Anda di halaman 1dari 14

1

UPAYA PENANGANAN LIMBAH PASTA BETON


PASCA PEMASARAN
DENGAN PROSES SEDIMENTASI DAN FILTRASI
(Pada PT. Jaya Ready Mix dengan parameter pH dan DO)

Oleh :

S a r d i, ST., MT.

Disampaikan pada Seminar Akademik Fakultas Teknik


Universitas Janabadra Yogykarta
Juli 2007
2

UPAYA PENANGANAN LIMBAH PASTA BETON


PASCA PRODUKSI DAN PEMASARAN
DENGAN PROSES SEDIMENTASI DAN FILTRASI
(Pada PT. Jaya Ready Mix dengan parameter pH dan DO)

INTISARI

Kebutuhan akan pasta beton baik untuk kepentingan struktur maupun


nonstruktur saat ini terus meningkat, sehingga banyak berdiri pabrik atau indusri
penghasil pasta beton salah satunya PT. JAYA RAEDY MIX yang berada di jalan
Solo Km12 Yogyakarta, jelas industri ini memberi manfaat bagi dunia usaha jasa
konstruksi secara umum dan pemerintah daerah terkait dengan retribusi yang bisa
menambah PAD (pendapatan asli daerah) dan bisa menyerap tenaga kerja. Namun
tetap saja hasil dari kegiatan pabrik tersebut menghasilkan bahan buangan yang
berupa limbah (cair, padat dan gas), dari limbah cair kandungan pH dan DO
(Dissolved Oksigen) menjadi berkurang sehingga mencemari badan air dilingkungan
pabrik.
Pada penelitian ini menitik beratkan pada analisa kandungan pH dan DO
dari limbah cair yang dihasilkan sebelum dan sesudah ada perlakuan sedimentasi
dan filtrasi disamping parameter fisik lainya seperti bau warna dan kekeruhan. Pada
proses penelitian dilakukan dengan beberapa simulasi yaitu tanpa diendapkan,
dengan pengendapan ½ jam dan dengan pengendapan 1 jam dilanjutkan proses
filtrasi atau penyaringan.
Hasil penelitian diperoleh terjadi peningkatan kualitas pH dari 10 menjadi 7
(angka pH menjadi netral 6 -9) sedangkan untuk kandungan Oksigen terlarut (DO)
dari 0,4 mg/ltr menjadi 2 mg/ltr, terjadi peningkatan yang signifikan meski masih
dibawah ambang yaitu 5-8mg/ltr untuk biota dan tanaman bawah air, dari
parameter fisik warna bau dan kekeruhan menunjukkan terjadi relatif peningkatan.
Kiranya masih perlu perlakuan lain didalam pproses tersebut misalnya airasi yang
diharapkan mampu meningkatan kandungan oksigen dan perbaikan fisik dari warna
dan bau limbah pasta beton tersebut.

Kata Kunci : Limbah pasta beton, sedimentasi dan filtrasi, perbaikan pH dan Oksigen terlarut (DO).
3

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan pembangunan di bidang konstruksi dewasa ini telah banyak
memunculkan kegiatan-kegiatan industri pendukung lainnya, salah satu industri
tersebut adalah kegiatan pembuatan dan penyediaan akan pasta beton dalam jumlah
besar yang dilakukan PT Jaya Ready Mix. Tentunya kegiatan ini memberikan
kontribusi yang positif dari perkembangan industri dan teknologi bagi dunia
konstruksi pada umumnya dan dari sisi sosial ekonomi dapat membantu masyarakat
juga pemerintah didalam penyerapan tenaga kerja dan pendapatan asli daerah (PAD),
namun demikian dari kegiatan tersebut dapat juga menimbulkan dampak negatif yang
berupa pencemaran air atau tanah dan polusi udara serta gangguan kenyamanan bagi
masyarakat yang tinggal disekitar kegiatan tersebut, seperti gangguan getaran,
kebisingan. Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu dilakukan langkah
antisipasi terhadap dampak negatif yang timbul. Salah satunya limbah cair hasil
kegiatan pasca operasi dan pemasaran perlu dilakukan pemantauan, penelitian dan
solusi penanganan terhadap limbah tersebut sehingga dampak negatif yang ada bisa
dikurangi dan tidak lagi mencemari lingkungan sekitar dalam konsetrasi yang tinggi
utamanaya kandungan pH (potensial hidrogen) sehingga kualitas limbah tersebut
memenuhi ambang batas sesuai ketentuan.
B. Manfaat Penelitian
Dari penelitian diharapkan akan diketahui efektifitas proses sedimentasi dan
filtrasi dalam meningkatkan kualitas kandungan pH dan Oksigen terlarut (DO)
limbah pasta beton yang dihasilkan serta kemungkinan dapat tidaknya perlakuan
tersebut diaplikasikan dilapangan dan menjadi bahan masukkan untuk penelitian
selanjutnya dengan penambahan proses pengolahan yang lain.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas proses pengolahan
limbah pasta beton dengan proses sedimentasi dan filtrasi yang meliputi parameter :
1. Fisik (bau, warna dan kekeruhan)
2. pH (potensial hidrogen)
3. Kandungan Oksigen terlarut (DO)
D. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini di titikberatkan pada pengujian dan
pengolahan sampel limbah cair dengan parameter meliputi :
a. Parameter fisik : warna, rasa, kekeruhan, bau.
b. Parameter kimia : pH, DO.
Untuk kepentingan tersebut di buat model instalasi pengolah limbah sekala lab.
4

II. TINJAUAN PUSTAKA

Air limbah industri diperbolehkan dibuang ke badan-badan air apabila telah


memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh UU No. 4/1982 tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup dan PP No.29 tentang
Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL).

A. Limbah pasta beton Ready Mix Sebagai Indikator Pencemar


Beberapa unsur yang terkandung dalam Ready Mix dapat menjadi sumber
pencemar baik air, udara maupun tanah, sehingga secara terukur dibutuhkan suatu
nilai yang ditetapkan sebagai angka yang menunjukkan tingkat konsentrasi suatu
parameter unsur-unsur dalam suatu perairan, sehingga bisa dinyatakan bahwa air
yang ada itu sudah tercemar dengan menegetahui seberapa besar kualitasnya, hal ini
biasa mengacu pada ketetapan Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup.
Beberapa komposisi sebagai bahan dasar Ready Mix adalah sebagai
berikut :

1. Semen
Semen atau PC (Portland Cement) merupakan bahan yang dihasilkan
dari pabrik. Secara garis besar bahan dasar atau bahan utama semen yaitu
bahan yang memiliki sifat pozolan, yaitu suatu sifat bahan yang bila diberi
air akan memiliki sifat plastis dan mudah dibentuk, tetapi pada saat
mengering akan bersifat keras dan sulit untuk mengadakan deformasi. Bila
dilihat dari susunan kimianya, maka unsur-unsur pokok semen biasa terdiri dari
trikalsium silikat (3CaO), dikalsium silikat (2CaO), trikalsium aluminat (Al2O3)
dan tetrakalsium aluminoferit (Fe2O3).
Dengan adanya kalsium silikat dengan jumlah yang terlalu banyak
akan menyebabkan kerak pada lapisan-lapisan pemanas air, konsentrasi CaO
dalam air minum yang lebih rendah dari 75 mg/l akan menyebabkan tulang
rapuh, sedangkan konsentrasi yang lebih tinggi dari 200 mg/l dapat
menyebabkan korosifitas pada pipa-pipa air. Kehadiran zat besi yang terlalu
banyak pada suatu perairan akan menyebabkan noda-noda pada peralatan
dan bahan-bahan yang berwarna putih, menimbulkan bau pada air (Sutrisno,
C.T., dkk, 1991).

2. Kapur
Pada dasarnya unsur pembentuk kapur dan semen tidak jauh berbeda,
karena keduanya merupakan bahan yang mempunyai sifat sebagai bahan
pengikat.
5

C. pH (Potensial Hydrogen)
Parameter pH digunakan untuk mengetahui nilai yang menyatakan
keadaan asam atau basa suatu larutan. Skala nilai pH adalah antara 0 – 14, dengan
skala nilai 7 menunjukkan netral. Nilai pH akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan mikroba dalam air, serta secara tidak langsung berpengaruh juga
terhadap jenis-jenis tanaman yang ada dilingkungan sekitar.
Tabel 2.1 Angka pH yang optimal untuk beberapa jenis tanaman
pH (Potensial hidrogen)
No. Jenis Tanaman
4,5 5,0 5,5 6,0 6,5 7,0 7,5 8,0
1 Jagung
2 Tebu
3 Gandum
4 Kentang
5 Padi
Sumber : Suhardi, 1983

pH air tanah yang memiliki nilai kandungan diatas 9 umumnya banyak


mengandung kapur dan alkalin, sehingga dari beberapa jenis tanaman yang tumbuh
didaerah tersebut kebanyakan tanaman kerdil dan sifatnya merambat. Untuk
kebanyakan mikroba dapat tumbuh dengan baik didalam air dengan nilai pH
berkisar antara 6 – 8, hal ini perlu diperhatikan benar dalam pengolahan air
limbah yang menggunakan proses biologi.

E. Oksigen Terlarut / Dissolved Oxsygen (DO)


Kehidupan makhluk hidup didalam air tergantung dari kemampuan air untuk
mempertahankan konsentrasi oksigen minimal yang dibutuhkan untuk
kehidupannya. Ikan merupakan makhluk air yang memerlukan oksigen tertinggi,
kemudian invertebrata dan yang terkecil kebutuhan oksigennya adalah bakteri. Biota
air hangat membutuhkan oksigen terlarut minimal 5 ppm, sedangkan biota air dingin
memerlukan oksigen terlarut mendekati jenuh, konsentrasi oksigen terlarut minimal
untuk kehidupan biota tidak boleh kurang dari 6 ppm. Oksigen terlarut (dissolved
oxygen = OD) dapat berasal dari proses fotosintesis tanaman air, dimana jumlah
tidak tetap tergantung dari jumlah tanamannya dari atmosfer (udara) yang masuk
kedalam air dengan kecepatan terbatas. Konsentrasi oksigen terlarut yang terlalu
rendah akan mengakibatkan ikan-ikan dan binatang air lainnya yang
membutuhkan oksigen akan mati. Sebaliknya konsentrasi oksigen terlarut yang
terlalu tinggi juga mengakibatkan proses pengkaratan semakin cepat karena
oksigen akan mengikat hidrogen yang melapisi permukaan logam (Srikandi
Fardiaz, 1992). Adapun untuk mengetahui hubungan antara suhu dengan kosentrasi
oksigen terlarut maksimum pada tekanan atmosfer dapat dilihat pada Tabel 2.2
berikut ini.
6

Tabel 2.2 Hubungan antara suhu dengan konsentrasi oksigen terlarut


maksimum pada tekanan atmosfer.
Suhu Konsentrasi O2 terlarut Suhu (0C) Konsentrasi O2 terlarut
(0C) maksimum (ppm) maksimum (ppm)
0 14.6 30 7.6
10 11.3 32 7.4
12 10.8 34 7.2
14 10.4 36 7.0
16 10.0 38 6.8
18 9.5 40 6.6
20 9.2 42 6.4
22 8.8 44 6.2
24 8.5 46 6.0
26 8.2 48 5.8
28 9.9 50 5.6
Sumber : Srikandi Fardiaz, 1992.

III. LANDASAN TEORI

A. Pengolahan Air
Pengolahan air digunakan untuk menghilangkan unsur-unsur yang terdapat
dalam air limbah, sehingga dapat meminimalisir jumlah kandungan bahan pencemar.

1. Sedimentasi
Sedimentasi atau proses pengendapan adalah proses pemisahan partikel
suspensi didalam air akibat berat sendiri atau oleh gaya gravitasi. Pengendapan
terjadi apabila air didalam keadaan diam atau mengalir dalam sebuah kolam atau
basin. Dalam keadaan diam atau mengalir sangat perlahan, tidak akan terjadi
turbulensi (turbulensi dapat diabaikan), sehingga pertikel-partikel yang
mempunyai berat spesifik (specific weight) lebih besar dari air akan
mengendap. Partikel-partikel ini akan mengendap di dasar kolam dan
membentuk semacam lapisan lumpur (endapan) sedangkan air di atasnya
menjadi jernih.
Adanya sedimen dalam jumlah yang cukup tinggi di dalam air akan
sangat merugikan karena hal-hal sebagai berikut :
a. Sedimen dapat menyebabkan penyumbatan saluran air dan selokan, dan
dapat mengendap di dalam bak penampungan air.
b. Sedimen yang mengendap di dasar sungai atau danau dapat mengurangi
populasi ikan dan hewan-hewan air lainnya, karena telur-telur ikan dan
sumber-sumber makanan mungkin terendam di dalam sedimen.
c. Adanya sedimen mengurangi penetrasi sinar ke dalam air, sehingga
mengurangi kecepatan fotosintesis oleh karena itu jumlah tanaman air akan
menurun.
7

2. Filtrasi
Filtrasi merupakan suatu proses pengolahan air dengan cara mengalirkan air
baku melewati suatu filter dengan media dari bahan-bahan butiran dengan
diameter tertentu dan disusun dengan ketebalan tertentu (Budi Kamulyan, 1996).

B. Jenis-jenis Filter
Filter yang paling umum digunakan adalah filter dengan media pasir atau
sering disebut dengan saringan pasir. Menurut Budi Kamulyan (1996), sistem
aliran dalam filter dibedakan menjadi saringan secara gravitasi dan saringan dengan
aliran bertekanan dan berdasar pada kecepatan pengalirannya dibagi dua jenis
saringan pasir, yaitu saringan pasir lambat dan saringan pasir cepat.

1. Saringan pasir lambat (Slow Sand Filter)


Saringan pasir lambat sangat efektif dalam menahan bakteri dan partikel-
partikel melayang yang tersuspensi dalam air. Selain itu dapat juga mengurangi
rasa, bau, dan warna. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh saringan lambat
(Prodjopangarso, 1987), antara lain :
a. Derajat keasaman (d.a) = 0,2 – 0,3 mm
b. Derajat sama rata (d.s.r) = d60 / d10 = 1,5 – 5 (biasanya 2,5)
c. Kecepatan penyaringan tidak lebih dari 1 m/jam

2. Saringan pasir cepat (Rapid Sand Filter)


Saringan pasir cepat biasanya bersamaan dengan proses pengendapan
dimana digunakan untuk menghilangkan kandungan besi (Fe) atau Mangan
(Mn). Syarat yang harus dipenuhi oleh saringan pasir cepat (Prodjopangarso,
1987), antara lain :
a. Derajat keasaman (d.a) = 0,3 – 0,8 mm (biasanya 0,5)
b. Derajat sama rata (d.s.r) = 1,5 - 3
c. Kecepatan penyaringan 4 – 5 m/jam

C. Indikator Pencemaran Air


Dalam air buangan ditemukan beban cemaran yang bervariasi, yang
dapat diidentifikasikan secara visual dan penelitian laboratorium. Warna air, rasa,
bau, kekeruhan, dapat dikenal melalui cara umum dengan mata atau indera biasa.
Sedangkan senyawa kimia, seperti pH, kandungan oksigen (DO), kandungan BOD,
kandungan COD, unsur besi, KMnO4, dan kandungan unsur-unsur yang lain
harus dilakukan penelitian laboratorium. Pengamatan unsur biologi, kimia dan
fisika sangat penting untuk menetapkan parameter pencemar yang terdapat
didalamnya (Dhevy, 2004).
Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya
perubahan atau tanda yang dapat diamati melalui indikator fisik dan indikator
kimia.
8

1. Indikator Fisik
Parameter-parameter yang termasuk dalam indikator fisik, antara lain
perubahan suhu, bau, warna, rasa dan kekeruhan

2. Indikator Kimia
Beberapa indikator kimia meliputi perubahan pH atau konsentrasi ion hydrogen
dan Dissolved Oxygen (DO)

IV. METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yaitu di PT. Jaya Ready Mix yang beralamat di jalan
Solo km 12, Tirtomartani, Yogyakarta.

Gambar 4.1. Lokasi Pengambilan Sampel

B. Cara dan Tahapan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dalam melalui beberapa tahapan, yaitu sebagai


berikut :
1. Survei lingkungan lokasi penelitian
2. Pengambilan sampel air
3. Pemeriksaan kualitas air

Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian dikelompokkan menjadi 2 tahapan, adapun tahapan penelitian
sebagai berikut :
1. Penyaringan Air
Penyaringan air dilakukan dengan 3 (tiga) macam perlakuan, yaitu :
9

a) Penyaringan tanpa pengendapan


b) Penyaringan dengan pengendapan ½ jam
c) Penyaringan dengan pengendapan 1 jam
2. Analisa Laboratorium
a) Pemeriksaan pH
b) Pemeriksaan O2

Penyaringan air
a. Filter .

Gambar 4.2. Model Saringan


Analisa laboratorium
1. Perhitungan
a. Perhitungan debit
Dalam perhitungan debit digunakan rumus :

Q= ………………………………………...……..(4.1)

Dengan :
Q : Debit (lt/dt)
t : Waktu (dt)
V : Volume (lt)

2. Pemeriksaan Parameter air


a. Uji parameter fisik
- Bau dan rasa, kekeruhan dan warna
b. Uji parameter kimia pH
c. Pemeriksaan kadar O2
10

Kadar O2 = x t x f x 0,2 =…………. mg/lt …………


(4.2)

Dimana :
v = Volume sampel (ml)
t = Banyaknya Na2S2S3 1/40 N (ml)
f = Faktor koreksi (f = 1)
0,2 = Ketetapan standar

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk mengetahui hasil data awal pengamatan dilapangan dapat dilihat


pada Tabel 5.1 berikut ini.
Tabel 5.1 Hasil pengamatan kondisi lingkungan sekitar lokasi PT Jaya Ready
Mix
Pengamatan Lingkungan
Analisis Fisik :
- Warna : Coklat tua
- Bau : Minyak solar dan bau campuran pasta
beton
- Kekeruhan : Sangat keruh
- Suhu : 30oC

Analisis Kimia :
- pH : 10 -11
- O2 (mg/lt) : 0,4

B. Hasil Dan Pembahasan


1. Hasil Analisa Debit Saringan
Debit saringan dengan lama waktu penyaringan sebesar 1 jam diperoleh 0,0247
lt/dt.

2. Kualitas kimia Limbah Air Ready Mix


a. Hasil Pengukuran Derajat Keasaman (pH)
11

Tabel 5.2 Hasil Pengukuran Kandungan pH


pengamatan
inlet Bak pengendap outlet
Tanpa pengendapan 10 10 8.5
Pengendapan ½ jam 10 8 8
Pengendapan 1 jam 10 8 7
Sumber : Hasil Pengukuran pH Limbah Air Ready Mix

b. Hasil Pengukuran Kandungan O2

Kadar O2egera = x t x f x 0,2

= = 0,4 mg/lt
Tabel 5.3 Hasil Analisa Kandungan O2
pengamatan
Inlet Bak pengendap Outlet
(mg/lt) (mg/lt) (mg/lt)
Tanpa pengendapan 0,4 0,4 0,4
Pengendapan ½ jam 0,4 0,4 0,6
Pengendapan 1 jam 0,4 0,8 2
Sumber : Hasil Pengukuran Kandungan O2 pada Limbah Air Ready Mix

Gambar 5.1Grafik analisa parameter O2

Dari Tabel 5.3 dan grafik 5.1 diatas dapat terlihat bahwa kandungan yang
terdapat pada limbah air ready mix menunjukkan terjadi peningkatan kandungan
oksigen yang cukup bagus yaitu 5 (lima) kali lipat dari 0,4 mg/lt menjadi 2 mg/lt
namun demikian masih dibawah angka baku mutu yang ditetapkan sebesar 5 ppm
atau 5 mg oksigen per liter air dimana biota air bias hidup didalamnya.
12

3. Kualitas Fisik Limbah Air Ready Mix


Dalam pelaksanaan proses penyaringan dibagi atas 3 bagian, yaitu
1. Proses penyaringan tanpa pengendapan
2. Proses penyaringan dengan pengendapan ½ jam
3. Proses penyaingan dengan pengendapan 1 jam
1. Proses penyaringan tanpa pengendapan
Tabel 5.4 Hasil penyaringan tanpa proses pengendapan
Pengamatan Sampel
No Sampel Inlet Bak Pengendap Outlet
Warna Coklat tua Coklat Tua Coklat muda
Bau Pasta beton Pasta beton Pasta beton
Kekeruhan Keruh Keruh Keruh
Suhu 30oC 30oC 29,5oC
Sumber : Hasil penyaringan tanpa pengendapan pada limbah air Ready Mix
Dari hasil diatas diketahui terjadi sedikit perbaikan dari parameter warna dan suhu
sementara kekeruhan masih tetap ada.
2. Proses penyaringan dengan pengendapan ½ jam
Tabel 5.5 Hasil penyaringan dengan lama pengendapan ½ jam
Pengamatan Sampel
No Sampel Inlet Bak Pengendap Outlet
Warna Coklat tua Coklat tua Coklat muda
Bau Sangat bau Bau Pasta beton Agak bau
½ Jam – 1 pasta beton pasta beton
Kekeruhan Keruh sekali Agak keruh Agak keruh
Suhu 29,5oC 29,5oC 29,5oC
Sumber : Hasil penyaringan dengan pengendapan ½ jam limbah air Ready Mix

Dari hasil diatas diketahui terjadi sedikit peningkatan dari parameter warna dan suhu
sementara kekeruhan masih tetap ada.
3. Proses penyaringan dengan pengendapan 1 jam
Tabel 5.6 Hasil penyaringan dengan lama pengendapan 1 jam
Pengamatan Sampel
No Sampel Parameter Inlet Bak Pengendap Outlet
Warna Coklat tua Coklat muda Agak jernih
Bau Bau pasta Agak bau pasta Sedikit bau
beton beton pasta beton
Kekeruhan Keruh Agak Keruh Sedikit keruh
Suhu 29,5oC 29,5oC 29oC
Sumber : Hasil penyaringan dengan pengendapan 1 jam limbah air Ready Mix

Untuk pemeriksaan parameter fisik seperti warna, bau, dan kekeruhan hasil
yang diperoleh menunjukkan peningkatan meskipun belum maksima limbah air
ready mix pasca proses produksi tersebut, terutama setelah adanya proses
13

penyaringan, terlihat bahwa semakin lama periode pengendapan dan periode


penyaringan maka kualitas dari outlet yang dihasilkan juga akan lebih baik.
Untuk nilai parameter suhu masih relatif sama dan tidak terjadi perubahan
yang besar, suhu untuk air normal berkisar antara 20 0C – 250C, sehingga perubahan
suhu belum memenuhi syarat yang ditentukan.

C. Usulan Rencana Pengolahan Limbah


Dari hasil tersebut diatas bisa diusulkan rencana penanganan limbah pasca
produksi dan pemasaran dari limbah air Ready Mix ini dengan menggunakan metode
pengendapan atau sedimentasi dan filtrasi atau penyaringan, karena dengan cara
tersebut mamapu meningkatkan mutu air limbah yang ada menjadi lebih baik untuk
bisa dibuang ke badan air maupun lingkungan tanpa harus menggunakan teknologi
yang rumit dan mahan baik diopersional maupun pemeliharaannya. Untuk bisa
meningkatkan kandungan O2 dan Menetralkan pH bisa ditambah dengan perlakuan
proses airasi, disamping proses airasi ini dari sisi fisik mampu menghilangkan warna
dan bau. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5.2

Gambar 5.2 Usulan pengolahan limbah air limbah pasta beton ready mix
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan operasi perbaikan kualitas air ready mix
dengan proses pengendapan dan proses penyaringan, dapat ditarik suatu kesimpulan
antara lain sebagai berikut :
1. Alat filtrasi berupa saringan sederhana dengan tambahan media penyaring mampu
meningkatkan kualitas limbah air ready mix, sehingga alat filtrasi dinilai efektif
dan efisien dalam operasi perbaikan kualitas air ready mix pasca proses
produksi dan pemasaran.
2. Dilihat dari sisi waktu dan biaya, alat filtrasi berupa saringan jelas sangat hemat,
karena disamping mudah dalam mengoperasikannya juga tidak diperlukan biaya
perawatan atau biaya pemeliharaan yang tinggi.
14

3. Kadar pH setelah melalui proses pengendapan dan proses penyaringan pada


masing-masing periode mengalami penurunan dari 10 menjadi 7 sehingga masuk
pada pH kondisi netral yaitu 6 sampai 9.
4. Untuk parameter O2 diketahui bahwa limbah air ready mix sebelum melalui
proses pengendapan dan proses penyaringan (inlet) nilai O2 dalam air sebesar 0,4
mg/lt, dan terjadi kenaikan yang cukup signifikan sebesar 2 mg/lt meskipun masih
dibawah ambang yang ditentukan yaitu sebesar 5-8 mg/lt.
B. Saran
Cara sedimentasi dan filtrasi dapat digunakan untuk penanganan limbah cair pasca
olahan dan pemasaran dari industri pasta beton PT. Jaya Ready Mix, untuk lebih bisa
meningkatkan kualitas hasil pengolahan limbah tersebut bisa ditambahkan dengan
proses airasi yang bisa meningkatkan kandungan oksigen dan menghilangkan bau
serta warna yang ada pada limbah tersebut hal ini perlu penelitian lanjutan.

DAFTAR PUSTAKA
Alaerts, Sri Sumestri Santika, 1984, “Metode Penelitian Air”, Usaha Nasional,
Surabaya.
Anonim, 1998, “Analisis Mengenai Dampak Lingkungan”, Departeman Pekerjaan
Umum Daerah Istimewa Yogyakarta.
Anonim, 1990, “Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia”, No: 416 /
MENKES / PER / 1X.
Budi Kamulyan, 1996, “Teknik Penyehatan Lingkungan”, Laboratorium Teknik
Penyehatan dan Lingkungan Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Fardiaz, Srikandi, 1992, “Polusi Air dan Udara”, Kanisius, Jakarta.
Linsley. RK dan Franzini JB, 1986, “Teknik Sumber Daya Air”, Terjemahan Oleh
Djoko Sasongko, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Mahida, 1981, “Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri”, CV.
Rajawali, Jakarta.
Prodjopangarso, H, 1995, “Teknik Penyehatan II, Laboratorium PUS”, Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta.
Slamet Riyadi, SKM, Dr, 1987, “Pencemaran Air”, Karya Anda, Surabaya
Indonesia.
Sugiharto, 1987, “Dasar-dasar Pengolahan Air Limbah”, Universitas Indonesia,
Jakarta.
Totok Sutrisno, Eni Suciastuti, 1991, “Teknologi Penyehatan Air Bersih”, Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta.
Wardhana, Arya, Whisnu, 1995, “Dampak Pencemaran Lingkungan”, Andi Offset,
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai