Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Aerasi Vol 2 no.

1 Maret 2020

JURNAL AERASI
ISSN (Online) 2686-6692

PEMBUATAN DAN ANALISIS PUPUK CAIR


DARI LUMPUR TELAGA KOTO BARU

Fajrin Al Hamid1,*, Andi Irawan2


1
Teknik Lingkungan, Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang
2
Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Barat
*Corresponding Author Email : fajrin.alhamid39@gmail.com

Abstrak: Telaga Koto Baru merupakan semacam danau kecil yang terletak di Desa Koto Baru
Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat. Penelitian ini didasari oleh kondisi yang dapat
dilihat secara visual pada Telaga Kotobaru terdapat indikasi terjadinya eutrofikasi.Kandungan
lumpur pada telaga Koto Baru yakni N= 6,93% P=1,79%, K=1,52%, C=15,50%.pengukuran
parameter-parameter yaitu: N, P, K, C, pH, dan Fe. Hasil analisis pupuk cair akan dibandingkan
dengan SNI kualitas pupuk. Hasil analisis yang di dapatkan pada hari ke-14 kadar N 0,00008
% dan 0,00013%, kadar P 0,000012% dan 0,000014%, kadar K 0,00005% dan 0,000072%, kadar
C 0,00012% dan 0,00016%, pH 6,9 dan 7,39, kadar Fe 0,000005% dan 0,000009%, sedangkan
pada hari ke-21 kadar N 0,0001% dan 0,00009%, kadar P 0,000015% dan 0,000011%, kadar K
0,00006% dan 0,00007%, kadar C 0,00009% dan 0,00013%, pH 6,8 dan 7,39, kadar Fe
0,000006% dan 0,000008%. hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan SNI kualitas pupuk.
Rendahnya kandungan dalam pupuk cair disebabkan bahan yang digunakan untuk membuat pupuk
berpengaruh pada hasil pupuk serta pada saat pembuatan pupuk tidak menggunakan bahan organik
lain seperti molases atau sampah pasar. Sehingga bakteri yang bertugas menguraikan senyaw dalam
pupuk cair tidak bekerja dengan semestinya dikarenakan tidak adanya bahan organik lain untuk
dijadikan makanan bakteri.

Kata Kunci: Telaga Koto baru, eutrofikasi, pupuk cair

PENDAHULUAN
Telaga Kotobaru merupakan sebuah danau kecil yang terletak di nagari Koto Baru kecamatan
Sepuluh Koto Kabupaten Tanah Datar. Telaga Kotobaru digunakan oleh masyarakat sekitar sebagai
sumber irigasi, sarana untuk mandi cuci kakus (MCK). Telaga Koto Baru memiliki tumbuhan
perairan yang tumbuh dan berkembang dengan cepat sehingga menutupi sebagian permukaan danau.
Pertumbuhan tanaman peraiaran yang cepat merupakan salah satu indikasi terjadinya eutrofikasi pada
suatu daerah perairan. Menurut Barus (2004), eutrofikasi adalah proses pengkayaan sistem biologi
oleh unsur hara, terutama oleh nitrogen dan fosfor.
Peningkatan nutrien yang berkelanjutan dapat menyebabkan badan air menjadi sangat subur
dan menimbulkan gangguan pada perairan tersebut. Pupuk merupakan bahan yang diberikan
melalui tanah, permukaan batang atau permukaan daun yang bertujuan untuk meningkatkan
pertumbuhan tanaman dan hasil panen. Fungsi utama pupuk untuk menyediakan dan atau menambah
unsur hara untuk tanaman (Marianus K, 2017). Kandungan unsur hara yang umum terdapat pada
perairan yang tereutrofikasi adalah nitrogen dan fosfor. Kandungan tersebut merupakan unsur
yang penting pada pupuk. Unsur hara yang terdapat dalam air akan mengalami peristiwa
transformasi polutan, dimana unsur hara seperti Nitrogen yang bereraksi dengan unsur lain

Fajrin Al Hamid Page | 8


Jurnal Aerasi Vol 2 no.1 Maret 2020

JURNAL AERASI
ISSN (Online) 2686-6692

sehingga terjadi pengendapan. Endapan yang terdapat pada lumpur telaga Kotobaru mengandung
unsur N 6,93%, P 1,79%, K 1,52 dan C 15,2% yang dapat dijadikan pupuk.

METODOLOGI
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen, dimana sampel lumpur di ambil menggunakan
metode random sampling, pembuatan pupuk cair menggunakan komposter anaerob, dan analisis
pupuk cair di laboratorium.
Prosedur penelitian dan pengolahan data
1. Persiapan sampel
Sampel lumpur di ambil sebanyak 2-4kg menggunakan sedimen grap lalu dimasukkan dalam
plastik sampel.

2. Pembuatan pupuk cair


Siapkan 2 buah komposter dengan ukuran 18 L, 1 komposter diisi lumpur dengan berat 1300
gram dan 1 komposter berisi 1000 gram lumpur dan 500 ml Em-4. komposter tersebut
menggunakan metode anaerob. Tunggu lebih kurang 14 hari hingga pupuk masak.
3. Analisis pupuk cair
Analisis data dalam penelitian ini untuk mengetahui konsentrasi yang terdapat di lumpur telaga
Koto Baru sebagai pupuk organik cair. Data yang akan dianalisis di laboratorium pada penelitian
ini meliputi kandungan yang terdapat dalam sedimen tersebut, yakni hasil dari 4 parameter
(nitrogen, fosfor, kalium, pH, C-organik, zat besi).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dari hasil analisis pupuk yang dilakukan di laboratorium di dapatkan nilai dari masing-masing
parameter seperti pada tabel 1.
Tabel 1. hasil analisa pupuk cair
Komposter A Komposter B SNI Pupuk
cair
No Parameter Hari ke-14 Hari ke-21 Hari ke-14 Hari ke-21
1 Nitrogen 0,00008 % 0,0001% 0,00013% 0,00009% Min 0,4 %
(N)
2 Fosfor (P) 0,000012% 0,000015% 0,000014% 0,000011% Min 0,1%
3 Kalium 0,00005% 0,00006% 0,000072% 0,00007% Min 0,2 %
(K)
4 C-organik 0,00012% 0,00009% 0,00016% 0,00013% 9,8-32 %
5 pH 6,8 6,9 7,39 7,39 6,8 - 7,49
6 Besi (Fe) 0,000005% 0,000006% 0,000009% 0,000008% Maks 2%

Fajrin Al Hamid Page | 9


Jurnal Aerasi Vol 2 no.1 Maret 2020

JURNAL AERASI
ISSN (Online) 2686-6692

Pengukuran Parameter

Kandungan Nitrogen
Penurunan unsur N yang terjadi pada pupuk yang terbuat dari kopi yaitu sebesar 45% (Ria
Adikasari, 2012). jika dibandingkan dengan dengan unsur N yang di dapatkan pada pupuk yang
terbuat dari lumpur telaga Koto Baru hampir 100%. Menurut Cesaria et al., (2010),
penurunan kadar nitrogen disebabkan karena nitrogen bereaksi dengan air sehingga membentuk
NO3 dan H+. senyawa NO3 sangat mudah larut dalam air dan tidak dapat dipengang oleh koloid
tanah sehingga menyebabkan kehilangan N dalam bentuk gas, dimana reaksi NO 3 menjadi
N2 dan N2O. grafik perbandingan perkomposter seperti gambar 1.

Gambar 1. grafik perbandingan kandungan nitrogen perkomposter


Kandungan Fosfor
Kandungan unsur P pada pupuk cair pada hari ke-14 sebesar 0,000012% dan 0,000014%,
sedangkan pada hari ke-21 adalah 0,000015% dan 0,000011%. pupuk cair yang ada pada
komposter A menunjukkan kenaikan kandungan P dari 0,000012% menjadi 0,000015% ini
menunjukkan bahwa masih terjadinya proses penguraian oleh mikroorganisme sedangkan pada
komposter B menunjukkan penurunan kandungan P dari 0,000014% menjadi 0,000011% Seperti
yang dapat dilihat pada gambar 2. Menurut hidayati et al., (2011) kandungan fosfor juga
dipengaruhi oleh tingginya kandungan nitrogen semakin tinggi kandungan nitrogen maka
multiplikasi organisme yang merombak fosfor akan meningkat, sehingga terjadi kenaikan fosfor
pada pupuk.

Gambar 2. grafik perbandingan kandungan fosfor perkomposter

Fajrin Al Hamid Page | 10


Jurnal Aerasi Vol 2 no.1 Maret 2020

JURNAL AERASI
ISSN (Online) 2686-6692

Kandungan kalium
Menurut Hidayati et al.,(2011) bakteri pelarut fosfat umumnya juga dapat melarutkan unsur kalium dalam
bahan organik. Kandungan unsur K pada pupuk cair yang di dapatkan padi hari ke-14 adalah 0,00005% dan
0,00007% sedangkan pada hari ke-21 adalah 0,00006% dan 0,00007% seperti yang bisa dilihat pada gambar
3.

Gambar 3. grafik perbandingan kandungan kalium perkomposter


Kandungan karbon
Kandungan C-Organik yang terdapat didalam pupuk cair pada hari ke-14 adalah 0,00012%
dan 0,00016% sedangkan pada hari ke-21 kandungan C-organik adalah 0,00009% dan
0,00013%. Hasil dari pupuk cair yang didapatkan tidak sesuai dengan standar SNI seperti yang
dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. grafik perbandingan kandungan C-organik perkomposter

Fajrin Al Hamid Page | 11


Jurnal Aerasi Vol 2 no.1 Maret 2020

JURNAL AERASI
ISSN (Online) 2686-6692

Pengukuran pH
pH yang di dapatkan pada komposter A adalah 6,8 dan 6,9 dan komposter B 7,39 bila dilihat
pada gambar 5. pada komposter A pH mengalami kenaikan ini di sebabkan karena adanya
penguraian bahan organik. Menurut Polprasert (1989) peningkatan pH secara berangsur-angsur
disebabkan hasil dekomposisi bahan organik pada tahap sebelumnya seperti asam-asam oraganik
diubah menjadi methan dan CO2.

Gambar 5. grafik perbandingan kadar pH perkomposter


Kandungan Besi
kandungan besi dalam sedimen mungkin disebabkan karena telaga terletak di tepi jalan,
banyaknya kendaraan yang belalu lalang apabila tejadi hujan besi yang terdapat pada sekitar danau
tekorosi oleh air sehingga menyebabkan adanya kandungan besi di dalam sedimen. Kandungan Zat
besi dalam pupuk pada ahri ke-14 adalah 0,000005% dan 0,000009% sedangkan pada hari
ke-21 adalah 0,000006% dan 0,0000008% ini masih masuk standar SNI karna standar
maksimal adalah 2%.

Gambar 6. grafik perbandingan kadar besi perkomposter

Fajrin Al Hamid Page | 12


Jurnal Aerasi Vol 2 no.1 Maret 2020

JURNAL AERASI
ISSN (Online) 2686-6692

KESIMPULAN
Dari hasil dan pembahasan pada penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: pupuk cair
dari sedimen telaga Kotobaru dan ditinjau melalui parameter kualitas pupuk cair menurut SNI .
Berdasarkan analisa laboratorium pupuk cair Kadar N 00,00008 % dan 0,00013%, kadar P
0,000012% dan 0,000014%, kadar K 0,00005% dan 0,000072%, C-organik 0,00012% dan
0,00016%, pH 6,9 dan 7,39 serta kadar Fe 0,000005% dan 0,000009%. Jika dibandingkan dengan
SNI 19-7030-2004, ada beberapa parameter yang masuk dalam standar seperti pH dan kadar besi
(Fe). beberapa parameter yang tidak sesuai standar anatara lain kadar N, kadar P, kadar K dan
kadar C ini disebabkan karena pada pembuatan pupuk cair tidak menambahkan bahan organik lain
seperti molases atau sampah pasar untuk dijadikan makanan bagi bakteri, Em-4 tidak bisa
menguraikan sewanya yang ada pada lumpur dengan sempurna karena Em-4 membutuhkan untuk
makanan untuk menguraikan senyawa yang ada pada lumpur.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Asyfiradayati Rezania, dkk,. Lumpur Aktiv Mengungguli Effective Microorganism-4 sebagai
starter pengomposan sampah dedaunan di RSUP Dr. SARDJITO Yogyakarta, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta, 2012 (kesmasindo)
[2] Badan Standarisasi Nasional (BSN)., SNI 19-7029-2004: Spesifikasi Komposter rumah
tangga, individual dan komunal, Bandung, 2001
[3] Badan Standarisasi Nasional (BSN)., SNI 19-7030-2004: Spesifikasi Kompos dari Sampah
Organik Domestik, Bandung, 2001
[4] Cergi Maftukhoh, Analisi Kualitas Pupuk Cair Dari Ampas Kopi dan Teh, Sekolah Tinggi
Teknologi Indistri (STTIND), padang, 2018
[5] I Nyoman S, dkk., Penerapan Komposter Anaerobik dalam Pembuatan Pupuk Cair dari
Sampah Basah di Perumahan Pondok Cempaka Indah Kota Malang, Institut Teknologi
Nasional Malang, Malang, 2015.

Fajrin Al Hamid Page | 13

Anda mungkin juga menyukai