Anda di halaman 1dari 2

Menurut sejarah, Al-Azhar merupakan salah satu warisan dari Dinasti Fatimiyah (909-

1171). Lembaga ini dinamai Al-Azhar untuk menghormati Fatimah, putri Nabi Muhammad,
yang disebut sebagai Al-Zahra yang berarti bercahaya.
Mulanya, lembaga ini didirikan sebagai masjid dan pembangunannya selesai pada 24
Juni 972. Inilah kenapa Universitas Al-Azhar disebut sebagai universitas yang dianggap
tertua di dunia, yang berdiri pada tahun 972.
Masjid Al-Azhar merupakan sebuah masjid yang dibangun oleh Panglima Jauhar
Assiqilli di Kairo antara tahun 359-361 Hijriyah atau 970-972 Masehi atas perintah khalifah
Muiz Lidinillah, dari Daulat Fatimiah. Masjid ini adalah masjid Islam yang paling terkenal
sekaligus masjid kampus terbesar.
Masjid ini dinamakan Al-Azhar sebagai isyarat kepada Zahra, julukan Fatimah az-
Zahra, putri Rasulullah SAW. Pada masa Daulat Mamalik, untuk pertama kali masjid ini
berfungsi sebagai universitas dan pada tahun 1961. Berubah menjadi universitas modern
yang memiliki beberapa fakultas.
Al-Azhar dianggap sebagai poros pemikiran Islam, politik dan ilmu-ilmu agama di
Mesir dan dunia Islam. Masjid ini memiliki lima menara dengan bermacam-macam tipe dan
tiga mimbar. Di dalamnya terdapat perpustakaan yang sangat besar.
Para khalifah Fatimiyah selalu mendorong agar di dalam masjid dibangun tempat
belajar. Dan pada saat itulah secara perlahan masjid mulai digunakan sebagai madrasah,
yang diklaim sebagai lembaga belajar tertua di dunia.
Kegiatan belajar di Al-Azhar baru dimulai tahun 975, di mana di dalamnya telah
memiliki fakultas hukum, fikih Islam, tata bahasa Arab, astronomi Islam, filsafat Islam, dan
logika.
Pada abad ke-12, oleh Dinasti Ayyubiyah, Salahuddin Al Ayyubi, mengubah Al-
Azhar menjadi pusat pembelajaran Sunni Syafi’i. Pada masa ini, Salahuddin Al Ayyubi
memperkenalkan sistem perguruan tinggi di Mesir. Di bawah sistem ini pulalah, perguruan
tinggi menjadi lembaga terpisah di dalam lingkungan masjid dengan ruangan lain seperti
kelas, asrama, dan perpustakaannya sendiri.
Selanjutnya, di bawah kekuasaan Mamluk, tepatnya pada 1250, Al-Azhar berkembang
pesat. Bahkan, Mamluk mampu memberikan gaji untuk para pengajar di Al-Azhar,
tunjangan bagi siswa, dan memberi dana bantuan bagi lembaga ini.
Pada 1340, Mamluk juga mendirikan perguruan tinggi di luar masjid. Setelah
bangunan jadi pada akhir 1400-an, bangunan tersebut direnovasi dan dijadikan asrama baru
untuk para siswa yang belajar di Al-Azhar.
Sejak awal Al-Azhar berdiri hingga masa kekuasaan Mamluk, Kairo sebenarnya juga
telah memiliki 70 lembaga pendidikan Islam. Namun hanya Al-Azhar yang mampu
menarik perhatian para pengejar ilmu karena kepopulerannya.
Al-Azhar tumbuh menjadi lembaga pendidikan Islam Sunni terkemuka di dunia
selama periode kekuasaan Kesultanan Utsmaniyah ini. Pada masa ini, salah satu
pengembangan yang terjadi adalah telah dibentuk jabatan yang diberikan kepada ulama
terkemuka di Al-Azhar. Namun, belum ada sistem gelar akademik yang diberikan.
Syekh atau profesor lah yang akan menentukan apakah siswa tersebut sudah layak
mendapat ijazah atau belum. Jika ditanya berapa lama para siswa menghabiskan masa
belajarnya di Al-Azhar? Jawabannya rata-rata adalah selama enam tahun. Waktu cukup
lama bukan? Tapi hasil yang akan didapatkan juga gak perlu diragukan.
Lalu pada tahun 1961, Al-Azhar diresmikan sebagai universitas di bawah
pemerintahan Presiden Mesir, Gamal Abdel Nasser. Semenjak itu banyak fakultas yang
ditambahkan di Universitas Al-Azhar, mulai dari fakultas bisnis, ekonomi, sains, farmasi,
kedokteran, teknik, dan juga pertanian.
Hingga saat ini, Universitas Al-Azhar tetap bisa mempertahankan eksistensinya
sebagai salah satu universitas tertua dan terkemuka di dunia. Banyak tokoh politik,
akademisi hingga ulama di Indonesia menempuh pendidikan di Universitas Al-Azhar.

Anda mungkin juga menyukai