Anda di halaman 1dari 24

E-LEARNING UNDANG-UNDANG CUKAI

Tujuan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, Sobat diharapkan
dapat menjelaskan konsep cukai, objek dan subjek cukai, serta
proses bisnis cukai dengan baik.
Pokok Bahasan

Konsep Cukai
Konsep Cukai Berdasarkan
Peranan Cukai Ekstensifikasi BKC
Secara Teoritis Undang-Undang
Cukai
Konsep Cukai
Secara Teoritis
Filosofi Cukai Sebagi Sin Tax

Pungutan cukai sebagai kompensasi atas konsumsi


barang tertentu yang dianggap melanggar norma.

Cukai dikenakan terhadap barang-barang yang


berdampak negatif secara sosial, misalnya rokok dan
minuman beralkohol

Pengenaan cukai sebagai sin tax telah dilakukan sejak


zaman kolonial Belanda dengan objek minuman
beralkohol dalam bentuk bir dan produk hasil tembakau
Filosofi Cukai Sebagai Pigouvian Tax

Pengenaan cukai merupakan earmarking atau kompensasi dari


suatu dampak negatif yang timbul akibat aktivitas ekonomi tertentu
terhadap aktivitas ekonomi yang lain.

Istilah pigouvian tax diambil dari nama seorang ekonom asal


Inggris, yaitu Arthur Cecil Pigou yang mengemukakan konsep ini.

Arthur Cecil Pigou (1877-1959)


Filosofi Cukai Sebagai Consumption Tax

Pungutan cukai sebagai bentuk usaha untuk membatasi konsumsi


suatu barang atau sumptuary tax;

Di beberapa negara, cukai dikenakan terhadap konsumsi barang


yang dianggap mewah atau luxury tax;

Tujuan lain pengenaan cukai adalah untuk mengubah perilaku


masyarakat atau driven tax, misalnya cukai dikenakan terhadap
pembelian bahan bakar untuk mendorong masyarakat menggunakan
transportasi publik;

Pengenaan cukai dapat juga dianggap sebagai pungutan atas


kegiatan jasa hiburan atau entertainment tax. Konsep ini menjadikan
cukai sebagai alat redistribusi pendapatan dengan menargetkan
masyarakat berpenghasilan tinggi atas hiburan yang dikonsumsinya.
Definisi Cukai

Arthur Cecil Pigou, Ekonom inggris, Adam Smith, Ekonom Skotlandia,


Pencetus konsep Pigouvian Tax Penulis Buku The Wealth of Nations
(1877-1959) (1723-1790)

Cukai adalah pungutan atau pajak atas Cukai merupakan consumption tax atau
suatu barang yang memiliki eksternalitas pajak atas konsumsi. Pengenaan cukai
negatif atau pigouvian tax. Dengan dilakukan terhadap produk yang sifatnya
adanya cukai maka diharapkan adanya inelastis sehingga pengenaan cukai akan
keseimbangan pada kuantitas sosial yang menghasilkan dampak yang relatif kecil
efisien terhadap perekonomian secara
keseluruhan
Definisi Cukai

the scope of coverage : cukai tidak dikenakan terhadap


Selective of semua barang, melainkan barang-barang tertentu
saja
Coverage objek cukai ditentukan secara jelas (sdh ditentukan)
tarif yang spesifik untuk masing-masing objek

Pengenaan cukai didasarkan pada tujuan tertentu


yang bersifat khusus;
Discrimination Tujuan tersebut misalnya: menghimpun penerimaan
in intent negara, atau mengendalikan konsumsi masyarakat,
atau imbalan atas jasa atau layanan yang diberikan
oleh Pemerintah.

Sijbren Cnossen

Perlu ada mekanisme pengawasan secara fisik dan


Quantitative
administratif untuk memastikan kewajiban cukai telah
Measurement dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Mengapa perlu ada Cukai?
Tujuan Pemungutan Cukai

Pengendalian Mendorong Investasi,


Konsumsi Tindakan Korektif Pertumbuhan ekonomi,
dan penciptaan
lapangan kerja

Sumber Pendapatan Redistribusi


Negara Pendapatan
Konsep Cukai Berdasarkan
Undang-Undang Cukai
Konsep Cukai
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai

Sifat dan Karakteristik Pengenaan Cukai

Dikenakan terhadap barang yang


konsumsinya perlu dikendalikan

Pungutan Negara terhadap barang Dikenakan terhadap barang yang


tertentu yang mempunyai sifat atau peredarannya perlu diawasi
karakteritik yang ditetapkan
Undang-undang.
Dikenakan terhadap barang yang pemakaiannya
dapat menimbulkan dampak negatif bagi
Masyarakat, atau lingkungan hidup
TPB

pembebanannya dilakukan demi keadilan dan


keseimbangan
Prinsip-Prinsip Undang-Undang Cukai
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai

Keadilan dalam keseimbangan;

Pemberian insentif;

Pembatasan produksi dan konsumsi untuk


perlindungan kepada masyarakat;

Netral dalam pemungutan cukainya;

Kelayakan Administrasi;

Penerimaan Negara;

Pengawasan dan penerapan sanksi secara


konsisten
Peranan Cukai
Dalam Penerimaan Negara
Kontribusi Penerimaan Cukai

Kontribusi cukai terhadap PDB di Indonesia berada


Peran Cukai Dalam di bawah rata-rata
Penerimaan Negara

Penerimaan cukai ‘hanya’ sekitar 10% dari


penerimaan nasional

Indonesia memiliki jumlah BKC paling sedikit


diantara negara-negara ASEAN
Earmarking Cukai Hasil Tembakau

DBH Cukai Hasil Tembakau

Kontribusi DBH Cukai HT bagi daerah


adalah bentuk earmarking / kompensasi
dampak eksternalitas yang ditimbulkan
akibat:
Konsumsi BKC Hasil tembakau,
sehingga peruntukannya cukup
dominan untuk aspek kesehatan
Perubahan kebijakan terkait cukai,
sehingga aspek kesejahteraan
masyarakat dan penegakan hukum
perlu mendapat atensi yang cukup
besar
Ekstensifikasi
Barang Kena Cukai
Mengapa Perlu Ekstensifikasi BKC??

Kontribusi BKC Terhadap Total Kontribusi BKC Terhadap Total


Penerimaan Cukai Saat Ini Penerimaan Cukai Saat Ini

Bagaimana jika terjadi krisis atau shock


pada sektor hasil tembakau;

Bagaimana apabila target penerimaan


cukai naik secara signifikan?

Bagaimana menangkap isu permasalahan


lingkungan dan kesehatan?

Apakah pengenaan cukai telah sesuai


dengan perkembangan zaman?

Sumber: Excise Team DJBC (2020)


Urgensi Ekstensifikasi BKC
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai

Jumlah BKC di Indonesia masih sangat terbatas Sustainability issue karena ketergantungan
jika dibandingkan dengan negara lain. dengan Industri Hasil Tembakau

Penerimaan cukai saat ini sangat Rendahnya rasio penerimaan cukai


tergantung pada Industri Hasil Tembakau terhadap penerimaan pajak keseluruhan

Isu lingkungan dan kesehatan yang harus Rendahnya rasio penerimaan cukai
segera diadopsi terhadap PDB
Tahapan Ekstensifikasi BKC
Memenuhi kriteria
BKC

1
Ada produk hukum (PP)
Inisiatif dari instansi
terkait K/L

2
1
Pembentukan Panitia Antar
Kementerian (PAK)

Earmarking Untuk 3
Penanggulangan Pajak
3 Public hearing dengan
stakeholders terkait

4
4
Public hearing dengan
stakeholders terkait
Bukan ilegal untuk 5
dikonsumsi

Aspek Formil
Public hearing dengan
stakeholders terkait
Sumber: Excise Team DJBC (2020) Aspek Filosofis
Tantangan Yang Dihadapi

01 02 03 03

Belum adanya
roadmap Resistensi dari Ego sektoral di Sulitnya mendapat
ekstensifikasi BKC masyarakat dan internal pemerintah persetujuan dari DPR
yang jelas dari industri (antar k/L)
Pemerintah
Benchmarking Objek Cukai di Negara Lain

Minuman mengandung alkohol, rokok Margarine, Butter, Milk, Soft Drink,


dan produk hasil tembakau, kendaraan Pharmaceuticals, Furs, Carpets, Watches,
bermotor, kartu dan alat permainan Appliances, Musical Instrument, Cars,
(cards, mahjong tiles) Motor Cycles, Boats, Air planes,
Insurance, Travel

Minuman mengandung alkohol, rokok coffe, tea, sugar, vegetable oil, meat, soft
dan produk hasil tembakau, kendaraan drink, cosmetics, perfumery, jewelry,
bermotor, kartu dan alat permainan explosivem insurance, transportation,
(cards, mahjong tiles) heating, electricity

Petroleum, Petroleum products, softdrinks,


AC, Lead Crystals, Vehicle, Yachts, Perfume, Beer, spirits, tobacco, cigar, cigarrettes,
wool carpets, motor cycles, batteries, snuff, petroleum, petroleum products
marble, halogenated derrivatives of
acyclicic hydrocarbons, entertainment
business, gambling business, golf playing,
telecommunications, spirits, tobacco,
playing cards
E-LEARNING PENGANTAR CUKAI LANJUTAN

Selamat
Anda telah menyelesaikan materi pembelajaran

PRINSIP DASAR CUKAI

Anda mungkin juga menyukai