Anda di halaman 1dari 306

Struktur Baja 2

Kuliah 8 – Perencanaan Struktur


Bangunan Baja Indonesia

Ir. Totok Andi Prasetyo, ST., MT

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
Dasar Peraturan
Perencanaan Struktur
Bangunan Baja Indonesia
SNI 03-1729-2019
Terima Kasih
Struktur Baja 2
Kuliah 9 – Konsep Perancangan
Struktur Baja Tahan Gempa

Ir. Totok Andi Prasetyo, ST., MT

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
Konsep Perancangan
Struktur Baja Tahan
Gempa
Perencanaan Struktur Baja Tahan Gempa
Konsep Perencanaan Struktur Baja
• Code yang digunakan:
a. “Tata cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan
nongedung” - SNI 1726:2019
b. “Spesifiaksi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural” - SNI 1729:2020
c. “Ketentuan Seismik untuk Bangunan Gedung Baja Struktural” - SNI 7860:2020
d. “Sambungan Terprakualifikasi untuk Rangka Momen Khusus dan Menengah Baja pada
Aplikasi Seismik:” – SNI 7972:2020
e. “Specification for Structural Steel Buildings” - AISC 360-16
f. “Seismic Provisions for Structural Steel Buildings” - AISC 341-16
g. “Pre-qualified Connections for Special and Intermediate Steel Moment Frames for
Seismik Aplications” - AISC 385-16
Prinsip Perencanaan Struktur Tahan Gempa

(a) (b) (c)

(a) Pada saat terjadi Gempa Ringan tidak terjadi kerusakan.


(b) Pada saat terjadi Gempa Sedang hanya terjadi kerusakan ringan tanpa kerusakan
struktural.
(c) Pada saat terajdi Gempa Besar terjadi kerusakan struktural tanpa terjadi keruntuhan.
Prinsip Perencanaan Struktur Tahan Gempa
Pada saat terjadi gempa besar diharapkan struktur dapat menyerap
energi gempa secara efektif melalui terbentuknya sendi plastis pada bagian
tertentu.
Kriteria desain struktur tahan gempa harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:

Disipasi
Kekuatan Kekakuan Daktilitas Intergritas
Energi
Aspek Perancangan
Ketentuan Perancangan
Struktur Baja Tahan Gempa
Prinsip Perancangan
Struktur Baja Tahan Gempa
Prinsip Perancangan
Struktur Baja Tahan Gempa
Prinsip Perancangan
Struktur Baja Tahan Gempa
Prinsip Perancangan
Struktur Baja Tahan Gempa
Prinsip Perancangan
Struktur Baja Tahan Gempa
Prinsip Perancangan
Struktur Baja Tahan Gempa
Prinsip Perancangan
Struktur Baja Tahan Gempa
Prinsip Perancangan
Struktur Baja Tahan Gempa
Perencanaan Struktur Baja Tahan Gempa
Sistem Rangka Pemikul Momen

Bidang Momen
Lentur Sendi plastis-leleh
Struktur balok dan kolom dihubungkan
dengan sambungan kaku (menahan
Momen)
Prinsip Perancangan
Struktur Baja Tahan Gempa

(c). Plastic Hinges


(a). Plastic Hinges (b). Plastic Hinges In Columns:
In Beams In Column Panel Zones Potential for Soft Story Collapse
Perencanaan Struktur Baja Tahan Gempa
Sistem Rangka Pemikul Momen
• Sendi plastis direncanakan hanya terjadi diujung-ujung balok dan didasar
kolom.
• Harus menjamin kekuatan kolom dan sambungan lebih besar daripada
kapasitas balok.
• Hal ini memberi konsekuensi dimensi kolom dan detailing sambungan yang
lebih “mahal”
• Dapat ditentukan sistem struktur yang sesuai (SRPMK, SRPMM, SRPMB)
dengan konsekuensi kinerja dan detailing yang berbeda.
Perancangan Struktur Baja Tahan Gempa di Indonesia

a. Peta Zonasi Gempa Indonesia


b. Kategori Risiko dan Faktor Keutamaan Gempa, Ie
c. Kelas Situs dan Koefisien Situs, Fa dan Fv
d. Parameter Respons Spektrum
e. Kategori Desain Seismik (KDS)
f. Pemilihan Sistem Struktur
Perancangan Struktur Baja Tahan Gempa di Indonesia

• Langkah-langkah dalam penentuan beban gempa harus dilakukan


sesuai SNI 1726:2019 yaitu sebagai berikut:
• a. Peta Zonasi Gempa Indonesia
Parameter gerak tanah Ss, gempa
maksimum yang dipertimbangkan
risiko-tertarget (MCER) wilayah
Indonesia untuk spektrum respons
0,2-detik (redaman kritis 5 %)
Perancangan Struktur Baja Tahan Gempa di Indonesia

• Langkah-langkah dalam penentuan beban gempa harus dilakukan


sesuai SNI 1726:2019 yaitu sebagai berikut:
• a. Peta Zonasi Gempa Indonesia
Parameter gerak tanah, S1, gempa
maksimum yang dipertimbangkan
risiko-tertarget (MCER) wilayah
Indonesia untuk spektrum respons
1- detik (redaman kritis 5 %)
Perancangan Struktur Baja Tahan Gempa di Indonesia

• b. Kategori Risiko dan Faktor Keutamaan Gempa, Ie


Perancangan Struktur Baja Tahan Gempa di Indonesia

• c. Kelas Situs dan Koefisien Situs, Fa dan Fv


Klasifikasi Situs
Perancangan Struktur Baja Tahan Gempa di Indonesia

• c. Kelas Situs dan Koefisien Situs, Fa dan Fv


Koefisien Situs, Fa
Perancangan Struktur Baja Tahan Gempa di Indonesia

• c. Kelas Situs dan Koefisien Situs, Fa dan Fv


Koefisien Situs, Fv
Perancangan Struktur Baja Tahan Gempa di Indonesia

• e. Kategori Desain Seismik (KDS)

Kategori Desain Seismik berdasarkan parameter respons


percepatan periode pendek
Perancangan Struktur Baja Tahan Gempa di Indonesia

• e. Kategori Desain Seismik (KDS)


Kategori Desain Seismik berdasarkan parameter respons
percepatan periode 1 detik
Perancangan Struktur Baja Tahan Gempa di Indonesia
• f. Pemilihan Sistem Struktur
Sistem Struktur untuk
Struktur Baja Tahan Gempa
Macam-Macam Sistem Struktur
Baja Tahan Gempa

Concentrically Braced
Moment Resisting Frames
Frames
Macam-Macam Sistem Struktur
Baja Tahan Gempa

Eccentrically Braced Buckling Restrained


Frames Braced Frames
Kombinasi Beban
• a) Kombinasi Pembebanan Struktur
Berdasarkan SNI 1726:2019, kombinasi beban terfaktor yang harus
diperhitungkan adalah sebagai berikut:
1. 1.4D
2. 1.2D + 1.6L + 0.5 (Lr atau R)
3. 1.2D + 1.6 (Lr atau R) + (L atau 0.5W)
4. 1.2D + 1.0W + L + 0.5 (Lr atau R)
5. 0.9D + 1.0W
6. 1.2D + 1.0Ev + 1.0Eh + L
7. 0.9D + 1.0Ev + 1.0Eh

Pengaruh beban seismik horizontal, Eh , harus ditentukan sesuai Eh = Qe


Pengaruh beban seismik horizontal, Ev , harus ditentukan sesuai Ev = 0,2SDSD
Material
Material
Daktilitas Penampang Struktur
Daktilitas Penampang Struktur
Daktilitas Penampang Struktur
Daktilitas Penampang Struktur
Detailing Struktur
Detailing Struktur
Desain Struktur Baja Tahan Gempa
Desain Struktur Baja Tahan Gempa
Desain Struktur Baja Tahan Gempa
Referensi
Terima Kasih
Struktur Baja 2

Kuliah 10 – Sistem Rangka Pemikul Momen

Ir. Totok Andi Prasetyo, ST., MT

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
Sistem Rangka Pemikul
Momen
Sistem Rangka Pemikul Momen
• Definisi dan Perilaku Dasar pada Rangka Pemikul
Momen
• Sambungan Balok - Kolom : Sebelum dan Sesudah
gempa Northridge
• Panel-Zone Behavior
• Ketentuan Seismik pada Rangka Pemikul Momen
Sistem Rangka Pemikul Momen
Balok dan kolom dengan sambungan penahan momen; menahan
gaya lateral akibat lentur dan geser pada balok dan kolom.

Daktilitas:
• Leleh lentur pada balok
• Geser zona panel zone
• Leleh lentur pada kolom
Sistem Rangka Pemikul Momen
Konsep dasar Rangka Pemikul Momen:
• Rangka Pemikul Momen adalah rangka kaku -
balok yang dipasang secara kaku pada kolom
dengan sambungan penahan momen
• Menahan gaya lateral akibat aksi rangka kaku
• Gaya dominan yang timbul pada rangka: lentur
dan geser
• Daktilitas pada SRPM dicapai dengan
menghasilkan elemen rangka tertentu, seperti Rangka Pemikul Momen

yang ditunjukkan pada slide.


Sistem Rangka Pemikul Momen
Sistem Rangka Pemikul Momen
Daktilitas pada Rangka Pemikul Momen
Daktilitas pada Rangka Pemikul Momen
• Pilih elemen rangka ("sekring") yang akan patah
jika terjadi gempa, misalnya pilih lokasi engsel
plastis.
• Rincikan daerah Plastic hinge untuk
mempertahankan rotasi inelastis yang besar
sebelum terjadinya patahan atau
ketidakstabilan.
• Rancang semua elemen rangka lainnya agar
lebih kuat dari bagian Plastic hinge.
Daktilitas pada Rangka Pemikul Momen
Daktilitas pada Rangka Pemikul Momen

Kemungkinan Lokasi
terjadinya “Plastic Hinge”
Daktilitas pada Rangka Pemikul Momen

Plastic Hinges
Plastic Hinges Plastic Hinges In Columns:
In Beams In Column Panel Zones Potential for Soft Story
Collapse
Contoh Sistem Rangka Pemikul Momen
Sistem Rangka Pemikul Momen
• Definisi dan Perilaku Dasar pada Rangka Pemikul
Momen
• Sambungan Balok - Kolom: Sebelum dan Sesudah
gempa Northridge
• Panel-Zone Behavior
• Ketentuan Seismik pada Rangka Pemikul Momen
Sambungan Balok – Kolom sebelum gempa Nothridge 1994

Welded flange-bolted
web moment connection
widely used from early
1970’s to 1994
Sambungan Balok – Kolom sebelum gempa Nothridge 1994
Gempa Nothridge 1994
• January 17, 1994
• Magnitude = 6.8
• Epicenter at Northridge - San Fernando
Valley
(Los Angeles area)
• Fatalities: 58
• Estimated Damage Cost: $20 Billion
Gempa Nothridge 1994
Gempa Nothridge 1994
Kerusakan Bangunan Struktur Baja Akibat Gempa Nothridge

• Sejumlah besar bangunan baja modern mengalami kerusakan


parah pada sambungan balok-ke-kolom.
• Kerusakan Utama: Fraktur di dalam dan sekitar las alur flens
balok
• Kerusakan sebagian besar tidak terduga oleh perencana
struktur
Kerusakan pada Sambungan Balok-Kolom
Kerusakan pada Sambungan Balok-Kolom
Kerusakan pada Sambungan Balok-Kolom
Kerusakan pada Sambungan Balok-Kolom
Kerusakan pada Sambungan Balok-Kolom
Kerusakan pada Sambungan Balok-Kolom
• Banyak bangunan rangka momen baja mengalami
kerusakan sambungan
• Tidak ada bangunan rangka baja momen yang roboh
• Tipikal Kerusakan :
 patahnya alur las
 “divot” di dalam flens kolom
 patahan pada flensa kolom dan badan
Belajar dari Gempa Nothridge
• Banyak sambungan yang gagal karena patah getas
dengan sedikit atau tanpa daktilitas
• Patah getas biasanya dimulai pada las alur flens balok

Respons akibat Gempa Nothridge


• Penghapusan sambungan web yang dilas dengan flens - baut dari code
bangunan dan praktik desain akan segera dihilangkan
• Penelitian intensif dan upaya pengujian untuk memahami penyebab
kerusakan dan mengembangkan koneksi yang lebih baik.
Sambungan Balok-Kolom setelah Gempa Nothridge

Materials (Structural Steel)


 Pengenalan “tegangan leleh yang diharapkan” ke dalam code desain.

Expected Yield Stress = Ry Fy


Fy = minimum specified yield strength

Ry = 1.5 for ASTM A36


= 1.1 for A572 Gr. 50 and A992
(See AISC Seismic Provisions - Section A3 for other values of Ry)
Sambungan Balok-Kolom setelah Gempa Nothridge

Materials (Structural Steel)


 Pengenalan baja ASTM A992 untuk bentuk Wide Flange

ASTM A992
Minimum Fy = 50 ksi
Maximum Fy = 65 ksi
Minimum Fu = 65 ksi
Maximum Fy / Fu = 0.85
Sambungan Balok-Kolom setelah Gempa Nothridge

Desain Sambungan
 Pengembangan Desain Sambungan yang Lebih Baik dan Prosedur Desain
• Koneksi yang Diperkuat
• Sambungan “Reduced Beam Section”.
• Koneksi Investigasi SAC Lainnya
Tipe Sambungan pada Struktur Penahan Gempa
Tipe Sambungan pada Struktur Penahan Gempa
Tipe Sambungan pada Struktur Penahan Gempa
Tipe Sambungan pada Struktur Penahan Gempa
Tipe Sambungan pada Struktur Penahan Gempa
Tipe Sambungan pada Struktur Penahan Gempa
Simpson Strong-Tie®
Strong Frame®
Connection
Sistem Rangka Pemikul Momen
• Definisi dan Perilaku Dasar pada Rangka Pemikul
Momen
• Sambungan Balok - Kolom: Sebelum dan Sesudah
gempa Northridge
• Panel-Zone Behavior
• Ketentuan Seismik pada Rangka Pemikul Momen
Panel Zone Behavior

Column Panel Zone:


- Gaya geser tinggi
- Leleh geser dan kemungkinan
deformasi geser besar
(membentuk “shear hinge”)
- memberikan hasil alternatif
mekanisme dalam momen rangka baja
Deformasi Sambungan pada Panel Zone

Plastic Hinges
In Column Panel Zones
Deformasi Sambungan pada Panel Zone
Panel Zone Behavior
• Daktilitas yang sangat tinggi dimungkinkan.
• Deformasi lokal (“kinking”) di sudut zona panel dapat meningkatkan
kemungkinan patah di sekitar las pada flens balok.
• Ketentuan peraturan bangunan sangat bervariasi pada desain zona
panel.
• Ketentuan Seismik AISC saat ini memungkinkan terjadinya pelelehan di
zona panel.
• Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan dengan lebih baik
tingkat hasil zona panel yang dapat diterima
Sistem Rangka Pemikul Momen
• Definisi dan Perilaku Dasar pada Rangka Pemikul
Momen
• Sambungan Balok - Kolom: Sebelum dan Sesudah
gempa Northridge
• Panel-Zone Behavior
• Ketentuan Seismik pada Rangka Pemikul Momen
Ketentuan Seismik pada Rangka Pemikul Momen
Ketentuan Seismik pada Rangka Pemikul Momen
Balok
Balok
Balok
Balok
Kolom
Kolom
Kolom
Kolom
Hubungan Balok - Kolom
Hubungan Balok - Kolom
Hubungan Balok - Kolom
Referensi
Terima Kasih
Struktur Baja 2
Kuliah 11 – Sambungan Prakualifikasi
Untuk Struktur Baja Tahan Gempa

Ir. Totok Andi Prasetyo, ST., MT

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
Konsep Perencanaan
Struktur Tahan
Gempa
Perencanaan Struktur Baja Tahan Gempa
1.Konsep Perencanaan Struktur Baja
• Code yang digunakan:
a. “Tata cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan
nongedung” - SNI 1726:2019
b. “Spesifiaksi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural” - SNI 1729:2020
c. “Ketentuan Seismik untuk Bangunan Gedung Baja Struktural” - SNI 7860:2020
d. “Sambungan Terprakualifikasi untuk Rangka Momen Khusus dan Menengah Baja pada
Aplikasi Seismik:” – SNI 7972:2020
e. “Specification for Structural Steel Buildings” - AISC 360-16
f. “Seismic Provisions for Structural Steel Buildings” - AISC 341-16
g. “Pre-qualified Connections for Special and Intermediate Steel Moment Frames for
Seismik Aplications” - AISC 385-16
Prinsip Perencanaan Struktur Tahan Gempa

(a) (b) (c)

(a) Pada saat terjadi Gempa Ringan tidak terjadi kerusakan.


(b) Pada saat terjadi Gempa Sedang hanya terjadi kerusakan ringan tanpa kerusakan
struktural.
(c) Pada saat terajdi Gempa Besar terjadi kerusakan struktural tanpa terjadi keruntuhan.
Prinsip Perencanaan Struktur Tahan Gempa
Pada saat terjadi gempa besar diharapkan struktur dapat menyerap
energi gempa secara efektif melalui terbentuknya sendi plastis pada bagian
tertentu.
Kriteria desain struktur tahan gempa harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:

Disipasi
Kekuatan Kekakuan Daktilitas Intergritas
Energi

Disipasi energi terjadi melalui plastifikasi elemen Struktur tertentu, tanpa


Disipasi
Energi menyebabkan keruntuhan struktur. Elemen struktur lainnya direncanakan
Tetap elastic. (Desain Kapasitas)
Perencanaan Struktur Baja Tahan Gempa
2. Sistem Rangka Pemikul Momen

Bidang Momen Lentur Sendi plastis-leleh

Struktur balok dan kolom dihubungkan dengan


sambungan kaku (menahan Momen)
Perencanaan Struktur Baja Tahan Gempa

• Sendi plastis direncanakan hanya terjadi diujung-ujung balok dan didasar kolom.
• Harus menjamin kekuatan kolom dan sambungan lebih besar daripada kapasitas
balok.
• Hal ini memberi konsekuensi dimensi kolom dan detailing sambungan yang
lebih “mahal”
• Dapat ditentukan sistem struktur yang sesuai (SRPMK, SRPMM, SRPMB)
dengan konsekuensi kinerja dan detailing yang berbeda.
Perencanaan Struktur Baja Tahan Gempa
Ketentuan Perencanaan Sambungan

• Pada struktur yang berada pada KDS A, B, atau C dengan nilai R ≤ 3.5,
sambungan tidak perlu didetail khusus, dan dapat digunakan ketentuan
untuk desain non-seismic (SNI 1726:2019)
• Pada struktur yang berada pada KDS D, E, atau F dengan nilai R > 3.5,
sambungan harus didetailkan khusus sesuai persyaratan pada SNI
7972:2020
Sambungan Prakualifikasi
untuk Struktur Baja Tahan
Gempa
Tipe Sambungan Rangka Momen Khusus dan Menengah

• Tipe sambungan yang tertera dalam Tabel 2.1 sudah terprakualifikasi untuk
digunakan dalam penyambungan balok ke sayap kolom pada Rangka Momen
Khusus (SMF) dan Rangka Momen Menengah (IMF) di dalam batas yang
disyaratkan dalam Standar ini.
Sambungan Prakualifikasi
“Bolted Extended End
Plate”
Sambungan “Bolted Extended End Plate”
Pembatasan Parametrik pada Prakualifikasi
Pembatasan Parametrik pada Prakualifikasi
1. Pembatasan Balok
Balok harus memenuhi pembatasan sebagai berikut:
a) Balok harus komponen struktur WF gilas atau profil-I tersusun memenuhi persyaratan
Pasal 2.3. Pada ujung-ujung tersambung-momen dari profil-profil tersusun dilas, dalam
paling sedikit tinggi penampang balok atau 3 kali lebar sayap, pilih yang terkecil, badan
balok dan sayap harus disambungkan menggunakan suatu las gruv PJK atau sepasang las
filet yang masing-masing memiliki ukuran 75 % dari tebal badan balok tetapi tidak
kurang dari 1/4 in. (6 mm). Untuk selebihnya, ukuran las tidak boleh kurang dari yang
disyaratkan untuk menyempurnakan penyaluran geser dari badan ke sayap.
Pembatasan Parametrik pada Prakualifikasi
b) Tinggi penampang balok, d, dibatasi sampai nilai-nilai yang diperlihatkan dalam Tabel 6.1.
c) Tidak ada pembatasan terhadap berat per satuan panjang balok.
d) Tebal sayap balok dibatasi sampai nilai-nilai yang diperlihatkan dalam Tabel 6.1.
e) Rasio bentang bersih-terhadap-tinggi penampang balok harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
(a) Untuk sistem SMF, 7 atau lebih besar.
(b) Untuk sistem IMF, 5 atau lebih besar.
f) Rasio lebar-terhadap-tebal untuk sayap dan badan balok harus memenuhi persyaratan
SNI Ketentuan Seismik.
g) Pembreisan lateral balok harus disediakan menurut SNI Ketentuan Seismik.
Pembatasan Parametrik pada Prakualifikasi

h) Zona terlindung harus ditentukan sebagai berikut:


1) Untuk sambungan pelat-ujung yang diperpanjang tanpa pengaku: bagian balok
antara muka kolom dan suatu jarak sama dengan tinggi penampang balok atau 3
kali lebar sayap balok dari muka kolom, pilih yang terkecil.
2) Untuk sambungan pelat-ujung yang diperpanjang dengan pengaku: bagian balok
antara muka kolom dan suatu jarak sama dengan lokasi ujung pengaku ditambah
setengah tinggi penampang balok atau 3 kali lebar sayap balok, pilih yang terkecil.
Pembatasan Parametrik pada Prakualifikasi
2. Pembatasan Kolom
Kolom harus memenuhi pembatasan sebagai berikut:
a) Kolom harus salah satu dari bentuk profil gilas atau susun yang diizinkan pada Pasal 2.3.
b) Pelat-ujung harus disambungkan ke sayap kolom.
c) Tinggi penampang kolom profil gilas harus dibatasi sampai maksimum W36 (W920).
Tinggi penampang kolom WF tersusun tidak boleh melebihi yang untuk profil gilas.
Kolom profil silang tidak boleh memiliki lebar atau tinggi penampang lebih besar dari
tinggi penampang yang diizinkan untuk profil gilas.
Pembatasan Parametrik pada Prakualifikasi

d) Tidak ada pembatasan dari berat per satuan panjang kolom.


e) Tidak ada persyaratan tambahan untuk tebal sayap.
f) Rasio lebar-terhadap-tebal untuk sayap dan badan kolom harus memenuhi
persyaratan SNI Ketentuan Seismik.
f) Pembreisan lateral kolom harus memenuhi persyaratan SNI Ketentuan Seismik.
Geometri Sambungan
“Bolted Extended End Plate”

• Geometri Empa Baut Tanpa Pengaku, Geometri Empa Baut dengan Pengaku,
4E 4ES
Geometri Sambungan
“Bolted Extended End Plate”

Geometri Delapan Baut dengan Pengaku, 8ES


Bolted Extended End Plate
• Ketebalan pelat sayap kolom pada sambungan balok-kolom, harus
diperiksa terhadap mekanisme kelelehan pada pealt ujung balok dan pelat
sayap kolom akibat momen yang ditransfer dari balok.

• `
• Yp = Parameter mekanisme leleh pelat ujung balok
• Yc = Parameter mekanisme leleh pelat sayap kolom.
• (lihat Tabel 6.2 - 6.6 SNI 7972:2020 / AISC 358-16)
Bolted Extended End Plate
Bolted Extended End Plate
Bolted Extended End Plate
Bolted Extended End Plate
Bolted Extended End Plate
Contoh Sambungan End Plate
Contoh Sambungan End Plate
 Flush End Plate Tanpa Pengaku
Contoh Sambungan End Plate
Contoh Sambungan End Plate
Contoh Sambungan End Plate
Contoh Sambungan End Plate
 Extended End Plate Tanpa Pengaku
Contoh Sambungan End Plate
Contoh Sambungan End Plate
Contoh Sambungan End Plate
Contoh Sambungan End Plate
 Extended End Plate dengan Pengaku
Contoh Sambungan End Plate
Contoh Sambungan End Plate
Contoh Analisa
Sambungan Prakualifikasi
“Bolted Extended End Plate”
A. DATA PERENCANAAN
A.1. Input Data Material
Mutu struktur baja untuk balok, Q345
Tegangan leleh struktur baja, Fy = 345 MPa
Tegangan putus struktur baja, Fu = 450 MPa
Mutu struktur baja untuk kolom, Q345
Tegangan leleh struktur baja, Fy = 345 MPa
Tegangan putus struktur baja, Fu = 450 MPa
Mutu struktur baja untuk kolom, Q345
Tegangan leleh struktur baja, Fy = 345 MPa
Tegangan putus struktur baja, Fu = 450 MPa
Modulus elastisitas baja, E= 200000 MPa
Tegangan tarik putus angkur baut, fub = 825 MPa
Panjang struktur balok, L= 8.00 m
Data dimensi dari penampang profil WF, Profil : WF 500x200x10x16
hbt = 500 mm
bbf = 200 mm
tbw = 10 mm
tbf = 16 mm
r= 20 mm

Data dimensi dari penampang profil WF, Profil : HB 350 x 350 x 12 x 19

hct = 350 mm
bcf = 350 mm
tcw = 12 mm
tcf = 19 mm
r= 20 mm
Terdapat pengaku pada kolom? YA
Data dimensi pelat,
Tebal pelat ujung, tp = 30 mm
Lebar pelat ujung, bp = 250 mm
Tebal pelat pengaku untuk flange kolom, ts1 = 12 mm
Tebal pelat penerus badan kolom, tsw = 12 mm
Tebal pelat pengaku untuk pelat ujung, ts = 12 mm

Data dimensi dan posisi baut


Diameter baut pakai, db = 32 mm
Lokasi baut pada end plate, pfi, pfo = 100 mm
de = 50 mm
g= 150 mm
Ukuran kaki pengelasan, w= 10.00 mm
B.1. Kontrol Pembatasan Dimensi pada Prakualifikasi

Nilai Maks Nilai Min Dimensi WF


Parameter Keterangan
(mm) (mm) (mm)

Tebal sayap balok, t bf 19 10 16 [ OK ]

Lebar sayap balok, bbf 229 152 200 [ OK ]

Tinggi penampang balok penyambung, d 610 349 500 [ OK ]

Tebal pelat-ujung, tp 38 13 30 [ OK ]

Lebar pelat-ujung, bp 273 178 250 [ OK ]

Jarak horizontal antara baut-baut, g 152 102 150 [ OK ]

Jarak vertikal dari bagian dalam dari


suatu sayap tarik balok ke baris baut pfi 140 44 100 [ OK ]
bagian dalam terdekat,

Jarak vertikal dari bagian luar dari


suatu sayap tarik balok ke baris baut pfo 140 44 100 [ OK ]
bagian luar terdekat,
B.2. Analisa pada Bagian Balok
B.2.1. Kontrol Desain Pelat Ujung dan Baut
Tegangan leleh minimum baja, Fy = 345 MPa
Rasio tegangan leleh terekspektasi terhadap tegangan leleh minimum terspesifikasi,
(berdasarkan ASTM A36/A36M) Ry = 1.1
Faktor perkiraan kekuatan puncak sambungan, Cpr = (Fy + Fu) / (2 * Fy ) = 1.152
Cpr -maks = 1.200
Cpr = 1.152
Modulus penampang plastis efektif,
Zx = bbf * tbf * (hbt - tbf) + tbw * (0,5 * hbt - tbf)2 = 2096360 mm3
Momen maksimum yang mungkin terjadi pada sendi plastis,
Mpr = Cpr * Ry * Fy * Zx = 916.633 kN.m
Jarak bersih antara sayap-sayap, d0 = hbt - tbf = 484 mm
Luas badan penampang, Abw = d0 * tbw = 4840 mm2
Perbandingan jarak bersih antar sayap dengan tebal badan, d0/tbw = 48.400
Koefisien tekuk geser pelat badan, kv = 5.34
Koefisien kekuatan geser badan,
Kondisi 1 : d0/tw ≤ 2,24 * √(E/Fy ) Cv 1 = 1.00
Kondisi 2 : d0/tw > 2,24 * √(E/Fy ) Cv 1 = 1,1 / (d0/tbw ) * √(kv * E / Fy ) = -
Koefisien kekuatan geser badan pakai, Cv 1 = 1.00
Kekuatan geser nominal, Vn = 0,6 * Fy * Abw * Cv 1 = 1001.88 kN

Perbandingan gaya geser akibat 1,2D + 0,5L berbanding


%= 50 %
kekuatan geser nominal,

Gaya geser akibat 1,2D + 0,5L, Vgrav itasi = % * Vn = 500.94 kN

Jarak dari muka kolom ke sendi plastis, S h(1) = 0,5 * hbt = 250 mm
S h(2) = 3 * bbf = 600 mm
S h = min(S h(1);S h(2)) = 250 mm
Momen desain pada sambungan tepi balok, Mf = Mpr + S h * Vgrav itasi = 1041.868 kN.m
jarak dari sumbu sayap tekan balok ke sumbu deretan baut tarik,
h1 = hbt - (1,5 * tbf + pfi) = 376 mm
h0 = hbt - 0,5 * tbf + pfo = 592 mm
Faktor ketahanan untuk kekuatan baut, φn = 0.9
Kekuatan tarik nominal baut, Fub = 825 MPa
Diameter perlu untuk baut,db-req = √[(2 * Mf) / (π * φ n * Fub * (h0 + h1))] = 30.378 mm
Kontrol diameter baut pakai terhadap diameter perlu,
Syarat, db ≥ db-req
32.00 ≥ 30.378 → [ OK ]
Referensi
Terima Kasih
Struktur Baja 2
Kuliah 12 – Struktur Baja pada
Bangunan Industri
Bagian - 1

Ir. Totok Andi Prasetyo, ST., MT

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
Pendahuluan
Pendahuluan

Penggunaan Struktur Baja adalah material yang ideal untuk


gudang dan bangunan pabrik lainnya. Selain ekonomis dan tahan
lama, baja juga menyediakan solusi paling sederhana untuk
desain bangunan yang membutuhkan ruang terbuka yang luas
dan membutuhkan space antar kolom yang panjang.
Tipe Portal struktur atap Bangunan Industri

Secara umum, terdapat kategori tipe struktur bangunan baja gudang / Pabrik. Di
antaranya adalah
a. portal frame
b. portal truss
Umumnya, untuk panjang bentang 20-40 meter, biasanya akan menggunakan
tipe portal frame. Sementara untuk panjang bentang 40-70 meter, akan menggunakan
tipe portal truss.
Portal Frame
Portal Truss
Komponen-Komponen pada Bangunan Industri
Detail Sambungan – Gable Frame
Detail - Apex Haunch
Tipical sambungan Column Base
Tipical sambungan Column Base
Tipical sambungan Column Base
Konsep Perencanaan
Struktur Bangunan Industri
Standar Peraturan Perancanaan
1. Perancanaan Pembebanan
 SNI 1726-2019, Tata cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non
Gedung
 SNI 1727-2020, Beban Minimum Untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur Lain
2. Perencanaan Baja
 SNI 1729:2020, Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural.
 SNI 7860:2020, Ketentuan Seismik untuk Struktur Bangunan Gedung Baja
 SNI 7972:2020, Sambungan Terprakualifikasi untuk Rangka Momen Khusus
dan Menengah Baja pada Aplikasi Seismik.
3. Perancanaan Beton
 SNI 2847:2019, Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung.2. Perencanaan Baja
Standar MATERIAL BAJA STRUKTUR
1. Baja Pelat dan Profil
 JIS G3101-SS400, Carbon Steel Square for General Structural Purposes
2. Baut
 ASTM A325-14, Standard Specification for Structural Bolts, Steel, Heat Treated,
120/105 ksi - Minimum Tensile
3. Angkur
 ASTM A307-14, Standard Specification for Carbon Steel Bolts, Studs, and
Threaded Rod 60 ksi - Tensile Strength.
SPESIFIKASI Baja Struktur
1. Baja Profil dan Pelat 3. Baut
 JIS G 3101-SS400  Standard ASTM A325 (dia: inch)]
- Tegangan Leleh : 240 MPa - Tegangan Leleh : 660 MPa
- Tegangan Ultimit : 370 MPa - Tegangan Ultimit : 830 MPa
2. Angkur 4. Pengelasan
 Standard ASTM A307  Standard AWS D1.1
- Tegangan Leleh : 240 MPa  Tegangan Leleh : 415 MPa
- Tegangan Ultimit : 370 MPa  Tegangan Ultimit : 495 MPa
Pembebanan pada Struktur
Beban mati
Beban mati struktur (Dead Load) merupakan berat sendiri struktur, yang besarnya
bergantung pada berat jenis materialnya. Dalam perencanaan struktur, berat
jenis material yang digunakan adalah sebagai berikut :
 Beton : 2400 kg/m3
 Baja : 7850 kg/m3
Program dapat memperhitungkan beban mati secara otomatis berdasarkan berat
per volume dari masing-masing material.
Pembebanan pada Struktur
Beban mati tambahan
Beban mati tambahan adalah beban rencana material yang terpasang secara
permanen. Beban mati tambahan pada atap ini adalah :

 Atap Metal Sheet : 5 kg/m2


 Gording : 5 kg/m2
 Insulation (Density 16 kg/m3) tebal 1 inchi : 0.4 kg/m2
 ME : 5 kg/m2 (Only Lampu tanpa ducting)
 Accessories : 10% dari total beban mati tambahan
Diaplikasikan sebagai beban garis
Pembebanan pada Struktur
Beban HIDUP ATAP
Beban hidup Atap (Live Load Roof) pada perencanaan ini adalah :

- Beban hidup pada atap : 96.00 kg/m2 (SNI 1727:2013)

Dengan mengaplikasikan reduksi sebesar 0.6 dan dibulatkan, maka dapat diambil:

- Beban hidup pada atap : 60.00 kg/m2

Diaplikasikan sebagai beban garis


Pembebanan pada Struktur
BEBAN ANGIN
• Berdasarkan SNI 1727 Psl 26 - Persyaratan Umum beban Angin, untuk perhitungan kecepatan beban
angin diperlukan pertimbangan dan parameter sebagai berikut:

a) Kategori Resiko Bangunan Gedung h) Koefisien Tekanan Internal, GCPI


b) Kecepatan Angin Dasar, V = 39.9 m/s i) Koefisien Eksposur Tekanan Velositas, KZ atau
c) Faktor Arah Angin, KD KH
d) Kategori Eksposur j) Faktor Elevasi, Ke
e) Faktor Topografi, KZT k) Tekanan Velositas, q atau qh
f) Faktor efek Tiupan Angin, G = 0.85 l) Koefisien Tekanan Eksternal, Cp atau CN
g) Klasifikasi Ketertutupan m) Tekanan Angin, p
Beban Angin

a. Kategori resiko bangunan gedung


Beban Angin
b. KECEPATAN ANGIN DASAR

Digunakan kecepatan angin 39.9 m/s


Beban Angin
c. Faktor arah angin
Faktor arah angina Kd, harus ditentukan dari tabel

(ref. SNI 1727-2013, Table 26.6-1)

Beban diaplikasikan pada sistem penahan beban angin utama (kolom),


serta pada komponen (rafter)
Beban Angin
D. Kategori eksposur
1. Eksposur B : Untuk bangunan gedung dengan tinggi atap rata-rata kurang dari atau sama
dengan 30 ft (9,1 m), Eksposur B berlaku bilamana kekasaran permukaan tanah, sebagaimana
ditentukan oleh Kekasaran Permukaan B, berlaku diarah lawan angin untuk jarak yang lebih besar
dari 1.500 ft (457 m). Untuk bangunan dengan tinggi atap rata-rata lebih besar dari 30 ft (9,1 m),
Eksposur B berlaku bilamana Kekasaran Permukaan B berada dalam arah lawan angin untuk jarak
lebih besar dari 2.600 ft (792 m) atau 20 kali tinggi bangunan, pilih yang terbesar.
2. Eksposur C: Eksposur C berlaku untuk semua kasus saat Eksposur B atau D tidak berlaku.
3. Eksposur D : Eksposur D berlaku bilamana kekasaran permukaan tanah, ditentukan oleh
Kekasaran Permukaan D, berlaku diarah lawan angin untuk jarak yang lebih besar dari 5.000 ft
(1.524 m) atau 20 kali tinggi bangunan, pilih yang terbesar. Eksposur D juga berlaku bilamana
kekasaran permukaan tanah lawan angin dari situs B atau C, dan situs yang berada dalam jarak 600 ft
(183 m) atau 20 kali tinggi bangunan, mana yang terbesar, dari kondisi Eksposur D sebagaimana
ditentukan dalam kalimat sebelumnya.

Pada kasus ini, diambil nilai konservatif yang paling mewakili,


sehingga digunakan: (ref. SNI 1727-2013, Pasal 26.7.3)
- Kategori Eksposur = C
Beban Angin
E. EFEK TOPOGRAFI
Efek peningkatan kecepatan angin pada bukit, bukit memanjang, dan tebing curam
yang terisolasi akan menimbulkan perubahan mendadak dalam topografi umum,
terletak dalam setiap kategori eksposur, dimasukkan dalam perhitungan beban
angin.
Di mana faktor ini khusus Kategori Eksposur C
dengan parameter mengikuti sesuai kasus pada Gambar gambar A dan B berikut.

(ref. SNI 1727-2013, Pasal 26.8)


Beban Angin
E. Efek topografi (Lanjutan)

Gambar A Gambar B

Pada kondisi bangunan pabrik diambil nilai Faktor Arah Angin, Kzt = 1.00
(ref. SNI 1727-2013, Pasal 26.8)
Beban Angin
f. Efek tiupan angin
Faktor efek-tiupan angin untuk suatu bangunan gedung dan struktur lain yang kaku boleh
diambil sebesar 0,85.
- Faktor Efek Tiupan Angin, G = 0.85

(ref. SNI 1727-2013, Pasal 26.9)


Beban Angin
g. FAKTOR ELEVASI DASAR

Faktor elevasi dasar untuk menyesuaikan dengan densitas udara, “Ke”, di mana
dapat ditentukan berdasarkan elevasi. Namun, untuk pertimbangan yang konservatif,
dapat digunakan untuk seluruh elevasi:
- Faktor Elevasi Dasar, “Ke” = 1.00

(ref. ASCE 7-16, Sect. 26.9)


Beban Angin
H. KOEFISIEN EKSPOSUR TEKANAN VELOSITAS
Tabel Koefisien Eksposur Tekanan Velositas, Kh dan Kz
Ketinggian bangunan pabrik 12 meter
Eksposur c
Maka:
Nilai Kz = 1.04

(ref. ASCE 7-16, Sect. 26.9)


Beban Angin
i. TEKANAN VELOSITAS

Tekanan velositas, qz, dievaluasi pada ketinggianzharus dihitung dengan persamaan


berikut:
qz= 0,613.Kz.Kzt.Kd.V^2
di mana:
Kd = faktor arah angin : 0.85 qz = 824.50 N/m^2
Kz = koefisien eksposur tekanan velositas : 1.04 qz = 82.45 kg/m^2

Kzt = faktor topografi tertentu :1


V = kecepatan angin dasar : 39.9 m/s
(ref.SNI 1727-2013, Pasal. 27.3.2)
Beban Angin
I. BEBAN ANGIN DESAIN MINIMUM
Beban angin yang digunakan pada desain SPBAU untuk bangunan gedung
tertutup atau tertutup sebagian tidak boleh lebih kecil dari 16 lb/ft (0,77 kN/m
) dikalikan dengan luas dinding bangunan gedung dan 8 lb/ft (0,38 kN/m )
dikalikan dengan luas atap bangunan gedung terprojeksi ke bidang vertikal tegak
lurus terhadap arah angin yang diasumsikan.

Minimum Beban angin


Dinding = 77 kg/m^2
Atap = 38 kg/m^2

(ref.SNI 1727-2013
Beban Angin

Beban Angin Arah Tranversal


Beban Angin

Beban Angin Arah Longitudinal


Beban Gempa
Ketentuan umum
SNI 1726:2019 menentukan pengaruh gempa rencana yang harus ditinjau dalam
perencanaan dan evaluasi struktur bangunan gedung dan nongedung serta
berbagai bagian dan peralatannya secara umum. Gempa rencana ditetapkan
sebagai gempa dengan kemungkinan terlampaui besarannya selama umur struktur
bangunan 50 tahun adalah sebesar 2 %.
Beban Gempa
Ketentuan umum (Lanjutan)
 Parameter Percepatan Gempa Batuan Dasar
• Ss (Percepatan batuan dasar perioda pendek 0,2 detik)
• S1 (Percepatan batuan dasar perioda 1,0 detik)
 Faktor Amplifikasi fungsi dari:
• Kelas Situs (SA sd SF)
• Kelas Situs percepatan situs 0,2 detik dan besarnya Ss (Fa)
• Kelas Situs percepatan situs 1,0 detik dan besarnya S1 (Fv)
 Percepatan Gempa Maksimum :
Beban Gempa
Ketentuan umum (Lanjutan)
Parameter Percepatan Spektra Desain Faktor Keutamaan Gempa (Ie)
• Fungsi dari Kategori Risiko
• KR 1 atau II Ie = 1,0
• KR III = 1,25
• KR IV = 1,5
Kategori Risiko (KR)
• Tergantung Jenis pemanfaatan Gedung
• Terbagi atas empat Kategori Risiko (I –
sederhana sd IV-penting)
Beban Gempa
Ketentuan umum (Lanjutan)

 Kategori Desain Seismik (KDS) Struktur Gedung dan Non Gedung fungsi
dari :
• Nilai Sds
• Nilai Sd1
• Kategori Risiko Terbagi Atas KDS “A” (sederhana) s/d “F” (Kompleks)
TAHAPAN ANALISIS GEMPA PADA BANGUNAN INDUSTRI
1. Tentukan Kategori Resiko Bangunan Gedung ( I – IV)
2. Tentukan faktor Keutamaan
3. Tentukan parameter percepatan tanah (Ss, S1)
4. Tentukan Klasifikasi Situs (SA-SF)
5. Tentukan faktor Koefisien Situs (Fa, Fv)
6. Hitung parameter percepatan desain (Sds, Sd1)
7. Tentukan Kategori Desain Seismik, KDS (A-F)
8. Pilih sistem dan parameter struktur (R, Cd, Ωo)
9. Tahapan Analisis Spektrum Respons Ragam
1. Faktor keutamaan gempa pada bangunan Industri
2. Tentukan faktor Keutamaan pada bangunan Industri
3. Tentukan parameter percepatan tanah (Ss, S1)
pada bangunan Industri
4. Tentukan Klasifikasi Situs (SA-SF)
pada bangunan Industri
4. Tentukan Klasifikasi Situs (SA-SF)
pada bangunan Industri

Klasifikasi situs ditetapkan sebagai SA (batuan keras), SB (batuan), SC (tanah


keras), SD (tanah sedang), SE (tanah lunak) dan SF (tanah khusus), apabila untuk
lapisan setebal maksimum 30 m paling atas dipenuhi syarat-syarat yang tercantum
standard peraturan gempa.
Dalam perhitungan gempa struktur ini, diasumsikan Tanah menggunakan

Klasifikasi Situs Tanah Lunak (SE), sehingga dapat konservatif.


5. Tentukan faktor Koefisien Situs (Fa, Fv) pada bangunan Industri
6. Hitung parameter percepatan desain (Sds, Sd1)
7. Tentukan Kategori Desain Seismik, KDS (A-F)
8. Penentuan Sistem Struktur yang digunakan (R, Cd, Ωo)
8. Penentuan Sistem Struktur yang digunakan (R, Cd, Ωo)
KOMBINASI PEMBEBANAN
Referensi
Terima Kasih
Struktur Baja 2
Kuliah 13 –Perancangan Struktur Baja pada
Bangunan Industri
Bagian – 2

Ir. Totok Andi Prasetyo, ST., MT

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
Contoh Perancangan
Struktur Bangunan Industri
Contoh Perancangan Bangunan Industri
Langkah-Langkah Perancangan
1. Kriteria Desain
 Standar Peraturan Perancanaan
 Standar Material Baja Struktur
 Spesifikasi Baja Struktur
2. Pembebanan Pada Struktur Bangunan Bangunan Indsutri
 Beban Mati dan Beban Mati Tambahan
 Beban Hidup
 Beban Angin
 Beban Gempa
Kriteria Desain
1. Perancanaan Pembebanan
 SNI 1726-2019, Tata cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan
Non Gedung
 SNI 1727-2020, Beban Minimum Untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur Lain
2. Perencanaan Baja
 SNI 1729:2020, Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural.
 SNI 7860:2019, Ketentuan Seismik untuk Struktur Bangunan Gedung Baja
 SNI 7972:2020, Sambungan Terprakualifikasi untuk Rangka Momen Khusus
dan Menengah Baja pada Aplikasi Seismik.
3. Perancanaan Beton
 SNI 2847:2020, Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung.2. Perencanaan Baja
Kriteria Desain
1. Baja Pelat dan Profil
 JIS G3101-SS400, Carbon Steel Square for General Structural Purposes
2. Baut
 ASTM A325-14, Standard Specification for Structural Bolts, Steel, Heat Treated,
120/105 ksi - Minimum Tensile
3. Angkur
 ASTM A307-14, Standard Specification for Carbon Steel Bolts, Studs, and
Threaded Rod 60 ksi - Tensile Strength.
Kriteria Desain
1. Baja Profil dan Pelat
3. Baut
 JIS G 3101-SS400
 Standard ASTM A325 (dia: inch)]
- Tegangan Leleh : 240 MPa
- Tegangan Leleh : 660 MPa
- Tegangan Ultimit : 370 MPa
- Tegangan Ultimit : 830 MPa
2. Angkur
4. Pengelasan
 Standard ASTM A307
 Standard AWS D1.1
- Tegangan Leleh : 240 MPa
 Tegangan Leleh : 415 MPa
- Tegangan Ultimit : 370 MPa
 Tegangan Ultimit : 495 MPa
Pembebanan pada Struktur
Beban mati tambahan
Beban mati tambahan adalah beban rencana material yang terpasang secara
permanen. Beban mati tambahan pada atap ini adalah :

 Atap Metal Sheet : 5 kg/m2


 Gording : 5 kg/m2
 Insulation (Density 16 kg/m3) tebal 1 inchi : 0.4 kg/m2
 ME : 5 kg/m2 (Only Lampu tanpa ducting)
 Accessories : 10% dari total beban mati tambahan
Diaplikasikan sebagai beban garis
Pembebanan pada Struktur
Beban HIDUP ATAP
Beban hidup Atap (Live Load Roof) pada perencanaan ini adalah :

- Beban hidup pada atap : 96.00 kg/m2 (SNI 1727:2013)

Dengan mengaplikasikan reduksi sebesar 0.6 dan dibulatkan, maka dapat diambil:

- Beban hidup pada atap : 60.00 kg/m2

Diaplikasikan sebagai beban garis


Pembebanan pada Struktur
BEBAN ANGIN
• Berdasarkan SNI 1727 Psl 26 - Persyaratan Umum beban Angin, untuk perhitungan kecepatan beban
angin diperlukan pertimbangan dan parameter sebagai berikut:

a) Kategori Resiko Bangunan Gedung h) Koefisien Tekanan Internal, GCPI


b) Kecepatan Angin Dasar, V = 39.9 m/s i) Koefisien Eksposur Tekanan Velositas, KZ atau
c) Faktor Arah Angin, KD KH
d) Kategori Eksposur j) Faktor Elevasi, Ke
e) Faktor Topografi, KZT k) Tekanan Velositas, q atau qh
f) Faktor efek Tiupan Angin, G = 0.85 l) Koefisien Tekanan Eksternal, Cp atau CN
g) Klasifikasi Ketertutupan m) Tekanan Angin, p
Input Pembebanan Struktur
1. Beban Mati Tambahan
 17 kg/m^2 x 6 (bentang antar kolom) = 102 kg/m^2
2. Beban Hidup
 60 kg/m^2 x 6 (bentang antar kolom) = 360 kg/m^2
3. Beban Angin Pada Dinding
 Angin Tekan 58 kg/m^2 x 6 (bentang antar kolom) = 348 kg/m^2
 Angin Hisap 36 kg/m^2 x 6 (bentang antar kolom) = 216 kg/m^2
4. Beban Angin Pada Atap
 Angin Tekan 83 kg/m^2 x 6 (bentang antar kolom) = 498 kg/m^2
 Angin Hisap 90 kg/m^2 x 6 (bentang antar kolom) = 540 kg/m^2
Input Pembebanan Struktur
1. Beban Mati Tambahan 17 kg/m^2 x 6 (bentang antar kolom) = 102 kg/m^2
Input Pembebanan Struktur
2. Beban Hidup 60 kg/m^2 x 6 (bentang antar kolom) = 360 kg/m^2
Input Pembebanan Struktur
3. Beban Angin Pada Dinding
Angin Tekan 58 kg/m^2 x 6 (bentang antar kolom) = 348 kg/m^2
Angin Hisap 36 kg/m^2 x 6 (bentang antar kolom) = 216 kg/m^2
Input Pembebanan Struktur
4. Beban Angin Pada Atap
Angin Tekan 83 kg/m^2 x 6 (bentang antar kolom) = 498 kg/m^2
Angin Hisap 90 kg/m^2 x 6 (bentang antar kolom) = 540 kg/m^2
Beban Gempa
Dalam mendapatkan data gempa dalam perencanaan bangunan ini, menggunakan
software Puskim-PusGeN-ESRC, 2019-2020 dengan menginput data koordinat pada
lokasi proyek
Dengan location = Kawasan Industri Karawang, Jawa Barat
Longitude / Bujur : 107.3069
Latitude / Lintang : -6.3045
Beban Gempa
Beban Gempa
Hitung parameter percepatan desain (Sds, Sd1)
Beban Gempa
Tentukan Kategori Desain Seismik, KDS (A-F)
Data
Sds = 0.655103 g
Sd1 = 0.614492 g

Maka KDS yang digunakan


KDS D
Beban Gempa
Penentuan Sistem Struktur yang digunakan (R, Cd, Ωo)
Beban Gempa
Analisis Spektrum Respons
1. Hasil Analisa Dinamik
• Nilai Periode Struktur (arah x dan arah y)
Beban Gempa
Analisis Spektrum Respons
1. Hasil Analisa Dinamik
• Tentukan Jumlah Ragam yang akan dianalisis. Jumlah ragam mencapai 100% untuk massa total
di masing-masing arah
(Pengeculian: Sebagai alternatif, analisis diizinkan untuk memasukkan jumlah ragam yang
minimum untuk mencapai massa ragam terkombinasi paling sedikit 90 % dari massa aktual
dalam masing-masing arah horizontal ortogonal dari respons yang ditinjau oleh model.)
Beban Gempa
Analisis Spektrum Respons
2. Perhitungan Base Shear (Arah X)
Beban Gempa
Analisis Spektrum Respons
2. Perhitungan Base Shear (Arah X)

If S1 ≥ 0.6g
Beban Gempa
Analisis Spektrum Respons
2. Perhitungan Base Shear (Arah X)
Beban Gempa
Analisis Spektrum Respons
2. Perhitungan Base Shear (Arah Y)
Beban Gempa
Analisis Spektrum Respons
2. Perhitungan Base Shear (Arah Y)
Beban Gempa
Analisis Spektrum Respons
2. Perhitungan Base Shear (Arah Y)
Beban Gempa
3. Perhitungan Gaya Gempa Dinamik
Beban Gempa
3. Perhitungan Gaya Gempa Dinamik
Data Arah X
g : 9.81 m/s^2
Ie : 1
R :6

Input Skala Faktor g.Ie /R


9.81 . 1 / 6 = 1.635
Beban Gempa
3. Perhitungan Gaya Gempa Dinamik

Data Arah Y
g : 9.81 m/s^2
Ie : 1
R :6

Input Skala Faktor g.Ie /R


9.81 . 1 / 6 = 1.635
Beban Gempa
3. Perhitungan Gaya Gempa Dinamik

Gaya Dinamik
Arah X = 27806.58 kg
Arah Y = 27813.63 kg
Beban Gempa
3. Perhitungan Skala Faktor Gaya Gempa Dinamik
Beban Gempa
3. Perhitungan Skala Faktor Gaya Gempa Dinamik
Kombinasi Pembebanan
Berdasarkan SNI 1726-2019 (Kombinasi Struktur Atas)
Kombinasi Pembebanan
Berdasarkan SNI 1726-2019 (Kombinasi Struktur Atas)
Kombinasi Pembebanan
Berdasarkan SNI 1726-2019 (Kombinasi Struktur Atas)
Perhitungan Struktur Kolom pada Bangunan Industri
Perhitungan kolom dinyatakan layak berdasarkan
1. Hasil Stress Ratio <1 berdasarkan hasil analisis software dan manual
2. Hasil Stress Ratio <1 berdasarkan akibat operation crane terhadap portal kolom
Perhitungan Struktur Kolom pada Bangunan Industri

3D Hasil Stress Ratio Kolom


Perhitungan Struktur Kolom pada Bangunan Industri
Perhitungan Struktur Kolom pada Bangunan Industri
Perhitungan Struktur Kolom pada Bangunan Industri
Perhitungan Column Brace pada Bangunan Industri

Grid 1 dan 10
Column Brace Pipa Dia. 4”
Tebal 3,5 mm

Grid A,B dan C


Column Brace Pipa Dia. 3”
Tebal 3,2 mm
Perhitungan Column Brace pada Bangunan Industri
Perhitungan Column Brace berdasarkan stress ratio < 1 yang didapat dari Software

Column Brace pada grid A Pipa


3” didapat stress ratio dibawah 1
Perhitungan Column Brace pada Bangunan Industri
Perhitungan Column Brace berdasarkan stress ratio < 1 yang didapat dari Software

Column Brace pada grid 10 Pipa 4”


didapat stress ratio dibawah 1
Perhitungan Rafter pada Bangunan Industri
Perhitungan rafter dinyatakan layak berdasarkan
1. Hasil Stress Ratio rafter <1 berdasarkan hasil analisis software dan manual
2. Lendutan Pada Rafter dibatasi < L/240

HC 525.175.7.11 HC 750.200.10.16
Perhitungan Rafter pada Bangunan Industri

Stress Ratio Rafter dibawah 1 OK


Perhitungan Rafter pada Bangunan Industri
Perhitungan Rafter pada Bangunan Industri
Perhitungan Rafter pada Bangunan Industri
Perhitungan Rafter pada Bangunan Industri
Perhitungan Rafter pada Bangunan Industri

Lendutan izin L/240 = 30.000mm / 240 = 125 mm


Lendutan terjadi 61,848 mm < 125 mm OK.
Perhitungan Rafter pada Bangunan Industri

Lendutan izin L/240 = 20.000mm / 240 = 83 mm


Lendutan terjadi 25,889 mm < 83 mm OK.
Perhitungan Gording pada Bangunan Industri
Perhitungan Gording dinyatakan layak berdasarkan
1. Stress Ratio dan Lendutan terjadi pada gording
Perhitungan Gording pada Bangunan Industri
Lendutan Gording

Stress Ratio Gording


Perhitungan Roof Bracing pada Bangunan Industri
Perhitungan Roof Bracing berdasarkan gaya aksial tarik yang terjadi

Roof Bracing (Round Bar 19 mm)


Perhitungan Roof Bracing pada Bangunan Industri

Perhitungan Roof Bracing berdasarkan gaya aksial tarik yang terjadi

Gaya Aksial akibat kombinasi


Maksimum yaitu 106.68 kg

Data
P : 106,68 kg
A : 2,8 cm^2
Fy : 2400 kg/cm^2
P/A < Fy

106.68 / 2.8 < 2400


38.1 < 2400 OK !
Perhitungan Ankur dan Baseplate pada Bangunan Industri

Pada Perhitungan Angkur dan Baseplate digunakan dengan bantuan software Lincom
yang didapat gaya dari software ETABS
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai