Anda di halaman 1dari 16

HAKIKAT DAN PERANAN ASESMEN DALAM PEMBELAJARAN DAN

KAITANNYA DENGAN KECAKAPAN HIDUP ABAD 21

Makalah

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Asesmen Pembelajaran Pendidikan Dasar

Dosen Pembina:

Prof. Dr. Susriyati Mahanal, M.Pd.


Dr. Ratna Ekawati, S.Pd.Si. M.Pd.

Disusun oleh:

Annisa Qadri Tanjung (232103810845)


Henzi Haryanto (232103810919)
Indah Sukowati (232103800001)
Selviana Mutik (232103811310)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

SEKOLAH PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR

2023
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya
maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Hakikat dan peranan
asesmen dalam pembelajaran dan kaitannya dengan kecakapan hidup abad 21” dengan
baik. Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kepada Dosen
kami Ibu Prof. Dr. Susriyati Mahanal, M.Pd dan Ibu Dr. Ratna Ekawati, S.Pd.Si. M.Pd
yang telah memberikan tugas ini kepada kami, serta semua pihak yang tidak dapat
disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini.

Adapun dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua. Aamiin ya rabbal alamin.

Malang, 12 September 2023

Penyusun
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................3
1.1 Latar Belakang..............................................................................................3
1.2 Masalah atau Topik Bahasan.........................................................................3
1.3 Tujuan............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................4

2.1 Hakikat dan Pengertian Asesmen.................................................................4


2.2 Peran Asesmen dalam Pembelajaran............................................................4
2.3 Implementasi Asesmen Formatif, Sumati dan
Diagnostik dalam Kurikulum Merdeka..................................................................5
2.4 Karakteristik Pembelajaran Abad 21......................................................................6
2.5 Keterkaitan Hakikat dan Peranan Asesmen dalam
Pembelajaran Kecakapan Abad 21...............................................................10
2.6 Paradigma Asesmen Kurikulum Merdeka...................................................11

BAB III PENUTUP....................................................................................................13

3.1 Kesimpulan....................................................................................................13
3.2 Saran...............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan telah mengalami perubahan paradigma dari pendekatan tradisional yang
bersifat instruktif ke pendekatan yang lebih berpusat pada pembelajar. Kecakapan
hidup abad 21 menekankan kemampuan siswa untuk berpikir kritis, berkomunikasi
efektif, berkolaborasi, dan berkreasi. Oleh karena itu, asesmen harus mencerminkan
perkembangan ini. Pendidikan yang berkualitas tidak hanya mengacu kepada
pengetahuan, tetapi juga kepada perkembangan keterampilan dan kompetensi yang
relevan. Kecakapan hidup pada abad 21 ini menekankan pentingnya keterampilan
seperti kepemimpinan, kerja sama, pemecahan masalah, kreativiats, kemampuam
berkomunikasi dan berpikir kritis, serta pemahaman terhadap digital dan media.
Salah satu instrument oenting dalam merancang pembelajaran yang bepusat pada
pengembangan kecakapan abad 21 ini sendiri adalah asesmen. Asesmen bukan hanya
sebatas alat mengukur kemampuan siswa terhadap materi, tetapi juga sebagai penilaian
kemampuan terhadap siswa menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam
kehidupan sehari-hari.
Perubahan paradigma pembelajaran yang terjadi semestinya disertai dengan
perubahan paradigma asesmen yang digunakan oleh pendidik agar menjadi satu
kesatuan pembelajaran yang baik. Asesmen harus mencakup pengukuran kemampuan
ini selain dari pengetahuan akademik. Oleh karena itu pemahaman tentang hakikat dan
peran asesmen dalam pembelajaran abad 21 ini sangat penting.
1.2 Masalah atau Topik Pembahasan
1.2.1 Bagaimana hakikat dan peran asesmen dalam pembelajaran?
1.2.2 Seperti apa pembelajaran abad 21?
1.2.3 Bagaimana keterkaitan hakikak dan peran asesmen dalam pembelajaran
kecakapan abad 21?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui hakikat dan peran asesmen dalam pembelajaran.
1.3.2 Mengetahui ap aitu pembelajaran abab 21.
1.3.3 Mengetahui keterkaitan antara hakikat dan peran asesmen dalam pembelajaran
kecakapan abad 21.
3
4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hakikat dan Pengertian Asesmen


Secara etimologi didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) asesmen
merupakan kegiatan mengumpulkan, menganalisis atau menginterpretasi data atau
informasi untuk memperoleh gambaran tentang kondisi sebagai bahan untuk
pengembangan. Asesmen juga diartikan sebagai penilaian.
Secara umum, asesmen adalah proses untuk mendapatkan informasi dan data
sebagai dasar untuk mengambil keputusan dengan tujuan tertentu seperti mengukur
kinerja, evaluasi, mengidentifikasi kebutuhan, atau untuk pengambilan keputusan.
Asesmen itu sendiri dapat mencakup berbagai metode, seperti survei, wawancara,
pengamatan, pengukuran, analisis data, atau pendekatan lainnya yang sesuai dengan
tujuan dan kebutuhan yang ada.
Terdapat berbagai jenis asesmen pembelajaran yang dapat digunakan dalam
dalam pembelajaran, beberapa diantaranya :
1. Asesmen Formatif
Jenis asesmen ini dilakukan selama proses pembelajaran untuk memantau
kemajuan siswa. Hasilnya digunakan untuk memberikan umpan balik dan
menyesuaikan pengajaran.
2. Asesmen Sumatif
Asesmen ini dilakukan pada akhir suatu periode pembelajaran, seperti ujian
akhir semester. Tujuannya adalah untuk memberikan nilai akhir dan
mengevaluasi pemahaman keseluruhan siswa terhadap materi.
3. Asesmen Diagnostik
Asesmen ini digunakan untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan
siswa sebelum materi pembelajaran dimulai. Hal ini membantu guru
merancang pengajaran yang lebih sesuai.
2.2 Peran Asesmen dalam Pembelajaran
Menurut Kemendikbudristek asesmen didalam pembelajaran merupakan proses
pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengetahui kebutuhan belajar,
perkembangan, dan pencapaian hasil belajar peserta didik, yang hasilnya kemudian
digunakan sebagai bahan refleksi serta landasan untuk meningkatkan mutu
pembelajaran.
5

Asesmen memiliki peran penting dalam membantu guru dan siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Asesmen tidak hanya digunakan untuk mengukur
pemahaman siswa, tetapi juga untuk meningkatkan kualitas pengajaran, memberikan
umpan balik, dan mendukung proses pembelajaran yang efektif.
Asesmen bukan hanya tentang mengukur ataupun menilai, tetapi juga
mempunyai peran dalam mendukung pembelajaran. Dan meningkatkan kualitas
pengajaran, serta membantu guru dan siswa dalam mencapai tujuan pendidikan.
Berikut bebrapa peran asesmen yang dilakukan selama proses pembelajaran yaitu
1. Mengukur Kemajuan Siswa dan membantu guru untuk mengetahui sejauh mana
siswa telah memahami materi dan apakah mereka memerlukan bantuan tambahan.
2. Memberikan Umpan Balik Terus-Menerus kepada siswa. Umpan balik ini
membantu siswa memahami kekuatan dan kelemahan mereka, sehingga mereka
dapat mengidentifikasi hal apa saja yang perlu diperbaiki.
3. Dapat memberikan motivasi ekstra bagi siswa. Siswa dapat melihat hasil kerja
keras mereka dan merasa termotivasi untuk terus belajar.
4. Mendorong dan merangsang siswa untuk bisa Belajar Aktif serta berpikir kritis,
merenungkan materi, dan mengidentifikasi solusi. Hal Ini membantu siswa
membangun pemahaman yang lebih mendalam.
5. Untuk membantu guru menyesuaikan pengajaran mereka sesuai dengan
kebutuhan individu siswa. Ini menciptakan pengalaman belajar yang lebih
personal dan efektif.
Disisi lain tidak hanya dalam proses pembelajaran berlangsung saja, asesmen
juga bisa dilakukan pada akhir periode pembelajaran dan perannya yaitu:
1. Mengukur pencapaian tujuan pembelajaran dan sejauh mana siswa telah mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Ini memberikan gambaran umum
tentang tingkat pemahaman siswa.
2. Evaluasi efektivitas pengajaran baik itu metode pengajaran maupun kurikulum
secara keseluruhan. Ini membantu dalam perbaikan proses pendidikan.
3. Memberikan dasar untuk penilaian dalam menentukan kelulusan.
2.3 Implementasi Asesmen Formatif, Sumatif, dan Diagnostik dalam Kurikulum Merdeka
Kemdikbudristek (2021) secara resmi telah mengeluarkan pedoman pembelajaran
kurikulum merdeka dan menyebut beberapa butir terkait paradigm baru pembelajaran, yang di
dalamnya juga memuat beberapa hal terkait prinsip dan prosedur pelaksanaan asesmen dalam
kurikulum Merdeka. Pelaksanaan asesmen pada paradigma pendidikan lama cenderung lebih
6

berfokus pada asesmen sumatif yang menjadi acuan dalam meninjau hasil belajar siswa. Hasil
asesmen dalam paradigma ini belum digunakan sebagai umpan balik atau feedback untuk
memperbaiki kualitas pembelajaran yang nantinya berpengaruh terhadap hasil belajar siswa itu
sendiri. Oleh karena itu, para pendidik diharapkan mampu lebih fokus dalam
mengimplementasikan asesmen formatif dibandingkan asesmen sumatif. Asesmen formatif
digunakan untuk proses pembelajaran berkelanjutan.
Paradigma pendidikan berbasis kurikulum merdeka juga menekankan asesmen yang
bertujuan untuk mengidentifikasi kompetensi, kekuatan, dan kelemahan dari siswa. Hasilnya
digunakan oleh para guru sebagai rujukan dalam merencanakan pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan belajar dari siswa. Maulida (2022) menyatakan bahwa kurikulum merdeka belajar
membedakan tiga kategori, yaitu; asesmen diagnostik, asesmen formatif, dan asesmen sumatif.
Hal ini bertujuan untuk mengukur capaian pembelajaran di akhir kegiatan pembelajaran.
Berikut ini uraian terkait dengan pelaksanaan tes formatif, sumatif, dan diagnostik dalam
kurikulum merdeka belajar.
Perencanaan dan pelaksanaan asesmen formatif dan sumatif memperhatikan beberapa hal
sebagai berikut. (Puspendik Kemdikbudristek, 2021).

a) Penerapan pola pikir bertumbuh (growth mindset). Perencanaan dan pelaksanaan asesmen
diharapkan membangun kesadaran bahwa proses pencapaian tujuan pembelajaran, lebih
penting daripada sebatas hasil akhir.

b) Asesmen dilaksanakan terpadu dengan pembelajaran mencakup kompetensi pada ranah


sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang saling terkait.

c) Waktu asesmen kurikulum merdeka ini memiliki kebebasan. Tiga asesmen dengan
pilihan waktunya sebagai berikut: Asesmen diagnostik (Awal pembelajaran, Awal
lingkup materi) Asesmen formatif (Selama proses pembelajaran), Asesmen sumatif:
Selesai lingkup materi (terdiri beberapa tujuan pembelajaran).

d) Dalam pembelajaran intrakurikuler, pendidik diberikan keleluasaan dalam merencanakan


dan menggunakan jenis asesmen dengan mempertimbangkan: karakteristik mata
pelajaran, karakteristik dan kemampuan peserta didik, capaian pembelajaran, dan tujuan
pembelajaran, serta sumber daya pendukung yang tersedia.

e) Pendidik diberikan keleluasaan dalam menggunakan teknik dan instrumen asesmen.

2.4 Karakteristik Pembelajaran Abad 21


Pembelajaran abad 21 berbasis teknologi untuk menyeimbangkan tuntutan
zaman era milenia dengan tujuan, peserta didik akan terbiasa dengan kecakapan hidup
7

abad 21. Abad ke-21 yang dikaitkan dengan era revolusi industri 4.0 memberikan
pengaruh luas bagi pendidikan. Guru sebagai kepanjangan tangan dari pemerintah di
sekolah-sekolah menerapkan pembelajaran abad 21 (Yunianto, Suyadi, and Suherman
2020, 204). Di sekolah formal, pembelajaran sudah dituntut untuk menerapkan
kemampuan 4C (Critical Thinking, Communiaction, Collaboration, Creativity), ini
dapat terwujud cepat tidak hanya tuntutan pada kinerja guru dalam mengubah metode
mengajar, tetapi juga peran dan tanggung jawab pendidik non formal dalam
membiasakan anak-anak menerapkan 4C dalam keseharian. Untuk mencapai kondisi
belajar yang ideal, kualitas pengajaran selalu terkait dengan penggunaan model
pembelajaran secara optimal, ini berarti bahwa untuk mencapai kualitas pengajaran
yang tinggi setiap mata pelajaran harus diorganisasikan dengan model
pengorganisasian yang tepat dan selanjutnya disampaikan kepada peserta didik dengan
model yang tepat. Keterampilan 4C wajib dikuasai oleh setiap peserta didik guna
menghadapi tantangan abad 21.
Adapun kemampuan 4C (Sugiyarti and Arif 2018, 440). 1) Critical thinking
(berpikir kritis). Kemampuan peserta didik dalam berpikir kritis berupa bernalar,
mengungkapkan, menganalisis dan menyelesaikan masalah. Kemampuan berpikir
kritis biasanya diawali dengan kemampuan seseorang mengkritisi berbagai fenomena
yang terjadi di sekitarnya, kemudian menilai dari sudut pandang yang digunakannya.
2) Communication (komunikasi). Bentuk nyata keberhasilan pendidikan dengan
adanya komunikasi yang baik dari para pelaku pendidikan demi peningkatan kualitas
Pendidikan. 3) Collaboration (kolaborasi). Mampu bekerja sama, saing bersinergi
dengan berbagai 2. pihak dan bertanggung jawab dengan diri sendiri, masyarakat dan
lingkungan. Dengan demikian ia akan senantiasa berguna bagi lingkungannya. 4)
Creativity (kreativitas). Kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru.
Kreativitas peserta didik perlu diasah setiap hari agar menghasilkan terobosan atau
inovasi baru bagi dunia pendidikan. Kreatifitas membekali seorang peserta didik yang
memiliki daya saing dan memberikan sejumlah peluang baginya untuk dapat
memenuhi segala kebutuhan hidupnya.
Pembelajaran di abad 21 dapat mempersiapkan generasi manusia Indonesia
menyongsong kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dalam kehidupan
bermasyarakat. Pembelajaran abad 21 sebenarnya adalah implikasi dari perkembangan
masyarakat dari masa ke masa.Guru sebagai fasilitator, motivator dan inspirator. Saat
8

ini perkembangan digital sudah demikian maju, guru bukan satu-satunya sumber
informasi untuk belajar. Oleh karena itu guru harus bisa menjadi fasilitator dan
motivator bagi muridnya untuk mencari dan memanfaatkan sumber belajar melalui
kemajuan digital. Hal ini sekaligus sebagai inspirator untuk peserta didiknya agar lebih
giat belajar dan menemukan sumber informasi melalui teknologi yang berkembang.
Berikut karakteristik guru pada Abad 21 (Syahputra 2018, 1281). 1) Minat baca guru
harus tinggi.. 2) Guru harus memiliki kemampuan menulis karya ilmiah. Disamping
minat baca guru harus tinggi, guru dituntut juga memiliki kemampuan menulis karya
ilmiah. Sebab guru dalam tugasnya akan selalu memberikan macam-acam tugas
kepada siswanya. Beberapa penugasan yang diwajibkan guru kepada siswanya antara
lain adalah mereviu buku, artikel jurnal, membuat karangan pendek dan lain-lain. Hal
ini semua menuntut guru harus mahir menulis. 3). Guru harus kreatif dan inovatif
mempraktekkan model-model pembelajaran. Tuntutan pembelajaran abad 21
mengharuskan guru kreatif dan inovatif mempraktekkan model-model pembelajaran
yang dapat mengkonstruksi pengetahuan peserta didiknya. Kombinasi antara model
pembelajaran dan penggunaan teknologi digital akan menimbulkan kreativitas dan
inovasi siswa. 4). Guru mampu bertransformasi secara kultural. Pandangan “teacher
centered” pada kultur pembelajaran sebelumnya harus dapat bertransformasi ke arah
“student centerd”. Jadikan siswa sebagai subyek belajar yang dapat berkembang dan
mengkonstruksi pengetahuannya secara maksimal.
Standar Teknologi Pendidikan Nasional untuk Siswa (National Educational
Tegnology Standarts for Students/NETS-S) mengemukakan Ada 6 keterampilan
penting yang harus dimiliki siswa dan diajarkan oleh guru di sekolah. Keterampilan-
keterampilan tersebut adalah: 1. Kreativitas dan inovasi 2. Komunikasi dan kolaborasi
Penelitian dan kelancaran informasi 4. Berpikir kritis, pemecahan masalah dan
pembuatan keputusan 5. Kewarganegaraan digital 6. Operasi teknologi dan konsep
(Haka and Pd, n.d., 10) Sedangkan menurut (Redhana 2019, 2243) Karakteristik
pembelajaran abad 21 dalam berbagai konteks yakni:
1) Pemecahan Masalah. Memecahkan berbagai jenis masalah yang tidak biasa
dengan cara konvensional dan inovatif, mengidentifikasi dan mengajukan
pertanyaan penting yang memperjelas berbagai sudut pandang dan
menghasilkan solusi yang lebih baik.
9

2) Komunikasi dan Kolaborasi. Mengartikulasikan pemikiran dan gagasan secara


efektif menggunakan keterampilan komunikasi lisan, tertulis, dan nonverbal
dalam berbagai bentuk dan konteks, mendengarkan secara efektif untuk
menguraikan makna, termasuk pengetahuan, nilai, sikap, dan niat,
menggunakan komunikasi untuk berbagai tujuan (misalnya untuk
menginformasikan, menginstruksikan, memotivasi, dan membujuk),
memanfaatkan berbagai media dan teknologi, dan mengetahui bagaimana
menilai efektivitasnya sebagai prioritas serta menilai dmpaknya,
berkomunikasi secara efektif dalam lingkungan yang beragam (termasuk multi-
bahasa), berkolaborasi dengan orang lain, menunjukkan kemampuan untuk
bekerja secara efektif dan penuh hormat dengan tim yang beragam, kepedulian
untuk membantu dalam membuat kompromi untuk mencapai tujuan bersama,
mengemban tanggung jawab bersama untuk kerja kolaboratif, dan menghargai
kontribusi individu yang dibuat oleh setiap anggota tim.
3) Keterampilan Informasi, Media, dan Teknologi. akses ke informasi yang
berlimpah,perubahan pesat dalam perangkat teknologi, dan kemampuan untuk
berkolaborasi dan memberikan kontribusi individu dalam skala yang belum
pernah terjadi sebelumnya. Untuk bersaing dan bertahan pada masa sekarang
ini, maka setiap orang harus memiliki kemampuan atau keterampilan berpikir
fungsional dan kritis yang terkait dengan informasi, media, dan teknologi.
4) Menggunakan dan Mengelola Informasi. Mengunakan informasi secara akurat
dan kreatif untuk masalah atau masalah yang dihadapi, engelola arus informasi
dari berbagai sumber dan menerapkan pemahaman mendasar tentang masalah
etika seputar akses dan penggunaan informasi.
5) Analisis Media. Memahami bagaimana dan mengapa pesan media dibuat, dan
untuk tujuan apa, memeriksa bagaimana individu menafsirkan pesan secara
berbeda, bagaimana nilai dan sudut pandang disertakan atau dikecualikan, dan
bagaimana media dapat mempengaruhi keyakinan.
6) Membuat Produk Media. Memahami dan memanfaatkan alat, karakteristik, dan
konvensi pembuatan media yang paling tepat, mengetahui secara efektif
ekspresi dan interpretasi dalam keragaman, lingkungan pada berbagai multi-
budaya dan melek TIK.
10

Jadi Keterampilan abad ke-21, juga dikenal sebagai keterampilan masa depan,
adalah kemampuan dan kompetensi yang dianggap penting untuk sukses dalam era
informasi dan teknologi modern. Pemahaman dan penguasaan teknologi informasi dan
komunikasi, termasuk penggunaan perangkat lunak, aplikasi, dan platform digital.
Kemampuan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan memecahkan masalah
kompleks dengan menggunakan logika dan kreativitas. Kemampuan untuk
mengevaluasi informasi secara kritis, memahami implikasi dari data yang diberikan,
dan membuat keputusan yang berbasis bukti. Kemampuan untuk bekerja sama dan
berkolaborasi dengan orang lain secara efektif, baik secara fisik maupun dalam
lingkungan digital. Kemampuan untuk menyampaikan informasi dengan jelas, baik
secara lisan maupun tertulis, serta mampu mendengarkan dan memahami perspektif
orang lain.
2.5 Keterkaitan Hakikat dan Peranan Assesmen dalam Pembelajaran Kecakapan Abad 21
Mengacu pada prinsip dasar asesmen, pada dasarnya asesmen digunakan untuk
meningkatkan pembelajaran peserta didik. Asesmen mengacu pada prosedur penilaian yang
digunakan untuk memberikan informasi tentang prestasi atau kinerja yang akan digunakan
untuk pengambilan keputusan dalam proses pembelajaran di kelas. Hal tersebut jelas berkaitan
dengan penilaian yang merupakan serangkaian aktivitas yang dirancang untuk memperoleh
informasi kualitatif dan kuantitatif baik di awal pembelajaran, di saat/sedang melaksanakan
pembelajaran, dan di akhir pembelajaran yang dapat membantu peserta didik untuk mengetahui
apa yang dipelajari peserta didik di kelas dan ketuntasan perserta didik dalam mencapai
kompetensi (Angelo & Cross, 1993; Shemis & Di Vesta, 2011). Education Standards Authority
New South Wales (2022) menjelaskan asesmen sebagai komponen penting dari siklus belajar
mengajar. Assessment for learning, assessment as learning, dan assessment of learning adalah
pendekatan yang memungkinkan pendidik untuk mengumpulkan bukti dan membuat penilaian
tentang prestasi peserta didik.

Dalam konteks ini, asesmen mengacu pada semua kegiatan yang dilakukan pendidik
dan peserta didik di mana menggunakan umpan balik (feedback) dalam berbagai bentuk dan
dikembangkan dalam proses pembelajaran di dalam kelas, sebagai informasi tentang
kekeliruan atau kesalahan dan saran untuk perbaikan. Maka dari itu penilaian merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dalam proses pembelajaran, maka tujuan asesmen dapat
difokuskan pada tiga kategori utama, yakni penilaian sebagai pembelajaran (Assessment as
Learning, AaL), penilaian untuk pembelajaran (Assessment for Learning, AfL), dan penilaian
terhadap pembelajaran (Assessment of Learning, AoL). Ketiganya dipandang sebagai tujuan
dari pada metode untuk menetapkan hasil yang diinginkan dari proses pembelajaran. Pada
11

pembelajaran behavioristik penilaian banyak menekankan pada AoL. Karena pembelajaran


masih terpaku pada hasil yang didapat bukan berdasarkan serangkaian proses yang dilalui oleh
peserta didik. Seiring dengan perubahan pembelajaran dari behavioristik kekonstruktivis maka
penilaian berubah dari AoL kepada AaL. Hal ini dikarenakan bahwa penilaian dalam
pembelajaran harus dilaksanakan dari peserta didik ketika mengalami metakognisi atau proses
pertukaran informasi di dalam dirinya dalam proses pembelajaran.

Prihantoro dan Hermawan (2021) menyebutkan keterpaduan AoL, AfL, dan AaL
merupakan kunci keberhasilan asesmen dan juga pembelajaran peserta didik. Keterpaduan ini
berarti bahwa pendidik merancang dan menerapkan tiga jenis asesmen tersebut dalam setiap
proses pembelajaran. Ketiganya menjadi sesuatu yang tidak terpisahkan yaitu:

1) Assessment of learning (AoL) merupakan proses mengumpulkan dan menginterpretasikan


bukti dengan maksud meringkas penilaian pada sebuah pemberian poin setiap waktu,
membuat pertimbangan tentang kualitas pembelajaran siswa atas dasar kriteria penilaian
dan menetapkan nilai untuk merepresentasi kualitas siswa.
2) Assessment for learning (AfL) merupakan proses penilaian yang terus menerus dalam
mengumpulkan dan menginterpretasikan bukti tentang hasil belajar siswa dengan maksud
untuk menentukan sampai sejauh mana pencapaian hasil belajar mereka, pada bagian yang
mana mereka butuhkan untuk diteruskan dan bagaimana cara terbaik untuk
mendapatkannya.
3) Assessment as learning (AaL) merupakan proses mengembangkan dan mendukung
metakognitif peserta didik.

Menurut Kemdikbudristek (2021) beberapa prinsip yang mesti dipedomani oleh para
pendidik dalam melaksanakan pembelajaran. Adapun prinsip pembelajaran yang dimaksud
dilaksanakan dengan mengacu pada prinsip pembelajaran sebagai berikut: (1) Pembelajaran
dirancang dengan mempertimbangkan tahap perkembangan dan tingkat pencapaian peserta
didik saat ini, sesuai kebutuhan belajar, serta mencerminkan karakteristik dan perkembangan
yang beragam sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan menyenangkan; (2) Pembelajaran
dirancang dan dilaksanakan untuk membangun kapasitas untuk menjadi pembelajar sepanjang
hayat; (3) Proses pembelajaran mendukung perkembangan kompetensi dan karakter peserta
didik secara holistik; (4) Pembelajaran yang relevan, yaitu pembelajaran yang dirancang sesuai
konteks, lingkungan dan budaya peserta didik, serta melibatkan orang tua danmasyarakat
sebagai mitra; dan (5) Pembelajaran berorientasi masa depan yang berkelanjutan.

2.6 Paradigma Asesmen Kurikulum Merdeka


12

Paradigma pembelajaran didefinisikan sebagai sebuah pandangan terhadap permasalahan


pembelajaran dalam dunia pendidikan (Sinaga, 2008). Paradigma ini berkaitan dengan nilai-
nilai kehidupan atau proses pembudayaan. Paradigma pembelajaran saat ini telah mengalami
perkembangan yang sangat pesat dari paradigma lama hingga paradigma baru. Pada paradigma
lama memiliki karakteristik sebagai berikut: Peran pendidik pada paradigma ini adalah sebagai
sumber informasi bagi siswanya. Diman pendidik memberikan informasi kepada peserta didik
melalui ceramah. Kemudian, sumber pengetahuan siswa hanya berfokus pada penerimaan
infomasi yaitu melalui pendidik. Jika dilihat pada pembelajaran, paradigma lebih berfokus pada
kurikulum dan berfokus pada di kelas saja, Hal ini mengindikasikan bahwa hal-hal
pembelajaran hanya terkait dengan apa yang ada di dalam kelas saja tanpa melibatkan hal lain.
Sedangkan pada paradigma baru ini, pendidik memiliki peran sebagai fasilitator dan motivator
di mana pendidik memberikan dorongan motivasi kepada peserta didik serta memfasilitasi
peserta didik sehingga pembelajaran abad ke-21 ini siswa lebih aktif untuk mencari tau, serta
berpikir kritis dalam kegiatan pembelajaran.
13

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Asesmen adalah suatu bagian dari proses penilaian yang membantu pemerintah,
kepala sekolah, guru dan siswa dalam memahami dan memperoleh tujuan pencapaian
pembelajaran. Asesmen tidak hanya sebagai pengukur pengetahuan, tetapi juga sebagai
pengembangan keterampilan yang lebih mendalam. Asesmen formatif mendorong
siswa untuk aktif dalam proses belajar. Dimana dengan adanya asesmen ini siswa dapat
melakukan refleksi, aktif berdiskusi dan memacah atau mencari solusi dari sebuah
masalah. Asesmen sendiri dirangcang untuk dapat memotivasi siswa untuk berusaha
lebih baik lagi dalam memperoleh hasil yang maksimal.
Asesmen dapat mendukung perkembangan kecakapan abad 21, seperti unutk
mengembangkan berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, kolaborasi, literasi digital dan
media. Asesmen selalu harus berkembang dan dievaluasi setiap efektivitas sistem
pendidikan untuk membantu mempersiapkan siswa menghadapi tantangan dunia
modern. Pembelajaran abad 21 sendiri mengintegrasikan teknologi untuuk
memfasilitasi pembelajaran dan memberikan informasi yang lebih luas. Demi
pembelajaran abad 21 ini siswa harus mampu beradaptasi dengan perubahan belajar
dan menghadapi tantangan. Pembelajaran abad 21 merupakan upaya untuk
menciptakan lingkungan pendidikan yang fleksibel dan relevan dalam perubahan, hal
ini diperlukan untuk menambah keterampilan dan pengetahuan demi kesuksesan dalam
menggapai karis.
Asesmen memberi peran dalam kemajuan siswa dalam pengembangan kecakapan
abad 21. Adanya kemajuan ini membuat guru dan siswa untuk dapat melihat sejauh
mana kemampuan yang diperoleh berkembang. Akan tetapi, asesmen juga terus
dikembangkan secara adil dan relevan, serta berintegritas demi memperoleh
kesuksesan di masa yang akan datang.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini banyak sekali kekurangan yang ada
di dalamnya. Baik dalam penulisan kata, tanda baca atau yang lainnya. Sehingga
penulis banyak berharap kepada pembaca terutama agar memberikan apresiasinya
demi bergunanya makalah ini. Selain itu, penulis berharap bahwa kita sebagai calon
pendidik dan generasi penerus bangsa memahami tentang pentingnya pendekatan
pembelajaran dalam menyusun pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran
yang akan diajarkan kepada peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai
dengan efektif dan efisien.
14

DAFTAR PUSTAKA
13
Adinda, A. H., Siahaan, H. E., Raihani, I. F., Aprida, N., Fitri, N., & Suryanda, A. (2021).
Penilaian sumatif dan penilaian formatif pembelajaran online. Report Of Biology Education,
2(1), 1–10

Astuti, Efi Tri. 2017. “Problematika Implementasi Penilaian Autentik Kurikulum 2013 dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SD Negeri Ploso I Pacitan,”24

Black, P., Harrison, C., Lee, C., Marshall, B., & William, D. (2003). Assessment for Learning:
putting it into pratice. Buckingham, UK: Open University Press.

Haka, Nukhbatul Bidayati, and M Pd. n.d. “Pendidikan Biologi Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung 1442 H/2021 M,” 30

Marhaeni, A.A.I.N, Lulup Endah Tripalupi, A.A.I A R Sudiatmika, Ni Ketut Widiartini, Luh Putu
Eka Sulistia Dewi, A.A Gede Yuda P. 2020. Buku Ajar Asesmen Pendidikan.Depok: Rajawali
Press.

Maulida, U. (2022). Pengembangan modul ajar berbasis kurikulum merdeka. Tarbawi : Jurnal
IlmuPendidikan

Purnawanto, A. T. (2022). Perencanakan pembelajaran bermakna dan asesmen kurikulum merdeka.


Jurnal Ilmiah Pedagogy, 20(1), 75–94.

Pusat Asesmen dan Pembelajaran Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan
Kementrian Pendidikan Kebudayaan, R. d. (2021). Panduan Pembelajaran dan
Asesmen Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.

Prof. Dr. I Gede Sudirtha, S. M. (2023). Orasi Ilmiah. Bali.

Redhana, I Wayan. 2019. “Mengembangkan Keterampilan Abad Ke-21 dalam


Pembelajaran Kimia” 13 (1): 15

Sugiyarti, Lina, and Alrahmat Arif. 2018. “Pembelajaran Abad 21 di SD,” 6.

Syahputra, Edi. 2018. “Pembelajaran Abad 21 dan Penerapannya di Indonesia,” 9.


15

Yunianto, Teguh, Suyadi Suyadi, and Suherman Suherman. 2020. “Pembelajaran abad
21: Pengaruhnya terhadap pembentukan karakter akhlak melalui pembelajaran STAD dan
PBL dalam kurikulum 2013.” Premiere Educandum : Jurnal Pendidikan Dasar dan
Pembelajaran 10 (2): 203. https://doi.org/10.25273/pe.v10i2.6339

Anda mungkin juga menyukai