Anda di halaman 1dari 13

1

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendahuluan tentang COVID-19 mencakup berbagai aspek, termasuk sejarah virus,
dampaknya terhadap kesehatan masyarakat, ekonomi, dan tindakan pencegahan yang dapat
diambil untuk mengurangi penyebarannya. COVID-19, yang juga dikenal sebagai penyakit
koronavirus 2019, adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus korona jenis baru yang
pertama kali terdeteksi pada manusia pada akhir tahun 2019 di kota Wuhan, Provinsi Hubei,
Tiongkok.

Virus ini menyebabkan wabah yang cepat menyebar ke berbagai negara di seluruh dunia dan
kemudian dinyatakan sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Maret
2020. COVID-19 memiliki gejala yang bervariasi, mulai dari ringan hingga parah, dan dapat
menyebabkan pneumonia atau kondisi pernapasan yang serius pada individu yang rentan
seperti orang tua, mereka dengan kondisi medis yang sudah ada, atau sistem kekebalan tubuh
yang melemah.

Dampak COVID-19 tidak hanya terbatas pada kesehatan fisik, tetapi juga memberikan
dampak sosial, psikologis, dan ekonomi yang signifikan. Banyak negara menerapkan
lockdown, pembatasan perjalanan, dan langkah-langkah pencegahan lainnya untuk
mengendalikan penyebaran virus.

Tindakan pencegahan yang dianjurkan untuk mengurangi risiko penularan COVID-19


antara lain mencuci tangan secara teratur dengan sabun dan air, menjaga jarak fisik,
mengenakan masker, menghindari kerumunan, serta mengikuti pedoman resmi yang
dikeluarkan oleh otoritas kesehatan setempat.

Peran vaksinasi juga menjadi fokus utama dalam upaya global untuk mengatasi pandemi
COVID-19. Vaksin COVID-19 telah dikembangkan dan diberikan kepada jutaan orang
di seluruh dunia untuk melindungi mereka dari infeksi dan mengurangi keparahan
penyakit.

Meskipun telah ada kemajuan dalam mengendalikan penyebaran virus, pandemi COVID-19
masih menjadi perhatian global dan menuntut kerjasama internasional serta komitmen dari
semua pihak untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat secara luas.

Hepatitis adalah istilah medis yang digunakan untuk menggambarkan peradangan pada hati.
Penyebab utama hepatitis adalah infeksi virus, meskipun juga dapat disebabkan oleh
alkohol, obat-obatan, atau penyakit autoimun. Terdapat beberapa jenis hepatitis yang paling
umum, yaitu hepatitis A, B, C, D, dan E.

1. Hepatitis A (HAV): Virus ini menyebar melalui kontak dengan tinja orang
yang terinfeksi atau melalui konsumsi makanan atau minuman yang
2
terkontaminasi.

3
Hepatitis A biasanya menyebabkan gejala ringan hingga sedang, tetapi dapat menjadi
parah pada beberapa kasus.

2. Hepatitis B (HBV): Virus ini menyebar melalui darah, cairan tubuh lainnya,
atau hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi. Hepatitis B dapat
menyebabkan infeksi akut yang sembuh sendiri atau infeksi kronis yang
berkelanjutan dan dapat menyebabkan kerusakan hati yang parah.

3. Hepatitis C (HCV): Virus ini juga menyebar melalui darah dan seringkali tidak
menimbulkan gejala pada tahap awal. Hepatitis C dapat menyebabkan infeksi kronis
yang berkelanjutan dan meningkatkan risiko komplikasi hati seperti sirosis dan
kanker hati.

4. Hepatitis D (HDV): Virus ini memerlukan virus hepatitis B untuk berkembang


biak dalam tubuh manusia. Infeksi hepatitis D biasanya terjadi pada individu yang
sudah terinfeksi hepatitis B dan dapat menyebabkan bentuk yang lebih parah dari
hepatitis.

5. Hepatitis E (HEV): Virus ini menyebar melalui air atau makanan yang
terkontaminasi, terutama di daerah dengan sanitasi yang buruk. Hepatitis E
biasanya bersifat akut dan jarang menjadi kronis, kecuali pada individu dengan
sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Gejala hepatitis dapat bervariasi tergantung pada jenis virus dan tingkat
keparahannya, tetapi beberapa gejala umum termasuk kelelahan, nyeri abdomen,
kehilangan nafsu makan, mual, muntah, dan kuning pada kulit dan mata (jaundice).

Pencegahan hepatitis melibatkan vaksinasi untuk hepatitis A dan B, menjaga


kebersihan, menghindari kontak dengan darah atau cairan tubuh orang lain,
menggunakan kondom saat berhubungan seksual, dan menghindari konsumsi
alkohol berlebihan.

Penting untuk mendapatkan diagnosis dan perawatan medis yang tepat jika Anda
mengalami gejala hepatitis atau berisiko terkena infeksi virus hepatitis. Dengan penanganan
yang tepat, banyak kasus hepatitis dapat diatasi dan komplikasi yang serius dapat dicegah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Mengapa virus COVID-19 dapat membuat seseorang menjadi sesak nafas.
2. Bagaimana penggunaan 6MWT untuk penilain silent hypoxemia pasca COVID-19.
3. Gejala apa saja yang ditimbulkan oleh pasien yang mengidap HAV.
4. Bagaimana penanganan medis terhadap pasien pengidap HAV.

1.3 Tujuan
4
1. Untuk mengetahui mengapa virus covid-19 dapat membuat seseorang menjadi sesak nafas.

5
2. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan 6MWT untuk penilain silent hypoxemia
pasca COVID-19.
3. Untuk mengetahui Gejala apa saja yang ditimbulkan oleh pasien yang mengidap HAV.
4. Untuk mengetahui bagaimana penanganan medis terhadap pasien pengidap HAV.

BAB 2
PEMBAHASAN
1. Virus COVID-19, juga dikenal sebagai SARS-CoV-2, dapat menyebabkan
seseorang mengalami sesak nafas karena dampaknya terhadap sistem pernapasan
dan organ- organ terkait. Berikut adalah beberapa mekanisme yang dapat
menjelaskan mengapa virus ini dapat menyebabkan sesak nafas:

1. **Pneumonia dan Infeksi Paru-paru**: COVID-19 sering kali menyebabkan


pneumonia, yaitu peradangan pada jaringan paru-paru. Infeksi ini dapat
mengakibatkan pembengkakan pada paru-paru, mengurangi kapasitas paru-paru
untuk mengambil oksigen, dan menghambat kemampuan tubuh untuk mengalirkan
oksigen ke dalam darah. Ini bisa menyebabkan sesak nafas dan kesulitan bernapas.

2. **Sindrom Pernapasan Akut Berat (SARS)**: Beberapa kasus COVID-19


berkembang menjadi sindrom pernapasan akut berat (ARDS), yang merupakan
kondisi serius di mana paru-paru mengalami kerusakan parah. Ketika paru-paru
rusak, kapasitas mereka untuk menghasilkan oksigen yang cukup untuk tubuh juga
terganggu, menyebabkan sesak nafas yang signifikan.

3. **Reaksi Sistem Kekebalan Tubuh**: Respons sistem kekebalan tubuh terhadap


infeksi COVID-19 dapat menyebabkan pelepasan berlebihan dari sitokin, yaitu
protein yang berperan dalam regulasi peradangan. Sitokin yang berlebihan ini dapat
memicu reaksi peradangan yang merusak jaringan paru-paru dan menghambat
fungsi pernapasan normal.

4. **Koagulopati**: COVID-19 juga dapat menyebabkan gangguan dalam sistem


pembekuan darah, yang dikenal sebagai koagulopati. Hal ini dapat menyebabkan
pembentukan gumpalan darah di pembuluh darah paru-paru (tromboemboli), yang
dapat menghalangi aliran darah dan oksigen ke paru-paru, serta memperburuk
sesak nafas.

5. **Kondisi Pendukung**: Pada beberapa kasus, individu dengan kondisi medis


yang sudah ada, seperti penyakit jantung atau paru-paru, diabetes, atau gangguan
sistem kekebalan tubuh, lebih rentan mengalami komplikasi serius dari COVID-
19, termasuk sesak nafas.

6
Selain itu, perlu dicatat bahwa beberapa individu mungkin mengalami sesak nafas
karena respons psikologis terhadap stres atau kecemasan yang disebabkan oleh infeksi
atau kondisi terkait COVID-19.

2. 6MWT (6-Minute Walk Test) adalah tes yang digunakan untuk mengukur seberapa
jauh seseorang dapat berjalan dalam waktu 6 menit dan dapat memberikan informasi
tentang kapasitas fungsional paru-paru, kebugaran kardiopulmoner, dan kemampuan
seseorang untuk melakukan aktivitas fisik. Silent hypoxemia, juga dikenal sebagai
hypoxemia tanpa gejala atau disebut juga happy hypoxia, merupakan kondisi di
mana seseorang memiliki kadar oksigen yang rendah dalam darah (hipoksia) namun
tidak mengalami gejala sesak nafas atau kesulitan bernapas yang biasanya terkait
dengan kondisi ini.

Penilaian silent hypoxemia pasca COVID-19 dengan menggunakan 6MWT dapat


memberikan gambaran yang berguna tentang tingkat kebugaran dan kemampuan
seseorang untuk melakukan aktivitas fisik, yang pada gilirannya dapat
mengindikasikan adanya masalah oksigenasi darah yang mungkin tidak terdeteksi
secara klinis.

Berikut adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam menggunakan 6MWT
untuk menilai silent hypoxemia pasca COVID-19:

1. **Penilaian Awal**: Lakukan penilaian klinis awal pasien, termasuk


anamnesis, pemeriksaan fisik, dan tes tambahan jika diperlukan, untuk
memastikan kondisi pasien stabil dan memenuhi syarat untuk melakukan tes
6MWT.

2. **Instruksi dan Persiapan**: Berikan instruksi kepada pasien tentang cara


melakukan tes 6MWT dengan benar. Pastikan pasien memahami prosedur tes,
termasuk jarak yang harus ditempuh selama 6 menit, penggunaan alat bantu
jika diperlukan, dan protokol keselamatan.

3. **Pelaksanaan Tes**: Lakukan tes 6MWT di area yang sesuai, seperti lorong
yang panjang dan datar. Pasien diminta untuk berjalan sejauh yang mereka bisa
dalam waktu 6 menit. Jaga pasien tetap termonitor dan aman selama tes.

4. **Pemantauan dan Evaluasi**: Catat jarak yang ditempuh oleh pasien dalam tes
6MWT dan pantau tanda-tanda klinis yang mungkin muncul selama atau setelah
tes, seperti saturasi oksigen (SpO2), frekuensi nafas, dan detak jantung.

5. **Interpretasi Hasil**: Evaluasi hasil tes 6MWT, termasuk jarak yang ditempuh
7
dan perubahan dalam tanda-tanda vital, seperti SpO2. Perhatikan adanya
penurunan

8
SpO2 yang signifikan atau gejala lain yang menunjukkan hypoxemia, meskipun tanpa
gejala klinis.

6. **Tindak Lanjut Medis**: Jika hasil tes 6MWT menunjukkan adanya tanda-
tanda silent hypoxemia atau penurunan kapasitas fungsional paru-paru,
pertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan tambahan dan perencanaan tindak
lanjut medis yang sesuai, termasuk pengawasan rutin dan manajemen oksigenasi
yang adekuat.
3. Hepatitis A Virus (HAV) menyebabkan penyakit hepatitis A, yang memiliki gejala
yang bervariasi dari ringan hingga parah. Berikut adalah beberapa gejala yang umumnya
ditimbulkan oleh pasien yang mengidap hepatitis A:

1. **Kelelahan**: Pasien dengan hepatitis A sering mengalami kelelahan


yang berlebihan dan merasa lemah secara umum.

2. **Hilangnya Nafsu Makan**: Gejala yang umum adalah hilangnya nafsu


makan (anoreksia), yang dapat menyebabkan penurunan berat badan yang
signifikan.

3. **Nyeri Abdomen**: Pasien dapat merasakan nyeri atau ketidaknyamanan


di daerah perut, terutama di sekitar area hati.

4. **Mual dan Muntah**: Gejala gastrointestinal seperti mual dan muntah juga
sering terjadi pada hepatitis A.

5. **Demam**: Pasien mungkin mengalami demam ringan hingga sedang,


yang merupakan respons alami tubuh terhadap infeksi virus.

6. **Sakit Kepala**: Beberapa pasien dengan hepatitis A juga mengalami


sakit kepala yang dapat bervariasi dalam intensitasnya.

7. **Diare**: Diare ringan hingga sedang dapat terjadi sebagai respons


terhadap infeksi HAV.

8. **Icterus (Kuning pada Kulit dan Mata)**: Salah satu gejala khas hepatitis A
adalah jaundice, di mana kulit dan mata menjadi kuning karena peningkatan
kadar bilirubin dalam darah.

9. **Urine Gelap**: Urine pasien dapat berubah warna menjadi gelap (coklat
tua) karena peningkatan bilirubin dalam urin.

10. **Kotoran Tidak Normal**: Feses dapat menjadi pucat atau berwarna tanah
liat, yang juga merupakan tanda gangguan hati yang serius.
9
Penting untuk diingat bahwa tidak semua pasien dengan hepatitis A mengalami semua
gejala di atas, dan intensitas gejala dapat bervariasi dari satu individu ke individu
lainnya. Beberapa orang mungkin mengalami gejala yang sangat ringan atau bahkan
tidak merasakan gejala sama sekali (asimptomatik), meskipun mereka tetap dapat
menyebarkan virus kepada orang lain.

4.Penanganan medis terhadap pasien pengidap Hepatitis A Virus (HAV) dapat


melibatkan beberapa langkah berikut ini:

1. **Diagnosis**: Diagnosis hepatitis A biasanya didasarkan pada gejala klinis


yang dialami pasien, riwayat paparan yang mungkin terkait dengan virus, serta hasil
tes laboratorium yang menunjukkan peningkatan kadar enzim hati dan tes darah
yang menunjukkan keberadaan antibodi terhadap HAV.

2. **Istirahat dan Perawatan Rumah**: Pasien dengan hepatitis A


direkomendasikan untuk istirahat yang cukup dan menjaga pola makan yang sehat.
Perawatan rumah juga dapat mencakup minum banyak cairan untuk mencegah
dehidrasi.

3. **Dukungan Nutrisi**: Jika pasien kehilangan nafsu makan atau mengalami


penurunan berat badan yang signifikan, dapat diberikan dukungan nutrisi
seperti suplemen makanan atau diet yang sesuai.

4. **Obat-obatan**: Biasanya tidak diperlukan pengobatan khusus untuk hepatitis


A, namun dokter dapat meresepkan obat-obatan untuk mengurangi gejala seperti
mual atau nyeri.

5. **Pantauan Medis**: Pasien perlu dipantau secara teratur oleh dokter untuk
memantau perkembangan kondisi, termasuk pemantauan fungsi hati melalui tes
darah.

6. **Vaksinasi**: Setelah pulih dari hepatitis A, dokter mungkin


merekomendasikan vaksinasi hepatitis A untuk memberikan perlindungan jangka
panjang terhadap infeksi ulang.

7. **Pencegahan Penularan**: Penting untuk memberikan edukasi kepada pasien


tentang cara mencegah penularan hepatitis A kepada orang lain, termasuk menjaga
kebersihan pribadi, mencuci tangan dengan benar, dan menghindari berbagi
barang- barang pribadi yang dapat menyebarkan virus.

8. **Konseling dan Edukasi**: Pasien dan keluarganya dapat diberikan konseling


dan edukasi tentang pentingnya mengikuti rencana perawatan, memahami gejala
10
yang perlu diwaspadai, dan menerapkan tindakan pencegahan untuk mencegah
penularan dan komplikasi lebih lanjut.

11
BAB 3
KESIMPULAN

1. COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus korona jenis
baru (SARS-CoV-2), yang pertama kali terdeteksi pada akhir tahun 2019 di
Wuhan,
Tiongkok. Virus ini menyebabkan pandemi global yang signifikan dengan dampak
kesehatan, ekonomi, dan sosial yang luas.

2. Gejala COVID-19 bervariasi dari ringan hingga parah, termasuk demam, batuk,
sesak nafas, kelelahan, dan hilangnya indra penciuman atau perasa. Beberapa kasus
dapat berkembang menjadi pneumonia atau sindrom pernapasan akut berat
(ARDS).

3. Pencegahan COVID-19 melibatkan tindakan seperti mencuci tangan secara


teratur, memakai masker, menjaga jarak fisik, menghindari kerumunan, dan
vaksinasi. Vaksin
COVID-19 telah dikembangkan dan digunakan secara luas di seluruh dunia untuk
mengurangi penyebaran virus dan melindungi masyarakat.

4. Hepatitis A adalah penyakit hati yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis A
(HAV). Gejalanya meliputi kelelahan, hilangnya nafsu makan, nyeri abdomen,
mual,
muntah, demam, dan kuning pada kulit dan mata (jaundice).

5. Penanganan medis terhadap hepatitis A biasanya meliputi istirahat,


dukungan nutrisi, perawatan rumah, obat-obatan simptomatik, dan vaksinasi
setelah pulih.
Pasien perlu dipantau secara teratur oleh dokter untuk memastikan pemulihan yang
optimal.

6. Pencegahan hepatitis A melibatkan praktik kebersihan yang baik, seperti mencuci


tangan dengan sabun dan air bersih, menjaga kebersihan makanan dan minuman,
serta
menghindari kontak langsung dengan orang yang terinfeksi.

12
DAFTAR PUSTAKA
1. Ndwandwe, D., & Wiysonge, C. S. (2021). COVID-19 vaccines. Current opinion in immunology,
71, 111-116.
2. Willim, H. A., Ketaren, I., & Supit, A. I. (2020). Dampak coronavirus disease 2019 terhadap
Sistem Kardiovaskular. e-CliniC, 8(2).
3. Priwahyuni, Y., Lisa, N. S., Gloria, C. V., Alamsyah, A., Ikhtiyaruddin, I., & Melenina, F. (2020).
Kenali Gejala Dan Perilaku Beresiko Hepatitis di Puskesmas Simpang Tiga Pekanbaru. Jurnal
Pengabdian UntukMu NegeRI, 4(1), 40-44.
4. Koff, R. S. (1998). Hepatitis a. The Lancet, 351(9116), 1643-1649.

13

Anda mungkin juga menyukai