Anda di halaman 1dari 121

i

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)


&
RENCANA KERJA SYARAT

PEKERJAAN
PENGADAAN JASA KONSTRUKSI RENOVASI 5 (LIMA) UNIT
RUMAH NEGARA KPPN PALOPO TAHUN ANGGARAN 2024
ii

KERANGKA ACUAN KERJA ( KAK )


Kegiatan : Renovasi 5 Unit Rumah Negara KPPN Palopo Tahun
Anggaran 2024
Pekerjaan : Pengadaan Jasa Konstruksi Renovasi 5 Unit Rumah
Negara KPPN Palopo Tahun Anggaran 2024
Lokasi : Jalan Ahmad Razak, Jalan Pongsimpin II, Jalan Batara,
Jalan Kepala Kota Palopo
Sumber Dana : DIPA KPPN Palopo Tahun Anggaran 2024
Tahun Anggaran : 2024

A. LATAR BELAKANG

Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Palopo adalah instansi vertikal Direktorat


Jenderal Perbendaharaan yang berada di bawah dan bertanggunjawab kepada Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Selatan. Ketentuan yang
mendasari adalah Peraturan Menteri Keuangan Nomor 262/PMK.01/2016 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang
terdapat pada pasal 27 yang menyebutkan bahwa Kantor Pelayanan Perbendaharaan
Negara (KPPN) Tipe A1 mempunyai tugas melaksanakan kewenangan perbendaharaan
dan Bendahara Umum Negaara (BUN), penyaluran pembiayaan atas beban anggaran,
serta penatausahaan penerimaan dan pengeluaran anggaran melalui dan dari kas negara
berdasarkan peraturan perundang-undangan. Untuk mendukung dan mewujudkan
kewenangan dimaksud diperlukan sarana dan prasarana berupa Gedung dan Bangunan.
Berkenaaan dengan hal-hal tersebut dan guna terwujudnya sarana dan prasarana
internal yang memadai, serta sesuai DIPA KPPN Palopo nomor DIPA-
015.08.2.528409/2024 tanggal 28 November 2023, telah dialokasikan anggaran untuk
Pengadaan Jasa Konstruksi Renovasi 5 Unit Rumah Negara KPPN Palopo KPPN Palopo
memiliki Jumlah Pegawai sebanyak 16 orang dimana tersedia rumah dinas sebanyak 13
Unit.
Rumah Negara Golongan II adalah Barang Milik Negara Rumah Negara yang
kondisinya rusak ringan dan rusak berat yang diperoleh pada tahun 1980 yang masing-
masing terletak di Jalan Ahmad Razak, Jl. Pongsimpin II, Jl. Batara dan Jl. Kelapa Kota
Palopo. Kegiatan renovasi perlu dilakukan mengingat rumah dinas tersebut rusak
sebagaimana hasil penilaian Dinas Pekerjaan Umum Kota Palopo Tahun 2023 nomor
600.1/615/DISPUPR tanggal 9 Juni 2023 hal Rekomendasi Perkiraan Anggaran Biaya
Rehabilitasi Rumah Dinas KPPN Palopo. Kegiatan renovasi perlu dilakukan dibagian
pondasi rumah negara atau struktur rumah negara serta pembuangan air yang baik untuk
rumah tersebut.
Dalam upaya meningkatkan kelancaran dan kenyamanan kerja dalam rangka
mendukung layanan penyelenggaraan Kuasa BUN di daerah serta menyediakan rumah
dinas yang layak, nyaman dan ramah lingkungan bagi pejabat/pegawai KPPN Palopo,
maka KPPN Palopo memerlukan peningkatan prasarana Rumah Dinas. Untuk itu KPPN
Palopo berencana untuk meningkatkan prasarana Rumah Dinas yang sudah ada menjadi
lebih representatif.
Penyelenggaraan pengadaan barang dan jasa yang dibiayai dengan Anggaran
iii

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) harus dapat dilaksanakan dengan efektif dan
efisien dengan prinsip persaingan sehat, transparan, terbuka dan perlakuan yang adil bagi
semua pihak sehingga hasilnya dapat dipertanggung-jawabkan baik dari segi fisik,
keuangan maupun manfaatnya bagi kelancaran tugas KPPN Palopo.

B. MAKSUD DAN TUJUAN KERANGKA ACUAN KERJA


1. Maksud Kerangka Acuan Kerja :
Maksud dari Kerangka Acuan Kerja (KAK) paket pekerjaan ini adalah sebagai
Acuan untuk Penyedia Jasa Konstruksi di lapangan dalam merealisasikan
pekerjaan pengadaan jasa konstruksi Renovasi 5 Unit Rumah Negara KPPN
Palopo Tahun Anggaran 2024.

2. Tujuan Kerangka Acuan Kerja :


Tujuan pokok dari Kerangka Acuan Kerja (KAK) paket pekerjaan pengadaan jasa
konstruksi Renovasi 5 Unit Rumah Negara KPPN Palopo Tahun Anggaran 2024
merupakan petunjuk bagi penyedia jasa konstruksi yang memuat masukan, azas,
kriteria, proses dan keluaran yang harus dipenuhi dan diperhatikan serta
diinterprestasikan kedalam pelaksanaan tugasnya. Dengan penugasan ini
diharapkan penyedia jasa konstruksi dapat melaksanakan tanggung jawabnya
dengan baik untuk menghasilkan keluaran yang memenuhi sesuai KAK ini yang
merupakan suatu bagian dalam mendukung terwujudnya sarana dan prasarana
yang memadai.

C. SASARAN
Sasaran utama dari Kerangka Acuan Kerja (KAK) paket pekerjaan ini adalah
terselenggaranya konstruksi Renovasi 5 Unit Rumah Negara KPPN Palopo Tahun
Anggaran 2024 yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Rencana
Anggaran Biaya.

D. NAMA DAN ORGANISASI PENGGUNA


Dalam Kegiatan ini pengguna jasa adalah sebagai berikut:
1 Nama Organisasi : Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Palopo
2 Paket Pekerjaan : Pengadaan Jasa konstruksi Renovasi 5 Unit Rumah
Negara KPPN Palopo Tahun Anggaran 2024
3 Kuasa Pengguna : Ikhwan Mahmud
Anggaran ( KPA )
4 Pejabat Pembuat : Rasnindah Abu Rais
Komitmen ( PPK )

E. SUMBER PENDANAAN
Sumber pendanaan paket pekerjaan ini adalah dibiayai dari DIPA KPPN Palopo
Tahun Anggaran 2024 dengan pagu sebesar Rp1.716.000.000 (Satu milyar tujuh
ratus enam belas juta rupiah) termasuk PPN.

F. STANDAR TEKNIS
Standar Nasional Indonesia (SNI)
iv

G. REFERENSI HUKUM
a. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
b. Undang – undang Republik Indonesia nomor 2 tahun 2017 tentang Jasa
Konstruksi;
c. Peraturan Presiden republik Indonesia nomor 73 tahun 2011 tentang
Pembangunan Gedung Negara;
d. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat nomor :
22/PRT/M/2018 tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara;
e. Standar nasional Indonesia tentang bangunan gedung serta standar teknis terkait.
f. Peraturan Daerah Kota Palopo Nomor 3 Tahun 2016 tentang Bangunan Gedung.

H. RUANG LINGKUP PEKERJAAN


Ruang lingkup pekerjaan adalah Pengadaan Jasa konstruksi Renovasi 5 Unit Rumah
Negara KPPN Palopo Tahun Anggaran 2024 dengan nilai HPS sebesar
Rp1.716.000.000 (Satu milyar tujuh ratus enam belas juta rupiah).

Ruang Lingkup tugas yang harus dilaksanakan oleh penyedia jasa pelaksanaan
konstruksi berpedoman pada ketentuan yang berlaku, sebagai berikut :
a. Melakukan pemeriksaan dan penilaian dokumen untuk pelaksanaan kontruksi fisik,
baik dari segi kelengkapan maupun segi kebenarannya.
b. Menyusun program kerja yang meliputi jadwal waktu pelaksanaan, jadwal
pengadaan bahan, jadwal penggunaan tenaga kerja, dan jadwal penggunaan
peralatan berat.
c. Melaksanakan persiapan di lapangan sesuai dengan pedoman pelaksanaan.
d. Menghadirkan Personil Manajerial dalam Rapat Persiapan Pelaksanaan Pekerjaan
(PCM) dan telah menyusun dan mempresentasikan dokumen Rencana Mutu
Pekerjaan Konstruksi (RMPK) dan Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK) pada
saat PCM. Dokumen RMPK dan RKK yang disusun dapat mengacu pada
dokumen yang telampir dalam KAK ini.
e. Melaksanakan penjaminan dan pengendalian mutu secara keseluruhan terhadap
setiap pekerjaan yang dilakukan berdasarkan Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi
(RMPK).
g. Dalam pelaksanaan setiap tahapan Konstruksi penyedia jasa harus menerapkan
SMKK dan membentuk Unit Keselamatan Konstruksi (UKK) yang bertanggung
jawab terhadap pelaksanaan SMKK dalam Pekerjaan Konstruksi.
h. Menyusun gambar pelaksanaan ( shop drawing ) .
i. Melaksanakan pekerjaan konstruksi fisik di lapangan sesuai dengan dokumen
pelaksanaan (rancangan) sebagaimana dalam kontrak.
j. Melaksanakan pelaporan pelaksanaan konstruksi fisik, melalui rapat-rapat
lapangan, laporan harian, laporan mingguan, laporan bulanan, laporan kemajuan
pekerjaan, laporan persoalan yang timbul atau dihadapi.
k. Membuat gambar yang sesuai dengan pelaksanaan di lapangan ( as built
drawings ) yang selesai setelah serah terima pertama, setelah disetujui oleh
penyedia jasa manajemen konstruksi atau penyedia jasa pengawasan konstruksi
dan diketahui oleh penyedia jasa perencanaan konstruksi.
l. Memberikan manual operasi dan pemeliharaan bangunan Gedung, termasuk
v

pengoperasian dan pemeliharaan serta garansi atau surat jaminan peralatan dan
perlengkapan mekanikal, elektrikal, dan system pemipaan (plumbing) kepada
pengguna jasa.
m. Melaksanakan perbaikan kerusakan-kerusakan yang terjadi di masa pemeliharaan
konstruksi.

Informasi kegiatan pekerjaan konstruksi tersebut meliputi:

1. Tipe Rumah : Rumah Dinas Golongan II Tipe C dan Tipe D


Alamat : Jalan Ahmad Razak, Jalan Pongsimpin II, Jalan Batara,
Jalan Kelapa, Kota Palopo
Jumlah : 5 (Lima) unit

I. KUALIFIKASI PERUSAHAN PENYEDIA JASA KONSTRUKSI


Untuk menunjang tercapainya pelaksanaan fisik Pekerjaan Pengadaan Jasa
Konstruksi Renovasi 5 Unit Rumah Negara KPPN Palopo Tahun Anggaran 2024
maka di butuhkan perusahaan penyedia Jasa Konstruksi untuk pelaksanaan
pekerjaan tersebut, dan klasifikasi perusahaan yang dibutuhkan:
1. Peserta yang berbadan usaha harus memiliki perizinan usaha di bidang jasa
konstruksi, berupa:
a. Memiliki Nomor Induk Berusaha (NIB) dan Sertifikat Standar Terverifikasi
(untuk Badan Usaha yang memiliki SBU KBLI 2020) dengan kode KBLI
41011;
b. Dalam hal Sertifikat Standar sebagaimana dimaksud pada angka 1) belum
terverifikasi, peserta menyampaikan NIB, Sertifikat Standar belum
terverifikasi dan tangkapan layar laman OSS yang mencantumkan bahwa
Sertifikat Standar sedang menunggu verifikasi; atau
c. Memiliki Nomor Induk Berusaha (NIB) dan SBU yang masih berlaku (untuk
Badan Usaha yang memiliki SBU KBLI 2017).
2. Mempunyai Bidang Usaha dengan subklasifikasi Jasa Pelaksana Konstruksi
Bangunan Hunian Tunggal dan Kopel (BG001) atau Konstruksi Gedung
Hunian dengan kode BG001;
3. TDP/NIB;
4. Memiliki status valid keterangan Wajib Pajak berdasarkan hasil Konfirmasi
Status Wajib Pajak;
5. Memiliki sisa kemampuan Paket SKP dengan perhitungan SKP 5-P, dimana P
adalah paket Pekerjaan Kontruksi yang sedang dikerjakan.

J. PERSONEL MANAJERIAL
Demi menunjang tercapainya pelaksanaan fisik Pekerjaan Pengadaaan Jasa
Konstruksi Rehabilitasi Rumah Negara KPPN Palopo Jl. Ahmad Razak maka di
butuhkan beberapa Tenaga Ahli dan tenaga terampil yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan pekerjaan yang harus di sediaakan oleh penyedia jasa yaitu:
vi

Jabatan dalam Pekerjaan


No Keahlian / Keterampilan Mutu
yang Diusulkan
1. Pelaksana SKT Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

2. Petugas K3 Konstruksi Petugas K3 / Ahli K3 Konstruksi

Untuk Jabatan Pelaksana dapat pula menggunakan SKT Pelaksana Lapangan


Pekerjaan Gedung dengan pengalaman kerja 2 (dua) tahun dan untuk Jabatan
Petugas K3 dapat menggunakan SKA Ahli K3 Konstruksi. Sebagaimana kebutuhan
jabatan dimaksud, seluruh personil yang ditawarkan dilengkapi dengan melampirkan
Curiculum Vitae (CV), Salinan KTP dan pindaian SKTK.

K. RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI (RKK)


Demi menunjang tercapainya pelaksanaan fisik Pekerjaan Pekerjaan Pengadaaan
Jasa Konstruksi Renovasi 5 Unit Rumah Negara KPPN Palopo Tahun Anggaran 2024
perlu diperhatikan perencanaan keselamatan konstruksi atas pekerjaan berikut ini :

Uraian Pekerjaan Identifikasi Bahaya

Pekerjaan Atap Jatuh dari ketinggian

L. PERALATAN
Peralatan minimal yang dibutuhkan dalam pelaksanaan Pekerjaan Pengadaaan
Jasa Konstruksi Renovasi 5 Unit Rumah Negara KPPN Palopo Tahun Anggaran
2024, adalah sebagai berikut:
▪ Mobil Pick Up, Kap 1,5 Ton 1 Unit
▪ Beton Molen Minimal Kap. 350 Ltr 1 Unit
▪ Gerobak Dorong 3 unit
▪ Mesin Genset 700 Watt 1 set
▪ Scafolding 3 set
▪ Mesin Potong 3 Unit

Peralatan tersebut harus dibuktikan dengan :


a. bukti kepemilikan peralatan (contoh STNK, BPKB, Invoice) untuk peralatan
dengan status milik sendiri);
b. bukti pembayaran Sewa Beli (contoh invoice uang muka, angsuran) untuk
peralatan dengan status sewa beli;
c. surat perjanjian sewa beserta bukti kepemilikan/penguasaan terhadap peralatan
dari pemberi sewa untuk peralatan dengan status sewa..

M. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN


Jangka waktu pelaksanaan Pekerjaan Pengadaaan Jasa Konstruksi Renovasi 5
Unit Rumah Negara KPPN Palopo Tahun Anggaran 2024 ini diperkirakan selama 120
(Seratus dua puluh hari) hari kalender.
vii

N. PERSYARATAN LAIN-LAIN
1. Mempunyai pengalaman minimal 1 kali pekerjaan pembangunan atau renovasi
Gedung dalam kurun waktu 4 tahun terakhir, baik di lingkungan pemerintah atau
swasta, dapat berupa pengalaman subkontrak dan dilampiri dengan kontrak atau
Berita Acara Serah Terima dan surat referensi dari pemberi kerja yang dapat
ditunjukan pada saat pembuktian kualifikasi.
2. Surat pernyataan tidak masuk daftar hitam.
3. Surat Pernyataan:
a) Yang bersangkutan dan manajemennya tidak dalam pengawasan pengadilan,
tidak pailit, dan kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan.
b) Yang bersangkutan berikut Pengurus Badan Usaha tidak sedang dikenakan
sanksi Daftar Hitam.
c) Yang bertindak untuk dan atas nama Badan Usaha tidak sedang dalam
menjalani sanksi pidana.
d) Pimpinan dan pengurus Badan Usaha bukan sebagai perwakilan K/L/PD atau
pimpinan dan pengurus Badan Usaha bukan sebagai pegawai K/L/PD yang
sedang mengambil cuti diluar tanggungan negara.
e) Pernyataan bahwa data kualifikasi yang diisikan dan dokumen penawaran yang
disampaikan benar, dan jika dikemudian hari ditemukan bahwa data/dokumen
yang disampaikan tidak benar dan ada pemalsuan maka Direktur
Utama/Pimpinan Perusahaan/Pimpinan Koperasi, atau Kepala Cabang, dari
seluruh anggota Kemitraan bersedia dikenakan sanksi administrative, sanksi
pencantuman dalam Daftar Hitam, gugatan secara perdata, dan/atau pelaporan
secara pidana kepada pihak berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

O. PENUTUP
Segala sesuatu yang dipandang perlu dan belum tercantum didalam KAK ini akan
disampaikan dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan dan merupakan lampiran
yang mengikat dan tak terpisahkan dengan Kerangka Acuan Kerja Pekerjaan.

Palopo, 16 Februari 2024


Pejabat Pembuat Komitmen,

Ditandatangani Secara Elektronik


Rasnindah Abu Rais
1

BAB I
SYARAT-SYARAT UMUM DAN ADMINISTRASI

Pasal 1
Syarat-syarat

1.1. Syarat-syarat Umum.

Tata laksana dalam penyelenggaraan KONSTRUKSI RENOVASI 5 UNIT


RUMAH NEGARA KPPN PALOPO TAHUN ANGGARAN 2024 didasarkan pada
peraturan-peraturan sebagai berikut :

1.1.1. Undang-undang Republik Indonesia nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa


Konstruksi dan Peraturan Pemerintah nomor 22 Tahun 2020 tentang
peraturan Pelaksanaan UU Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa
Konstruksi
1.1.2. Undang - undang Republik Indonesia nomor 28 tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung.
1.1.3. AV 1941.
1.1.4. Undang - undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial.
1.1.5. Undang - undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
1.1.6. SKB Menaker dan Menteri PU nomor Kep.174/MEN/86 dan
104/KPTS/1986 tentang K3 ditempat kegiatan konstruksi.

1.2. Prinsip Utama

1.2.1. Pada dasarnya semua pekerjaan baru dapat dilakukan setelah


mendapat IZIN TERTULIS dari Direksi / Pejabat Pembuat Komitmen
1.2.2. Pada dasarnya semua material baru dapat digunakan setelah
mendapat IZIN TERTULIS dari Direksi / Pejabat Pembuat Komitmen
1.2.3. Pada dasarnya semua pekerjaan harus dilaksanakan berdasarkan
standar-standar Nasional/Internasional yang relevan dengan pekerjaan
tersebut. Persyaratan-persyaratan dan lain-lain yang disebutkan dalam
bagian-bagian dari RKS ini adalah untuk Referensi minimum.
1.2.4. Pekerjaan/bagian pekerjaan hanya dapat dianggap selesai dan dapat
diperhitungkan dalam progress report jika telah mendapat persetujuan
Direksi / Pejabat Pembuat Komitmen

1.2.5. Pekerjaan ini bersifat lumpsum dalam pengertian bahwa jika terdapat
sebagian atau keseluruhan pekerjaan ini ”gagal”/tidak diterima oleh
DIREKSI / PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN maka pekerjaan
dianggap belum dilaksanakan sehingga tidak dicatat dalam progress
pelaksanaan.
1.2.6. Semua biaya testing seperti Loading Test/PDA test, Commissioning
(untuk M/E), Pressure Test (untuk Plumbing) dan Test Beban untuk
Listrik merupakan kewajiban dan beban Kontraktor dianggap telah
2

diperhitungkan didalam penawaran serta termasuk didalam lingkup


pekerjaan.
1.2.7. Seluruh material ex pabrik/ex industri harus dilaksanakan/dipasang
sesuai petunjuk/manual pabrik/industri produsennya.
1.2.8. Penyebutan Merk/Dagang/Type Product yang ada di RKS dan RAB
serta gambar hanya dimaksudkan untuk memberikan gambaran
tentang kwalitas material yang diinginkan, dan harus dipersiapkan
adanya material yang sama.
1.2.9. Direksi / Pejabat Pembuat Komitmen mempunyai HAK MUTLAK untuk
Menerima dan atau Menolak segala sesuatu menyangkut material, tata
cara bekerja dan atau hasil produk dari sebagian dan atau keseluruhan
pekerjaan.

Kontraktor diharuskan menunjukkan contoh sample


material/gambar material sebelum mengadakan pembelian.

1.3. Syarat-syarat Khusus Yang Harus Dipenuhi Oleh Kontraktor.

Penggunaan standar yang tercantum dalam spesifikasi ini mencakup, tetapi


tidak terbatas pada standar yang dirumuskan oleh badan-badan dan organisasi
yang tercantum disini merupakan acuan yang harus ditaati/dipenuhi oleh
Kontraktor dalam Pembangunan KONSTRUKSI RENOVASI 5 UNIT RUMAH
NEGARA KPPN PALOPO TAHUN ANGGARAN 2024
1.3.1. Pedoman Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan Gedung
SNI 03-1726-1989.
1.3.2. Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung SNI
03-1727-1989.
1.3.3. Pedoman Mendirikan Bangunan Gedung SNI 03-1728-1989.
1.3.4. Pedoman Perencanaan Beton Bertulang dan Struktur Dinding
Bertulang untuk Rumah dan Gedung SNI 03-1734-1989.
1.3.5. Tata Cara Perencanaan Bangunan dan Lingkungan untuk Pencegahan
Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung SNI 03-1735-
1989.
1.3.6. Tata Cara Perencanaan Struktur Bangunan untuk Pencegahan Bahaya
Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung SNI 03-1736-1989.
1.3.7. Tata Cara Pencegahan Rayap pada Pembuatan Bangunan Rumah dan
Gedung SNI 03-2404-1991.
1.3.8. Tata Cara Penanggulangan Rayap pada Bangunan Rumah dan
Gedung dengan Termitisida SNI 03-2405-1991.
1.3.9. Tata Cara Pengecatan Kayu untuk Rumah dan Gedung SNI 03-2407-
1991
1.3.10. Spesifikasi Bahan Bangunan SNI 03-0106-1987, SNI 03-0349- 1989,
SNI 03-2445-1991.
1.3.11. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) tahun 1977 yang diterbitkan
oleh Yayasan Normalisasi Indonesia.
1.3.12. Peraturan Tentang Kayu SNI 03-2445-1991.
1.3.13. SII (Standar Industri Indonesia).
3

1.3.14. ACI (American Concrete Institute).

1.3.15. ANSI (American National Standar Institute).


1.3.16. ASTM (American Society for Testing and Materials).
1.3.17. National Electrical Code) & British Standards.
1.3.18. Petunjuk-petunjuk dari Direksi / Pejabat Pembuat Komitmen / Kuasa
Pengguna Anggaran .
1.3.19. Buku Spesifikasi ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan
merupakan kesatuan yang saling melengkapi dengan gambar-gambar
Rencana dan Bill of Quantity serta Berita Acara Rapat. Jika terdapat
kontradiksi dengan salah satu dari dokumen tersebut maka Kontraktor
wajib bertanya kepada Direksi / Pejabat Pembuat Komitmen / Kuasa
Pengguna Anggaran.

1.4. Syarat-syarat Khusus K3LL.

Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya atas semua personil di job site


karena itu Kontraktor wajib memiliki Sistem K3LL yang meliputi :
1.4.1. Kontraktor wajib memiliki system K3LL yang meliputi :
1. Pernyataan Kebijakan K3LL.
2. Prosedur tanggap darurat.
3. Peraturan K3LL.
4. Induksi dan Orientasi K3LL.
5. Rapat pertemuan K3LL.
6. Pelatihan K3LL.
7. Program Pengelolaan Peralatan dan Material.
8. Program Tata Cara Pembuangan Limbah Konstruksi.
9. Alat Pelindung Diri (APD).
10. Program Inspeksi K3LL.
11. Prosedur Pelaporan Kecelakaan.
12. Dukungan Professionalisme K3LL.
13. Asuransi Kecelakaan & Jamsostek (BPJS)
14. Lingkungan.
15. Statistik K3LL.
16. Prosedur Investigasi Kecelakaan.
1.4.2. Kontraktor wajib memiliki struktur organisasi K3LL dan job description,
Direksi / Pejabat Pembuat Komitmen berhak menetapkan sanksi
administratif jika karena kelalaian Kontraktor terjadi kecelakaan fatal.
B. Sasaran Mutu dan Program K3
1) Sasaran K3 :
Pencegahan kecelakaan kerja, apabila terhindar munculnya
potensi bahaya dari suatu pekerjaan, dapat diminimalisir resiko
bahaya yang muncul.Waspada terhadap timbulnya kecelakaan-
kecelakaan kerja yang terjadi selama pelaksanaan kegiatan, seperti :
• Jatuh pada saat kerja.
• Tergelincir/terpental.
• Terkena aliran listrik.
• Terkena paku.
4

• Tergencet alat.
• Kebakaran
Perhatian pada lingkungan sekitarnya, mengenai :
• Resiko bahaya yang berasal dari lokasi pekerjaan.
• Resiko pekerjaan terhadap lingkungan sekitar.
• Kebersihan/sanitasi kantor proyek. Kebersihan jalan umum dari
material proyek maupun kayu.
• Fasilitas makan dan minum.
• Ketersediaan air bersih.
Perlu alat pelindung diri dan alat penunjang lainnya, sesuai
dengan lingkup pekerjaan, seperti:
• Pengadaan/pemakaian Alat Pelindung Diri
• Perlengkapan K-3
• Alat-alat Penunjang K-3

2) Program K3 :
Bertujuan untuk meningkatkan pemahaman terhadap resiko bahaya
potensial yang mungkin muncul dari suatu pekerjaan, melalui :
• Pembuatan petunjuk kerja pelaksanaan K 3 atau tindakan
pencegahan kecelakaan di proyek
• Penyediaan sarana pendukung K 3
• Pemasangan rambu-rambu peringatan pada lokasi yang
membahayakan
• Pengarahan sebelum dimulainya K 3 (safety talk).
• Pemahaman bahaya penggunaan bahan kimia saat kerja.

1.5. Hak Cipta - Hak Kekayaan Intelektual – Pajak-pajak & Bea Masuk - Izin
Kerja.

Direksi / Pejabat Pembuat Komitmen menganggap bahwa pada dasarnya


segala sesuatu yang menyangkut Izin Kerja (termasuk untuk orang asing) - Hak
Cipta - Hak Kekayaan Intelektual - Pajak-pajak & Bea Masuk, menjadi
tanggung jawab Kontraktor Utama .
Pengertian ”izin kerja” disini termasuk persyaratan kualifikasi personil
berdasarkan Sertifikat Keahlian (SKA) dan Sertifikat Keterampilan(SKT)
sebagaimana diharuskan oleh UU no 18/1999 dan PP no 28/2000 .
Dengan demikian, semua personil, peralatan, system serta kegiatan yang
berlangsung rdidalam pembangunan proyek ini merupakan kegiatan legal/sah
sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan RI.

1.6. Metode Pelaksanaan & Metode Konstruksi Serta Rencana Pelaksanaan.

Kontraktor harus mengajukan Metode Pelaksanaan & Metode Konstruksi dalam


proposal penawarannya.
Metode tersebut meliputi :

1.6.1. Program Mobilisasi & Demobilisasi.


1.6.2. Program Penempatan Peralatan & Peralatan yang Digunakan.
5

1.6.3. Program Penempatan SDM lengkap dengan Curiculum Vitae.


1.6.4. Schedule Pelaksanaan dengan Net Work Planning dan Curva “S”.
1.6.5. System Pelaksanaan Konstruksi & Struktur.
1.6.6. System Pelaksanaan Finishing Arsitektur & Mekanikal/Elektrikal
khususnya hal-hal yang spesifik.

1.7. Pelaporan Dan Dokumentasi.

1.7.1. Kontraktor diwajibkan, membuat Laporan Harian yang mencatat semua


petunjuk, perintah dan detail pekerjaan yang dilaksanakan. Setiap
Laporan Harian pada tanggal yang sama harus diserahkan kepada
Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen untuk diperiksa dan disetujui
kebenarannya.
Semua Laporan dan foto dibuat dalam format Digital ,dengan output
Hardcopy dan Soft copy .
1.7.2. Berdasarkan Laporan Harian ini dibuat Laporan Mingguan dan
Bulanan, yang berisikan antara lain (berlaku untuk semua pekerjaan) :
1. Jumlah tenaga yang menangani pekerjaan Ini.
2. Uraian Kemajuan Pekerjaan.
3. Bahan dan perlengkapan yang telah masuk.
4. Hambatan yang dialami.
5. Kunjungan tamu.
6. Kejadian-kejadian lain yang perlu dilaporkan.
1.7.3. Laporan Mingguan dan Bulanan tersebut harus ditandatangani
Konsultan Pengawas dan Direksi/Pejabat pemeriksa hasil pekerjaan
sebagai tanda yang bersangkutan telah menyetujui laporan tersebut.
1.7.4. Kontraktor harus mengambil foto Digital untuk dokumentasi setiap
tahapan pekerjaan :
1. Lokasi sebelum pekerjaan dimulai.
2. Setiap tahapan, pekerjaan.
3. Saat force majeure terjadi (apabila ada).
4. Serah terima I.
5. Serah terima II.
Hard Copy Foto-foto ini diprint dalam kertas ukuran A4 dengan disertai
uraian penjelasan/keterangan singkat.,sedangkan versi Soft Copy
diserahkan dalam media DVD / Flasdisk
1.7.5. Setiap laporan dan dibuat sebanyak 3 (tiga) set Hardcopy dan 3(tiga)
set soft Copy, setelah mendapatkan persetujuan, masing-masing
sebuah diserahkan kepada Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen,
Perencana dan Konsultan Pengawas.

1.8. As Built Drawings/Manual/Sertifikat.

Setelah selesai seluruh pekerjaannya, Kontraktor wajib menyerahkan as built


drawings dalam bentuk Soft Copy dan Hard Copy
harus sudah diserahkan kepada Direksi/ Pejabat Pembuat Komitmen Setelah
serah terima I (Pertama) pekerjaan sebanyak 3 (tiga) set.
6

1.9. Masa Pemeliharaan Dan Garansi.

1.9.1 Kontraktor wajib melaksanakan masa pemeliharaan selama 6 (Enam)


bulan terhitung mulai serah terima pertama pekerjaan.
1.9.2. Pada masa pemeliharaan, Konsultan Pengawas akan membuat daftar
cacat yang memuat semua kerusakan/cacat atau tidak berfungsinya
bagian pekerjaan dan memerintahkan Kontraktor untuk segera
memperbaikinya.
Daftar cacat terakhir dikerjakan 30 (tiga puluh) hari sebelum
berakhirnya masa pemeliharaan disampaikan secara tertulis kepada
Kontraktor tembusan kepada Perencana.

1.10. Pelaksanaan Pekerjaan.

1.10.1. Gambar, RKS dan Berita Acara Aanwijzing merupakan satu kesatuan
yang saling melengkapi dan mengikat untuk dilaksanakan.
1.10.2. Gambar dan RKS untuk pekerjaan-pekerjaan lain harus diperiksa dan
disesuaikan. Semua pakerjaan harus dilaksanakan dengan cermat
sehingga gangguan dengan bagian lain dapat dihilangkan/dieliminasi.
Laporkan semua bagian dari konstruksi bangunan yang akan dipakai
untuk pekerjaan instalasi.
1.10.3. Pekerjaan harus dilaksanakan pada waktu dan keadaan yang tepat,
agar tidak menghambat pekerjaan lain. Bila terdapat kesukaran-
kesukaran yang dapat menghambat laju pekerjaan, harus segera
dilaporkan kepada Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen agar segera
diselesaikan dan Kontraktor wajib mengajukan usulan terbaik untuk
penyelesaian.
1.10.4. Bila akan terjadi perubahan atas gambar rencana, diusahakan agar
perubahan tersebut masih dalam batas-batas tertentu demi untuk
perbaikan hasil sehingga pekerjaan dari bagian lain tetap sesuai
dengan pelaksanaan pekerjaan ini.

1.11. Pekerjaan Merapikan.

1.11.1. Kontraktor wajib memperbaiki kerusakan-kerusakan pekerjaan lain


yang diakibatkan oleh pekerjaannya.
1.11.2. Setelah pekerjaan yang menjadi kewajiban Kontraktor selesai
dilaksanakan, Kontraktor wajib membongkar peralatan instalasi yang
tidak terpakai dan membersihkan lokasi dari barang-barang bekas
pakai.

1.12. Contoh Material Dan Persetujuan.

Kontraktor harus mengajukan contoh material terlebih dahulu sebelum


dipesan/didatangkan lengkap dengan brosur & spesifikasi teknisnya. Pengajuan
contoh material ini harus disetujui oleh Konsultan Pengawas dan
Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen.
7

Apabila Kontraktor memesan/mendatangkan material tanpa persetujuan


Konsultan Pengawas dan Direksi/ Pejabat Pembuat Komitmen tenyata material
tersebut tidak sesuai dengan spesifikasi teknis, maka Kontraktor harus segera
mengeluarkan material tersebut dan menggantinya yang sesuai dengan
persyaratan. Seluruh biaya penggantian tersebut diatas menjadi tanggung
jawab Kontraktor.
Keterlambatan pekerjaan yang disebabkan oleh penggantian tersebut diatas
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.

1.13. Pembobotan Hasil Pekerjaan.

1.13.1. Bobot hasil pekerjaan dianggap 0 % sepanjang tidak ada material yang
masuk kelapangan.
1.13.2. Material/peralatan utama yang masuk kelapangan khususnya peralatan
utama untuk pakerjaan M & E (MOS/Material On Site) dapat dibobot
maksimal 50%. Berita Acara kedatangan material tersebut ditanda
tangani oleh Kontraktor, Konsultan Pengawas dan Direksi/Pejabat
Pembuat Komitmen serta material/peralatan utama tersebut harus
sesuai dengan Spesifikasi Teknis yang sudah disetujui dalam
pengajuan contoh material.
1.13.3. Material/peralatan utama terpasang dapat dibobot maksimal 75%
terhadap setiap item pekerjaan, sepanjang pekerjaan tersebut sudah
dianggap benar pemasangannya oleh Direksi/ Pejabat Pembuat
Komitmen.
1.13.4. Material/peralatan utama terpasang yang sudah diuji dapat dibobot
maksimal 90% terhadap setiap item pekerjaan, sepanjang pengujian
tersebut sudah dianggap baik oleh pihak Konsultan Pengawas dan
Direksi/ Pejabat Pembuat Komitmen dan dilengkapi dengan Berita
Acara Pengujian yang ditanda tangani oleh pihak Kontraktor, Konsultan
Pengawas dan Direksi/Kuasa Pengguna Anggaran.
1.13.5. Pekerjaan dapat dibobot 100% apabila as built drawing, sudah
diserahkan oleh Kontraktor kepada Direksi/ Pejabat Pembuat
Komitmen.
8

1.14 Organizing Structure.

ORGANIZING STRUCTURE
PROYEK
RENOVASI RUMAH DINAS

KPA / PPK
DIREKSI

KONSULTAN KONSULTAN
PERENCANA PENGAWAS

KONTRAK
TOR
UTAMA

KONTRAKTUAL

KONSULTATIF
9

Pasal 2
Uraian Pekerjaan

2.1. Lingkup Pekerjaan.

Pekerjaan yang akan dilaksanakan meliputi KONSTRUKSI RENOVASI 5 UNIT


RUMAH NEGARA KPPN PALOPO TAHUN ANGGARAN 2024 sesuai dengan
gambar dan spesifikasi yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari dokumen
ini.
Pekerjaan tersebut diatas meliputi namun tidak terbatas pada :
2.1.1. Pekerjaan KONSTRUKSI RENOVASI 5 UNIT RUMAH NEGARA KPPN
PALOPO TAHUN ANGGARAN 2024 sebagaimana ditujukan pada
gambar dan atau Bill of Quantity.
2.1.2. Penyerahan Dokumen As Built Drawing.
1. 3 (tiga) Hard copy ukuran A3.
2. 3 (tiga) Soft copy dalam bentuk Flasdisk
2.1.4. Pekerjaan Pengetesan Commissioning, didalam lingkup pekerjaan ini
seperti :
1. Testing & Commissioning untuk Pekerjaan M/E.
2. Pressure Test untuk Plumbing.
10

STRUKTUR ORGANISASI LAPANGAN

PENANGGUNG JAWAB

OFFICE

SITE

SITE MANAGER

STUDIO
SECRETARY/ADMIN SHOP DRAWING
TECHNICAL ADMIN &
AS BUILT DRAWING

Account & Equipment & M/,E Structure HSE, HRD


Finance Tools &Plumbing Engineer Architects Manager
logistic man Specialist Engineer

Technical Support/Draftmen/Software Programmer/Hardware Technician/Fasilitator/Technician /Surveyor


11

2.2. Prasarana.

2.2.1. Pekerjaan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian sesuai


dengan ketentuan-ketentuan dalam SPESIFIKASI TEKNIS,
Gambar Rencana, Berita Acara Penjelasan, Berita Acara Rapat
Lapangan, serta petunjuk Direksi / Pejabat Pembuat Komitmen.

Pasal 3
Ukuran-ukuran

Ukuran-ukuran dalam pekerjaan ini menggunakan sistem metrik (milimeter,


centimeter dan meter).
Peil + 0,00 Bangunan akan ditetapkan ulang kemudian bersama oleh Konsultan
Pengawas, Konsultan Perencana, Direksi / Pejabat Pembuat Komitmen dan
Kontraktor Pelaksana fisik.
Dibawah pengamatan Direksi / Pejabat Pembuat Komitmen, Kontraktor harus
membuat titik duga dari Kayu Balok 8 x 8 x 200 cm. Titik duga tersebut harus
dijaga kedudukannya serta tidak terganggu selama pekerjaan berlangsung dan
tidak boleh dibongkar tanpa seizin dari Direksi / Pejabat Pembuat Komitmen
Kontraktor wajib menambahkan titik duga jika diperlukan oleh Direksi / Pejabat
Pembuat Komitmen. Selama pelaksanaan pekerjaan, surveyor/juru ukur Kontraktor
harus selalu stand by di Job Site lengkap dengan peralatannya. Semua pekerjaan
yang akan dimulai harus diukur bidik ulang sebelum diizinkan secara tertulis oleh
Direksi / Pejabat Pembuat Komitmen untuk dilaksanakan.
Kontraktor harus bertanggung jawab penuh atas tepatnya pekerjaan menurut
ukuran-ukuran yang tercantum dalam gambar.
Kontraktor berkewajiban mencocokkan ukuran satu sama lain dan bila ada
perbedaan ukuran dalam gambar dan Spesifikasi segera dilaporkan kepada
Direksi / Pejabat Pembuat Komitmen. Bilamana terdapat selisih satu perbedaan
ukuran maka petunjuk Direksi / Pejabat Pembuat Komitmen yang dijadikan
pedoman.

Pasal 4
Papan Nama Proyek

➢ Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor lebih dulu membuat papan nama


proyek.
➢ Papan nama proyek dipasang sesuai dengan standard yang berlaku
berdasarkan petunjuk Direksi / Pejabat Pembuat Komitmen dan menjadi
biaya Kontraktor.
➢ Papan nama proyek dimaksud harus dipasang dilokasi proyek dan harus
ditempat yang dapat dilihat dengan bebas. Biaya untuk papan nama proyek
ini dianggap telah diperhitungkan dalam penawaran kontraktor.
12

Pasal 5
Pekerjaan Persiapan

5.1. Sebelum Pekerjaan Dimulai.

5.1.1. Kontraktor harus membuat Shop Drawing atas semua Rencana


Pelaksanaan Pekerjaan.
Shop Drawing dibuat dalam format AUTOCAD versi 2007 atau
sesuai petunjuk direksi / Pejabat Pembuat Komitmen .

5.2. Setelah Pekerjaan Selesai.

5.2.1. Setelah pekerjaan selesai dan sebelum diadakan penyerahan


pekerjaan kepada Pemilik, Kontraktor harus membersihkan seluruh
site dari segala macam kotoran, puing-puing dan semua peralatan
yang digunakan selama masa konstruksi. Kotoran-kotoran tersebut
harus dikeluarkan dari job site atas biaya Kontraktor.
5.2.2. Pekerjaan pembersihan merupakan bagian dari progress pekerjaan
sehingga bila hal ini belum diselesaikan secara tuntas maka
pekerjaan tidak akan dianggap selesai 100 %.
5.2.3. Kontraktor harus membuat As Built Drawing secara bertahap yang
menunjukkan realisasi pekerjaan yang sebenarnya. Pekerjaan
hanya dianggap selesai 100% setelah As Built Drawing diserahkan
dan dapat diterima oleh direksi/Pejabat Pembuat Komitmen .

5.3. Selama Pekerjaan Berlangsung.

Kontraktor bertanggung jawab penuh atas kesehatan, keselamatan kerja


dan lindungan lingkungan.
5.3.1. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja.
2. Keputusan Dirjen Binawas Nomor KEP/20/DJPPK/2004
tentang Sertifikasi Kompetensi K3 Bidang Konstruksi
Bangunan.
3. SKB Menaker dan Menteri PU Nomor KEP. 174/MEN/86 dan
104/KPTS/1986 tentang K3 ditempat Kegiatan Konstruksi.
4. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/SE/M/2005
tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi untuk Instansi
Pemerintah.
5. Undang undang no 3 tahun 1982 Tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja

5.3.2. Yang dimaksud dengan kesehatan adalah :


1. Melindungi semua pekerja dari kemungkinan bahaya terhadap
kesehatan pekerja dengan menggunakan alat pelindung diri
pribadi (Personal Protective Equipment) minimal terdiri atas :
a. Dust Maker untuk melindungi pernafasan.
b. Kacamata keselamatan.
13

c. Penyumbat telinga.
d. Sepatu keselamatan.
e. Topi keselamatan.
f. Kaos tangan.
g. Safety Belt.
h. Jaringan Pengaman/Safety Net.
i. Dan sebagainya
7. Pengawasan terhadap penggunaan minuman alkohol, obat
terlarang dan sebagainya yang dianggap mengganggu
kesehatan pekerja.
8. Pengawasan terhadap sanitasi.
10. Jaminan pemeliharaan kesehatan pekerja melalui program
Jamsostek / BPJS.
11. Menjalin hubungan kerjasama dengan pihak klinik
(Puskesmas) terdekat guna menanggulangi bila terjadi
keadaan darurat (emergency case) ditempat kerja.
12. Menjalin hubungan kerjasama dengan pihak rumah sakit untuk
rujukan (tindak lanjut) bila terjadi keadaan darurat (emergency
case) ditempat kerja.
13. Menyediakan stretcher atau tandu ditempat kerja.
14. Menyediakan & memasang jaringan pengaman/jaring
keselamatan.

5.3.3. Lindungan Lingkungan.

Kontraktor wajib melaksanakan semua aspek yang berhubungan


dengan lindungan lingkungan lokasi tempat kerja sebagai berikut :
1. Sistim pengolahan limbah (Biodegradable waste system).
2. Dampak negatif yang ditimbulkan terhadap lingkungan sekitar
antara lain kebisingan, keributan, getaran, bau, polusi udara,
air limbah, kemacetan arus lalu lintas, kotoran pada jalan raya,
aspek estetika, dan sebagainya.
3. Dampak-dampak negatif lainya yang dapat menimbulkan
penyakit terhadap pekerja antara lain kebersihan dan kerapian
tempat kerja, kebersihan makanan dan air minum, kebersihan
tempat tinggal, sanitasi, kebersihan kamar mandi dan toilet,
dan sebagainya.

Pasal 6
Keamanan Proyek, Keselamatan Kerja

6.1. Keamanan Proyek.

Selama berlangsungnya proyek, Kontraktor bertanggung jawab atas


Keselamatan Kerja semua personil yang ditempatkan, termasuk personil
Direksi / Pejabat Pembuat Komitmen. Untuk itu Kontraktor wajib
memberikan daftar nama personil setiap hari sebelum memulai pekerjaan
kepada Direksi / Pejabat Pembuat Komitmen. Kontraktor harus
14

menempatkan petugas jaga/keamanan selama 24 jam untuk menjaga


material/barang-barang Kontraktor dilapangan.
Kontraktor wajib menyediakan alat-alat pemadam kebakaran dan
bertanggung jawab atas kemungkinan terjadinya kebakaran selama masa
pelaksanaan proyek ini. Biaya untuk keamanan proyek ini dianggap telah
diperhitungkan dalam penawaran.

6.2. Asuransi dan Keselamatan Kerja.

Kontraktor harus mengasuransikan semua personil sebagaimana


disebutkan diatas sesuai dengan UU no 3 tahun 1982 Tentang Jaminan
Sosial tenaga Kerja . Kontraktor harus menjamin keselamatan kerja semua
personil melalui Peraturan Keselamatan Kerja termasuk pemakaian alat-alat
perlindungan kerja. Kontraktor juga wajib mengasuransikan pihak ketiga
(third parties) yang terkena dampak dan risiko kecelakaan akibat
pekerjaan KONSTRUKSI RENOVASI 5 UNIT RUMAH NEGARA KPPN
PALOPO TAHUN ANGGARAN 2024 ini .
Kontraktor harus mengasuransikan seluruh pekerjaan yang dilaksanakan
pada proyek ini (Construction All Risks Insurance) terhadap Bahaya
Kebakaran dan Bahaya Kegagalan Konstruksi selama masa pelaksanaan.
Biaya yang timbul akibat asuransi ini menjadi beban Kontraktor karena itu
dianggap telah diperhitungkan didalam penawaran Kontraktor. Biaya untuk
asuransi dan keselamatan kerja dianggap telah diperhitungkan dalam
penawaran.

6.3. Gudang Material dan Barak Kerja.

Kontraktor membuat kantor.gudang material,barak kerja dan peralatan


sendiri seluas sesuai kebutuhannya .

Pasal 7
Perizinan

7.1. Pembayaran dan penembusan seluruh biaya yang diperlukan untuk


surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB), pengurusnya dilakukan
Pelaksana / Kontraktor.
7.2. Surat perizinan dalam persyaratan yang diperlukan untuk pelaksanaan
pekerjaan ini harus diurus oleh Pelaksana / Kontraktor dan atas
tanggung jawab dan biaya Kontraktor / Pelaksana Pekerjaan.
7.3. Pelaksana / Kontraktor harus menyerahkan surat izin yang diperoleh atau
yang disyaratkan yang menyakut pekerjaan ini kepada pemberi tugas.
7.4. Pemeriksaan, pengujian dan lain-lain berserta keterangan resminya
(certificate) yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan ini harus diurus
oleh Pelaksana / Kontraktor atas tanggung dan biaya Pelaksana /
Kontraktor.
15

Pasal 8
Keterlambatan dan Perpanjangan Waktu

8.1. Keterlambatan Pelaksana / Kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan dan


memperbaiki kerusakan-kerusakan akibat kesalahan Pelaksana / Kontraktor
tidak dijadikan alasan untuk perpanjangan waktu.
8.2. Keterlambatan akibat dari tindakan pemberi tugas dan keadaan force
majeure dapat dipertimbangkan untuk mendapatkan perpanjangan waktu
setelah dinilai dengan seksama dan atas permintaan dari Pelaksana /
Kontraktor.
8.3. Permohonan perpanjangan waktu tersebut harus diajukan oleh Pelaksana /
Kontraktor selambat-lambatnya 7 hari kalender setelah terjadinya
peristiwa-peristiwa dimaksud, jika tidak diajukan dalam jangka waktu
tersebut, maka dianggap tidak ada permohonan perpanjangan waktu.

Pasal 9
Pekerjaan Tambah Kurang

9.1. Apabila tambah kurang dapat dilaksanakan setelah Pelaksana / Kontraktor


menerima perintah tertulis dari pemberi tugas.
9.2. Perhitungan biaya pekerjaan tambah kurang didasarkan atas daftar harga
satuan pekerjaan, harga satuan upah, serta harga satuan bahan dan
peralatan yang dilampirkan Pelaksana / Kontraktor dalam surat
penawarannya.

Pasal 10
Uraian Umum

10.1. Pada prinsipnya Pelaksana / Kontraktor harus mengizinkan pihak-pihak lain


yang ditugaskan oleh pemberi tugas dan pengawas pelaksanaan
pekerjaan untuk bekerja pada waktu dan tempat yang sama.
10.2. Jam kerja adalah mulai dari jam 08.00 sampai dengan jam 17.00 untuk
setiap harinya, kecuali hari libur resmi. Jika Pelaksana / Kontraktor
menghendaki lain, maka Pelaksana / Kontraktor harus mengajukan
permohonan secara tertulis kepada pemberi tugas/pengawas lapangan.
10.3. Untuk kelancaran mekanisme surat menyurat, maka surat Pelaksana /
Kontraktor yang di tujukan kepada pemberi tugas ataupun siapa saja
yang ada kaitannya dengan pekerjaan ini, diserahkan melalui pengawas
lapangan.
10.4 JANGKA WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN DAN PENYERAHAN
PEKERJAAN Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan yang dimaksud dalam
RKS ini ditetapkan selama 120 (Seratus Dua Puluh) hari kalender, terhitung
sejak dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)
Konstruksi Renovasi Rumah Dinas KPPN Palopo Rencana Kerja dan Syarat Syarat (RKS)

DAFTAR ISI

halaman

2. Spesifikasi Teknis Pekerjaan Arsitektur ..................................................2


2.1. Adukan Semen Pasir..............................................................................................2
2.2. Pasangan Batu Bata ..............................................................................................5
2.3. Pekerjaan Plesteran ...............................................................................................7
2.4. Pasangan Keramik ...............................................................................................11
2.5. Pasangan Sanitair ................................................................................................15
2.6. Pekerjaan Cat Dinding dan Langit Langit ...........................................................18
2.7. Pekerjaan Penutup Langit-Langit dari Bahan Gypsum .....................................21
2.8. Kunci dan Penggantung Pintu ............................................................................24
2.9. Pekerjaan Pintu lipat ...........................................................................................26
3.0. Pekerjaan Kusen Pintu ........................................................................................28
3.1. Pekerjaan Pengecatan..........................................................................................33
3.2. Pekerjaan Penutup Atap.......................................................................................36
3.3. Pekerjaan Rangka Atap Baja Ringan...................................................................38

1
II. SPESIFIKASI TEKNIS

Konstruksi Renovasi Rumah Dinas KPPN Palopo Persyaratan Teknis Pelaksanaan Arsitektur

2. Spesifikasi Teknis Pekerjaan Arsitektur


2.1. Adukan Semen Pasir
1. Umum
a. Lingkup Pekerjaan
Persyaratan teknis ini secara umum dipakai / berlaku untuk pelaksanaan pekerjaan-
pekerjaan sebagai berikut :
1) Pasangan Batu dan Bata
2) Pasangan Ubin dari bahan PC / Keramik / Granit tile dan lain-lain.
3) Pekerjaan Plesteran
4) Dan lain-lain pekerjaan yang memerlukan bahan adukan semen pasir untuk
perekat atau sebagai pekerjaan utama / pokok, yang secara jelas ditentukan di
masing-masing bagian pekerjaan.

b. Ketentuan
1) Tipe / klasifikasi adukan semen - pasir
Tipe Semen : pasir
Kedap air 1 : 2
1 : 3
Biasa 1 : 5

2) Adukan tipe kedap air digunakan untuk Pelaksanaan pekerjaan pondasi dari
pasangan batu / bata, pasangan bata / plesteran / ubin di kamar mandi / toilet atau
pada umumnya dipakai pada pasangan batu / bata / ubin atau plesteran yang
terkena pengaruh air / lembab di dalam pemakaian / fungsinya.
3) Peralatan
Untuk Pelaksanaan pekerjaan ini, Pelaksana Pekerjaan harus menyediakan
peralatan-peralatan pokok sebagai berikut:
• Mesin pengaduk
Mesin ini adalah merupakan mesin pengaduk campuran semen pasir yang
khusus dibuat untuk maksud itu, berbentuk tabung terbuka atasnya, mempunyai
bilah-bilah pengaduk yang terdapat di dalamnya seperti layaknya mesin
pengaduk untuk beton.
• Peralatan penakar campuran
Untuk pekerjaan dengan volume besar, peralatan penakar volume dibuat
berukuran 1 zak semen, terbuat dari kayu atau bahan lain yang sesuai dan
memadai untuk berfungsi sebagai penakar semen dan pasir, kokoh, kuat dan
tahan lama.
2
• Untuk pekerjaan dengan volume kecil penakaran dapat menggunakan ember
yang terbuat dari plastik atau dari pelat besi.

c. Penyerahan
Sebelum memulai Pelaksanaan, Pelaksana Pekerjaan harus menyerahkan
Contoh, Data teknis, Sertifikat / Hasil Pengujian dari bahan-bahan :
• Semen, Pasir, Air atau bahan-bahan lain yang diperlukan sebagai bahan
campuran, guna penilaian dan persetujuan pemakaiannya.
2. Material
a. Semen Portland
Jika tidak disebut secara khusus, Semen yang dipakai adalah tipe I dengan mutu
minimum S.325 sesuai NI-8 th.1972 dan SNI, dibuktikan dengan Sertifikat Uji.
b. Pasir
1) Pasir yang dapat dipakai untuk Pelaksanaan pekerjaan adalah pasir yang sesuai
untuk pekerjaan beton, mempunyai karakter fisik keras dan tajam, serta tidak boleh
mengandung lumpur lebih dari 5%.

2) Ukuran butir pasir


Untuk pasangan batu / ubin, plester kasar atau untuk pekerjaan yang memerlukan
adukan semen pasir yang bersifat kasar, ukuran butir pasir maksimum 5mm.
3) Untuk plester halus di atas plester kasar, ukuran butir pasir maksimum 1mm.
c. Air
Air yang dapat dipakai dapat dipakai untuk Pelaksanaan pekerjaan ini adalah :
1) Air harus bebas dari bahan-bahan : organis, asam alkali, garam, atau bahan-
bahan lain yang dapat mempengaruhi daya ikatan maupun mutu kekuatan
adukan.
2) Ph = 7
3) Kadar SO4 maksimum 5g/l
4) Kadar CL maksimum 15g/l
5) Daya oksidasi terhadap bahan organis dengan memakai larutan KMnO4 tidak
boleh lebih dari 1mg/l.
6) Syarat-syarat lain harus sesuai dengan aturan-aturan yang tercantum di dalam
Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia th. 1982.
3. Pelaksanaan
a. Persiapan

1) Pasir yang akan dipakai harus disaring dengan ayakan berukuran bukaan
sesuai dengan keperluan pemakaian adukan untuk Pelaksanaan suatu
pekerjaan.
2) Bahan pasir yang akan dipakai harus disaring/diayak terlebih dahulu dengan
ayakan bukaan 5mm atau 1mm sesuai ketentuan jenis adukan yang
diperlukan.

3
b. Pencampuran dan Pengadukan
1) Semen dan pasir dicampur dalam keadaan kering dengan menggunakan
penakar volume hingga bahan-bahannya tercampur merata.
2) Selanjutnya, ditambahkan air kedalam campuran semen dan pasir tersebut di
atas serta diaduk kembali hingga merata dan dicapai konsistensi adukan
dalam bentuk adukan lembab atau plastis sesuai dengan kebutuhan pemakai-
an.
3) Lama pengadukan setelah dicampur air, minimum 1.5 menit.
c. Pengujian
Jika tidak digunakan air dari PAM, Air yang akan dipakai harus diuji terlebih
dahulu di laboratorium milik Departemen Kesehatan atau PAM.

4. Syarat Pemeliharaan
a. Perbaikan
1) Pelaksanaan pekerjaan wajib memperbaiki pekerjaan yang rusak / cacat
perbaikan dilaksanakan sedemikian rupa hingga tidak mengganggu pekerjaan
finishing lainnya.
2) Kerusakan yang bukan disebabkan oleh tindakan pemilik pada waktu
Pelaksanaan, maka Pelaksana pekerjaan diwajibkan memperbaiki sampai
dinyatakan dapat diterima oleh konsultan Manajemen Konstruksi. Biaya yang
ditimbulkan oleh pekerjaan perbaikan tersebut menjadi tanggung jawab
Pelaksana pekerjaan.
b. Pengamanan

Pelaksanaan pekerjaan wajib melakukan perlindungan terhadap pekerjaan yang


telah dilaksanakan untuk dapat dihindarkan dari kerusakan. Biaya yang
ditimbulkan oleh pengamanan pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab
Pelaksana pekerjaan.

5. Syarat Penerimaan
Pelaksanaan pekerjaan harus memenuhi ketentuan dan persyaratan mutu dan
Pelaksanaan; sesuai dengan pengarahan serta persetujuan konsultan Manajemen
Konstruksi

*****

4
2.2. Pasangan Batu Bata
A. UMUM

1. Lingkup Pekerjaan

a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-
alat bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan
hasil yang baik.

b. Pekerjaan pasangan batu bata ini meliputi seluruh detail yang disebutkan /
ditunjukkan dalam gambar seperti toilet, ruang saji, tangga, gudang, ruang genset,
bak bunga dan lain-lain.

2. Pekerjaan yang berhubungan

a. Pasal 0501 Adukan dan Pasangan.

3. Standard.

- Batu bata harus memenuhi NI-10


- Semen Portland harus memenuhi NI-8.
- Pasir harus memenuhi NI-3 Pasal 14 ayat 2.
- Air harus memenuhi PVBI-1982 Pasal 9.

B. BAHAN/PRODUK

1. Batu bata marah yang digunakan batu bata merah ex. lokal dengan kualitas terbaik yang
disetujui Perencana/MK,

C. PELAKSANAAN

1. Pasangan batu bata/batu merah, dengan menggunakan aduk campuran 1 PC : 5 pasir


pasang.

2. Untuk semua dinding luar, semua dinding lantai dasar mulai dari permukaan sloof
sampai ketinggian 30 cm diatas permukaan lantai dasar, dinding didaerah basah
setinggi 160 cm dari permukaan lantai, serta semua dinding yang pada gambar
menggunakan simbol aduk trasraam/kedap air digunakan aduk rapat air dengan
campuran 1pc : 2 pasir pasang.

3. Sebelum digunakan batu bata harus direndam dalam bak air atau drum hingga jenuh.

4. Setelah bata terpasang dengan aduk, nad/siar-siar harus dikerok sedalam 1 cm dan
dibersihkan dengan sapu lidi dan kemudian disiram air.

5. Pasangan dinding batu bata sebelum diplester harus dibasahi dengan air terlebih
dahulu dan siar-siar telah dikerok serta dibersihkan.

6. Pemasangan dinding batu bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri maksimum 24
lapis setiap harinya, diikuti dengan cor kolom praktis.

5
7. Bidang dinding 1/2 batu yang luasnya lebih besar dari 12 m2 ditambahkan kolom dan
balok penguat (kolom praktis) dengan ukuran 12 x 12 cm, dengan tulangan pokok 4
diameter 12 mm, beugel diameter 8 mm jarak 20 cm.
8. Pembuatan lubang pada pasangan untuk perancah/steiger sama sekali tidak
diperkenankan.

9. Pembuatan lubang pada pasangan bata yang berhubungan dengan setiap bagian
pekerjaan beton (kolom) harus diberi penguat stek-stek besi beton diameter 6 mm
jarak 75 cm, yang terlebih dahulu ditanam dengan baik pada bagian pekerjaan beton
dan bagian yang ditanam dalam pasangan bata sekurang-kurangnya 30 cm kecuali
ditentukan lain.

10. Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah dua melebihi dari 5 %. Bata
yang patah lebih dari 2 tidak boleh digunakan.

11. Pasangan batu bata untuk dinding 1/2 batu harus menghasilkan dinding finish setebal
15 cm dan untuk dinding 1 batu finish adalah 25 cm. Pelaksanaan pasangan harus
cermat, rapi dan benar-benar tegak lurus.

*****

6
2.3. Pekerjaan Plesteran
1. Umum
a. Lingkup Pekerjaan

Uraian ini mencakup persyaratan teknis untuk Pelaksanaan pekerjaan plesteran


pada permukaan dinding, lantai, langit-langit atau permukaan bidang lain yang harus
diplester menurut ketentuannya.
b. Uraian / persyaratan Teknis lain yang berlaku untuk Pelaksanaan Pekerjaan ini

Pekerjaan Adukan Semen Pasir.


c. Ketentuan
1) Pemakaian Adukan
a) Adukan plester biasa
Adukan untuk plesteran biasa menggunakan campuran semen pasir dengan
perbandingan volume 1 semen : 5 pasir digunakan pada semua permukaan
dinding kecuali pada dinding-dinding kedap air.

b) Adukan plester kedap air


Adukan untuk plesteran kedap air menggunakan campuran semen pasir
dengan perbandingan volume 1 semen : 3 pasir, digunakan pada
permukaan dinding di daerah toilet atau dinding yang terpendam di dalam
tanah.
2) Kualifikasi Tenaga Kerja
Untuk melaksanakan pekerjaan ini, Pelaksana Pekerjaan harus menggunakan /
mempekerjakan tenaga kerja yang benar-benar ahli di dalam teknik pekerjaan
pemlesteran.
3) Peralatan
Untuk menjamin posisi dan ketegakan pasangan sesuai yang direncanakan, di
dalam Pelaksanaan pekerjaan Pelaksana Pekerjaan harus menggunakan
peralatan kerja yang memadai dan mencukupi peralatan khusus untuk membuat
adukan semen pasir sejenis beton mollen dan bak-bak ukur campuran volume
bahan baku adukan.
4) Standard dan Peraturan.
Standard dan Peraturan yang berlaku adalah :
a) PUBBI
b) Peraturan Umum Bangunan Nasional
c) SII
d. Penyerahan
1) Contoh
Sebelum mulai Pelaksanaan, Pelaksana Pekerjaan diharuskan untuk
menyerahkan :
a) Contoh-contoh bahan yang akan dipakai di dalam pelaksaanaan.
b) Contoh pasangan Bata.
c) Kesemuanya diserahkan Kepada Konsultan Manajemen Konstruksi guna pe-

7
meriksaan dan persetujuan pemakaian / Pelaksanaannya.
2) Bukti kesesuaian
Disamping Contoh,Pelaksana Pekerjaan juga harus menyerahkan bukti-bukti
kesesuaian dari bahan-bahan / produk yang akan dipakai di dalam Pelaksanaan
pekerjaan, dalam bentuk sertifikat uji bahan dari lembaga uji yang diakui /
disetujui.

2. Material
a. Pasir dan air untuk Pelaksanaan pekerjaan harus sesuai dengan PUBBI th. 1982.
Secara umum, pasir harus keras, bersih atau bebas dari bahan-bahan organis
maupun lumpur.

b. Semen PC
Semen PC yang dipakai adalah dari tipe I mutu S.325 menurut NI-8 Persyaratan
Semen Portland. Pelaksanaan pekerjaan menggunakan semen lebih dari 1 merk harus
dengan persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi.
c. Anyaman Kawat Bronjong
Anyaman kawat bronjong dengan diameter kawat ukuran 2mm menurut Persyaratan
Umum Bahan Bangunan di Indonesia th. 1982, digunakan di dalam Pelaksanaan
pekerjaan dalam hal ketebalan plesteran mencapai lebih dari 2cm.
d. Paku Beton
Paku beton ukuran panjang 5cm untuk mengikat anyaman kawat bronjong pada
permukaanm bidang pasangannya.
e. Bahan Additive
Dalam hal diperlukan bahan additive seperti Calbond atau bahan-bahan tambahan
lain yang diperlukan untuk Pelaksanaan Pekerjaan plesteran ini, penggunaannya
harus dengan persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi.
3. Pelaksanaan
a. Persiapan Permukaan Ddinding yang akan Diplester
1) Pada permukaan dinding bata, pada celah / siar pasangan batu bata harus
dibuat cekungan sedalam lebih kurang 10mm, untuk persiapan Pelaksanaan
pemlesteran.
2) Permukaan dinding beton yang akan diplester harus dikasarkan (dibuat kasar)
agar bahan plesternya dapat merekat.
b. Sudut-sudut Plesteran
Semua sudut horizontal, baik luar maupun dalam serta garis tegaknya dalam
pekerjaan plesteran harus dilaksanakan secara sempurna, tegak dan siku. Sudut
luar dibuat tumpul.
c. Perbaikan bidang Plesteran
Plesteran yang bergelombang yang tidak dapat diperbaiki dengan cara
pembeobokan dan pemlesteran kembali, harus dibongkar dan diganti dengan yang
baru.
d. Jumlah Lapisan Plester
1) Jumlah lapisan plester pada tiap bidang permukaan adalah 2 (dua) lapis.

8
Lapisan pertama adalah lapis plester setebal + 10mm, merupakan lapis plester
untuk membentuk permukaan yang rata dan datar, menggunakan bahan untuk
plesteran kasar.
2) Lapisan kedua adalah lapis plester akhir guna mencapai permukaan dinding
yang direncanakan, harus membentuk permukaan dinding yang halus, rata dan
datar, menggunakan bahan untuk plesteran halus.
3) Penghalusan permukaan plesteran dengan menggunakan acian semen, tidak
diperlukan.

e. Bahan tambahan (Additive)


1) Bahan tambahan (additive) yang bersifat untuk memudahkan Pelaksanaan
Pekerjaan atau untuk memperkuat hasil Pelaksanaan Pekerjaan dapat diizinkan
sejauh tidak menimbulkan akibat negatif, serta harus dengan persetujuan
Konsultan Manajemen Konstruksi.
2) Aturan pemakaian mengikuti ketentuan dari pabriknya.
f. Pasangan Bata dan berapen (Plester Pasangan Bata di bawah Permukaan
Tanah)
Pasangan bata yang terletak di dalam tanah dan plesterannya (berapen) harus
menggunakan adukan tipe kedap air 1 semen : 2 pasir dengan ketebalan 15mm.

4. Syarat Pemeliharaan
a. Perbaikan
1) Pelaksanaan pekerjaan wajib memperbaiki pekerjaan yang rusak / cacat
perbaikan dilaksanakan sedemikian rupa hingga tidak mengganggu pekerjaan
finishing lainnya.
2) Kerusakan yang bukan disebabkan oleh tindakan pemilik pada waktu
Pelaksanaan, maka Pelaksana pekerjaan diwajibkan memperbaiki sampai
dinyatakan dapat diterima oleh konsultan Manajemen Konstruksi. Biaya yang
ditimbulkan oleh pekerjaan perbaikan tersebut menjadi tanggung jawab Pelaksana
pekerjaan.

b. Pengamanan
Pelaksanaan pekerjaan wajib melakukan perlindungan terhadap pekerjaan yang
telah dilaksanakan untuk dapat dihindarkan dari kerusakan. Biaya yang ditimbulkan
oleh pengamanan pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab Pelaksana
pekerjaan.

5. Syarat Penerimaan
a. Pelaksanaan pekerjaan harus memenuhi ketentuan dan persyaratan mutu dan
Pelaksanaan; sesuai dengan pengarahan serta persetujuan konsultan Manajemen
Konstruksi

b. Hasil pasangan dinding, plesteran dan acian harus lurus tepat pada sudut sikunya
serta tegak lurus terhadap lantai yang ada disekitarnya, permukaan rata tidak
bergelombang, toleransi kemiringan untuk penerimaan pasangan dinding : 1mm / m2
luas permukaan bidang kerja.

9
2.4. Pasangan Keramik
1. Umum
a. Uraian Pekerjaan
1) Lingkup Pekerjaan
Uraian ini mencakup persyaratan teknis untuk Pelaksanaan pekerjaan pasangan
keramik pada permukaan dinding atau lantai
2) Uraian pekerjaan lain yang termasuk / dipakai di dalam pekerjaan ini adalah :
Persyaratan teknis Pelaksanaan pekerjaan "Adukan Semen Pasir".
b. Ketentuan
1) Tenaga kerja dan advis produsen keramik
Pemasangan keramik harus dilakukan oleh tenaga kerja yang ahli dan
berpengalaman di dalam Pelaksanaan pekerjaan ini.
2) Dalam rangka Pelaksanaan pekerjaan pemasangan keramik ini, Pelaksana
Pekerjaan diminta untuk meminta advis / nasehat teknis kepada pabrik /
produsen dari keramik yang dipakai, yang menyangkut sistim/teknik maupun
bahan bantu pemasangan keramik yang tepat / terbaik / terkuat guna
menghindari lepasnya pasangan keramik dari tempat kedudukannya.
3) Peralatan
Pelaksana Pekerjaan harus menyediakan peralatan potong ubin khusus untuk
ubin keramik dari tipe yang mempunyai meja potong dengan mata potong yang
merupakan kesatuan (bukan dari tipe tang), sehingga dicapai hasil pemotongan
yang cermat dan rapi.
4) Untuk mendukung teknik pemasangan yang sesuai dengan
ketentuan / advis dari pabriknya, Pelaksanaan pekerjaan harus menggunakan
peralatan dan tata-cara pemasangan sesuai ketentuan / persyaratan
pemasangan dari pabriknya. Peralatan dan tata-cara tersebut antara lain
menyangkut pengerjaan, pemakaian dan penempatan / pemasangan adukan
perekat

c. Penyerahan
Sebelum mulai Pelaksanaan, Pelaksana Pekerjaan diharuskan
menyerahkan :
1) Contoh Keramik dan menyerahkan stok keramik 2% dari volume pemasangan.
2) Bahan pengisi celah.
3) Petunjuk pemasangan dari pabrik.
4) Contoh kerja pemasangan keramik.

2. Material
a. Keramik tile
1) Homogenious tile yang dipakai untuk Pelaksanaan pekerjaan ini adalah merk
Ceranosa/garuda tile/happy house
2) Keramik yang akan digunakan untuk pekerjaan ini adalah merk Ceranosa/
garuda tile/ happy house. Tipe dan warna akan ditentukan kemudian
10
berdasarkan contoh / katalog yang di- ajukan. Kedua bahan tersebut di atas
harus dari Kualitas Satu (terbaik) yang dinyatakan oleh pabriknya.
b. Semen, Pasir dan Air
1) Semen harus memenuhi NI-8 tahun 1972 mengenai Peraturan Semen Portland
Indonesia.
2) Pasir dan Air yang dipakai untuk pekerjaan ini harus memenuhi ketentuan yang
tercantum Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia th 1982.
c. Bahan Tambahan (Additive)
Additive untuk menambah menambah kekuatan/daya rekat pasangan keramik /
GRANIT TILE, harus dengan persetujuan Konsultan Perencana.
d. Bahan Pengisi celah Pemasangan
Bahan pengisi celah/siar pemasangan adalah bahan produk jadi dari merk am 52
atau merk lain yang setaraf dan disetujui.
3. Pelaksanaan
a. Persiapan
1) Persiapan bahan dan persiapan pemasangan.
Keramik yang akan dipasang harus dipilih / disortir di lapangan terhadap warna
dan ukuran yang tidak sama, tidak siku, gompal atau cacat-cacat lain.
Toleransi perbedaan ukuran yang paling besar dan paling kecil maksimum 2mm.
2) Bahan keramik pasangan yang akan dipasang harus direndam dahulu di dalam
air agar kekeringan permukaan belakang keramik yang akan menerima adukan
perekat tidak akan menyerap air yang ada di dalam adukan perekat sehingga
mempengaruhi proses pengerasan dan kekuatan rekat adukan pada keramik .
3) Begitu juga dengan dasar bidang pasangan keramik yang akan menerima
adukan perekat juga harus dalam keadaan basah sebelum Pelaksanaan
pemasangan dilakukan.

4) Persiapan permukaan pasangan


Permukaan dinding bata atau beton yang akan ditutup keramik harus diplester
kasar terlebih dahulu agar diperoleh permukaan yang rata, lurus atau tegak.
5) Permukaan dinding yang akan dipasang keramik harus bersih dari segala
kotor yang dapat mempengaruhi daya lekat pasangan keramik.
b. Pengukuran
1) Pelaksanaan pemasangan keramik harus disertai pengukuran-pengukuran serta
peralatan bantunya, guna kecermatan dan ketepatan pemasangan.
2) Pengukuran ini perlu untuk menentukan letak-letak pasangan dan jumlah jajaran
keramik yang akan dipasang, sehingga serasi antara pasangan dinding dengan
pasangan lantainya seperti yang ditentukan di dalam gambar rencana.
c. Pemasangan
1) Keramik kepala
Guna penentuan awal garis-garis siar pasangan yang akan berfungsi sebagai
pedoman pola pasangan, perlu dipasang "keramik kepala" berupa lajur
pasangan yang meliputi / melalui daerah ruang-ruang penting.

11
2) Pemasangan keramik
Keramik dipasang pada permukaan dinding yang telah diratakan dengan plester
kasar atau pada permukaan dinding beton yang sudah dikasarkan, dengan
menggunakan adukan semen dalam konsistensi plastis.
3) Pemasangan ubin keramik harus dilakukan dengan peralatan dan
tata-cara sedemikian rupa sehingga adukan perekat mengisi penuh bagian
belakang / bawah pasangan keramik.
4) Guna kelurusan dan kedataran pasangan, proses pemasangan ini harus
dikontrol dengan menggunakan benang dan selang ukur.
5) Pemotongan ubin keramik harus mempergunakan alat potong khusus. Hasil
pemotongan harus rapi, rata dan lurus.
6) Pola pemasangan keramik dibuat berdasarkan gambar perencanaan.
7) Celah / Siar Pemasangan dan Pengisiannya
Siar / celah pasangan keramik, adalah antara 3mm sampai dengan 4mm.
8) Pasangan keramik yang telah stabil (mengeras adukan perekatnya) celah/siar
pasangan harus segera diisi dengan bahan pengisi dari produk am 52
9) Pengisian siar, dilakukan paling cepat 48 jam setelah keramik terpasang celah
antara keramik harus bersih dari debu dan kotoran sebelum diisi. Sewaktu
mengisi siar keramik harus sudah benar-benar melekat pada dinding.

10) Di dalam Pelaksanaan pengisian semen pengisi celah-celah pasangan keramik,


permukaan yang telah sempurna pengisiannya harus segera dibersihkan dan
celahnya harus digurat dengan kepala paku atau besi beton yang ditumpulkan
agar pinggul-pinggul keramik membentuk garis-garis cekungan.
d. Pembersihan
Kelambatan membersihkan semen pengisi celah yang mengakibatkan kotornya
permukaan keramik, pembersihan, perbaikan ataupun penggantian yang
diperlukan menjadi beban dan tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan sepenuhnya.

4. Syarat Pemeliharaan
a. Perbaikan
1) Pelaksanaan pekerjaan wajib memperbaiki pekerjaan yang rusak / cacat
perbaikan dilaksanakan sedemikian rupa hingga tidak mengganggu pekerjaan
finishing lainnya.
2) Kerusakan yang bukan disebabkan oleh tindakan pemilik pada waktu
Pelaksanaan, maka Pelaksana Pekerjaan diwajibkan memperbaiki sampai
dinyatakan dapat diterima oleh konsultan Manajemen Konstruksi. Biaya yang
ditimbulkan oleh pekerjaan perbaikan tersebut menjadi tanggung jawab
Pelaksana Pekerjaan.
b. Pengamanan
Pelaksanaan pekerjaan wajib melakukan perlindungan terhadap pekerjaan yang
telah dilaksanakan untuk dapat dihindarkan dari kerusakan. Biaya yang ditimbulkan
oleh pengamanan pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan.

12
5. Syarat Penerimaan
a. Pelaksanaan pekerjaan harus memenuhi ketentuan dan persyaratan mutu dan
Pelaksanaan; sesuai dengan pengarahan serta persetujuan konsultan Pengawas
b. Hasil pasangan keramik pada dinding dan lantai harus lurus tepat pada sudut
sikunya serta tegak lurus terhadap lantai yang ada disekitarnya, permukaan rata
tidak bergelombang, toleransi kemiringan untuk penerimaan pasangan dinding :
1mm/m2 luas permukaan bidang kerja.

*****

13
2.5. Pasangan Sanitair
1. Umum

a. Uraian Pekerjaan
1) Lingkup Pekerjaan
Uraian ini mencakup persyaratan teknis untuk Pelaksanaan Pekerjaan
pasangan keramik pada permukaan dinding atau lantai
b. Ketentuan
1) Tenaga kerja dan advis produsen sanitari
Pemasangan sanitari dilakukan oleh tenaga kerja yang ahli dan berpengalaman
di dalam Pelaksanaan Pekerjaan ini.
2) Dalam rangka Pelaksanaan pekerjaan pemasangan keramik ini, Pelaksana
Pekerjaan diminta untuk meminta advis / nasehat teknis kepada
pabrik/produsen dari keramik yang dipakai, yang menyangkut sistim / teknik
maupun bahan bantu pemasangan keramik yang tepat / terbaik / terkuat guna
menghindari lepasnya pasangan keramik dari tempat kedudukannya.
3) Peralatan
Pelaksana pekerjaan harus menyediakan peralatan pemasangan sanitari.
4) Untuk mendukung teknik pemasangan yang sesuai dengan
ketentuan / advis dari pabriknya, Pelaksanaan pekerjaan harus menggunakan
peralatan dan tata-cara pemasangan sesuai ketentuan / persyaratan
pemasangan dari pabriknya. Peralatan dan tata-cara tersebut antara
lain menyangkut pengerjaan, pemakaian dan penempatan/pemasangan adukan
perekat
c. Penyerahan
Sebelum mulai Pelaksanaan, Pelaksana Pekerjaan diharuskan
menyerahkan :
1) Contoh sanitari
2) Bahan pengisi celah.
3) Petunjuk pemasangan dari pabrik.
4) Contoh kerja pemasangan.
2. Material
a. Sanitair
Sanitair yang digunakan adalah dari produk TOTO
• Closet duduk
• Jet Shower spray
• Shower
• Floor drain
• Kran air

14
3. Pelaksanaan
a. Persiapan
1) Persiapan bahan dan persiapan pemasangan.
Sanitari yang akan dipasang harus dipilih / disortir di lapangan terhadap warna
dan kesamaan, tidak siku, gompal atau cacat-cacat lain.

2) Persiapan pasangan
Permukaan dinding bata atau beton yang akan dipasang sanitari haruslah
sudah sudah ditutup keramik agar diperoleh permukaan yang rata, lurus atau te-
gak.

3) Pemasangan acessories sanitari haruslah sudah dipasang setelah seluruh


pekerjaan area toilet telah selesai terpasang semua dan sudah dinyatakan selesai
dan secara teknis sudah aman, hingga dapat terhindar dari kemungkinan hilang.
serta permukaan faucet dan accessories sanitari dapat terlindung dan tidak
terluka permukaaanya.

b. Pemasangan
1) Pemasangan sanitari harus dilakukan dengan peralatan dan
tata-cara sedemikian rupa sehingga adukan perekat mengisi penuh bagian
belakang / bawah pasangan keramik.
2) Guna kelurusan dan kedataran pasangan, proses pemasangan ini harus
dikontrol dengan menggunakan benang dan selang ukur.
3) Pola pemasangan sanitari dibuat berdasarkan gambar perencanaan.

c. Pembersihan
Kelambatan membersihkan semen pengisi celah yang mengakibatkan kotornya
permukaan sanitari, acessories & faucet, pembersihan, perbaikan ataupun
penggantian yang diperlukan menjadi beban dan tanggung jawab Pelaksana
Pekerjaan sepenuhnya.

4. Syarat Pemeliharaan
a. Perbaikan
1) Pelaksana pekerjaan wajib memperbaiki pekerjaan yang rusak / cacat perbaikan
dilaksanakan sedemikian rupa hingga tidak mengganggu pekerjaan finishing
lainnya.
2) Kerusakan yang bukan disebabkan oleh tindakan pemilik pada waktu
Pelaksanaan, maka Pelaksana pekerjaan diwajibkan memperbaiki sampai
dinyatakan dapat diterima oleh konsultan Manajemen Konstruksi. Biaya yang
ditimbulkan oleh pekerjaan perbaikan tersebut menjadi tanggung jawab
Pelaksana pekerjaan.
b. Pengamanan
Pelaksanaan pekerjaan wajib melakukan perlindungan terhadap pekerjaan yang
telah dilaksanakan untuk dapat dihindarkan dari kerusakan. Biaya yang ditimbulkan
oleh pengamanan pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab Pelaksana pekerjaan.

15
5. Syarat Penerimaan
a. Pelaksanaan pekerjaan harus memenuhi ketentuan dan persyaratan mutu dan
Pelaksanaan; sesuai dengan pengarahan serta persetujuan konsultan Manajemen
Konstruksi

b. Hasil pasangan keramik pada dinding dan lantai harus lurus tepat pada sudut
sikunya serta tegak lurus terhadap lantai yang ada disekitarnya, permukaan rata
tidak bergelombang, toleransi kemiringan untuk penerimaan pasangan dinding :
1mm/m2 luas permukaan bidang kerja.
c. Penerimaan keramik dalam kondisi terpasang dan dapat berfungsi dengan baik.

*****

16
2.6. Pekerjaan Cat Dinding dan Langit Langit
1. Umum
a. Lingkup Pekerjaan
Uraian ini mencakup persyaratan teknis untuk Pelaksanaan pekerjaan pengecatan
pada permukaan dinding atau langit-langit.
b. Ketentuan
1) Kualifikasi Pelaksana Pekerjaan
Pekerjaan Pengecatan ini harus dilaksanakan oleh ahli yang telah berpengalaman
di dalam Pelaksanaan pekerjan ini, serta direkomendir oleh pabrik pembuat bahan
cat yang dipakai dalam pekerjaan ini.
2) Pelaksanaan Pengecatan harus dilakukan menurut prosedur dan ketentuan dari
pabriknya, serta di bawah Manajemen Konstruksian tenaga ahli dari pabrik
pembuat cat yang bersangkutan, demi tercapainya hasil pekerjaan yang
memuaskan sesuai dengan ketentuan dari pabriknya.
3) Peralatan
Pelaksana Pekerjaan harus menggunakan peralatan yang sesuai dan memadai
baik dalam hal jenis dan kapasitas.
4) Garansi
Hasil Pelaksanaan Pekerjaan ini harus mendapat garansi / jaminan dari
pabriknya, berlaku selama 2 (dua) tahun terhitung dari saat serah terima 1,
Jaminan tersebut meliputi :
• Menjamurnya bidang cat.
• Terkelupasnya lapisan cat.
• Lunturnya warna asli.
• Jaminan tersebut harus berupa Surat Jaminan/Garansi yang dibuat di atas
meterai Rp 6000,00 (enam ribu rupiah)
5) Segala penyimpangan dan kerusakan yang diakibatkan oleh kesalahan
pemakaian bahan dan tata-cara Pelaksanaan, perbaikan dan penggantiannya
menjadi beban Pelaksana Pekerjaan sepenuhnya.
c. Penyerahan
Segera sebelum Pelaksanaan pengecatan, Pelaksana Pekerjaan diminta untuk
menyerahkan contoh, katalog dan data-teknis / petunjuk pemakaian dari bahan Cat
yang akan dipakai, guna penentuan warna serta persetujuan pemakaiannya.
2. Material / Bahan
a. Bahan Cat

Untuk pekerjaan pengecatan dinding dan langit-langit pada umumnya, dipakai Cat
merk Mowileks / Nippon Paint Semua bahan cat yang dimasukkanan ke lapangan
pekerjaan harus di dalam kaleng yang tertutup rapat dan mempunyai etiket yang
jelas.

b. Bahan-bahan lain
Bahan lain yang diperlukan guna kelengkapan Pelaksanaan pekerjaan pengecatan
seperti dempul dan lain-lain bahan harus sesuai dengan rekomendasi dari pabrik
bahan cat yang dipakai.
17
3. Pelaksanaan
a. Persiapan
1) Semua bidang pekerjaan yang akan dicat harus bersih dari kotor minyak,
gemuk, lapisan organis atau kotor-kotor lain yang dapat mempengaruhi daya
lekat atau mutu kerja pengecatan.
2) Permukaan bidang yang akan dicat harus dalam keadaan kering, dengan
kelembaban maksimum 4% diukur dengan menggunakan peralatan ukur
kelembaban.
3) Pekerjaan pengecatan baru dapat dimulai, bilamana semua bidang sudah
benar-benar bersih serta kering (tidak lembab) yang ditujukkan dengan meteran
pengukur kelembaban permukaan bidang yang akan dicat, sehingga memenuhi
ketentuan yang disyaratkan oleh pabrik.
4) Semua lubang, retak dan lain kerusakan pada bidang yang akan dicat, harus
diperbaiki terlebih dahulu hingga rata dan halus dengan menggunakan bahan
pengisi berupa dempul. Bahan dempul yang boleh dipakai adalah bahan yang
mendapat rekomendasi dari pabriknya.
b. Pengecatan
1) Prosedur dan tahapan pengecatan harus menurut petunjuk yang dikeluarkan
oleh pabriknya. Untuk Pelaksanaannya, Pelaksana Pekerjaan diminta untuk
meminta Manajemen Konstruksi/supervisi tenaga ahli dari pabriknya.
2) Proses pengecatan dilakukan sebanyak 3 lapis dan setiap lapis pengecatan
harus dilaksanakan dengan tata cara dan dengan peralatan yang direkomendir
oleh pabriknya.
3) Pelaksanaan pekerjaan pengecatan harus dilakukan dengan seksama dan hati-
hati dengan mempertimbangkan gangguan/kotor yang mungkin timbul sebagai
akibat kegiatan Pelaksanaan pekerjaan pengecatan ini. Dengan demikian,
dalam rangka Pelaksanaan pekerjaan pengecatan ini, terutama untuk
Pelaksanaan pekerjaan cat tekstur dengan sistim semprot, Pelaksana Pekerjaan
harus melakukan upaya perlindungan yang sebaik-baiknya.
c. Perbaikan
Perbaikan kerusakan harus dilakukan dengan prosedur yang ditetapkan oleh
pabriknya, hingga di dapat hasil kerja yang rata, halus serta memenuhi syarat pada
umumnya.
d. Hasil pengecatan
Hasil pengecatan untuk bagian dinding yang diplester, harus rata dalam warna dan
halus dalam tekstur, kuat dan tahan terhadap pengaruh yang ada di sekelilingnya
sesuai dengan garansi waktu yang berlaku.

4. Syarat Pemeliharaan
a. Perbaikan
Apabila pada permukaan dinding, lantai dan langit-langit terkena noda cat harus
segera dibersihkan, permukaan bidang yang telah dicat apabila terkena kotoran
harus pula segera dibersihkan.
b. Pengamanan
Pelaksanaan pekerjaan wajib melakukan perlindungan terhadap pekerjaan yang
telah dilaksanakan untuk dapat dihindarkan dari kerusakan. Biaya yang ditimbulkan
oleh pengamanan pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab Pelaksana pekerjaan.
5. Syarat Penerimaan
Hasil pengecatan pada setiap permukaan dinding harus rapi dan rata (tidak belang-
belang)

18
2.7. Pekerjaan Penutup Langit-Langit Bahan Gypsum
1. Umum
a. Uraian Pekerjaan
1) Lingkup Pekerjaan
Uraian ini mencakup persyaratan teknis untuk Pelaksanaan pekerjaan :
• Pemasangan lembaran gypsum pada langit-langit
2) Persyaratan teknis lain yang berlaku untuk Pelaksanaan pekerjaan ini adalah
:
• Persyaratan teknis Pelaksanaan pekerjaan rangka / gantungan
penutup langit-langit, sesuai dengan ketentuan yang tercantum di dalam
gambar rencana.
3) Pekerjaan sehubungan yang diuraikan terpisah / tersendiri adalah :
• Persyaratan teknis Pelaksanaan pekerjaan pengecatan. b. Tenaga kerja
Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh tenaga ahli yang terlatih dan telah
berpengalaman memasang lembaran gypsum/kayu solid baik memotong,
melubangi, mengikat dan menyetel maupun penyelesaian permukaannya.
d. Tata Cara Pemasangan
Pemasangan lembaran gypsum / kayu solid ini harus menurut / mengikuti tata-
cara atau metode yang direkomendir oleh Pabriknya. Ketentuan ini dijadikan
dasar untuk menerima atau menolak hasil Pelaksanaan pekerjaan.
e. Penyerahan
1) Sebelum pemasangan lembaran gypsum / kayu solid dilaksanakan,
Pelaksana Pekerjaan harus menyerahkan data-data teknis berupa katalog,
contoh komponen material, cara pemasangan, contoh pemasangan dan lain-
lain.
2) Pelaksanaan selanjutnya baru dapat dilakukan setelah penyerahan disetujui.

2. Material
a. Lembaran Penutup Langit-langit
1) Lembaran gypsum
Lembaran gypsum yang dipakai adalah merk INDOBOARD / JAYABOARD /
KNAUF, tebal 9mm untuk langit-langit, dipakai untuk menutup permukaan
langit-langit.

b. Rangka / Gantungan
Dalam hal digunakan rangka/gantungan dari bahan metal produk jadi pabrik.
Rangka / gantungan dari metal yang dipakai adalah hollow 2x4 cm dan atau
4x4 cm yang persyaratan teknis Pelaksanaannya diuraikan tersendiri/terpisah di
bagian lain.
c. Cat
Lihat pasal pengecatan

19
3. Pemasangan
a. Pemasangan lembaran gypsum harus kuat, tegak dan rata, baik pada bidang
dinding maupun pada sudut-sudut pertemuannya.
b. Pemotongan atau pembuatan lubang atau bukaan pada lembaran gypsum harus
menggunakan peralatan yang sesuai untuk maksud dan keperluannya,
baik gergaji, pisau pemotong (cutter), mesin bor maupun lain-lain peralatan yang
diperlukan.
c. Hasil pemotongan atau pembuatan bukaan/lubang pada lembaran gypsum
harus rata, halus dan rapi serta pada tempat dan berukuran tepat sesuai dengan
keperluannya.
d. Pengikatan lembaran gypsum pada kedudukannya harus menurut aturan
dari pabrik serta dilakukan dengan hati-hati sehingga didapat hasil pasangan
yang kuat dan bersih serta rapi.
e. Bekas-bekas pemasangan sekrup yang harus tersembunyi dan dan celah-
celah sambungan pemasangan yang harus kedap suara, diselesaikan dengan
peralatan, bahan dan tata-cara penyelesaian menurut aturan dari
pabriknya, sehingga didapat hasil penyelesaian yang rapi, halus serta memenuhi
syarat pasangan dinding yang kedap suara.
f. Sistim dan kekuatan gantungan harus disesuaikan dengan fungsi,
beban, kebutuhan perawatan/perbaikan dan kondisi pemakaiannya.
g. Cara menyusun rangka penggantung harus sesuai dengan petunjuk dari
pabrik dan dengan mempertimbangkan adanya armatur-armatur yang akan di
pasang di langit-langit seperti : lampu penerangan, dan lain-lain.

i. Rangka langit-langit baru boleh dipasang setelah semua instalasi yang ada di
atas langit-langit telah terpasang. Instalasi- instalasi yang dimaksud dalam hal ini
antara lain pipa-pipa air, kabel-kabel, ducting dan lain-lain. Dengan cara demikian,
semua instalasi tersebut tidak boleh dibebankan atau membebani atau
dipasang pada rangka langit-langit.
j. Setelah instalasi yang direncanakan ada di atas penutup langit-langit terpasang
semuanya, barulah bahan penutup langit-langit dapat dilakukan pemasangannya.
k. Bahan langit-langit yang dipasang, harus yang masih baik / baru, tidak
boleh menunjukkan cacat fisik, misalnya pecah/retak, melengkung, tidak siku,
basah dan lain-lain cacat. Demikian juga finishing permukaannya, baik warna
maupun teksturnya.
l. Pengecatan untuk maksud perbaikan diperkenankan. Dengan demikian
diwajibkan untuk memakai sarung tangan dari bahan kain/cotton yang bersih
kepada seluruh tenaga pemasangnya.
m. Pertemuan langit-langit dengan dinding, kolom dan bidang-bidang tegak
lainnya (misalnya pada peralihan ketinggian langit-langit) dengan lampu yang rata
langit-- langit built-in dan lain-lainnya harus menggunakan komponen dari bahan
aluminium dan dengan ukuran / bentuk yang sesuai gambar rencana.
n. Langit-langit harus datar pada ketinggian yang ditentukan, garis alur yang
ditimbulkan oleh pertemuan-pertemuan pinggul harus lurus dan saling tegak lurus.
o. Garis alur pemasangan harus sejajar dengan sumbu-sumbu bangunan, kecuali
ditentukan lain di dalam gambar rencana.
p. Hasil pekerjaan harus bebas dari cacat / kerusakan dan bersih, bebas dari segala
20
macam kotoran atau bekas-bekas tangan.
q. Hasil pemasangan armatur listrik dan mekanik harus baik dan rapi sesuai dengan
ketentuan pemasangan yang dikeluarkan oleh pabrik produsen Gypsum yang
dipakai.

4. Syarat Pemeliharaan
a. Perbaikan
1) Pelaksanaan pekerjaan wajib memperbaiki pekerjaan yang rusak / cacat
perbaikan dilaksanakan sedemikian rupa hingga tidak mengganggu pekerjaan
finishing lainnya.
2) Kerusakan yang bukan disebabkan oleh tindakan pemilik pada waktu
Pelaksanaan, maka Pelaksana pekerjaan diwajibkan memperbaiki sampai
dinyatakan dapat diterima oleh konsultan Manajemen Konstruksi. Biaya yang
ditimbulkan oleh pekerjaan perbaikan tersebut menjadi tanggung jawab
Pelaksana pekerjaan.
b. Pengamanan
Pelaksana pekerjaan wajib melakukan perlindungan terhadap pekerjaan yang telah
dilaksanakan untuk dapat dihindarkan dari kerusakan. Biaya yang ditimbulkan oleh
pengamanan pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab Pelaksana pekerjaan.

5. Syarat Penerimaan
a. Pelaksana pekerjaan harus memenuhi ketentuan dan persyaratan mutu dan
Pelaksanaan; sesuai dengan pengarahan serta persetujuan Konsultan Manajemen
Konstruksi.
b. Hasil pasangan dinding atau plafond harus lurus tepat pada sudut sikunya
serta tegak lurus terhadap dinding yang ada disekitarnya, permukaan rata tidak
bergelombang, toleransi kemiringan untuk penerimaan pasangan : 1mm/m2 luas
permukaan bidang kerja.

*****

21
2.8. Kunci dan Penggantung Pintu
1. Umum
a. Uraian Pekerjaan
1) Lingkup Pekerjaan
Penyediaan bahan alat-alat penggantung dan pengunci untuk semua pintu-
pintu, jendela-jendela kayu.
2) Pemasangan penggantung dan pengunci pada pintu dan jendela sesuai
dengan gambar perencanaan dan daftar material.
3) Pekerjaan sehubungan yang diuraikan terpisah
4) Persyaratan teknis Pelaksanaan pekerjaan kusen pintu dan jendela dari kayu.
5) Persyaratan teknis Pelaksanaan pekerjaan kusen pintu dan jendela
dari kayu.

b. Ketentuan

Untuk menjamin mutu pemasangan, Supplier diminta untuk mengikuti petunjuk dari
Manajemen Konstruksi dan memberi petunjuk teknis mengenai prosedur
Pelaksanaan pemasangan peralatan kunci dan penggantung.
c. Penyerahan

Sebelum memulai pekerjaan ini, Pelaksana Pekerjaan harus menyerahkan kepada


Konsultan Manajemen Konstruksi, contoh dan katalog dari produk yang telah
disetujui oleh Konsultan Perencana.

2. Material
Merek alat gantung dan pengunci yang dipakai adalah, sekualitas merk SES, BELUCI
dan DEKSON. Kunci 2 slag dengan warna dan tipe ditentukan kemudian oleh owner.
c. Pintu Kayu
a) Engsel.
b) Kunci Lock case.
d) Handel.
e) Engsel-engsel, kunci-kunci dan door closer dari kualitas terbaik.
f) Kait angin, grendel, espagnolet dan lain sebagainya perlengkapan pintu dan
jendela dari kualitas yang sejajar dengan engsel serta kuncinya yang tersebut
di atas.
g) Contoh dari alat-alat ini sebelum dipasang seyogianya diperlihatkan
kepada Konsultan MK/Perencana untuk mendapat persetujuannya.

3. Pelaksanaan
a. Untuk pintu-pintu kayu pemasangan harus dilakukan oleh tukang-tukang yang
berpengalaman dan akhli dalam bidangnya. Sekrup-sekrup harus tertanam
rapih tanpa merusak daun pintu, kusen maupun alat-alat penggantung dan
pengucilainnya. Jika pemasangannya tidak rapih, apalagi sampai ada yang
cacat, dapat mengakibatkan seluruh pintu harus diganti atas beban biaya
Kontraktor.

22
b. Khusus untuk daun pintu swing, single door/double door letak/tinggi pasangan
penggantung dan pengunci adalah 100cm dari lantai setempat.

4. Syarat Pemeliharaan
a. Perbaikan
1) Pelaksanaan pekerjaan wajib memperbaiki pekerjaan yang
rusak/cacat perbaikan dilaksanakan sedemikian rupa hingga tidak
mengganggu pekerjaan finishing lainnya.
2) Kerusakan yang bukan disebabkan oleh tindakan pemilik pada
waktu Pelaksanaan, maka Pelaksana pekerjaan diwajibkan memperbaiki
sampai dinyatakan dapat diterima oleh konsultan Manajemen Konstruksi.
Biaya yang ditimbulkan oleh pekerjaan perbaikan tersebut menjadi tanggung
jawab Pelaksana pekerjaan.
b. Pengamanan

Pelaksanaan pekerjaan wajib melakukan perlindungan terhadap pekerjaan


yang telah dilaksanakan untuk dapat dihindarkan dari kerusakan. Biaya yang
ditimbulkan oleh pengamanan pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab
Pelaksana pekerjaan.

5. Syarat Penerimaan
Semua kegiatan Pelaksanaan telah memenuhi persyaratan gambar perancanagn,
shop drawing dan pengarahan yang diberikan Konsultan Manajemen Konstruksi.

*****

23
3.0. Pekerjaan Kusen Kayu

5. Rujukan yang harus diikuti adalah :

5.1.1. SNI 03 – 2445 – 1991 Peraturan Tentang Kayu.

5.1.2. SNI 03 – 2404 -1991 Tata Cara Pencegahan Rayap.

5.1.3. SNI 03 – 2407 – 1991 Tata Cara Pengecatan Kayu.

5.1.4. SNI S 04 – 1989 – F Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI).

2. Lingkup Pekerjaan.

Seluruh pekerjaan Kusen kayu & daun pintu sebagaimana ditunjukkan gambar dan
spesifikasi teknis

3. Persyaratan Bahan.

3.1. Mutu dan Kualitas Kayu.

Mutu dan kualitas kayu yang dipakai sesuai persyaratan yang terurai
pada butir berikut ini. Semua kayu yang dipakai harus tua, benar-benar
kering, lurus, tanpa cacat mata kayu, tidak putih kayu dan tidak retak.

3.2. Kelembaban.

Untuk ketebalan kayu lebih kecil dari 3 cm, disyaratkan kelembaban kayu
tidak lebih dari 14 % terpasang. Untuk ketebalan kayu tidak lebih dari 7 cm,
diijinkan kelembaban kayu 25 % maximum.

Untuk ketebalan kayu lebih kecil dari 7 sampai 3 cm diijinkan kelembaban


kayu 18% maximum. Kelembaban kayu atau kadar air kayu (moisture content)
tersebut diatas diperiksa dengan alat pemeriksa kelembaban kayu.

3.3. Pengawetan Kayu.

Semua kayu (terkecuali kayu lembaran) yang dipergunakan harus sudah


melalui proses pengeringan (dry clean) dan harus sudah diberi bahan anti
rayap sebelum pelaksanaan finishing. Persyaratan pekerjaan anti rayap
sesuai dengan yang tercantum pada pekerjaan perlindungan.

Penimbunan kayu ditempat pekerjaan selama pelaksanaan pekerjaan ini


harus diletakkan disuatu tempat, didalam ruangan yang kering dengan
sirkulasi udara yang baik, tidak terkena cuaca langsung dan harus dilindungi
dari kerusakan. Timbunan kayu tersebut harus diberi alas sehingga tidak
langsung terhampar dilantai.

24
3.4. Bahan dan Alat Bantu.

Bahan dempul yang dipakai adalah tipe B dengan referensi SII


0282/80.
Bahan perekat adalah lem putih untuk kayu produk HENKEL atau yang
setara.
Semua pengikat berupa paku, sekrup, bout, dynabolt, kawat dan lain-
lain harus digalvanisasi.

4. Persyaratan Pelaksanaan.

4.1. Sebelum Pelaksanaan Pekerjaan Kayu.

Sebelum pelaksanaan pekerjaan kayu ini, kepada Kontraktor


diwajibkan untuk :
1 Mempelajari bentuk, pola penempatan, cara pemasangan dan
detail sesuai gambar kerja.

2. Pengukuran keadaan lapangan untuk mendapatkan ketepatan


pemasangan dilapangan.

3. Khususnya untuk pekerjaan kayu halus Kontraktor harus membuat


shop drawing untuk detail pemasangan dan sistem perkuatan.

Selama pelaksanaan pekerjaan kayu ini, Kontraktor harus selalu


mengkoordinasikan dengan paket pekerjaan elektrikal, mekanikal,
sanitasi khususnya apabila didalam pekerjaan ini terdapat pemasangan
fixtures dan armatur maupun jalur-jalur dari pekerjaan tersebut. Agar
diusahakan pelaksanaan pemasangan instalasi sebelum pelaksanaan
kayu sehingga tidak terjadi pembongkaran.

Kontraktor harus menyediakan manhole untuk pemeliharaan/


perawatan instalasi pekerjaan lain tersebut yang tersembunyi di balik
permukaan kayu yang luas. Bentuk, ukuran, profil, pola, nat dan peil
yang tercantum dalam gambar kerja adalah hasil jadi/finish.

Bila ada penyimpangan tanpa persetujuan Direksi/Pejabat Pembuat


Komitmen, maka Kontraktor harus membongkar dan memperbaiki
kembali tanpa mengurangi mutu yang disyaratkan.

Biaya untuk hal ini adalah tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat di
klaim sebagai pekerjaan tambah.

Pelaksanaan sambungan seperti pemasangan klos, baut, plat


panggantung, angker, dynabolt, sekrup, paku dan lem perekat harus
sudah diberi lapisan anti karat yang memenuhi persyaratan dalam
Pasal Pekerjaan Pengecatan di buku ini.

25
Khusus pada permukaan bidang tampak/exposed tidak diperkenankan
pemasangan paku tetapi harus disekrup atau cara lain yang disetujui
Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen.

Bilamana pada sistem perkuatan yang tertera dalam gambar dianggap


kurang kuat oleh Kontraktor, maka menjadi kewajiban dan tanggungan
Kontraktor untuk menambahkannya setelah disetujui Direksi/Pejabat
Pembuat Komitmen.

Dalam hal ini Kontraktor tidak dapat meng-klaim sebagai pekerjaan


tambah. Kontraktor harus memperhatikan dan melaksanakan sesuai
gambar kerja atau petunjuk Direksi untuk sambungan dan hubungan
kayu dengan bahan/material lain terutama pada pekerjaan kayu halus.

Semua pekerjaan pendempulan harus rapi, rata dan halus. Setelah


dempul kering kemudian digosok dengan amplas halus. Sebelum
pemasangan untuk semua logam yang melekat pada kayu, semua
logam tersebut harus sudah diberi lapisan perlindungan atau lapisan
cat seperti yang diisyaratkan.
4.2. Pekerjaan Kayu Halus.
Semua pekerjaan kayu halus khususnya permukaan kayu yang akan
diperlihatkan/exposed dan permukaan kayu yang akan dilapis/ditempel
dengan bahan/material finishing harus diserut halus dan rata. Proses
pengerjaan semua kayu untuk pekerjaan kayu halus harus
menggunakan mesin tanpa kecuali dan tidak diperkenankan
mengerjakan di tempat pemasangan. Persyaratan ini mencakup pula
untuk penyerutan. Setelah penyerutan mesin, baru kemudian
diperkenankan penyerutan tangan. Sambungan-sambungan harus
dikerjakan dengan ketelitian yang tepat dan rapih terutama pada bagian
yang diperlihatkan (exposed).
Sambungan list-list pada sudut harus berupa sambungan adu manis dan
siku. Sambungan antara papan kearah memanjang harus berupa
sambungan ekor burung. Pekerjaan kayu ini harus dilaksanakan
menurut pola dan urutan pengerjaan sesuai dengan yang ditentukan/
disyaratkan dalam gambar kerja atau oleh Direksi/Pejabat Pembuat
Komitmen.
4.3. Perlindungan Terhadap Pekerjaan Kayu Yang Tersembunyi.
Semua kayu yang telah terpasang harus dilindungi dari segala
kerusakan baik berupa benturan, pecah, retak, noda dan cacat lainnya.
Apabila hal tersebut diatas ditemui, maka Kontraktor harus membongkar
dan mengganti tanpa mengurangi mutu. Biaya untuk pekerjaan ini
adalah tanggung jawab Kontraktor, tidak dapat diklaim sebagai
pekerjaan tambah.
4.4. Pekerjaan Penyelesaian (Finishing) Kayu.
Pekerjaan “finishing” kayu lihat Pasal Pengecatan pada buku ini.

26
5 Pekerjaan Daun Pintu Panil Kayu.

5.1. Lingkup Pekerjaan.


Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
Pekerjaan daun pintu panil lengkap pada ruangan seperti tercantum
dalam gambar kerja.

5.2. Persyaratan Bahan.


1. Rangka Daun Pintu.
Penggunaan bahan rangka daun pintu Kayu Ulin.
Referensi bahan sesuai dengan yang diuraikan pada Pekerjaan Kayu.
2. Panel Daun Pintu.
Papan Ulin produk ex. Lokal mutu terbaik (ruang-ruang yang
ditunjukkan dalam gambar kerja).
3. Bahan dan Alat Bantu.
Bahan dempul yang dipakai adalah tipe B dengan referensi SII
0282/80.
Bahan perekat adalah lem putih untuk kayu, produk HENKEL atau
yang setara.
Semua pengikat berupa paku, sekrup, baut, dynabolt, kawat, dan
lain-lain harus digalvanized.

5.3. Persyaratan Pelaksanaan.


1. Pekerjaan Kayu.
Pada dasarnya semua pelaksanaan pekerjaan harus memenuhi
persyaratan pelaksanaan pekerjaan kayu halus seperti terurai dalam
Pasal 9.
2. Daun Pintu.
Semua pembuatan daun pintu harus dilaksanakan secara fabrikasi.
Semua sambungan siku/sudut untuk rangka kayu dan panguat lain
yang diperlukan hingga terjamin kekuatannya harus
memperhatikan/menjaga kesikuannya dan kerapihan terutama
untuk bidang-bidang tampak tidak boleh ada lubang-lubang atau
cacat bekas penyetelan.
Semua kayu tampak harus diserut halus, rata, lurus dan siku satu
sama lain sisi-sisinya, dan dilapangan sudah dalam keadaan siap
untuk penyetelan/pemasangan. Pembuatan dan pemotongan profil
kayu dilakukan dengan mesin di luar tempat pekerjaan/
pemasangan. Semua ukuran harus sesuai gambar dan merupakan
ukuran jadi.

*****

27
3.1. Pekerjaan Pengecatan
A. UMUM

1. Lingkup Pekerjaan

a. Persiapan permukaan yang akan diberi cat.


b. Pengecatan permukaan dengan bahan-bahan yang telah ditentukan. Cat
emulsi, epoxy, vinyl acrylic, enamel, gypsum spray dan cat manie.
c. Pengecatan semua permukaan dan area yang ada pada gambar dan yang
disebutkan secara khusus, dengan warna dan bahan yang sesuai dengan
petunjuk Perencana.

2. Pekerjaan yang berhubungan

a. Pekerjaan Kayu
b. Pekerjaan Pintu dan Jendela

3. Standard

a. PUBI : 54, 1982


PUBI : 58, 1982
b. NI :4
c. ASTM : D - 361.
d. BS No. 3900, 1970
e. AS K-41

4. Persetujuan

a. Standard Pengerjaan (Mock-up)


- Sebelum pengecatan yang dimulai, Pemborong harus melakukan
pengecatan pada satu bidang untuk tiap warna dan jenis cat yang
diperlukan. Bidang-bidang tersebut akan dijadikan contoh pilihan warna,
texture, material dan cara pengerjaan. Bidang-bidang yang akan dipakai
sebagai mock-up ini akan ditentukan oleh Direksi Lapangan.
- Jika masing-masing bidang tersebut telah disetujui oleh Direksi Lapangan
dan Perencana, bidang-bidang ini akan dipakai sebagai standard minimal
keseluruhan pekerjaan pengecatan.

b. Contoh dan Bahan untuk Perawatan


- Pemborong harus menyiapkan contoh pengecatan tiap warna dan jenis
pada bidang-bidang transparan ukuran 30 x 30 cm2. Dan pada bidang-
bidang tersebut harus dicantumkan dengan jelas warna, formila cat, jumlah
lapisan dan jenis lapisan (dari cat dasar s/d lapisan akhir).
- Semua bidang contoh tersebut harus diperlihatkan kepada Direksi
Lapangan dan Perencana. Jika contoh-contoh tersebut telah disetujui
secara tertulis oleh Perencana dan Direksi Lapangan, barulah pemborong
melanjutkan dengan pembuatan mock-up seperti tersebut diatas.
- Pemborong harus menyerahkan kepada Direksi Lapangan untuk kemudian
akan diteruskan kepada pemberi tugas minimal 5 galon tiap warna dan jenis
cat yang dipakai. Kaleng-kaleng cat tersebut harus tertutup rapat dan
mencantumkan dengan jelas indentitas cat yang ada didalamnya. Cat ini
akan dipakai sebagai cadangan untuk perawatan, oleh pemberi tugas.

28
B. BAHAN/PRODUK

1. DULUX

a. Untuk dinding-dinding luar bangunan digunakan cat luar, jenis MOWILEX /


NIPPONT PAINT, warna ditentukan Perencana/Owner.
b. Untuk dinding-dinding dalam bangunan digunakan cat jenis Emulsi Ecrylic
merk MOWILEX / NIPPONT PAINT dengan lapisan dasar Alkali Resistance
Sealer merk MOWILEX / NIPPONT PAINT warna ditentukan Perencana /
Owner.
c. Plamur yang digunakan adalah plamur tembok.

C. PELAKSANAAN

1. Pekerjaan Dinding

a. Yang termasuk pekerjaan cat dinding adalah pengecatan seluruh plesteran


bangunan dan/atau bagian-bagian lain yaang ditentukan gambar.
b. Sebelum dinding diplamur, plesteran sudah harus betul-betul kering tidak ada
retak-retak dan Pemborong meminta persetujuan kepada Konsultan
Pengawas.
c. Pekerjaan plamur dilaksanakan dengan pisal plamur dari plat baja tipis dan
lapisan plamur dibuat setipis mungkin sampai membentuk bidang yang rata.
d. Sesudah 7 hari plamur terpasang, kemudian dibersihkan dengan bulu ayam
sampai bersih betul. Selanjutnya dinding cat dengan menggunakan Roller.
g. Lapisan pengecatan dinding dalam terdiri dari 1 (satu) lapis alkali resistance
sealer yang dilanjutkan dengan 3 (tiga) lapis emulsion dengan kekentalan cat
sebagai berikut :
- Lapis I encer ( tambahan 20 % air )
- Lapis II kental
- Lapis III encer.
h. Untuk warna-warna yang jenis, Kontraktor diharuskan menggunakan kaleng-
kaleng dengan nomor percampuran (batch number) yang sama.
i. Setelah pekerjaan cat selesai, bidang dinding merupakan bidang yang utuh,
rata, licin, tidak ada bagian yang belang dan bidang dinding dijaga terhadap
pengotoran-pengotoran.

2. Pekerjaan Cat Kayu

a. Yang termasuk dalam pekerjaan cat kayu adalah kosen dan daun pintu panil
multiplex, dan/atau bagian-bagian lain yang ditentukan gambar.
b. Cat yang digunakan adalah merk Dulux ICI, warna ditentukan
perencana/owner setelah melakukan percobaan pengecatan.
c. Bidang yang akan dicat diberi manie kayu merk Patna, warna merah 1 lapis,
kemudian diplamur dengan plamur kayu sampai lubang-lubang//pori-pori terisi
sempurna.
d. Setelah 7 (tujuh) hari, bidang plamur diamplass besi halus dan dibersihkan dari
debu kemudian dicat sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali dengan menggunakan
kwas.
e. Setelah pengecatan selesai, bidang cat yang terbentuk, utuh, tata, tidak ada
bintik-bintik atau gelembung udara dan bidang cat dijaga terhadap pengotoran.

29
3. Pekerjaan Meni Kayu

a. Yang termasuk pekerjaan ini adalah pengecatan seluruh permukaan multiplex


plywood yang akan dicat, rangka langit, rangka-rangka pintu dan atau bagian-
bagian lain yang ditentukan gambar.
b. Meni yang digunakan adalah menie kayu merk Patna warna merah.
c. Semua kayu hanya boleh dimenie ditapak proyek dan mendapat persetujuan
Konsultan MK.
d. Sebelum pekerjaan menie dilakukan, bidang kayu kasar harus diamplas
dengan amplas kayu kasar dan dilanjutkan dengan amplas kayu halus sampai
permukaan bidang licin dan rata.
e. Pekerjaan menie dilakukan dengan menggunakan kwas, dilakukan lapis,
sedemikan rupa sehingga bidang kayu tertutup sempurna dengan lapisan
menie.

*****

30
3.2. PEKERJAAN PENUTUP ATAP

1. Pekerjaan Penutup Atap metal spandek Merk Indomaxi

1.1 Lingkup Pekerjaan


Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya
untuk melaksanakan pekerjaan seperti dinyatakan dalam gambar rencana
dengan hasil baik dan sempurna.
Pekerjaan ini meliputi pengadaan, pengelolaan dan pemasangan penutup atap
metal, dilakukan pada bidang atap serta diseluruh detail yang
disebutkan/dinyatakan dalam gambar.
1.2. Persyaratan Bahan
Bahan yang akan dipakai harus diajukan contohnya lebih dulu untuk disetujui
Direksi. Bahan atap metal digunakan dari bahan metal spandek, warna
ditentukan kemudian.

1.3 Syarat-Syarat Pelaksanaan

1. Sebelum melakukan pemasangan atap, terlebih dahulu harus mendapat


persetujuan tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas.
2. Rangka atap dari baja ringan/galvalume kualitas terbaik, Ukuran sesuai
dengan gambar rencana. Jarak pemasangan reng seperti yang diperlihatkan
dalam gambar rencana.
3. Pemasangan rangka atap harus benar-benar rapi dan tidak bergelombang.
4. Penyambungan pada kasau harus terletak diatas gording/tumpuan, demikian
pula sambungan miring.
5. Pemasangan atap hanya dapat disetujui bila pemasangan reng telah
disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen / Konsultan Pengawas, baik
mengenai ukuran baja ringan, jarak, kualitas baja ringan/reng galvalume dan
lain-lain.
6. Kontraktor harus mengajukan borsur dari pabrik yang bersangkutan
mengenai tata cara pemasangan kepada Direksi/Konsultan Pengawas.
Kontraktor wajib mengikuti petunjuk dari pabik mengenai tata cara
pemasangan/pelaksanaan, berikut kelengkapan-kelengkapannya.
7. Hasil pemasangan harus datar dengan kelandaian yang cukup agar tidak
terjadi bocoran.
8. Persyaratan-persyaratan pemasangan atap ini bilamana terdapat kekurangan
akan ditentukan kemudian. Pada prinsipnya pemasangan harus disetujui oleh
Direksi/Konsultan Pengawas.

31
3.3. PEKERJAAN RANGKA ATAP BAJA RINGAN MERK INDOMAXI

Pekerjaan rangka atap baja ringan adalah pekerjaan pembuatan dan pemasangan
struktur atap berupa rangka batang yang telah dilapisi lapisan anti karat. Rangka
batang berbentuk segitiga,trapesium dan persegi panjang yang terdiri dari :
1. Rangka utama atas (top chord)
2. Rangka utama bawah (bottom chord)
3. Rangka pengisi (web). Seluruh rangka tersebut disambung menggunakan baut
menakik sendiri (self drilling screw) dengan jumlah yang cukup.
4. Rangka reng (batten) langsung dipasang diatas struktur rangka atap utama
dengan jarak sesuai dengan ukuran jarak genteng.
Pekerjaan rangka atap baja ringan meliputi:
1. Pengukuran bentang bangunan sebelum dilakukan fabrikasi
2. Pekerjaan pambuatan kuda-kuda dikerjakan di Workshop permanen (Fabrikasi),
3. Pengiriman kuda-kuda dan bahan lain yang terkait ke lokasi proyek
4. Penyediaan tenaga kerja beserta alat/bahan lain yang diperlukan untuk
pelaksanaan pekerjaan
5. Pekerjaan pemasangan seluruh rangka atap kuda-kuda meliputi struktur rangka
kuda-kuda (truss), balok tembok (top plate/murplat), reng, sekur overhang, ikatan
angin dan bracing (ikatan pengaku)
6. Pemasangan jurai dalam (valley gutter)
Pekerjaan rangka atap baja ringan tidak meliputi:
1. Pemasangan penutup atap
2. Pemasangan kap finishing atap
3. Talang selain jurai dalam
4. Accesories atap

Persyaratan Material Rangka Atap


Material struktur rangka atap
Properti mekanikal baja (Steel mechanical properties)

• Baja Mutu Tinggi G 550


• Kekuatan Leleh Minimum 550 Mpa
• Tegangan Maksimum 550 Mpa
• Modulus Elastisitas 200.000 Mpa
• Modulus geser 80.000 Mpa

32
Lapisan anti karat :
Material baja harus dilapisi perlindungan terhadap serangan korosi, dua jenis lapisan
anti karat (coating):
Galvanised (Z220)

• Pelapisan Galvanised
• Jenis Hot-dip zinc
• Kelas Z22
• katebalan pelapisan 220 gr/m2
• komposisi 95% zinc, 5% bahan campuran
Galvalume (AZ100)
• Pelapisan Zinc-Aluminium
• Jenis Hot-dip-allumunium-zinc
• Kelas AZ100
• katebalan pelapisan 100 gr/m2
• komposisi 55% alumunium, 43,5% zinc dan 1,5% silicon.

Multigrip ( MG )

Konektor antara kuda-kuda baja ringan dengan murplat (top plate) berfungsi untuk
menahan gaya lateral tiga arah, standart teknis sebagai berikut:
• Galvabond Z275
• Yield Strength 250 MPa
• Design Tensile Strength 150 MPa
Brace System (bracing)
• BOTTOM CHORD BRACING, Pengaku/ikatan pada batang tarik bawah (bottom
chord) pada kuda-kuda baja ringan.
• LATERAL TIE BRACING, Pengaku/bracing antara web pada kuda-kuda baja
ringan,sekaligus berfungsi untuk mengurangi tekuk lokal (buckling) pada batang
tekan (web),standar teknis mengacu pada desain struktur kuda-kuda tersebut.

33
• DIAGONAL WEB BRACING (IKATAN ANGIN), Pengaku/bracing diagonal antara
web pada kuda-kuda baja ringan dengan bentuk yang sama dan letak
berdampingan.
• STRAP BRACE (PITA BAJA), Yaitu pengaku /ikatan pada top chord dan bottom
chord kuda-kuda baja ringan, Untuk kebutuhan strap brace berdasarkan
perhitungan desain struktur.

• Talang Jurai Dalam (Valley Gutter), Pertemuan dua bidang atap yang
membentuk sudut tertentu, pada pertemuan sisi dalam harus manggunakan
talang dalam (Valley Gutter) untuk mengalirkan air hujan. Ketebalan material
jurai dalam minimal 0,45 mm dengan detail profil seperti gambar diatas.

Alat Sambung (Screw)

Baut menakik sendiri (self drilling screw) digunakan sebagai alat sambung antar elemen
rangka atap yang digunakan untuk fabrikasi dan instalasi, spesifikasi screw sebagai
berikut:
• Kelas Ketahanan Korosi Minimum Kelas 2
• Panjang (termasuk kepala baut) 16mm
• Kepadatan Alur 16 alur/inci
• Diameter Bahan dengan alur 4,80 mm
34
• Diameter Bahan tanpa alur 3,80 mm
Kekuatan Mekanikal
• Gaya geser satu baut 5,10 KN
• Gaya aksial 8,60 KN
• Gaya Torsi 6,90 KN

Persyaratan Pra-Konstruksi
1. Kontraktor wajib memberikan pemaparan produk sebelum pelaksanaan
pemasangan rangka atap baja ringan, sesuai dengan RKS (Rencana Kerja dan
Syarat) .
2. Produk yang dipaparkan sesuai dengan surat dukungan dan brosur yang
dilampirkan pada dokumen tender.
3. Kontraktor wajib menyerahkan gambar kerja yang lengkap berserta detail dan
bertanggung jawab terhadap semua ukuran-ukuran yang tercantum dalam
gambar kerja. Dalam hal ini meliputi dimensi profil, panjang profil dan jumlah alat
sambung pada setiap titik buhul.
4. Perubahan bahan/detail karena alasan apapun harus diajukan ke Konsultan
Pengawas, Konsultan Perencana dan Pihak DIreksi untuk mendapatkan
persetujuan secara tertulis.
5. Eleman utama rangka kuda-kuda (truss) dilakukan fabrikasi diworkshop
permanen dengan menggunakan alat bantu mesin JIG yang menjamin
keakurasian hasil perakitan (fabrikasi)
6. Kontraktor wajib menyediakan surat keterangan keahlian tenaga dari Fabrikan
penyedia jasa Rangka Atap Baja ringan,
7. Kontraktor wajib menyertakan hasil uji lab dari bahan baja ringan dari badan
akreditasi nasional (instansi yang berwenang sesuai dengan kompetensinya).

Persyaratan Pelaksanaan
1. Pembuatan dan pemasangan kuda-kuda dan bahan lain terkait, harus
dilaksanakan sesuai gambar dan desain yang telah dihitung dengan aplikasi
khusus perhitungan baja ringan sesuai dengan standar perhitungan mengacu
pada standar peraturan yang berkompeten.
2. Semua detail dan konektor harus dipasang sesuai dengan gambar kerja.
3. Perakitan kuda-kuda harus dilakukan di workshop permanen dengan
menggunakan mesin rakit (Jig) dan pemasangan sekrup dilakukan dengan
mesin screw driver yang dilengkapi dengan kontrol torsi.
4. Pihak kontraktor harus menyiapkan semua struktur balok penopang dengan
kondisi rata air (waterpas level) untuk dudukan kuda-kuda sesuai dengan desain
sistem rangka atap.
5. Pihak kontraktor harus menjamin kekuatan dan ketahanan semua struktur yang
dipakai untuk tumpuan kuda-kuda. Berkenaan dengan hal itu, pihak konsultan
ataupun tenaga ahli berhak meminta informasi mengenai reaksi-reaksi
perletakan kuda-kuda.
6. Pihak kontraktor bersedia menyediakan minimal 8 (delapan) buah genteng yang
akan dipakai sebagai penutup atap, agar pihak penyedia konstruksi baja ringan
dapat memasang reng dengan jarak yang setepat mungkin, dan penyediaan
genteng tersebut sudah harus ada pada saat kuda-kuda tiba dilokasi proyek.
7. Jaminan Struktural

35
• Jaminan yang dimaksud di sini adalah jika terjadi deformasi yang melebihi
ketentuan maupun keruntuhan yang terjadi pada struktur rangka atap Baja
Ringan, meliputi kuda-kuda, pengaku-pengaku dan reng.
• Kekuatan struktur Baja Ringan dijamin dengan kondisi sesuai dengan Peraturan
Pembebanan Indonesia dan mengacu pada persyaratan-persyaratan seperti
yang tercantum pada “Cold formed code for structural steel”(Australian
Standard/New Zealand Standard 4600:1996) dengan desain kekuatan strukural
berdasarkan ”Dead and live loads Combination (Australian Standard 1170.1 Part
1) & “Wind load”(Australian Standard 1170.2 Part 2) dan menggunakan sekrup
berdasarkan ketentuan “Screws-self drilling-for the building and construction
industries”(Australian Standard 3566).
1. Pekerjaan Baja.

a. Pemeriksaan.
1) Seluruh pekerjaan di pabrik harus merupakan pekerjaan yang berkwalitas
tinggi, seluruh pekerjaan harus dilakukan dengan ketepatan sedemikian rupa,
sehingga semua komponen dapat dipasang dengan tepat di lapangan.
2) Direksi berhak untuk memeriksa pekerjaan di pabrik pada saat yang
dikehendaki dan tidak ada pekerjaan yang boleh dikirim ke lapangan sebelum
diperiksa dan disetujui oleh Direksi/ Pengawas Lapangan.
3) Setiap pekerjaan yang kurang baik atau tidak sesuai dengan gambar atau
spesifikasi ini boleh ditolak dan bila demikian harus diperbaiki dengan segera.
b. Gambar kerja.
Sebelum pekerjaan di pabrik dimulai Penyedia Jasa harus menyiapkan gambar-
gambar kerja yang menunjukkan detail-detail lengkap dari semua komponen,
panjang serta ukuran luas, jumlah, ukuran serta tempat baut-baut serta detail-detail
lain yang lazimnya diperlukan untuk pabrikasi.
c. Ukuran.
Walaupun semua gambar kerja telah disetujui oleh Direksi/ Pengawas Lapangan,
tidaklah mengurangi tanggung jawab Penyedia Jasa bilamana terdapat kesalahan
atau perubahan dalam gambar. Dan tanggung jawab atas ketepatan ukuran-ukuran
selama erection tetap ada pada Penyedia Jasa.
d. Pengelasan.
1) Pengelasan konstruksi baja harus sesuai dengan gambar konstruksi dan harus
dibawah pengawasan personel yang memiliki persiapan teknis untuk pekerjaan
tersebut. Alat yang dipergunakan adalah las listrik.
2) Bagian konstruksi yang segera akan dilas harus dibersihkan dari bekas-bekas
cat, karat, lemak dan dari kotoran-kotoran lainnya.
3) Pengelasan konstruksi baja baik secara keseluruhan maupun merupakan
pengelasan-pengelasan bagian-bagiannya hanya boleh dilakukan setelah
diperiksa, bahwa hubungan-hubungan yang akan dilas sudah selesai dengan
ketentuan-ketentuan yang berlaku untuk konstruksi tersebut.
4) Pada pekerjaan, dimana akan terjadi banyak lapisan cat, maka lapisan yang
terdahulu harus dibersihkan dari retak (slag) dan percikan-percikan logam
sebelum memulai dengan lapisan yang baru. Lapisan las yang berpori-pori,
rusak/ retak harus dibuang.
e. Sambungan dan Pemasangan Percobaan (Trial Erection).
1) Sambungan. Sambungan-sambungan yang dibuat harus dapat memikul
gaya-gaya yang bekerja, selain berguna untuk tempat-tempat pengikat dan
untuk menahan lenturan batang. Untuk sambungan komponen konstruksi baja
yang tidak dapat dihindari, berlaku ketentuan sebagai berikut :
a) Hanya diizinkan satu sambungan dalam satu bentang.

36
Yang dimaksud dengan satu bentang adalah panjang komponen batang
baja dimana hanya ujung-ujungnya terdapat sambungan dengan
menggunakan bolt.
b) Semua penyambungan profil baja harus dilaksanakan dengan las tumpul.
2) Pemasangan percobaan (Trial Erection).
Bila dipandang perlu oleh Direksi/ Pengawas Lapangan, Penyedia Jasa wajib
melaksanakan pemasangan percobaan dari sebagian atau seluruh pekerjaan
konstruksi. Apabila terjadi ketidak cocokan atau tidak sesuai dengan gambar
dan spesifikasi, dapat ditolak oleh Direksi/ Pengawas Lapangan. Pemasangan
percobaan tidak boleh dibongkar tanpa persetujuan Direksi/ Pengawas
Lapangan.

f. Pengecatan.

1) Permukaan profil harus dibersihkan dari semua debu, kotoran, minyak, gemuk
dan karat dengan cara disand blasting sampai mencapai mutu standard SA
2,5.
2) Paling lambat 2 jam setelah disand blasting semua permukaan profil harus
sudah dicover dengan cat dasar.
3) Sebelum mulai pengecatan, Penyedia Jasa harus memberitahukan kepada
Direksi/ Pengawas Lapangan untuk mendapat persetujuannya untuk aplikasi
dari semua bahan cat.
4) Cat dasar yang rusak pada waktu perakitan harus segera dicat ulang sesuai
dengan persyaratan cat yang digunakan.

g. Pemasangan Akhir.

1) Alat-alat untuk pemasangan harus sesuai untuk pekerjaannya dan harus dalam
keadaan baik.
2) Sabuk pengaman dan detail-detail harus digunakan oleh para pekerja.
3) Setiap komponen diberi kode dengan gambar pemasangan, untuk
memudahkan pemasangan.
4) Bagian profil baja harus diangkat dengan baik dan ikatan-ikatan sementara
harus digunakan untuk mencegah tegangan-tegangan agar tidak menyimpang
dari tegangan yang diizinkan.
5) Ketinggian dasar atau bidang plat untuk kedudukan konstruksi kuda-kuda
harus sama antara satu dengan yang lainnya, oleh karena itu Penyedia Jasa
wajib memberikan perhatian khusus dalam pemasangan plat dan angker-
angker untuk kedudukan kuda-kuda, untuk ini harus dijaga agar selama
pengecoran angker-angker tersebut tidak bergeser untuk menjaga ketidak
cocokan dalam erection.
6) Semua pelat-pelat atau elemen yang rusak setelah fabrikasi, tidak akan
diperbolehkan dipakai untuk erection.
7) Pemasangan dan pengencangan baut harus dikerjakan sedemikian rupa,
sehingga tidak menimbulkan momen torsi yang berlebihan pada baut yang
akan mengurangi kekuatan baut itu sendiri. Untuk itu diharuskan menggunakan
pengencang baut yang khusus dengan momen torsi yang sesuai dengan buku
petunjuk untuk mengencangkan masing-masing baut.
8) Baut harus dilengkapi dengan 2 ring masing-masing 1 buah pada kedua sisi.
9) Untuk menjamin pengencangan baut yang dikehendaki, maka baut-baut yang
sudah dikencangkan harus diberi tanda dengan cat, guna menghindari adanya
baut yang tidak dapat dikencangkan.

37
10) Penyimpangan pertemuan sumbu perletakan dengan sumbu kolom tempat
perletakan maksimum 0,5 cm dari kedudukan pada gambar kerja ke arah
horizontal dan 1 cm ke arah vertikal.
11) Kegagalan dalam erection ini menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa
sepenuhnya, oleh karena itu Penyedia Jasa diminta untuk memberi perhatian
khusus pada masalah erectio ini.

*****

38
Konstruksi Renovasi Rumah Dinas KPPN Palopo Persyaratan Teknis Umum dan Struktur

DAFTAR ISI
halaman

3. PERSYARATAN TEKNIS UMUM ................................................................


3.A.1 Pendahuluan.........................................................................................................................1
3.A.2 Lingkup Pekerjaan...............................................................................................................1
3.A.3 Referensi...............................................................................................................................2
3.A.4 Pemakaian Ukuran...............................................................................................................2
3.A.5 Pemeriksaan Dan Pengetesan............................................................................................3
3.A.6 Penanggung Jawab Pelaksanaan......................................................................................3
3.A.7 Tanggungjawab Atas Pekerjaan Yang Cacat................................................................... 4
3.A.8 Wewenang Pemberi Tugas Untuk Memasuki Tempat Pekerjaan......................................4
3.A.9 Perlengkapan Kerja / Alat...................................................................................................4
3.A.10 Pengaturan Lokasi Kerja ...................................................................................................5
3.A.11 Pengawasan Dan Jam Kerja...............................................................................................6
3.A.12 Keamanan Dan Keselamatan Kerja....................................................................................6
3.A.13 Ketentuan - Ketentuan Dari Pemberi Tugas......................................................................7
3.A.14 Kewajiban Pelaksana Pekerjaan / Pemborong..................................................................8
3.A.15 Tugas Pelaksana Pekerjaan / Pemborong Dalam Pelaksanaan......................................9
3.A.16 Sub Pelaksana Pekerjaan / Pemborong..........................................................................10
3.A.17 Koordinasi Pelaksanaan Di Lapangan............................................................................11
3.A.18 Instruksi Konsultan Pengawas........................................................................................11
3.A.19 Bagan Kemajuan Pekerjaan Dan Rencana Kerja...........................................................12
3.A.20 Laporan - Laporan.............................................................................................................13
3.A.21 Perubahan Rencana..........................................................................................................14
3.A.22 Penyerahan Pekerjaan......................................................................................................14
3.A.23 Penyelesaian Dan Masa Pemeliharaan...........................................................................15
3.A.24 Peraturan Yang Digunakan Dalam Pelaksanaan............................................................16

3. PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN SIPIL DAN STRUKTUR ................17

3.B.1 PEKERJAAN PERSIAPAN......................................................................................................17


3.B.2 PEKERJAAN GALIAN (EKSKAVASI).....................................................................................19
3.B.3 PEKERJAAN BETON...............................................................................................................27
Konstruksi Renovasi Rumah Dinas KPPN Palopo Persyaratan Teknis Umum

III. PERSYARATAN TEKNIS UMUM

3.1 PENDAHULUAN
a. Persyaratan Teknis Umum ini merupakan persyaratan dari segi teknis yang secara
umum berlaku untuk seluruh bagian pekerjaan dimana persyaratan ini bisa
diterapkan. Bagian pekerjaan yang diungkapkan dalam satu atau lebih dari
dokumen berikut dibawah ini.
a) Gambar-gambar pelelangan / pelaksanaan.
b) Rencana Kerja dan Syarat-syarat pelaksanaan.
c) Perincian volume.
d) Berita acara rapat penjelasan.
b. Dalam hal dimana ada bagian dari persyaratan teknis umum ini tidak mencakup
salah satu bagian yang disebutkan di atas bisa diterapkan, maka bagian dari
persyaratan teknis umum tersebut dianggap tidak berlaku.

3.2 LINGKUP PEKERJAAN


Dengan tidak mengurangi lingkup pekerjaan yang diberikan pada persyaratan
teknis khusus atau bagian penjelasan lainnya (rapat penjelasan, surat-menyurat dan
lain sebagainya) dibawah ini diperjelas bahwa dalam lingkup pekerjaan termasuk :

a. Pekerjaan persiapan meliputi :


a) Pengukuran ( uitzet)
c) Penerangan lokasi kerja
f) Mobilisasi peralatan
g) Pengurusan izin-izin dari instansi yang berwenang untuk prasarana milik
Pemda setempat, dan izin-izin yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan
h) Pembuatan foto-foto dan laporan pelaksanaan
i) Pembuatan As-build-drawing
j) Pembersihan tapak bangunan
b. Pekerjaan Pondasi
Pekerjaan pondasi dangka
c. Pekerjaan Galian
a) Penggalian tanah sampai dengan kedalaman sesuai gambar.
b) Pembuangan tanah bekas galian yang tidak bisa di pergunakan
c) Pengurugan kembali dengan material urugan sesuai dengan Rencana Kerja
dan Syarat-syarat pelaksanaan (RKS).
d. Pekerjaan Struktur meliputi:
tie beam, pelat lantai dasar, dinding beton selasar, Pedestal, perkuatan kolom,
kolom, struktur lantai 2 dan atap.

1
3.3 REFERENSI
a. Atas seluruh bagian pekerjaan dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat
pelaksanaan (RKS) ini, kecuali jika secara khusus disyaratkan lain dalam satu atau
lebih dokumen pelelangan / pelaksanaan, juga berlaku :
a) Undang-Undang R.I.
b) Peraturan / Surat Keputusan dari instansi yang berwewenang.
c) Peraturan Pemerintah.
d) Peraturan Pemerintah Daerah.
e) Standard / Normalisasi / Pedoman di Indonesia.
b. Dalam hal ada bagian pekerjaan yang persyaratan teknisnya tidak termasuk dalam
persyaratan teknis umum / khusus. Maka atas bagian pekerjaan tersebut
Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus mengajukan salah satu dari persyaratan-
persyaratan berikut ini guna di sepakati oleh Konsultan Pengawas / Konsultan
Perencana untuk disepakati sebagai pedoman persyaratan teknis :
a) Standard / Normalisasi / Kode / Pedoman yang dapat diterapkan pada
bagian pekerjaan bersangkutan, yang dikeluarkan oleh instansi / Institusi /
Asosiasi Profesi
/ Asosiasi Produsen / Lembaga Pengujian Nasional dari negara lain, sejauh
hal tersebut diperoleh kesepakatan dengan Konsultan Pengawas.
b) Brosur teknis dari produsen yang di dukung sertifikat dari lembaga pengujian
yang diakui Badan Nasional / Internasional.

3.4 PEMAKAIAN UKURAN


a. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong tetap bertanggung jawab dalam menepati
semua ketentuan yang tercantum dalam Spesifikasi teknis dan gambar-gambar
pelaksanaan.
b. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus mengadakan pemeriksaan
menyeluruh terhadap semua gambar-gambar yang ada (Arsitektur, Struktur dan
M&E) & kondisi lapangan serta kebenaran dari ukuran ukuran keseluruhan maupun
bagian bagiannya dan segera memberitahukan Konsultan Pengawas tentang setiap
perbedaan yang ditemukan didalam pelaksanaan. Pelaksana Pekerjaan /
Pemborong baru diizinkan membetulkan kesalahan gambar dan melaksanakannya
setelah ada persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.
c. Pengambilan ukuran-ukuran yang keliru dalam pelaksanaan didalam hal
apapun menjadi tanggung-jawab Pelaksana Pekerjaan / Pemborong.

2
3.5 PEMERIKSAAN DAN PENGETESAN
a. Semua material bangunan yang akan digunakan harus sesuai dengan
ketentuan didalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat pelaksanaan (RKS). Untuk
jenis material bangunan tertentu harus disertai pengetesan, dan atau surat
pernyataan sertifikat / klasifikasi) dari instansi yang ditunjuk oleh Konsultan
Pengawas untuk kebutuhan tersebut. Konsultan Pengawas berhak
menginstruksikan kepada Pelaksana Pekerjaan / Pemborong untuk segera
mengeluarkan material- material yang ternyata tidak memenuhi spesifikasi keluar
dari site, dalam waktu 24 jam. Semua biaya yang diperlukan baik untuk field-
test ataupun "Lab-test" menjadi tanggungan Pelaksana Pekerjaan / Pemborong.
b. Konsultan Pengawas berhak memeriksa pekerjaan yang oleh Pelaksana
Pekerjaan / Pemborong setiap waktu. Meskipun pekerjaan telah diperiksa oleh
Konsultan Pengawas, tanggung-jawab atas hasil pekerjaan tetap menjadi
tanggungan Pelaksana Pekerjaan / Pemborong.
c. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong bertanggung jawab dan harus memperbaiki dan
apabila perlu, membongkar pekerjaan-pekerjan yang telah dilaksanakan yang tidak
sesuai dengan ketentuan didalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat
pelaksanaan (RKS) ini.
d. Biaya - biaya yang diperlukan untuk pengetesan bahan, pengeluaran bahan -
bahan yang tidak memenuhi syarat keluar lapangan dan perbaikan atau
pembongkaran pekerjaan - pekerjaan yang tidak memenuhi syarat merupakan
tanggung-jawab Pelaksana Pekerjaan / Pemborong.

3.6 PENANGGUNG JAWAB PELAKSANAAN

a. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus menempatkan seorang penanggung


jawab pelaksanaan seorang sarjana Sipil yang ahli dan berpengalaman minimal
selama 5 th dan sebagai pelaksana pekerjaan bangunan gedung.
Penanggungjawab pelaksanaan harus selalu berada di lapangan yang bertindak
sebagai wakil Pelaksana Pekerjaan / Pemborong di lapangan dan mempunyai
kemampuan untuk memberikan keputusan- keputusan teknis dengan
tanggungjawab penuh di lapangan untuk menerima segala instruksi dari Konsultan
Pengawas. Semua langkah dan tindakannya oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi dianggap sebagai langkah dan tindakan Pelaksanaan Pekerjaan /
Pemborong.
b. Penanggungjawab harus terus menerus berada di tempat pekerjaan selama jam-
jam kerja dan saat diperlukan dalam pelaksanaan atau pada setiap saat yang
dikehendaki Konsultan Pengawas.
c. Petunjuk dan perintah Konsultan Pengawas didalam pelaksanaan disampaikan
langsung kepada Pelaksana Pekerjaan / Pemborong melalui penangungjawab
tersebut sebagai penanggungjawab di lapangan.
d. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong diwajibkan pada setiap saat menjalankan
disiplin dan tata tertib yang ketat terhadap semua buruh, pegawai, termasuk
pengurus bahan- bahan yang berada dibawahnya.
e. Siapapun diantara mereka tidak boleh melanggar terhadap peraturan
umum, mengganggu ataupun merusak ketertiban, berlaku tidak senonoh
melakukan perbuatan yang merugikan pelaksanaan, harus segera dikeluarkan dari
tempat pekerjaan atas perintah Konsultan Pengawas.

3
3.7 TANGGUNGJAWAB ATAS PEKERJAAN YANG CACAT
a. Semua cacat-cacat akibat penyusutan atau kesalahan-kesalahan lain yang
timbul selama jangka waktu tanggungjawab dari Pelaksana Pekerjaan / Pemborong
yang disebabkan oleh penggunaan bahan-bahan yang tidak sesuai atau cara
pengerjaannya yang tidak sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan didalam
Rencana Kerja dan Syarat-syarat pelaksanaan (RKS) ini, menjadi
tanggungjawab penuh dari Pelaksana Pekerjaan / Pemborong untuk mengadakan
perbaikan sampai dianggap cukup oleh Konsultan Pengawas atas biaya
Pelaksana Pekerjaan / Pemborong.
b. Konsultan Pengawas juga berhak untuk setiap saat minta kepada Pelaksana
Pekerjaan / Pemborong untuk mengadakan perbaikan-perbaikan dengan biaya
Pelaksana Pekerjaan / Pemborong atas semua pekerjaan yang cacat yang
timbul selama masa pemeliharaan.

3.8 WEWENANG PEMBERI TUGAS UNTUK MEMASUKI TEMPAT


PEKERJAAN
Pemberi Tugas dan para wakilnya mempunyai wewenang untuk memasuki tempat
pekerjaan dan bengkel kerja atau tempat-tempat lainnya dimana Pelaksana Pekerjaan /
Pemborong melaksanakan pekerjaan, dan bilamana pekerjaan harus dilaksanakan di
bengkel kerja atau tempat-tempat lain kepunyaan Sub-Pelaksana Pekerjaan /
Pemborong, maka Pelaksana Pekerjaan / Pemborong menurut ketentuan-ketentuan
dalam Sub- Pelaksana Pekerjaan / Pemborong itu harus bisa mendapatkan jaminan
agar Pemberi Tugas dan para wakilnya mempunyai wewenang untuk memasuki
bengkel kerja dan tempat lain kepunyaan Sub-Pelaksana Pekerjaan / Pemborong.

3.9 PERLENGKAPAN KERJA / ALAT


a. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong wajib menyediakan atas biayanya sendiri
untuk melaksanakan tugasnya Pelaksana Pekerjaan / Pemborong seluruh
kebutuhan peralatan dan perlengkapan kerja sesuai kebutuhan untuk menunjang
pelaksanaan fisik di lapangan antara lain : gen-set cadangan, jala pengaman
(safety screen) dan lain sebagainya. Demikian pula alat-alat ukur penyipat datar
(water-pass), theodolite, yang harus selalu tersedia di proyek.
b. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong wajib merawat / memelihara seluruh
peralatan dengan sebaik-baiknya agar dapat dipergunakan pada saat diperlukan.
c. Konsultan Pengawas berhak memberikan instruksi kepada Pelaksana Pekerjaan /
Pemborong untuk melengkapi / menambah jumlah peralatan bila menurut
perhitungan peralatan yang tersedia kurang memadai dalam usaha mencapai
target prestasi. Apabila Pelaksana Pekerjaan / Pemborong tidak mengindahkan
instruksi serupa, maka Pelaksana Pekerjaan / Pemborong dapat dikenakan denda
/ tindakan administratif.

4
3.10 PENGATURAN LOKASI KERJA
a. Pengaturan dan penggunaan halaman kerja harus mendapat persetujuan
Konsultan Pengawas. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus membuat rencana
detail penempatan los-los kerja, tempat penimbunan bahan dan lain-lain, baik
untuk keperluan Pelaksana Pekerjaan / Pemborong, Pelaksana Pekerjaan /
Pemborong Specialis dan para Sub-Pelaksana Pekerjaan / Pemborong
sesuai dengan pengaturan yang diberikan Konsultan Pengawas.
b. Selama berlangsungnya pembangunan kebersihan halaman, bagian dalam
bangunan yang dikerjakan harus tetap bersih dan tertib, bebas dari bahan-bahan
bekas, tumpukan tanah dan lain-lain.
c. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong dalam menempatkan barang-barang
dan material-material kebutuhan pelaksanaan, baik di dalam gudang-gudang
ataupun dihalaman terbuka, harus mengatur sedemikian rupa sehingga :
a) Tidak mengganggu kelancaran dan keamanan umum. b) Tidak menyumbat
saluran air.
c) Terjamin keamanannya.
d) Memudahkan pemeriksaan dan penelitian bahan-bahan oleh
Konsultan
Manajemen Konstruksi.
d. Cara penempatan bahan dan peralatannya harus disesuaikan dengan kondisi
yang disyaratkan oleh produsen, untuk menghindarkan kerusakan-kerusakan yang
diakibatkan oleh cara penyimpanan yang salah.
e. Barang-barang dan material yang tidak akan digunakan untuk kebutuhan
langsung pada pekerjaan yang bersangkutan, tidak diperkenankan untuk
disimpan didalam site.
f. Tidak diperkenankan :
a) Buruh menginap ditempat pekerjaan kecuali dengan izin Konsultan
Pengawas. Bila izin khusus tersebut diberikan, maka Pelaksana Pekerjaan /
Pemborong tetap bertanggung-jawab atas kemungkinan kerugian-kerugian
apapun yang disebabkan oleh buruh yang menginap tersebut.
b) Memasak di tempat pekerjaan kecuali atas izin Konsultan Pengawas.
c) Memberikan izin masuk kepada penjual-penjual makanan, buah-buahan,
minuman, rokok dsb.
d) Tanpa seizin petugas keamanan proyek, kepada siapapun terkecuali petugas
dari Konsultan Pengawas, tidak dibenarkan untuk keluar masuk secara
bebas ke lapangan. (Catatan: semua tamu proyek yang mendapat izin
dari Konsultan Manajemen Konstruksi harus diberi tanda pengenal yang
disediakan oleh Pelaksana Pekerjaan/ Pemborong).
e) Melanggar peraturan lain mengenai penertiban yang akan
dikeluarkanoleh Konsultan Pengawas pada waktu pelaksanaan.
f) Pekerja-pekerja diwajibkan memakai tanda pengenal. Pembuatan tanda
pengenal atas beban Pelaksana Pekerjaan / Pemborong.
g. Pengaturan mengenai penertiban dan pengamanan site harus
dikoordinasikan dengan bagian security bersama-sama dengan Konsultan
Pengawas pada waktu pelaksanaan akan dimulai.

3.11 PENGAWASAN DAN JAM KERJA


a. Pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan dilakukan oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi.
b. Konsultan Pengawas berhak pada setiap waktu yang dianggap perlu tanpa
memberitahukan sebelumnya, untuk mengadakan inspeksi / pemeriksaan :
a) Terhadap jenis pekerjaan yang dipersiapkan didalam atau diluar site
5
b) Terhadap gudang penyimpanan bahan-bahan
c) Terhadap pengolahan material maupun sumber sumbernya.

c. Bagian-bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan tetapi luput dari pengawasan


Konsultan Manajemen Konstruksi tetap menjadi tanggung-jawab
Pelaksana Pekerjaan / Pemborong pekerjaan. Jika diperlukan harus segera
dibuka sebagian atau seluruhnya untuk kepentingan pemeriksaan.
d. Jam kerja normal yang berlaku diproyek ini adalah pukul 07.00 sampai pukul
18.00. Dalam hal Pelaksana Pekerjaan / Pemborong memerlukan waktu lebih
dari yang ditetapkan di atas, maka harus dimintakan izin tertulis dari Konsultan
Pengawas biaya pengawasan akibat lembur diluar jam kerja diatas menjadi
tanggung-jawab Pelaksana Pekerjaan / Pemborong.

3.12 KEAMANAN DAN KESELAMATAN KERJA


a. Selama pelaksanaan pekerjaan, Pelaksana Pekerjaan / Pemborong
wajib mengadakan segala yang diperlukan untuk menjamin keamanan,
keselamatan kerja.
b. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong juga wajib memenuhi segala peraturan tata-
tertib, ordonansi pemerintah ataupun pemerintah setempat.
c. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong bertanggung-jawab atas biaya, kerugian
atau tuntutan ganti rugi yang diakibatkan adanya kecelakaan selama pelaksanaan
pekerjaan.
d. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus mengkoordinir keamanan dan
keselamatan kerja proyek sampai dengan Serah Terima kedua pekerjaan.
Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus membuat laporan tentang keamanan,
keselamatan kerja dan tidak adanya bahaya lain yang mungkin timbul. Laporan
harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas setiap hari pada akhir kegiatan
proyek.
e. Semua pekerja yang bekerja didaerah berbahaya harus memakai
perlengkapan pengamanan kerja seperti Safety belt, Helm.
f. Semua orang yang berada didalam areal proyek dilarang merokok.

3.13 KETENTUAN - KETENTUAN DARI PEMBERI TUGAS

a. Kelalaian-kelalaian yang dibuat oleh Pelaksana Pekerjaan / Pemborong seperti :


a) Tanpa ada alasan ternyata meninggalkan pekerjaan sebelum
pekerjaan seluruhnya selesai atau apabila tidak mengindahkan segala
instruksi yang diberikan oleh Konsultan Pengawas / Pemberi Tugas.
b) Apabila tidak dapat melanjutkan pekerjaannya secara teratur dan baik,
atau dalam hal telah menyerahkan bagian yang menjadi tanggung-jawabnya
kepada pihak lain tanpa persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.
c) Tidak menghadiri rapat-rapat teknis.
b. Apabila dalam waktu 7 (tujuh) hari sesudah menerima instruksi tertulis dari
Konsultan Pengawas / Pemberi Tugas masih belum ada tanda adanya perubahan
yang berarti atau belum dilaksanakan instruksi termaksud, maka Konsultan
Pengawas akan mengeluarkan peringatan tertulis. Apabila dalam 7 (tujuh)
hari setelah dikeluarkannya peringatan tertulis, masih belum ada perubahan yang
berarti maka Konsultan Pengawas dapat mengambil tindakan dengan tidak
mempertimbangkan alasan-alasan apapun yang terjadi sebelumnya. Tindakan
tersebut dapat berupa dialihkannya tugas termaksud kepada pihak lain dengan
biaya dibebankan kepada Pelaksana Pekerjaan / Pemborong.
6
c. Apabila ternyata Pelaksana Pekerjaan / Pemborong tersebut mengalami
kebangkrutan (bankrupt) atau telah terjadi pengambil-alihan oleh pihak lain
atas perusahaannya secara hukum atau tindakan-tindakan lain yang senada
dengan tindakan tersebut diatas, maka pekerjaan Pelaksana Pekerjaan /
Pemborong dibawah kontrak ini akan diadakan tindakan lebih lanjut. Pekerjaan
tersebut dapat dilanjutkan sesuai dengan kontrak tersendiri, hanya apabila
telah terdapat persetujuan antara Pemberi Tugas dengan pihak lain yang
telah mengambil-alih semua kegiatan Pelaksana Pekerjaan / Pemborong tersebut.
d. Apabila dengan tindakan seperti tercantum diatas ternyata pekerjaan tidak
dapat berjalan dengan baik dan lancar, maka :
a) Pemberi Tugas akan menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan
memberikan kepada pihak lain, dengan menggunakan semua fasiltas dan
peralatan yang telah berada di lapangan seperti bangunan-bangunan
darurat, gudang, peralatan-peralatan kerja, barang-barang, material,
termasuk barang-barang yang telah dibeli (tetapi belum sampai ditempat)
yang akan digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan di lapangan.
b) Bila dipandang perlu oleh Pemberi Tugas / Konsultan Pengawas maka
dalam waktu 10 (sepuluh) hari sesudah dikenakannya suatu tindakan,
Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus tetap menyerahkan barang-
barang dan material yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan di
lapangan sesuai dengan isi kontrak ini, melalui supplier atau Sub-Pelaksana
Pekerjaan / Pemborong yang menyerahkan barang-barang dan material
sesuai dengan kontrak ini, yang mana ternyata sebegitu jauh belum dibayar
oleh Pelaksana Pekerjaan / Pemborong yaitu dengan memotong bagian yang
harus dibayarkan kepada Pelaksana Pekerjaan / Pemborong sesuai penilaian
prestasi
c) Apabila dianggap perlu oleh Pemberi Tugas maka semua barang yang
masih tinggal di lapangan seperti peralatan-peralatan kerja, barang-barang
material dan barang-barang yang disewanya, harus segera dikeluarkan
dari lapangan dan semua biaya untuk hal tersebut menjadi beban
Pelaksana Pekerjaan / Pemborong.
Apabila dalam waktu 7 (tujuh) hari ternyata hal tersebut diatas
tidak dilaksanakan, maka akan diselesaikan menurut kebijaksanaan Pemberi
Tugas, dengan tidak bertanggung-jawab atas kerusakan atau hilangnya
barang-barang tersebut. Ketentuan tersebut juga berlaku bagi
Pelaksana Pekerjaan / Pemborong yang karena satu dan lain hal ternyata
dihentikan kontrak kerjanya oleh Pemberi Tugas.

3.14 KEWAJIBAN PELAKSANA PEKERJAAN / PEMBORONG


a. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus menyelesaikan pekerjaan secara
lengkap seluruhnya sesuai dengan ketentuan-ketentuan didalam kontrak.
b. Selekas mungkin sejak dikeluarkannya Surat Perintah Kerja (SPK) atau
selambat- lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum berakhirnya masa belaku Jaminan
Penawaran, Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus menyediakan Jaminan
Pelaksanaan yang dikeluarkan oleh Bank atau Badan Keuangan lain yang
disetujui oleh Pemberi Tugas. Apabila Jaminan Pelaksanaan belum diserahkan
kepada Pemberi Tugas didalam jangka waktu tersebut, maka hal ini berarti
Pelaksana Pekerjaan / Pemborong mengundurkan diri dari pelaksanaan pekerjaan
kontrak ini. Demikian pula, apabila dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah
dikeluarkannya Surat Perintah Kerja (SPK), Pelaksana Pekerjaan / Pemborong
belum mulai melaksanakan pekerjaan di lapangan dan / atau belum
membayar dan / atau belum menyerahkan Jaminan Pelaksanaan, maka hal ini

7
berarti Pelaksana Pekarjaan / Pemborong menolak melaksanakan pekerjaan dan
mengundurkan diri dari pelaksanaan pekerjaan tersebut.
c. Apabila ternyata dalam gambar-gambar kontrak terdapat perbedaan-perbedaan
atau penyimpangan-penyimpangan dengan apa yang telah tercantum didalam
kontrak sehingga menimbulkan keragu-raguan dalam pekerjaan, maka Pelaksana
Pekerjaan
/ Pemborong harus segera memberitahukan hal ini kepada Konsultan
Manajemen
Konstruksi untuk diadakan penyelesaian.
d. Apabila terdapat perbedaan-perbedaan antara gambar-gambar dengan ketentuan-
ketentuan dalam uraian Rencana Kerja dan Syarat-syarat pelaksanaan (RKS),
maka ketentuan yang paling lengkaplah yang mengikat.
e. Yang dimaksud dengan “gambar” adalah gambar pelaksanaan, gambar
kerja, gambar-gambar detail dan gambar-gambar lainnya yang dibuat untuk
pekerjaan ini sebelum atau pada saat pelaksanaan pekerjaan. Apabila terdapat
perbedaan antara gambar-gambar tersebut, maka gambar yang berskala lebih
besarlah yang mengikat.
f. Apabila pada waktu pelaksanaan, oleh Konsultan Perencana diadakan
perubahan- perubahan dalam penggunaan bahan dan ukuran-ukuran, maka pada
saat penyerahan pertama Pelaksana Pekerjaan / Pemborong diwajibkan
menyerahkan tiga set gambar perubahan yang dikerjakan diatas gambar cetakan
asli dengan tinta berwarna.
g. Atas perintah Konsultan Pengawas kepada Pelaksana Pekerjaan /
Pemborong dapat dimintakan gambar-gambar penjelasan dan rincian atas bagian-
bagian pekerjaan khusus.
Gambar-gambar tersebut yang telah dibubuhi tanda persetujuan dari Konsultan
Pengawas selanjutnya dianggap sebagai gambar pelengkap dari Perencana.
Pelaksana Pekerjaan / Pemborong diwajibkan untuk menyerahkan tiga set
cetakannya kepada Konsultan Pengawas.
h. Biaya pembuatan semua keperluan gambar-gambar yang dibutuhkan selama
masa kontrak, baik gambar asli dan atau gambar perubahan yang diperlukan
dalam pelaksanaan untuk kepentingan Pelaksana Pekerjaan / Pemborong
maupun gambar- gambar yang memerlukan persetujuan dari Konsultan Pengawas
/ Konsultan Perencana yang harus dibuat diatas kertas kalkir, dan biaya
pencetakan gambar-gambar tersebut menjadi tanggung jawab Pelaksana
Pekerjaan / Pemborong.
i. Selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah dikelurkannya Surat Perintah
Kerja (SPK), Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus telah mulai dengan
pekerjaan pembangunan fisik dalam arti kata yang nyata. Untuk itu syarat-
syarat yang diwajibkan agar dapat dimulainya pekerjaan harus dipenuhi terlebih
dahulu.
j. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong wajib mempelajari dan memahami
semua Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Persyaratan Umum maupun
suplementnya, Persyaratan Standard Internasional dan persyaratan yang
dikeluarkan produsen serta tidak menyimpang dari ketentuan didalam dokumen
pelelangan serta segala petunjuk-petunjuk tertulis yang telah dikeluarkan.
k. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong diharuskan menyediakan sedikitnya satu set
gambar-gambar pelaksanaan dan RKS ditempat pekerjaan dalam keadaan
yang tetap rapih dan bersih yang dapat dilihat setiap saat oleh Pemberi Tugas,
Konsultan Pengawas ataupun petugas-petugas lainnya.

8
3.15 TUGAS PELAKSANA PEKERJAAN / PEMBORONG DALAM
PELAKSANAAN

a. Selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah Surat Perintah Kerja (SPK)


Pelaksana Pekerjaan / Pemborong telah mulai dengan pekerjaan pembangunan
fisik dalam arti kata yang nyata. Untuk itu syarat-syarat yang diwajibkan agar
dapat dimulainya pekerjaan, harus segera dipenuhi,
b. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus mempunyai dan menyediakan
atas biayanya sendiri semua tenaga dan peralatan yang dibutuhkan untuk
terlaksananya pekerjaan sesuai dengan kontrak.
c. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus menyerahkan :
a) Daftar / susunan Staf Pelaksana yang ditempatkan dilapangan.
b) Daftar dan schedule peralatan yang akan digunakan untuk pelaksanaan.
c) Detail rencana waktu penyelesaian pekerjaan (Time Schedule)
d) Schedule pengadaan meterial. e) Dan lain-lain yang diperlukan.
d. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus mematuhi segala peraturan dan
ketentuan- ketentuan hukum yang berlaku, serta instruksi-instruksi tertulis yang
dikeluarkan oleh Pemerintah / Penguasa setempat sehubungan dengan pekerjaan
yang akan dilaksanakan.
e. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong wajib berkoordinasi dengan pihak lainnya
dalam kelancaran pelaksanaan pekerjaan proyek terutama berkoordinasi
dengan pihak Sub-Pelaksana Pekerjaan / Pemborong langsung dari Pelaksana
Pekerjaan / Pemborong.
f. Sub Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus melaksanakan
pekerjaannya diselaraskan dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan Pelaksana
Pekerjaan / Pemborong, yang telah disetujui Konsultan Pengawas dan Pemberi
Tugas. Dalam hal Sub-Pelaksana Pekerjaan / Pemborong tidak mengindahkan
teguran tertulis dari Pelaksana Pekerjaan / Pemborong dalam hal
penyelarasan jadwal dengan pelaksanaan pekerjaan Sub-Pelaksana Pekerjaan /
Pemborong dapat dikenakan sanksi denda / teguran.
g. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus mematuhi segala peraturan dan
ketentuan- ketentuan yang berlaku serta instruksi-instruksi tertulis yang
dikeluarkan oleh Pemerintah / Penguasa setempat sehubungan dengan pekerjaan
yang dilaksanakan.
h. Didalam melaksanakan pekerjaan ini, Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus :
a) Memperhatikan, melaksanakan dan mengikuti semua ketentuan yang
dikeluarkan oleh Pelaksana Pekerjaan / Pemborong Utama sehubungan
dengan fungsinya sebagai koordinator pelaksanaan pekerjaan sepanjang
ketentuan tersebut berhubungan dengan pelaksanaan kontrak ini.
b) Bekerja sama dan saling tidak mengganggu dengan pihak lainnya (Pelaksana
Pekerjaan / Pemborong Utama, Sub-Pelaksana Pekerjaan / Pemborong
lainnya dan pihak-pihak lain yang disetujui oleh Pemberi Tugas untuk
melaksanakan pekerjaan tertentu) didalam melaksanakan pekerjaan yang
merupakan bagian dari pembangunan proyek ini.
c) Menjamin pihak-pihak lainnya sebagaimana tersebut diatas dari segala macam
kerugian yang diderita oleh pihak lain tersebut didalam melaksanakan
pekerjaannya yang disebabkan oleh kelalaian dan kesalahan Sub-Pelaksana
Pekerjaan / Pemborong.

9
3.16 SUB PELAKSANA PEKERJAAN / PEMBORONG

a. Penunjukkan Sub-Pelaksana Pekerjaan / Pemborong oleh pelaksana


Pekerjaan / Pemborong hanyalah dapat dilakukan dengan sepengetahuan dan
seizin tertulis dari Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas.
b. Apabila hasil kerja Sub-Pelaksana Pekerjaan / Pemborong tidak memenuhi
semua persyaratan Rencana Kerja dan Syarat-syarat pelaksanaan (RKS) ini
ataupun tidak memenuhi target prestasi yang harus dicapai pada suatu tahap
pekerjaan, maka Pelaksana Pekerjaan / Pemborong tidak dibenarkan untuk
meninggalkan atau menyerahkan kontrak ini sebagian atau seluruhnya yang
menjadi kewajibannya kepada yang ahli (Sub-Pelaksana Pekerjaan / Pemborong)
tanpa terlebih dahulu memberitahukan kepada Pemberi Tugas.
c. Apabila tidak disebutkan didalam kontrak, maka Pelaksana Pekerjaan /
Pemborong tidak dibenarkan untuk mensubkan sebagian dari pekerjaan yang
menjadi kewajibannya tanpa persetujuan Pemberi Tugas / Konsultan Pengawas.
Dalam hal sudah mendapat persetujuan Pemberi Tugas / Konsultan Pengawas,
maka Pelaksana Pekerjaan / Pemborong Utama tetap bertanggung jawab
penuh atas hasil pekerjaan dan segala kelalaian serta kesalahan-kesalahan yang
dibuat oleh Subnya.
d. Sub-Pelaksana Pekerjaan / Pemborong adalah pihak yang mempunyai
kontrak langsung dengan Pelaksana Pekerjaan / Pemborong, yaitu dalam
menyediakan dan mengerjakan bagian-bagian pekerjaan khusus sesuai
keahliannya.
e. Khusus untuk pekerjaan dewatering, pekerjaan harus dilaksanakan oleh
Sub- Pelaksana Pekerjaan / Pemborong spesialis dewatering yang
berpengalaman. Didalam penawaran, Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus
melampirkan surat pernyataan kerja sama dengan Sub-Pelaksana Pekerjaan /
Pemborong spesialis dewatering, brosur alat pengukur settlement.

3.17 KOORDINASI PELAKSANAAN DI LAPANGAN


a. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong wajib melakukan koordinasi dengan semua
pihak yang terkait dalam pelaksanaan pekerjaan yang tercakup dalam proyek ini.
Tugas koordinasi tersebut meliputi :

a) Memberi petunjuk dan pengarahan kepada Sub-Pelaksana Pekerjaan /


Pemborong mengenai saat dimulai dan diselesaikannya suatu bagian /
keseluruhan pekerjaan dengan berpedoman kepada Master Schedule dan
keadaan kondisi lapangan.
b) Mengatur dan memberi keleluasaan kerja kepada para Sub-Pelaksana
Pekerjaan / Pemborong dan memperhatikan urutan-urutan pekerjaan suatu
Pelaksana Pekerjaan / Pemborong dengan yang lainnya yang saling
berkaitan agar keseluruhan pekerjaan dapat dilaksanakan sebaik-baiknya.
c) Memberi data-data tentang suatu bagian pekerjaan dimana Sub-
Pelaksana Pekerjaan / Pemborong akan melakukan kegiatan mengenai
pengukuran, Gambar detail dsb, sehingga Sub-Pelaksana Pekerjaan /
Pemborong dapat mempersiapkan serta membuat rencana kerja terperinci
yang tepat.
d) Mengadakan rapat koordinasi antara semua Pelaksana Pekerjaan /
Pemborong yang terlibat didalam proyek ini guna mencapai kesepakatan
dan konsensus dalam rencana kerja dan / atau dalam mambahas suatu
masalah yang timbul sebelum diajukan kedalam rapat lapangan.

10
b. Sub Pelaksana Pekerjaan / Pemborong bertanggung-jawab untuk
mengganti kerugian yang diderita oleh Pelaksana Pekerjaan / Pemborong
dan / atau Sub- Pelaksana Pekerjaan / Pemborong lainnya tersebut mengalami
gangguan dan / atau kerusakan yang disebabkan oleh kelalaian Sub-Pelaksana
Pekerjaan / Pemborong.

3.18 INSTRUKSI KONSULTAN PENGAWAS

a. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus mematuhi dan melaksanakan


semua instruksi tertulis yang dikeluarkan oleh Konsultan Pengawas.
Apabila dalam waktu 2 (dua) hari sesudah menerima instruksi tersebut,
ternyata masih belum ada realisasinya maka Pelaksana Pekerjaan / Pemborong
akan diberi peringatan tertulis dari Konsultan Pengawas.
Apabila dalam waktu 2 (dua) hari setelah peringatan tertulis dikeluarkan ternyata
masih belum ada realisasi dari pelaksana instruksi tertulis tersebut, maka
Pelaksana Pekerjaan / Pemborong dapat dikenakan tindakan administratip seperti
yang disebut dalam dokumen kontrak.
b. Semua instruksi dari Konsultan Pengawas harus dikeluarkan secara tertulis
(Instruksi tertulis). Suatu instruksi lisan bukan mutlak merupakan pekerjaan yang
harus segera dilaksanakan. Oleh karena itu apabila dalam waktu 2 (dua) hari
tidak dikeluarkan instruksi tertulis, hal tersebut tidak perlu ditanggapi Pelaksana
Pekerjaan / Pemborong. Tetapi sebaliknya Pelaksana Pekerjaan / Pemborong
bertanggung-jawab penuh atas biayanya sendiri untuk segala pekerjaan yang
telah dilaksanakannya tanpa adanya instruksi tertulis dari Konsultan
Manajemen Konstruksi.
c. Instruksi tertulis dari Konsultan Pengawas tersebut dapat berupa :
a) Teguran atas sesuatu cara pelaksanaan yang salah sehingga membahayakan
bagi keteguhan konstruksi, atau pekerjaan finishing yang kurang baik atau hal-
hal lain yang menyimpang dari persyaratan-peryaratan teknis dalam Rencana
Kerja dan Syarat-syarat pelaksanaan (RKS) dan gambar pelaksanaan.
b) Instruksi untuk menyingkirkan material / bahan yang tidak memenuhi syarat dan
harus diangkut keluar areal proyek.
c) Instruksi untuk mengganti Pelaksana (foreman) dari Pelaksana Pekerjaan /
Pemborong yang dianggap kurang mampu (un-skilled).
d) Instruksi untuk suatu pekerjaan perubahan (pengurangan dan penambahan
pekerjaan) yang sudah waktunya dilaksanakan dengan segera.
e) Instruksi untuk mengganti Sub-Pelaksana Pekerjaan / Pemborong yang dianggap
kurang mampu, baik dari segi mutu kerja maupun kecepatan kerja.
f) Instruksi untuk mempercepat pelaksanaan suatu bagian pekerjaan.
g) Dan instruksi-instruksi lainnya yang termasuk dalam lingkup tugas
Pelaksana Pekerjaan / Pemborong.
d. Bilamana ada instruksi lisan, Pelaksana Pekerjaan / Pemborong berhak
untuk melaksanakan pekerjaan tersebut, atau mengadakan konfirmasi kepada
Konsultan Pengawas. Tetapi sebaliknya Pelaksana Pekerjaan / Pemborong
bertanggung-jawab penuh atas segala pekerjaan yang telah dilaksanakan tanpa
adanya instruksi tertulis dari Konsultan Pengawas.

11
3.19 BAGAN KEMAJUAN PEKERJAAN DAN RENCANA KERJA
a. Satu minggu setelah dinyatakan sebagai pemenang lelang, Pelaksana
Pekerjaan / Pemborong harus telah siap dengan schema Bagan Kemajauan
Pekerajaan (Progress Schedule) sesuai dengan batas waktu maksimal yang telah
ditetapkan dalam master schedule yang telah diajukan dalam penawaran.
Progress schedule tersebut harus disesuaikan dengan bagan yang disusun dan
dilengkapi :

a) Barchart
b) Network Planning
c) Volume masing-masing pekerjaan
d) Mandays (tenaga harian) yang diperlukan
e) Peralatan yang diperlukan
f) S-Curve
g) Gambaran mengenai bobot dan harga setiap tahapan pekerjaan sesuai
dengan schedule yang dibuat Pelaksana Pekerjaan / Pemborong.
b. Bagan Kemajuan Pekerjaan ini dicantumkan besarnya (volume) dan
waktu penyelesaian setiap item pekerjaan, sedangkan didalam rencana kerja
dicantumkan secara terperinci program setiap tahapan tentang kapasitas kerja,
peralatan, tenaga kerja dan target setiap harinya.
c. Dalam progress schedule, harus juga dibuat S-Curve, gambaran mengenai nilai /
harga pekerjaan-pekerjaan sesuai dengan schedule yang dibuat
Pelaksana Pekerjaan / Pemborong.
d. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus secara terpisah menyusun
"Bagan Pengerahan Tenaga" dan "Bagan Penyediaan Bahan" yang diperlukan.
e. Bagan-bagan tersebut harus diajukan kepada Konsultan Pengawas untuk
mendapatkan persetujuan.
f. Kelalaian dalam memasukkan bagan-bagan yang dimaksud dapat
menyebabkan ditundanya permulaan pekerjaan. Akibat penundaan ini
sepenuhnya menjadi tanggung-jawab Pelaksana Pekerjaan / Pemborong.
g. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong wajib melaksanakan pekerjaan tersebut
sesuai dengan patokan waktu yang telah disetujui bersama didalam menyusun
Bagan Kemajuan Pekerjaan. Demikian juga dengan pengerahan tenaga, peralatan
dan bahan.
h. Bagan Kemajuan Pekerjaan dan S-curve sebagaimana tersebut diatas
yang merupakan target prestasi akan merupakan pedoman untuk mengadakan
penilaian progress kerja Pelaksana Pekerjaan / Pemborong atas suatu tahap
maupun keseluruhan pekarjaan. Hasil dari penilaian progress kerja ini akan
dikaitkan dengan pembayaran kepada Pelaksana Pekerjaan / Pemborong.

3.20 LAPORAN - LAPORAN

Pelaksana Pekerjaan / Pemborong diwajibkan membuat :


a. Laporan harian yang berisi :
a) Tahap berlangsungnya pekerjaan.
b) Pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan oleh Sub-Pelaksana
Pekerjaan / Pemborong (jika diizinkan).
c) Catatan dan instruksi Konsultan Pengawas yang disampaikan tertulis
maupun lisan.
d) Hal ikhwal mengenai bahan-bahan (yang masuk dan yang ditolak).
e) Keadaan cuaca.
f) Jumlah tenaga kerja dan alat.

12
g) Masalah yang terjadi. Setiap laporan harian pada tanggal yang sama harus
diperiksa dan disetujui oleh Konsultan Pengawas.
b. Laporan Mingguan
Laporan mingguan dibuat berdasarkan laporan harian dan disampaikan langsung
kepada Konsultan Pengawas. Penugasan-penugasan dan instruksi dari
Konsultan Pengawas baru dianggap berlaku dan mengikat apabila telah dimuat
dalam laporan harian dan telah diperiksa dan disetujui oleh Konsultan Pengawas.
c. Foto-foto kegiatan proyek dalam bagian atau tahapan kegiatan penting sebanyak
3 (tiga) set berikut album yang diserahkan kepada Konsultan Pengawas untuk
setiap tahapan pelaksanaan.
d. Laporan bulanan yang dibuat berdasarkan laporan mingguan.

3.21 PERUBAHAN RENCANA

a. Atas instruksi dan persetujuan KMK, Konsultan Perencana berhak


mengadakan suatu perubahan atas rencana yang telah ada dengan memberi
instruksi tertulis kepada Pelaksana Pekerjaan / Pemborong untuk dilaksanakan.
Dalam hal ini Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus bertanggung-jawab atas
pekerjaan yang tidak sesuai dengan instruksi tersebut.
b. Yang dimaksud dengan perubahan tersebut adalah perubahan (alternatif
atau modifikasi) dari pada design, kwalitas maupun kwantitas dari pekerjaan
seperti yang tercantum didalam gambar-gambar kerja (kontrak). Perubahan
tersebut termasuk penambahan, pembatalan atau penggantian dari suatu
pekerjaan, perubahan dari jenis atau standard dari suatu bahan, peralatan atau
mesin yang dipergunakan didalam pekerjaan.
c. Kuantitas dan nilai dari semua perubahan akan dihitung oleh Konsultan Pengawas
menurut ketentuan yang berlaku didalam kontrak ini dan apabila diperlukan,
Pelaksana Pekerjaan / Pemborong diberi kesempatan untuk mengikuti
perhitungan yang dibuat.
Untuk perhitungan nilai dan perubahan, metode atau cara berikut ini harus dipakai
:
a) Harga-harga yang tertera didalam kontrak dipakai untuk menghitung nilai
dari item pekerjaan yang bersifat sama.
b) Untuk item pekerjaan dimana sifatnya berbeda maka harga-harga yang tertera
didalam Penawaran merupakan dasar perhitungan dari nilai suatu perubahan,
sepanjang nilai yang didapat adalah wajar dan hanya untuk sifat yang berbeda
saja yang dinilai perubahannya.

3.22 PENYERAHAN PEKERJAAN

a. Penyerahan pertama dilaksanakan selambat-lambatnya pada tanggal yang


telah ditetapkan dalam Surat Perjanjian Pemborongan, sesuai dengan penjelasan
tentang waktu penyelesaian yang ditetapkan dalam aanwijzing.
b. Perpanjangan waktu penyerahan hanya dapat diterima jika alasan-alasan
tersebut sesuai dengan alasan-alasan yang diperkenankan dan tertulis dalam
Rencana Kerja dan Syarat-syarat pelaksanaan (RKS).

c. Rencana dan tanggal penyerahan pertama harus diajukan kepada Konsultan


Pengawas, selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sebelum tanggal yang dimaksud,
13
dimana Konsultan Pengawas akan mengadakan pemeriksaan seksama atas hasil
keseluruhan.
Hasil pemeriksaan ini akan disampaikan kepada Pelaksana Pekerjaan /
Pemborong. Sebelum penyerahan pertama, pemeriksaan dapat diadakan lebih
dari satu kali. Pada saat-saat pemeriksaan maupun penyerahan dibuatkan Berita
Acara.
d. Keadaan yang dapat digunakan sebagai alasan dalam mengajukan
permohonan perpanjangan waktu penyelesaian atau pengunduran waktu
penyerahan adalah keadaan-keadaan force majeure.
e. Keadaan force majeure yang dimaksud adalah :
a) Hujan terus menerus dari hari kehari
b) Demonstrasi dan pemogokan yang langsung mempengaruhi jalannya
pekerjaan dan lain-lain menurut pertimbangan Konsultan Pengawas dapat
diterima.

3.23 PENYELESAIAN DAN MASA PEMELIHARAAN


a. Setelah pekerjaan dianggap terlaksana 100%, maka pihak Konsultan
Pengawas dan Pelaksana Pekerjaan / Pemborong bersama-sama
menandatangani suatu Berita Acara Penyerahan-I. Bertepatan dengan ini
berlangsunglah penyerahan pekerjaan pertama.
b. Masa pemeliharaan adalah 180 hari kalender, terhitung sejak tanggal
dilakukannnya penyerahan pertama pekerjaan dari Pelaksana Pekerjaan /
Pemborong kepada Pemberi Tugas.
c. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong bertanggung jawab untuk mengganti atau
memperbaiki cacat-cacat maupun kekurangan-kekurangan yang timbul dalam
masa pemeliharaan yang disebabkan oleh pemakaian bahan-bahan maupun
kwalitas pekerjaan yang tidak memenuhi ketentuan-ketentuan didalam kontrak.
Penggantian ataupun perbaikan harus dilaksanakan secepat setelah
ditemukannya cacat-cacat atau kekurangan-kekurangan tersebut. Apabila hal ini
tidak segera dilakukan Konsultan Pengawas berhak untuk menunjuk pihak lain
untuk melaksanakan perbaikan tersebut dan biaya untuk itu merupakan beban
Pelaksana Pekerjaan / Pemborong.
d. Jika Pemberi Tugas menganggap perlu ia boleh mengeluarkan instruksi
agar Pelaksana Pekerjaan / Pemborong memperbaiki segala cacat, susut dan
kesalahan lainnya yang disebabkan oleh bahan-bahan dan cara-cara pelaksanaan
yang tidak sesuai dengan kontrak.
e. Setelah semua instruksi perbaikan selesai dilaksanakan, maka dibuatkan
Berita Acara.
f. Setelah masa pemeliharaan dilampaui dan sesudah semua perbaikan-
perbaikan dilaksanakan dengan baik, Konsultan Pengawas akan mengeluarkan
Sertifikat Penyelesaian Pekerjaan Perbaikan (SP3) yang berarti penyerahan
kedua dari pihak Pelaksana Pekerjaan / Pemborong kepada Pemilik,
merupakan berakhirnya masa pemeliharaan.

3.24 PERATURAN YANG DIGUNAKAN DALAM PELAKSANAAN


Untuk pelaksanaan pekerjaan berlaku peraturan-peraturan :

14
a. AV. (Algemen Voor Waarden Voor De Uitvoering Bijaaneming Van Openbare
Werken In Indonesia, tgl. 28 Mei 1941 No. 9 dan tambahan Lembaran Negara No.
14571).
b. Peraturan Beton Bertulang Indonesia NI.- 2 / 1971 dan Tata Cara
Penghitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung SK-SNI T-15-1991-03.
c. Semua SNI yang terkait dengan mutu bahan bahan bangunan. d. Peraturan
Umum Pemeriksaan Bahan Bangunan NI. –3 / 1956. e. Peraturan Konstruksi
Kayu Indonesia NI.- 5.
f. Peraturan Umum Listrik (AVE) NI. - 6.
g. Peraturan Umum Air Minum (AVWI-drink water).
h. Peraturan Semen Portland Indonesia NI – 8 / 1972.
i. Peraturan Pengecatan NI. - 12.
j. Peraturan Muatan Indonesia NI.-18.
k. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL).
l. Peraturan-peraturan lain yang berlaku dan dipersyaratkan berdasarkan Normalisasi
di Indonesia yang belum tercantum diatas dan mendapat persetujuan Pengawas.
m. Standard / Normalisasi / Kode / Pedoman yang dapat diterapkan pada
bagian pekerjaan bersangkutan, yang dikeluarkan oleh Instansi / Institusi /
Asosiasi Profesi / Asosiasi Produsen / Lembaga Pengujian Nasional ataupun dari
Negara lain, sejauh mana bahwa atas hal tersebut dianggap relevan.

15
Konstruksi Renovasi Rumah Dinas KPPN Palopo Persyaratan Teknis Pelaksanaan Struktur

III. PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN SIPIL DAN


STRUKTUR

3.A.1 PEKERJAAN PERSIAPAN

3.A.1.1 SURVAI LAPANGAN

a. Sebelum memulai pekerjaan, Pelaksana Pekerjaan / Pemborong


diwajibkan melakukan survai lapangan untuk mengetahui dan mengamankan
sistem jaringan air bersih, saluran air kotor / hujan, listrik, telepon, septic tank dan
instalasi lainnya pada tapak (dibawah tanah). Semua hasil survey dan penyuntikan
harus di buat laporannya dan diserahkan kepada Konsultan Pengawas.
b. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus sudah memperhitungkan
adanya penyesuaian yang perlu dilakukan terhadap jaringan / saluran / instalasi
pada tapak yang harus tetap berfungsi.
c. Pemutusan atau penyesuaian jaringan / saluran / instalasi pada tapak dapat
dilakukan Pelaksana Pekerjaan / Pemborong setelah ada izin dari Pemilik.

3.A.1.2 PENGUKURAN TAPAK

a. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong diwajibkan mengukur kembali tapak


tempat pekerjaan dilaksanakan dengan menggunakan alat-alat yang akan ditera.
b. Hasil pengukuran kembali tersebut dituangkan dalam bentuk gambar
yang memperlihatkan secara jelas :
a) Batas-batas tapak.
b) Bangunan-bangunan yang ada pada tapak, dilengkapi keterangan
mengenai letak bangunan disekitarnya;
c) Instalasi-instalasi yang sudah ada, yang perlu diberi tanda yang jelas
dan dilindungi dari kerusakan-kerusakan yang mungkin timbul akibat
pelaksanaan pekerjaan ini.

3.A.1.3 PENYEDIAAN AIR KERJA DAN LISTRIK KERJA


a. Air dan listrik kerja untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan harus disediakan
sendiri oleh Pelaksana Pekerjaan / Pemborong.
b. Penggunaan diesel untuk pengadaan daya listrik harus seizin Konsultan
Manajemen Konstruksi.
c. Rencana pemasangan intalasi listrik dan air kerja selambat-lambatnya 2 (dua)
minggu sebelum pelaksanaan harus diajukan kepada Konsultan Pengawas untuk
mendapat persetujuan.

3.A.1.4 PEKERJAAN PEMBERSIHAN DAN PERATAAN TAPAK

a. Sebelum pekerjaan diserahkan kepada Pemilik, Pelaksana Pekerjaan /


Pemborong harus membersihkan tapak sehingga bebas dari sampah, barang-
barang / bahan- bahan bekas bongkaran, sisa-sisa beton, peralatan-peralatan.
16
Selain itu, tapak harus dalam keadaan telah diratakan oleh Pelaksana Pekerjaan /
Pemborong. Semua pekerjaan pembersihan selambat-lambatnya harus sudah
selesai pada saat serah terima .
b. Termasuk dalam pekerjaan ini adalah kewajiban Pelaksana Pekerjaan /
Pemborong untuk membongkar, kantor Pelaksana Pekerjaan / Pemborong, los
kerja, gudang.
c. Kebersihan lapangan / pembuangan sampah dilakuakan oleh Pelaksana Pekerjaan /
Pemborong struktur sampai dengan serah terima-I pekerjaan struktur.

3.A.1.5 PENYIMPANAN BARANG - BARANG DAN MATERIAL

a. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong dan Sub-sub Pelaksana Pekerjaan /


Pemborong diwajibkan untuk menempatkan barang-barang dan material-material
kebutuhan pelaksanaan baik diluar (terbuka) ataupun didalam gudang-gudang,
sesuai dengan sifat-sifat barang-barang dan material tersebut, dan atas persetujuan
Konsultan Pengawas sehingga akan menjamin keamanannya dan terhindar dari
kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh cara penyimpanan yang salah.
b. Barang-barang dan material-material yang tidak akan digunakan untuk
kebutuhan langsung pada pekerjaan yang bersangkutan, tidak diperkenankan untuk
disimpan didalam site.

3.A.1.8 KEBERSIHAN DAN KELELUASAAN HALAMAN

Pelaksana Pekerjaan / Pemborong dan Sub-sub Pelaksana Pekerjaan / Pemborong


diwajibkan menjaga keleluasaan halaman dengan menempatkan barang-barang dan
material sedemikian rupa sehingga :
a. Memudahkan pekerjaan.
b. Menjaga kebersihan dari sampah-sampah, kotoran-kotoran bangunan (puing-puing,
air yang menggenang).
c. Tidak menyumbat saluran-saluran air.

3.A.1.9 FASILITAS - FASILITAS LAPANGAN


Pelaksana Pekerjaan / Pemborong dan Sub-Pelaksana Pekerjaan / Pemborong
diwajibkan menyediakan sendiri :
a. Listrik dan penerangan, untuk kebutuhan pelaksanaan dan keamanan.
b. Air minum atau air bersih yang dapat diminum, untuk kebutuhan pelaksanaan
pekerjaan dan semua petugas-petugas yang ada diproyek.
c. Alat-alat pemadam kebakaran. d. Alat-alat PPPK.
e. Kamar mandi dan WC untuk para pekerja lapangan.

3.A.1.10 BARANG CONTOH (SAMPLE)

a. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong dan Sub-Pelaksana Pekerjaan /


Pemborong diwajibkan menyerahkan barang-barang contoh (sample) dari
material yang akan dipakai / dipasang, untuk mendapat persetujuan dari
Konsultan Manajemen Konstruksi.
b. Barang-barang contoh (sample) tertentu harus dilampiri dengan tanda bukti /
sertifikat pengujian dan spesifikasi teknis dari barang / material tersebut.
c. Untuk barang-barang dan material yang akan didatangkan ke site
(melalui pemesanan), maka Pelaksana Pekerjaan / Pemborong dan Sub-
Pelaksana Pekerjaan / Pemborong diwajibkan menyerahkan :
17
a) Brosur
b) Katalogue
c) Gambar kerja atau shop drawing
d) Monster dan sample
e) Dan lain-lain.yang dianggap perlu oleh Konsultan Pengawas dan harus
mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.

3.A.1.11 PENGUJIAN ATAS MUTU PEKERJAAN

a. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong dan Sub-Pelaksana Pekerjaan /


Pemborong diwajibkan mengadakan pengujian atas mutu pekerjaan yang telah
diselesaikan sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
b. Semua biaya-biaya untuk kebutuhan tersebut diatas, ditanggung oleh
Pelaksana Pekerjaan / Pemborong dan Sub-sub Pelaksana Pekerjaan / Pemborong
yang bersangkutan.

3.A.1.12 GAMBAR-GAMBAR “ AS BUILT DRAWING ”

a. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong atau Sub-sub Pelaksana Pekerjaan /


Pemborong diwajibkan untuk membuat gambar-gambar "As Built Drawing"
sesuai dengan pekerjaan yang telah dilakukan di lapangan secara kenyataannya,
untuk kebutuhan pemeriksaan dan maintenance dikemudian hari. Gambar-gambar
tersebut diserahkan kepada Pemberi Tugas, setelah disetujui oleh Konsultan
Pengawas (dibuat rangkap-3 (tiga)), dan Pemberi Tugas.
b. Pada akhir pekerjaan pelaksanaan yang telah disetujui dan diterima oleh
pihak Konsultan Pengawas, maka Sub-Pelaksana Pekerjaan / Pemborong
diwajibkan membuat "As Built Drawing" yang setelah diteliti dan disetujui oleh pihak
Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana diserahkan kepada Pemberi Tugas
dalam rangkap-3 (tiga) set, lengkap dibukukan.
3.A.1.13 SHOP DRAWING
Dalam hal-hal tertentu maka kebutuhan pemasangan atau pelaksanaan suatu pekerjaan
yang membutuhkan penjelasan-penjelasan, dimana hal-hal tersebut tidak terdapat dalam
gambar-gambar kerja, maka Pelaksana Pekerjaan / Pemborong dan Sub-Pelaksana
Pekerjaan / Pemborong diwajibkan membuat gambar-gambar shop drawing
untuk kebutuhan tersebut dan mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas,
dibuat rangkap-3 (tiga).
3.A.1.14 FOTO-FOTO DOKUMENTASI PROYEK
Pelaksana Pekerjaan / Pemborong diwajibkan membuat foto foto doku mentasi proyek
meliputi :
a. Foto-foto kegiatan pekerjaan proyek, antara lain kegiatan dalam uitzet,
penempatan peralatan-peralatan lapangan (beton-batcher), penempatan
material, pengerasan jalan dan lain-lain.
b. Foto-foto tahapan pekerjaan yang penting antara lain pembesian, bekisting,
pekerjaan beton sebelum dan sesudah pengecoran.
c. Dan lain-lain kegiatan yang diangggap perlu oleh Konsultan Pengawas.

18
d. Kondisi proyek pada progress pekerjaan mencapai 0%, 10%, 20%, 30%, 40%
dan seterusnya sampai dengan 100% (setiap peningkatan progress 10%) dan
kondisi pada waktu selesainya masa pemeliharaan.
e. Foto-foto dicetak dalam ukuran post card (dicetak berwarna) masing-masing 2
(dua) eksemplar untuk Pemberi Tugas dan 1 (satu) eksemplar untuk Konsultan
Pengawas, klise diserahkan kepada Pemberi Tugas.

3.A.2 PEKERJAAN GALIAN (EKSKAVASI)


3.A.2.1 PEMBERSIHAN LAPANGAN (CLEARING)
a. Kecuali ditetapkan lain oleh Konsultan Manajemen Konstruksi /
Konsultan Perencana maka seluruh pohon-pohon termasuk akarnya, semak-
semak dan akar- akar pohon dalam daerah batas pekerjaan harus dibersihkan
dan ditebang.
b. Bila Konsultan Pengawas / Konsultan Perencana memerintahkan bahwa
pohon-pohon rindang dan pohon-pohon serta tanaman ornamen tertentu
dipertahankan, maka pohon-pohon / tanaman-tanaman termaksud harus dijaga
terhadap kerusakaan. Pohon-pohon yang harus disingkirkan harus ditebang
sedemikian rupa sehingga tidak merusak pohon-pohon lain serta tanaman yang
harus dipertahankan.
c. Pada pelaksanaan pembersihan Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus
berhati hati untuk tidak mengganggu setiap patok-patok pengukuran, pipa-pipa
atau tanda- tanda lainnya.
3.A.2.2 PEKERJAAN GALIAN (EKSKAVASI)
a. Sebelum pelaksanaan Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus membuat
rencana detail dari sistem ekskavasi berikut analisa kestabilan galian berdasarkan
rencana yang telah digariskan pada dokumen tender.
Rencana detail harus memuat :
a) Urutan pelaksanaan.
b) Pengaturan lahan kerja.
c) Gambar detail dari prasarana penunjang (acces road, penempatan
peralatan ekskavasi).
d) Rencana tenaga dan peralatan (Man-power dan equipment schedule).
e) Sirkulasi alat angkut dalam site.
Rencana kapasitas galian / hari.
a. Penggalian tanah tidak boleh menggangu stabilitas lereng galian, Pelaksana
Pekerjaan / Pemborong harus melakukan tindakan pengamanan untuk menjaga
stabilitas lereng galian. Jika pada pelaksanaan, Pelaksana Pekerjaan /
Pemborong memandang perlu diadakan perubahan tahapan ekskavasi sesuai
dengan methode kerja dan peralatan yang dimiliki, maka Pelaksana
Kedalaman penggalian harus sesuai dengan peil rencana yang tertera pada
gambar rencana dan dilakukan berdasarkan peil dari Bench Mark yang telah
dibuat.
b. Patok-patok referensi harus dijaga supaya tetap berdiri sampai pekerjaan selesai.

19
c. Tanah hasil galian harus ditumpuk pada penimbunan sementara pada
area penimbunan sementara yang dinstruksikan oleh Konsultan Pengawas, untuk
selanjutnya diangkut keluar proyek. Pembuangan bekas galian tidak boleh
mengotori jalan yang dilalui.
d. Lokasi pembuangan tanah bekas galian harus dicari sendiri oleh
Pelaksana Pekerjaan / Pemborong.

3.A.2.3 PEKERJAAN URUGAN (FILL)


a. Pekerjaan urugan dilakukan pada daerah urugan (fill) sebagai yang
tercantum dalam gambar rencana dan daerah-daerah yang peil permukaan akhir
(final grade).
b. Tanah untuk urugan digunakan tanah merah dan disetujui Konsultan
Manajemen Konstruksi.
c. Tanah yang dalam keadaan basah, dimana dalam keadaan kering dinyatakan
dapat dipakai, harus dikeringkan lebih dulu sebelum digunakan untuk timbunan.
d. Pada daerah-daerah basah / tergenang air / rawa, Pelaksana Pekerjaan /
Pemborong harus membuat saluran-saluran pembuangan sementara
atau memompa air untuk mengeringkan daerah tersebut. Lapisan lumpur yang
ada, harus dibuang ke tempat yang akan ditunjuk oleh Konsultan Pengawas
sebelum pengurugan dilakukan.
e. Sebelum pekerjaan pengurugan dimulai, pada daerah yang telah selesai dibabat
dan dibersihkan, Pelaksana Pekerjaan / harus mengerjakan pengisian lubang-
lubang yang disebabkan karena pencabutan akar-akar pohon, bekas-bekas
sumur, saluran dan sebagainya dengan menggunakan material yang baik sesuai
dengan petunjuk Konsultan Pengawas dan harus segera dilakukan perataan dan
pemadatan pada permukaan tanah tersebut.
F. Penghamparan material urugan dapat dimulai setelah ada persetujuan
Konsultan Manajemen Konstruksi.
g. Pengurugan dilakukan lapis demi lapis dan setiap lapis harus dipadatkan
sampai mencapai kepadatan 95% dari kepadatan maximum menurut AASHTO.
99-70 atau CBR = 5. Lapisan dari material lepas selain dari material batu-
batuan, tebal tiap lapisannya tidak boleh lebih dari 30 cm, dan harus dipadatkan
dengan alat mekanis (compaction equipment). Kadar air pada tanah urugan
harus diatur agar dapat dicapai kepadatan yang maximum.
h. Sebelum dimulai pekerjaan pemadatan yang sesungguhnya, Pelaksana
Pekerjaan / Pemborong harus melakukan percobaan pemadatan atas petunjuk
Konsultan Pengawas, pada jalur dengan panjang dan lebar tertentu, dengan alat-
alat dan material seperti yang sama, yang akan digunakan pada pekerjaan
pemadatan yang sesungguhnya. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk
menentukan kadar air optimum yang akan dipakai dan hubungan antara air
optimum yang akan dipakai dan hubungan antara jumlah penggilasan dan
kepadatan yang dapat dicapai untuk rencana material urugan tertentu. Seluruh
pembiayaan untuk percobaan ini sudah termasuk dalam harga penawaran.
i. Material urugan yang tidak mengandung kadar air yang cukup untuk dapat
mencapai kepadatan yang dikehendaki, harus ditambah air dengan alat
penyemprot (sprinkler) dan dicampur / aduk sampai merata (homogen). Material
urugan yang mempunyai kadar air lebih tinggi dari seharusnya tidak boleh
dipadatkan sebelum dikeringkan dan disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Pekerjaan pemadatan tanah urugan tadi harus dilaksanakan pada kadar air
optimum sesuai dengan sifat alat-alat pemadatan yang tersedia.

20
Pada pelaksanaan Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus mengambil langkah-
langkah yang perlu agar pada pekerjaan tersebut air hujan dapat mengalir dengan
lancar.
j. Kontraktor wajib membuktikan hasil pemadatan lapis perlapis dengan test
langsung di lapangan dan di laboratorium atas biaya Pelaksana Pekerjaan /
Pemborong. Jumlah test yang diperlukan untuk mengetahui kepadatan
ditentukanminimal 1(satu) titik tiap 100 m2 urugan. Bila tebal urugan lebih
dari 1.00 m maka jumlah test minimal 1 (satu) test untuk 100 m2.
k. Laboratorium yang dipakai adalah laboratorium Mekanika Tanah yang
mempunyai izin usaha dan izin operasi resmi pada bidangnya.
l. Semua hasil pekerjaan akan dicheck kembali terhadap patok-patok referensi.
m. Pekerjaan pengurugan dianggap selesai setelah mendapat persetujuan
dari Konsultan Pengawas.

3.A.2.4 PEKERJAAN PONDASI

PEKERJAAN PONDASI DANGKAL

1. Kedalaman galian sesuai dengan gambar


2. Dasar galian harus dipadatkan dengan stampler hingga mencapai cbr = 5
3. Urugan pasir min 10 cm padat
4. Harus tetap dijaga kestabilan galian sehingga tidak terjadi longsoran, bekas galian
tidak boleh ditumpuk di sisi galian.
5. Selimut beton untuk pelat pondasi disisi bawah 3 cm
6. Sebelum pengecoran lantai kayu harus bersih dari sisa potongan-potongan
kayu, sisa bekas gergajian, sampah dan longsoran tanah.
7. Lubang pondasi harus diurug dengan tanah merah dan dipadatkan hingga
mencapai nilai cbr = 5

3.A.2.5 PEKERJAAN BETON BERTULANG BIASA

a. Lingkup Pekerjaan
Melengkapi semua tenaga , equipment dan bahan untuk menyelesaikan
semua
pekerjaan beton sesuai dengan dokumen tender.
b. Pedoman Pelaksanaan.
Kecuali ditentukan lain dalam ketentuan ketentuan berikut ini, maka sebagai
dasar code P.B.I.1971 dan PB 88 tetap digunakan.

21
3.A.2.6 BAHAN DAN CARA PELAKSANAAN
a. Portland Cement
Digunakan portland cement jenis II menurut N.I.8 type I menurut A.S.T.M.“
memenuhi S 400“ menurut standar Cement Portland yang digariskan
oleh Asosiasi Cement Indonesia. Merk yang dipilih tidak dapat ditukar-tukar
dalam pelaksanaan kecuali dengan persetujuan tertulis Konsultan Pengawas
/ Perencana. Pertimbangan hanya dapat dilakukan dalam keadaan :
a) Tidak adanya stock dipasaran dari brand yang tersebut diatas.
b) Pemborong memberikan jaminan data-data teknis bahwa mutu
cement penggantiannya adalah dengan kualitas yang setara dengan
mutu cement yang tersebut diatas.
Batas-Batas pembetonan dari penggunaan cement berlainan merk
harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
b. Agregat.

a) Kualitas aggregates harus memenuhi syarat-syarat P.B.I. 1971


PB.88.“ dan SNI untuk bahan terkait
b) Aggregates kasar berupa koral atau crushed stones yang mempunyai
susunan gradasi yang baik, cukup syarat kekerasannya dan padat (tidak
porous). Kadar lumpur tidak boleh melebihi dari 1% berat kering.
c) Dimensi maximum dari aggregates kasar tidak lebih dari 2,5 cm dan
tidak lebih dari seperempat dimensi beton yang terkecil dari bagian
konstruksi yang bersangkutan. Khusus untuk pile caps, diluar lapis
pembesian yang berat, batas maximum tersebut 3 cm dengan gradasi baik.
d) Untuk bagian dimana pembesian cukup berat (cukup
ruwet) dapat digunakan koral gundu.
e) Agregat halus berupa pasir beton baik berupa pasir alam maupun pasir
buatan yang dihasilkan alat pemecah batu dan berbutir keras.
f) Agregat halus harus memenuhi pasal 3.3 PBI 1971
g) Kadar lumpur maximum adalah 4 % dari berat kering. c. Besi Beton

Kecuali ditentukan lain dalam gambar, digunakan besi beton ulir dari jenis BJTD
40 untuk D10, D13, D16, D19 dst keatas dan untuk diameter 8 digunakan besi
polos dari U - 24.Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas besi yang
diminta, maka disamping adanya certificate dari pabrik (melalui suppliers), juga
harus ada/dimintakan certificate dari laboratorium baik pada saat pemesanan
maupun secara periodik minimum 2 contoh percobaan ( stress - strain ) dan
pelengkungan untuk setiap 20 ton besi.
d. Admixture ( additive )
a) Untuk pembetonan pada harus digunakan Plastisizer yang bersifat
mereduksi pemakaian air, meningkatkan slump tanpa penambahan air,
memperlambat setting time, memperkecil peningkatan temperatur dan
meningkatkan kekuatan akhir beton.
Additive tidak boleh mengandung Cloride dan bahan lain yang
menghasilkan lapisan film additive yang bisa digunakan antara lain
Rheobuild 716 (dosis:0,80 liter per 100 kg cement), tricosal VZ 020 (
dosis : 0.3 % berat cement)
b) Cara penggunaan additive harus sesuai dengan petunjuk-petunjuk
dari produsen bahan-bahan tersebut.

22
c) Penyimpangan dari ketentuan diatas harus dengan persetujuan
Konsultan Perencana.
e. Penyimpanan Bahan

a) Pengiriman dan penyimpanan bahan-bahan, pada umumnya harus


sesuai dengan waktu dan urutan pelaksanaan.
b) Semen harus didatangkan dalam zak yang tidak pecah (utuh), tidak
terdapat kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak, segera
setelah diturunkan disimpan dalam gudang yang kering, terlindung dari
pengaruh cuaca, berventilasi secukupnya dan lantai yang bebas dari
tanah. Semen harus masih dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras).
Jika ada bagian yang mulai mengeras, bagian tersebut masih harus dapat
ditekan hancur dengan tangan bebas, dan jumlahnya tidak boleh
melebihi 5% berat, dan kepada campuran tersebut diberi tambahan cement
baik dalam jumlah yang sama. Semuanya dengan catatan, kualitas
beton sesuai dengan yang diminta perencana.
c) Penyimpanan besi beton harus bebas dari tanah dengan
menggunakan bantalan-bantalan kayu dan bebas dari lumpur atau zat-
zat asing lainnya (misal: minyak dan lain-lainnya
d) Aggregates harus ditempatkan dalam bak-bak yang terpisah satu dan
lain gradasinya dan diatas lantai kerja ringan untuk meghindari
tercampurnya dengan tanah.
f. Bekisting
a) Type bekisting
Bekisting yang digunakan dalam bentuk beton, baja, pasangan batu
kali diplester atau kayu. Khusus untuk bagian-bagian yang terlihat harus
digunakan type bekisting yang menghasilkan permukaan
yang rata (fair finish)
b) Perencanaan.
Bekisting harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak ada
perubahan bentuk yang nyata dan cukup dapat menampung beban- beban
sementara sesuai dengan jalannya kecepatan pembetonan.Semua bekisting
harus diberi penguat datar dan silangan sehingga bergeraknya
bekisting selama pelaksanaan dapat ditiadakan, juga harus cukup rapat
untuk menghindarkan keluarnya adukan. Susunan bekisting dan
penunjangnya harus teratur, sehingga memudahkan pemeriksaan.
c) Pada bagian terendah (dari setiap phase pegecoran) dari bekisting kolom
atau dinding harus ada bagian yang mudah dibuka untuk inspeksi dan
pembersihan.
d) Kayu bekisting harus bersih dan dibasahi terlebih dahulu sebelum
pengecoran. Adakan tindakan untuk meghindarkan megumpulnya air pada
sisi bawah.

23
e) Pembongkaran bekisting.
Bekisting/cetakan beton harus dipertahankan hingga beton berumur 14
hari
dan mencapai kuat tekan karakteristik minimal 225 kg/cm2. g. Perancah

a) Perancah harus dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan


pemeriksaan.
b) Perancah harus dibuat diatas pondasi yang kuat dan kokoh terhindar
dari bahaya penggerusan dan penurunan.
c) Konstruksinya harus kokoh terhadap pembebanan yang akan dipikulnya.
d) Pemborong harus memperhitungkan dan membuat langkah-
langkah persiapan yang perlu, sehubungan dengan pelendutan perancah.
e) Permukaan dan bentuk konstruksi beton sesuai dengan kedudukan (peil)
dan bentuk yang seharusnya (menurut gambar rencana).
f) Perancah harus dibuat dari baja atau kayu. Pemakaian bambu untuk hal
ini tidak diperbolehkan.
g) Bila perancah itu sebelum atau selama pekerjaan pengecoran
beton berlangsung menunjukan tanda-tanda adanya penurunan sehingga
menurut pendapat Konsultan Pengawas hal itu akan menyebabkan
kedudukan (peil) akhir tidak akan dapat dicapai sesuai dengan
gambar rencana atau penurunan tersebut akan sangat membahayakan dari
segi konstruksi, maka Konsultan Pengawas dapat memerintahkan untuk
membongkar pekerjaan beton yang sudah dilaksanakan dan
mengharuskan Pemborong untuk memperkuat perancah tersebut
sehingga dianggap cukup kuat. Akibat dari semua ini menjadi
tanggung jawab pemborong.
h) Gambar rencana perancah dan sistim pondasinya, secara detail
harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas untuk diperiksa dan disetujui.
i) Pekerjaan pengecoran beton tidak boleh dilakukan sebelum
gambarrencana tersebut disetujui serta perancah telah dianggap cukup kuat
dan kokoh untuk dapat dipergunakan.
j) Setelah mutu beton memenuhi dan umur beton tercapai (persetujuan
dari
Konsultan Pengawas) perancah harus dibongkar.
k) Kegagalan pelaksanaan kostruksi perancah, seluruhnya tanggung
jawab
Pemborong.

h. Pemasangan Pipa - pipa


Pemasangan pipa dalam beton tidak boleh sampai merugikan
kekuatan
konstruksi, untuk itu lihat pasal 5.7. ayat 1 dari P.B.I. 1971. i. Kualitas Beton
a) Seluruh struktur beton bertulang biasa menggunakan kuat tekan
beton
minimal K 300 (kuat tekan karakteristik pada umur 28 hari untuk kubus
15 x
15 x 15 adalah 300 kg/cm2 atau kuat tekan Cylinder fc’=21Mpa,
dengan derajat konvidensi0,95). Evaluasi penentuan karakteristik

24
ini didalam ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam P.B.I. 1971 dan SNI
03-2847-2002
b) Pelaksana pekerjaan harus memberikan jaminan atas
kemampuannya membuat kualitas beton ini dengan memperhatikan data-
data pelaksanaan dilain tempat atau dengan mengadakan trial-mixes.
Dalam hal digunakan beton ready mix, maka Pemborong harus
mengajukan kepada Konsultan Pengawas komposisi campuran beton
yang akan digunakanselambat lambatnya dua minggu sebelum pekerjaan
beton dimulai. Dalam kaitan ini jumlah semen minimum menurut ketentuan
pasal i.6a tetap tidak boleh dikurangi
c) Selama pelaksanaan harus dibuat benda-benda uji menurut
ketentuan- ketentuan yang disebut dalam pasal 4.7 dan 4.9 dari PBI.
1971, mengingat bahwa W/C faktor yang sesuai disini adalah sekitar 0,50 -
0,55 maka pemasukan adukan kedalam cetakan benda uji dilakukan
menurut pasal 4,55 ayat 3 PBI. 1971 tanpa menggunakan penggetar.
Pada masa-masa pembetonan pendahuluan harus dibuat minimum 1
benda uji per 1 1/2 M3 beton hingga dengan cepat diperoleh 20 benda uji
yang pertama. Untuk selanjutnya diambil satu sample untuk setiap truck
mixer.
d) Pemborong harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas beton
yang dibuat dengan disahkan oleh Konsultan Pengawas. Laporan
tersebut harus dilengkapidengan harga karakteristiknya.
e) Selama pelaksanaan harus ada pengujian slump, minimum 7.5 cm,
maximum 12 cm. Dalam hal digunakan Concrete Pump besarnya slump
boleh dinaikkan sampai dengan 15 cm, dengan catatan dari segi kwalitas
beton tidak boleh berkurang. Cara pengujian slump adalah sebagai berikut
Contoh Beton diambil tepat sebelum dituangkan kedalam cetakan beton
(bekisting), cetakan slump dibasahkan dan ditempatkan diatas kayu yang
rata atau plat beton.
Cetakan diisi sampai kurang lebih 1/3 nya.Kemudian adukan tersebut
ditusuk- tusuk 25 kali dengan besi 16mm panjang 30 cmm dengan ujungnya
yang bulat (seperti peluru). Pengisian dilakukan dengan cara serupa untuk
dua lapisan berikutnya. Setiap lapis ditusuk-tusuk 25 kali dan setiap tusukan
harus masuk dalam satu lapis yang dibawahnya. Setelah atasnya
diratakan, segera cetakan diangkat perlahan-lahan, dan diukur
penurunannya (slumpnya).
f) Jumlah semen minimum 340 kg per m3 beton, khusus pada pondasi.
jumlah semen tersebut dinaikkan menjadi 360 kg/m3 beton. Dalam kaitan
ini baik jumlah semen minimum maupun kwalitas beton adalah mengikat.
g) Pengujian kubus percobaan harus dilakukan di laboratorium yang disetujui
oleh Konsultan Pengawas.
h) Perawatan kubus percobaan tersebut adalah dalam pasir basah tapi
tidak tergenang air, selama 7 hari dan selanjutnya dalam udara terbuka.
i) Jika perlu maka digunakan juga pembuatan kubus percobaan untuk umur
7 hari dengan ketentuan hasilnya tidak boleh kurang 65% kekuatan yang
diminta pada 28 hari. Jika hasil kuat tekan benda-benda uji tidak
memberikan angka kekuatan yang diminta, maka harus dilakukan
pengujian beton ditempat dengan cara-cara seperti ditetapkan dalam
P.B.I. 1971 dengan tidak menambah beban biaya bagi pemilik
bangunan (beban pemborong).
j) Pengadukan beton dalam mixer tidak boleh kurang dari 75 detik terhitung
setelah seluruh komponen adukan masuk kedalam mixer.

25
j. Pengecoran

a) Sebelum pengecoran kontraktor harus mengajukan ijin cor kepada


Konsultan Pengawas dengan melampirkan volume pengecoran, mutu beton
dan jenis peralatan yang akan digunakan.
b) Penyampaian beton (adukan) dari mixer ketempat pengecoran harus
dilakukan dengan cara yang tidak mengakibatkan terjadinya segragasi
komponen- komponen beton. Untuk bagian komponen yang tinggi
seperti kolom dan dinding harus digunakan tremi/ corong.
c) Harus digunakan vibrator untuk pemadatan beton. Ukuran dan jumlah
vibrator harus disesuaikan dengan kondisi bagian yang dicor dan kecepatan
pembetonan.
d) Harus disediakan terpal jika diperkirakan akan terjadi hujan.

k. Siar-siar Konstruksi dan Pembongkaran Bekisting


Pembongkaran bekisting dan penempatan siar-siar pelaksanaan, sepanjang
tidak ditentukan lain dalam gambar, harus mengikuti pasal 5.8 dan 6.5. dari
code P.B.I.1971. Siar-Siar tersebut harus dibasahi lebih dahulu dengan air
cement tepat sebelum pengecoran lanjutan dimulai. Letak siar-siar tersebut
harus disetujui oleh Konsultan Pengawas. Khusus untuk pekerjaan basement,
pada bagian bagian yang dipersyaratkan kedap air, pemberhentian pengecoran
harus diakhiri dengan pemasangan water stop dari jenis PVC.

l. Penggantian Besi
a) Pemborong harus mengusahakan agar besi yang dipasang adalah
sesuai dengan apa yang tertera pada gambar.
b) Jika Pemborong tidak berhasil mendapatkan diameter besi yang sesuai
dengan yang ditetapkan dalam gambar, maka dapat dilakukan penukaran
diameter besi dengan diameter yang terdekat dengan catatan :
c) Harus ada persetujuan dari Konsultan Pengawas
d) Jumlah besi per-satuan panjang atau jumlah besi di tempat tersebut tidak
boleh kurang dari yang tertera dalam gambar (dalam hal ini yang
dimaksudkan adalah jumlah luas).
e) Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan keruwetan
pembesian ditempat tersebut atau didaerah overlapping yang dapat
menyulitkan pembetonan atau penyampaian penggetar

m Toleransi Besi
.
Diameter, Variasi Toleransi
berat diameter_

Dibawah 10 mm max. 7% max. 0,4


10 mm - 16 mm max. 5% mm max.
16 mm - 28 mm max. 5% 0,4 mm
28 mm - 32 mm max. 4% max. 0,5
mm max.

26
n. Perawatan Beton
Beton harus dilindungi dari pengaruh panas matahari,sehingga tidak terjadi
penguapan yang cepat. Untuk itu beton harus dibasahi terus menerus paling
sedikit 10 hari setelah pengecoran. Persiapan perlindungan atas kemungkinan
datangnya hujan, harus diperhatikan. Siapkan tenda-tenda untuk keperluan
tersebut.
o. Penyambungan Besi.
Kecuali ditentukan dalam gambar, maka penyambungan besi harus mengikuti
ketentuan dari PBI 1971 dan PB 88 Khusus untuk besi kolom yang
menggunakan diameter 32mm atau lebih, harus digunakan sambungan mekanis
dengan persyaratan sebagai berikut :
a) Kuat tarik dari besi sambungan harus lebih besar dari besi yang disambung.
b) Penyambungan tidak boleh dilakukan disatu tempat.
c) Pemborong harus mengajukan contoh dari besi sambungan berikut
specikasi teknis dari bahan tersebut kepada Konsultan perencana untuk
mendapatkan persetujuan.

p. Tanggung Jawab Pemborong


Pemborong bertanggung jawab penuh atas kualitas konstruks sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam specikasi ini dan sesuai
dengan gambar- gambar konstruksi yang diberikan. Adanya atau kehadiran
Konsultan Manajemen Konstruksi selaku wakil pemberi tugas atau perencana
yang sejauh mungkin melihat /mengawasi menegur atau memberi nasihat
tidaklah mengurangi tanggung jawab penuh tersebut diatas.

3.A.2.8 PEKERJAAN BETON

3.1. Referensi.
SK-SNI-S-36-1990-03
SK-SNI-T-28-1991-03
SK-SNI-T-15-1992-03
SK-SNI-l-727-1989-F
SK-SNI-1728-1989-F
SK-SNI-1734-1989-F
SK-SNI-1735-1989-F
SK-SNI-1736-1989-F
SK-BI-2.3.53.1987
Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A SK.SN1.S - 04 - 1989 - F.

3.2. Lingkup Pekerjaan.

3.2.1. Pekerjaan ini meliputi pekerjaan beton bertulang dan tidak bertulang
1. Pondasi beton plat setempat/plat menerus.
2. Sloof beton bertulang
3. Kolom beton bertulang
4. Balok dan Kolom beton.
6. Plat luifel beton.
7. Kolom praktis.
8. Balok Latei, ring balk.
9. Dan pekerjaan beton lainnya.

27
Secara umum tahapan pekerjaan beton adalah :

1. Penyediaan semua bahan.


2. Memasang Scafolding dan membuat bekisting.
3. Mengaduk beton (ready Mix)
4. Mengecor beton.
5. Memelihara, memperbaiki, menyelesaikan dan mengerjakan semua
pekerjaan tambahan, sehingga menghasilkan pekerjaan sesuai dengan
gambar rencana.

3.2.2. Standar Pekerjaan.

Semua bahan dan konstruksi, jika tidak diberi catatan khusus harus memenuhi
standar yang berlaku dan dipakai di Indonesia. Jika persyaratan setempat yang
tersebut diatas tidak dapat dipenuhi, maka konstruksi harus disesuaikan dengan
Standar lnternasional yang diakui dan dapat diterima olehDireksi/Pejabat
Pembuat Komitmen.

3.3. Persyaratan Bahan.

3.3.1. Semua bahan yang akan digunakan/dipasang harus mendapat


persetujuanDireksi/Pejabat Pembuat Komitmen.

3.3.2. Portland Semen (PC).

Semua PC yang digunakan harus Portland Cement merk standar yang telah
disetujui oleh badan yang berwenang dan memenuhi persyaratan Portland
Cement Klasifikasi Jenis 1.
Semua pekerjaan harus menggunakan satu macam merk PC. PC harus
disimpan secara baik, dihindarkan dari kelembaban sampai tiba saatnya untuk
dipakai. PC yang telah mengeras atau membatu tidak boleh digunakan. PC
harus disimpan sedemikian rupa, sehingga mudah untuk diperiksa dan diambil
contohnya. PC juga harus disimpan sedemikian rupa hingga PC yang lebih lama
dipakai lebih dulu.

3.3.3. Agregat.

1. Agregat Halus.
a. Agregat harus memenuhi persyaratan dibawah ini :
Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras,
dengan indeks kekerasan  2,2.
b. Butir-butir agregat halus harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau
hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan
hujan.
c. Sifat kekal, apabila diuji dengan larutan jenuh garam sulfat sebagai
berikut :
- Jika dipakai Natrium Sulfat, bagian yang hancur maksimum 12%.
- Jika dipakai Magnesium Sulfat, bagian yang hancur maksimum
10%.
d. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%
(ditentukan terhadap berat kering). Yang diartikan dengan lumpur
adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0,060 mm. Apabila
kadar lumpur melalui 5%, maka agregat harus dicuci. Agregat halus
tidak boleh mengandung bahan-bahan organis terlalu banyak yang
harus dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrams-Herder. Untuk
28
itu bila direndam dalam larutan 3% NaOH, cairan diatas endapan tidak
boleh lebih gelap dari warna larutan pembanding. Agregat halus yang
tidak memenuhi percobaan warna ini dapat juga dipakai, asal kekuatan
tekan adukan agregat tersebut pada umur 7 dan 28 hari tidak kurang
dari 95% dari kekuatan adukan agregat yang sama tetapi dicuci dalam
larutan 3% NaOH yang kemudian dicuci hingga bersih dengan air,
pada umur yang sama.
e. Susunan besar butir agregat halus mempunyai modulus kehalusan
antara 1,5 - 36 dan harus terdiri dart butir-butir yang beraneka ragam
besarnya. Apabila diayak dengan susunan ayakan yang ditentukan,
harus masuk salah satu dalam daerah susunan butir menurut zone 1,
2, 3 atau 4 (SKBVBS.662) dan harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut
- Sisa diatas ayakan 4,6 mm, harus maximum 2% berat.
- Sisa diatas ayakan 1,2 mm, harus minimum 10% berat.
- Sisa diatas ayakan 0,30 mm, harus minimum 15% berat.
f. Untuk beton dengan tingkat keawetan yang tinggi, reaksi pasir
terhadap alkali harus negatif.
g. Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu
beton, kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari lembaga pemeriksaan
bahan-bahan yang diakui.
h. Agregat halus yang digunakan untuk maksud spesi plesteran dan spasi
terapan harus memenuhi persyaratan diatas (pasir pasang).

2. Agregat Kasar.
a. Agregat kasar harus terdiri dati butir-butir yang keras dan tidak berpori.
Kadar bagian yang lemah bila diuji dengan goresan batang tembaga,
maximum 5%. Kekerasan dari butir-butir agregat kasar diperiksa
dengan bejana penguji dari Rudeloff dengan beban penguji 20 ton,
dengan mana harus dipenuhi syarat-syarat berikut :

Tabel 1

Kekerasan
Kekerasan Dengan
Dengan Bejana
Bejana Geser Los
Tekan Rudeloff
Kelas dan Mutu Engelos, Bagian
Bagian Hancur
Beton Hancur Menembus
Menembus
Ayakan 1,7 mm,
ayakan 2 mm,
Maximum
Maksimum %
B0 serta mutu 22 – 24 – 40 - 50
B1 30 32
Beton Mutu K
14 – 16 –
125, K 175 & K 27 - 40
22 24
225
Mutu Beton
Kuran
Diatas K 225 Kurang
g dari Kurang dari 27
atau Beton dari 14
16
Pratekan

Catatan :

B0 = Beton Konstruktur campuran 1pc : 3psr : 5krl.


B1 = Beton Struktur dengan campuran (kerikil harus batu pecah)
1pc : 1½ ps : 2½ krl atau 1pc : 2ps : 3krl.
29
b. Agregat kasar yang mengandung buti-butir pipih dan panjang hanya
dapat dipakai, apabila jumlah butir-butir pipih dan panjang tersebut
tidak melampaui 20 % dari berat agregat seluruhnya.
c. Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal artinya tidak pecah atau
hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan
hujan.

d. Sifat kekal apabila diuji dengan larutan Garam Sulfat, sebagai berikut :
- Jika dipakai Natrium Sutfat, bagian yang hancur, maximum 12%.
- Jika dipakai Magnesium Sulfat, bagian yang hancur, maximum
10%.
e. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak
beton, seperti zat-zat yang reaktif alkali.
f. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%
(ditentukan terhadap berat kering). Apabila kadar lumpur melampaui
1% maka agregat kasar harus dicuci.
g. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam
besarnya dan apabila diayak dengan susunan ayakan yang ditentukan,
susunan besar butir mempunyai modulus kehalusan antara 6 – 7,10
dan harus memenuhi syarat-syarat berikut :
- Sisa diatas ayakan 36 mm, harus 0% berat.
- Sisa diatas ayakan 4,8 mm, harus berkisar antara 90% dan 98%
berat.
- Selisih antara sisa-sisa kumulatif diatas dua ayakan yang
berurutan, adalah maximum 60 %dan minimum 10% berat.
h. Besar butir agregat maximum tidak boleh lebih dari pada seperlima
jarak terkecil antara bidang-bidang samping dari cetakan, sepertiga
dari tebal plat atau tiga per empat dari jarak bersih minimum diantara
batang-batang atau berkas-berkas tulangan. Penyimpangan dari
pembatasan ini diijinkan apabila menurut penilaian Pongawas Ahli
cara-cara pengecoran beton adalah sedemikian rupa hingga menjamin
tidak terjadi sarang-sarang kerikil.

3. S i r t u.

Sesuai dengan pemakaiannya serta harus memenuhi persyaratan sebagai


berikut :
a. Untuk dipakai sebagai agregat beton, sirtu harus bebas dari bahan-
bahan organis, kotoran-kotoran, lempung atau bahan lainnya yang
merugikan mutu baton.
b. Dalam pemakaiannya untuk konstruksi jalan sirtu/agregat terbagi
dalam 3 kelas (A, B dan C) dengan persyaratan yang berbeda baik
untuk dibawah lapisan dasar maupun untuk lapisan dasar.
c. Persyaratan agregat untuk dibawah lapisan dasar adalah seperti
tercantum pada Tabel 2, (berlaku untuk pekerjaan jalan/pavement).

Tabel 2

Uraian Syarat-syarat Klas A Klas B Klas


C
1. Prosentase berat
yang lewat
ayakan (ASTM)
dalam (%)
30
3” 100 - -
2” - 100 -
1 ½” 60 - 70 - 100
90 100
1” 46 - 55 - 85 -
78
¾“ 40 - 50 - 80 -
70
No. 4 13 - 30 - 60 -
45
No. 8 06 - - -
36
No. 10 - 20 - 50 85
Maks
No. 200 0 - 5 - 15 15
10 Maks

2. Keterangan pasir, 25 25 25
min
3. Kehilangan berat
akibat abrasi dan
partikal yang
tertinggal pada 40 40 40
ayakan ASTM No.
12 (AASHO T 96)
Maks
kerikil,
batu
4. Campuran pasir, batu pasir,
pecah,
agregat pecah, kerikil
kerikil
lempung
5. Index plastis,
- 6 -
maks
6. Batas cair, maks
- 25 -

d. Agregat untuk lapisan harus memenuhi persyaratan umum sebagai


berikut :

- Kekerasan minimum 6.
- Kehilangan berat dengan percobaan sodium sulfat, % maximum
10.
- Kehilangan berat dengan percobaan magnesium sulfate
soundness test, % maximum 12.
- Kehilangan berat akibat abrasi sesudah 100 putaran, % maximum
10.
- Kehilangan berat akibat abrasi sesudah 500 putaran, % maximum
40.
- Partikel-partikel tipis, memanjang, prosentase berat (partikel lebih
besar dari 1” dengan ketebalan kurang dari 1/5 panjang), %
maximum 5.
- Bagian-bagian batu yang lunak; % maximum 5.
- Gumpalan-gumpalan lempung % maximum 0,25.
- Selanjutnya untuk tiap kelas agregat dibedakan persyaratannya
sebagai berikut :

31
Tabel 3

Uraian Syarat-syarat Klas A Klas B Klas


C
1. Prosentase berat
yang lewat
ayakan standard
dalam (%)
2½” 100 - -
2” 90 - 100 -
100
1 ½” 35 - 60 - -
70 100
1” 0 - 55 - 85 -
15
¾“ - - -
½“ 0 - - -
5
3/8” - 100
No. 4 - 35 - 60 60 -
100
No. 100 - - 10 -
20
No. 200 - 8 - 15 -
2. Index plastis, - 8 6
maximum
3. Sand equivalent, -
50 30
minimum
4. Batas cair, - -
25
maximum

3.3.4. Penyaratan air sebagai bahan bangunan (bahan campuran beton) sesuai
dengan penggunaannya harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Air harus bersih.
2. Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya yang
dapat dilihat secara visual.
3. Tidak mengandurig benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gram/liter.
4. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak
beton (asam-asam, zat organik dan sabagainya) lebih dari 15 gram/liter.
Kandungan khlorida (I), tidak lebih dari 500 ppm dan senyawa sulfat tidak
lebih dari 1000 ppm sebagai SO3.
5. Bila dibandingkan dengan kekuatan tekan adukan beton yang memakai air
suling, maka penurunan kekuatan aduka dan beton yang memakai air
yang diperiksa tidak lebih dari 10%.
6. Semua air yang mutunya meragukan harus dianalisa secara kimia dan
dievaluasi mutunya menurut pemakaiannya.
7. Khususnya untuk beton pratekan, kecuali syarat-syarat tersebut diatas air
tidak boleh mengandung chlorida lebih dari 50 ppm.

3.3.5. Bahan kimia pembantu.

Bahan kimia pembantu beton diklasifikasikan dalam 5 jenis sebagai berikut :


1. Jenis A : Bahan kimia pembantu untuk mengurangi jumlah air yang
dipakai.

32
2. Jenis B : Bahan kimia pembantu untuk memperlambat proses
pengikatan dan pengerasan baton.
3. Jenis C : Bahan kimia pembantu untuk mempercepat proses
pengikatan dan pengerasan baton.
4. Jenis D : Bahan kimia pembantu berfungsi ganda yaitu untuk
mengurangi air dan sekaligus untuk memperlambat proses
pengikatan dan pengerasan beton.
5. Jenis E : Bahan kimia pembantu berfungsi ganda yaitu untuk
mengurangi air dan sekaligus untuk mempercepat proses
pengikatan dan pengerasan beton.
6. Bahan kimia pembantu beton, harus memenuhi persyaratan sebagaimana
tercantum pada Tabel berikut :

Tabel 4

Jenis A Jenis B Jenis C Jenis D Jenis E


1. Kadar air, % 95 - - 95 95
max.
thd.pembanding
2. Waktu
pengikatan
pengyimpanan
yang
diperolehkan
thd. Adukan
pembanding
a. Waktu ikat
awal : - 60 menit 60 menit 60 menit 60
- Minimum, lebih lebih lebih menit
menit lambat cepat 210 lambat lebih
210 menit menit 210 menit cepat
lebih lebih lebih 210
60 menit lambat cepat lambat menit
lebih lebih
- Maximum, cepat cepat
menit smp 90 - - -
menit
lebih -
lambat
b. Waktu ikat
akhir : - 210 menit 60 menit 60 menit 60
- Minimum, lebih lebih lebih menit
menit lambat cepat cepat lebih
60 menit cepat
lebih
- Maximum, cepat - - -
menit smp 90 -
menit
lebih
lambat
3. Kekuatan tekan,
min. %
pembanding : 110 90 125 110 125
3 hari 110 90 100 110 110
7 hari 110 90 110 110 110
33
28 hari 100 90 90 100 100
6 hari 100 90 90 100 100
1 tahun

Keterangan : Manfaat dari bahan-bahan kimia pembantu harus dibuktikan dengan data
otentik yang berdasarkan hasil percobaan, hasil laboratorium yang berwenang.

3.4. Perbandingan Adukan.

3.4.1. Umum.

Adukan beton terdiri dari bahan semen, bahan Pembantu (admixture), pasir,
split dan Air. Kwalitas bahan tersebut harus memenuhi syarat yang ditentukan
dalam SK-SNI-S-04-1969-F. Perbandingan campuran yang tepat untuk jenis
pekerjaan beton yang berlainan harus ditentukan oleh penyusutan minimum.
Juga adukan beton yang dicor harus diletakkan pada papan bekisting, sehingga
mendapatkan permukaan beton yang selicin sempurna.

3.4.2. Perbandingan Air Semen (PC) dan Kekuatan Tekan.

Kekuatan tekan minimum dan benyaknya portland cement yang terdapat dalam
beton tidak boleh kurang dari daftar yang tertera dibawah ini.Direksi/Pejabat
Pembuat Komitmen berhak memerintahkan untuk menambahkan jumlah PC
yang melebihi daftar pada setiap pekerjaan beton, jika memang dianggap perlu
bahwa penambahan tersebut akan mencapai kekuatan yang dikehendaki.
Penambahan semen jika diperintahkan harus disediakan oleh Kontraktor tanpa
tambahan biaya.

Jumlah semen minimum dan faktor air semen maksimum

Jumlah semen Nilai faktor air


minimum per m3 semen
beton (kg) maximum
1 2 3
Beton didalam ruang
bangunan
1. Keadaan keliling non
275 0,60
korosif
2. Keadaan kililing korosif
disebabkan oleh
325 0,52
konsensasi/ uap-uap
korosif
1. Tidak terlindung dari
hujan dan terik matahari 325 0,60
langsung
2. Terlindung dari hujan dan
275 0,60
terik matahari langsung
Beton yang masuk kedalam
tanah :
1. Mengalami keadaan
basah dan kering 325 0,55
berganti-ganti
34
2. Mendapat pengaruh
sulfat/alkali dari tanah/air 375 0,52
tanah
Beton yang kontinyu
berhubungan dengan air
1. Air tawar 275 -
2. Air laut 375 -

3.4.3. Percobaan di Lapangan.

Penetapan kekuatan baton dalam kg/cm2 dibuat dengan percobaan kubus


berukuran 15 x 15 x 15 cm2, yang dibuat menurut syarat dari BAB IV PBI-1971
NI-2.
Demikian pula jumlah kubus percobaan yang dibuat harus sesuai dengan BAB
4.6 dan BAB 4.7 PBI 1971 NI-2. Satu asli dan satu copy hasil test harus
diserahkan kepada Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen .
Setiap kali, jika kekuatan beton yang berumur 7 hari kekuatannya kurang dari
70% dari beton yang berumur 26 hari, makaDireksi/Pejabat Pembuat Komitmen
dengan segera berhak memerintahkan untuk menambah PC kedalam campuran
beton.
Campuran-campuran yang dipakai dapat juga diubah bilamana menurut
pendapat Direksi / Pejabat Pembuat Komitmen, perubahan demikian memang
perlu atau patut untuk mendapatkan pekerjaan yang memenuhi syarat,
kepadatannya, kekedapannya, penyelesaian permukaannya dan kekuatannya.
Kontraktor tidak berhak memperoleh biaya tambahan yang disebabkan oleh
perubahan-perubahan tersebut. Kontraktor harus membiayai semua biaya test
kubus yang telah disebutkan dalam pasal ini. Harus menggunakan beton dan
sebelum pengecoran dilakukan. harus terlebih dahulu memberi data spesifikasi
mutu beton.
Percobaan dilapangan, pengambilan contoh campuran dan pengetesan harus
mengundang dan disaksikan oleh Direksi / Pejabat Pembuat Komitmen. Dalam
hal bahwa hasil percobaan dilapangan terdapat keraguan maka Kontraktor wajib
mengirim hasil percobaan lapangan atau meminta pihak ketiga yang berwenang
dan mempunyai keahlian untuk memeriksa atau mengetes.

3.5. Kekentalan.

Banyakriya air yang digunakan dalam adukan beton harus cukup. Waktu pengadukan
harus diambil tetap dan normal sehingga menghasilkan beton yang homogen tanpa
adanya bahan-bahan yang terpisah satu dengan lainnya Penggetaran dilakukan dengan
vibrator dan licin permukaannya.
Jumlah air dapat diubah sesuai keperluannya dengan melihat perubahan keadaan cuaca
atau kelembaban dari bahan adukan (pasir, koral) untuk mempertahankan hasil yang
homogen dan kekentalan yang dikehendaki.
Kekentalan adukan beton ditetapkan menurut percobaan “Methode of Slump Test For
Concrete” (JIS A 1101 - 150) atau “Percobaan Slump Portland Cement Beton” (PBI 1971
NI- 2).
Slump yang akan dipakai akan ditetapkan oleh Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen untuk
jenis pekerjaan yang bermacam-macam, tetapi secara umum adalah sebagai berikut :

35
Nilai-nilai Slump untuk berbagai pekerjaan beton.

Slump (Cm)
Uraian
Maximum Minimum
Dinding, plat pondasi dan pondasi setapak
12,5 5,0
bertulang
Pondasi telapak tidak bertulang kaison dan
9,0 2,5
konstruksi dibawah tanah
Plat, balok, kolom dan dinding 15,0 7,5

Untuk maksud-maksud dan alasan-alasan tertentu, maka dengan persetujuanDireksi /


Pejabat Pembuat Komitmen dapat dipakai nilai-nilai slump yang menyimpang dari pada
yang tercantum dalam tabel diatas, asal dipenuhi hal-hal sebagai berikut :

3.5.1. Beton dapat dikerjakan dengan baik.


3.5.2. Tidak terjadi pemisahan dari adukan.
3.5.3. Mutu beton yang diisyaratkan tetap terpenuhi

3.6. Rencana Pengadukan Beton.

3.6.1. Test laboratorium.


Contoh agregat dan PC yag akan dipergunakan harus dikirim oleh Kontraktor ke
laboratorium yang telah disetujui oleh Direksi / Pejabat Pembuat Komitmen.
Berdasarkan analisa dan hasil test contoh tersebut, laboratorium akan
merencanakan suatu campuran beton (Mix Design) untuk memenuhi slump
yang diisyaratkan.
Kontraktor harus menyediakan 2 (dua) kubus percobaan dari setiap adukan
yang diperiksa dan 1 (satu) kubus test pada umur 7 (tujuh) hari dan sebuah lagi
pada umur 28 (dua puluh delapan) hari. Kontraktor harus menyerahkan 3 (tiga)
rangkap hasil test dan rencana adukan kepadaDireksi/Pejabat Pembuat
Komitmen untuk disetujui sebelum pengecoran beton dilakukan. Seluruh biaya
pembuatan contoh rencana adukan dan test laboratorium ditanggung oleh
Kontraktor.
3.6.2. Ukuran campuran PC dan bahan adukan.
Jumlah PC dan bahan adukan sebelum diaduk harus ditetapkan langsung
dengan alat timbangan yang disediakan oleh Kontraktor dan disetujui oleh
Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen
3.6.3. Takaran air.
Jumlah air yang akan dimasukkan kedalam beton molen harus ditakar dengan
alat takaran yang disetujui oleh Direksi / Pejabat Pembuat Komitmen.

3.7. Persiapan Pengecoran Beton.

3.7.1. Pencegahan korosi.


Pipa-pipa listrik, angkur dan bahan lain yang dibuat dari besi yang ditanam
dalam beton harus dipasang cukup kuat sebelum pelaksanaan pengecoran
beton, kecuali jika ada perintah lain dari Direksi / Pejabat Pembuat Komitmen.
Jarak antara bahan tersebut dengan setiap bagian pembesian sekurang-
kurangnya harus 5 cm.
3.7.2. Persiapan permukaan yang akan dicor beton.
Permukaan atau lantai kerja harus dibasahi dengan siraman air sebelum
pengecoran, permukaan tersebut harus tetap basah dengan penyiraman air
terus menerus sampai tiba saatnya pengecoran. Permukaan tersebut harus
basah tapi bebas dari air yang tergenang dan juga bebas dari lumpur serta
kotoran-kotoran pada saat pengecoran beton.
36
3.7.3. Sambungan beton.
Permukaan beton yang akan dicor lagi, dimana pengecoran beton lama telah
terhenti atau terhalang dan Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen berpendapat
bahwa beton yang baru tidak dapat bersatu dengan sempurna dengan beton
yang lama, dinyatakan sebagai sambungan beton. Permukaan sambungan
baton yang horizontal harus diratakan dengan kayu untuk memperoleh
permukaan yang cukup rata. Permukaan yang berisi split dalam jumlah yang
besar harus dihindarkan.
Permukaan sambungan harus dibersihkan dari semua kotoran, bahan yang
mudah terlepas atau beton yang cacat dan benda asing lainnya.
Pembersihannya harus dilaksanakan dengan penyemprotan dengan compresor
diikuti dengan pembersihan dengan air sebaik-baiknya.
Semua genangan air harus dihilangkan dari permukaan sambungan beton
sebelum beton yang baru akan dicor.
Setelah permukaan disiapkan dengan persetujuan Direksi/Pejabat Pembuat
Komitmen semua sambungan beton yang horizontal harus dilapisi dengan
lapisan aduk setebal kira-kira 2,5 mm.
Lapisan aduk tersebut mempunyai campuran semen dan pasir yang sama
dengan campuran beton biasa, kecuali bilamana diperintahkan lain oleh
Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen. Perbandingan air semen lapisan aduk
tersebut tidak boleh melebihi beton baru yang akan dicor diatasnya dan
kekentalan lapisan aduk tersebut tidak boleh melebihi beton yang baru yang
akan dicor diatasnya dan kekentalan dari lapisan aduk tersebut harus cukup
untuk pengecoran sesuai dengan syarat yang diberikan.
Lapisan aduk tersebut harus disebar dengan merata dan harus dikerjakan benar
sampai mengisi kedalam seluruh liku-liku permukaan beton lama. Beton baru
harus segera dicor diatas lapisan aduk yang baru ditempatkan diatas beton
yang lama.
3.7.4. Persiapan pengecoran.
Beton tidak diperbolehkan dicor, bila seluruh pekerjaan bekisting dan pekerjaan
instalasi tiap bagian belum selesai dipasang.
Seluruh permukaan bekisting dan bagian instalasi yang akan ditanam didalam
beton yang tertutup dengan kerak beton berkas pengecoran yang lalu, harus
dibersihkan terhadap seluruh kerak tersebut, sebelum beton disekelilingnya atau
beton yang berdekatan dicor.
3.7.5. Penyingkiran air.
Beton tidak boleh dicor kedalam setiap struktur, sebelum semua air yang
memasuki tempat pengecoran tersebut dikeringkan dengan sebaik-baiknya atau
telah disalurkan dengan pipa atau alat lain. Beton tidak diperbolehkan dicor
didalam air tanpa ijin yang jelas dan tertulis dari Direksi/Pejabat Pembuat
Komitmen. Kontraktor juga tidak diperbolehkan tanpa izin Direksi / Pejabat
Pembuat Komitmen membiarkan air mengaliri beton sebelum beton cukup
umumya dan mencapai pengerasan awal. Air tidak boleh mengalir melalui
permukaan beton yang baru dicor sehingga akan merusak penyelesaian
pekerjaan beton.

3.8. Pencampuran Beton.

Semen, pasir dan split harus dicampur sedemikian rupa dan jumlah air yang ditambahkan
harus menghasilkan adukan yang homogen dan kekentalan yang merata. Kotoran
dengan benda lain yang tidak diiginkan harus dibuang. Semua beton harus dicampur
betul didalam mesin pengaduk (molen) yang direncanakan sedemikian rupa sehingga
menjamin secara positif distribusi merata, semua bahan didalam adukan beton pada
37
waktu pencampuran. Jenis dan ukuran molen harus disetujui Direksi / Pejabat Pembuat
Komitmen.
Pengadukan dari tiap molen harus terus menerus dan tidak kurang dari 2 (dua) menit
sesudah seluruh bahan termasuk air berada didalam molen. Salama itu molen harus
terus berputar pada kecepatan yang akan meghasilkan adukan dengan kekentalan
merata pada akhir waktu pengadukan.
Bilamana perlu untuk mencapai hasil yang baik, adukan harus dicampur untuk waktu
yang rebih lama dari pada disebutkan diatas, pengadukan beton yang terlalu lama atau
pengisian molen yang terlalu banyak tidak diizinkan.
Beton atau lapisan aduk yang telah mengeras tidak diizinkan terkumpul pada permukaan
dalam molen.
Dilarang mencampur kembali dengan menambah air kedalam adukan beton yang
sebagian telah mengeras.

3.9. Pengecoran.

Ketentuan Umum.

3.9.1. Adukan beton yang diketahui sebelum pengecoran tidak memenuhi syarat
spesfikasi yang tercantum disini, harus ditolak dan segera dikeluarkan dari
tempat pekerjaan. Adukan beton yang tidak dicor sesuai dengan syarat
spesifikasi atau yang mutunya rendah menurut keputusan Direksi / Pejabat
Pembuat Komitmen harus disingkirkan dan dipindahkan dengan biaya
Kontraktor. Beton tidak boleh dicor, bilamana keadaan cuaca buruk, panas yang
dapat menggagalkan pengecoran dan pengerasan yang baik, seperti ditentukan
oleh Direksi / Pejabat Pembuat Komitmen.
Adukan beton tidak boleh dijatuhkan melalui pembesian atau kedalam papan
bekisting yang tinggi/dalam, yang dapat menyebabkan terlepasnya koral dari
adukan beton karena berulang kali mengenai batang pembesin atau tepi
bekisting ketika adukan beton itu dijatuhkan. Beton juga tidak boleh dicor dalam
bekisting yang dapat mengakibatkan penimbunan adukan pada permukaan
bekisting diatas beton yang telah dicor.
Dalam hal tersebut, harus disiapkan corong atau saluran vertikal untuk
pengecoran agar adukan beton dapat mencapai tempatnya tanpa terlepas satu
sama lain. Bagaimanapun juga tinggi jatuh dari adukan beton tidak boleh
melampaui 1,5 meter dibawah ujung corong saluran atau kereta dorong untuk
pengecoran. Adukan beton harus dicor dengan merata selama proses
pengecoran, setelah adukan dicor pada tempatnya tidak boleh didorong atau
dipindahkan lebih dari 2 (dua) meter dalam arah mendatar.

Adukan beton didalam bekisting harus dicor berupa lapisan horizontal yang
merata tidak lebih dari 60-70 cm dalamnya dan harus diperhatikan agar
terhindar terjadinya lapisan adukan yang miring, kecuali diperlukan untuk bagian
konstruksi miring. Tiap lapisan harus dicor pada waktu lapisan yang sebelumnya
masih lunak. Seluruh ujung dari saluran, pintu corong dan semua alat lain yang
menerima adukan beton dari alat pengangkut datar (conveyor) atau alat
pengangkut tegak (hoist) dan sistem alat pengangkut lainnya harus
direncanakan dan diatur sedemikian rupa, sehingga adukan beton yang melalui
tidak jatuh bercerai berai meskipun semua alat penenma tersebut terus
menerus menampung adukan beton.
Jika dipergunakan conveyor belts, harus suatu jenis yang disetujui
olehDireksi/Pejabat Pembuat Komitmen dan harus dibersihkan dengan alat
pembersih sedemikian rupa sehingga adukan beton yang melekat pada ban
konveyor tidak akan terbuang.

38
Dilarang menggunakan saluran yang panjangnya lebih dari 15 meter. Semua
konveyor belts dan saluran harus dilindungi.

3.9.2. Pengecoran beton dalam cuaca panas.


Kontraktor harus mengupayakan agar dapat dicegah pengeringan cepat dari
adukan beton yang baru dicor. Bahkan bilamana suhu sekeliling bekisting lebih
dari 320 derajat celcius, suhu adukan beton yang dicor tidak boleh melebihi 320
derajat celcius. Adukan beton yang baru dicor harus diberi pelindung terhadap
panas matahari.

3.10. Pemadatan Dan Penggetaran.

Pada waktu adukan beton dicor kedalaman bekisting atau lubang galian, tempat tersebut
harus telah padat betul dan tetap, tidak ada penurunan lagi. Adukan beton setempat
harus memasuki semua sudut melalui celah pembesian, tidak terjadi sarang split dan
selama pengecoran kelebihan air pada permukaan beton harus sedikit saja.
Perhatian khusus harus diberikan untuk pengecoran beton disekeliling water-stop (jika
ada).
Pekerjaan pengecoran harus dilaksanakan sebaik-baiknya, dengan alat penggetar
vibrator (beton triller).
Bagian dalam dinding beton harus digetarkan dengan vibrator (biller) dan pada waktu
yang sama bekistingnya diketuk, diaduk atau dikerjakan dengan tongkat, sekop atau alat
garpu sampai betul-betul mengisi seluruh bekisting tersebut atau lubang galian dan
menutupi seluruh permukaan bekisting.
Kontraktor harus menggunakan alat vibrator (triller) berkecepatan tinggi yang bergetar
bagian dalamnya dari jenis “tenggelam’ yang dibenamkan, sehingga diperoleh hasil yang
baik dalam jangka waktu 15 (lima balas) menit setelah beton dengan konsisten yang
ditentukan dicor dalam cetakan.
Ujung beton triller tidak boleh sampai mengenai bekisting maupun pembesian. Harus
diperhatikan, jangan sampai terjadi penggetaran berlebihan ataupun dikerjakan
sedemikian rupa, sehingga menyebabkan pemisahan bahan beton ataupun gejala
timbulnya banyak air pada permukaan beton.

3.11. Proses Pengerasan.

Beton yang selesai dicetak harus dijaga tetap basah selama sekurang-kurangnya 14
(empat belas) hari setelah dicor, yaitu dengan penyiraman, karung goni yang dibasahi
atau dengan cara lain yang dapat dibenarkan.

3.12. Perawatan Beton.

Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap kerusakan akibat panas yang
berlebihan, kurangnya pembasahan, tegangan yang berlebihan atau hal lain, sampai saat
penyerahan pekerjaan oleh Kontraktor pada Direksi / Pejabat Pembuat Komitmen.
Perhatian khusus harus diberikan untuk menjaga agar beton tidak sampai mengering dan
menghindarkan permukaan beton menjadi kasar atau rusak.
Beton yang keadaannya seperti tertera dibawah ini harus diperbalki atau dlbongkar dan
dlganti dengan beton yang dapat disetujui oleh Direksi / Pejabat Pembuat Komitmen.
Semua biaya yang timbul ditanggung oleh Kontraktor.

Beton yang dimaksud tersebut diatas adalah :


3.12.1. Ternyata rusak.
39
3.12.2. Sejak semula cacat.
3.12.3. Cacat sebelum penyerahan pertama.
3.12.4. Menyimpang dari garis atau muka ketinggian yang telah ditetapkan.
3.12.5. Tidak sesuai dengan Rencana Kerja Dan Syarat-syarat (RKS).

3.13. Penyelesaian Permukaan Beton.

3.13.1. Penyelesaian Permukaan.

Semua permukaan atau permukaan yang dicetak harus dikerjakan secara


cerrnat sesuai dengan bentuk garis, kemiringan dan potongan sebagaimana
tercantum dalam gambar atau ditentukan olehDireksi/Pejabat Pembuat
Komitmen.
Permukaan beton harus bebas dari segala jenis kotoran, dalam bentuk apapun
dan harus merupakan suatu permukaa yang rapi, licin, merata dan keras.
Permukaan bagian atas beton yang tidak dibentuk harus dijadikan permukaan
yang seragam, kecuali bila ditentukan lain.
Selama beton masih plastis, tidak diizinkan adanya tambahan yang dicor secara
monolitas dengan beton dasarnya.
Dilarang menaburkan semua semen kering dan pasir diatas permukaan beton
untuk mengisap air yang berlebihan. Plat lantai dan bagian atas “exposed”
dinding harus dirapikan dengan menggunakan sendok aduk dan baja.

3.13.2. Perbaikan Cacat Permukaan.

Segera setelah cetakan dilepaskan, semua permukaan exposed (terbuka) harus


diperiksa secara teliti dan bagian yang tidak rata harus digosok atau diisi
dengan baik agar diperoleh suatu permukaan yang licin, seragam dan merata.
Perbaikan baru boleh dikerjakan setelah ada pemeriksaan dari Direksi / Pejabat
Pembuat Komitmen, pekerjaan perbaikan tersebut harus betul-betul mengikuti
petunjuk-petunjuk Direksi / Pejabat Pembuat Komitmen.
Beton yang menujukkan rongga-rongga, lubang, keropos atau cacat sejenis
lainnya harus dibongkar dan diganti. Semua perbaikan dan penggantian
sebagaimana diumikan disini harus dilaksanakan secepatnya oleh Kontraktor
atas biaya sendiri. Lubang bekas kerucut batang pengikat harus dihaluskan
sedemikian rupa sehingga permukaan dari lubang menjadi bersih dan kasar.
Kemudian lubang ini harus diperbaiki dengan suatu cara yang dapat disetujui
dengan menggunakan “aduk kering” (dry packed mortar).

Semua perbaikan harus dilaksanakan dan dibentuk sedemikian rupa, sehingga


pekerjaan yang diselesaikan sesuai dengan ketentuan pasal ini, tidak akan
mengganggu pengikatan, menyebabkan penurunan atau retak mendatar.

3.14. Pekerjaan Pembesian.

3.14.1. Lingkup Pekerjaan.

1. Kontrator harus menyiapkan, membengkokkan dan memasang besi sesuai


dengan apa yang tercantum didalam spesifikasi/gambar. Dalam pekerjaan
pembesian termasuk semua pemasangan karat beton, kaki ayam untuk
penyangga, beton dekking dan segala hal yang perlu serta juga
menghasiikan pekerjaan beton sesuai dengan pengalaman teknik yang
terbaik.
2. Gambar Kerja.
40
Sebelum pekerjaan pembengkokkan besi beton, Kontraktor harus terlebih
dahulu menyiapkan daftar pembesian, sketsa dan gambar
pembengkokkan besi dan menyerahkannya pada Direksi / Pejabat
Pembuat Komitmen. Persetujuan atas gambar keja oleh Direksi / Pejabat
Pembuat Komitmen terbatas pada pelaksanaan secara umum sesuai
dengan gambar sebagai lampiran Surat Perjanjian. Kontraktor
bertanggung jawab sepenuhnnya akan ketelitian ukuran dan detail akan
diperiksa dilapangan pada waktu pemasangan pembesian.
3. Standard.
Detail dan pemasangan pembesian harus sesuai dengan peraturan atau
standard yang berlaku.

3.14.2. Besi Beton.


Khusus untuk beton struktur (kolom, balok), besi beton sebagaimana yang
tertera didalam gambar dengan ukuran diameter dalam metric. Untuk tulangan
sengkang (beugel), besi beton yang digunakan besi beton poles atau ulir
sebagaimana dicantumkan dalam gambar.

3.14.3. Pekerjaan Pembengkokan Besi Beton.


Pekerjaan pembengkokan besi beton harus dilaksanakan dengan teliti sesuai
dengan ukuran yang tertera pada gambar dan atau sesuai dengan peraturan-
peraturan yang berlaku.
Harus diperhatikan khusus pada pembuatan beugel sehingga diperoleh ukuran
yang sesuai, tidak terlalu besar dari beton dekking yang semestinya. Besi beton
tidak boleh dibengkokan atau diluruskan sedemikian rupa, sehingga rusak atau
cacat.
Dilarang membengkok besi beton dengan cara pemanasan.
Batang dengan tekukan atau bengkokan yang tidak tercantum dalam gambar
tidak boleh dipakai.
Bengkokan atau hak harus dibengkok melingkar sebuah pasak dengan diameter
tidak kurang dari 5 kali diameter besi beton, kecuali untuk besi beton yang lebih
besar dari 25 mm, pasak yang digunakan harus tidak kurang dari 8 kali diameter
besi beton, kecuali bila ditentukan lain.
Beugel dan batang pengikat harus dibengkok melingkari sebuah pasak dengan
diameter tidak kurang dari 2 kali diameter minimum besi beton. Semua
pembesian harus mempunyai hak pada kedua ujungnya, bilamana tidak
ditentukan lain.

3.14.4. Syarat Pemasangan.

1. Pembesian.
Sebelum dipasang, besi beton harus bebas dari sisa logam, karatan dan
lapisan yang dapat merusak logam, atau mengurangi daya ikat. Bila
pengecoran beton ditunda, besi beton harus diperiksa kembali dan
dibersihkan.

2. Pemasangan.
Pembesian harus disetel dengan cermat sesuai dengan gambar dan diikat
dengan kawat atau jepitan yang sesuai pada persilangan dan harus
ditunjang dengan penumpu beton atau logam dan penggantung logam.
Jepitan atau penumpu logam tidak boleh ditekan menempel pada
bekisting. Kawat beton harus dibengkokkan kearah dalam bekisting,
sehingga diperoleh beton dekking yang telah ditentukan. Bilamana tidak
ditentukan lain, disamping perlengkapan yang biasa dipakai untuk

41
memegang pembesian secara kokoh pada tempatnya, harus dipakai
ketentuan berikut :
a. Dalam pelat batang tegak berdiameter 12 dengan jarak 80 - 100 cm,
untuk menunjang penulangan bagian atas.
b. Dalam dinding dengan 2 lapisan penulangan, pembagi jarak (spacer)
bertentuk U dan Z dengan diameter 8 mm, bejarak 180 -200 cm.

3. Beton dekking.

Bilamana tidak ditentukan lain dalam gambar, maka pembesian harus


dipasang dengan celah untuk beton dekking sebagai berikut :
a. Beton yang dicor pada tanah …………………………….. 8 cm.
b. Semua bidang yang kena air tanah ……………………… 5 cm.
c. Bagian atas plat bawah saluran yang tertutup balok dan
kolom yang tidak kena tanah atau air……………………. 4 cm.
d. Bidang yang kena udara semua bidang interior………… 1,5 cm.

4. Sambungan.

Bilamana tidak ditentukan lain, sambungan pembesian harus dibuat


dengan “overlap” minimum 40 kali diameter besi beton dan 60 kali
diameter besi beton untuk pembesian reservoir (jika ada). Panjang overlap
penyambungan untuk diameter yang berbeda, harus didasarkan pada
diameter yang besar, (panjang penyambungan sesuai pedoman yang
berlaku).
Sistim pembesian dari gedung secara keseluruhan harus dihubungkan
satu dengan lainnya dengan cara pengelasan guna untuk mendapatkan
hubungan hantaran listrik statis secara kontinyu pada seluruh pembesian
gedung.

5. Persetujuan dari Direksi / Pejabat Pembuat Komitmen.

Pemasangan pembesian harus diperiksa oleh Direksi / Pejabat Pembuat


Komitmen terlebih dahulu sebelum dilakukan pengecoran.Direksi/Pejabat
Pembuat Komitmen harus diberitahukan bila pemasangan pembesian
sudah siap untuk diperiksa.

3.15. Pekerjaan Bekisting.

3.15.1. Lingkup Pekerjaan.

Bekisting atau cetakan harus digunakan bila diperlukan membatasi adukan


beton dan membentuk adukan beton menurut garis dan permukaan yang
diinginkan. Kontraktor harus bertanggung jawab penuh atas perencanaan yang
memadai untuk seluruh bekisting.
Pada bagian-bagian tertentu Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen akan
memerintahkan Kontraktor untuk membuat shop drawing dari bekisting. Bila
bekisting membahayakan atau tidak memadai, maka bekisting tersebut dapat
ditolak oleh Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen, Kontraktor harus segera
membongkar dan memindahkan bekisting yang ditolak itu dari lokasi pekerjaan
dan menggantinya dengan yang baru.
Bekisting harus kuat dan stabil menahan goyangan pada waktu pengecoran.

42
3.15.2. Persyaratan Bahan.

1. Semua bahan yang akan digunakan/dipasang harus mendapat


persetujuan dari Direksi / Pejabat Pembuat Komitmen.
2. Papan bekisting harus terbuat dari plywood/lumbercore baru tebal 9 mm
yang diletakkan diatas balok-balok kayu .Plywood tersebut merupakan
product yang lazim digunakan sebagai bekisting . Sebagai penopang
digunakan perancah moduler dari besi (scaffolding) .Perancah kayu
apalagi dari bahan kayu Galam/kayu mangrove tidak diizinkan

3.15.3. Rencana.

1. Toleransi.
Toleransi yang diizinkan adalah + 3 mm untuk garis dan permukaan.
Bekisting harus demikian kuat dan kaku terhadap beban adukan beton
yang masih basah dan getaran terhadap beban konstruksi dan angin.
Bekisting harus tetap menurut garis dan permukaan yang disetujui oleh
Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen sebelum pengecoran.
2. Kedap air.
Bekisting harus kedap air, sehingga dijamin tidak akan timbul skip atau
adukan keluar pada sambungan atau cairan keluar bubur beton.
3. Penanaman pipa lain-lain.
Pipa, saluran dan lain-lainnya yang akan ditanam dan perlengkapan lain
untuk membuat lubang, saluran dan lain-lain harus dipasang kokoh dalam
bekisting, kecuali bilamana diperintahkan lain.

3.15.4. Pembongkaran.

1. Umum.
Bekisting harus dibongkar dengan statis, tanpa goncangan, getaran atau
kerusaken pada beton.
2. Saat pembongkaran bekisting.
Saat untuk membongkar bekisting tergantung dari persetujuan Direksi /
Pejabat Pembuat Komitmen, akan tetapi berikut ini adalah waktu minimal
pembongkaran bekisting dalam cuaca normal sebagai pedoman :

Bagian Pengerasan Secara Normal


1. Kolom, dinding dan sisi balok 4 hari
2. Plat 28 hari
3. Balok 28 hari

Adanya tabel ini tidak menghilangkan prasyarat persetujuan tertulis


dariDireksi/Pejabat Pembuat Komitmen untuk pembongkaran bekisting
dan scaffolding. Pembongkaran bekisting hanya dapat dilakukan bila telah
mendapat persetujuan tertulis dari Direksi / Pejabat Pembuat Komitmen .

43
Konstruksi Renovasi Rumah Dinas KPPN Palopo Persyaratan Teknis Mekanikal dan Elektrikal

Daftar Isi

IV. PEKERJAAN MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL ......................................... 2


1. U M U M .................................................................................................... 2
1.1. Pelaksanaan Pekerjaan. ................................................................ 2
1.2. Standard dan Referensl. ................................................................ 2
1.3. Gambar Kerja. ................................................................................ 2
1.4. Sub Kontraktor. .............................................................................. 2
1.5. Pengawasan. ................................................................................. 2
1.6. Pengujian. ...................................................................................... 3
2. LINGKUP PEKERJAAN. .......................................................................... 3
2.1. Pekerjaan Instalasi Listrik Dan Penerangan................................... 3
2.2. Pekerjaan lnstalasi Air Bersih dan Air Kotor/Bekas. ....................... 3
3. PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK DAN PENERANGAN ...................... 3
3.1. Umum............................................................................................. 3
3.2. Lingkup Pekerjaan.......................................................................... 4
3.3. Peralatan dan Bahan Panel. .......................................................... 4
3.5. Pelaksanaan. ................................................................................. 6
3.6. Pengujian. ...................................................................................... 7
3.7. Testing. .......................................................................................... 7
4. PEKERJAAN INSTALASI AIR BERSIH DAN AIR KOTOR/BEKAS ....... 8
4.1. Umum............................................................................................. 8
4.2. Lingkup Pekerjaan.......................................................................... 8
4.3. S i s t e m . ..................................................................................... 8
4.4. Material. ......................................................................................... 9
4.5. Pemasangan. ................................................................................. 10
4.8. Pengujian. ...................................................................................... 11
4.9. Ketentuan Tambahan. .................................................................... 11
5. METODA KONSTRUKSI .......................................................................... 12
5.1. Pipa Air Bersih ............................................................................... 12
5.2. Pipa Air Bekas
134
5.3. Pipa Air Kotor
155
5.4 STP BIOFILL .................................................................................. 15
5.5. Review. .......................................................................................... 16

1
Konstruksi Renovasi Rumah Dinas KPPN Palopo Persyaratan Teknis Mekanikal Dan Elektrikal

IV. PEKERJAAN MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL

1. UMUM

1.1. Pelaksanaan Pekerjaan.


Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal harus dilaksanakan oleh (Sub) Kontraktor
yang penanggung jawabnya memiliki Sertifikat Ahli dalam bidang Elektrikal .
Sub Kontraktor harus sudah mempunyai pengalaman kerja sejenis (bisa
dibuktikan) yang cukup untuk setiap pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Kontraktor Utama wajib menunjuk dan memakai Authorized Recommended
Representative setempat sebagai Sub Kontraktor pengadaan dan
pamasangan material Mechanical, Electrical, dan lain-lain yang ditetapkan
oleh Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen. Authorized Representative dari
agen pembuat barang dan peralatan tersebut diatas harus dilibatkan dan
mengawasi langsung tahap-tahap engineering, pemasangan, uji coba sampai
commisioning dan diserahkan ke Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen.

1.2. Standard dan Referensl.


Dalam pelaksanaan Mekanikal dan Elektrikal, selain RKS ini juga berlaku
ketentuan standard/referensi yang berlaku di Indonesia maupun di dunia
untuk Rumah / gedung sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan yang
ada dalam RKS ini. Dalam hal ada pertentangan maka persyaratan yang
lebih ketat akan mengikat

1.3. Gambar Kerja.


Lihat Bab I pasal pasal yang terkait / berhubungan .

1.4. Sub Kontraktor.


1.4.1. Sepanjang untuk mendapatkan mutu kerja yang lebih baik,
Kontraktor dapat menggunakan tenaga pembantu sebagai Sub
Kontraktor yang harus dimintakan persetujuan tertulis lebih dahulu
dan Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen.
1.4.2. Dalam hal ini tanggung jawab pekerjaan tetap pada Kontraktor
Utama,

1.5. Pengawasan.
1.5 1. Kontraktor Utama bertanggung jawab penuh atas hasil seluruh
pakerjaan.
1.5.2. Kontraktor wajib menempatkan tenaga ahli (Engineer) untuk
mengawasi setiap bagian pekerjaan.
1.5.3. Tenaga ahli tersebut harus selalu berada ditempat pakerjaan dan
atas persetujuan Site Manager mereka dapat mengambil keputusan-
keputusan untuk kelancaran pekerjaan.

2
1.6. Pengujian.

1.6.1. Sebelum serah terima saluruh instalasi, pertengkapan harus sudah


selesai diuji/testing dengan hasil yang baik aman dan handal.
1.6.2. Kontraktor bartanggung jawab atas pangadaan alat dan tenaga untuk
pengujian yang akan dilakukan.
1.6.3. Pengujian harus disaksikan dan disetujui oleh Konsultan Pengawas
dan Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen. Pemberitahuan
pelaksanaan pengujian kepada Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen
dan Konsultan Pengawas paling lambat 2 (dua) hari sebelumnya.
1.6.4. Konsultan Pengawas dan Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen berhak
memerintahkan kepada Kontraktor untuk melaksanakan pengujian
disetiap saat, apabila diperlukan atau diperkirakan pekerjaan sudah
dapat diuji.
1.6.5. Pengujian yang harus dilaksanakan, diuraikan lebih jelas pada setiap
pasal sesuai dengan jenis pekerjaan. Sebelum melakukan pengujian,
testing, preccommisioning dan commisioning. Kontraktor harus
mengajukan pengujian, testing procedure dengan sebutan Inspection
Test Plan (lTP) ke Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen untuk
persetujuan.
1.6.6. Bilamana terdapat hasil pengujian yang tidak baik, Kontraktor harus
segera memperbaiki dan kemudian melakukan pengujian ulang, atas
tanggung jawab Kontraktor.
1.6.7. Bilamana pengujian mendapatkan hasil yang memenuhi syarat
setelah 3 (tiga) kali diperbaiki, maka Kontraktor berkewajiban
membongkar pekerjaannya dan memulai pekerjaan tersebut dari
awal kembali hingga diperoleh hasil yang baik. Keseluruhan biaya
menjadi tanggung jawab Kontraktor.
1.6.8. Keterlambatan pekerjaan yang disebabkan karena pembongkaran
pekerjaan sepertl disebutkan diatas sepenuhnya menjadi tanggung
jawab Kontraktor.
1.6.9. Sebagai hasil pengujian dibuatkan Berita Acara Pengujian yang
ditanda tangani bersama oleh Plhak Kontraktor, Pihak Pemasok
Barang, Konsultan Pengawas dan Direksi/Pejabat Pembuat
Komitmen.

2. LINGKUP PEKERJAAN.
Lingkup pekerjaan Mechanical/Electrical meliputi :

2.1. Pekerjaan Instalasi Listrik Dan Penerangan.


2.2. Pekerjaan lnstalasi Air Bersih dan Air Kotor/Bekas.

3. PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK DAN PENERANGAN


3.1. Umum.
3.1.1. Pelaksanaan Pekerjaan.
Pekerjaan lnstalasi Listrik ini harus dilaksanakan oleh kontraktor
listrik yang penanggung jawabnya memiliki Sertifikat Keahlian.
Pelaksana teknik dari pekerjaan ini harus mempunyai sertifikat
keterampilan.

3
3.1.2. Standarisasi dan Referensi.
Dalam pelaksanaan pekerjaan instalasi listrik, selain RKS ini berlaku
katentuan standard/referensi berikut :
1. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 1987 .
2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik nomor
023/PRT/1978 tentang Peraturan lnstalasi Listrik (PIL) dan
nomor 024/PRT/1978 tentang Syarat-syarat Penyambungan
Listrik (SPL).
3. Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi nomor
02/P/M/PERTAMBEN/1983 tentang Standar Listrik Indonesia.
4. Peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh PLN Distribusi
setempat.
5. Peraturan/persyaratan yang dikeluarkan oleh Dinas
Keselamatan Kerja Depnaker.
6. Standar yang dikeluarkan oleh Association of German Electrical
Engineers (VDE), JIS. British Standard Associates dan
International Electrotechnical Commission (IEC), sepanjang
tidak bertentangan dengan PUIL 1987.
7. Peraturan/persyaratan dari pabrik pambuat peralatan yang
digunakan dalam pekerjaan ini.
8. Peraturan-peraturan dilingkungan Direksi/Pejabat Pembuat
Komitmen.

3.2. Lingkup Pekerjaan.


Pengadaan dan pemasangan dari perlengkapan, dan bahan yang disebutkan
dalam dokumen pelaksanaan, antara lain :
3.2.1. Kabel-kabel power dari sumber listrik yang ada di Box sikring.
3.2.2. Sistem penerangan secara lengkap diluar ataupun didalam
bangunan, termasuk didalamnya pengkawatan, titik nyala armature,
saklar dan seluruh stop kontak (outlet).
3.2.3. Pengadaan dan pemasangan armature atau lampu-lampu sesuai
dengan gambar rencana dan RKS.
3.2.4. Pengadaan dan pemasangan socket out let dan tenaga sesuai
dengan gambar rencana dan RKS.
3.2.5. Menyelenggarakan pemeriksaan, pengujian, dan pengesahan
seluruh instalasi listrik yang terpasang oleh instalasi yang
berwenang/PLN dan atau Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen.

3.2.10. Menyediakan gambar instalasi (as built drawing) yang terpasang,


dan surat jaminan instalatur rangkap 3 (tiga).

3.3. Peralatan dan Bahan Panel.


3.3.1. Kabel.
1. Untuk instalasi tegangan rendah digunakan jenis NYM 3 x 2.5
mm dengan tegangan kerja 0,6/l KV. Kabel yang digunakan
produk KABELINW, KABEL METAL, SUPREME KABEL, IKI atau
yang setara.
2. Letak penggunaan, ukuran kabel dan jumlah inti harus sesuai
gambar.

4
3. Tidak diperkenankan mengganti jenis, ukuran dan jumlah
terkecuali atas persetujuan Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen.

3.4.2. Pipa Pelindung/Konduit.


1. Untuk pelindung kabel yang tertanam dalam tembok digunakan
pipa PVC Conduit produk CLIPSAL, EGA dengan ukuran
diameter dalam pipa minimum 1,5 x diameter luar kabel atau
sesuai dengan gambar.
2. Harus dilengkapi dengan peralatan bantu yang sesuai dan
dipasang dengan cara yang benar.
3. Penggantian merk harus dengan persetujuan Perencana dan
Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen.
3.4.3. Lampu - lampu.
1. Lampu LED.
a. Lampu LED dirancang untuk suhu maksimum 90°C buatan
Philips atau yang setara.
b. Bentuk rumah lampu sesuai dengan petunjuk dalam gambar.
c. Body lampu buatan LED PHILIPS atau yang setara.

3.4.8. Saklar dan Stop Kontak


1. Saklar (plate switches).
a. Terbuat dari plastik putih tahan panas, type inbouw.
b. Dilengkapi box baja tebal minimum 1,5 mm.
c. Kemampuan kontak saklar minimum 10 Amps/250 Volts.
d. Buatan BROCO atau yang setara.
2. Stop kontak biasa 220 Volt (1 phasa).
a. Terbuat dari plastik putih tahan panas type inbow (bukaan
jenis claw-fix).
b. Dilengkapi box baja tebal minimum 1,5 mm.
c. Kemampuan stop kontak minimum 16 Amps/250 Volts dan
mempunyai terminal pentanahan.
d. Untuk stop kontak tenaga (1 phasa) dilengkapi pula dengan
saklar, lampu indikator dan plug (steker) yang dilengkapi
dengan fuse 16 Amp.
e. Buatan BROCO atau yang setara.

5
3.4.9. Exhaust Fan.
1. Jenis fan bertekanan dengan debit udara sesuai dengan gambar.
2 . Cocok untuk pemasangan dengan atau tanpa duct.
3. Dan dapat dipasang dalam segala posisi (vertikal, horizontal dan
menyudut).
4. Motor terlindung dengan baik dan tahan terhadap pengaruh iklim,
bebas perkaratan, kuat dan tahan lama.
5. Tidak berisik, konstruksi fan kokoh dan mudah untuk
pembersihan/ perawatan serta tetap bertenaga walau dalam
keadaan dibawah tekanan statistik.
6. Arah aliran udara dapat dibalik (exhause/intake) dengan
membalik arah putaran atau kedudukan sudut/blade.
7. Dilengkapi dengan shutter atau diffuser yang terbuat dari
aluminium anodizet, disamping itu untuk pembuangan udara
diluar bangunan digunakan grille yang terbuat dari bahan yang
sama.
8. Produk dari National, Sanyo atau Maspion.

3.4.10. Perlengkapan Instalasi.


1. Perlengkapan instalasi yang dimaksud adalah material-material
untuk melengkapi instalasi agar diperoleh hasil yang memenuhi
persyaratan, handal dan mudah perawatan.
2. Saluran Klem kabel yang digunakan harus buatan pabrik.
3. Seluruh kabel instalasi dilindungi dengan konduit PVC dari produk
EGA atau yang setara.
4. Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam junction
box/memakai sistim terminal does, yang sesuai dengan konduit
yang digunakan warna kabel harus sama.
5. Junction box/doss yang digunakan harus cukup besar dan
dilengkapi tutup.
6. Junction box/doss yang digunakan dari merk EGA, atau yang
setara.

3.5. Pelaksanaan.
3.5.1. lnstalasi Penerangan dan Stop Kontak.
1. Kebutuhan penerangan untuk arena tembak adalah 300 lux,
namun effek silau harus dihindari pada daerah sasaran/target
harus diterangi hingga minimum 1500 lux
2. Letak lampu dan stop kontak sesuai dengan kondisi setempat,
apabila tejadi kesukaran dalam menentukan letak tersebut, dapat
meminta petunjuk Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen.
3. Umumnya ketinggian saklar dari lantai 150 cm, sedangkan
ketinggian stop kontak adalah 30 cm. Kecuali pada tempat-
tempat tertentu (misalnya : kamar tidur, dapur dll). Ketinggian
stop kontak tenaga disesuaikan dengan letak peralatan yang
akan dihubungkan.
Semua tarikan kabel yang tidak tertanam harus menggunakan rak
kabel atau tangga kabel. Kabel ini harus diletakan secara teratur

6
dan diikatkan pada rak kabel dengan menggunakan cable-tie,
serta disusun sehingga tidak saling tindih.
4. Semua jalur kabel yang menembus permukaan metal (plat) harus
digunakan pelindung, gland-cable.
5. Pemasangan pipa pelindung/conduit yang berada dalam kolom
dan pelat beton harus dilaksanakan sebelum pengecoran. Pipa
pelindung tersebut dilengkapi kawat panting dan dijaga agar tidak
pecah atau bocor.
6. Pemasangan pipa pelindung/conduit yang berada dalam dinding
bata harus dilaksanakan sebelum dinding diplester.
7. Tidak diperkenankan meng-klem kabel kerangka plafon. Bila jarak
rak kabel ketitik penerangan cukup jauh, harus digunakan pipa
pelindung/PVC berikut accessories dan di-klem pada plat beton
diatasnya.
8. Sambungan dan pencabangan kabel hanya diperkenankan dalam
junction box/does yang sesuai dengan conduit yang dipakai.
Penyambungan hanya diijinkan dengan sistim terminal atau jepit
9. Semua armature lampu harus dipasang sesuai petunjuk dalam
gambar, bilamana tidak ditunjukkan dalam gambar maka
Kontraktor harus mengajukan gambar kerja cara-cara
pemasangan lampu tersebut untuk mendapatkan persetujuan.

3.5.2. Pemasangan Exhaust Fan.


1. Letak exhaust fan seperti petunjuk dalam gambar dan
disesuaikan dengan kondisi setempat, apabila terjadi kesukaran
dalam menentukan letak tersebut dapat dimintakan petunjuk dari
Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen.
2. Pemasangan exhaust fan, pada plafon harus rapi dan kuat
menggunakan frame dari aluminium atau plat dicat dengan
ukuran yang sesuai dengan fan yang digunakan. Sedangkan
pemasangan.

3.6. Pengujian.
Pengujian yang harus dilaksanakan adalah sebagai berikut :
3.6.1. Pengujian tahanan instalasi.
3.6.2. Pengujian instajasi keseluruhan.
3.6.3. Pengujian tahanan pentanahan.
3.6.4. Uji operasi 3 x 24 jam dengan beban penuh.
Setiap tahapan pengujian harus dilengkapi dengan berita acara yang ditanda
tangani oleh Pengawas, Kontraktor dan Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen.

3.7. Testing.
31.7.1. Pengertian Umum.
Setelah pekerjaan listrik seluruhnya diselesaikan oleh Kontraktor,
maka harus dilakukan test.
3.7.2. Commisioning/Testing.
Commisioning/Testing ini meliputi test sebagai berikut :
1. Beban kosong (No Load)
No Load Test.
Test ini dilakukan tanpa beban, artinya di test satu persatu :

7
1. Penerangan/lampu-lampu.
2. Test socket out let phase-not apakah benar 220 V dan periksa
adakah kebocoran sistem pengkabelan/isolasinya.
Test ini meliputi :
1. Test nyala lampu-lampu secara keseluruhan.
2. Test semua peralatan alat-alat listrik, dengan jalan dioperasikan
dihidupkan dan dimatikan dari saklar pemutus maupun dari tiap-
tiap circuit breaker.
Lamanya test ini harus dilakukan 3 x 24 jam non-stop dengan beban
penuh dan semua biaya dan tanggung jawab teknik sepenuhnya
menjadi beban Kontraktor, dengan schedule pengaturan waktu yang
disepakati Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen, terkecuali daya listrik
yang diperlukan untuk testing tersebut disediakan oleh
Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen.
Selesai test 3 x 24 jam harus dibuatkan Berita Acara test 3 x 24 jam
untuk lampiran penyerahan pertama pekerjaan.

4. PEKERJAAN INSTALASI AIR BERSIH DAN AIR KOTOR/BEKAS

4.1. Umum.
Didalam pelaksanaan pekerjaan sistem dan instalasi air bersih, air kotor atau
disebut plumbing ini berlaku peraturan-peraturan sebagai berikut :
4.1.1. Pelaksanaan lnstalasi Air Bersih, Air Kotor, Air Buangan harus
dilaksanakan oleh Sub Kontraktor Specialis yang tergabung dalam
AKAINDO dan mendapat persetujuan Direksi/Pejabat Pembuat
Komitmen.
4.1.2. Pedoman Plumbing Indonesia 1979.
4.1.3. Pemeriksaan umum untuk pemeriksaan bahan-bahan bangunan NI-3
(PUBB) 1969.
4.1.4. Peraturan standar air buangan.

4.2. Lingkup Pekerjaan.


Meliputi penyediaan instalasi air bersih, pengelolaan air kotor dan drainase
air hujan, termasuk pemilihan dan pengadaan material, pemasangan,
pembangunan, pengujian material dan sistem, trial run, untuk seluruh sistem
sehingga dapat berjalan dengan baik sesuai gambar rencana dan
persyaratan ini. Sistem dan unit-unitnya meliputi :
4.2.1. Jaringan pipa air bersih untuk diluar dan didalam bangunan.
4.2.2. Jaringan pipa-pipa dan saluran, untuk pembuangan air hujan dari
atap serta halaman dan menyalurkan menuju drainase utama.
4.2.4. Jaringan pipa-pipa air kotor didalam bangunan.
4.2.5. Penyambungan pipa air bersih dari jalur pipa air bersih utama.
4.2.6. Unit pengolahan air kotor, berupa tangki septic yang dilengkapi
dengan resapan
4.3. Sistem.
4.3.1. Air bersih.
Air bersih diperoleh dari jalur utama pipa air bersih disalurkan ke
fixture-fixture melalui pipa GIP sesuai dengan gambar rencana.

8
4.3.2. Air buangan.
Air buangan dari bak kamar mandi dan pengering lantai, disalurkan
dengan pipa-pipa dan saluran terpisah menuju kesaluran drainage
utama.
4.3.3. Air kotor.
Air kotor yang berasal dari kakus (WC) disalurkan dengan pipa
menuju keinstalasi pengolahan air kotor/septic tank atau biofill untuk
diolah secara biologis dimana kotoran padat yang sudah tidak septic
dapat diambil dan kotoran cair dialirkan kebidang peresapan.
Saluran air kotor tiap lantai ditiap fixture unit dilengkapi dengan leher
angsa untuk mencegah bau dan untuk semua saluran air kotor tiap
lantai dilengkapi dengan pipa sirkulasi udara (ventilasi). Sedangkan
air buangan urinoir disalurkan langsung kebidang peresapan pada
unit septic tank.
4.3.5. Fixing Pasangan Pipa Pembuangan, Pipa lnstalasi dan Semua
Sistem Pipa lnstalasi Plumbing.
1. Pada prinsipnya semua pipa instalasi plumbing (pembuangan dan
supply) harus terpasang kokoh, tegak Iurus, kuat dan tidak bisa
bergerak, diklam dengan Dyna Bolt ke dinding beton.
2. Hal ini berlaku bukan saja pada pipa yang tertanam didinding
atau didalam tanah serta didalam beton, tetapi juga didalam
ruang Shaft.
3. Alat penyambung harus berasal dari material yang sama.
4. Sambungan pipa GlP/Ductlle Cast Iron dilakukan dengan sistem
“Mechanical Joint” dengan Rubber Ring.
5. Sambungan dilakukan dengan ulir (screw) yang kuat dan kedap
air. Sebelum dilakukan penyambungan harus dilapisi dengan
pita/tape isolasi khusus.
6. Pipa tegak dipasang dengan support besi plat ukuran minimal
65x65x6 dan jarak antar Support maximal 2,50 m support
tersebut harus tertanam kokoh ke dinding/beton.
Kontraktor wajib membuat shop drawing sebelum memasang/
melaksanakan pekerjaan ini dan shop drawing tersebut harus
mendapat persetujuan tertulis sebelumnya dari Direksi/Pejabat
Pembuat Komitmen.

4.4. Material.
Material yang dipakai harus baru serta memenuhi persyaratan dan gambar
rencana. Untuk itu pelaksana harus menyediakan contoh-contoh sebelum
pemasangan guna mendapatkan persetujuan Direksi/Pejabat Pembuat
Komitmen. Material-material yang dipakai meliputi :
4.4.1. Pipa - pipa.
Untuk air bersih digunakan pipa PVC klas AW, sedang untuk pipa air
buangan dan air kotor digunakan pipa PVC klas AW (8 kg/cm2)
dengan sambungan Soivent Cement (perekat) yang sesuai untuk
jenis pipa PVC. Sambungan antara pipa berlainan jenis dilakukan
dengan menggunakan adaptor atau coupling.
Sebelum penyambungan dilakukan permukaan yang akan berkontak
harus dibersihkan terlebih dahulu denganaamplas dan atau lap

9
kering, baru boleh dilapisi dengan solvent cement. Untuk pipa-pipa
talang tegak air hujan digunakan pipa GIP Medium Class.

4.4.2. Alat-alat bantu (accesories).


Alat bantu untuk semua pipa harus digunakan dari bahan-bahan
sejenis. Untuk pipa tegak dilengkapi dengan double nipple ditiap
lantai pada pipa galvanized guna memudahkan perbaikan.

4.5. Pemasangan.
4.5.1. Pemasangan Pipa.
1. Pemasangan pipa dan perlengkapannya serta peralatan lainnya
harus sesuai dengan gambar rencana dan penyambungan
kedap air dilengkapi dengan sealing tape.
2. Pada tempat-tempat tertentu dilengkapi dengan sambungan
ekspansi.
3. Setiap belokan, valve dan pencabangan harus dilengkapi
angkur beton.
4. Harus dilengkapi dengan wash out dan air valve.
5. Pipa ditanam didalam tanah, pada dasar galian perlu dihampar
dengan pasir yang dipadatkan setebal 10 cm.
6. Pada tempat-tempat persilangan dengan perkerasan jalan atau
tempat parkir, semua pipa harus diperkuat dengan mantel agar
pipa terhindar dari tekanan bebas langsung.
7. Semua jaringan pipa dilengkapi dengan :
a. Valve, air valve, wash out, untuk air bersih.
b. Clean out, vent, valve, wash out untuk jaringan pipa air
kotor.
8. Semua ujung akhir yang tidak dilanjutkan lagi harus ditutup
dengan dop/plug atau blank flange.
9. Kedalaman ulir pipa harus dibuat sehingga fitting dapat masuk
pada pipa dengan diputar tangan sebanyak minimum 3 ulir.
10. Semua pemotongan pipa harus memakai pipa cutter dan harus
rapi.
11. Semua pipa harus dipasang lurus sejajar dengan
dinding/bagian dari bangunan pada arah horizontal maupun
vertikal.
12. Sebelum pipa dipasang, support harus dipasang dulu dalam
keadaan sempurna.

4.5.2. Saluran Air Hujan dan Drainase.


1. Saluran-saluran drainase dan air hujan dipasang pada kemiringan
dasar antara 1% sampai 2%. Untuk itu pelaksana diwajibkan
mengontrol peil atau ketinggian dasar saluran, bagian-bagian
saluran, bak kontrol sesuai dengan gambar.

2. Untuk saluran-saluran tertutup yang melintasi perkerasan jalan


atau parkir harus diberi penguat mantel atau casing untuk
menahan beban diatasnya. Untuk saluran terbuka ditempat yang

10
sama harus dilengkapi dengan grill dari Galvanized Searted
Grating.

4.5.3. Unit Pengolahan Air Kotor.


Penempatan unit pengolahan air kotor adalah sesuai dengan gambar
rencana.
Pelaksanaan harus memperhatikan tata letak dan peil/ketinggian
tanah yang ada.

4.8. Pengujian.
4.8.1. U m u m.
1. Semua biaya dan peralatan yang diperlukan untuk melakukan
pengujian disediakan oleh Kontraktor.
2. Kontraktor harus memberitahukan kepada Direksi/Pejabat
Pembuat Komitmen paling lambat 3 (tiga) hari kerja sebelum
mulai pelaksanaan pengujian.
3. Jika masih ada kebocoran atau belum berfungsinya suatu sistem
dengan baik maka Kontraktor harus memperbaiki peralatan
tersebut dan mengulangi pengujian lagi.
4. Alat-alat bantu untuk pengujian (antara lain manometer, pompa-
pompa dan lain-lain), harus dalam keadaan baik dan ditera
secara resmi.
4.8.2. Pipa dan jaringan pipa.
1. Untuk pipa air bersih, pengujian dilakukan dengan ketentuan 2
(dua) kali tekanan kerja selama 2 (dua) jam tanpa ada penurunan
tekanan uji. Dalam hal ini tekanan uji saluran air bersih = 8 atm.
Selanjutnya sebelum pipa dan jaringan pipa siap untuk pertama
kalinya dioperasikan, maka pelaksana wajib melakukan
“definfektansi” terfebih dahulu (dengan desfinfektansi yang
disetujui). Pada prinsipnya pengetesan dilakukan dengan cara
bagian perbagian atau panjang pipa maksimum 100 m.
2. Untuk pipa air kotor, air buangan dan ventilasi pengujian
dilakukan dengan memakai asap yang keluar dari bangunan
selama 2 x 30 menit tanpa ada kebocoran disemua sambungan.
Bila terdapat kebocoran-kebocoran, test dengan air sabun.
3. Sebelum pengujian dilakukan, tiap seal (leher angsa) diisi air dan
clean out pipa ventilasi dalam keadaan tertutup.

4.9. Ketentuan Tambahan.


4.9.1. Training.
Kontraktor harus memberikan training bagi operator minimal 3 (tiga)
orang yang ditunjuk oleh Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen,
sebelum penyerahan pertama pekerjaan.
4.9.2. Masa Pemeliharaan.
Selama mase pemeliharaan pelaksana diwajibkan untuk :

1. Menyempurnakan dan memperbaiki kekurangan-kekurangan


yang ada (bukan diakibatkan oleh kesalahan operator).
2. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan berkala.

11
3. Menyerahkan gambar-gambar instalasi terpasang, buku
pedoman/ brosur, cara operasi dan pemeliharaan sebanyak 1
(satu) set untuk perencana dan 3 (tiga) set untuk Direksi/Pejabat
Pembuat Komitmen.

4. METODA KONSTRUKSI
5.1. Pipa Air Bersih
5.1.a. Semua pipa air bersih dari jenis Galvanized Steel Pipe
(GSP), Medium Class dan Polyethylene (PE) , diameter
mengikuti gambar perencanaan.
5.1.b. Fitting : diameter semua fitting harus sama dengan
diameter pipa.
5.1.c. Pemasangan pipa didalam tanah
Pipa dipasang dan ditanam di bawah tanah / lantai /
peralatan parkir dengan kedalaman  60 cm diukur dari
pipa bagian atas sampai permukaan tanah / lantai pada
peil yang terendah.
Sebelum pipa ditanam, maka dasar galian harus diurug
dahulu dengan pasir padat setebal 10 atau 5 cm,
selanjutnya setelah pipa diletakkan, disekeliling dan diatas
pipa diurug kembali dengan pasir setebal 10 atau 5 cm,
kemudian diurug kembali dengan tanah urug sampai
padat.
Apabila dijumpai perletakan pipa melintasi jalan kendaraan
karena dalamnya galian tidak memenuhi syarat (80 cm),
maka pipa pada bagian pengurugan teratas harus
dilindungi dengan plat beton tulang setebal 10 atau 5 cm
yang dipasang sedemikian rupa sehingga plat beton tidak
tertumpu pada pipa, untuk selanjutnya diurug sampai
padat.
Pipa hendaknya dibalut dengan aspal dan karung goni
untuk mencegah korosi. Urugan kembali dilakukan segera
setelah pipa terpasang, namun ditempat-tempat
sambungan dibiarkan terbuka, dan baru diurug setelah
hasil test ternyata baik
Tiap 2 (dua) batang pipa, sambungan dilakukan secara
flange, untuk memudahkan pemeliharaan dan penggantian
pipa, sehingga tidak perlu membongkar semua jalur pipa.
Tiap sambungan pipa diberi penyangga dari beton tumbuk,
untuk menghindari lenturan pipa.
5.1.e. Pemasangan pipa didalam bangunan
- Pipa tegak didalam tembok/lantai
Pipa tegak yang menuju ke fixture harus ditanam di
dalam tembok/ lantai. Kontraktor harus membuat alur-
alur dan lubang-lubang yang diperlukan pada tembok
sesuai kebutuhan pipa.
Setelah pipa dipasang, diklem dan diuji, harus ditutup
kembali sehingga pipa tidak kelihatan dari luar. Cara
penutupan kembali harus seperti semula dan finish

12
yang rapi sehingga tidak terlihat bekas-bekas dari
pembobokan.
5.1.f. Sambungan Pipa
Semua pipa dengan garis tengah sampai 2” (5 cm) dipakai
sambungan ulir (screw), ujung dalam pipa dan ulir tersebut
harus diream agar beram / gram yang ada di pipa hilang.
Semua pipa sebelum disambung, bagian dalam pipa harus
dibersihkan dahulu.
Pipa yang disambung dengan ulir (Screw) harus
menggunakan seal tape agar tidak bocor.
Pipa dengan garis tengah 2,5” ke atas harus memakai
sambungan flens dan diantara flens tersebut harus
dipasang packing pencegah kebocoran.
5.1.g. Pengetesan pipa/pengujian
Setelah pipa terpasang, maka dilakukan pengujian
terhadap kebocoran sebagai berikut :
1. Pengujian pertama dilakukan bagian demi bagian,
dengan panjang rata-rata 100 m.
2. Tidak boleh diikutsertakan dalam test : valves, dan alat-
alat sanitair.
3. Ujung pipa ditutup dengan dop.
4. Pengujian menyeluruh dilakukan setelah semua system
terpasang, tanpa mengikutsertakan valve dan alat-alat
sanitair.
5. Tekanan yang dikenakan menggunakan pompa test
atau test rump, sampai tekanan 12 kg/cm2, harus
bertahan selama 12 jam tanpa boleh ada penurunan.
6. Bila ada penurunan tekanan test, harus diperbaiki dan
ditest ulang sampai berhasil baik.
5.1.h. Pengujian Sistem Kerja :
Pada akhir kegiatan pemasangan pipa air bersih harus
dilakukan Trial Run atau percobaan jalan, yang disaksikan
oleh Manajemen Proyek, meliputi :
1. Percobaan membuka semua kran secara bergantian,
apakah airnya keluar / mengalir dengan baik.
2. Percobaan membuang air di water closet, apakah
kemudian reservoir water closet terisi lancar dan
berhenti setelah isi reservoir water penuh.
3. Percobaan semua push kran pada urinal, apakah
mengalir dengan baik.
4. Percobaan untuk semua system supply air.

5.2. Pipa Air Bekas


5.2.a. Semua pipa air bekas terbuat dari bahan PVC AW dengan
kemampuan tekanan 10 kg/cm2.
5.2.b. Alat-alat bantu pipa harus menggunakan bahan yang sama
dengan bahan pipanya dan hendaknya digunakan jenis
injection mold serta direkatkan ke pipa menggunakan lem
khusus untuk bahan PVC.

13
Pipa dengan diameter 3 inch atau lebih, harus disambung
dengan Rubbering Joint, pipa dengan diameter kurang dari
3 inch disambung dengan solvent cement/perekat.
Pipa yang harus disambung dengan solvent cement harus
dibersihkan terlebih dahulu sehingga bebas dari kotoran
dan lemak. Pembersihan tersebut dilakukan terhadap
permukaan dan dalam pipa yang akan saling melekat.
Pada waktu pelaksanaan penyambungan, bagian dalam
pipa yang akan disambung harus bebas dari benda-
benda/kotoran yang dapat mengganggu kelancaran air
didalam pipa.
5.2.c. Pemasangan pipa didalam tanah
a. Pipa didalam tanah
Pipa dipasang dan ditanam dibawah permukaan
tanah/jalan dengan tebal/tinggi timbunan minimal 80 cm
diukur dari atas pipa sampai permukaan tanah/lantai.
Sebelum pipa ditanam pada dasar galian harus diurug
dahulu dengan pasir padat setebal 10 cm, selanjutnya
diurug kembali dengan pasir setebal 15 cm kemudian
diurug dengan tanah sampai padat. Konstruksi
permukaan tanah/lantai bekas galian harus
dikembalikan seperti semula.
b. Penanaman Pipa
Dasar dari lubang parit harus diratakan dan dipadatkan
pada tiap-tiap sambungan pipa harus dibuat galian
yang dalamnya 50 mm. Untuk menempatkan
sambungan pipa pada bagian yang membelok ke atas
(vertical) harus diberi landasan dari beton. Dalamnya
perletakan pipa disesuaikan dengan kemiringan 1% -
2% dari titik mula didalam gedung sampai kesaluran
drainage.

14
5.2.d. Pengujian Pipa
Pipa air bekas setelah terpasang keseluruhan, diisi air
sampai penuh, bagian bawah pipa ditutup dengan dop,
kemudian diamati selama 24 jam, permukaan air tidak
boleh turun. Apabila terjadi kegagalan, harus diperbaiki
dan ditest ulang sampai sempurna.
5.2.e. Percobaan Jalan atau Trial Run
Setelah semua alat-alat sanitair terpasang diadakan
pengujian semua system dengan disaksikan Manajemen
Proyek, meliputi :
1. Apakah air bekas segera masuk ke floor drain dan tidak
terjadi genangan-genangan d lantai toilet/kamar
mandi/WC/lantai wastafel.
2. Apakah air bekas dari wastafel segera turun dan tidak
terjadi pembuangan yang tidak lancar, karena
tersumbatnya pipa air bekas dari pipa hawa.
3. Apakah tidak terjadi kebocoran-kebocoran yang
diakibatkan karena revisi pipa, setelah test kebocoran
dinyatakan baik.

5.3. Pipa Air Kotor


5.3.a. Semua pipa air kotor menggunakan pipa PVC Klas AW,
tekanan sampai 10 kg/cm2.
5.3.b. Alat-alat bantu pipa harus menggunakan bahan yang sama
dengan pipanya, dan hendaknya digunakan jenis injection
mold, dan direkatkan ke pipa menggunakan lem khusus
untuk bahan PVC.
Pipa dengan diameter 3” atau lebih, harus disambung
dengan rubbering joint, pipa dengan diameter kurang dari
3” disambung dengan solvent cement/perekat.
Pipa yang harus disambung dengan solvent cement harus
dibersihkan terlebih dahulu sehingga bebas dari kotoran
dan lemak. Pembersihan tersebut dilakukan terhadap
permukaan dan dalam dari pipa yang akan saling melekat.
Pada waktu pelaksanaan penyambungan, bagian dalam
pipa yang akan disambung harus bebas dari benda-
benda/kotoran yang dapat mengganggu kelancaran air
didalam pipa.

5.3.c. Pemasangan pipa didalam tanah


1. Pipa didalam tanah
Pipa dipasang dan ditanam dibawah permukaan
tanah/jalan dengan tebal/tinggi timbunan minimal 80 cm
diukur dari atas pipa sampai permukaan tanah/lantai.
Sebelum pipa ditanam pada dasar galian harus diurug
dahulu dengan pasir padat setebal 10 cm, selanjutnya
diurug kembali dengan pasir setebal 15 cm kemudian
diurug dengan tanah sampai padat. Konstruksi
permukaan tanah/lantai bekas galian harus
dikembalikan seperti semula.

15
2. Penanaman Pipa
Dasar dari lubang parit harus diratakan dan dipadatkan
pada tiap-tiap sambungan pipa harus dibuat galian
yang dalamnya 50 mm. Untuk menempatkan
sambungan pipa pada bagian yang membelok ke atas
(Vertika) harus diberi landasan dari beton.
Dalamnya perletakan pipa disesuai dengan kemiringan
1% - 2% dari titik mula didalam gedung sampai ke
saluran drainage.
3. Untuk perlengkapan pipa melintas jalan kendaraan
karena galian tidak memenuhi syarat (kurang dari 80
cm), maka pada bagian atas pipa harus dilindungi plat
beton bertulang dengan tebal 10 cm, plat beton
tersebut tidak tertumpu pada pipa.
5.3.d. Pengujian Pipa
Pipa air kotor setelah terpasang keseluruhan, diisi air
sampai penuh, bagian bawah pipa ditutup dengan dop,
kemudian diamati selama 24 jam, permukaan air tidak
boleh turun. Apabila terjadi kegagalan, harus diperbaiki
dan ditest ulang sampai sempurna.
5.3.e. Percobaan Jalan atau Trial run
Setelah semua alat-alat sanitair terpasang diadakan
pengujian semua system dengan disaksikan Manajemen
Proyek, meliputi :
1. Apakah air bekas segera masuk ke floor drain dan tidak
terjadi genangan-genangan di lantai toilet/kamar
mandi/WC/lantai wastafel.
2. Apakah ada ketidak lancaran air kotor, yang
dikarenakan pipa mampet atau pipa hawa terganggu.
3. Apakah urinal segera mengalirkan air lewat pipa
pembuangan dibawahnya.
4. Apakah ada kebocoran-kebocoran baru yang terjadi
sesudah test pipa.

5.4 STP BIOFILL


Adalah suatu jenis pengolahan air limbah yang sangat sederhana
yang sangat mirip dengan system pengalahan air limbah.
 Tangki dibuat dari bahan Fibre Glass yang dapat ditanam dalam
tanah.
 Tangki terdiri dari Solid Separation Chamber, Anoxic Chamber,
Anaerobic Chamber Biocell Type L dan Second Anaerobic
Chamber Biocell Type L dan langsung dapat dibuang ke saluran
kota.
 Tangki mempunyai manhole yang cukup untuk pemeliharaan
dan penyedotan Lumpur non aktif.
 Kapasitas dari STP sesuai dengan Gambar Perencana.
5.4.1 Alat-Alat Sanitair
5.4.a. Alat-alat sanitair dipasang sesuai ketentuan pabrik
pembuat dan memperhatikan instruksi-instruksi
Manajemen Proyek. Pemasangan harus rapi, disesuaikan

16
dengan nat dari lantai dan dinding kamar mandi, WC atau
ruangan toilet.
5.4.b. Floor drain dipasang pada sparing di lantai yang telah
tersedia, kemudian dilakukan grounding dengan beton
untuk mencegah kebocoran. Pipa-pipa yang digunakan
dilengkapi dengan water stop.
5.4.c. Joint dengan pipa-pipa air bekas atau pipa air kotor
menggunakan T – Y (Tee – Way).

5.5. Review.

Segala sesuatu yang belum diatur dalam persyaratan teknis wajib


dikonsultasikan dengan Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen terlebih dahulu
agar dapat dikeluarkan ketetapannya.

17

Anda mungkin juga menyukai