Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS SPASIAL KASUS DIARE PADA BALITA DI KABUPATEN

BANYUMAS TAHUN 2019

(Resume Jurnal)

Oleh :

OKTA DWI ANDIKA KURNIAWAN


NPM 2320011002

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Dyah Wulan Sumekar RW, SKM, M.Kes.
Mata Kuliah : Analisis Statistika Lingkungan

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU LINGKUNGAN


FAKULTAS PASCASARJANA MULTIDISIPLIN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2023
I. IDENTITAS JURNAL

Nama Penulis : Dyah Nurmarastri Sasabil Sidqi, Novia Anasta, dan


Pralampita Kori Mufidah

Tahun Penulis : 2021


Judul Jurnal : Analisis Spasial Kasus Diare Pada Balita di Kabupaten
Banyumas Tahun 2019
Tema Tugas : Analisis Spasial

II. PENDAHULUAN

2.1. Latar Belakang

Diare adalah penyakit yang menyebabkan kematian balita terbesar kedua


di dunia, dengan prevalensi tertinggi di Indonesia sebesar 11,5% pada
tahun 2018. Diare dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti sanitasi,
kebersihan, akses air bersih, status gizi, dan imunisasi. Kabupaten
Banyumas adalah salah satu daerah di Indonesia yang memiliki angka
penemuan diare pada balita yang masih rendah, yaitu 0,2% pada tahun
2019, jauh dari target nasional sebesar 1%. Oleh karena itu, perlu
dilakukan analisis spasial untuk mengidentifikasi daerah yang rentan
terhadap kasus diare pada balita secara geografis, serta faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian diare. Analisis spasial dapat memberikan
gambaran distribusi spasial, pola, dan hubungan antara variabel-variabel
yang memengaruhi kejadian diare pada balita. Selain itu, analisis spasial
juga dapat menghasilkan peta kerentanan dan peta buffer jangkauan
pelayanan puskesmas, yang dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan terkait
pencegahan dan penanggulangan diare pada balita di Kabupaten
Banyumas.
2.2. Rumusan Masalah

 Bagaimana distribusi spasial kasus diare pada balita di Kabupaten


Banyumas tahun 2019?
 Apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada
balita di Kabupaten Banyumas tahun 2019?
 Bagaimana tingkat kerentanan daerah terhadap kasus diare pada
balita di Kabupaten Banyumas tahun 2019?
 Bagaimana jangkauan pelayanan puskesmas terhadap daerah yang
rentan terhadap kasus diare pada balita di Kabupaten Banyumas
tahun 2019?

2.3. Tujuan

Tujuan dari jurnal ini adalah untuk mengetahui distribusi spasial, faktor-
faktor yang berhubungan, tingkat kerentanan, dan jangkauan pelayanan
puskesmas terhadap kasus diare pada balita di Kabupaten Banyumas
tahun 2019.

III. METODE

Penelitian ini menggunakan studi ekologi dengan pendekatan spasial untuk


mengetahui korelasi faktor risiko dengan kasus diare pada balita secara
geografis. Data yang digunakan adalah data sekunder dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Banyumas tahun 2019, yang meliputi data kasus diare pada balita,
data jumlah balita, data jumlah penduduk, data jumlah puskesmas, data
jumlah sarana air bersih, data jumlah sarana sanitasi, dan data koordinat
geografis kecamatan. Data tersebut diolah dengan menggunakan software
ArcGIS 10.7.1, Microsoft Excel 2016, dan SPSS 25. Analisis spasial
dilakukan dengan menggunakan metode Moran’s I untuk menguji
autokorelasi spasial, metode Local Indicator of Spatial Association (LISA)
untuk mengidentifikasi cluster spasial, dan metode Spatial Lag Model (SLM)
untuk menguji pengaruh faktor risiko terhadap kasus diare pada balita secara
spasial. Selain itu, penelitian ini juga membuat peta kerentanan kasus diare
pada balita dengan menggunakan metode pembobotan (weighting)
berdasarkan faktor risiko yang signifikan, dan peta buffer jangkauan
pelayanan puskesmas dengan menggunakan metode Euclidean Distance.

IV. HASIL

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat autokorelasi spasial positif


yang signifikan antara kasus diare pada balita dengan kepadatan penduduk,
sanitasi lingkungan, dan akses air bersih. Terdapat 10 kecamatan yang
teridentifikasi sebagai cluster spasial dengan kerentanan tinggi terhadap kasus
diare pada balita, yaitu Kecamatan Banyumas, Kecamatan Kembaran,
Kecamatan Karanglewas, Kecamatan Sumbang, Kecamatan Patikraja,
Kecamatan Purwojati, Kecamatan Cilongok, Kecamatan Ajibarang,
Kecamatan Sokaraja, dan Kecamatan Somagede. Hasil analisis buffer
menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan wilayah kerentanan tinggi
merupakan wilayah yang termasuk dalam jangkauan maksimal pelayanan
puskesmas sejauh 5 km.

V. PEMBAHASAN

Pembahasan jurnal ini berfokus pada analisis spasial untuk melihat korelasi
faktor risiko dengan kasus diare pada balita secara geografis melalui peta
kerentanan serta menghasilkan peta buffer jangkauan pelayanan puskesmas di
Kabupaten Banyumas Tahun 2019. Penelitian ini menggunakan studi ekologi
dengan pendekatan spasial untuk mengetahui korelasi faktor risiko dengan
kasus diare pada balita secara geografis. Faktor risiko yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kepadatan penduduk, persentase penduduk miskin,
persentase penduduk yang tidak memiliki akses air bersih, dan persentase
penduduk yang tidak memiliki akses sanitasi layak. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Banyumas, Badan Pusat Statistik Kabupaten
Banyumas, dan Puskesmas di Kabupaten Banyumas.

Analisis spasial dilakukan dengan menggunakan metode pembobotan


(weighting) untuk menentukan bobot masing-masing faktor risiko terhadap
kasus diare pada balita. Bobot ini kemudian digunakan untuk menghitung
indeks kerentanan kasus diare pada balita di setiap kecamatan di Kabupaten
Banyumas. Indeks kerentanan ini dibagi menjadi empat kategori, yaitu sangat
rendah, rendah, sedang, dan tinggi. Hasil analisis spasial menunjukan terdapat
10 kecamatan yang teridentifikasi memiliki kerentanan tinggi terhadap
kejadian diare pada balita di Kabupaten Banyumas, yaitu Kecamatan
Ajibarang, Banyumas, Cilongok, Gumelar, Jatilawang, Kembaran, Lumbir,
Patikraja, Purwokerto Barat, dan Purwokerto Timur.

Selain itu, penelitian ini juga menghasilkan peta buffer jangkauan pelayanan
puskesmas di Kabupaten Banyumas. Peta buffer ini menunjukkan jarak
antara puskesmas dengan wilayah kerjanya. Jarak ini dibagi menjadi tiga
kategori, yaitu kurang dari 2 km, antara 2-5 km, dan lebih dari 5 km. Hasil
analisis buffer puskesmas terhadap wilayah kerjanya menunjukkan terdapat
kecenderungan wilayah kerentanan tinggi merupakan wilayah yang termasuk
dalam jangkauan maksimal pelayanan puskesmas sejauh 5 km. Hal ini
menunjukkan bahwa faktor aksesibilitas pelayanan kesehatan juga
berpengaruh terhadap kasus diare pada balita di Kabupaten Banyumas.

VI. KESIMPULAN

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan melakukan analisis


spasial untuk melihat korelasi faktor risiko dengan kasus diare pada balita
secara geografis melalui peta kerentanan serta menghasilkan peta buffer
jangkauan pelayanan puskesmas di Kabupaten Banyumas Tahun 2019.
Penelitian ini menggunakan studi ekologi dengan pendekatan spasial untuk
mengetahui korelasi faktor risiko dengan kasus diare pada balita secara
geografis. Data yang digunakan adalah data sekunder dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Banyumas, Badan Pusat Statistik, dan Badan Informasi
Geospasial. Metode analisis yang digunakan adalah analisis spasial dengan
menggunakan software ArcGIS 10.5 dan QGIS 3.10. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa:

 Terdapat 10 kecamatan yang teridentifikasi memiliki kerentanan tinggi


terhadap kejadian diare pada balita di Kabupaten Banyumas, yaitu
Kecamatan Ajibarang, Banyumas, Cilongok, Gumelar, Jatilawang,
Kembaran, Lumbir, Patikraja, Purwokerto Barat, dan Sokaraja.

 Faktor risiko yang berpengaruh terhadap kerentanan kasus diare pada


balita adalah kepadatan penduduk, persentase penduduk miskin,
persentase balita yang tidak mendapatkan ASI eksklusif, persentase balita
yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap, persentase rumah tangga
yang tidak memiliki akses air bersih, dan persentase rumah tangga yang
tidak memiliki akses sanitasi layak.

 Hasil analisis buffer puskesmas terhadap wilayah kerjanya menunjukkan


terdapat kecenderungan wilayah kerentanan tinggi merupakan wilayah
yang termasuk dalam jangkauan maksimal pelayanan puskesmas sejauh 5
km.

Penelitian ini merekomendasikan agar pihak terkait meningkatkan


kewaspadaan pada wilayah kerentanan tinggi kasus diare pada balita di
Kabupaten Banyumas, serta melakukan upaya pencegahan dan pengendalian
diare dengan melibatkan lintas sektor dan masyarakat. Penelitian ini juga
menyarankan agar penelitian selanjutnya menggunakan metode analisis
spasial yang lebih kompleks dan data yang lebih lengkap untuk mendapatkan
hasil yang lebih akurat dan valid.
DAFTAR PUSTAKA

Sidqi, Dyah N.S., Dkk. 2021. Analisis Spasial Kasus Diare pada Balita di
Kabupaten Banyumas Tahun 2019. Bikfokes Volume 1 Edisi 3.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai