobosan (menit)

12
0,25
10
0,2
8
0,15
6
0,1
4

0,05 2

0 0
0 200 400 600
Laju aliran (ml/mnt)

Gambar 7. Pengaruh laju aliran terhadap CO2


kapasitas adsorpsi dengan menggunakan adsorben tipe A.

Jurnal Sains dan Teknologi Teknik Oktober 2018, Jil. 13(10)


3066 Irvan dkk. Al.

3.4. Kesetimbangan adsorpsi

Data kinetika CO2penghilangan harus diperoleh untuk memprediksi kemampuan suatu adsorben
untuk mengadsorpsi komponen tertentu [21]. Persamaan (1) [15] menyajikan bahwa data
eksperimen yang diperoleh dilengkapi dengan kesetimbangan adsorpsi Langmuir.

BERSAMA2kesetimbangan adsorpsi ditentukan dengan memplot (Ce/Qe) melawan (Ce).


Gambar 8 menunjukkan kurva (Ce/Qe) melawan (Ce) pada penghilangan gas menggunakan
adsorben pelet tipe A dengan laju alir 200 ml/menit. Kurva tersebut membentuk garis linier
dengan konforman yang baik, dimana diperoleh hasil R2korelasi sebesar 0,9962 dengan
persamaan Langmuir:

Ce-0,109 - 2,082Cq (4)


e
e

Gambar 8. Plot isoterm Langmuir untuk adsorpsi CO2.

3.5. Kinetika Adsorpsi


BERSAMA2kinetika adsorpsi diidentifikasi menggunakan berbagai jenis adsorben. Keenam
jenis adsorben dengan efisiensi penyisihan ≥ 75% menentukan kinetika adsorpsi.

Kinetika orde pertama semu diverifikasi dengan membuat kemiringan dan perpotongan
plot orde pertama semu antar log (Qe-QT) melawanT. Penentuan model kinetik bergantung
pada koefisien determinasi (R2). Model kinetik yang sesuai harus mempunyaiR2nilai yang
tinggi atau mendekati 1 [22]. Kinetika Elovich diverifikasi dari plot kemiringan dan intersep
antara qt versus lnT. Gambar 9 dan 10 menunjukkan penghilangan CO2di udara-CO2
campuran menggunakan adsorben tipe A dengan laju alir 200 ml/menit.

Angka-angka ini menunjukkan bahwaR2nilai kinetika Elovich lebih rendah dibandingkan dengan
kinetika orde satu semu. Oleh karena itu, model kinetika yang terbaik dan dapat diterima adalah
kinetika orde satu semu karena mempunyai R yang tinggi2nilai 0,9848, menunjukkan kesesuaiannya
untuk dijadikan model kinetik CO2sistem adsorpsi pada udara-CO2
campuran. Tabel 3 menunjukkan parameter kinetik CO2adsorpsi dengan berbagai jenis
adsorben.

Jurnal Sains dan Teknologi Teknik Oktober 2018, Jil. 13(10)


Adsorpsi - Sistem Desorpsi CO2Penghapusan Biogas menggunakan Natural. . . .3067

0,825

0,824

0,823

0,822

0,821
Log (qe-qt) kamu = 0,0007x + 0,8036
0,820 R² = 0,98475

0,819

0,818

0,817

0,816

0,815

0,814
0 5 10 15 20 25 30 35
t (mengatakan)

Gambar 9. Plot kinetika orde pertama semu untuk adsorpsi CO2.-

0,14

0,12

0,1 kamu = 0,2399x - 0,6902


R² = 0,97443

0,08
qt

0,06

0,04

0,02

0
0 0,5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
tidak

Gambar 10. Plot kinetik Elovich untuk adsorpsi CO2.

Tabel 3. Parameter kinetik CO2adsorpsi pada berbagai jenis adsorben.


Urutan pertama semu Elovic
Jenis K1 Qe
R2 α β R2
(min-1) (mg/g)
A 0,0016 6.362 0,984 4.168 0,501 0,974
B 0,0011 6.489 0,987 9.066 0,786 0,974
C 0,0009 6.534 0,904 12.610 0,877 0,975
D 0,0009 6.510 0,926 10.152 0,820 0,978
E 0,0009 6.523 0,901 10.183 0,840 0,976
F 0,0009 6.531 0,972 10.286 0,932 0,922

3.6. Pengaruh suhu desorpsi terhadap waktu siklus adsorpsi-desorpsi


Regenerasi adsorben merupakan langkah penting dari sudut pandang ekonomi dan
lingkungan. Penggunaan adsorben untuk adsorpsi bahan tertentu sebaiknya dilakukan
secara berulang-ulang atau diperpanjang. Desorpsi biasanya dilakukan dengan menyiram
kolom dengan udara pada berbagai suhu udara, seperti suhu lingkungan yang berkisar
antara 30 °C hingga 40 °C. Pada percobaan ini, desorpsi dilakukan setelah adsorpsi.

Jurnal Sains dan Teknologi Teknik Oktober 2018, Jil. 13(10)


3068 Irvan dkk. Al.

Gambar 11 menunjukkan kurva kinetika proses adsorpsi dan desorpsi. Suhu


terbaik untuk proses desorpsi adalah 40 °C, dimana adsorben jenuh diregenerasi
setelah 19 menit. Pada suhu lingkungan 30°C, regenerasi memerlukan waktu 45
dan 40 menit. Oleh karena itu, semakin tinggi suhu desorpsi, semakin tinggi
efektivitas CO2penghapusan dari adsorben. Hasil ini sesuai dengan laporan Lee
dan Lee (2014) yang menyatakan bahwa semakin tinggi suhu desorpsi maka
desorpsi semakin cepat. Efektivitas regenerasi meningkat karena meningkatnya
jumlah CO2dilepaskan per satuan waktu [21].

40

35

30
Jalankan 1 (Adsorpsi) Jalankan 2 (Adsorpsi)
BERSAMA2Konsentrasi (%)

25

Jalankan 3 (Adsorpsi) Jalankan 1 (Desorpsi di lingkungan)

20

15 Jalankan 2 (Desorpsi pada 30oC) Jalankan 3 (Desorpsi pada 40oC)

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46

Waktu (menit)

Gambar 11. Pengaruh suhu desorpsi


pada waktu siklus adsorpsi-desorpsi.

4. Kesimpulan
Laju aliran rendah gas campuran dalam CO2proses penghilangan meningkatkan waktu
retensi gas dalam kolom karena banyak CO2partikel diserap dalam adsorben dari
biasanya. Jenis pelet zeolit yang terbaik digunakan sebagai adsorben adalah ukuran
partikel 140 mesh dan suhu kalsinasi 400 °C selama empat jam, dimana CO2efisiensi
penyisihan mencapai 92,5% pada laju aliran 200 ml/menit. Kapasitas adsorpsi terbaik
adalah 0,118 mmol/g dengan menggunakan adsorben pelet ukuran 140 mesh, suhu
kalsinasi 400 °C selama 4 jam dan laju alir 400 ml/menit dengan waktu terobosan 10,7
menit. Kesetimbangan adsorpsi diperoleh nilai korelasi R2
= 0,9962 denganQM=5,97 ml/g danKL=9,36ml/g. Model kinetik terbaik adalah
kinetika orde semu dengan R terbaik2nilai korelasi = 0,9848 denganQe=6,3620 ml/g
danK1= 0,0016 mnt-1. Adsorben dapat diregenerasi setelah 19 menit di desorpsi
menggunakan udara pada suhu 40°C. Penelitian di masa depan harus fokus pada
peningkatan kualitas pelet adsorben untuk meningkatkan waktu terobosan dan
mengurangi frekuensi siklus adsorpsi-desorpsi dengan melakukan aktivasi kimia-
fisika.

Jurnal Sains dan Teknologi Teknik Oktober 2018, Jil. 13(10)


Adsorpsi - Sistem Desorpsi CO2Penghapusan Biogas menggunakan Natural. . . .3069

Nomenklatur

Ce Konsentrasi adsorbat pada kesetimbangan


K1 Konstanta laju orde satu semu, min-1
KL Konstanta kesetimbangan Langmuir, ml/g Jumlah
Qe adsorbat per massa adsorben, ml/g Kapasitas
QM adsorpsi, ml/g

Simbol Yunani
----- Konstanta Elovich

Singkatan
minyak sawit mentah Minyak sawit mentah

POM Pabrik kelapa sawit

POME Adsorpsi ayunan tekanan


PSA limbah pabrik kelapa sawit

Referensi
1. Departemen Pertanian Amerika Serikat. (2016).Biji minyak: pasar dan perdagangan dunia,
jasa pertanian asing. Diakses pada 12 Januari 2017, dari https://www.
fas.usda.gov/commodities/oilseeds.
2. Departemen Pertanian Amerika Serikat. (2016). Indonesia:laporan tahunan biji
minyak dan produk. Diakses pada 12 Januari 2017, dari https://
www.fas.usda.gov/data/indonesia-oilseeds-and-products-annual-1.
3. Trisakti, B.; Irwan; Mahdalena; Taslim; dan Turmuzi, M. (2017). Pengaruh suhu
terhadap tahap metanogenesis pencernaan anaerobik dua tahap limbah cair
pabrik kelapa sawit (POME) menjadi biogas.Seri Konferensi IOP: Ilmu dan
Teknik Material,206, 012027.
4. Madaki, YS; dan Seng, L. (2013).Limbah pabrik kelapa sawit (POME) dari pabrik
kelapa sawit Malaysia: Limbah atau sumber daya.Jurnal Internasional Sains,
Lingkungan dan Teknologi, 6(2), 1138-1155.
5. Reddy, R. (2016). Rantai nilai biogas (produksi, peningkatan gas, injeksi
jaringan dan pemanfaatan). “Lokakarya SAARC tentang Penerapan
Teknologi Biogas On-Grid”. Kabul, Afganistan.
6. Alonso-Vicario, AA; Ochoa-Gomez, JR; Gil-Rio, S.; Aberasturi, OGJ;
Ramirez-Lopez, CA; Torrecilla-Soria, T.; dan Dominguez, A. (2010).
Pemurnian dan peningkatan biogas dengan adsorpsi ayunan tekanan
pada zeolit sintetis dan alami.Bahan Mikropori dan Mesopori,
134(1-3), 100-107.
7. Mihic, S. (2004).Bahan bakar biogas untuk mesin pembakaran dalam.
Sejarah Fakultas Teknik Hunedoara. Jilid II, Fascicole 3.
8. Al Mamun, Bpk; Karim, Bpk; Rahman, MM; Asiri, AM; dan Torii, S. (2016).
Pengayaan metana pada biogas melalui fiksasi karbon dioksida dengan
kalsium hidroksida dan karbon aktif.Jurnal Institut Insinyur Kimia Taiwan,
58, 476-481.
9. Xia, Z.-M.; Li, X.-S.; Chen, Z.-Y.; Li, Geng.; Yan, K.-F.; Xu, C.-G.; Lv, Q.-
N.; dan Cai, J. (2016). CO berbasis hidrat2penangkapan dan CH4pemurnian dari

Jurnal Sains dan Teknologi Teknik Oktober 2018, Jil. 13(10)


3070 Irvan dkk. Al.

simulasi biogas dengan aditif sinergis berdasarkan pelarut gas.Energi Terapan,


162, 1153-1159.
10. Titinchi, SJJ; Piet, M.; Abbo, HS; Bolland, O.; dan Schwieger, W. (2014). Adsorben
padat yang dimodifikasi secara kimia untuk CO2menangkap.Prosedur Energi, 63,
8153-8160.
11. Wahono; Krido, S.; Maryana; Roni; Kismurtono, M.; Nisa, K.; dan Khoirun (2010).
Modifikasi zeolit lokal gunung kidul sebagai upaya peningkatan kinerja
biogas untuk pembangkit listrik.UPT Balai Pengembangan Proses dan
Teknologi Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, ISSN, 1411-4216.
12. Wahono, SK; dan Rizal, WA (2014). Filter biogas berbahan zeolit alam lokal
. Jurnal Internasional Pengembangan Energi Terbarukan,3(1), 1-5.
13. Yamliha, A.; Argo, BD; dan Nugroho, WA; (2013). Pengaruh ukuran zeolit
pada karbon dioksida (CO2) adsorpsi dalam aliran biogas.Jurnal Bioproses
Komoditas Tropis, 1(2), 67-72.
14.Irvan; Trisakti, B.; Maulina, S.; dan Daimon, H. (2018). Produksi biogas dari
limbah pabrik kelapa sawit: dari skala laboratorium hingga skala percontohan.
Jurnal Kimia Rasayan, 11(1), 378-385.
15. Erhayem, M.; Al-Tohami, F.; Muhammad, R.; dan Ahmad, K. (2015).
Kajian isoterm kinetik dan termodinamika serapan merkuri (II) pada
karbon aktif daun Rosmanirus officinalis. Jurnal Kimia Analitik Amerika
, 6(1), 1-10.
16. Kesnawaty, DA (2010).Pengujian kapasitas dari adsorpsi gas karbon
monoksida(BERSAMA)menggunakan oksida logam dan karbon aktif.Tesis.
Jurusan Teknik Kimia Universitas Indonesia, Depok.
17. Dutta, M.; Basu, JK; Faraz, MH; Gautama, N.; dan Kumar, A. (2012). Studi kolom fixedbed
pewarna tekstil direct blue 86 dengan menggunakan adsorben komposit. Perpustakaan
Penelitian Cendekiawan, 4(2), 882-891.
18. Sathish, S.; dan Vivekanandan, S. (2014). Pengaruh suhu mesofilik dan
termofilik pada biodigester anaerobik floating drum. Jurnal
Internasional Teknik Mesin dan Mekatronika, 14(06), 39-43.

19. Orang, M.; Jonsson, O.; dan Wellinger, A. (2006).Peningkatan biogas ke standar
bahan bakar kendaraan dan injeksi jaringan. Tugas 37 -Energi dari Biogas dan
Gas TPA. Laporan SCG 142, IEA Bioenergi.
20. Prasetiowati, Y.; dan Koestiari, T. (2014). Kapasitas teknis adsorpsi
bentonit sebagai adsorben Cd2+ion.Jurnal Kimia UNESA, 3(3), 194-200.
21. Lee, EJ; dan Lee, DS (2014). Pembuatan alat mikroekstraksi in-needle
menggunakan kawat nikrom yang dilapisi poli (etilen glikol) dan poli
(dimetilsiloksan) untuk penentuan senyawa volatil dalam minyak
lavender. Buletin Masyarakat Kimia Korea,35(1), 211-217.
22. Gueu, S.; Yao, B.; Audioby, K.; dan Ado, G. (2007). Kajian kinetika dan
termodinamika adsorpsi timbal pada karbon aktif kelapa dan kulit biji
pohon palem. Jurnal Internasional Ilmu dan Teknologi Lingkungan,
4(1), 11-17.

Jurnal Sains dan Teknologi Teknik Oktober 2018, Jil. 13(10)

Lihat statistik publikasi

Anda mungkin juga menyukai