Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

SEJARAH INDONESIA KUNO


“Kerajaan Melayu dan Sriwijaya”

DOSEN PENGAMPU:
Drs. Zul Asri, M. Hum
Rahmiyati, M. Pd

DISUSUN OLEH:
Azimul Aslam (23046052)
Flora Anggraini (23046133)
Meisya Nadhira Azhari (23046018)
Wahyu Ramadhan (23046108)

PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam tak lupa kami
curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya.

Makalah ini berjudul “Kerajaan Melayu dan Sriwijaya” disusun untuk memenuhi
tugas Sejarah Indonesia Kuno di Universitas Negeri Padang. Kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, baik dari segi isi maupun tata bahasa. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Zul Asri, M. Hum dan Ibu Rahmiyati,
M. Pd selaku dosen pengampu Sejarah Indonesia Kuno. Sebab tugas yang diberikan ini dapat
menambah wawasan terkait bidang yang kami tekuni.

Padang , Maret 2024

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………...............
BAB I…………………………………………………………………………………...............
PENDAHULUAN……………………………………………………………………...............
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………….
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………
1.3 Tujuan Masalah……………………………………………………………………
BAB II…………………………………………………………………………………………..
2.1 Kerajaaan Melayu…...…………...………………………………………………..
2.2 Kerajaan Sriwijaya…………...……………………………………………..
BAB III ………………………………………………………………………………………...
PENUTUP……………………………………………………………………………………...
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………...
3.2 Saran………………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kerajaan Melayu dan Sriwijaya adalah dua kerajaan maritim yang memiliki peran
penting dalam sejarah awal Nusantara dan Asia Tenggara. Keduanya berpusat di wilayah
yang kini merupakan bagian dari Indonesia, dengan Sriwijaya berbasis di Sumatera dan
Kerajaan Melayu di Semenanjung Malaya dan Kepulauan Riau.
Kedua kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya pada periode yang relatif
bersamaan, dengan Kerajaan Melayu mencapai puncaknya pada abad ke-7 hingga ke-14
Masehi, sementara Sriwijaya mencapai masa kejayaan tertingginya pada abad ke-8
hingga ke-12 Masehi. Meskipun mereka memiliki kesamaan dalam perdagangan maritim
dan pengaruh budaya, terdapat perbedaan yang signifikan dalam struktur politik,
ekonomi, dan agama di antara keduanya.
Analisis perbandingan antara Kerajaan Melayu dan Sriwijaya akan membantu
memahami peran, perkembangan, dan pengaruh keduanya dalam sejarah Asia Tenggara.
Ini juga akan memberikan wawasan tentang dinamika politik, ekonomi, dan agama di
wilayah tersebut pada masa lalu.
Dengan memeriksa sumber-sumber sejarah, peninggalan arkeologis, dan kajian
akademis terkini, makalah ini akan mengeksplorasi aspek-aspek penting dari kedua
kerajaan tersebut, termasuk struktur politik, perdagangan, agama, dan warisan budaya.
Tujuan makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang dua
kerajaan maritim yang berpengaruh ini dan meningkatkan apresiasi terhadap sejarah dan
keberagaman budaya di Asia Tenggara.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Sejarah Kerajaan Melayu?
2. Bagaimana Sejarah Kerajaan Sriwijaya?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui Sejarah Kerajaan Melayu?
2. Untuk mengetahui Sejarah Kerajaan Sriwijaya?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kerajaan Melayu


a. Perkembangan dan Hubungan dengan Kerajaan Lain
Perkembangan kerajaan Melayu di Pulau Sumatera telah diwarnai oleh interaksi
dan keterkaitan dengan berbagai kerajaan lain yang berada di wilayah tersebut,
terutama yang terletak di Sumatera Barat. Sejarah awal kerajaan Melayu mencatat
titik awal keberadaannya sebagai entitas negara yang merdeka sekitar periode 644-
645 M, dengan pusat pemerintahan yang berlokasi di Jambi. Meskipun begitu, pada
masa-masa berikutnya, khususnya sejak sekitar tahun 685 M, kerajaan Melayu
terpaksa berada di bawah pengaruh Sriwijaya, walaupun pelabuhan Melayu masih
mempertahankan perannya sebagai pusat perdagangan yang vital.

Kemudian, terjadi perubahan signifikan pada abad ke-12 ketika kerajaan


Sriwijaya mengalami kemunduran akibat serangan dari kerajaan Cola. Saat itulah,
Kerajaan Melayu kembali meraih kemerdekaannya dan memindahkan pusat
pemerintahannya ke wilayah Dharmasraya yang terletak di Sumatera Barat.
Meskipun demikian, momentum kemerdekaan tersebut tidak bertahan lama.
Setelah ekspedisi Pamalayu pada tahun 1286 M, Kerajaan Melayu terpaksa
menjadi negara bawahan, mengakui kekuasaan Singhasari dan kemudian
Majapahit.

Dalam konteks perubahan kekuasaan dan pengaruh ini, kerajaan Melayu di


Sumatera Barat tetap tunduk pada pemerintahan Sriwijaya, meskipun pelabuhan
Melayu tetap menjadi pusat perdagangan yang penting. Kembali pada abad ke-12,
setelah keruntuhan Sriwijaya, Kerajaan Melayu sekali lagi berhasil mendapatkan
kemerdekaannya. Proses perubahan ini juga ditandai dengan pemindahan pusat
pemerintahan, kali ini ke Pagaruyung, sebuah wilayah yang terletak di pusat alam
Minangkabau, yang saat ini termasuk dalam Provinsi Sumatera Barat. Walaupun
Kerajaan Melayu berkembang menjadi kerajaan terbesar di Pulau Sumatera, pusat
pemerintahan terus bermigrasi, mencerminkan dinamika politik dan kekuasaan
pada masa tersebut.
1

1
Saudagar Fachruddin. 1992. Perkembangan Sejarah Melayu Kuno Di Jambi. Depdikbud Propinsi Jambi.
Puncak kejayaan Kerajaan Melayu dicapai pada masa pemerintahan Raja
Adityawarman (1347-1375). Di bawah kepemimpinannya, kerajaan ini mencapai
puncak kekuasaannya di Sumatera Barat. Selain itu, periode tersebut juga ditandai
dengan pertumbuhan pesat agama Buddha di wilayah tersebut. Adityawarman,
seorang pemimpin yang memiliki akar budaya Sumatera, juga memiliki hubungan
yang kuat dengan Istana Majapahit di Jawa Timur, berasal dari keluarga Rajapatni,
yang terdiri dari putri Kertanegara dan permaisuri Kertarajasa yang keempat.

b. Agama, Bahasa, dan kehidupan rakyatnya


Studi yang mendalam telah dilakukan untuk memahami aspek agama, bahasa,
dan kehidupan sehari-hari masyarakat kerajaan Melayu di Jambi. Berdasarkan
catatan sejarah yang dikumpulkan oleh I-tsing, kerajaan Melayu menganut agama
Buddha, khususnya aliran Hinayana. Bahasa yang dominan digunakan oleh
masyarakat kerajaan Melayu adalah bahasa Melayu, yang menjadi bahasa utama
di sepanjang pesisir Selat Malaka.

Kehidupan masyarakat kerajaan Melayu sering kali dibandingkan dengan


kerajaan Sriwijaya. Para bangsawan cenderung memeluk agama Buddha,
sementara mayoritas rakyatnya masih mempertahankan kepercayaan tradisional
mereka. Aktivitas ekonomi yang dominan dilakukan oleh kerajaan Melayu
meliputi kegiatan perdagangan dan pelayaran. Penelitian atas beberapa prasasti
yang ditemukan, seperti Prasasti Grahi, Prasasti Padang Roco, Prasasti Suruaso,
Prasasti Amoghapasa, dan Prasasti Batu Sangkar, telah mengungkapkan beragam
aspek kebudayaan yang berkembang di lingkungan kerajaan Melayu.

Meskipun demikian, informasi tentang situasi politik di Kerajaan Melayu masih


relatif terbatas, menyisakan banyak hal yang belum terungkap. Meskipun secara
umum situasi politiknya dianggap stabil, tidak adanya konflik besar yang tercatat
dalam sejarah, namun kekurangan informasi menyulitkan penelitian lebih lanjut
tentang dinamika politik internal kerajaan Melayu. Hal ini menunjukkan bahwa
masih terdapat ruang untuk penelitian lebih lanjut guna memahami secara lebih
mendalam kehidupan politik dan sosial di Kerajaan Melayu pada masa itu.
2

c. Kemunduran
Kemunduran Kerajaan Melayu adalah tahap yang penting dalam riwayat
peradaban maritim di kawasan Nusantara. Meskipun masa kejayaannya terdahulu,
sejumlah faktor, baik dari dalam maupun luar, telah berperan dalam menimbulkan
keruntuhan dan penurunan kekuatan Kerajaan Melayu.

2
Casparis JG e. 1992. Kerajaan Malayu dan Adityawarman. Jambi. Depdikbud Propinsi Jambi
Tekanan yang datang dari luar merupakan salah satu pemicu utama bagi
kemunduran Kerajaan Melayu. Ekspansi Kerajaan Majapahit dari Jawa, terutama
di bawah pimpinan Kertanegara, memaksa Kerajaan Melayu untuk berada dalam
posisi yang terjepit, akhirnya menjadi vasal dari Majapahit. Hal ini jelas terlihat
dalam peristiwa Ekspedisi Pamalayu pada tahun 1286 M, yang memaksa Kerajaan
Melayu untuk tunduk pada Majapahit.

Tidak hanya tekanan dari luar, tetapi masalah internal juga turut berkontribusi
terhadap kemunduran Kerajaan Melayu. Ketidakstabilan politik, konflik internal,
dan persaingan kekuasaan di antara bangsawan-bangsawan dapat melemahkan
struktur pemerintahan dan akhirnya meruntuhkan kekuasaan sentral. Selain itu,
perubahan dalam perekonomian global dan dinamika perdagangan yang
berkembang juga dapat mempengaruhi kemunduran Kerajaan Melayu, terutama
jika mereka tidak mampu beradaptasi dengan perubahan tersebut.

Perubahan dalam demografi dan migrasi penduduk juga dapat menjadi faktor
yang mempengaruhi kemunduran Kerajaan Melayu. Penurunan jumlah penduduk
atau perpindahan besar-besaran dapat mengganggu stabilitas sosial-ekonomi dan
kekuatan politik kerajaan.

Secara keseluruhan, kemunduran Kerajaan Melayu merupakan hasil dari


berbagai faktor yang kompleks dan saling berinteraksi. Meskipun pernah menjadi
kekuatan dominan di wilayahnya, keruntuhan Kerajaan Melayu menjadi titik balik
yang menandai perubahan kekuasaan dan dinamika politik di kawasan Nusantara

2.2 Kerajaan Sriwijaya


a. Perkembangan dan Hubungan dengan Kerajaan Lain
Hubungan Kerajaan Sriwijaya dengan kerajaan lain di Asia Tenggara sangatlah
banyak dan kuat. Di sekitar abad ke-7 hingga ke-10 Masehi, Sriwijaya merupakan
penguasa maritim yang dihormati dan disegani oleh penguasa-penguasa lain di
Asia Tenggara. Hubungan politik yang baik dengan penguasa-penguasa luar negeri
seperti Dinasti Umayah membuat Sriwijaya berkembang menjadi penguasa
maritim yang dihormati dan disegani. Perlunya hubungan kerjasama, maka
hubungan Sriwijaya semakin lama semakin diperluas dengan penguasa-penguasa
luar negeri seperti Cina, India, dan Arab.

Kerajaan Sriwijaya juga menjalin hubungan yang baik dengan Dinasti Tang
pada abad ke-7-VIII Masehi, yang mempengaruhi perkembangan kehidupan
politik, ekonomi, dan budaya. Hubungan ini dilakukan melalui kerjasama di bidang
perniagaan, yang memungkinkan Sriwijaya mengekspor barang-barang ke China,
seperti kayu gaharu, kapur barus, cendana, gading, timah, ebony, kayu sapan,
rempah-rempah, dan kemenyan.3

3
Welianto Ari. 2022, Perkembangan dan Kemunduran Kerajaan sriwijaya. Kompas
Sementara itu, Sriwijaya mengekspor air mawar, gading, kemenyan, buah-buahan,
gula putih, cincin kristal, gelas, kapur barus, batu karang, cula badak, wangi-
wangian, bumbu masak, dan obat-obatan ke China.

Hubungan Sriwijaya dengan Dinasti Tang juga tidak hanya terbatas pada
hubungan ekonomi, tetapi juga berpengaruh pada perkembangan budaya. Agama
Buddha berkembang pesat dan didukung oleh Kekaisaran Dinasti Tang. Tidak
mengherankan antara Sriwijaya dan Dinasti Tang terjadi interaksi budaya yang
intensif melalui agama Buddha. Hal ini tidak terlepas dari peranan seorang Bhiksu
Agung bernama I-Tsing yang pernah tinggal di Sriwijaya.

Selain itu, Kerajaan Sriwijaya juga menjalin hubungan dengan kerajaan-


kerajaan lain di Asia Tenggara, seperti Kerajaan Tarumanegara di Jawa bagian
barat dan Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur. Masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya
berlangsung sejak abad ke-7 hingga ke-11 Masehi, dan dalam masa ini, Sriwijaya
memiliki wilayah kekuasaan hingga Malaysia, Singapura, dan Thailand Selatan.

Perkembangan Kerajaan Melayu di Jambi tidak dapat dipisahkan dengan


perkembangan Agama Budha di daerah ini. Pengaruh Agama Budha masuk ke
daerah Jambi diperkirakan sekiatar awal abad I masehi, melalalui pantai timur
Jambi dan menyusuri sungai Batanghari. Hubungan dengan Cina kebanyakan
berkisar dalam soal perdagangan, sedangkan hubungan dengan India selain dalam
soal perdagangan juga dalam kebudayaan. Proses saling mempengaruhi dalam
kebudayaan berlangsung dalam waktu yang lama sehingga bangsa Indonesia
menerima kebudayaan India karena dasar kebudayaan India dan Indonesia ketika
itu banyak yang sama.
4

b. Agama, Bahasa, dan kehidupan rakyatnya


Menurut berbagai sumber yang tersedia, pemahaman tentang agama, bahasa,
dan kehidupan sehari-hari rakyat Kerajaan Sriwijaya telah menjadi subjek
penelitian yang mendalam dan beragam. Dalam hal agama, Sriwijaya terkenal
sebagai pusat penyebaran agama Buddha, dengan fokus utama pada aliran
Hinayana. Namun, catatan sejarah juga menunjukkan keberadaan kelompok
masyarakat yang menganut agama lain, seperti Hindu dan Tantris, menunjukkan
pluralitas keyakinan di wilayah tersebut. Di samping itu, reputasi Sriwijaya tidak
hanya terbatas pada aspek agama, tetapi juga sebagai pusat pembelajaran bahasa
Sansekerta, yang menunjukkan pentingnya peran budaya dan intelektual dalam
kehidupan kerajaan tersebut.

4
Welianto Ari. 2022, Perkembangan dan Kemunduran Kerajaan sriwijaya. Kompas

Ningsih Lestari W. 2022. Kehidupan Keagaam Sriwijaya. Kompas


Kehidupan sehari-hari rakyat Sriwijaya tercermin dalam praktek keagamaan
mereka, di mana mereka mempelajari ajaran agama Buddha dari berbagai mazhab,
termasuk Mahayana dan Hinayana. Bhiksu-bhiksu Buddha yang menetap di
Sriwijaya dihormati secara khusus oleh penguasa dan masyarakat setempat, dan
banyak dari mereka memiliki pengetahuan yang mendalam tentang ajaran Buddha
dan kontribusi signifikan terhadap perkembangan intelektual di kerajaan tersebut.
Selain itu, hubungan Sriwijaya dengan kerajaan-kerajaan lain di Asia Tenggara,
seperti Kerajaan Tarumanegara di Jawa barat dan Kerajaan Kutai di Kalimantan
Timur, juga memberikan gambaran tentang dinamika sosial dan politik yang
berkembang di wilayah tersebut.

Dalam konteks bahasa, Sriwijaya tidak hanya dikenal sebagai kekuatan


maritim, tetapi juga sebagai pusat pembelajaran bahasa Sansekerta. Hal ini
menunjukkan bahwa Sriwijaya tidak hanya berkembang secara ekonomi dan
politik, tetapi juga secara intelektual. Dengan demikian, pemahaman tentang
agama, bahasa, dan kehidupan rakyat Sriwijaya memberikan gambaran yang kaya
dan multidimensi tentang kompleksitas kehidupan di kerajaan tersebut.
5

c. Kemunduran
Kemerosotan Kerajaan Sriwijaya tercatat pada masa pemerintahan Sri Maharaja
Trailokyaraja Mauliwarmadewa, yang diakui sebagai salah satu raja terkemuka di
Sumatera Barat. Periode keemasan kerajaan ini terjadi saat pemerintahan raja
tersebut, yang memerintah wilayah yang luas. Namun, mulai terjadi kemerosotan
pada masa pemerintahan beliau, dipengaruhi oleh sejumlah faktor yaitu:
1. Serangan dari Kerajaan Cola:
Kerajaan Sriwijaya mengalami serangan dari Kerajaan Cola pada tahun 1024,
yang mengakibatkan penurunan kekuasaannya.
2. Serangan pasukan Singasari:
Ekspedisi Pamalayu pada tahun 1275 menyebabkan serangan pasukan
Singasari, yang mengurangi wilayah kekuasaan Sriwijaya.
3. Perubahan geografis:
Pusat kekuasaan Sriwijaya semakin menjauh dari garis pantai karena
sedimentasi lumpur. Pendangkalan di Sungai Musi menyebabkan pesisir
mundur, membentuk daratan baru dan memperjauh laut dari pusat kekuasaan.
Kemunduran Kerajaan Sriwijaya memiliki dampak yang signifikan terhadap kehidupan
masyarakat di wilayah tersebut, yang sebagian besar dikenal sebagai komunitas dengan
latar belakang agama Buddha sejak abad ke-7 Masehi. Puncak kejayaan Sriwijaya
terjadi pada abad ke-9 hingga ke-10 Masehi, di mana kepemimpinan Balaputraddewa

5
Ningsih Lestari W. 2022. Kehidupan Keagaam Sriwijaya. Kompas

Boechari, M. 2017. Sejarah Nasional Indonesia. Edisi Revisi 2017. Jakarta : Kem. Pendidikan Dan kebudayaan
Republik Indonesia
hingga Sri Marawijaya menandai ekspansi wilayah yang mencapai Jawa, Sumatra,
Semenanjung Malaya, Thailand, Kamboja, Vietnam, dan Filipina.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam menyimpulkan materi tentang Kerajaan Melayu dan Kerajaan
Sriwijaya, dapat disimpulkan bahwa keduanya memiliki peran yang penting
dalam sejarah dan perkembangan peradaban di wilayah Nusantara dan Asia
Tenggara. Kerajaan Melayu, dengan pusat kekuasaan awalnya di Jambi dan
kemudian pindah ke Dharmasraya, memainkan peran penting dalam
penyebaran agama Buddha dan perdagangan maritim di kawasan tersebut.
Meskipun mengalami masa-masa kemunduran dan pengaruh dari kekuatan luar
seperti Kerajaan Majapahit, Kerajaan Melayu tetap menjadi bagian integral
dari sejarah Nusantara.
Sementara itu, Kerajaan Sriwijaya memegang peran yang lebih dominan
dalam sejarah maritim Asia Tenggara. Sebagai pusat perdagangan penting dan
pusat penyebaran agama Buddha, Sriwijaya memiliki pengaruh yang meluas,
mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-9 hingga ke-10 Masehi. Namun,
serangan dari luar, perubahan geografis, dan faktor-faktor lainnya
menyebabkan kemunduran Sriwijaya pada akhirnya.
Kedua kerajaan ini menunjukkan kompleksitas dan dinamika perjalanan
sejarah di wilayah tersebut, memperkaya cakrawala pemahaman kita tentang
perkembangan peradaban di Nusantara. Melalui pemahaman yang lebih dalam
tentang Kerajaan Melayu dan Kerajaan Sriwijaya, kita dapat mengapresiasi
warisan budaya, agama, dan perdagangan yang mereka bawa, serta memahami
peran mereka dalam membentuk wajah kawasan Asia Tenggara yang kita kenal
hari ini.
3.2 Saran
Dalam mengakhiri makalah ini, mari kita merenung tentang pentingnya topik
ini dalam konteks yang lebih luas. Semoga makalah ini dapat menjadi
kontribusi kecil untuk memperluas pemahaman kita tentang “Kerajaan Melayu
dan Sriwijaya”. Melalui analisis dan pembahasan yang telah disajikan,
diharapkan pembaca dapat memperoleh wawasan yang lebih mendalam terkait
isu ini. Teruslah mencari pengetahuan, mendukung perkembangan ilmu, dan
terlibat dalam perubahan positif. Terima kasih atas perhatian dan semangat
untuk terus menjelajahi dunia pengetahuan bersama-sama
DAFTAR PUSTAKA
Boechari, M. 2017. Sejarah Nasional Indonesia. Edisi Revisi 2017. Jakarta : Kem.
Pendidikan Dan kebudayaan Republik Indonesia.
Casparis JG e. 1992. Kerajaan Malayu dan Adityawarman. Jambi. Depdikbud Propinsi
Jambi
Saudagar Fachruddin. 1992. Perkembangan Sejarah Melayu Kuno Di Jambi.
Depdikbud Propinsi Jambi.
Ningsih Lestari W. 2022. Kehidupan Keagaam Sriwijaya. Kompas
Welianto Ari. 2022, Perkembangan dan Kemunduran Kerajaan sriwijaya. Kompas

Anda mungkin juga menyukai