Anda di halaman 1dari 18

SAP TERAPI BERMAIN ANAK ULAR TANGGA USIA

SEKOLAH

Disusun oleh:

Ananta Febrina Yozha 221211984


Bellia Fega Fransiska 221211990
Chelsa Yuliana Putri 221211991
Cinta Angela 221211993
Echa Irza Sahrira 221211997

Kelompok 8

DOSEN PENGAMPU
Ns.FITRI WAHYUNI,M.Kep.Sp.Kep.An

PRODI SI KEPERAWATAN UNIVERSITAS


MERCUBAKTIJAYA
2023/2024
SATUAN ACARA PENYULUHAN SAP

A. Latar Belakang

Ular tangga adalah permainan papan untuk anak-anak yang dimainkan oleh 2
orang atau lebih. Papan permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil dan di beberapa
kotak digambar sejumlah "tangga" atau "ular" yang menghubungkannya dengan kotak
lain. Dalam permainan ular tangga edukatif ini, kelompok memodifikasi papan ular
tangga menjadi kotak – kotak yang berisi gambar – gambar edukatif untuk membantu
pengembangan intelektual anak.
Setiap pemain mulai dengan bidaknya di kotak pertama (biasanya kotak di sudut
kiri bawah) dan secara bergiliran melemparkan dadu. Bidak dijalankan sesuai dengan
jumlah mata dadu yang muncul. Bila pemain mendarat di ujung bawah sebuah tangga,
mereka dapat langsung pergi ke ujung tangga yang lain. Bila mendarat di kotak dengan
ular, mereka harus turun ke kotak di ujung bawah ular. Pemenang adalah pemain
pertama yang mencapai kotak terakhir.
Biasanya bila seorang pemain mendapatkan angka 6 dari dadu, mereka mendapat
giliran sekali lagi. Bila tidak, maka giliran jatuh ke pemain selanjutnya

B. Tujuan
1. Umum
Setelah dilakukan tindakan program bermain pada anak usia sekolah (6 -12
tahun) selama kurang lebih 30 menit diharapkan anak dapat bermain sambil
belajar mengenal tanda umum anak bergizi baik.
2. Khusus :
Bagi anak:
• Dapat mengatur strategi dan kecermatan.
• Dapat mengenal tanda – tanda anak bergizi baik
• Dapat mengembangkan imajinasi dan mengingat peraturan
permainan
• Dapat berlatih bersosialisasi
• Dapat berlatih bersikap sportif
• Dapat mengurangi kecemasan dan ketegangan pada anak
• Dapat belajar pramatematika yaitu saat menghitung langkah pada
permainan ular tangga dan menghitung titik – titik yang terdapat pada
dadu.
Bagi Perawat:
• Membangun trust antara pasien anak dan perawat
• Mampu mengaplikasikan teori terapi bermain pada anak usia 6-12
tahun
• Mampu mengenal karakter tiap anak usia 6-12 tahun
c. Pokok Bahasan
Permainan ular tangga

D. Metode

Tanya jawab/diskusi
Ceramah
Demonstasi

E. Media dan Alat


Infokus/flip chart, laptop dan leaflet, dadu,gambar kotak ular tangga

F. Sasaran : Anak sekolah usia 6-12 tahun


G. Waktu dan Tempat
Hari/tanggal : Selasa, 19 Juni 2022 (pukul 11.00 wib –12.00
wib) Tempat : Aula Sekolah SDN 01 Nanggalo
H. Proses Pelaksanaan

NO Tahapan dan Kegiatan Penyaji/penyuluh Kegiatan Peserta


Waktu Penyuluhan (Audiens)
1 Pembukaan  Memberi salam  Mendengarkan
(5 menit)  Memperkenalkan kelompok  Mendengarkan dan
memperhatikan,
 Menjelaskan kontrak  Mendengarkan,
waktu, tempat dan tujuan per memperhatikan dan
temuan menyepakati
kontrak waktu

 Mengkaji pengetahuan  Mengemukakan


audiens pendapat
 Memberikan reinforcement  Tepuk tangan
positif (pujian)
2 Proses(25 menit) • Menggali pengetahuan • Mendengarkan dan
peserta atau audien tentang memperhatikan,
pengertian permainan ular Merespon
tangga • Tepuk tangan
• Memberikan reinfocement • Mendengarkan dan
positif memperhatikan
• Menjelaskan tentang fungsi • Merespon
permainan ular tangga • Tepuk tangan
• Menjelaskantujuan bermain
• Menjelaskan prinsip prinsip
bermain ular tangga

3 Penutup
(10 menit)  Melakukan penilaian dan  Mengulang kembali
evaluasi peserta
 Bersama audiens  Mendengarkan dan
menyimpulkan materi memperhatikan
 Terminasi (Memberi salam)  Menjawab salam

I. Pengorganisasian

• Penanggung Jawab : Cinta Angela

• Moderator : Bellia Fega Fransiska

• Penyaji : Putri Oktaviani

• Fasilitator :

- Ananta Febrina Yozha

- Chelsa Yuliana Putri

• Observer

- Echa Irza Sahrira

J. Uraian Tugas

 Penanggung Jawab : Cinta Angela


 Bertugas untuk menjelaskan aturan permainan
 Memulai dan memimpin permainan
 Mengatur jalannya permainan
 Moderator : Bellia Fega Fransiska

o Bertanggung jawab dalam kelancaran diskusi pada penyuluhan


o Memperkenalkan anggota kelompok dan pembimbing
o Menyepakati bahasa yang akan digunakan selama penyuluhan dengan
audien
o Menyampaikan kontrak waktu
o Merangkum semua audien sesuai kontrak
o Mengarahkan diskusi pada hal yang terkait pada tujuan diskusi
o Menganalisis penyajian
 Penyaji : Putri Oktaviani
 Menggali pengetahuan pengertian bermain ular tangga
 Menggali pengetahuan fungsi bermain ular tangga
 Menggali tujuan bermain ular tangga
 Menggali prinsip prinsip bermain ular tangga
• Fasilitator: Chelsa Yuliana putri

o Menjalankan absensi audien dan mengawasi langsung pengisian di awal


acara.
o Memperhatikan presentasi dari penyaji dan memberi kode pada
moderator jika ada ketidaksesuaian dengan dibantu oleh observer.
o Memotivasi peserta untuk aktif berperan dalam diskusi, baik dalam
mengajukan pertanyaan maupun menjawab pertanyaan.
o Membagikan leaflet di akhir acara.
• Observer : Echa Irza Sahrira

o Mengoreksi kesesuaian penyuluhan dengan jadwal dan target


o Mengamati jalannya kegiatan penyuluhan
o Memberikan laporan evaluasi penyuluhan dengan merujuk ke SAP

K. Setting Ruangan
Keterangan:

: Penanggung Jawab
: Moderator

: Penyuluh

: Peserta Penyuluhan/audiens

: Fasilitator

: Obeserver

L. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
i. Peserta penyuluhan hadir 90% dari jumlah sasaran penyuluhan
ii. Media dan alat tersedia dan berfungsi dengan baik
iii. Tempat penyuluhan memadai dengan jumlah peserta penyuluhan
b. Evaluasi Proses
i. Pelaksanaan penyuluhan tepat waktu dan sesuai dengan alokasi waktu yang
direncanakan
ii. Peserta antusias dan termotivasi mengikuti peyuluhan
iii. Peserta tidak keluar masuk, tenang dan tertib pada saat penyuluhan
iv. Peserta penyuluhan mengikuti penyuluhan sampai selesai dan tidak
meninggalkan ruangan sebelum kegiatan penyuluhan selesai
c. Evaluasi Hasil
Setelah dilakukan penyuluhan selama 40 menit diharapkan
i. 85% peserta penyuluhan mampu menjelaskan pengertian bermain ular tangga
ii. 85% peserta penyuluhan mampu menjelaskan tujuan bermain ular tangga
iii. 85% peserta penyuluhan mampu menjelaskan prinsip prinsip bermain permainan
ular tangga
iv. 85% peserta penyuluhan mampu menjelaskan factor yang mempengaruhi bermain
permainan ular tangga
Lampiran Materi
I. KONSEP TEORI BERMAIN
A. Pengertian
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan
bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak akan berkata-
kata, belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan melakukan apa yang dapat dilakukan, dan
mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong, 2000).

Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesaui dengan keinginanya sendiri dan
memperoleh kesenangan (Foster, 1989).
Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya
yang tidak disadarinya (Miller dan Keong, 1983).
Bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa, dan merupakan aspek terpenting
dalam kehidupan anak serta merupakan satu cara yang paling efektif untuk menurunkan stress
pada anak, dan penting untuk kesejahteraan mental dan emosional anak (Champbell dan Glaser,
2005).
B. Fungsi
1. Perkembangan Sensori
a. Memperbaiki keterampilan motorik kasar dan halus serta koordinasi
b. Meningkatkan perkembangan semua indra
c. Mendorong eksplorasi pada sifat fisik dunia
d. Memberikan pelampiasan kelebihan energi
2. Perkembangan yang intelektual
a. Memberikan sumber – sumber yang beraneka ragam untuk pembelajaran
b. Eksplorasi dan manipulasi bentuk, ukuran, tekstur, warna.
c. Pengalaman dengan angka, hubungan yang renggang, konsep abstrak
d. Kesempatan untuk mempraktikan dan memperluas keterampilan berbahasa
e. Memberikan kesempatan untuk melatih masa lalu dalam upaya mengasimilasinya
kedalam persepsi dan hubungan baru
f. Membantu anak memahami dunia dimana mereka hidup dan membedakan antara
fantasi dan realita.
3. Perkembangan sosialisasi dan moral
a. Mengajarkan peran orang dewasa, termasuk perilaku peran seks.
b. Memberikan kesempatan untuk menguji hubungan.
c. Mengembangkan keterampilan sosial
d. Mendorong interaksi dan perkembangan sikap positif terhadap orang lain.
e. Menguatkan pola perilaku yang telah disetujui standar moral.
4. Kreativitas
a. Memberikan saluran ekspresif untuk ide dan minat kreatif
b. Memungkinkan fantasi dan imajinasi
c. Meningkatkan perkembangan bakat dan minat khusus
5. Kesadaran diri
a. Memudahkan perkembangan identitas diri
b. Mendorong pengaturan perilaku sendiri
c. Memungkinkan pengujian pada kemampuan sendiri (keahlian sendiri)
d. Memberikan perbandingan antara kemampuasn sendiri dan kemampuan orang lain.
e. Memungkinkan kesempatan untuk belajar bagaimana perilaku sendiri dapat
mempengaruhi orang lain
6. Nilai Teraupetik
a. Memberikan pelepasan stress dan ketegangan
b. Memungkinkan ekspresi emosi dan pelepasan impuls yang tidak dapat diterima
dalam bentuk yang secara sosial dapat diterima
c. Mendorong percobaan dan pengujian situasi yang menakutkan dengan cara yang
aman.
d. Memudahkan komunikasi verbal tidak langsung dan non verbal tentang kebutuhan,
rasa takut, dan keinginan.
C. Tujuan
1. Untuk melanjutkan tumbuh kembang yg normal pada saat sakit.
Pada saat sakit anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
2. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.
Permainan adalah media yang sangat efektif untuk mengsekspresikan berbagai perasaan yang
tidak menyenangkan.
3. Mengembangkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah.
Permainan akan menstimulasi daya pikir, imajinasi, dan fantasinya untuk mencipakan sesuatu
seperti yang ada dalam pikirannya.
4. Dapat beradaptasi secara efektif thp stres karena sakit dan di rawat di RS.
D. Prinsip – prinsip Bermain
Menurut Soetjiningsih (1995) bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar aktifitas
bermain bisa menjadi stimulus yang efektif :
1. Perlu ekstra energi
Bermain memerlukan energi yang cukup sehingga anak memerlukan nutrisi yang memadai.
Asupan atau intake yang kurang dapat menurunkan gairah anak. Anak yang sehat memerlukan
aktifitas bermain yang bervariasi, baik bermain aktif maupun bermain pasif.Pada anak yang sakit
keinginan untuk bermain umumnya menurun karena energi yang ada dugunakan untuk
mengatasi penyakitnya.
2. Waktu yang cukup
Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain sehingga stimulus yang diberikan dapat
optimal. Selain itu, anak akan mempunyai kesempatan yang cukup untuk mengenal alat-alat
permainannya.
3. Alat permainan
Alat permainan yang digunakan harus disesuaikan dengan usia dan tahap perkembangan anak.
Orang tua hendaknya memperhatikan hal ini sehingga alat permainan yang diberikan dapat
berfungsi dengan benar dan mempunyai unsur edukatif bagi anak.
4. Ruang untuk bermain
Aktifitas bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu, di halaman, bahkan di ruang
tidur. Diperlukan suatu ruangan atau tempat khusus untuk bermain bila memungkinkan, di mana
ruangan tersebut sekaligus juga dapat menjadi tempat untuk menyimpan permainannya.
5. Pengetahuan cara bermain
Anak belajar bermain dari mencoba-coba sendiri, meniru teman-temannya, atau diberitahu oleh
orang tuanya. Cara yang terahkir adalah yang terbaik karena anak lebih terarah dan berkembang
pengetahuannya dalam menggunakan alat permainan tersebut. Orang tua yang tidak pernah
mengetahui cara bermain dari alat permainan yang diberikan, umumnya membuat hubungannya
dengan anak cenderung menjadi kurang hangat.
6. Teman bermain
Dalam bermain, anak memerlukan teman, bisa teman sebaya, saudara, atau orang tuanya. Ada
saat-saat tertentu di mana anak bermain sendiri agar dapat menemukan kebutuhannya sendiri.
Bermain yang dilakukan bersama orang tuanya akan mengakrabkan hubungan dan sekaligus
memberikan kesempatan kepada orang tua untuk mengetahui setiap kelainan yang dialami oleh
anaknya. Teman diperlukan untuk mengembangkan sosislisasi anak dan membantu anak dalam
memahami perbedaan.

E. Faktor yang Mempengaruhi Bermain


1. Tahap perkembangan anak
Aktivitas bermain yang tepat harus sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Orang tua dan Perawat harus mengetahui dan memberikan jenis permainan yang tepat untuk
setiap tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak.
2. Status kesehatan anak
Aktivitas bermain memerlukan energi maka Perawat harus mengetahui kondisi anak pada saat
sakit dan jeli memilihkan permainan yang dapat dilakukan anak sesuai dengan prinsip bermain
pada anak yang sedang dirawat di RS.
3. Jenis kelamin
Pada dasarnya dalam melakukan aktifitas bermain tidak membedakan jenis kelamin laki-laki
atau perempuan namun ada pendapat yang diyakini bahwa permainan adalah salah satu alat
mengenal identitas dirinya. Hal ini dilatarbelakangi oleh alasan adanya tuntutan perilaku yang
berbeda antara laki – laki dan perempuan dan hal ini dipelajari melalui media permainan.
4. Lingkungan yang mendukung
Lingkungan yang cukup luas untuk bermain memungkinkan anak mempunyai cukup ruang untuk
bermain.
5. Alat dan jenis permainan yg cocok
Pilih alat bermain sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak. Alat permainan harus aman
bagi anak.
F. Alat Permainan Edukatif
Alat permainan edukatif adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak,
disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangannya.
Contoh alat permainan pada balita dan perkembangan yang distimuli :
1. Pertumbuhan fisik dan motorik kasar
Contoh : Sepeda roda tiga/dua, bola, mainan yang ditarik dan didorong, tali, dll.
2. Motorik halus
Contoh : Gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll.
3. Kecerdasan/ kognitif
Contoh : Buku gambar, buku cerita, puzzle, boneka, pensil, warna, dll.
4. Bahasa
Contoh : Buku bergambar, Buku cerita, majalah, radio, tape, TV, dll.
5. Menolong diri sendiri
Contoh : Gelas/ piring plastic, sendok, baju, sepatu, kaos kaki, dll.
6. Tingkah laku sosial
Contoh : Alat permainan yang dapat dipakai bersama missal congklak, kotak pasir, bola, tali, dll.
G. Klasifikasi Bermain
1. Menurut isi permainan
a. Sosial affective play
Inti permainan ini adalah hubungan interpersonal yang menyenangkan antara anak dengan orang
lain (contoh: ciluk-baa, berbicara sambil tersenyum dan tertawa).
b. Sense of pleasure play
Permainan ini sifatnya memberikan kesenangan pada anak (contoh: main air dan pasir).
c. Skiil play
Permainan yang sifatnya meningkatkan keterampilan pada anak, khususnya motorik kasar dan
halus (misal: naik sepeda, memindahkan benda).
d. Dramatik Role play
Pada permainan ini, anak memainkan peran sebagai orang lain melalui permainanny. (misal:
dokter dan perawat).
e. Games
Permainan yang menggunakan alat tertentu yang menggunakan perhitungan / skor (Contoh :
ular tangga, congklak).

f. Un occupied behaviour
Anak tidak memainkan alat permainan tertentu, tapi situasi atau objek yang ada disekelilingnya,
yang digunakan sebagai alat permainan (Contoh: jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan
kursi, meja dsb).
2. Menurut karakter sosial
a. Onlooker play
Anak hanya mengamati temannya yang sedang bermain, tanpa ada inisiatif untuk ikut
berpartisifasi dalam permainan (Contoh: Congklak/Dakon).
b. Solitary play
Anak tampak berada dalam kelompok permainan, tetapi anak bermain sendiri dengan alat
permainan yang dimilikinya dan alat permainan tersebut berbeda dengan alat permainan
temannya dan tidak ada kerja sama.
c. Parallel play
Anak menggunakan alat permaianan yang sama, tetapi antara satu anak dengan anak lain tidak
terjadi kontak satu sama lain sehingga antara anak satu dengan lainya tidak ada sosialisasi.
Biasanya dilakukan anak usia toddler.
d. Associative play
Permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan anak lain, tetapi tidak
terorganisasi, tidak ada pemimpin dan tujuan permaianan tidak jelas (Contoh: bermain boneka,
masak-masak).
e. Cooperative play
Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada permainan jenis ini, dan punya
tujuan serta pemimpin (Contoh: main sepak bola)

3. Menurut usia
a. Umur 1 bulan (sense of pleasure play).
 Visual : dapat melihat dgn jarak dekat
 Audio : berbicara dgn bayi
 Taktil : memeluk, menggendong
 Kinetik : naik kereta, jalan-jalan.
b. Umur 2-3 bln
 Visual : memberi objek terang, membawa bayi keruang yang berbeda
 Audio : berbicara dengan bayi,memyanyi
 Taktil : membelai waktu mandi, menyisir rambut.
c. Umur 4-6 bln
 Visual : meletakkan bayi didepan kaca, memebawa bayi nonton TV.
 Audio : mengajar bayi berbicara, memanggil namanya, memeras kertas.
 Kinetik : bantu bayi tengkurap, mendirikan bayi pada paha ortunya.
 Taktil : memberikan bayi bermain air.
d. Umur 7-9 bln
 Visual : memainkan kaca dan membiarkan main dengan kaca serta berbicara sendiri.
 Audio : memanggil nama anak, mngulangi kata-kata yang diucapkan seperti mama,
papa.
 Taktil : membiarkan main pada air mengalir.
 Kinetik : latih berdiri, merangkap, latih meloncat.
e. Umur 10-12 bln
 Visual : memperlihatkan gambar terang dalam buku.
 Audio : membunyikan suara binatang tiruang, menunjukkan tubuh dan menyebutnya.
 Taktil : membiarkan anak merasakan dingin dan hangat, membiarkan anak
merasakan angin.
 Kinetik : memberikan anak mainan besar yang dapat ditarik atau didorong, seperti
sepeda atau kereta.
f. Umur 2-3 tahun
 Paralel play dan sollatary play
 Anak bermain secara spontan, bebas, berhenti bila capek, koordinasi kurang (sering
merusak mainan)
 Jenis mainan: boneka,alat masak,buku cerita dan buku bergambar.
g. Preschool 3-5 thn
 Associative play , dramatik play dan skill play.
 Sudah dapat bermain kelompok
 Jenis mainan: roda tiga, balok besar dengan macam-macam ukuran.
h. Usia sekolah
 Cooperative play
 Kumpul prangko, orang lain.
 Bermain dengan kelompok dan sama dengan jenis kelamin
 Dapat belajar dengan aturan kelompok
 Laki-laki : Mechanical
 Perempuan : Mother Role

i. Mainan untuk Usia Sekolah :


 6-8 tahun : Kartu, boneka, robot, buku, alat olah raga, alat untuk melukis, mencatat,
sepeda.
 8-12 tahun : Buku, mengumpulkan perangko, uang logam, pekerjaan tangan, kartu, olah
raga bersama, sepeda, sepatu roda.
j. Masa remaja
 Anak lebih dekat dengan kelompok
 Orang lain, musik,komputer, dan bermain drama.

H. Bermain di Rumah Sakit


Perawatan di Rumah Sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan stress, baik bagi anak
maupun orang tua. Untuk itu, anak memerlukan media yang dapat mengeskpresikan perasaan
tersebut dan mampu bekerja sama degan petugas kesehatan selama dalam masa perawatan.
Aktivitas bermain yang dilakukan perawat pada anak di RS akan memberikan keuntungan
sebagai berikut :
1. Meningkatkan hubungan klien dan perawat
2. Aktivitas beramain yang terpogram akan memulihkan perasaan mandiri pada anak.
3. Permainan di RS membantu anak mengekspresikan perasaannya.
4. Permainan yang terapeutik akan membentuk tingkah laku yang positif.
Prinsip – prinsip bermain di rumah sakit :
1. Permainan yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat dan sederhana.
2. Relatif aman dan terhindar dari infeksi silang.
3. Sesuai dengan kelompok usia.
4. Peramainan tidak boleh bertentangan dengan terapi yang sedang dijalankan.
5. Perlu partisipasi orang tua dan keluarga.
Tekhnik Bermain di Rumah Sakit :
1. Berikan alat permainan untuk merangsang anak bermain sesuai dengan umur
perkembangannya
2. Berikan cukup waktu dalam bermain dan menghindari interupsi
3. Berikan permainan yang bersifat mengurangi sifat emosi anak
4. Tentukan kapan anak boleh keluar atau turun dari tempat tidur sesuai dengan kondisi anak
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bermain tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak, karena bagi anak bermain sama saja
bekerja bagi orang dewasa. Bermain pada anak mempunyai fungsi yaitu untuk perkembangan
sensorik, motorik, intelektual, sosial, kreatifitas, kesadaran diri, moral sekaligus terapi anak saat
sakit.
Tujuan bermain adalah melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal,
mengekspresikan dan mengalihkan keinginan fantasi. Dan idenya mengembangkan kreatifitas
dan kemampuan memecahkan masalah dan membantu anak untuk beradaptasi secara efektif
terhadap stress karena sakit dan di rawat di Rumah Sakit.

B. Saran
Terapi bermain dapat menjadi obat bagi anak-anak yang sakit. Jadi sebaiknya di RS juga
disediakan fasilitas bermain bagi anak-anak yang di rawat di rumah sakit. Mensosialisasikan
terapi bermain pada orang tua sehingga orang tua dapat menerapkan terapi di rumah dan di
rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, K., et al.2010. Contoh Proposal Terapi Bermain Pada Anak Prasekolah. Diakses Pada
Tanggal 11 Desember 2012. www.nursingbegin.com
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai