Anda di halaman 1dari 1

Tajassudul ‘amal

Yang akan muncul di alam barzakh, yang sesuai dengan amal dan sifat aktual kita. Sifat dominan
manusia, Bani Israil, tidak mengaktual kembali pada sifat kemanusiaannya, maka Allah menjadikan
hakikat penggambaran saat di alam dunia.

Banyak makhluk yang terhalang dari kesempurnaannya. Jiwa yang sudah mencapai tajarud aqli,
imajinal, intelektual, lalu terputus dengan badan, apabila badannya masih memiliki potensi, maka
masih bisa berubah. Jiwa akan terhalang dalam mencapai kesempurnaan selama masih memiliki
badan yang terbatas.

Manusia akan berhenti pada kesempurnaan yang sudah di capai. Semua manusia akan kembali pada
jasadnya. Jika satu makhluk terhalang pada kesempurnaan, ini adalah keterpaksaan, untuk tidak
menjadi lebih sempurna. Karena tidak sesuai dengan hakikat kesempurnaan Allah.

Selama manusia memakai badan dan memaksimalkan sampai batas tertentu, maka dirinya akan
menetap pada kesempurnaan akhir, karena sudah tidak ada badan lagi untuk menjadi wadah bagi
kesempurnaan jiwa.

Manusia dengan jiwa yang sederhana, ada perbuatan baik dan buruk, waktu lamanya hidup, dia
memiliki aktualitas, apabila kehidupannya dalam kebaikan maka kebahagiaan akan di dapatkan,.
Begitupun sebaliknya. Dia bisa memperbaiki dirinya saat kembalinya jiwa pada badan yang pernah
terpisah, dia bisa mengaktualkan salah satu jiwa yang belum teraktualkan. Tentu di alam barzakh
pun, manusia masih mengalami ke aktualan jiwanya melewati perjalanan intelektual dan spiritual
yang di tanam saat masih di alam Dunya.

Wujud sempurna, akan dapat memakai badan lagi, kembali ke dunia setelah mati, akan terjadi
aktualitas baru dari segi intelektual dan rasional, tentu kesempurnaan itu bersifat materi.

Semua kejadian alam ini, mengalami keterpaksaan, sebagian bersar peristiwa alam ini dikategorikan
sebagai keterpaksaan. Alam ini adalah tempat yang memiliki batasan, dan ini termasuk kelaziman. Ini
merupakan syarat untuk mencapai kesempurnaan, harus melewati wujud materi.

Anda mungkin juga menyukai