BAB I
PENDAHULUAN
Dalam proses belajar atau proses interaksi antara siswa dengan lingkungan
sekolah, siswa sering menghadapi berbagai masalah. Ketika siswa menghadapi
masalah, maka pihak sekolah perlu mengadakan usaha untuk membantu
memecahkannya. Peranan bimningan dan penyuluhan menjadi sangat penting karena
masalah-masalah yang dihadapi siswa sering tidak hanya terbatas pada masalah
pelajaran, tetapi juga masalah lain menyangkut totalitas keprobadian siswa.
Namun pada sisi lain D.H Gulo mengemukakan pendapat yang agak
kontrasiktif tentang kepercayaan diri yait sebagai berikut:
Kepercayaan diri yang berlebihan tidak selalu berarti positif. Ini ummnya
dapat menjurus pada usaha yang tidak kenal lelah. Orang yang terlalu percaya diri
sering tidak hati-hati dan seenaknya. Tingkah lakunya sering menyebabkan
konflik dengan orang lain. seseorang yang bertindak dengan keperayaan diri yang
berlebihan sering memberikan kesan kejam dan lebih banyak mempunyai lawan
daripada teman. (D.H. Gulo, 1984, h.16).
Berdasarkan pendapat tersebut, maka siswa yang telah memiliki kepercayaan diri
yang tinggi atau bahkan terlalu tinggi masih ada kemungkinan bagi dia untuk
mengalami kegagalan dalam belajar. Dengan kalimat lain, para siswa yang gagal
dalam mencapai prestasi belajar tinggi (prestasi belajarnya rendah) belum tentu
mereka memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah pula. Sebab melalui
mekanisme kompensasi, para siswa yang berprestasi belajar rendah mungkin akan
berusaha keras agar berprestasi dalam bidang lain, misalnya dalam kegiatan ekstra
kulikuler, sehingga ia tetap merasa berharga dana memiliki kepercayaan diri.
Dengan adanya konradiksi di atas dan kenyataan bahwa cukup banyak siswa
yang merasa rendah diri, timbul pertanyaan :bagaimanakah prestasi belajar mereka
yang merasa rendah diri dan merasa percaya diri? Pada sisi lain penulis menemukan
kenyataan bahwa prestasi belajar siswa dalam suatu kelas tertentu bervariasi
menurut jenjang atau tingkatan-tingkatan. Tingkatan prestasi itu bila diklasifikasikan
akan terdiri dari kelompo berprestasi Tinggi, Agak Tinggi, Sedang, Agak Rendah
dan Rendah. Dengan kenyataan terakhir ini, sekarang timbul pertanyaan probelmatis
yaitu: bagaimanakah tingkat kepercayaan diri para siswa yang termasuk kelompok
berpretasi belajar Tinggi dan Rendah, adakah sama atau berbeda? Telah diketahui
bahwa banyak faktor yang ikut berperan dalam pencapaian prestasi belajar. Apabila
dilakukan kontrol terhadap berbagai faktor tersebut, maka timbul pertanyaan : masih
adakah perbedaan atau persamaan tingkat kepercayaan diri antara kedua kelompok
tersebut?
Berdasarkan uraian di atas, maka timbul permasalahan yang dapat
dirumuskan dalam pertanyaan dasar atau basic question sebagai berikut : “Adakah
perbedaan tingkat kepercayaan diri antara siswa yang berprestasi belajar ringgi
dengan siswa yang berprestasi berlajar rendah naik dalam kondisi dikontrol maupun
tidak?”.
D. Hipotesis.
6
Hipotesis tersebut dapat dibagi lagi menjadi beberapa sub hipotesis, yaitu:
a. Ada perbedaan tingkat kepercayaan diri pada aspek kognitif antara siswa yang
berprestasi belajar tinggi dan siswa yang berprestasi belajar rendah.
b. Ada perbedaan tingkat kepercayaan diri pada aspek afektif antara siswa yang
berprestasi belajar tinggi dan siswa yang berprestasi belajar rendah.
c. Ada perbedaan tingkat kepercayaan diri pada aspek psikomotorik antara siswa
yang berprestasi belajar tinggi dan siswa yang berprestasi belajar rendah.
2. Selanjutnya hipotesis kedua adalah :
Dengan dilakukan kontrol terhadap berbadagi faktor yang mempengaruhi belajar,
ada perbedaan tingkat kepercayaan diri antara siswa yang berprestasi belajar
tinggi dan siswa yang berprestasi belajar rendah.
E. Tujuan penelitian.
Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui ada tidaknya
perbedaan yang signifikan tingkat kepercayaan diri antara siswa yang berprestasi
belajar tinggi dan siswa yang berprestasi belajar rendah, baik jika dilakukan kontrol
terhadap berbagai faktir yang mempengaruhi belajar maupun tidak.
F. Sumber-sumber pemecahan masalah.
1. Sumber teoritis.
Adalah sumber-sumber yang penulis peroleh dari literatur ilmiah dalam
perpustakaan.
2. Sumber empiris.
Adalah sumber-sumber yang penulis peroleh dari lapangan selama penulis
mengadakan penelitian yang berupa data empiris.
G. Sistematika skripsi.
Untuk memmberikan gambaran menyeuruh tentang isi skripsi ini, penulis akan
mengemukakan sistematika sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan, berisi tentnag alasan pemilihan judul, penegasan istilah,
permasalahn, hipotesis, tujuan penelitian, sumber-sumber pemecahan, hipotesis,
tujuan penelitian, sumber-sumber pemecahan masalah dan sistematika skripsi.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
Tidak semua teroi relevan dengan permasalahan yang sedang diteliti. Oleh
karena itu peneliti harus selektif dalam menyusun landasan teori bagi penelitian yang
dilakukan. Landasan teori yang baik dan tepat akan menunjang keberhasilan penelitian.
Adapun landasan teoritis yang akan dibahas dalam bab ini adalah :
Dari kesimpulan di atas, maka kepercayaan diri dapat disoroti dari tiga aspek
yaitu kognitif, afektif dan psimotorik.
orang penting (significant others) dalam kelompok sosial, akan menentukan jenis
penilaian diri, selanjutnya akan menentukan pula jenis konsep diri yang dipunyai
seseorang. Karena penilaain itu diterima secara individual, maka konsep diri yang
dipunyai seseorang akan bersifat individual pula. Artinya konsep diri dua orang
tidak bisa sama persis, meskipun mereka hidup dalam kelompok sosial misalnya
keluarga.
Selanjutnya, dalam konsep diri akan tersirat bagaimana kepercayaan seseorang
terhadap diri sendiri. orang yang mempunyai konsep diri positif akan cenderung
mempunyai kepercayaan kepada diri sendiri, sebaliknya orang yang mempunyai
konsep diri buruk atau negatif akan cenderung kurang percaya diri. Dalam hal ini
E.B. Hurlock mengemukakan bahwa, “Jika orang lain menilai bahwa ia baik
(berkualitas) sebagai pemimpin, dan mereka memilihnya untuk memegang peran
itu, maka ia akan menerima pandangan bahwa dirinya adalah betul-betul baik. ini
memberikan kepercayaan kepada diri sendiri ...” (E.B. Hurlock, 1976, h.255).
Pada bagian lain, hurlock mengemukakan, “Karena konsep diri yang bruuk
(negetif), maka orang menjadi kurang percaya diri dan kurang menghargai diri.”
(E.B. Hurlock, 1976, h.238).
Penilaian orang lain dan penilaian diri sendiri timbul bersama-sama dengan
pengalaman keberhasilan dan kegagalan seseorang. Ketika seorang anak berhasil
menyelesaikan suatu tugas dengan baik, misalnya mengerjakan PR, maka ia akan
merasa senang, disamping itu orang-orang disekitarnya juga akan merasa senang.
Orang-orang sekitar akan menilai anak itu baik, bagus pekerjaaannya. Di sisi lain, ia
juga menilai dirinya sendiri sebagai baik, bagus pekerjaannya. Kedua penilaian
‘bagus’ tersebut akan menumbuhkan kepercayaan kepada diri sendiri.
Sebaliknya, seandainya anak gagal menyelesaikan tugas dengan baik, maka
orang-orang sekotar akan menilai rendah anak itu, mereka kecewa. Mungkin
mereka menilai bahwa anak itu bodoh, tidak bisa bekerja. Di sisi lain, karena
pengaruh orang sekitar, maka anak menilai dirinya rendah. Mungkin ia menilai
bahwa ia bodoh tidak dapat dipercaya. Penilaian-penilaian demikian akan
menumbuhkan rasa kurang percaya diri anak tersebut.
3. Aspek-aspek kepercayaan diri.
Penulis akan mencoba mendiskripsikan ‘sosok’ kepercayaan diri atau orang
yang memiliki kepercayaan sdiri.
13
b. Aspek Afektif
1) Percaya akan memapuan diri sendiri untuk mencapai keberhasilan.
Kepercayaan diri erat kaitannya pula dengan perasaan bahwa ia
mampu mengerjakan atau menyelesaikan sesuatu. “.... anak yang
mengetahui bahwa ia dapat (mampu) mengerjakan sesuatu dengan
baik, atau yang mengetahui bahwa ia dipercaya ia dapat (mampu)
menyumbangkan sesuatu, akan merasa percaya kepada dirinya
sendiri.” (Edish G. Neisser, 1981-1982, h.49). Dalam hal ini El-
Quussy mengemukakan bahwa, “..... kemampuan anak berdiri
sendiri wakt makan, akan memberikan kepadanya rasa percaya
kepada diri sendiri ...” (A.A El-Quussy, Jilid II, 1974, h.31).
Dengan demikian orang yang percaya kepada diri sendiri juga
percaya akan kemampuannya untuk mencapai keberhasilan, mampu
mengerjakan sesuatu dengan baik. sehingga ia tidak terlalu
bergantung pada orang lain.
Sebaliknya orang yang kurang percaya kepada dirinya sendiri
kurang percaya kepada kemampuan dirinya. Ia merasa lemah, tidak
sempurna dan tidak berguna dalam hal ini. E.B. Hurlock
mengemukakakn, “.... orang yang mempunyai konsep diri yang
17