Anda di halaman 1dari 5

Ethnomathematics: Exploration of the Muntuk Community

ABSTRAK

Kerajinan bambu merupakan salah satu warisan budaya yang masih dilestarikan oleh masyarakat
Muntuk. Dalam membuat kerajinan bambu, banyak yang menggunakan motif Anyaman (kerajinan
tangan) yang menarik dan bervariasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi
hubungan antara matematika dan budaya, terutama dalam motif Anyaman Bambu. Penelitian ini
menggunakan pendekatan etnografi yang merupakan pendekatan empiris dan teoritis, yang
bertujuan untuk memperoleh gambaran dan analisis budaya secara menyeluruh berdasarkan
penelitian lapangan. Hasilnya adalah eksplorasi etnomatematika dalam beberapa motif Anyaman
Bambu yang mengandung konsep matematika, khususnya subjek transformasi geometris.

PENDAHULUAN

Matematika adalah bentuk budaya yang diintegrasikan ke dalam semua aspek kehidupan
masyarakat melalui kegiatan matematika dan memungkinkan konsep matematika tertanam dalam
praktik budaya [1-3]. Lebih lanjut, Maryati & Prahmana [4] menjelaskan bahwa ada hubungan
antara matematika dan budaya melalui kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang tertentu.
Namun, masih ada yang memandang matematika sebagai hal yang abstrak dan jauh dari kehidupan
sehari-hari[5]. Pembelajaran matematika yang jauh dari kehidupan sehari-hari dan terlepas dari
budaya berdampak pada kemampuan siswa dalam menerapkan konsep matematika dalam
memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari[6]. Berdasarkan hasil PISA
(Program for International Student Assessment) untuk membuktikan proses pembelajaran di
sekolah yang dianalisis oleh Stacey[7] telah menunjukkan bahwa siswa Indonesia tidak dapat
menggunakan konsep matematika untuk memecahkan masalah kehidupan nyata. Siswa
mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah matematika yang berkaitan dengan kehidupan
nyata karena selama ini siswa cenderung diajarkan rumus praktis. Salah satu alasan siswa tidak
dapat memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari adalah bahwa proses
pembelajaran tidak menghubungkan konsep matematika dengan kehidupan nyata [8]. Dengan
demikian, diperlukan jembatan antara matematika dan budaya, yaitu etnomatematika[9].
Etnomatematika memiliki potensi untuk membantu siswa mengembangkan minat yang lebih
signifikan dalam belajar matematika [10-12]. Oleh karena itu, guru memiliki pengaruh yang
signifikan dalam membentuk batas antara dua bidang matematika formal dan Etnomatematika dan
pada integrasi komprehensif kegiatan matematika sehari-hari ke dalam matematika formal.
Indonesia terdiri dari beberapa pulau yang memiliki banyak keragaman budaya. Salah satu pulau
yang terkenal dengan budayanya adalah Jawa, terutama di Yogyakarta yang dikenal sebagai kota
budaya. Masyarakat Yogyakarta masih melestarikan beberapa kegiatan budaya. Mereka telah
menerapkan beberapa konsep matematika, yaitu kerajinan bambu. Desa-desa di Kabupaten Bantul
berada di Desa Muntuk yang mayoritas adalah pengrajin bambu. Dalam membuat kerajinan
bambu, banyak yang menggunakan motif Anyaman yang menarik dan bervariasi [13].

Lebih lanjut, Haris & Putri [14] menjelaskan bahwa konteks kerajinan tradisional Anyaman dapat
digunakan sebagai konteks dalam pembelajaran matematika. Etnomatematika memiliki sumber
pengetahuan yang dihasilkan oleh seseorang/kelompok melalui kegiatan pemenuhan kebutuhan
sehari-hari[15]. Ada beberapa penelitian yang berkaitan dengan etnomatematika [16-17]. Ditasona
[16] mengeksplorasi konsep transformasi geometris menggunakan motif Gorga (ornamen di
Rumah Batak). Selanjutnya, Risdiyanti & Prahmana [17] mengeksplorasi konsep transformasi
geometris menggunakan batik. Oleh karena itu, budaya dapat digunakan sebagai konteks dalam
proses pembelajaran matematika. Di desa Muntuk, ada satu kerajinan bambu yaitu dinding bambu
yang memiliki beragam motif Anyaman yang menarik. Peneliti tertarik untuk mengeksplorasi
bagaimana mengeksplorasi etnomatematika, khususnya dalam pembuatan Anyaman Bambu.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjembatani matematika dengan budaya dan dapat
diterapkan dalam pembelajaran di kelas.

METODE

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yaitu jenis penelitian untuk menjelaskan dan
memperoleh informasi secara utuh, luas dan mendalam[17]. Selain itu, penelitian ini menggunakan
pendekatan etnografi, yaitu pendekatan empiris dan teoritis, yang bertujuan untuk memperoleh
gambaran dan analisis budaya secara menyeluruh berdasarkan penelitian lapangan. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret 2019. Prosedur penelitian dilakukan dengan tiga
langkah utama, yaitu analisis data pra lapangan, analisis data selama lapangan, dan analisis data
secara keseluruhan[9]. Teknik pengumpulan data menggunakan prinsip-prinsip dalam etnografi
seperti observasi, wawancara, dokumentasi, dan catatan lapangan dengan deskripsi etnografi asli
[18].
HASIL

Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Muntuk masih melestarikan warisan budaya
seperti kerajinan bambu. Dalam membuat kerajinan bambu, banyak yang menggunakan motif
Anyaman yang menarik dan bervariasi [13]. Lebih lanjut, Prabawati [19] menjelaskan bahwa
keberadaan kerajinan Anyaman dapat digunakan sebagai sumber belajar dan tentunya dapat
membuat siswa atau masyarakat lebih memahami bagaimana budaya mereka berhubungan dengan
matematika. Selain itu, juga dapat meningkatkan motivasi dalam belajar dan memudahkan siswa
dalam menghubungkan konsep yang dipelajari dalam situasi dunia nyata[20]. Pada fakta lain,
ternyata dalam motif Anyaman Bambu, digunakan konsep transformasi geometris seperti translasi,
refleksi, rotasi, dan pelebaran.

TRANSLASI

adalah transformasi yang menggerakkan setiap titik dalam bidang sesuai dengan jarak dan arah
tertentu. Jarak dan arah terjemahan dapat ditentukan oleh segmen garis (vektor), misalnya, PQ atau
sepasang angka, misalnya ( a b ), di mana a menyatakan jarak dan arah perpindahan horizontal dan
b menunjukkan jarak dan arah perpindahan secara vertikal. Terjemahan oleh ( a b ) ditulis T = ( a
b ). Jika titik P(x, y) diterjemahkan oleh T = ( a b ) bayangannya adalah P'(x', y') dengan x' = x +
a dan y' = y + b atau P'(x + a, y + b).

Gambar 1 menjelaskan aplikasi transformasi geometri dalam motif tenun pada dinding bambu,
untuk membuat motif ini dapat diterapkan terjemahan beberapa ornamen oleh sumbu dalam sistem
koordinat Cartesian. Proses penerjemahan sepanjang garis horizontal membentuk objek baru
seperti pengulangan objek sebelumnya. Arah dan bentuknya juga sama persis dengan bentuk
sebelumnya.

REFLEKSI

3.2 Refleksi adalah salah satu jenis transformasi yang menggerakkan setiap titik pada bidang
dengan menggunakan properti bayangan cermin. Dalam koordinat bidang, objek yang dipantulkan
adalah titik, garis, atau wilayah. Objek-objek ini tercermin dalam titik atau garis. Garis yang
digunakan sebagai media mirroring objek disebut mirroring axis atau sumbu simetri. Sifat pantulan
adalah jarak dari asal ke cermin sama dengan jarak cermin ke titik bayangan dan garis yang
menghubungkan asal dengan titik bayangan tegak lurus terhadap cermin. Jika titik P(x, y)
dipantulkan pada sumbu x, maka gambarnya adalah titik P'(x', y') dengan x' = x dan y' = y.
Hubungan dapat ditulis sebagai M : P(x, y) → P'(x', y') = P'(x, −y). Jika titik P(x, y) dipantulkan
pada sumbu y, maka gambarnya adalah P'(x', y') dengan x' = x dan y' = y. Hubungan dapat ditulis
sebagai M : P(x, y) → P'(x', y') = P'(−x, y).

Gambar 2 menjelaskan aplikasi transformasi geometri dalam motif tenun pada dinding bambu,
untuk membuat motif ini dapat diterapkan refleksi beberapa ornamen dalam motif ini oleh sumbu
vertikal dan sumbu horizontal dalam sistem koordinat Cartesian.

ROTASI

Rotasi adalah transformasi yang memindahkan titik dengan memutar titik-titik sejauh θ ke titik
pusat rotasi. Rotasi atau putaran pada bidang datar ditentukan oleh pusat rotasi, besarnya sudut
rotasi, dan arah sudut rotasi. Rotasi Sudut adalah sudut antara garis yang menghubungkan titik asal
dan pusat rotasi dengan garis yang menghubungkan titik bayangan dan pusat rotasi.

Gambar 3 menjelaskan aplikasi transformasi geometri pada motif tenun pada dinding bambu,
untuk membuat motif ini dapat dilakukan rotasi dengan 0°, 60°, 120°, 180°, 240°, dan 300°
terhadap sumbu x atau sumbu y pada sistem koordinat Kartesius.

DILATASI

Dilatasi adalah transformasi yang mengubah jarak titik dengan pengali tertentu ke titik tertentu.
Faktor pengganda tertentu disebut faktor dilatasi atau faktor skala, dan titik tertentu itu disebut
pusat dilatasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pelebaran ditentukan oleh faktor skala (k)
dan pelebaran sentral. Jika dilatasi terbangun, dilatasi akan mengubah ukuran tanpa mengubah
bentuk build. Pelebaran yang berpusat pada P dengan faktor skala k dilambangkan dengan [P, k].

Gambar 4 menjelaskan aplikasi transformasi geometri pada motif tenun pada dinding bambu,
untuk membuat motif ini dapat diterapkan dilatasi suatu ornamen, sehingga bisa mendapatkan
motif yang memiliki bentuknya sama tetapi memiliki ukuran yang berbeda.

KESIMPULAN

Penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Muntuk masih melestarikan warisan budaya seperti
kerajinan bambu. Dalam membuat kerajinan bambu, banyak yang menggunakan motif anyaman
yang menarik dan bervariasi. Keberadaan kerajinan Anyaman dapat dijadikan sebagai sumber
belajar dan tentunya dapat membuat siswa atau masyarakat lebih memahami bagaimana budaya
mereka berhubungan dengan matematika. Dalam fakta lain, ternyata dalam motif Anyaman
Bambu, konsep transformasi geometris digunakan seperti translasi, refleksi, rotasi, dan pelebaran.
Motif Anyaman Bambu ini dapat memudahkan siswa mempelajari konsep transformasi geometris
karena dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa. Untuk mempersiapkan siswa lebih mudah
memahami konsep matematika, khususnya pada motif Anyaman Bambu, dapat dirancang desain
pembelajaran. Desain pembelajaran menggunakan motif Anyaman Bambu sebagai konteks dan
menggunakan kegiatan untuk menggambar motif Anyaman Bambu dan memperkenalkan konsep
transformasi.

Anda mungkin juga menyukai