NIM: 210202110058
KELAS: HES B
MATKUL: AL-QUR’AN DAN HADIST
PEMBAGIAN AL-QUR’AN
Istilah-istilah ini berasal dari suatu hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam
Musnad-nya dengan sanad hasan dari Watsilah bin al-Asqa', “Sesungguhnya Nabi
(Muhammad) bersabda, ‘Aku diberi al-sab' al-ṭiwāl sebagai pengganti Taurat, al-mi'ūn
sebagai pengganti Zabur, dan al-maṡānī sebagai pengganti Injil. Dan aku diberi karunia lebih
berupa al-mufaṣṣal.”
Al-Sab' al-ṭiwāl
Al-Sab' al-ṭiwāl adalah tujuh surah panjang setelah Surah Al-Fatihah. Disebut demikian
karena surah-surah tersebut sangat panjang (jika dibandingkan dengan surah lain). Ibnu
Abbas berkata tentang al-sab' al-ṭiwāl, bahwa tujuh surah ini adalah surah yang khusus
diberikan kepada Nabi Muhammad, selain bahwa Nabi Musa diberi dua surah di antaranya.
Namun, Ibnu Abbas tidak menjelaskan surah yang mana.
Al-Mi'ūn
Al-Mi'ūn adalah sekelompok surat Al-Qur'an yang jumlah ayatnya mencapai seratus ayat atau
lebih. Urutannya dalam Al-Qur'an berada setelah surah-surah al-sab' al-ṭiwāl. Ada yang
mengatakan bahwa al-mi'un adalah tujuh surah dari Surah al-Isra' sampai Surah al-
Mukminun.
Al-Maṡānī
Al-Maṡānī adalah surah-surah yang jumlah ayatnya kurang dari seratus ayat, selain surah-
surah al-mi'un. Meskipun demikian, secara umum Al-Qur'an dan semua surah di dalamnya
disebut al-maṡānī karena di dalamnya diceritakan berbagai kisah dan kabar berita secara
berulang-ulang.
Al-Mufaṣṣal
Kelompok surah al-mufaṣṣal dinamakan demikian karena banyaknya basmalah, sehingga
terbagi menjadi banyak surah. Alasan lainnya adalah karena surah-surah dalam kelompok ini
sedikit yang di-naskh, yang juga menjadikan surah-surah al-mufaṣṣal dinamakan al-muḥkam.
PEMISAH ANTAR AYAT
Al-Qur’anul Karim memmiliki keistimewaan dengan adanya metode khas dalam masalah
Fawashilnya dan Ru’usul Aay. Yang dimaksud dengan al-Fashilah (al-Fawashil) adalah
kalam (pembicaraan) yang terpisah dari kalam yang setelahnya, yang terkadang ia di ujung
ayat dan terkadang tidak. Dan Fashilah terletak di akhir penggalan pembicaraan. Ia
dinamakan dengan hal itu karena kalam terputus (berakhir) di tempat itu. Adapun Ra’sul
Ayat (Ru’usul Aay) adalah ujung ayat yang setelahnya diletakkan tanda pemisah antara satu
ayat dengan ayat yang lainnya. Oleh sebab itu mereka (para Ulama) berkata:”Setiap ujung
ayat adalah Fashilah, namun tidak setiap Fashilah itu ujung ayat. Maka Fashilah meliputi dan
menggabungkan kedua hal tersebut.”. Karena ujung ayat memisahkan ayat tersebut dengan
ayat setelahnya.
Adapun jika yang diperhatikan adalah makna, dan ada keserasian dengan wazan, tanpa ada
unsur takalluf maka yang seperti ini adalah salah satu bentuk dari ilmu balaghah (retorika),
dan itu telah datang dalam al-Qur’an sebagaimana datang dalam yang lainnya (perkataan
manusia). Dan jika kita namakan yang seperti ini dalam al-Qur’an dengan Fawashil, bukan
dengan sajak maka hal itu dalam rangka menghindari penamaan sajak dalam al-Qur’an sesuai
pengertian yang pertama.
Di dalam al-Qur’an, Fashilah itu bermacam-macam, di antaranya:
A. Pemisah ayat yang hampir sama (Fashilah mutamatsilah)
B. Pemisah ayat yang berdekatan dalam huruf (Fashilah mutaqaribah fi huruf)
C. Pemisah ayat yang bertepatan (Fashilah Mutawaziyah)