(RPP-1)
: SMP Negeri 5 Kediri
Satuan Pendidikan : Pendidikan Agama Islam
Mata Pelajaran : VII (Tujuh) / Ganjil
Kelas / Semester : Semua Bersih Hidup Jadi Nyaman
Materi Pokok : 1 pertemuan (3 x 40 menit)
Alokasi Waktu
1 1.7 Menghayati ajaran bersuci 1.7.1. : Menghayati ajaran bersuci dari hadas
dari hadas kecil dan hadas kecil berdasarkan syariat Islam
besar berdasarkan syariat
Islam. 1.7.2 : Menghayati ajaran bersuci dari hadas
besar berdasarkan syariat Islam
2 2. 7 Menghayati perilaku hidup 2.7.1 : Menunjukkan hidup bersih dalam
bersih sebagai wujud kehidupan sehari-hari
ketentuan bersuci dari hadas
besar berdasarkan ketentuan 2.7.2 : Membuktikan dengan bersuci akan banyak
syari‟at Islam. teman
4 4.7 Mempraktikkan tata cara 4.7.1 : Menampilkan praktek tentang tata cara
bersuci dari hadas kecil dan berwudu yang baik dan benar
hadas besar 4.7.2 : Menampilkan praktek tentang tata cara
berwudu yang baik dan benar
C. MATERI PEMBELAJARAN:
Di Lampiran
D. METODE PEMBELAJARAN:
1. Pendekatan Scientific, TPACK
2. Model pembelajaran discovery Learning
3. Proses Kegiatan Pembelajaran Luring diskusi, drill, dan demontrasi
E. SUMBER BELAJAR
1. Buku Pelajaran Paket PAI Kelas VII, media Internet, Blog Pendidikan.
2. Referensi dari internet yang sesuai materi pokok, website yang sesuai atau liner dengan materi.
F. MEDIA PEMBELAJARAN
1. Media
a. Video Pembelajaran
b. Tempat Wudhu
c. Air dan benda untuk bersuci yang lain
2. Alat
a. Komputer/ Laptop
b. LCD Projector
c. Air
b. Penilaian diri
1. Petunjuk : Isilah kolom dibawah ini dengan menyebutkan contoh hadas kecil atau hadas besar
dan cara menyucikanya.
Nama : .............................
Kelas : .............................
Semester : .............................
Peristiwa Yang Terjadi Cara
Jenis Hadas
NO menyucikanya
1
2
3
4
5
Instrumen Terlampir
2. Penilaian pengetahuan
a. Kolom pilihan ganda : jumlah jawaban benar x 1 (maksimal 10 x 1= 10)
b. Tugas
No.
Rubrik Penilaian Skor
Soal
Instrumen Terlampir
c.Tugas
1) Tugas Individu
a. Jika peserta didik dapat mengumpulkan tugasnya tepat pada waktu yang ditentukan dan
perilaku yang diamati serta alasanya benar, skor 100.
b. Jika peserta didik dapat mengumpulkan tugasnya setelah waktu yang ditentukan dan perilaku
yang diamati serta alasanya benar, skor 90.
c. Jika peserta didik dapat mengumpulkan tugasnya setelah waktu yang ditentukan dan perilaku
yang diamati serta alasanya sedikit ada kekurangan, skor 80.
2) Tugas Kelompok
a. Jika peserta didik dapat menuliskan/ mempresentasikan tentang tata cara shalat berjama‟ah
dengan sempurna, nilai 100
b. Jika peserta didik dapat menuliskan/ mempresentasikan tentang tata cara shalat berjama‟ah
kurang sempurna, nilai 90
3. Penilaian keterampilan
Praktik Bersuci/ Thaharah
Aspek Tindak
Jml Ketuntasan
No Nama siswa Penilaian Nilai Lanjut
Score
1 2 3 4 T TT R P
1
2
3
4
5
Instrumen Terlampir
Keterangan:
T : Tuntas mencapai nilai ..... ( disesuaikan dengan nilai KKM )
TT : Tidak Tuntas jika nilai yang diperoleh kurang dari nilai KKM
R : Remedial
P : Pengayaan
4. Terib : Skor 20
a. Jika peserta didik melaksanakan praktik tayamum/wudlu‟ dengan tertib, Skor 20
b. Jika peserta didik melaksanakan praktik tayamum/wudlu‟ tidak tertib, Skor 10
Nama :
Kelas : VII J
Semester : I (SATU)
2. Petunjuk : Isilah kolom dibawah ini dengan menyebutkan contoh najis dan cara menyucikanya
Nama : .............................
Kelas : VII J
Semester : I ( SATU )
2. Penilaian Pengetahuan
a. Kolom Pilihan Ganda : Jumlah jawaban benar x 1 (maksimal 10x1 = 10)
Soal Pilihan Ganda
1.
Kognitif C5 (Sintesis)
Apabila tidak terdapat air, maka bersuci untuk menghilangkan hadas kecil maupun besar
cukup dengan tayammum, yaitu...
Kognitif C4 (Analisis)
Kognitif C5 (Sintesis)
Siswa daat menjelaskan Tata Cara Mandi Besar Setelah Haid yang
Indikator Soal benar
Romlah adalah anak yang taat beribadah. Pada suatu hari ia sedang dating bulan dan sudah
selesai, kemudian dia bingung bagaimana tata cara mandi besar yang benar karena ini baru
dating bulan yang pertama kali.
Kognitif C6 (Evaluasi)
Di bawah ini salah satu tata cara tayamum dalam kendaraan adalah……..
A. Berwudhu di toilet
B. Langsung sholat tanpa bersuci
C. Tidak usah sholat
D. Letakan telapak tangan pada benda seperti jok, kaca ataupun
dinding kendaraan.
Jawaban: D
5.
Kognitif C4 (Analisis)
No Rubrik Penilaian
Skor
Soal
1 Jawaba benar 10
2 Jawaba benar 10
3 Jawaba benar 10
4 Jawaba benar 10
5 Jawaba benar 10
TOTAL 50
x 100
Skor Maksimal
Rubrik Penilaian :
No.
Rubrik Penilaian Skor
Soal
1
a. Jika peserta didik dapat menuliskan tentang pentingnya bersuci lengkap dan
sempurna , skor 6
b. Jika peserta didik dapat menuliskan tentang pentingnya bersuci lengkap, skor 6
4
c. jika peserta didik dapa menuliskan tentang pentingnya bersuci tidak lengkap,
skor 2
2
a. Jika peserta didik dapat menuliskan perbedaan hadas dan najis dengan benar
skor, 10 10
b. Jika peserta didik dapat menuliskan perbedaan hadas dan najis kurang benar,
skor, 5
3 a. Jika peserta didik dapat menuliskan tiga macam najis dan cara
membersihkanya, skor, 6
b. Jika peserta didik dapat menuliskan dua macam najis dan cara
membersihkanya, skor 4 6
c. Jika peserta didik dapat menuliskan satu macam najis dan cara
membersihkanya, skor 2
4
a. Jika peserta didik dapat menuliskan lima – enam macam penyebab hadas
besar, skor 6
b. Jika peserta didik dapat menuliskan tiga-empat macam penyebab hadas 6
besar, skor 4
c. Jika peserta didik dapat menuliskan satu-dua macam penyebab hadas besar,
skor 2
5
a. Jika peserta didik dapat menuliskan alasan perempuan yang sedang haid
tidak boleh melaksanakan shalat dan puasa dengan benar, skor, 6 6
b. Jika peserta didik dapat menuliskan alasan perempuan yang sedang haid
tidak boleh melaksanakan shalat dan puasa kurang lengkap, skor 3
6
a. Jika peserta didik dapat menuliskan tata cara tayamum, skor 6.
b. Jika peserta didik dapat menuliskan tata cara tayamum kurang lengkap, skor 6
3.
7
a. Jika peserta didik dapat menuliskan tata cara berwudlu‟ lengkap dan
sempurna, skor 10.
10
b. Jika peserta didik dapat menuliskan tata cara berwudlu‟ kurang lengkap dan
sempurna, skor 5
8 15
9 a. Jika peserta didik dapat menuliskan istinja‟ dengan benar, skor 10.
b. Jika peserta didik dapat menuliskan istinja‟ kurang lengkap, skor 5. 10
10 Jika peserta didik dapat menulsikan lima- enam alasan di wajibkanya mandi,
skor, 9
Jika peserta didik dapat menulsikan tiga- empat alasan di wajibkanya mandi,
skor, 6 9
Jika peserta didik dapat menulsikan satu- dua alasan di wajibkanya mandi,
skor, 3
Jumlah Skor
84
c.Tugas
3) Tugas Individu
d. Jika peserta didik dapat mengumpulkan tugasnya tepat pada waktu yang ditentukan dan
perilaku yang diamati serta alasanya benar, skor 100.
e. Jika peserta didik dapat mengumpulkan tugasnya setelah waktu yang ditentukan dan
perilaku yang diamati serta alasanya benar, skor 90.
f. Jika peserta didik dapat mengumpulkan tugasnya setelah waktu yang ditentukan dan
perilaku yang diamati serta alasanya sedikit ada kekurangan, skor 80.
4) Tugas Kelompok
d. Jika peserta didik dapat menuliskan/ mempresentasikan tentang tata cara shalat
berjama‟ah dengan sempurna, nilai 100
e. Jika peserta didik dapat menuliskan/ mempresentasikan tentang tata cara shalat
berjama‟ah kurang sempurna, nilai 90
f. Jika peserta didik dapat menuliskan/ mempresentasikan tentang tata cara sholat
berjama‟ah masih ada kesalahan, nilai 80
Aspek Tindak
Jml Ketuntasan
No Nama siswa Penilaian Nilai Lanjut
Score
1 2 3 4 T TT R P
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
Keterangan:
T : Tuntas mencapai nilai ..... ( disesuaikan dengan nilai KKM )
TT : Tidak Tuntas jika nilai yang diperoleh kurang dari nilai KKM
R : Remedial
P : Pengayaan
Kelas : VII J
Semester : I ( SATU)
1. Sebutkan 7 macam air yang bisa di gunakan untuk bersuci dan menyucikan. ... ?
a. ...................
b. ...................
c. ...................
d. ...................
e. ...................
f. ....................
g. ...................
b. .......................
REGULER
1. Pengertian Thaharah
Thaharah artinya bersuci dari najis dan hadas. Najis adalah kotoran yang menjadi sebab
terhalangnya seseorang untuk beribadah kepada Allah Swt, sedangkan Hadas adalah keadaan
tidak suci pada diri seseorang muslim yang menyebabkan iatidak boleh shalat, tawaf, puasa
dan lain sebagainya.
A. Pengertian Najis.
Menurut bahasa, najis artinya kotor. Menurut istilah, najis adalah segala sesuatu yang
bersifat inderawi dan dianggap kotor menurut syara‟ (Hukum Islam). Suatu benda atau
barang yang tadinya suci, lalu terkena najis, itu disebut mutanajjis. Benda yang terkena najis
(mutanajjis) tersebut dapat disucikan kembali dengan cara mencucinya, misalnya pakaian
yang terkena darah, kotoran manusia (tinja) atau air kencing dapat dibersihkan. Berbeda
dengan benda najis, seperti bangkai, babi, darah, air kencing, kotoran manusia dan hewan,
maka tidak dapat disucikan kembali, karena ia memang benda najis dan selamanya tetap
najis.
B. Benda-benda Najis
Benda-benda najis yang selamanya tidak dapat disucikan kembali meliputi :
a. Segala benda yang keluar dari dubur dan qubul (alat kelamin), seperti Air kencing, tinja
(kotoran manusia), teletong hewan, dll.
b. Darah dan nanah
c. Anjing dan babi.
d. Bangkai binatang darat yang matinya tidak disembelih secara syar‟iy. Kecuali bangkai
ikan, belalang, dan mayat manusia.
e. Anggota badan binatang yang terpisah karena dipotong sewaktu masih hidup.
f. Khomer, dan segala minuman & benda yang memabukkan (miras, narkoba)
C. Macam-macam najis
Macam- macam najis terbagi menjadi 3 macam
a. Najis mukhafafah adalah najis ringan, seperti air seni bayi laki-laki yang belum
berumur dua tahun dan belum kana apapun kecuali air susu ibu
b. Najis Mutawasitah adalah najis pertengahan atau sedang. Yaitu najis jenis ini adalah
darah, nanah, air seni, tinja, bangkai binatang, dan sebagainya. Najis ini ada dua
macam yaitu
(1) najis hukmiyah : yaitu najis yang diyakini adanya tetapi tidak nyata wujudnya
(dzatnya), bau dan rasanya, cara menyucikanya adalah cukup dengan mengalirkan air
pada benda yang terkena najis.
(2) najis „ainiyah : najis yang tampak wujudnya (dzatnya) dan bisa di ketahui melalui
bau maupun rasanya. Cara menyucikanya adalah dengan menghilangkan zat, rasa,
warna, dan baunya dengan menggunakan air yang suci.
E. Macam-macam hadas
Macam- macam hadas ada dua yaitu: hadas kecil dan hadas besar
Kita terkena hadas kecil apabila mengalami/ melakukan salah satu dari 4 hal yaitu:
a. Keluar sesuatu dari qubul (kemaluan) dan dubur
b. Hilang akal (contoh tidur )
c. Bersentuhan antara kulit laki-laki dan perempuan yang bukan mukhrim.
d. Menyentuh qubul (kemaluan) dan dubur dengan telapaktangan.
Cara mensucikan hadas kecil dengan ber wudlu. Apa bila tidak ada air atau karena suatu
hal, maka bisa dengan tayamum
Kita hadas besar apabila mengalami/ melakukan salah satu dari enam perkara, yaitu:
a. Berhubungan suami istri (bersetubuh)
b. Keluar air mani
c. Haid (menstruasi)
d. Melahirkan
e. Nifas
f. Meninggal dunia
G. Macam-macam najis
Macam- macam najis terbagi menjadi 3 macam
a.Najis mukhafafah adalah najis ringan, seperti air seni bayi laki-laki yang belum berumur dua
tahun dan belum kana apapun kecuali air susu ibu
b. Najis Mutawasitah adalah najis pertengahan atau sedang. Yaitu najis jenis ini adalah darah,
nanah, air seni, tinja, bangkai binatang, dan sebagainya. Najis ini ada dua macam yaitu
(1) najis hukmiyah : yaitu najis yang diyakini adanya tetapi tidak nyata wujudnya (dzatnya),
bau dan rasanya, cara menyucikanya adalah cukup dengan mengalirkan air pada benda yang
terkena najis.
(2) najis „ainiyah : najis yang tampak wujudnya (dzatnya) dan bisa di ketahui melalui bau
maupun rasanya. Cara menyucikanya adalah dengan menghilangkan zat, rasa, warna, dan
baunya dengan menggunakan air yang suci.
c.Najis mugholadzoh adalah najis yang berat, Najis ini bersumber dari anjing dan babi. Cara
menyucikanya adalah melalui beberapa tahap, yaitu dengan membasuh sebanyak tujuh kali.
Satu kali diantaranya menggunakan air yang dicampur dengan tanah/ debu.
Secara bahasa, hadas ((“ ”َث َدحberarti kejadian atau peristiwa. Sedangkan menurut istilah
syar„iy, hadas berarti kejadian-kejadian tertentu pada diri seseorang yang meng-halangi sahnya
beribadah seperti shalat, thawaf, dll. Hadas dibagi menjadi dua yaitu :
1. Hadas kecil yang dapat dihilangkan dengan cara bewudhu dan tayamum.
2. Hadas besar yang dapat dihilangkan dengan cara mandi wajib / janabah, dan tayamum.
Penyebab Hadas
a. Hal-hal yang menyebabkan HADAS KECIL, sekaligus menjadi penyebab batalnya wudhu adalah
jika melakukan salah satu hal sebagai berikut :
• Keluarnya sesuatu benda dari qubul dan dubur, seperti tinja, air kencing, darah, nanah, madzi,
angin kentut, dan lainnya.
• Bersentuhan kulit secara langsung (tanpa adanya alas/kain dll) antara laki-laki dan perempuan
Macam-macam air
.a Air yang suci dan mensucikan (“َ)”ر َه ط ره َاط, yaitu air yang halal untuk diminum dan sah
َ
م
digunakan untuk bersuci. Yaitu berupa Air Mutlak, sebagaimana uraian di atas, dengan syarat
belum berubah warna, bau, dan rasanya.
b. Air suci, tetapi tidak menyucikan (“َ)”ر َه ط ر َاط, yaitu air yang halal untuk diminum,tetapi
ره َ ي
َ
م غ
tidak sah untuk bersuci, misalnya air kelapa, air teh, air kopi, dan air yang dikeluarkan dari
pepohonan.
.c Air suci yang makruh dipakai bersuci, seperti air Musyammas, yaitu air didalam bejana bukan
dari bahan emas atau perak yang terjemur panas sinar matahari.
d. Air mutanajjis = ”َسair yang terkena najis) adalah yaitu air yang tidak boleh diminum dan
(“ج َن ََتم
1. Menggunakan air: Cara mensucikannya Membasuh atau membersihkan qubul (alat vital)
dan dubur (tempat keluarnya kotoran tinja) dengan air sampai bersih, sampai najisnya (zat,
warna, baunya) hilang.
2. Menggunakan benda padat yang menyerap, jika kesulitan mendapatkan air, atau terhalang
menggunakan air. Cara mensucikannya : menggosok-gosokkan batu (yang menyerap), kayu
atau daun kering, kertas tissue dan benda padat lain yang dapat menyerap kotoran, sampai
najisnya hilang. Orang jawa menyebut cara ini dengan istilah “peper”
WUDHU
a. Pengertian Wudhu
Di dalam kamus bahasa arab “al Wudhu” dengan dhommah, berarti pekerjaan bersuci dan dengan
huruf wawunya (Wadhu), berarti air yang dipergunakan untuk berwudhu.1
Wudhu menurut bahasa artinya bersih dan indah, sedang menurut syara‟ artinya membersihkan
anggota wudhu untuk menghilangkan hadats kecil.2
Al Imam Ibnu Atsir Al-Jazary rohimahumullah (seorang ahli bahasa) menjelaskan bahwa jika
dikatakan wadhu‟ () ل َوضو َء ََ ََا, maka yang dimaksud adalah air yang digunakan
berwudhu. Bila
dikatakan wudhu (ََ َوضو َء ) ا ل, maka yang diinginkan di situ adalah perbuatannya. Jadi, wudhu
adalah
perbuatan sedang wadhu adalah air wudhu.3
Al-Hafizh Ibnu Hajar Asy-Syafi‟iy rohimahulloh, kata wudhu terambil dari kata al-wadho‟ah/
(َء ََ ََا َ ). Wudhu disebut demikian, karena orang yang sholat membersihkan diri
ضو
kesucian و
ل
dengannya. Akhirnya, ia menjadi orang yang suci.4
1) Niat
Hendaknya berniat (menyengaja) menghilangkan hadats atau menyengaja berwudhu. Niat ini
berdasarkan hakikatnya ada di dalam hati yang dimaksudkan pada sesuatu yang dilafalkan
bersamaan dengan mengerjakan nya (sesuatu tersebut dalam hal ini adalah wudhu). Lafal niat
wudhu:
“Aku niat berwudhu untuk menghilangkan hadast kecil, fardhu karena Allah Ta’ala
1
Abubakar Muhammad, Terjemah Subulus Salam, (Surabaya : Al Ikhlas, 1998), h.95
2
Moh. Rifa‟i, Risalah Tuntunan Shalat Lengkap, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 2015), h.16.
3
Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin, An-Nihayah Fi Gharib Al-Hadits wa Al-Atsar, (Mesir: Jannatul Afkar, 2008),
Cet. Ke-5, h.428
4
Al Imam Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqulani, Fathul Baari Syarah Shahih Al-Bukhari, (Jakarta Selatan: Pustaka Azam,
2001), Cet.Ke-I, h.306.
5
Abdullah bin Muhammad Al Thoyaar, Kitab Riasalah fi Al-Fiqh Al-Muyassar (Riyadh: Madar Al-Wathoni Lin Nasyr,
tt), Cet.Ke- I, h.19.
Sedangkan untuk waktu niat terdapat pula perbedaan pendapat dari para Fuqaha‟ antara lain:
a) Hanafiyah, niat dilakukan sebelum istinja‟, agar semua pekerjaan mengandung ibadah
b) Malikiyah, niat itu dilakukan pada waktu membasuh muka
c) Syafi‟iyah, niat dilakukan pada waktu membasuh bagian pertama dari muka
d) Hanabilah, niat itu dilakukan pada waktu membaca basmalah7
Jadi, apabila orang yang sedang berwudhu tidak mengucapkan niat menghilangkan hadats maka
dianggap tidak sah wudhunya. Sedangkan apabila ada orang yang sedang wudhu berniat seperti niat
yang sesuai dengan niat wudhu yang semestinya dan disertai niat membersihkan badan atau berniat
agar badannya segar maka wudhunya diianggap sah8.
2) Membasuh muka
Adapun batas dari muka yang harus dibasuh adalah mulai dari atas tempat tumbuhnya rambut
kepala sampai pada bagian bawah kedua tulang dagu yaitu kedua tulang yang tempatnya tumbuh
gigi bagian bawah, dimana kedua tulang itu permulaannya berkumpul (bertemu) di dagu, sedang
pada bagian akhirnya ada di sekitar telinga. Adapun batas lebarnya (muka), yaitu mulai dari telinga
kanan hingga sampai telinga kiri.
Adapun jika terdapat jenggot laki-laki yang tumbuh lebat, sekiraya orang yang berbicara
didepannya tidak dapat melihat kulit (dagunya) dari sela-sela jenggot, maka cukup membasuh pada
bagian muka (yang tampak) saja. Namun, jika jenggot yang tumbuh itu jarang-jarang (tipis), yaitu
sekiramya orang yang berbicara dapat melihat kulit dari dagunya, maka wajib membasuh hingga air
itu sampai mengenai bagaian kulitnya.9
Seluruh bagian muka tersebut wajib dibasuh, tidak boleh tertinggal sedikitpun, bahkan wajib
dilebihkan sedkit agar yakin jika sudah terbasuh semuanya, sebab hal tersebut termasuk dalam hal
yang membuat sempurnanya pembasuhan bagian muka.
6
Husni M. Saleh, Fiqih Ibadah, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2012), h. 46-47.
7
Ibid., h.47.
8
Asy-Syekh Muhammad bin Qosim Al-Ghazy, alih bahasa Achmad Sunarto, Terjemah Fat-hul, Ibid. h. 36
9
40 Ibid., h.37-38.
Dalam hal ini maksudnya mengusap sebagaian kepala bagi laki-laki maupun perempuan atau
setidaknya mengusap sebagaian rambut yang masih ada pada batas-batas kepala. Sedangkan
dalam hal mengusap ini, tidak harus dengan tangan, tetapi bisa saja memakai secarik kain yang
lainnya. Dan seandainya ada orang yang tidak mengusap kepala, tetapi sebagai gantinya ia
membasuhnya, maka diperbolehkan, dan demikian pula seandainya ada orang yang hanya
meletakkan tangannya yang sudah dibasahi tanpa menggerak-gerak kannya itupun boleh-boleh
saja hukumnya sah. 11
Ukuran kepala yang diusap menurut pendapatpara ulama:12
a) Menutut Hanafiyah, mengusap kepala menurut urf (kebiasaan) yaitu sesuai dengan ukuran
tangan kira-kira tidak lebih dari ¼ kepala
b) Menurut Malikiyah dan Hanabilah, wajib mengusap seluruh kepala bagian laki-laki dan tidak
wajib membuka sanggul bagi perempuan
c) Menurut Syafi‟iyah, yang wajib diusap hanya sebagaian dari kepala.
Wajib pula membasuh sesuatu yang terdapat pada kedua kaki tersebut seperti rambut (bulu yang
tumbuh) uci-uci, jari tambahan dan kotoran (benda) yang terdapat di bagian bawah kuku yang
bisa mencegah air sampai mengena pada kuku, sebagaimana ketika membasuh kedua tangan 13
Apabila seseorang sedang berwudhu dan memakai kedua khufnya (sepatunya), maka
diperbolehkan mengusap kedua khufnya (sepatunya).
6) Tertib
Berurutan yakni membasuh anggota wudhu satu persatu dan mendahulukan rukun wudhu yang
harus dahulu dan mengakhirkan rukun wudhu yang harus diakhirkan.
Hanafiyah dan Malikiyah menganggap tertib membasuh anggota wudhu itu hanya sunnah
muakkad saja. Sedangkan syafi‟iyah dan Hanabilah tertib dalam wudhu itu wajib, tetapi tidak
wajib dalam mandi.
10
41 Ibid.,
h.38.
11
Ibid., h.39.
12
Husni M. Saleh, Fiqih Ibadah, Ibid. h. 46.
13
Asy-Syekh Muhammad bin Qosim Al-Ghazy, alih bahasa Achmad Sunarto, Terjemah Fat-hul, Ibid. h. 39-40
c. Syarat-Syarat Wudhu
Syarat-syarat wudhu ada dua yaitu syarat-syarat yang mewajibkan orang-orang mukallaf untuk
berwudhu.
c. Sunnah-Sunnah Wudhu
14
Ibid., h.50
15
Ibid
16
Ibid
17
Ibid., h.51
18
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Al-Gesindo, 2010), Cet. Ke-48, h.28-29.