com
Lihat diskusi, statistik, dan profil penulis untuk publikasi ini di:https://www.researchgate.net/publication/329573061
KUTIPAN BACA
6 722
6 penulis, termasuk:
Semua konten setelah halaman ini diunggah olehBambang Trisaktipada tanggal 03 Agustus 2020.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menghilangkan CO2dari udara-CO2campuran
menggunakan pelet adsorben berbahan dasar zeolit alam melalui adsorpsi dan
untuk meregenerasi adsorben menggunakan udara melalui desorpsi. Percobaan
dilakukan untuk menentukan persentase CO2karakteristik kurva penghilangan
dan terobosan dengan memvariasikan laju aliran udara-CO2campuran dan jenis
pelet adsorben. sisa CO2Kandungan gas yang dimurnikan dianalisis setiap menit
dan disimpan di pengumpul gas. Udara murni dengan suhu sekitar 30 hingga 40
°C dialirkan melalui kolom untuk desorpsi CO2dalam adsorben pelet jenuh. Hasil
menyimpulkan bahwa persentase CO terbaik2Penyisihan sebesar 92,5%
menggunakan pelet adsorben dengan ukuran partikel 140 mesh, suhu kalsinasi
400 °C selama empat jam dan laju aliran gas campuran 200 ml/menit. Karakteristik
ini juga menggambarkan CO optimum2desorpsi yang dicapai pada suhu udara 40
°C dan laju alir 200 ml/menit selama 20 menit. Kesetimbangan adsorpsi dipasang
menggunakan isoterm Langmuir dengan R2nilai korelasi sebesar 0,9962.
Pemodelan kinetika adsorpsi untuk menggambarkan kurva terobosan
menggunakan kinetika pseudo-order dan Elovich. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kinetika pseudo-order memberikan hasil yang baik pada kondisi operasi.
3058
Adsorpsi - Sistem Desorpsi CO2Penghapusan Biogas menggunakan Natural. . . .3059
1. Perkenalan
Pada tahun 2016, produksi kelapa sawit di Indonesia mencapai 35 juta ton yang diperoleh
dari 10,8 juta hektar perkebunan [1, 2]. Setiap ton minyak sawit mentah menghasilkan 2,5 ton
limbah cair pabrik kelapa sawit (POME). Pada tahun 2015, Indonesia memproduksi 79,2 juta
ton atau setara dengan 89,7 juta m33POME [3]. Jika 1 m3POME dapat menghasilkan 28 m3
biogas [4], maka negara ini dapat memproduksi 2511,6 juta m33biogas, dimana 1 m3biogas
dapat menghasilkan listrik sebesar 2 kWh dengan total potensi listrik sebesar 5,02 miliar kWh
per tahun [5].
Salah satu permasalahan dalam konversi biogas dari POME adalah tingginya CO yang
tidak diinginkan2kandungan dalam biogas. Biogas terdiri dari 55%–70% CH4, 30%–45% CO2
dan komponen lain dalam jumlah kecil, seperti H2S (1000 ppm–3000 ppm), NH3(80 ppm–100
ppm) dan hidrokarbon (<100 ppm) [6]. Setiap 15 m3biogas dengan 35% CO2
dapat menghasilkan energi 98 kWh, sedangkan 13 m3biogas dengan 5% CO2dapat menghasilkan
energi sebesar 125 kWh [7]. Mengurangi CO2Kadar biogas meningkatkan nilai kalor untuk
menghasilkan energi.
Teknik menghilangkan CO2dari biogas meliputi adsorpsi kimia dan fisik, adsorpsi
ayunan tekanan, pemisahan kriogenik, pemisahan membran, biologi-kimia CO2fiksasi
dan penyerapan [8, 9]. Penelitian ini fokus pada penerapan adsorpsi untuk
menghilangkan CO2. Bahan dengan luas permukaan yang besar dan kapasitas adsorpsi
yang sangat selektif [10] dapat digunakan sebagai adsorben yang ideal untuk CO2
pemindahan. Salah satu adsorben padat yang dapat memurnikan biogas adalah zeolit. Di Indonesia,
cadangan zeolit alam melimpah dan kemurniannya cukup tinggi dengan kandungan silika sebesar
60%. Zeolit alam yang diaktifkan dan dimodifikasi dapat digunakan sebagai adsorben untuk biogas
[11]. Struktur zeolit dapat digunakan untuk adsorpsi H2HAI, CO2, JADI2
dan H2S, tetapi tidak mengadsorpsi CH4[12]. Kemampuan adsorpsi zeolit terhadap gas-gas
ini mencapai 25% [13]. Penelitian ini bertujuan untuk menghilangkan CO2dari udara-CO2
campuran menggunakan pelet adsorben berbahan dasar zeolit alam melalui adsorpsi. CO2
yang teradsorpsi oleh adsorben dihilangkan menggunakan udara segar melalui desorpsi untuk
meregenerasi adsorben, sehingga tercipta proses yang berkesinambungan.
Pemanfaatan zeolit alam sebagai adsorben untuk menyerap CO2telah dipelajari sebelumnya.
Namun pada penelitian ini dilakukan sintesis adsorben berbahan dasar zeolit alam dengan cara
dibentuk terlebih dahulu menjadi pelet kemudian bahan tersebut dikalsinasi. Selain itu, pelet
adsorben berbahan dasar zeolit alami dirancang untuk menghilangkan CO2kandungan dalam
biogas yang dihasilkan dari penelitian sebelumnya [14]. CO2kandungan biogas dalam kisaran 30%–
40% dikurangi menjadi ≤ 10%.
2.1. Bahan
Zeolit alam digunakan sebagai pelet adsorben yang dibeli dari PT. Indah Sari Windu, Jawa Barat,
Indonesia. Dalam penelitian ini, umpan biogas dimodelkan menggunakan udara dan CO2
campuran dengan kandungan CO235%–40% (v/v). Air (H2O) digunakan sebagai bahan
pendukung dan perekat alami untuk membentuk partikel zeolit menjadi pelet.
kolom adsorpsi sebagai pembersih. Adsorpsi dilakukan dalam kolom dengan diameter
dalam 9,1 cm dan tinggi 91 cm. Adsorben ditempatkan pada kolom yang tingginya 45
cm. Kolom tersebut memiliki manometer dan flow meter untuk mengukur tekanan
kolom dan CO udara2laju alir campuran, masing-masing. Peralatan pendukungnya
meliputi ruang udara, pasokan udara, CO2tangki dan mixer inline. Saluran masuk dan
keluar CO2konsentrasi kolom diukur dengan penganalisis biogas SAZQ, yang diproduksi
oleh Beijing Shi'an Technology Instrument Ltd., Cina.
Gas keluar
7
2 11
3
6 9 10
8
4 12
1
Gas masuk
2.3. Metode
Pembuatan adsorben
Adsorben dengan berbagai ukuran partikel dan perlakuan disintesis. Variasi
ukuran partikel 50, 100 dan 140 mesh, sedangkan variasi suhu kalsinasi
masing-masing pada suhu 200 °C, 300 °C dan 400 °C selama 2, 3 dan 4 jam.
Tabel 1 merangkum jenis seluruh adsorben yang diproduksi dalam penelitian
ini.
Adsorpsi
Adsorpsi dilakukan dengan menempatkan adsorben ke dalam kolom. Udara dan CO2
dicampur ke dalam ruang udara sampai konsentrasi CO konstan2sebesar 40% (v/v)
tercapai. Gas campuran dimasukkan ke dalam mixer inline untuk memaksimalkan
pencampuran. Laju aliran gas campuran bervariasi pada 200, 400 dan 600 ml/menit.
Adsorpsi dilakukan selama 30 menit pada tekanan 1 atm. sisa CO2
Kandungan gas yang dimurnikan dianalisis setiap menit dengan alat analisa biogas SAZQ dan
disimpan di pengumpul gas. Data yang dikumpulkan digunakan untuk menentukan CO2
efisiensi penyisihan, kurva terobosan, kesetimbangan adsorpsi, kinetika adsorpsi serta
kapasitas dan waktu terobosan.
Desorpsi
Untuk desorpsi, udara murni digunakan sebagai pembawa pada suhu sekitar berkisar
antara 30 °C hingga 40 °C. Percobaan adsorpsi-desorpsi dilakukan secara seri (terdiri
dari tiga kali proses) dengan menggunakan jenis adsorben yang sama (tipe A) pada laju
aliran gas campuran 200 ml/menit. Adsorben jenuh dari adsorpsi (Jalan 1) diregenerasi
melalui desorpsi pada suhu kamar. Adsorben hasil regenerasi ini digunakan kembali
untuk Run 2 kemudian diregenerasi pada suhu 30°C dan selanjutnya digunakan untuk
Run 3 dan diregenerasi pada suhu 40°C. Udara keluaran dianalisis setiap menit dengan
alat biogas analisa SAZQ hingga kadar CO2konsentrasinya adalah 0. Data yang
dikumpulkan digunakan untuk menentukan CO2efisiensi penghilangan dan waktu siklus
adsorpsidesorpsi.
Persamaan (1) [15] menunjukkan bahwa data eksperimen yang diperoleh sesuai dengan
kesetimbangan adsorpsi Langmuir.
Ce 1 Ce (1)
- -
Qe KLQM QM
Di manaQMadalah kapasitas adsorpsi (ml/g),KLadalah konstanta kesetimbangan
Langmuir (ml/g),Qeadalah jumlah adsorbat per massa adsorben (ml/g) danCeadalah
konsentrasi adsorbat pada kesetimbangan.
K1 T
e-T qq)
catatan( - catatanQe- (2)
2.303
1 1 (3)
QT-dalam (--) - dalamT
- -
Di manaQTadalah jumlah adsorbat pada suatu waktuT(menit),K1adalah konstanta laju
orde satu semu (min-1),Qeadalah kapasitas kesetimbangan adsorpsi (ml/g) danα Danβ
adalah konstanta Elovich.
Persentase CO2Penyisihan diukur menggunakan jenis adsorben yang sama (140 mesh, 400 °C
selama 4 jam) dan memvariasikan laju aliran udara-CO2campuran pada 200, 400 dan 600 ml/
menit selama 30 menit. Gambar 2 menunjukkan bahwa persentase CO2
penghilangan pada laju aliran 200, 400 dan 600 ml/menit masing-masing adalah 92,5%, 82,5%
dan 60%. Oleh karena itu, jika laju alirannya lambat, maka persentase CO2penghapusan
meningkat seiring dengan waktu tinggal. Hasil ini sesuai dengan yang dilaporkan oleh
Kesnawaty (1997) yang mengungkapkan bahwa jika laju alir rendah maka waktu kontak
antara gas-adsorben pada kolom adsorpsi menjadi lama. Dengan demikian, persentase
penyisihan meningkat karena waktu yang cukup bagi molekul gas untuk berdifusi ke dalam
pori-pori adsorben [16]. Basu dkk. [17] berasumsi bahwa laju perpindahan massa meningkat
pada laju aliran tinggi tetapi menyebabkan saturasi cepat. Sebaliknya kapasitas adsorpsi
menurun seiring dengan meningkatnya laju alir karena waktu tinggal adsorbat dalam kolom
menjadi pendek.
100
Target ≥75%
90
80
70
Efisiensi penghapusan (%)
60
50
40
30
20
10
0
200 400 600
Laju aliran (ml/mnt)
3.2. Pengaruh ukuran partikel pelet terhadap persentase penyisihan CO2 di udara-CO2
campuran
100
Target ≥75%
90
80
70
Efisiensi penghapusan (%)
60
50
40
30
20
10
0
50 100 140
Ukuran Partikel (mesh)
bertujuan untuk mendapatkan kapasitas adsorpsi dari enam jenis adsorben pada udara-CO2
campuran dengan laju alir 200 ml/menit. Jenis adsorben optimum yang diperoleh digunakan
kembali pada laju alir yang berbeda yaitu 400 dan 600 ml/menit. Gambar 5 menunjukkan
pengaruh berbagai adsorben pelet terhadap CO2kapasitas adsorpsi pada laju alir 200 ml/
menit. Kapasitas adsorpsi tertinggi sebesar 0,09236 mmol/g dicapai pada pelet partikel tipe A
dengan waktu terobosan terlama 16,7 menit.
1
Tipe A
0,9 Tipe B
Tipe C
0,8 Tipe D
Tipe E
0,7 Tipe F
0,6
CT/Co
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
Waktu adsorpsi (menit)
1
200ml/menit
0,9
400ml/menit
0,8
600ml/menit
0,7
0,6
CT/Co
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
Waktu adsorpsi (menit)
0,4 18
Kapasitas adsorpsi
0,35 Waktu Terobosan 16
14
0,3
Kapasitas adsorpsi (mmole/g)
12
0,25
10
0,2
8
0,15
6
0,1
4
0,05 2
0 0
0 200 400 600
Laju aliran (ml/mnt)
Data kinetika CO2penghilangan harus diperoleh untuk memprediksi kemampuan suatu adsorben
untuk mengadsorpsi komponen tertentu [21]. Persamaan (1) [15] menyajikan bahwa data
eksperimen yang diperoleh dilengkapi dengan kesetimbangan adsorpsi Langmuir.
Kinetika orde pertama semu diverifikasi dengan membuat kemiringan dan perpotongan
plot orde pertama semu antar log (Qe-QT) melawanT. Penentuan model kinetik bergantung
pada koefisien determinasi (R2). Model kinetik yang sesuai harus mempunyaiR2nilai yang
tinggi atau mendekati 1 [22]. Kinetika Elovich diverifikasi dari plot kemiringan dan intersep
antara qt versus lnT. Gambar 9 dan 10 menunjukkan penghilangan CO2di udara-CO2
campuran menggunakan adsorben tipe A dengan laju alir 200 ml/menit.
Angka-angka ini menunjukkan bahwaR2nilai kinetika Elovich lebih rendah dibandingkan dengan
kinetika orde satu semu. Oleh karena itu, model kinetika yang terbaik dan dapat diterima adalah
kinetika orde satu semu karena mempunyai R yang tinggi2nilai 0,9848, menunjukkan kesesuaiannya
untuk dijadikan model kinetik CO2sistem adsorpsi pada udara-CO2
campuran. Tabel 3 menunjukkan parameter kinetik CO2adsorpsi dengan berbagai jenis
adsorben.
0,825
0,824
0,823
0,822
0,821
Log (qe-qt) kamu = 0,0007x + 0,8036
0,820 R² = 0,98475
0,819
0,818
0,817
0,816
0,815
0,814
0 5 10 15 20 25 30 35
t (mengatakan)
0,14
0,12
0,08
qt
0,06
0,04
0,02
0
0 0,5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
tidak
40
35
30
Jalankan 1 (Adsorpsi) Jalankan 2 (Adsorpsi)
BERSAMA2Konsentrasi (%)
25
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Waktu (menit)
4. Kesimpulan
Laju aliran rendah gas campuran dalam CO2proses penghilangan meningkatkan waktu
retensi gas dalam kolom karena banyak CO2partikel diserap dalam adsorben dari
biasanya. Jenis pelet zeolit yang terbaik digunakan sebagai adsorben adalah ukuran
partikel 140 mesh dan suhu kalsinasi 400 °C selama empat jam, dimana CO2efisiensi
penyisihan mencapai 92,5% pada laju aliran 200 ml/menit. Kapasitas adsorpsi terbaik
adalah 0,118 mmol/g dengan menggunakan adsorben pelet ukuran 140 mesh, suhu
kalsinasi 400 °C selama 4 jam dan laju alir 400 ml/menit dengan waktu terobosan 10,7
menit. Kesetimbangan adsorpsi diperoleh nilai korelasi R2
= 0,9962 denganQM=5,97 ml/g danKL=9,36ml/g. Model kinetik terbaik adalah
kinetika orde semu dengan R terbaik2nilai korelasi = 0,9848 denganQe=6,3620 ml/g
danK1= 0,0016 mnt-1. Adsorben dapat diregenerasi setelah 19 menit di desorpsi
menggunakan udara pada suhu 40°C. Penelitian di masa depan harus fokus pada
peningkatan kualitas pelet adsorben untuk meningkatkan waktu terobosan dan
mengurangi frekuensi siklus adsorpsi-desorpsi dengan melakukan aktivasi kimia-
fisika.
Nomenklatur
Simbol Yunani
----- Konstanta Elovich
Singkatan
minyak sawit mentah Minyak sawit mentah
Referensi
1. Departemen Pertanian Amerika Serikat. (2016).Biji minyak: pasar dan perdagangan dunia,
jasa pertanian asing. Diakses pada 12 Januari 2017, dari https://www.
fas.usda.gov/commodities/oilseeds.
2. Departemen Pertanian Amerika Serikat. (2016). Indonesia:laporan tahunan biji
minyak dan produk. Diakses pada 12 Januari 2017, dari https://
www.fas.usda.gov/data/indonesia-oilseeds-and-products-annual-1.
3. Trisakti, B.; Irwan; Mahdalena; Taslim; dan Turmuzi, M. (2017). Pengaruh suhu
terhadap tahap metanogenesis pencernaan anaerobik dua tahap limbah cair
pabrik kelapa sawit (POME) menjadi biogas.Seri Konferensi IOP: Ilmu dan
Teknik Material,206, 012027.
4. Madaki, YS; dan Seng, L. (2013).Limbah pabrik kelapa sawit (POME) dari pabrik
kelapa sawit Malaysia: Limbah atau sumber daya.Jurnal Internasional Sains,
Lingkungan dan Teknologi, 6(2), 1138-1155.
5. Reddy, R. (2016). Rantai nilai biogas (produksi, peningkatan gas, injeksi
jaringan dan pemanfaatan). “Lokakarya SAARC tentang Penerapan
Teknologi Biogas On-Grid”. Kabul, Afganistan.
6. Alonso-Vicario, AA; Ochoa-Gomez, JR; Gil-Rio, S.; Aberasturi, OGJ;
Ramirez-Lopez, CA; Torrecilla-Soria, T.; dan Dominguez, A. (2010).
Pemurnian dan peningkatan biogas dengan adsorpsi ayunan tekanan
pada zeolit sintetis dan alami.Bahan Mikropori dan Mesopori,
134(1-3), 100-107.
7. Mihic, S. (2004).Bahan bakar biogas untuk mesin pembakaran dalam.
Sejarah Fakultas Teknik Hunedoara. Jilid II, Fascicole 3.
8. Al Mamun, Bpk; Karim, Bpk; Rahman, MM; Asiri, AM; dan Torii, S. (2016).
Pengayaan metana pada biogas melalui fiksasi karbon dioksida dengan
kalsium hidroksida dan karbon aktif.Jurnal Institut Insinyur Kimia Taiwan,
58, 476-481.
9. Xia, Z.-M.; Li, X.-S.; Chen, Z.-Y.; Li, Geng.; Yan, K.-F.; Xu, C.-G.; Lv, Q.-
N.; dan Cai, J. (2016). CO berbasis hidrat2penangkapan dan CH4pemurnian dari
19. Orang, M.; Jonsson, O.; dan Wellinger, A. (2006).Peningkatan biogas ke standar
bahan bakar kendaraan dan injeksi jaringan. Tugas 37 -Energi dari Biogas dan
Gas TPA. Laporan SCG 142, IEA Bioenergi.
20. Prasetiowati, Y.; dan Koestiari, T. (2014). Kapasitas teknis adsorpsi
bentonit sebagai adsorben Cd2+ion.Jurnal Kimia UNESA, 3(3), 194-200.
21. Lee, EJ; dan Lee, DS (2014). Pembuatan alat mikroekstraksi in-needle
menggunakan kawat nikrom yang dilapisi poli (etilen glikol) dan poli
(dimetilsiloksan) untuk penentuan senyawa volatil dalam minyak
lavender. Buletin Masyarakat Kimia Korea,35(1), 211-217.
22. Gueu, S.; Yao, B.; Audioby, K.; dan Ado, G. (2007). Kajian kinetika dan
termodinamika adsorpsi timbal pada karbon aktif kelapa dan kulit biji
pohon palem. Jurnal Internasional Ilmu dan Teknologi Lingkungan,
4(1), 11-17.