Anda di halaman 1dari 11

Makalah

Menjelaskan Konsep Perkembangan Sebagai Bagian Dari Konsep Psikologi

Dosen Pengampu:

Dr.Johan Setiawan,M.Pd

Disusun Oleh : Kelompok 1

Nuur Muhammad Raafi 23220006

Titis Wulandari 23220012

Desta Ngulya Putri 23220015

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah swt. Yang atas rahmat-nya maka kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Menjelaskan Konsep
PerkembanganSebagai Bagian Dari Konsep Psikologi”. Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas pembuatan makalah dalam mata kuliah “ perkembangan peserta didik” dengan pokok
bahasan Menjelaskan Konsep Perkembangan Sebagai Bagian Dari Konsep Psikologi. Dalam
penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.akhirnya kami
berharap semoga allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah
memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai
ibadah,amiinyaarobbalallamin.

Penyusun
Kelompok 1

DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................

Daftar Isi.............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................
1.3 Tujuan............................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................

2.1. Menjelaskan Konsep Perkembangan ...........................................................................

2.2 Menjelaskan Konsep Pertumbuhan...............................................................................

2.3 Menjelaskan Konsep Kematangan................................................................................

2.4 Menjelaskan Konsep Latihan........................................................................................

BAB III PENUTUP...........................................................................................................

3.1 Kesimpulan....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan dalam konsep psikologi merupakan proses kualitatif yang mengacu
pada penyempurnaan fungsi sosial dan psikologis dalam diri seseorang. Berlangsung
secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan, perkembangan dapat dikelompokkan
menjadi fisik (jasmaniah) dan psikis (rohaniah). Perkembangan psikologis meliputi
perubahan kognitif, kepribadian, dan sosial, yang berkaitan dengan pikiran, konsep diri,
gender, dan interaksi sosial. Perkembangan ini terjadi sejak masa konsepsi sampai akhir
hayat, dan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti keterlibatan orang tua, pola asuh,
trauma, lingkungan, dan interaksi sosial. Psikologi perkembangan pada prinsipnya
merupakan cabang dari psikologi. Psikologi sendiri merupakan sebuah istilah yang
berasal dari bahasa Inggris, yaitu “psychology”. Istilah ini pada mulanya berasal dari kata
dalam bahasa Yunani “psyche”, yang berarti roh, jiwa atau daya hidup, dan “logos” yang
berarti Ilmu. Jadi, secara harfiah “psychology” berarti “ilmu jiwa. Sedangkan
perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami individu atau organisme
menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya (Maturation) yang berlangsung
secara sitematis, progresif, dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah)
maupun psikis (Rohaniah).

1.2 Rumusan Masalah


1. Menjelaskan Konsep Perkembangan
2. Menjelaskan Konsep Pertumbuhan
3. Menjelaskan Konsep Kematangan
4. Menjelaskan Konsep Latihan

1.3 Tujuan
1. Mengetahui Konsep Perkembangan
2. Mengetahui Konsep Pertumbuhan
3. Mengetahui Konsep Kematangan
4. Mengetahui Konsep Latihan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Menjelaskan Konsep Perkembangan

Secara Etimologis perkembangan berasal dari kata kembang menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia kembang berarti maju, menjadi lebih baik. Secara Terminologis
Perkembangan adalah proses kualitatif yang mengacu pada penyempurnaan fungsi sosial dan
psikologis dalam diri seseorang dan berlangsung sepanjang hidup manusia. Menurut Reni
Akbar Hawadi, Perkembangan secara luas menunjuk pada keseluruhan proses perubahan dari
potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat dan ciri-ciri yang
baru. Dalam istilah perkembangan juga tercakup konsep usia, yang diawali dari saat
pembuahan dan berakhir dengan kematian. Menurut F.J. Monks, pengertian perkembangan
menunjuk pada “suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak dapat diulang kembali.
Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar
kembali.” Perkembangan juga dapat diartikan sebagai “ proses yang kekal dan tetap yang
menuju kearah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan
pertumbuhan, pematangan dan belajar.

a. Menurut Aristoteles
Aristoteles membagi masa perkembangan seseorang menjadi 3 periode,
sebagai berikut:
1) Umur 0-7 tahun, disebut fase anak kecil atau masa bermain. Fase ini
diakhiri dengan pergantian gigi.
2) Umur 7-14 tahun, disebut fase anak sekolah atau masa belajar yang dimulai
dari tumbuhnya gigi baru dan diakhiri ketika kelenjar kelamin mulai
berfungsi.
3) Umur 14-21 tahun, disebut fase remaja atau masa pubertas, yakni masa
peralihan antara kanak-kanak dan masa dewasa. Periode ini dimulai sejak
berfungsinya kelenjar kelamin sampai seorang anak memasuki usia dewasa.
Aristoteles menyebutkan pada periodesasi ini disebut sebagai periodesasi yang
berdasarkan pada biologis karena antara fase I dengan fase ke II itu ditandai
dengan adanya pergantian gigi, sedangkan antara fase ke II dengan fase ke III
ditandai dengan mulai bekerjanya organ kelengkapan kelamin.
b. Menurut Sigmund Freud
Dalam menentukan periodesasi perkembangan, Freud berpedoman pada cara
reaksi bagian tubuh tertentu yang dihubungkan dengan dorongan sexual seseorang.
Lebih jelasnya, periodesasi perkembangan menurut Freud adalah sebagai berikut:
1) Umur 0-5 tahun, disebut periode infantile, periode kanakkanak. Periode ini dibagi
lagi menjadi:
a. Fase oral, umur 0-1 tahun, Pada fase ini, mulut merupakan central pokok
keaktifan yang dinamis.
b. Fase anal, umur 1-3 tahun, Pada fase ini, dorongan dan tahanan berpusat
pada alat pembuangan kotoran.
c. Fase falis, umur 3-5 tahun, Pada fase ini, alat-alat kelamin merupakan
daerah organ paling perasa.
2) Umur 5-12 tahun, disebut periode latent, masa tenang karena dorongan sexual
ditekan sedemikian rupa, sehingga tidak tampak menyolok.
3) Umur 12-18 tahun, disebut periode pubertas, saat dorongan-dorongan seksual
mulai muncul kembali, bahkan tampak semakin menonjol daripada masa sebelumnya,
saat seseorang secara sungguh-sungguh mulai tertarik pada jenis kelamin lain,
sekaligus menandai kedewasaan seseorang.
4) Umur 18-20 tahun, disebut periode genital, Pada tahap akhir perkembangan
psikoseksual, individu mengembangkan minat seksual yang kuat pada lawan jenis.
Dimana dalam tahap-tahap awal fokus hanya pada kebutuhan individu, kepentingan
kesejahteraan orang lain tumbuh selama tahap ini. Jika tahap lainnya telah selesai
dengan sukses, individu sekarang harus seimbang, hangat dan peduli. Tujuan dari
tahap ini adalah untuk menetapkan keseimbangan antara berbagai bidang kehidupan.
c. Pendapat Kretschmer
Kreschmer mengemukakan bahwa dari lahir sampai dewasa anak melewati
empat fase, yaitu:
1) dari umur 0-3 disebut Fullungs periode I; pada masa ini anak kelihatan
pendek, gemuk. bersikap terbuka, mudah bergaul dan mudah didekati.
2) dari umur 3-7 disebut Streckungs periode I; pada masa ini kelihatan
langsing, sikap anak cenderung tertutup, sukar bergaul dan sulit didekati.
3) dari umur 7-13 disebut Fullungs priode II; pada masa ini anak kembali
menggemuk.
4) dari umur 13-20 disebut Streckungs periode II; pada masa ini anak kembali
kelihatan langsing. Kehidupan kejiwaan anak-anak pada masa tersebut juga
menunjukkan sifat-sifat yang khas. Pada periode Fulling anak menunjukkan
sifat-sifat jiwa yang mirip dengan orang yang berhabitus piknis, jadi seperti
orang yang cyclothym; jiwanya terbuka, mudah bergaul, mudah didekati, dan
sebagainya. Pada periode-periode streckung anak menunjukkan sifat-sifat jiwa
yang mirip dengan orang yang berbabitus leptosom, jadi seperti orang yang
schizothym; jiwa tertutup, sukar bergaul, sukar didekati, dan sebagainya.

2.2 Menjelaskan Konsep Pertumbuhan

Secara Etimologis Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pertumbuhan berasal dari
kata tumbuh yang berarti tambah besar atau sempurna. Secara Terminologis Pertumbuhan
adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik
yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat dalam perjalanan waktu
tertentu.Dalam konsep perkembangan juga terkandung pertumbuhan. Pertumbuhan (Growth)
sebenarnya merupakan sebuah istilah yang lazim digunakan dalam biologi, sehingga
pengertiannya lebih bersifat biologis. C.P. Chaplin mengartikan pertumbuhan sebagai satu
pertambahan atau kenaikan dalam ukuran dari bagianbagian tubuh atau dari organisme
sebagai suatu keseluruhan. Menurut A.E. Sinolungan pertumbuhan menunjuk pada perubahan
kuantitatif, yaitu yang dapat dihitung atau diukur, seperti panjang atau berat tubuh.
Sedangkan Ahmad Thonthowi mengartikan pertumbuhan sebagai perubahan jasad yang
meningkat dalam ukuran (size) sebagai akibat dari adanya perbanyakan (multiplication) sel-
sel.

2.3 Menjelaskan Konsep Kematangan


Kematangan adalah terlaksananya dengan baik tugas-tugas pertumbuhan dan
perkembangan seseorang menuju struktur tingkah laku yang lebih tinggi. Untuk membantu
siswa mencapai kematangan psikologisnya agar tumbuh minat belajar yang tinggi, peran
lembaga pendidikan formal seperti sekolah begitu besar dan sangat strategis. Menurut
Monks, kematangan didefinisikan sebagai kesiapan individu dalam melaksanakan tugas-tugas
perkembangan tertentu dan kemampuan untuk berfungsi dalam tingkat yang lebih tinggi
sebagai hasıl pertumbuhan Kematangan itu sendiri berarti perubahan yang terjadi pada setiap
individu secara teratur berdasarkan genetik yang sudah mencapai kemasakan / usia masak
Contohnya Jika anak pintar bisa dikatakan mempunyai unsur genetic yang jika anak pintar
dibawahnya dari orang tua walaupun tidak sepenuhnya.

Kematangan emosional

Emosi" berasal dari kata "emotus" atau "emovere" yang berarti


mencerca/menggerakkan (to stir up), kematangan emosi yaitu sesuatu yang mendorong
terhadap sesuatu dalam dırı manusia, emosi merupakan penyesuaian organis yang timbul
secara otomatis pada manusia dalam menghadapı situasi-situasi tertentu. Menurut Maramis
emosi adalah suatu keadaan yang kompleks yang berlangsung biasanya tidak lama yang
mempunyai komponen pada badan dan jiwa individu itu, pada jiwa timbul keadaan
terangsang (excitement) dengan perasaan yang hebat serta biasanya terdapat impuls untuk
berbuat tertentu, pada badan timbul gejala-gejala dari pihak susunan saraf vegetative
umpamanya pada pernafasan, sirkulasi dan sekresi. 35 Bimo Walgito memberikan pengertian
yang lebih sederhana bahwa emosi merupakan keadaan perasaan yang telah begitu
melampaui batas sehingga untuk mengadakan hubungan dengan sekitarnya mungkin dapat
terganggu.

2.4 Menjelaskan Konsep Latihan

Secara sederhana latihan dapat dirumuskan, yaitu segala daya dan upaya untuk
meningkatkan secara menyeluruh kondisi fisik dengan proses yang sistematis dan berulang-
ulang dengan kian hari kian bertambah jumlah beban latihan, waktu atau intensitasnya.
Seseorang melakukan latihan dikarenakan merupakan suatu bentuk upaya untuk mencapai
suatu tujuan. Latihan bukanl hal yang baru, sudah sejak zaman dahulu latihan dilakukan
secara sistematis untuk menuju suatu tujuan tertentu. Menurut Bompa (1994) dalam Awan
Hariono (2006: 1) latihan adalah upaya seseorang dalam meningkatkan perbaikan organisme
dan fungsinya untuk mengoptimalkan prestasi dan penampilan olahraga. Tujuan dari latihan
untuk memperoleh berprestasi semaksimal mungkin, namun dalam proses pelaksaan latihan
tidak cukup mudah dan sederhana. Program latihan yang diberikan pelatih amat penting
dalam mendukung kualitas latihan yang sesuai dengan cabang masing-masing. Bukan hanya
latihan fisik saja yang harus dilatih untuk mencapai prestasi yang maksimal teknik, taktik dan
mental juga amat penting untuk dilatih. Menurut Sukadiyanto (2005: 1), latihan pada
prinsipnya merupakan suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik, yaitu untuk
meningkatkan kualitas fisik kemampuan fungsional peralatan tubuh dan kualitas psikis anak
latih. Menurut Harsono, (1988: 102) mengatakan bahwa latihan juga bisa dikatakan sebagai
sesuatu proses berlatih yang sistematis yang dilakukan secara berulang-ulang yang kian hari
jumlah beban latihannya kian bertambah. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa latihan adalah suatu proses kegiatan olahraga yang dilakukan secara
sadar, sistematis, bertahap dan berulang-ulang, dengan waktu yang relatif lama, untuk
mencapai tujuan akhir dari suatu penampilan yaitu peningkatan prestasi yang optimal. Agar
latihan mencapai hasil prestasi yang optimal, maka program/bentuk latihan disusun
hendaknya mempertimbangkan kemampuan dasar individu, dengan memperhatikan dan
mengikuti prinsip-prinsip atau azas-azas pelatihan. Sistematis berarti berencana, menurut
jadwal dan menurut pola sistem tertentu, metodis dari yang mudah ke yang sukar, latihan
yang teratur dari yang sederhana ke yang kompleks. Berulang-ulang maksudnya adalah
gerakan-gerakan yang sukar dilakukan menjadi semakin mudah dan reflektif pelaksanaannya.
Beban makin bertambah maksudnya adalah setiap kali, secara perodik setelah tiba saatnya
maka beban ditambah demi meningkatkan perubahan-perubahan dan tercapainya prestasi.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Peserta didik merupakan subjek dan objek pendidikan yang memerlukan bimbingan
orang lain (pendidik) untuk membantu mengarahkannya mengembangkan potensi yang
dimilikinya, serta membimbingnya menuju kecerdasan dan kemampuannya secara optimal.
Secara garis besar karakteristik peserta didik dipengaruhi oleh faktor bawaan dan faktor
lingkungan. Hal tersebut meruapkan dua faktor yang terbentuk karena faktor terpisah,
masing- masing mempengaruhi kepribadian dan kemampuan individu bawaan dan
lingkungan dengan caranya sendiri-sendiri. Akan tetapı, makin disadari bahwa apa yang
dirasakan oleh seorang anak, remaja, atau dewasa merupakan hasıl darı perpaduan antara apa
yang ada diantara faktor- faktor biologis yang diturunkan dan pengaruh lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi, Munawar Sholeh, Psikologi perkembangan, (Jakarta.

Pt.Rineka Cipta,1991), hlm, 8. 6Eni Fariyatul Fahyuni,

Istikomah.Psikologi Belajar dan Mengajar Kunci Sukses

Guru dan Peserta Didik dalam Interaksi Edukatif,

(Sidoarjo: Nizamia Learning Center, 2016), hlm, 3-4.

Hurlock, Elizabeth B., 1980, A Life-Span Approach, Jakarta:

Erlangga

Santrock J.W. 2002. Perkembangan Masa Hidup. Jakarta; Erlangga

Papilia E. Diane, dkk. 2008. Human Development

Anda mungkin juga menyukai