Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

HEMORAGIK ANTEPARTUM

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Perdarahan Antepartum merupakan perdarahan dari traktus genitalis yang terjadi
antara kehamilan minggu ke 28 dan awal partus. Pada satu kehamilan perdarahan dari
traktus genitalis lebih sering serius jika terjadi pada tempat plasenta dibandingkan
dari sumber lain. Walaupun demikian plasenta menjadi organ defenitif jauh lenih dini
dari kehamilan 28 minggu dan perdarahan terjadi lebih dini. Perdarahan vaginal
setelah 29 minggu mempunyai potensi serius karena perdarahan pada saat yang lebih
dini dapat merupakan indikasi dari 2 penyebab utama antepartum.

Hemoragik Antepartum adalah perdarahan pada trisemester tereakhir dari


kehamilan (fakultas kedokteran universitas padjajaran. Obstektric patologi 83: 2002)
200 2)

Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28


minggu. (Rustam M, 1998: 269).

Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan di atas 28

minggu atau lebih dan sering disebut atau digolongkan perdarahan trimester ketiga.
(Ida Bagus Gde Manuaba, 1998: 253).

Perdarahan antepartum adalah perdarahan dari trektus genitalis setelah kehamilan


28 minggu, yang mungkin disebabkan karena vaginitis, polip serviks, servisitis,
varises vagina dan serviks dan lesi ganas pada vagina atau serviks. (Wagstaff, T. Ian,
1997: 137).
2. Klasifikasi Hemoragik Antepartum
Pada hamil muda sebab-sebab terjadinya perdarahan :
 Abortus
 Kehamilan Ektopik
 Mola Hidatidosa

Pada tri wulan terakhir penyebab utama Hemoragik Antepartum yaitu :


 Plasenta Previa
 Solusio Plasenta

Selain sebab-sebab di atas juga dapat ditimbulkan oleh luka-luka pada jalan lahir
karena terjatuh, coitus atau varices yang pecah dan oleh kehamilan servix seperti
carcinoma erosio dan polyp.

a. Plasenta Previa
Plasenta Previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada
tempat abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian
atau seluruh pembukaan jalan lahir (osteum uteri interal.
Plasenta Previa Totalis adalah Seluruh ostium internum tertutup oleh
plasenta.
Plasenta Previa Lateralis adalah Hanya sebagian dari ostium internum
tertutup oleh plasenta
Plasenta Previa Marginalis adalah Hanya pada pinggir ostium terdapat
jaringan plasenta.

Plasenta previa dapat disebabkan oleh berbagai faktor lain :

 Endometrium yang kurang baik


 Chorion leave yang presisten
 Korpus luteum yang bereaksi lambat

Plasenta previa mungkin sekali terjadi perdarahan post partum karena :


 Kadang-kadang plasenta lebih erat melekat pada dinding Rahim
 Darah perlekatan luas
 Daya kontrasi segmen bawah rahim kurang

Bahaya untuk ibu pada plasenta previa :


 Perdarahan hebat
 Infeksi
 Spesis
 Emboli udara (jarang)

Bahaya untuk anak :


 Hypoxia

b. Solusio Plasenta
Solusio Plasenta adalah lepasnya plasenta sebelum waktunya, plasenta itu
secara normal terlepas setelah anak lahir, jadi plasenta terlepas sebelum waktunya

apabila plasenta terlepas sebelum anak lahir.

Pelepasan plasenta sebelum minggu ke 22 disebut abortus dan jika terjadi


pelepasan plasenta pada plasenta yang rendah implantasinya. Bukan disebut solusi
plasenta, tetapi plasenta previa, jadi definisi lengkapnya
lengk apnya adalah : solutio p
plasenta
lasenta
adalah lepasnya sebagian atau seluruh plasenta yang normal implantasinya di atas
22 minggu dan sebelum lahirnya anak.

Solusio plasenta dapat diklasifikasikan menjadi 3 berdasarkan tingkat gejala


klinik antara lain :
a. Solusio Plasenta Ringan
 Tanpa rasa sakit
 Pendarahan kurang 100 cc
 Plasenta lepas kurang dari 1/5 bagian
 Figrinogen di atas 250 mg

b. Solusio Plasenta Sedang


 Bagian janin masih teraba
 Perdarahan antara 500 – 1000 cc
 Plasenta lepas kurang dari 1/3 bagian

c. Solusio Plasenta Berat


 Abdomen nyeri palpasi janin sukar
 Janin telah meninggal
 Plasenta lepas di atas 2/3 bagian
 Terjadi gangguan pembekuan

3. Etiologi
a. Plasenta Previa
Plasenta Previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan yang
endometriumnya yang kurang baik, misalnya atrofi endometrium (kurang baiknya

vaskularisasi desidua).
Perdarahan Antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya
terjadi pada triwulan ketiga kehamilan. Karena pada saat itu segmen bawah uterus
lebih banyak mengalami perubahan berkaitan dengan makin tuanya kehamilan.
Kemungkinan perdarahan antepartum akibat plasenta previa dapat sejak
kehamilan berusia 20 minggu. Pada usia kehamilan ini segmen bawah uterus telah
terbentuk dan mulai menipis. Semakin tua usia kehamilan segmen bawah uterus
semakin melebar dan serviks membuka. Dengan demikian plasenta yang
berimplitasi di segmen bawah uterus tersebut mengalami pergeseran dari tempat
implantasi dan akan menimbulkan perdarahan. Darahnya berwarna merah segra,
bersumber pada sinus uterus atau robekan sinus marginalis dari plasenta.

Keadaan ini bisa ditemukan pada :


 Multipara, terutama jika jarak antara kehamilannnya pendek
 Mioma uteri
 Kuretasi yang berulang
 Umur lanjut
 Bekas seksio sesarea
 Perubahan inflamasi atau atrofi misalnya pada wanita merokok atau
pemakai kokain.

b. Solusio Plasenta
Penyebab utama dari solusio plasenta, masih belum diketahui dengan jelas
meskipun demikian, beberapa hal yang tersebut di bawah ini di duga merupakan
faktor-faktor yang berpengaruh pada kejadiannya antara lain :
 Hipertensi esensialis atau preeklamsi
 Tali pusat yang pendek
 Trauma
 Tekanan oleh rahim yang membesar pada vena cava inferior
 Uterus yang sangat mengecil (Hidramnion pada waktu ketuban pecah,

kehamilan ganda pada waktu anak pertama lahir)

Disamping itu ada pengaruh dari :


 Umur lanjut
 Multiparitas
 Ketuban pecah sebelum waktunya
 Defisiensi asam folat
 Merokok, alkohol, kokain

Mioma uteri
4. Tanda dan Gejala
a. Plasenta Previa
 Perdarahan terjadi tanpa rasa sakit pada trimester III.
 Sering terjadi pada malam hari saat pembentukan SBR
 Perdarahan dapat terjadi sedikit atau banyak sehingga menimbulkan gejala
 Perdarahan berwarna merah
 Letak janin abnormal.

b. Solusio Plasenta
 Perdarahan disertai rasa sakit
 Jalan asfiksia ringan sampai kematian intrauterine
 Gejala kardiovaskuler ringan sampai berat
 Abdomen menjadi tengang
 Perdarahan berwarna kehitaman
 Sakit perut terus menerus

5. Patofisiologi
a. Plasenta Previa
Seluruh plasenta biasanya terletak pada segmen atau uterus, kadang-
kadang bagian atau seluruh organ dapat melekat pada segmen bawah uterus,

dimana hal ini dapat diketahui sebagai plasenta previa. Karena segmen bawah
agak merentan selama kehamilan lanjut dan persalinan dalam usaha mencapai
dilatasi serviks dan melahirkan anak, pemisahan plasenta dari dinding usus
sampai tingkat tertentu tidak dapat dihindari sehingga terjadi pendarahan.

b. Solusio Plasenta
Perdarahan terjadi pada pembuluh darah plasenta atau uterus yang
membentuk hematom pada disesna, sehingga plasenta terdesak akhirnya terlepas.
Apabila perdarahan sedikit, hematom yang kecil itu hanya akan mendesak
jaringan plasenta. Peredaran darah antara uterus dan plasenta belum terganggu
dan tanda serta gejalanya pun tidak jelas. Kejadiannya baru diketahui setelah
plasenta lahir yang pada pemeriksaan didapatkan cekungan pada permukaan
maternalnya dengan bekuan darah lama yang warnanya kehitam-hitaman.
Biasanya pendarahan akan berlangsung terus menerus karena otot interus yang
telah meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi
menghentikan pendarahannya. Akibatnya, hematom retroplasenter akan
bertambah besar sehingga sebagian dan akhirnya seluruh plasenta terlepas dari
dinding uterus.

6. Pemeriksaan Penunjang
1) Uji laboratorium, yang terdiri dari :

a. Pemeriksaan darah lengkap harus diperoleh dan dibandingkan dengan


penilaian sebelumnya untuk membantu menilai jumlah kehilangan darah.

b. Penilaian sistem pembekuan dengan memperoleh hitung trombosit, fibrinogen


serum, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin sebagian.

c. Penentuan golongan darah

2) Ultrasonografi
Cara yang paling tepat untuk menentukan penyebab perdarahan triwulan
ketiga adalah dengan ultrasonografi. Evaluasi ultrasonografi harus mencakup
lokasi dan karakter plasenta, penilaian umur gestasi, perkiraan berat janin,
penentuan presentasi janin, dan penyaingan untuk anomali janin.

3) Kardiotokografi

Pemantauan aktivitas rahim dan frekuensi denyut jantung janin harus


dipantau untuk menangani persalinan dan menetapkan kesehatan janin.
Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan ketiga,
atau setelah kehamilan 28 minggu.

Perdarahan antepartum tanpa rasa nyeri merupakan tanda khas plasenta


previa, apalagi kalau disertai tanda-tanda lainnya, seperti bagian terbawah janin

belum masuk ke dalam pintu atas panggul, atau kelainan letak. Tanda pertama
adalah perdarahan sehingga pada umumnya penderita segera datang untuk
meminta pertolongan.

Lain halnya dengan solutio plasenta. Kejadiannya tidak segera ditandai


oleh perdarahan pervaginam, sehingga mereka tidak segera datang untuk
mendapatkan pertolongan. Gejala pertamanya ialah rasa nyeri pada kandungan
yang makin lama makin hebat, dan berlangsung terus menerus ini sering
diabaikan, dianggap sebagai tanda permulaan persalinan biasa. Baru setelah
penderita pingsan karena perdarahan retroplasenta yang banyak, atau setelah
tampak ada perdarahan pervaginam, mereka datang untuk mendapatkan
pertolongan. Pada keadaan demikian biasanya janin telah meninggal dalam
kandungan.

4. Komplikasi
a. Solusio Plasenta
b. Plasenta Previa
c. Insersio Velamentosa
d. Vasa Previa

5. Penatalaksanaan
Terapi Ekopektif
1) Tujuan terapi ekopektif ialah supaya janin tidak terlahir premature, penderita
dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servikalis. Upaya
diagnosis dilakukan secara non-infansif pemantauan klinis dipantau secara ketat
dan baik.
Syarat-syaratt terapi ekopektif:
Syarat-syara
a. Kehamilan preterm dan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.
b. Belum ada tanda-tanda inpartu.
c. Keadaan umum ibu cukp baik.
d. Janin masih hidup.

2) Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotic profilaksis.


3) Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui inplantasi plasenta, usia kehamilan,
profil biofisik, letak dan presentasi janin.
4) Berikan tokolitik jika ada kontaraksi.
a. MgSO4 4 grm iv dosis awal dilanjutkan 4grm setiap 6 jam.
b. Betametason 24 mg iv dosis tunggal untuk pematangan paru janin.

5) Uji pematangan paru janin dengan tes kocok(bubble tes) dan hasil amniosentesis.
6) Bila setelah usia kehamilan diatas 24 minggu, plasenta masuh berada disekitar
ostium uteri internum, maka dugaan plasenta previa menjadi jelas, sehingga perlu
dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan
gawat janin.

Terapi Aktif
1) Wanita hamil diatas 2 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan
banyak, harus segera ditatalaksanakan secara aktif tanpa memandang maturnitas
janin.
2) Untuk diagnosis plasenta previa dan menetukan cara menyelesaikan persalinan,
setelah semua persyaratan terpenuhi, lakukan PDMO jika:
a. Infuse atau tranfusi telah terpasang, kamar dan tim operasi
o perasi telah siap.
b. Kehamilan ≥ 37 minggu (BB 2500 grm) dan inpartu.
c. Janin telah meniggal atau terdapat anomaly kongenital mayor (misal:
anensefali).
d. Perdarahan dengan bagian bawah janin telah jauh melewati pintu atas panggul

(2/5 atau 3/5 pada palpasi luar).


B. Konsep Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai