Anda di halaman 1dari 9

PENDIDIKAN DI MAROKO

Profil
Maghrib (bahasa Arab) yang lebih dikenal dengan nama Maroko (berasal dari
bahasa Prancis Maroc) adalah negeri Ilmu. Di negara inilah al-Qurawiyien sebagai
universitas tertua di dunia berada, sekaligus bumi ulama dan para wali yang dikenal oleh
dunia internasional. Mereka banyak yang lahir dan besar di negeri ini. Termasuk salah
satu Wali Songo Indonesia, yang bernama Syekh Maulana Muhammad Malik al- Magribi
(w. 1435) aslinya berasal dari negeri ini. Kata al-Magribi merupakan identitas bahwa
beliau dari negeri ini.
Geografis
Maroko adalah salah satu dari 22 negara Arab yang tergabung dalam Organisasi
Liga Arab yang bermarkas di Cairo, Mesir. Negara ini terletak persis di ujung utara benua
Afrika dan berbatasan di sebelah utara laut Tengah, sebelah timur Aljazair, sebelah
selatan Mauritania dan sebelah barat Samudera Atlantik. Letak Maroko yang sangat
strategis di perairan Samudera Atlantik dan Laut Tengah menyebabkan negara ini
menjadi incaran kaum imperialis barat.
Dalam bahasa Arab, Maroko disebut dengan al-Maghrib al-Arabi atau wilayah
bagian barat/tempat terbenam matahari. Sedangkan al-Magrib al-Arabi adalah kaukus
negara Afrika bagian utara yang terdiri dari Aljazair, Tunisia, Libya, Mauritania dan
Maroko. Kelima negara tersebut telah membentuk Persatuan Magrib Arabi (Union du
Magrbienne Arabe/UMA).
99% warga Maroko beragama Islam, selebihnya memeluk agama Yahudi dan
Nasrani. Jumlah rakyat Maroko sekitar 30 juta jiwa. Bahasa resmi negara adalah bahasa
Arab, sedangkan bahasa keduanya adalah bahasa Perancis, Spanyol dan Barbar.
Walaupun bahasa Perancis merupakan bahasa kedua, namun penggunaannya, baik di
bidang administrasi negara maupun sebagai bahasa pengantar pendidikan, kadangkala
melebihi bahasa resmi, yaitu bahasa Arab.
Negara yang bagian utaranya (pulau Sebta) jatuh di bawah kekuasan negara
Spanyol ini, pusat pemerintahannya berada di kota Rabat. Sekarang dipimpin oleh raja
berusia 38 tahun bernama Muhammad as-Sadis (Muhammad generasi keenam). Pusat
kegiatan ekonomi dan industrinya berada di kota Casablanca (Baca: Kasablangka).
Wilayah pariwisata berada di kota Marakesh. Wilayah pertaniannya berada di daerah
Aghadir. Adapun pusat kota pelajarnya berada di kota Fes, markas utama para Ulama dan
pemikir Maroko.
Saat ini jumlah mahasiswa Indonesia yang sedang studi di negara yang terdapat
salju abadi di sebuah kota bernama Ifran dan puncak bukit Oukameden ini, ada 35 orang
yang rata-rata sedang menempuh program S2 S3. Karena menurut sahabat-sahabat dari
Indonesia yang pernah menempuh studi di Mesir, Yaman, Jordan, dan negara bagian
Timut Tengah lainnya, untuk program SI jurusan apapun- di Maroko, katanya sangat
sulit. Dengan alasan program SI sebagai pembekalan dasar ilmiah. Bahkan tidak sedikit
yang mengatakan bahwa mahasiswa program SI di Maroko dikerjain habis-habisan oleh
para dosen.

Negara Ulama
Maroko ebagai negara Arab yang bergandengan dengan bagian negara Eropa ini,
sangat tepat dianugerahi honoris causa negeri ulama. Hal ini tidak lain karena terdapat
puluhan bahkan ratusan ulama di sana, tidak saja berlevel lokal namun juga berlevel
internasional, baik yang terlahir hingga wafat di negara ini, maupun pendatang dari
negara luar. Di kota Fes saja, terdapat puluhan ulama level internasional yang
dimakamkan di dalamnya, antara lain:
1. Syekh Abu Abdillah Muhammad bin Muhammad bin Daud as-Shanhaji atau yang
dikenal dengan Ibnu A'jurrumi (W. 723). Salah satu karya spektakulernya adalah kitab ajJurumiah dalam ilmu nahwu yang sampai sekarang dijadikan pelajaran pokok materi
nahwu di berbagai pesantren di Indonesia itu.
2. Al-Imam ash-Shalih Abu Zaid bin Abdurrahman bin Ali bin Shalih al-Makudy atau
yang dikenal dengan Imam al-Makudy, pengarang kitab al-Makudy sarah dari Khasiyah
Ibnu Hamdun. Beliau merupakan seorang alim yang pertama kali memberi syarah
terhadap Alfiyah Ibnu Malik.
3. Qadi Abu Bakar Muhammad bin Abdullah bin Muhammad al-Ma'afiri (w. 544). Dia
dikenal dengan nama ibnul Arabi (Imam Ibnul Arabi al-Fasi al-Maghribi, seorang ahli
fikih, bukan Ibnu Arabi sufi yang wafat tahun 638 H).
4. Syekh Abu Abdillah Muhammad Bin Sulaiman al-Jazuly (w. 870), penulis kitab
Dala'ilul Khairaat yang sangat terkenal di Indonesia.
6. Qadi Abu Fadhl Iyadh bin Musa yang dikenal dengan Qadi Iyadh, (476W/544 H).
Nama beliau diabadikan sebagai nama sebuah universitas di kota tempat beliau wafat dan
dimakamkan, yakni di kota Marakesh.
Dan masih sangat banyak ulama terkemuka yang lahir dan dibesarkan di Maroko ini.
Bahkan dalam buku Taariikh Nahwil 'Arabi fil Masyriq wal Maghrib, selain madrasah
Basrah, Kufah, Mesir dan Andalus, madrasah Maghribiyah (Maroko) merupakan salah
satu madrasah yang berperan penting dalam perekembangan Ilmu Nahwu al-Arabi di
kawasan barat dan timur dunia Islam.
Sejarah Pendidikan
Sejarah pendidikan di Maroko tidak dapat dipisahkan dari sejarah kedatangan
Islam di negeri ini, bahkan dari sejak adanya perkampungan penduduk asli Maroko.
Namun dikala kita berbicara tentang Maroko sebagai salah satu negara yang berpenduduk
mayoritas Muslim, kita akan membatasi sejarah itu sejak masuknya Islam di wilayah ini.
Sebagaimana disebutkan sejarah, Islam masuk ke Maroko sejak abad pertama
hijriah, yang kemudian ditindaklanjuti dengan pembukaan kota Andalus, sebagai pusat
kekuatan Islam di Eropa kala itu.
Setelah kejayaan Islam di Andalus berakhir, banyak ulama Andalus yang hijrah ke
daerah-daerah pesisir Maroko dan Tunisia (Qairawan). Mereka kemudian berpetualang
hingga akhirnya mendirikan sebuah perkampungan yang bernama Qarawiyin, yang
berada di jantung kota Fes yang sekarang disebut dengan kota lama. Dari sanalah dikenal
perkampungan Qarawiyin sebagai pusat pengajaran Islam sejak tahun 245H/857M yang
akhirnya ditetapkan sebagai tahun berdirinya Universitas al-Qarawiyin.
Kata "Qarawiyin" ini dinisbahkan kepada kota Qairawan di Tunisia. Dilihat dari
tahun berdirinya, Qarawiyin adalah pusat pendidikan Islam tertua setelah Qairawan di
Tunisia, atau lebih dahulu dari pusat pendidikan al-Azhar di Cairo. Qarawiyin asal

mulanya hanya sebuah masjid yang dibangun pada saat berkuasanya Dinasti Adarisah
yang berkuasa sejak pertengahan abad kedua hijriah, tepatnya tahun 172H.
Keberadaan Dinasti Adarisah sebagai penguasa kala itu, menuntut adanya upaya
pengembangan budaya dan ilmu pengetahuan sebagai proses pembentukan sebuah
kedaulatan. Maka untuk memperkuat pusat pendidikan ini, Maulay Idris yang berkuasa
saat itu, mengutus beberapa pembantunya untuk belajar dan mendalami ilmu keislaman
di Jazirah Arabia, tepatnya di Madinah al-Munawwarah.
Di sanalah para utusan itu menggali ilmu pengetahuan dari seorang ulama Islam
terkemuka saat itu, yaitu Imam Malik. Di antara yang berguru kepada Imam Malik adalah
Muhammad bin Said al-Qaisi, Yahya bin Yahya al-Laitsi al-Thanji, Ibnu Saadah al-Fasi
dan Darras bin Ismail. Mereka inilah yang pertama kali membawakan mazhab Imam
Malik ke Maroko, yang pada akhirnya Mazhab Maliki menjadi mazhab resmi negara.
Pada awal abad kelima hijriyah, lahirlah Dinasti Murabithiyah yang didirikan oleh
Abdullah bin Yasin. Beliau termasuk ulama terkemuka yang arif dan bijaksana. Di
samping kepakarannya dalam ilmu keislaman, di tangan beliaulah banyak kemajuan
dalam bidang keilmuan Islam. Sebab Dinasti Murabitthiyah kala itu menggalakkan
pengiriman pelajar ke berbagai negara Timur Tengah dan memberikan perhatian khusus
untuk itu.
Setelah runtuh, tampuk kekuasaan berada di tangan Dinasti Muwahhidiyah
dengan kepala pemerintahan yang terkemuka kala itu adalah Yakub al-Mansur. Beliau
dikenal sebagai pemerhati hadits dan ajaran Islam. Ketika dia berkuasa, dia
memerintahkan agar kitab-kitab Mazhab Maliki dibakar, karena menurutnya umat Islam
lebih suka mendengarkan ucapan ulama daripada hadits Rasulullah saw..
Pada zaman Dinasti Mariniyah dan Sadiyah, proses pembentukan sistem
pendidikan dan keilmuan di Maroko telah mencapai kemajuan. Ini terbukti dengan
berdirinya pusat-pusat pendidikan, zawiyah dan rubath. Seperti pusat pendidikan yang
didirikan oleh Yakub bin Abdul Haq al-Marini, Abu Said Usman bin Yakub al-Marini,
dan Abu Anan. Di zaman ini juga dilakukan perbaikan sistem pendidikan dan para siswa
diberi beasiswa dan asrama.
Kemajuan pendidikan di zaman Dinasti Mariniyah dan Sadiyah telah membantu
pengembangan pendidikan di zaman Dinasti Alawiyah yang diawali dengan berkuasanya
Maulay Ismail. Disebutkan, bahwa raja-raja Dinasti Alawiyah telah membuka istana
sebagai pusat pendidikan dan pengajaran, dan berlanjut sampai saat ini. Salah satu bukti
dari itu, adanya Durus Hassaniyah yang diadakan setiap bulan Ramadhan di istana
kerajaan Rabat sejak zaman Raja Hassan II hingga sekarang, dengan mendatangkan
ulama senior dari berbagai negara.
Seiring dengan perubahan sistem pendidikan tersebut, sejak tahun 1957
didirikanlah Universitas Mohamed V di Rabat. Diikuti dengan berdirinya Institut Darul
Hadits al-Hassaniyah, yang merupakan perguruan tinggi Islam pertama didirikan Raja
Hassan II setelah beliau naik tahta kerajaan. Selanjutnya lahirlah Universitas Hassan II di
Casablanca dan Universitas Sidi Mohamed bin Abdullah di Fes pada tahun 1975, serta
diteruskan dengan peresmian Universitas Qadhi Iyadh di Marrakech dan Universitas
Mohamed I di Oujda pada tahun 1978, pada tahun 1989 didirikan lima universitas yaitu
Universitas Abdul Malik Sadi di Tetouan, Universitas Maulay Ismail di Meknes,
Universitas Syu'aib Dukkali di Jadidah, Universitas Ibnu Tufail di Kenitra dan
Universitas Ibn Zahr di kota Agadir.

Dalam menyukseskan program wajib belajar, pemerintah Maroko membangun


asrama dan memberikan fasilitas transportasi serta beasiswa bagi mahasiswa. Fasilitasfasilitas tersebut, walaupun sementara ini belum dinikmati seluruh mahasiswa karena
keterbatasan daya tampung, dan masih memakai skala prioritas untuk mahasiswa yang
berprestasi baik dan tidak mampu, namun sudah dapat mencerminkan sebagai suatu
perhatian yang dapat dibanggakan di antara negara dunia ketiga.
Barangkali peranan Raja Hassan II (wafat pada 23 Juli 1999) tidak dapat
dipisahkan dari sistem modernisasi manajemen pendidikan di Maroko. Hal ini tercermin
dari berdirinya berbagai universitas dan lembaga pendidikan di masa kekuasaannya.
Salah satu bentuk motifasi belajar yang masih dapat diingat adalah petuahnya yang
mengatakan bahwa buta huruf bukanlah ketidakmampuan membaca dan menulis,
melainkan ketidakmampuan berkomunikasi dengan dunia luar, atau dengan kata lain
tidak menguasai bahasa asing.
Perhatian dan motifasi belajar ini diteruskan oleh penggantinya, Raja Mohamed
VI yang sekarang ini giat mencanangkan program pemberantasan buta huruf serta
reformasi di segala jenjang pendidikan. Seruan pemberantasan buta huruf demi
pembangunan bangsa dimuat secara terus menerus dalam media cetak dan elektronik,
guna menggalang minat belajar baik di kalangan muda maupun kaum tua yang belum
sempat menikmati bangku sekolah.
Spesipikasi Universitas Tertua di Dunia
Telah dikatakan tadi, al-Qurawiyin atau yang oleh para wisatawan Eropa biasa
disebut dengan bahasa Prancis Karaouiyine, adalah nama mesjid tertua di Maroko,
bahkan termasuk salah satu masjid tertua di dunia. Ia terletak di daerah pegunungan
Atlas, persisnya di wilayah pemukiman lama kota Fes. Nama al-Qurawiyin juga
dijadikan sebagai nama universitas Islam tertua di dunia yang didirikan pada tahun
245H/857M, atau pertengahan Abad sembilan masehi oleh Fatimah Fihriyah, seorang
wanita dari kota Qirauan negara Tunisia. Dari nama kota itulah nama universitas
Qurawiyin diambil.
Gedung kampus (madrasah) al-Qurawiyin yang pertama kali dibangun, kini telah
dimusiumkan berada di kota Fes. Bangunan yang dindingnya 95% terbuat dari kayu
berukir kaligrafi arab ciri khas dan budaya Maroko itu, kini telah dimusiumkan dan ramai
dikunjungi wisatawan dari berbagai negara. Adapun gedung kampus yang dibangun
kedua kalinya, saat ini difungsikan sebagai gedung sekolah madrasah tsanawiyah,
setingkat dengan sekolah tingkat menengah atas di Indonesia.
Al-Qurawiyin Sekarang
Universitas al-Qurawiyin sebagai universitas negeri, dengan Mahasiswa dari
berbagai negara, kini mempunyai empat kampus. Kampus utamanya berada di kota Fes,
kota ulama dan kota pelajar Maroko, kampus kedua terletak di kota Tetouan, dekat
perbatasan MarokoSpanyol, kampus tiga terletak di kota Aqadir, wilayah Maroko yang
di dalamnya banyak lahan pertanian dan peternakan. Dan kampus keempat berada di kota
Marakes, kota wisata Maroko. Adapun gedung rektoratnya berada di kecamatan Dahrul
Mehraj, kota Fes, berdampingan dengan universitas Sidi Abdullah dan Universitas Malik
as-Sadi.
Sistem dan Jenjang Pendidikan

Seiring dengan perkembangan zaman, telah diadakan reformasi di bidang


pendidikan demi perbaikan dan efisiensi anggaran yang dialokasikan bidang ini. Untuk
lebih jelasnya pembahasan sistem pendidikan di Maroko akan dipaparkan sesuai dengan
jenjang pendidikan yang ada.
Pada dasarnya, jenjang pendidikan di Maroko tidak jauh berbeda dengan sistem
pendidikan yang ada di negara lain, yaitu dapat dibagi kepada dua bagian:
1. Pendidikan Dasar dan Menengah
Pendidikan Dasar dan Menengah terbagi atas dua jenjang pendidikan, yaitu:
A. Pendidikan Dasar (Talim Asasi) dengan sembilan tahun masa belajar, yang terdiri
dari:
1. Ibtidaiyah (Sekolah Dasar) selama enam tahun.
2. Idadiyah (Sekolah Menengah Pertama) selama tiga tahun.
Pada kedua jenjang pendidikan ini, materi masih bersifat paket dan tidak ada spesialisasi.
Bahasa pengantar pada umumnya menggunakan bahasa Arab, kecuali beberapa materi
pelajaran yang diajarkan dengan bahasa Perancis. Dalam jenjang ini, para siswa lebih
banyak ditekankan pada hafalan dan praktek menjawab soal yang berupa pekerjaan
rumah (PR).
B. Pendidikan Menengah Tingkat Atas yang ditempuh selama tiga tahun.
Pada jenjang ini, terdapat dua jurusan, yaitu:
1. Ilmi (Ilmu Pasti dan Ilmu Alam)
2. Adabi (Ilmu Sosial dan Bahasa)
2. Pendidikan Tinggi
Pendidikan Tinggi terbagi kepada tiga program, yaitu:
a. Strata 1(Undergraduate).
Program ini semula ditempuh dalam masa empat tahun termasuk penulisan skripsi
dengan bimbingan seorang dosen. Mulai tahun 2004, diterapkan peraturan baru menjadi
tiga tahun.
b. Strata 2 (program S2).
Untuk program strata 2 ada dua program yaitu:
1. Program D.E.S.S (Diplome des Etudes Superieur Specialit)
2. Program D.E.S.A (Diplome des Etudes Superieur Approfondis)
c. Strata 3 (Program S3).
Dalam Program Strata 3 atau Program Doktoral, mahasiswa harus menyiapkan Disertasi
yang dibimbing salah seorang dosen dalam masa antara tiga sampai lima tahun.
Jurusan yang ada pada Program Starata 2 dan Strata 3 umumnya tidak permanen
dan selalu berubah sesuai dengan kebutuhan yang ada.
Metode Pendidikan Perguruan Tinggi
Secara singkat, sistem pendidikan universitas al-Qurawiyien, atau perguruan
tinggi lainnya di Maroko, semuanya menekankan kepada pemahaman tekstual, hafalan
dan analisa. Bagi Program SI dan S2 wajib mengikuti setiap jam kuliah, karena absensi

berpengaruh terhadap kelulusan. Bagi program SI dan S2 ini, setiap minggu para dosen
selalu memberi tugas rutin kepada mahasiswa untuk membuat karya tulis. Awalnya,
sistem yang digunakan adalah sistem paket, bukan semester, sehingga jika seorang
mahasiswa tidak lulus dalam satu mata kuliah, maka dia dianggap gugur dan wajib
mengulang semua mata kuliah. Namun sejak tahun 2003, diterapkan sistem semester.
Prospek Pendidikan
Prospek pendidikan di Maroko tidak dapat dipisahkan dari peran pemerintah
setempat dalam menggalang program wajib belajar serta penyediaan sarana dan prasarana
dengan anggaran yang memadai, sebagai negara yang giat menggalakkan program
pencerdasan bangsa. Popularitas Maroko di bidang pendidikan untuk mahasiswa asing
belum setingkat Mesir atau negara-negara di Eropa. Hal itu kita lihat dari jumlah
mahasiswa asing yang ada di Maroko yang belum melampaui angka 4000. Namun jika
kita memandang secara obyektif, hal itu bukan karena mutu pendidikan yang kurang
baik, karena banyak aspek positif yang barangkali tidak didapatkan di negara lain,
misalnya:
1. Beasiswa
Di Maroko, seluruh mahasiswa asing yang diterima di salah satu perguruan tinggi
baik tingkat S1 ataupun yang lebih tinggi diberi hak mendapatkan beasiswa. Beasiswa
tersebut akan disalurkan kepada mahasiswa yang bersangkutan jika dia memiliki prestasi
yang bagus (lulus ujian). Namun kendalanya, tidak semua calon mahasiswa dapat
diterima belajar, karena pemerintah Maroko telah menetapkan kuota bagi setiap negara,
berdasarkan anggaran yang telah disediakan oleh Agen Kerjasama Internasional.
2. Bahasa
Maroko sebagai negara bekas jajahan Perancis, tidak hanya memberlakukan bahasa
Arab dalam administrasi, pendidikan dan bahasa pergaulan masyarakat, melainkan juga
memakai bahasa Perancis. Bahkan di sebagian wilayah di utara Maroko, dipakai juga
bahasa Spanyol. Keberagaman bahasa yang ada di Maroko memungkinkan mahasiswa
yang ada di sini untuk mengenal banyak bahasa. Hal ini sangat membantu dalam
memperluas wawasan. Di samping ketiga bahasa tersebut, sebagian masyarakat Maroko
juga mengenal bahasa Inggris, walaupun kuantitasnya tidak menyamai ketiga bahasa di
atas. Beberapa tahun terakhir, Kementerian Pendidikan Nasional Maroko telah membuka
beberapa sekolah menengah baru yang memiliki spesialisasi bahasa Inggris.
3. Tempat Tinggal
Mahasiswa yang terdaftar di universitas al-Qurawiyin atau Perguruan Tinggi lain
di Maroko, mendapatkan fasilitas untuk tinggal di asrama atau mahad (pesantren) yang
berdekatan dengan kampus. Mahasiswa juga dapat menyewa rumah sendiri, namun biaya
sewa rumah di Maroko sangat tinggi. Untuk ukuran rumah sederhana, dalam satu bulan
biaya sewanya mencapai 150 U$D. Bahkan rumah dengan harga semurah ini sudah sulit
sulit ditemukan.
Prosedur Pendaftaran dan Syarat-syarat Kuliah ke Maroko
A.Prosedur Pendaftaran

1. Utusan Instansi
Bagi calon mahasiswa dari Indonesia yang ingin kuliah ke Maroko (ke universitas
al-Qurawiyin atau universitas yang lainnya), dapat mendaftar melalui Departemen Agama
RI, atau departemen lainnya. Departemen yang bersangkutan akan mengirimkan nama
dan semua persyaratan kepada KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia) di Kerajaan
Maroko di kota Rabat. Oleh KBRI Rabat, berkas akan dikirim ke AMCI (LAgence
Marocaine dela Coperatione Intrnationale). Selanjutnya AMCI mengirimkan berkas
persyaratan ke Kementrian Pendidikan Tinggi Maroko untuk dikirim ke salah satu
universitas atau perguruan tinggi Maroko, untuk mendapat persetujuan. Selanjutnya
perguruan tinggi/universitas yang bersangkutan akan mengirimkan jawaban diterima atau
tidaknya seorang calon mahasiswa kepada Kementrian Pendidikan Tinggi. Apabila
Institut/perguruan tinggi yang bersangkutan memberi persetujuan menerima seorang
pendaftar sebagai mahasiswanya, maka Kementrian Pendidikan Tinggi Maroko akan
mengeluarkan surat Ruhkshoh (otorisasi) hak belajar di Maroko.
2. Inisiatif Pribadi (Jalur bebas)
Pada jalur ini ada dua cara yang dapat ditempuh oleh calon mahasiswa:
Pertama: Mengirim berkas persyaratan melalui PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia)
Maroko. Kemudian PPI Maroko akan mengurus seluruh proses pendaftaran, baik ke
KBRI, maupun ke AMCI.
Cara ini lebih efesien dan ekonomis, karena calon Mahasiswa yang beminat cukup
menunggu di luar Maroko atau di Indonesia.
Kedua Calon Mahasiswa langsung berangkat ke Maroko, tentunya dengan biaya sendiri.
Pada bulan Juli atau paling lambat awal bulan Agustus yang bersangkutan harus sudah
berada di Ibu kota Rabat Maroko. Selanjutnya pengurusan daftar kuliah dibantu oleh PPI
(Perhimpunan Pelajar Indonsia) Maroko. Namun berdasarkan pengalaman, jalur ini
beresiko, mengingat adanya kemungkinan pendftar tidak diterima sebagai mahasiswa di
Maroko.
Informasi tentang diterima atau tidaknya calon mahasiswa jalur bebas ini pada
perguruan tinggi di Maroko, akan disampaikan oleh pengurus PPI Maroko kepada yang
bersangkutan. Maka untuk memudahkan komunikasi, bagi calon mahasiswa diharapkan
memberikan alamat lengkap, nomor telephon, Fax, E-mail dan lain-lain. Dan bagi calon
mahasiswa yang sudah positif diterima, diharapkan secepatnya datang ke Maroko dan
tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk belajar di Maroko, untuk menjaga citra baik
Indonesia. Hal ini megingat penerimaan mahasiswa di Maroko sangat terbatas
berdasarkan kuota.
Bagi mahasiswa yang kuliah di salah satu universitas Maroko, mendapatkan
beasiswa setiap bulan 750 Dirham (sekitar tujuh ratus lima puluh ribu Rupiah) selama
studi di Maroko. Untuk Program SI, mendapat bea siswa selama 4 tahun, bagi S2 selama
dua tahun dan bagi S3 selama 3 tahun.
B. Syarat Pendaftaran
a. Syarat-syarat Umum untuk Program SI, S2 dan S3.
1.
Dapat berbahasa Arab (untuk jurusan Agama), berbahasa Prancis (untuk
umum/kedokteran, Arsitektur dll) dan berbahasa Inggris (khusus ekonomi) dengan baik
dan benar, lisan maupun tulisan.

2.
Ijazah terahir SLTA bagi pendaftar program SI, ijazah SI bagi pendaftar program
S2 dan ijazah S2 bagi pendaftar program S3, disertai transkrip nilai dengan nilai minimal
"baik". Bagi yang menyelesaikan studi akhir di luar negeri, maka ijazah dan transkrip
nilai harus dilegalisir oleh KBRI setempat.
3. Akte kelahiran.
4.
Photo kopi paspor.
5.
Pas photo terbaru berwarna, ukuran 4x 6 sebanyak 10 lembar.
6.
Surat keterangan berkelakuan baik dari sekolah/perguruan tinggi asal.
7.
Surat kesehatan dari dokter.
8.
Mengajukan surat permohonan beasiswa dengan menggunakan bahasa Arab dan
ditulis tangan (bukan ketik) yang ditunjukkan kepada AMCI (lAgence Marocaine de la
cooperation International).
9.
Mengajukan surat permohonan kepada KBRI Rabat.
10. Siap ditempatkan di Perguruan Tinggi mana saja yang berada di wilayah Maroko.
Semua berkas di atas diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh penerjemah resmi dan
dilegalisir oleh Departemen Kehakiman serta Departemen Luar Negeri, kecuali syarat
nomor 5, 8 dan 9 . Adapun legalisasi oleh Departemen Kehakiman dan Departemen Luar
Negeri, biasanya diurus oleh lembaga penerjemah.
b. Syarat - syarat khusus untuk Program Strata Satu (SI).
Selain persyaratan umum yang tertulis di atas, untuk Program Strata I juga harus
melengkapi syarat-syarat berikut:
1.
Usia ijazah SLTA tidak lebih dari dua tahun. Untuk pendaftaran ini dapat
digunakan ijazah pesantren swasta dan tidak harus negeri.
2. Ijin tertulis dari orang tua atau wali.
3.
Kesanggupan biaya tambahan dari orang tua/keluarga, mengingat minimnya bea
siswa dan tingginya biaya hidup di Maroko.
4.
Berkas sudah diterima oleh KBRI Rabat selambat-lambatnya minggu awal bulan
Juli.
5. Berkas sudah diterima oleh AMCI selambat-lambatnya minggu akhir bulan Juli.
c. Syarat - syarat Khusus Program Strata Dua (Master).
Selain syarat-syarat umum yang tertulis di atas tadi, untuk Program Strata 2 juga harus
melengkapi syarat-syarat berikut:
1.
Usia ijazah S1 tidak lebih dari sepuluh tahun.
2.
Kesanggupan biaya dari keluarga/sponsor (kalau ada), mengingat minimnya bea
siswa dan tingginya biaya hidup di Maroko.
3.
Berkas sudah diterima oleh KBRI Rabat paling lambat minggu awal bulan
Agustus.
4.
Berkas sudah diterima oleh AMCI selambat-lambatnya minggu akhir bulan
Agustus.
d. Syarat-syarat Khusus Program Strata 3 (Doktor).
Selain syarat-syarat umum yang tertulis di atas tadi, untuk Program Strata 3 juga harus
melengkapi syarat-syarat berikut:

1. Proposal penulisan disertasi yang disetujui oleh dosen pembimbing dan Dekan
Fakultas yang bersangkutan dengan menggunakan bahasa Arab(Untuk jurusan Agama)
dan bahasa Prancis (untuk jurusan umum).
2. Surat dari instansi sponsor (kalau ada).
3. Kesanggupan biaya dari pribadi/sponsor mengingat minimnya bea siswa dan
tingginya biaya hidup di Maroko.
4. Berkas sudah diterima oleh KBRI Rabat paling lambat minggu awal bulan September.
5. Berkas sudah diterima oleh AMCI selambat-lambatnya minggu akhir bulan
September.
Catatan: Prosedur dan syarat-syarat di atas atas dapat berubah sewaktu-waktu, sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Anda mungkin juga menyukai