PERTAMINA
PERTAMINA EPEP ASSET2
ASSET
2 COLLECTIVE NUMBER :
EPR2-S19PL0014A-P30
COLLECTIVE NO.
HSE PLAN
NAMA KONTRAKTOR
CONTRACTOR’S NAME PT. ARODYA BIRU PERSADA
HSE Dept.
Page I
HSE Plan PT. ARODYA BIRU PERSADA – EPR2-S19PL0014A-P30
PT. PERTAMINA
PERTAMINA EPEP ASSET2
ASSET
2 COLLECTIVE NUMBER :
EPR2-S19PL0014A-P30
COLLECTIVE NO.
DAFTAR ISI
TABLE OF CONTENT
1. INFORMASI UMUM
DISKRIPSI PROYEK
2. KOMITMEN MANAJEMEN
KEBIJAKAN SMK3L
KOMITMEN HSE
KEPEMIMPINAN DALAM ASPEK HSE
KUNJUNGAN DEWAN DIREKSI KE LAPANGAN
RAPAT HSE DI LAPANGAN
LAMPIRAN
3. HSE PERFORMANCE INDIKATOR
HSE STATISTIK
4. ORGANISASI HSE
STRUKTUR ORGANISASI HSE
TANGGUNG JAWAB
TENAGA PROFESI HSE
TRAINING / PELATIHAN
PROGRAM RAPAT HSE
5. RISK ASSESSMENT
PROSEDUR HAZARD IDENTIFICATION WITH RISK ASSESSMENT & JSA METHOD
LAMPIRAN
6. PROGRAM PENGENDALIAN RESIKO
HSE MANUAL
7. JOURNEY MANAGEMENT PLAN
RUTE PERJALANAN
8. EMERGENCY RESPONSE PLAN
EMERGENCY RESPONSE PROCEDURE
Page
HSE Plan PT. ARODYA BIRU PERSADA – EPR2-S19PL0014A-P30 II
PT. PERTAMINA
PERTAMINA EPEP ASSET2
ASSET
2 COLLECTIVE NUMBER :
EPR2-S19PL0014A-P30
COLLECTIVE NO.
9. INVESTIGASI INSIDEN
10. PENGELOLAAN ASPEK HSE SUBKONTRAKTOR
INSPEKSI KESELAMATAN KERJA, AUDIT INTERNAL, & PENGAMATAN TUGAS DAN PERILAKU
Page
HSE Plan PT. ARODYA BIRU PERSADA – EPR2-S19PL0014A-P30 III
PT. PERTAMINA
PERTAMINA EPEP ASSET2
ASSET
2 COLLECTIVE NUMBER :
EPR2-S19PL0014A-P30
COLLECTIVE NO.
INFORMASI UMUM
Deskripsi Proyek
Secara umum pekerjaan ini mencakup “Pengadaan dan Pemasangan Geomembran HDPE secara
CallOf Order (COO) untuk lokasi pemboran Field dan Areda Field PT.PERTAMINA EP ASSET 2”
Page 1
HSE Plan PT. ARODYA BIRU PERSADA – EPR2-S19PL0014A-P30
PT. PERTAMINA
PERTAMINA EPEP ASSET2
ASSET
2 COLLECTIVE NUMBER :
EPR2-S19PL0014A-P30
COLLECTIVE NO.
1. KOMITMENT MANAJEMEN
Komitmen HSE
PT.ARODYA BIRU PERSADA berkomitmen untuk memastikan tempat kerja dan
lingkungan yang aman serta bertanggung jawab dan selalu akan memenuhi kewajiban
hukum dan bertujuan untuk terus meningkatkan keselamatan, kesehatan kerja dan
kinerja lingkungan.
Partisipasi aktif dan keterbukaan dari pihak manajemen dalam pelaksanaan dan
pencapaian program pencegahan kerugian menyeluruh, mencakup penetapan kebijakan,
sasaran & tujuan tugas dan tanggung jawab serta mengkoordinasikan,
mengkomunikasikan, memberikan orientasi dan pelatihan program, pencegahan
kerugian, mengawasi dan memastikan agar program pemeriksaan berkala selalu
dilaksanakan.
Page 2
HSE Plan PT. ARODYA BIRU PERSADA – EPR2-S19PL0014A-P30
PT. PERTAMINA
PERTAMINA EPEP ASSET2
ASSET
2 COLLECTIVE NUMBER :
EPR2-S19PL0014A-P30
COLLECTIVE NO.
Page 3
HSE Plan PT. ARODYA BIRU PERSADA – EPR2-S19PL0014A-P30
PT. PERTAMINA
PERTAMINA EPEP ASSET2
ASSET
2 COLLECTIVE NUMBER :
EPR2-S19PL0014A-P30
COLLECTIVE NO.
Melakukan tinjauan manajemen secara berkala untuk melihat kinerja pelaksanaan SMK3
serta memberikan arahan dan peningkatan yang diperlukan secara
berkesinambungan
Meninjau organisasi SMK3L pada jangka waktu terencana
Memberikan penghargaan terhadap pekerja yang aktif menerapkan SMK3L dan
memberikan sanksi begi pekerja yang melakukan pelanggaran SMK3L (disesuaikan dengan
waktu dan jenis pelanggaran)
Page 4
HSE Plan PT. ARODYA BIRU PERSADA – EPR2-S19PL0014A-P30
PT. PERTAMINA
PERTAMINA EPEP ASSET2
ASSET
2 COLLECTIVE NUMBER :
EPR2-S19PL0014A-P30
COLLECTIVE NO.
Page 5
HSE Plan PT. ARODYA BIRU PERSADA – EPR2-S19PL0014A-P30
PT. PERTAMINA
PERTAMINA EPEP ASSET2
ASSET
2 COLLECTIVE NUMBER :
EPR2-S19PL0014A-P30
COLLECTIVE NO.
Page 6
HSE Plan PT. ARODYA BIRU PERSADA – EPR2-S19PL0014A-P30
PT. PERTAMINA
PERTAMINA EPEP ASSET2
ASSET
2 COLLECTIVE NUMBER :
EPR2-S19PL0014A-P30
COLLECTIVE NO.
Page 7
HSE Plan PT. ARODYA BIRU PERSADA – EPR2-S19PL0014A-P30
PT. PERTAMINA
PERTAMINA EPEP ASSET2
ASSET
2 COLLECTIVE NUMBER :
EPR2-S19PL0014A-P30
COLLECTIVE NO.
Page 8
HSE Plan PT. ARODYA BIRU PERSADA – EPR2-S19PL0014A-P30
PT. PERTAMINA
PERTAMINA EPEP ASSET2
ASSET
2 COLLECTIVE NUMBER :
EPR2-S19PL0014A-P30
COLLECTIVE NO.
Page 9
HSE Plan PT. ARODYA BIRU PERSADA – EPR2-S19PL0014A-P30
PT. PERTAMINA
PERTAMINA EPEP ASSET2
ASSET
2 COLLECTIVE NUMBER :
EPR2-S19PL0014A-P30
COLLECTIVE NO.
Page
HSE Plan PT. ARODYA BIRU PERSADA – EPR2-S19PL0014A-P30 10
PT. PERTAMINA
PERTAMINA EPEP ASSET2
ASSET
2 COLLECTIVE NUMBER :
EPR2-S19PL0014A-P30
COLLECTIVE NO.
Tanggal : ..............................
Lokasi Kunjungan : ..............................
Gambar 1. Gambar 2.
Gambar 3. Gambar 4.
Keterangan :
Gambar 1. :
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
Gambar 2. :
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
Gambar 3. :
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
Gambar 4 :
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
Page
HSE Plan PT. ARODYA BIRU PERSADA – EPR2-S19PL0014A-P30 11
2. HSE PERFORMANCE INDICATOR
Jenis Pekerjaan : Pengadaan dan Pemasangan Geomembran HDPE secara CallOf Order (COO) untuk lokasi pemboran Field
dan Areda Field PT.PERTAMINA EP ASSET 2”
Lokasi Pekerjaan :
Tanggal penilaian :
Score
No Item Target Actual Score Max Indicator Notes
Actual
SCORING
NON
NON
11 Safety Non Conformity (near miss) 8 Dokumen Temuan PEKA Actual ≤ Target
% Total Nilai =
FORMAT LAPORAN KINERJA HSE ( Template )
3. ORGANISASI HSE
Secara khusus, sub-kontraktor terpilih wajib meminta persetujuan dari team PT.ARODYA
BIRU PERSADA terhadap Rencana Pelaksanaan Sub-kontraktor dan dalam melaksanakan
pekerjaan di proyek wajib mengikuti peraturan yang ditentukan di PT.ARODYA BIRU
PERSADA.
4. RISK ASSESSMENT
PROSEDUR HAZARD IDENTIFICATION WITH RISK ASSESSMENT & JSA METHOD
I. PENDAHULUAN
Untuk memperoleh kepastian akan keselamatan atas diri kita dan orang- orang yang berada
disekitar kita saat melakukan suatu pekerjaan, maka kita perlu untuk melakukan suatu
identifikasi bahaya (hazard identification), dimana bahaya- bahaya yang berada didalam atau
disekitar kita harus benar- benar kita kenali (identifikasi) untuk mengambil langkah yang tepat
guna mencegah atau menghindari terjadinya suatu kecelakaan.
Dalam hal kita akan melaksanakan tugas- tugas berbahaya disuatu tempat kerja, maka yang
perlu kita lakukan terlebih dahulu adalah melakukan penilaian resiko terhadap tugas- tugas
berbahaya tersebut. Hal ini perlu kita lakukan untuk menilai seberapa besar tingkat resiko (risk
level) dari setiap urutan langkah tugas berbahaya tersebut guna menentukan cara pengendalian
atau kegiatan yang diperlukan untuk mengatasi resiko- resiko yang ada pada pekerjaan
tersebut.
II. BATASAN
Bahaya (hazard) adalah sifat-sifat yang ada dan melekat pada suatu bahan (material)/ kondisi
atau proses yang dapat mengakibatkan cidera atau kerusakan terhadap manusia, peralatan
dan lingkungan.
Suatu bahaya tidak berasal dari kegagalan benda itu sendiri. Bahaya dapat muncul dari beberapa
benda yang saling mempengaruhi satu sama lain (misalnya reaksi kimia)
Untuk memudahkan kita dalam mengklasifikasikan macam bahaya yang ada ditempat
kerja, bahaya dapat dikelompokan dalam beberapa jenis.
a. Bahaya dari tindakan tidak aman (unsafe act hazard) yaitu bahaya- bahaya yang
timbul sebagai akibat dilakukannya suatu tindakan tidak aman oleh seseorang atau
karyawan disuatu lingkungan kerja.
Misalnya : Pengemudi yang selalu menjalankan kendaraan melewati batas yang telah
ditentukan baik oleh aturan perusahaan maupun pemerintah setempat
b. Bahaya dari kondisi tidak aman (unsafe condition hazard) adalah bahaya- bahaya yang
timbul sebagai akibat adanya suatu kondisi yang tidak aman ditempat kerja.
Misalnya : Lantai yang licin.
c. Bahaya dari faktor pribadi manusia (personal factor hazard) yaitu bahaya yang timbul
sebagai akibat adanya faktor pribadi seorang manusia/ karyawan yang tidak
seharusnya disuatu tempat kerja.
Misalnya : Sikap seorang yang pemarah atau faktor pelalaiannya.
d. Bahaya dari faktor pekerjaan (job factor hazard) adalah bahaya yang timbul akibat adanya
suatu tugas atau pekerjaan yang tidak aman untuk dilaksanakan oleh seorang
karyawan disuatu lingkungan kerja.
Misalnya : Sulitnya suatu tugas untuk dilaksanakan atau karena tugas / pekerjaan tersebut
jarang dilakukan.
e. Bahaya dari Manajerial (Managerial Hazard) adalah bahaya yang timbul sebagai
akibat adanya kelemahan Sistim manajemen disuatu lingkungan kerja.
Misalnya : Tidak adanya system kontrol atau rencana kerja yang tidak layak.
bahaya ?
Yang dimaksud dengan identifikasi bahaya adalah usaha- usaha untuk mengetahui, mengenal
dan memperkirakan adanya bahaya pada suatu sistim (peralatan, unit kerja, prosedur dan
sebagainya). Pekerjaan itu meliputi kegiatan menganalisa dan menemukan bahaya pada
bagian - bagian dari sistim (sub-sistim), waktu, urutan aktifitas dan juga menghitung
kemungkinan- kemungkinan yang timbul dan akibat yang akan dihasilkan oleh bahaya
tersebut.
Mengidentifikasi bahaya dilingkungan kerja merupakan suatu cara untuk melakukan salah satu
fungsi kontrol manajemen dengan tujuan untuk menghilangkan atau paling tidak
mengurangi resiko atau potensi yang dapat menimbulkan kecelakaan yang berakibat cidera /
kerusakan, baik terhadap karyawan maupun asset perusahaan lainnya.
Berikut adalah beberapa kegiatan yang digunakan dalam mengidentifikasi bahaya didalam
atau disekitar lingkungan kerja :
a. Observasi (Observation) yaitu suatu kegiatan peninjauan umum dan tidak mendalam
atas suatu daerah atau proses kerja. Pada saat dilakukan observasi di suatu daerah
atau proses kerja, secara langsung kita dapat memperhatikan atau mengidentifikasi
bahaya- bahaya yang ada didaerah kerja tersebut.
Misalnya : Melaksanakan observasi sewaktu- waktu (unschedule observation) yang
dilakukan oleh seorang manajer atau pengawas terhadap situasi atau kondisi yang
menjadi tanggung jawabnya.
b. Inspeksi (Inspection) adalah suatu kegiatan pengamatan yang dilakukan secara umum,
secara berkala dan mendalam atas suatu objek atau daerah. Ketika dilakukan inspeksi atas
suatu daerah, secara langsung kita dapat memperhatikan atau mengidentifikasi bahaya-
bahaya yang terdapat pada objek atau daerah kerja tersebut.
Misalnya : Inspeksi bulanan dalam bentuk Joint Inspection Team yang dilaksanakan
oleh suatu team yang terdiri dari beberapa macam bagian.
c. Pengauditan (Auditing) adalah suatu kegiatan pengamatan secara komprehensif
(umum, menyeluruh, mendalam, berkala) yang merupakan suatu alat untuk mengukur
kinerja K3 pada sistim operasi suatu perusahaan termasuk sistim administrasi yang
mencakup PEME disetiap elemen kegiatan perusahaan dengan menggunakan standar
tertentu guna dapat menilai dan memberikan rekomendasi- rekomendasi perbaikan.
Misalnya : Audit sistim pada suatu perusahaan dengan jangka waktu tertentu (1 tahun).
Setelah suatu bahaya teridentifikasi, maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisa
terhadap bahaya- bahaya yang telah teridentifikasi tersebut sehingga dapat diketahui “
tingkat resiko “ (risk level) nya. Bilamana tingkat resiko tersebut sudah diketahui, maka
langkah selanjutnya adalah melakukan evaluasi bahaya / resiko yang telah ada untuk
menetapkan metode pengendalian yang akan digunakan beserta skala prioritasnya. Kedua
langkah tersebut (Analisa Bahaya dan Evaluasi Resiko) disebut sebagai “ Penilaian Resiko “
(Risk Assessment).
Analisa Resiko (risk analysis)
Analisa resiko adalah suatu proses analisa untuk menilai resiko serta mengidentifikasi
tindakan- tindakan yang diperlukan guna menghilangkan atau mengurangi resiko sehinggga
kondisi diatas dapat dikategorikan sebagai “ Acceptable Risk ”.
Analisa resiko merupakan suatu alat (tool) yang sangat berguna sekali untuk melakukan
perbaikan- perbaikan dalam usaha keselamatan. Analisa resiko sangat tepat sekali
apabila digunakan sebelum melakukan suatu pekerjaan yang sifatnya baru, misalnya
dalam rangka pengenalan untuk suatu mesin yang baru.
Analisa resiko dapat dilakukan melalui perorangan, namun akan lebih berhasil bila dilakukan
oleh suatu team (kelompok), dimana semua yang terlibat akan menyumbangkan pikiran
dan pengalamannya.
Pengontrolan bahaya tidak hanya dilakukan sebagai suatu reaksi terhadap suatu kecelakaan
yang terjadi atau akibat dari suatu inspeksi- inspeksi yang telah dilakukan ditempat kerja.
Manajemen dan para pekerja dapat lebih pro-aktif. Hal ini perlu untuk meyakinkan bahwa
suatu hal yang sangat penting harus dilakukan terlebih dahulu.
Risk Assessment adalah suatu proses analisa untuk menilai resiko, serta mengidentifikasi
tindakan- tindakan kontrol yang diperlukan untuk menghilangkan atau mengurangi resiko yang
ada sehinggga kondisi diatas dapat dikategorikan sebagai “ acceptable risk ” (resiko yang
masih dapat diterima dalam batas-batas toleransi).
Didalam suatu aktifitas yang bersifat umum dimana mencakup beraneka ragam kegiatan,
biasanya ditemukan kesulitan-kesulitan untuk mengidentifikasi bahaya-bahaya (hazards) dan
resiko (risk) yang mungkin timbul, sehinggga pada akhirnya kita juga mendapat kesulitan
untuk melakukan atau memprioritaskan tindakan-tindakan pencegahan dan peralatan-
peralatan yang diperlukan.
Penilayan resiko harus dilakukan oleh personil kunci bagian operasional di semua tempat
kerja sebelum dimulainya pekerjaan. Penilaian resiko merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
oleh suatu tim untuk menilai potensi bahaya dan dinyatakan melalui Tingkat Resiko (Risk
Level) dari setiap langkah- langkah tugas yang ada pada suatu jenis pekerjaan serta
dilengkapi dengan suatu rekomendasi teknik pengendalian atau kegiatan yang diperlukan untuk
mencegah terjadinya suatu kecelakaan yang disebabkan oleh pelaksanaan pekerjaan atau tugas-
tugas berbahaya tersebut.
Pada bagian awal dari modul pelatihan ini kita telah membicarakan tentang bahaya ditempat
kerja dan setelah bahaya- bahaya tersebut teridentifikasi ditempat kerja, langkah selanjutnya
adalah melakukan penilaian resiko (risk assessment / RA). Kegiatan ini perlu dilakukan
untuk menilai seberapa besar “ tingkat resiko “ (risk level) yang ada dari setiap urutan
langkah kerja serta untuk menentukan cara pengendalian yang diperlukan guna mengatasi
bahaya- bahaya yang terdapat pada pekerjaan tersebut. Hal ini sangat berkaitan dengan
kegiatan pengidentifikasian bahaya dan penilaian resiko.
Tujuan dari Teknik Penilaian Resiko adalah memberikan tanggung jawab jajaran pengawas untuk
menerapkan teknik yang sesuai yang dapat diterima untuk Pengelolaan Resiko.
Mengorganisir Team Penilaian Resiko
Team penilaian resiko harus terdiri dari karyawan yang sesuai dengan pengalamannya. Ketua
team harus memiliki pengalaman dan pelatihan yang diperlukan dalam pelaksanaan Penilaian
Resiko.
Mereka yang bergabung dalam team tersebut adalah Manager, Supervisor yang memiliki
tanggung jawab untuk melaksanakannya. Mereka bertanggung jawab terhadap tugas yang
terkait dengan produksi, kualitas, biaya, keselamatan kerja dan faktor- faktor lainnya, dan
mereka yang lebih tahu dibanding dengan karyawan luar tentang cara melaksanakan tugas
tersebut.
Setiap anggota team harus diberi kesempatan menyiapkan diri lebih awal, dan selanjutnya
akan dilengkapi dengan prosedur, gambar- gambar, desain dan tata letak yang sesuai.
Sebelum melakukan penilaian resiko, bagian keselamatan supaya diberitahu dan dijelaskan
mengenai ruang lingkup penilaian resiko tersebut. Jika dianggap perlu, bagian keselamatan dapat
mengikuti penilaian resiko tersebut.
Langkah pertama dalam risk assessment melibatkan identifikasi yang sistimatik dari berbagai
fungsi/ disiplin kerja yang ada di perusahaan. Secara tipikal akan melibatkan
pengidentifikasian jabatan dari masing-masing nama jabatan.
Langkah selanjutnya membutuhkan disiplin normal yang berkaitan dengan aktivitas kerja
teridentifikasi jelas dan dicatat dalam nama jabatan. Identifikasi aktivitasi kerja dan
penilaian resiko harus dilakukan sebagai praktek-prakek kerja bersama antara Supervisor dari
disiplin kerja yang ada dengan satu atau lebih banyak karyawan yang dipekerjakan oleh
perusahaan dibawah fungsi / disiplin yang selalu di evaluasi
Seluruh fungsi kerja yang relevan pada perusahaan dievaluasi dengan menggunakan
Sistim penilaian resiko (risk assessment), formulir-formulir yang sudah dilengkapi sesuai
dengan disiplin
kerja agar disediakan di tempat kerja dengan tembusan diberikan kepada bagian keselamatan
sebagai catatan.
Merupakan tanggung jawab jajaran Manager, Supervisor untuk memastikan bahwa
keberadaan penilaian resiko (risk assessment) untuk semua fungsi kerja secara langsung
berada di bawah pengaruhnya. Dalam hal ini mereka akan membantu bila diperlukan oleh
Supervisor dan bagian keselamatan
Pelaksanaan risk assessment selalu diawali dengan mengidentifikasi semua bahaya-bahaya
(hazards) yang ada ditempat yang akan dianalisa. Identifikasi bahaya merupakan hal yang
sangat penting didalam penilaian resiko (risk assessment) karena semua analisa akan berawal
dari sini.
Penentuan Resiko
Untuk menentukan bagaimana memberikan nilai pada setiap bahaya, dapat dilihat pada table
#.1. dan table #.2. dibawah ini.
LIKELIHOOD / PROBABILITY = KEMUNGKINAN
Suatu kejadian yang terjadi berulang-ulang (sering) atau terjadi sekali
3 HIGH atau
lebih dalam setahun dan diidentifikasikan sebagai sesuatu yang dapat
menimbulkan masalah.
Suatu kejadian yang sering terjadi tetapi dengan kekerapan yang lebih
2 MEDIUM jarang
(Kadang- kadang) atau terjadi sekali atau lebih dalam lima tahun dan
diidentifikasikan sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan masalah.
Suatu kejadian yang sulit/ sangat jarang terjadi (mungkin terjadi dalam
1 LOW kehidupan fasilitas tersebut) tetapi tetap diidentifikasikan sebagai
sesuatu
yang dapat menimbulkan masalah.
Tabel #.1.
KLASIFIKASI BAHAYA – BERDASARKAN KONSEKUENSI
(CONSEQUENCES = HAZARD EFFECT (TINGKAT KEPARAHAN)
Suatu kondisi atau praktek yang mungkin menyebabkan kecelakaan
berakibat cacat tetap, kematian, kerusakan parah pada struktur
bangunan
/ instalasi, bahan atau peralatan, dan kerusakan lingkungan yang
berkepanjangan. Misalnya :
HIGH Tidak adanya pelindung pada mesin berputar.
3
( KLAS A ) Pekerja pemeliharaan ditemukan masuk kedalam ruang terbatas
tanpa menggunakan ijin kerja
Terjadinya kebocoran minyak yang cukup berarti dan terserap ke
permukaan tanah atau terbawa air hujan.
Personnel - kecelakaan lost time (> 21 hari)
Equipment - Kerusakan peralatan > US.$ 5.000
Production - Kehilangan produsi > US.$ 5.000
Suatu kondisi atau praktek yang mungkin menyebabkan kecelakaan
berakibat cidera serius atau sakit, (mengakibatkan tidak mampu
sementara), kerusakan lingkungan yang serius (dalam waktu singkat)
atau tidak mengikuti peraturan atau asset perusahaan terganggu,
tetapi tidak separah Klas A. Misalnya :
MEDIUM
2 Kondisi jalan yang licin ditemukan didaerah koridor kantor.
( KLAS B
Anak tangga bagian bawah untuk masuk kekantor rusak.
)
Sisa bahan berbahaya ditemukan ditempat pembuangan sampah umum.
Personnel - kecelakaan lost time (antara 1 – 21
hari) Equipment - Kerusakan peralatan > US$ 500 – US
$ 4,999. Production - Kehilangan produsi > US$ 500 –
US $ 4,999.
Suatu kondisi atau praktek yang mungkin menyebabkan kecelakaan
berakibat ringan (tidak cidera) atau sakit. Tidak mengganggu asset
perusahaan, atau kerusakan lingkungannya kecil. Misalnya :
Tukang kayu ditemukan ketika menangani kayu tidak menggunakan
LOW sarung tangan.
1
( KLAS C ) Lapisan- lapisan berminyak ditemukan dipermukaan air yang tergenang,
menunjukkan terjadinya tumpahan minyak yang kecil.
Personnel - kecelakaan lost time (0 hari)
Equipment - Kerusakan peralatan < US.$ 500.
Production - Kehilangan produsi < US.$ 500.
Tabel #.2.
Tingkat resiko (Risk Level)
Adalah tingkatan resiko yang diakibatkan oleh adanya suatu hazard (bahaya). Setelah
menentukan besarnya ” Probability dan Consequences “ langkah selanjutnya adalah
mengalikan nilai-nilai dari “ Probability ” dengan “ Consequences ” sehinggga didapat
suatu nilai. Nilai inilah yang akan menentukan tingkatan dari suatu ‘ Risk ’ ( Resiko )
dengan menggunakan alat bantu matrik.
Untuk lebih jelasnya perhatikan table #.3. berikut.
TINGKAT RESIKO (RISK LEVEL)
H H H H
KEMUNGKINAN
M M H H
PROBABILITY
L L M H
L M H
Apabila hasil perkalian dari “Probability” dengan “Consequences” menghasilkan nilai 1 (satu),
maka tingkatan ini dikategorikan sebagai LOW. Selanjutnya apabila hasil perkalian dari
“Probability” dengan “Consequences” menghasilkan nilai 2 (dua), maka tingkatan ini
dikategorikan sebagai MEDIUM. Dan apabila hasil dari “Probability” dengan “Consequences”
menghasilkan nilai 3 (tiga) atau lebih, resiko tersebut dikategorikan HIGH.
Untuk menaksir (assesses), apakah suatu aktivitas aman untuk dikerjakan, kita perlu untuk
mengidentifikasi bahaya yang ada, akibat bahaya dan probability (kemungkinan tingkat terjadinya).
Untuk melakukan penaksiran, maka pertanyaan berikut ini harus dijawab :
* Apa yang salah ?
* Apa yang bisa terjadi ?
* Seberapa parah akibat yang ditimbulkan ?
* Bagaimana tingkat kemungkinan terjadinya ?
Tidak ada definisi yang pasti tentang resiko yang bisa diterima. Pada dasarnya resiko yang
bisa diterima adalah suatu kondisi yg telah diukur keberadaannya, akibatnya, keparahannya,
kemungkinan terjadinya, pengendaliaannya dan mampu menanggulangi atau mengatasinya.
Petunjuk Mengidentifikasi Bahaya
Pada saat melakukan pengujian aktivitas untuk mengidentifikasi bahaya, tanyakan pada diri anda
pertanyaan berikut :
¢ Apakah anda telah tahu pasti tentang apa yang akan dikerjakan ?
¢ Material apa yang terlibat ?
¢ Peralatan atau perkakas apa yang digunakan ?
¢ Kapan aktivitas ini dilakukan ? (siang, malam, hari libur dll)
¢ Dimana aktivitas ini dilakukan (diketinggian, ruang terbatas, dll)
¢ Apakah aktivitas ini membahayakan orang, peralatan atau aktivitas lain.
¢ Apakah aktivitas ini dipengaruhi / diakibatkan oleh orang, peralatan atau aktivitas lain.
Pelajari pengalaman kecelakaan yang pernah terjadi. berdasarkan analisa kecelakaan. Berikut adalah
jenis kejadian kontak yang mengakibatkan terjadinya kecelakaan :
Keterangan Item Pekerjaan Pengadaan dan Pemasangan Geomembran HDPE secara CallOf Order
(COO) untuk lokasi pemboran Field dan Areda Field PT.PERTAMINA EP ASSET 2 oleh PT. ARODYA
BIRU PERSADA selama Periode Pekerjaan, berikut jenis kegiatan :
A. Pekerjaan Umum
1. Menyiapkan izin kerja, tenaga kerja (termasuk tenaga jaga malam) dan dokumentasi,
pembuatan laporan (awal, harian, akhir)
2. Penyediaan APD (Safety Boot, Coverall, Safety helmet, glasses, hand gloves)
3. Mengadakan HSE Event meeting (min. 1 minggu 1 kali)
4. Penyediaan Rambu-rambu keselamatan, dsb
B. Pembuatan Tenda Kerja Sementara
1. Memasang kerangka tenda dari kayu bulat Uk. Ø 5 - 7 cm
2. Memasang tiang dari kayu bulat Uk. Ø 10 - 15 cm termasuk gali tanah
3. Memasang atap terpal plastik
F. Pekerjaan pembersihan
1. Pekerjaan membersihan areal lokasi
Pada tahap ini dilakukan proses analisis potensi bahaya untuk msing-masing kegiatan dalam kegiatan
pekerjaan. Berikut merupakan tabel potensi bahaya pada tiap Item Pekerjaan
A. Pekerjaan Umum
No. Jenis Kegiatan Potensi Bahaya
1 Menyiapkan izin kerja, tenaga kerja Terkilir, terluka
2 Penyediaan APD Terluka
3 Penyediaan Rambu-rambu keselamatan Terluka, cidera
Memasang kerangka tenda dari kayu bulat Uk. Ø 5 - Terluka, tertimpa, jatuh dari
1
7 cm ketinggian
F. Pekerjaan pembersihan
Terluka, cidera
1 Pekerjaan membersihkan areal lokasi
Kemudian, apa yang dimaksud dengan probability ?
Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa probability adalah keseringan munculnya situasi
tidak aman, yang mengakibatkan efek yang telah teridentifikasi, maka kunci untuk menilai
probability adalah dengan menjawab pertanyaan berikut :
• Mungkinkah bahaya akan muncul setiap pekerjaan dilakukan, atau sekali dalam 5 atau 50
pekerjaan, atau sekali seumur hidup ?
• Jika situasi tidak aman muncul, apakah selalu menimbulkan akibat ?
• Pada saat mengerjakan suatu jenis pekerjaan, orang yang mengerjakan atau peralatan
yang digunakan yang memiliki efek pada probability ?
A. Pekerjaan Umum
Keparahan
No. Jenis Kegiatan Potensi Bahaya Uraian Bahaya
Catagory Skor
Menyiapkan izin kerja, Hanya membutuhkan
1 Terkilir, terluka IV 1
tenaga kerja Pertolongan Pertama
Hanya membutuhkan
2 Penyediaan APD Terluka IV 1
Pertolongan Pertama
F. Pekerjaan pembersihan
Potensi Keparahan
No. Jenis Kegiatan Uraian Bahaya
Bahaya Catagory Skor
Pekerjaan
Terluka, Hanya membutuhkan
1 membersihkan areal IV 1
cidera Pertolongan Pertama
lokasi
V. URUTAN PENGENDALIAN RESIKO (RISK CONTROL)
Pengendalian resiko (risk control) harus dilakukan secara berurutan atau berdasarkan sesuai
dengan yang telah direkomendasikan. Pengendalian resiko tersebut harus dicoba dengan
menggunakan teknik pengendalian urutan pertama. Bila teknik pertama tersebut tidak
memungkinkan dilakukan maka harus dicoba dengan menggunakan teknik berikutnya sesuai
dengan urutan- uratan yang direkomendasikan. Demikian seterusnya sampai pada urutan
terakhir.
Berikut adalah urutan- urutan cara pengendalian resiko yang telah direkomendasikan sesuai
dengan ketentuan dimana susunannya tidak boleh ditukar- tukar :
1. Identifikasi
2. Evaluasi
3. Pengendalian :
Untuk membuat suatu analisa keselamatan pekerjaan ada 4 (empat) aspek tentang keselamatan
kerja yang perlu dipertimbangkan didalam perencanaan kerja yaitu :
Pada saat membuat suatu prosedur agar disebutkan seluruh tindakan- tindakan yang akan
dilakukan didalam suatu pekerjaan, pikirkan bahaya- bahaya yang mungkin timbul dari setiap
tindakan dan kemudian atasi bahaya- bahaya tersebut.
Ia adalah orang yang paling menguasai dan paling mempunyai kepentingan langsung
dengan setiap jenis pekerjaan yang menjadi tugas bawahannya.
Ia adalah orang yang paling mempunyai kepentingan langsung untuk menyelamatkan
bawahannya dari kecelakaan
Ia adalah orang yang mempunyai catatan paling lengkap tentang kecelakaan
atau nearmiss (hampir celaka) yang terjadi pada setiap jenis pekerjaan tersebut
Ia adalah orang yang paling menguasai prosedur dan peraturan kerja untuk jenis
pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya
Dalam hal memilih dan menyelesaikan jenis pekerjaan yang akan dianalisa serta memilih
prioritas pekerjaan tersebut, ada beberapa cara yang dapat dipakai sebagai pedoman
yaitu :
Memilih jumlah kecelakaan terbanyak.
Bila dalam suatu pekerjaan sering terjadi kecelakaan, maka pekerjaan tersebut baik sekali
didahulukan dalam J.S.A.nya.
Pekerjaan- pekerjaan baru ataupun pekerjaan yang sedang dalam masa perobahan
Bila bahaya telah ditemukan, langkah selanjutnya adalah mulai mencari dan menemukan cara
untuk mengatasi bahaya tersebut agar dapat dihilangkan atau dikendalikan.
Cara untuk mencari pengatasannya dengan menggunakan pertanyaan :
Apakah
Bagaimana
Apakah dapat dikerjakan dengan cara lain ?
Bagaimana seharusnya mengerjakan
Bagaimana kalau dengan cara ini
Apakah mesin ini tidak dapat digeser atau dilindungi ?
Jawaban atas pertanyaan harus berupa penyelesaian yang konkrit, jelas, terarah dan sangat
khusus.
Jawaban yang berupa kata- kata : hati – hati, agar lebih waspada atau lain- lain yang
serupa merupakan jawaban yang tidak ada manfaatnya sama sekali.
Untuk mengenali bahaya apa yang bisa timbul disetiap tahapan pekerjaan, biasanya
setiap tahapan pekerjaan tersebut harus kita amati untuk mengetahui bahaya apa saja
yang bisa timbul. Untuk itu kita perlu memakai sikap bertanya sebagai berikut :
Setelah kita mengetahui dan mengenali tentang bahaya apa yang bisa timbul disetiap tahapan
pekerjaan, kemudian kita pikirkan langkah- langkah apa yang harus dilakukan agar
bahaya tersebut tidak mengakibatkan terjadinya suatu kecelakaan.
Bila telah terjadi perubahan tentang metode, peralatan dan lingkungan kerja serta untuk
menjaga dan menyesuaikan apakah J.S.A tersebut masih memadai untuk waktu sekarang,
maka JSA yang telah ada agar dilakukan perbaikan (revisi) untuk menjaga agar pekerjaan
yang dilakukan sesuai dengan ketentuan- ketentuan dan yang lebih penting lagi adalah
untuk mencegah kecelakaan sedini mungkin.
yang sudah jadi adalah merupakan bahan meeting yang siap dibawakan pada kegiatan- kegiatan seperti
tersebut dibawah ini :
- Safety meeting
- Training terhadap karyawan baru
- Safety Talks/ Toolbox meeting
5. PROGRAM PENGENDALIAN RESIKO
BUKU TAMU
( ACCESS CONTROL)
Nama Proyek :
Kontraktor :
Lokasi :
JAM JAM
NO TANGGAL NAMA PERUSAHAAN KEPERLUAN KET
MASUK PARAF KELUAR PARAF
II. Orientasi & Induksi HSE
Induksi dan orientasi keselamatan ini diberikan kepada karyawan tersebut pada saat hari pertama
karyawan mulai bekerja di bagian mana dipekerjakan.
Dalam induksi dan orientasi ini beberapa hal yang antara lain akan disampaikan adalah:
Tanggung jawab setiap karyawan terhadap keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan
(K3L).
Fungsi tentang alat pelindung diri perorangan (Personal Protective Equipment) yang
harus dipakai oleh setiap orang untuk melakukan suatu pekerjaan.
LIMBAH B3.
Pengertian Limbah
Menurut Peraturan Pemerintah No. 18/1999 mengenai limbah dan limbah berbahaya
dan beracun, limbah adalah semua sisa aktifitas dan / atau proses produksi. Sampah
B3 berarti setiap sampah yang mengandung bahan berbahaya dan/ atau beracun
yang disebabkan oleh karakteristiknya dan/ atau konsentrasinya dan/ atau
jumlahnya, baik langsung maupun tidak, dapat mencemarkan dan/ atau merusak
lingkungan dan/ atau
membahayakan makhluk hidup, kesehatan, keberadaan kehidupan manusia dan
organisme hidup lainnya.
Prinsip Umum
Jika suatu bahan telah disebut sebagai limbah, maka ia harus diberi tanda, label
dan disimpan sesuai dengan prosedur pembuangan limbah. Pastikan dokumen
yang diperlukan selesai sebelum menyimpan dan memindahkan limbah B3.
Semua limbah yang pernah berhubungan dengan limbah B3 biasanya menjadi
limbah B3. Drum bekas bahan kimia dikategorikan sebagai limbah B3 karena
muatannya.
Limbah B3 (Umum)
• Potongan dan Serbuk Kayu (serbuk gergaji) yang tercemar minyak
Setiap sarung tangan kain, kayu, lap atau penyerap dan serbuk gergaji yang
telah berhubungan dengan minyak adalah limbah B3 dan harus diambil secara
terpisah, kemudian dikirim ke incinerator.
• Minyak dan Bekas Oli Lubrikasi
Minyak adalah B3 sesuai dengan definisinya, dan hal yang sama berlaku bagi
limbah minyak serta limbah Oli Lubrikasi. Limbah minyak serta limbah oli
lubrikasi dapat dibuang ditempat yang ditentukan (Pollution Control) bila ada. Bila
tidak ada maka dikirim ke perusahaan yang mempunyai ijin untuk mengelola
minyak atau oli bekas tersebut.
TANGGUNG JAWAB
• Bagian yang bertanggung jawab untuk menangani sampah / limbah harus
memastikan bahwa semua sampah/ limbah telah ditangani dengan tepat dan benar
dan memastikan bahwa sampah benar- benar telah dibuang pada tempat
pembuangan akhir atau telah diserahkan kepada pihak yang berwenang untuk
menangani sampah/ limbah tersebut.
• Para pengawas bertanggung jawab untuk memastikan diterapkannya rencana
pengelolaan sampah yang efektif di daerah mereka.
• Para Pengawas harus memastikan bahwa jumlah tempat pengumpul limbah yang
memadai harus disediakan, dipelihara dan dikosongkan secara berkala.
• Setiap karyawan harus membuang sampah mereka dengan rasa tanggung jawab,
memisahkan sampah sesuai dengan jenisnya dan membuangnya pada tempat
sampah yang telah ditentukan.
IX. HSE Meeting ( Safety Talk, Safety Stand Down, Safety Meeting Dll )
RAPAT KESELAMATAN (SAFETY MEETING)
Rapat - rapat keselamatan kerja harus dilakukan oleh setiap seksi / departemen
yang dipimpin oleh pengawas yang bersangkutan di lingkungan kerjanya masing -
masing. Rapat seperti ini harus diadakan secara berkala, sekurang - kurangnya
sekali dalam sebulan (monthly safety meeting) dan berlangsung selama 60 menit.
Departemen HSE akan memberikan petunjuk dan saran serta informasi tentang
meeting dimaksud apabila diminta.
Adapun tujuan dari rapat - rapat keselamatan tersebut adalah :
• Sebagai suatu forum, dimana masalah keselamatan, kesehatan kerja dan
lingkungan dapat dibicarakan diantara para pengawas dan bawahan mereka, dan hal
yang paling penting adalah untuk mendapatkan saran - saran perbaikan.
• Untuk mengembangkan lingkungan kerja yang aman dan baik.
• Untuk membicarakan dan memberi saran - saran tentang kasus kecelakaan,
insiden dan memberi cara yang terbaik untuk pencegahannya.
• Untuk mengkoordinasikan suatu pelaksanaan latihan penanggulangan keadaan
darurat dan mendorong agar karyawan dapat melakukan kebiasaan bekerja dengan
baik dan aman serta teratur sesuai dengan ketentuan yang ada.
• Untuk menentukan praktek - praktek kerja dan kondisi yang tidak aman serta
mengambil tindakan atau langkah - langkah perbaikan yang diperlukan.
• Untuk mendukung pelaksanaan program K3L dilingkungan operasi Perusahaan.
Selain safety meeting yang dilaksanakan setidak- tidaknya sekali dalam tiap
bulannya, pertemuan untuk membicarakan masalah keselamatan harian (daily
safety talks) juga harus dilaksanakan setiap pagi sebelum melaksanakan pekerjaan
dan waktunya selama lebih kurang 5 - 10 menit.
Disamping monthly safety meeting dan daily safety talks, perusahaan juga
melaksanakan Management Coordination Meeting yang dilakukan setiap 3 (tiga)
bulan sekali dan dihadiri oleh para Manager serta Sr. Management.
Dalam hal apabila terjadi kecelakaan yang signifikan baik ditempat kerja dimana
karyawan perusahaan melakukan kegiatannya maupun ditempat kerja lain dimana
ada karyawan perusahaan lain yang mengalami kecelakaan, maka perusahaan
akan melakukan pertemuan dalam bentuk Stand Down Meeting sebagai “Learning
From
Events” yang dihadiri oleh Direktur atau yang mewakilinya serta seluruh
karyawan untuk membahas tentang apa sesungguhnya yang terjadi dan bagaimana
hal tersebut agar tidak terjadi lagi dikemudian hari diperusahaan dan ini merupakan
satu masukan bagi karyawan perusahaan sebagai suatu pelajaran.
1.0 TUJUAN
Prosedur ini bertujuan untuk memberikan karyawan pemahaman yang lebih baik
tentang kerja fasilitas kebersihan yang disediakan untuk memenuhi persyaratan
kebersihan diri
RUANG LINGKUP
EFERENSI
UU No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja psl 2, psl 3 ayt 1, f, g, I, j, k, l, m psl 5, psl 8, psl 9 dan psl.
14
UU No.3 tahun 1969 tentang persetujuan Konvensi ILO No. 120 mengenai Hygiene dalam perniagaan dan
kantor psl 7
Peraturan Menteri Perburuhan No.7 tahun 1964 tentang syarat kesehatan kebersihan serta penerangan
dalam tempat kerja.
Kepmenaker No.51/Men/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja
Kepmenaker No.187/Men/1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tmp Kerja.
Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973 ttg pengawasan atas peredaran Peyimpanan dan penggunaan
Pestisida
Permenaker No. 3 Tahun 1986 ttg syarat-syarat K3 di tempat kerja yg mengelola pestisida
Instruksi Menteri Tenaga Kerja No.2/M/BW/BK/1984 tentang Pengesahan APD
Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No.01/Men/1997 ttg NAB Faktor Kimia dll. Udara Lingkungan Kerja
Permenaker No. 3 tahun 1985 ttg K3 pemakaian asbes
3 DEFINISI
Hygiene industry merupakan aspek perlindungan bagi kesehatan tenaga kerja dan sarana
untuk membina dan mengembangkan tenaga kerja menjadi sumber daya manusia
yang disiplin, dedikatif, penuh tanggung jawab dan mampu bekerja secara produktif
dan efisien.
4 PROSEDUR
Syarat-syarat K3
(1) Arah dan sasaran yang akan dicapai melalui syarat-syarat K3 preventif
(2) Pengembangan syarat-syarat K3 IPTEK
(3) Penerapan syarat-syarat K3 sejak tahap perencanaan s/d pemeliharaan
(4) Mengatur prinsip-prinsip teknis tentang bahan dan produksi teknis
Kewajiban :
- Pengurus / Direktur diwajibkan memeriksakan kesehatan TK
- Berkala (permen No. 02/Men/1980 dan Permen No. 03/Men/1982)
Pembinaan
o Gedung harus kuat buatannya dan tidak boleh ada bagian yg mungkin rubuh
o Tangga harus kuat buatannya, aman dan tidak boleh licin karena untuk
menghindari terjadinya terpeleset
o Lantai, dinding, loteng dan atap harus selalu berada dalam keadaan terpelihara
dan bersih
o Dinding dan loteng serta bagian-bagian lainnya harus dikapuri minimal sekali
dalam 5 tahun
o Dinding yang dicat harus dicuci minimal 1 kali setahun
Lantai harus dibersihkan sehingga selalu dalam keadaan bersih
Persyaratan Ruang Udara
Setiap tempat kerja harus dibuat & diatur shg tiap orang yang berkerja
mendapat ruang udara (cubic space) yang minimal 10 m dan ideal adalah
15 m.
Tinggi tempat kerja diukur dari lantai sampai daerah loteng harus minimal 3 m.
Ruang udara yang memenuhi syarat adalah ruangan yang tidak mengganggu
sirkulasi udara.
Luas tempat kerja harus sedemikian rupa sehingga tiap pekerja/buruh dapat
tempat yang cukup untuk bergerak secara bebas yaitu minimal 2 m buat
seorang pekerja/buruh.
Atap tempat kerja harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat memberikan
perlindungan yg baik kepada pekerja/buruh dari panas dan hujan.
Dinding tidak boleh basah atau lembab
Lantai dapur harus dibersihkan pada waktu-waktu tertentu, sehingga selalu dalam
keadaan bersih
Lantai tempat kerja hrs terbuat dari bahan yang keras, tahan air dan bahan
kimia yang merusak, datar & tidak licin
Alat & bahan harus selalu disusun atau disimpan secara rapi dan tertib
Dapur, kamar makan & alat keperluan makan harus selalu bersih & rapi
Dapur & kamar makan serta kakus tidak boleh berhubungan langsung dengan
tempat kerja & letaknya harus dinyatakan jelas
Alat-alat makan atau masak sesudah dipakai harus dibersihkan dengan sabun
dan air panas & dikeringkan. Alat-alat tersebut harus dibuat dari bahan-bahan
yg mudah dibersihkan
Kakus-kakus harus selalu bersih terutama lantai dan dinding serta dibersihkan
oleh pegawai tertentu
Makanan yg disediakan untuk buruh harus menurut menu yg memenuhi
syarat- syarat kesehatan
Semua pegawai yang mengerjakan dan melayani makanan atau minuman harus
bebas dari salah satu penyakit menular dan selalu harus menjaga kebersihan
badannya
Tempat masuknya cahaya alami seperti: jendela, kaca dan lobang berkaca harus
dapat memasukan cahaya dan seluruhnya harus 1/6 dari pada luas lantai
tempat kerja dan diatur agar cahaya dapat masuk merata.
Jika tempat kerja yang tidak tercukupi cahaya matahari atau untuk
pekerja/buruhan yang dilakukan pada malam hari maka harus diadakan
penerangan buatan yang aman dan cukup intensitasnya dan harus selalu
menyediakan alat-alat penerangan darurat.
Apabila alat penerangan darurat menyebabkan kenaikan suhu dalam tempat kerja
maka tidak boleh melebihi 320C.
Kadar penerangan diukur dengan alat pengukur cahaya yang baik, setinggi perut ( 1 meter)
Kekuatan
Cahaya
NO Jenis tempat kerja / pekerja/buruhan
Minimum
(lux)
1 Halaman & Jalan Lingkungan 20
Kepmenaker :
No.51/Men/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja
Pasal 1
Ayat. 3
Nilai Aambang Batas : Standar faktor tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa
mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu
tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu
Ayat.4
Faktor Fisika adalah Iklim kerja, kebisingan, getaran, gelombang mikro dan sinar ultra ungu
Ayat.10
Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses
produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan
pendengaran
Pasal 3
Ayat 1
Nilai Ambang Batas Kebisingan : 85 dBA utk 8 jam
Pasal 4 :
Ayat.1 NAB getaran alat kerja/tidak langsung : 4 m/det2
Pasal 7 :
Pengukuran dan penilaian faktor fisika di TK dilaksanakan oleh Pusat & atau balai Hiperkes
atau pihak-pihak yang ditunjuk
Pasal 9 :
Peninjauan NAB faktor fisika di TK dilakukan sesuai dengan perkembangan IPTEK
PETUGAS K3 KIMIA
Persyaratan Penunjukan :
Bekerja pada Perusahaan ybs.
Tidak Dalam Masa Percobaan
Hubungan Kerja Tidak Didasarkan PKWT (Perjanjian Kerja Waktu Tertentu)
Telah Mengikuti Diklat Tehnis K3 Kimia
Pengajuan Permohonan Tertulis dari Pengusaha atau Pengurus kpd Menteri
atau Pejabat yg Ditunjuk
LINGKUNGAN KERJA
KAPASITAS KERJA : Fisik
Keterampilan Kimia
Kesegaran Jasmani Biologi
Gizi Fisiologi
Kelamin Psikologi
Usia
Ukuran Tubuh
Motivasi
BEBAN KERJA
Fisik
Mental
Sosial
TUJUAN PENGAWASAN KESEHATAN KERJA
Upaya perlindungan kepada tenaga kerja dan orang lain dari potensi bahaya yang berasal dari :
• Kondisi mesin, pesawat, alat kerja, bahan, energi
• Lingkungan kerja
• Sifat pekerjaan
• Cara kerja
• Proses produksi
UPAYA PENGENDALIAN
PENYAKIT AKIBAT KERJA (PAK)
Definisi / Batasan :
• Karyawan adalah setiap tenaga kerja yang bekerja untuk perusahaan
• Pemeriksaan Kesehatan (Medical Check Up) adalah pemeriksaan kesehatan
untuk mengetahui dan menilai tentang tingkat kesehatan tenaga kerja yang
dilakukan oleh dokter yang ditunjuk oleh perusahaan.
• Pemeriksaan Kesehatan sebelum bekerja adalah pemeriksaan yang dilakukan
oleh dokter yang ditunjuk oleh perusahaan dan yang mempunyai wewenang
untuk itu, sebelum seorang tenaga kerja diterima untuk melakukan pekerjaan.
• Pemeriksaan Kesehatan berkala adalah pemeriksaan kesehatan pada waktu-
waktu tertentu terhadap tenaga kerja yang dilakukan oleh dokter yang
berwenang.
• Pemeriksaan Kesehatan khusus adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan
oleh dokter yang berwenang secara khusus terhadap tenaga kerja tertentu.
Pemeriksaan Kesehatan akan selalu dilakukan 1 tahun 1 kali
HSE Officer & Supervisor lapangan bertanggung jawab untuk memberikan saran dan
rekomendasi untuk penyediaan tanda-tanda keselamatan di tempat kerja.
Hambatan dan / atau tanda-tanda akan ditempatkan di sekitar :
daerah berbahaya Diduga, seperti: Penggalian / parit; Area Angkat Berat,
daerah Kebisingan yang berlebihan, Radiasi Kegiatan, Pengujian
Tekanan, dll
• Situs Kecelakaan Major
• Daerah Dibatasi
Semua tanda-tanda peringatan harus ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris
Daerah dibarikade harus disediakan dengan kaset reflektif selama operasi malam
hari. Standad tanda keselamatan / safety signs standards sebagai :
A. Warna
CONTRASTING SYMBOL
MEANING OR PURPOSE SAFETY COLOR
COLOR (IF REQUIRED)
7. Halaman
Harus ditata dengan baik, bersih dari barang -barang yang tidak berguna.
XV. Alat Pelindung Diri ( APD )
Sejak alat pelindung diri merupakan alat pelindung bagi para pekerja dimana ancaman bahaya
phisik maupun gangguan terhadap kesehatan tidak mungkin untuk dihilangkan disuatu tempat
kerja, maka alat pelindung tersebut harus disediakan. Adalah sangat penting bahwa alat
pelindung diri yang diperlukan harus digunakan sebagai suatu kesadaran bahwa alat pelindung
diri yang tersedia adalah untuk tujuan agar pekerja selalu bekerja dengan aman dan oleh karena
itu maka bagian HSE akan :
a. Menetapkan standar minimum untuk alat pelindung diri yang dipergunakan oleh
seluruh karyawan yang bekerja dilapangan atau melaksanakan kegiatan
perusahaan.
b. Melakukan survey identifikasi bahaya secara menyeluruh untuk seluruh kegiatan guna
menentukan spesifikasi, tambahan persyaratan- persyaratan alat pelindung diri untuk
kegiatan yang berbeda- beda.
c. Memberitahukan petunjuk- petunjuk alat pelindung diri perorangan kepada
seluruh karyawan perusahaan.
Adalah merupakan tanggung jawab bagian pembelian dan bagian HSE perusahaan
untuk menjamin bahwa semua persyaratan- persyaratan alat pelindung diri perorangan
sesuai dengan prosedur yang ditentukan dan diperinci secara jelas dalam setiap pembelian
yang dilakukan oleh perusahaan.
Penggunaan dan Seleksi Alat Pelindung Diri (PPE Selection and Use).
Seluruh karyawan akan didorong untuk ikut serta dalam menentukan alat pelindung diri
perorangan. Hal ini secara normal dilakukan melalui pertemuan kelompok (group meeting)
atau berdiskusi dengan pengawas kerja dan bagian HSE. Selama dalam penggunaannya
seluruh karyawan secara formal diinstruksikan untuk menjaga dan memelihara seluruh alat
pelindung diri yang telah disediakan untuknya. Untuk mendapatkan penggantian alat
pelindung diri yang baru karena yang lama telah rusak, maka alat pelindung diri yang
telah rusak tersebut harus dikembalikan ke bagian HSE tanpa terkecuali untuk
dimusnahkan.
Catatan Penyimpanan dan Pengeluaran Alat Pelindung Diri (PPE Issue and Record Keeping).
Semua alat pelindung diri yang dikeluarkan untuk para karyawan akan dicatat. Sebagai
tambahan, catatan pengeluaran tersebut juga akan digunakan sebagai bahan kontrol tentang
penggunaan, seleksi dan untuk stock alat pelindung diri .
Persyaratan untuk menggunakan alat pelindung diri perorangan dalam suatu area yang
ditentukan adalah merupakan suatu keharusan. Adalah menjadi tanggung jawab baik setiap
karyawan maupun pengawas yang bersangkutan untuk menjamin bahwa ketentuan
yang dikeluarkan telah sesuai dengan persyaratan yang diinginkan.
Apabila ada karyawan yang dengan sengaja dan mengetahui tidak mengindahkan
ketentuan ini akan dikenakan sanksi serta dikenakan tindakan tidak disiplin yang pada
akhirnya karyawan tersebut dapat dikeluarkan dari perusahaan.
Apabila tepat, lini manajemen harus meluangkan waktunya untuk memberi penghargaan kepada
karyawan untuk kebenarannya dalam menggunakan alat pelindung diri secara teratur dan benar.
Dalam hal dimana seorang karyawan telah terlibat dalam suatu kecelakaan dimana ia
karena menggunakan alat pelindung diri mengakibatkan tingkat keparahan akibat cidera menjadi
kecil (atau telah mencegah bagi yang lain), dalam peristiwa ini lini manajemen harus
mempertimbangkan untuk memberi pengakuan dan penghargaan secara tertulis kepada
karyawan tersebut.
Bagian HSE, bekerja sama dengan manajemen lapangan akan melakukan evaluasi tahunan secara
menyeluruh tentang kecukupan dan keefektifan prosedur- prosedur serta kebijakan tentang
alat pelindung diri. Bilamana disadari ada perbedaan, langkah perbaikan sepatutnya akan
disampaikan kepada manajemen.
Alat pelindung diri merupakan suatu alat untuk mengurangi tingkat keparahan apabila
terjadi kecelakaan. Banyak kecelakaan terjadi yang antara lain disebabkan oleh kesalahan
pekerja dalam menggunakan alat pelindung diri dengan tidak benar.
Hal tersebut diatas dapat terjadi antara lain karena pekerja itu sendiri yang kurang / atau
tidak mengetahui fungsi dari alat pelindung diri yang sebenarnya dan dilain pihak karena
masih ada perusahaan yang belum mempunyai analisa kebutuhan alat pelindung diri,
sehingga dengan demikian secara tidak langsung sering terjadi anggaran yang tidak
berkecukupan khusus untuk alat pelindung diri.
Analisa kebutuhan alat pelindung diri diadakan adalah untuk membantu perusahaan
dalam rangka menentukan kebutuhan alat pelindung diri yang sesuai dengan jenis
pekerjaan yang dilakukan sehingga dengan demikian keperluan alat pelindung diri pada suatu
tempat kerja telah sesuai dengan persyaratan- persyaratan yang diharuskan untuk bekerja
pada tempat kerja dimana tempat kerja tersebut ada keharusan menggunakan alat
pelindung diri yang telah ditentukan.
Berikut adalah analisa alat pelindung diri berdasarkan jenis alat pelindung diri yang
diperlukan dan area pekerjaan :
PT. PT. RAMAI JAYA ABADI, mewajibkan agar semua pekerja / karyawan
selalu membuat Route Assessment jika akan melakukan perjalanan darat /
mobilisasi dari lokasi awal ke lokasi tujuan.
Untuk perjalanan udara menggunakan pesawat PT. PT.ARODYA BIRU
PERSADAmengikuti Sistem Manajemen Keselamatan yang berlaku di tiap
maskapai penerbangan di Indonesia sesuai dengan ketentuan ICAO yang diatur
dalam Annex 17 dan Annex 18.
Supervisor akan melakukan pemeriksaan terhadap driver yang akan melakukan
perjalanan / yang akan digunakan / dipakai dari segi kesiapan mental, fisik dan
juga kesehatan dari driver tersebut.
Terlampir Land Transportation
Safety 7.1 ROUTE
ASSESSMENT 7.2 JENIS ALAT
TRANSPORTASI 7.3
Kompetensi Pengendara 7.4
Inspeksi Alat Transportasi
7.5 Pemeriksaan Kesehatan Pengendara ( Medical Check UP 1 Tahun 1 Kali )
I. UMUM
Salah satu yang terpenting dalam kegiatan operasi perusahaan adalah masalah Transportasi
yang dipergunakan sebagai sarana untuk mengangkut karyawan, peralatan, serta produk lainnya.
Dalam pelaksanaan operasi transport tersebut sangat berkaitan dengan masalah keselamatan,
kesehatan dan kesejahteraan para karyawan.
Dalam bab ini dijelaskan masalah keselamatan dan keamanan serta persyaratan yang diperlukan
sehubungan dengan transportasi darat dengan tujuan untuk menjamin agar kegiatan yang
berhubungan dengan masalah transportasi darat dapat direncanakan sesuai dengan yang
direncanakan, terorganisir, terarah dan terkontrol sehingga dapat mengurangi resiko dan
dilaksanakan sesuai dengan peraturan dan perundang- undangan yang berlaku.
Mengemudi merupakan resiko terbesar yang dihadapi oleh para karyawan. Guna
memperkecil resiko ini dan memastikan bahwa standar di seluruh daerah kerja untuk
kualifikasi dan praktek mengemudi diikuti, Kebijakan mengemudi Perusahaan ini ditetapkan dan
berlaku terhadap seluruh organisasi karyawan perusahaan.
Kualifikasi Pengemudi
Hanya karyawan yang telah disetujui saja yang diperbolehkan untuk mengemudikan kendaraan
atas nama perusahaan, termasuk kendaraan yang dimiliki maupun yang disewa oleh
perusahaan. Persetujuan hanya diberikan kepada para pengemudi yang telah mengikuti
penilaian mengemudi oleh perusahaan.
Semua lokasi kerja harus telah menyiapkan program Manajemen Perjalanan yang sesuai. Setiap
program Manajemen Perjalanan masing-masing lokasi harus mencakup seluruh kondisi
mengemudi setempat dan resiko yang telah diidentifikasi.
Keselamatan Mengemudi
Tujuan utama perjalanan dengan menggunakan kendaraan adalah untuk keselamatan setiap
orang, baik sebagai pengemudi maupun sebagai penumpang pada kendaraan yang
diikuti. Selamat ketempat tujuan dan selamat pula kembalinya adalah keinginan bagi setiap
pengguna kendaraan.
Usahakan agar setiap penumpang dalam perjalanan merasa aman dan sampaikan kepada
para penumpang bahwa peraturan mengharuskan setiap penumpang untuk selalu memakai
seat belt saat dalam perjalanan dengan kendaraan
Cari tempat yang aman apabila anda ingin memarkir kendaraan.
Keberhasilan program keselamatan kerja adalah merupakan tanggung jawab tiap- tiap karyawan
untuk menerima dan membuat agar pekerjaan yang dilakukannya bebas dari kecelakaan apakah
untuk mereka sendiri maupun karyawan lainnya.
Manajemen
Kebijakan perusahaan adalah untuk melaksanakan semua kegiatan dalam hal bagaimana
melindungi keselamatan dan kesehatan para karyawan serta anggota masyarakat. Manajemen
bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan- tindakan praktis dalam hal :
Supervisor
Pengawas merupakan kunci keselamatan transportasi darat. Pengawas harus melaksanakan
tanggung sebagai berikut :
Membuat dan menerapkan prosedur untuk memastikan jam kerja pengemudi transportasi
darat sesuai dengan Undang- Undang dan peraturan yang berlaku.
Menyususn pelatihan yang sesuai bagi pengemudi.
Menegaskan dalam pelaksanaan kebijakan, prosedur- prosedur dalam pelaksanaan
transportasi darat, termasuk undang- undang dan peraturan- peraturan yang berlaku.
Membuat semua laporan tentang kejadian kecelakaan transportasi darat.
Bersama- sama dengan “ Team yang dibentuk oleh Manajemen “, menyelidiki
semua kejadian- kejadian dan kecelakaan yang terjadi untuk menentukan akar
masalah secara terperinci, menganalisa dan menindak lanjuti langkah- langkah
perbaikan yang disarankan
Karyawan (Pengemudi)
Defensive Driver adalah pengemudi yang dapat menghindari kecelakaan meskipun orang lain
yang bersalah dan pengemudi yang rela menggugurkan haknya demi untuk menghindari
kecelakaan untuk keselamatan.
Semua pengemudi kendaraan bermotor harus mempraktekkan tehnik mengemudi kendaraan
secara defensif dan ketika sedang bertugas memperhatikan hal- hal berikut ini :
1. Semua pengemudi kendaraan harus hafal dan patuh kepada peraturan-peraturan lalu
lintas baik umum maupun setempat
2. Pada semua kendaraan perusahaan harus dipasang sabuk pengaman. Semua
penumpang mobil perusahaan dan mobil pribadi yang digunakan untuk urusan kerja
harus mengenakan sabuk pengaman didalam kabin dan tidak diijinkan naik bak pick-up
atau truk dijalan umum.
3. Pengendara harus membiasakan diri untuk melihat sekeliling guna melihat adanya
kemungkinan bahaya sebelum masuk kendaraan dan menjalankannya.
4. Jika terpaksa melakukan manuver kendaraan ditempat yang sempit, yakinkan bahwa
jalan telah kosong dan pengemudi dapat melihat ke seluruh daerah tersebut. Jika
pandangan pengemudi terhalang harus dibantu oleh orang lain yang pandangannya
tidak terhalang.
5. Jika pekerja yang mengemudikan kendaraan perusahaan mengantuk , harus digantikan
oleh pekerja yang bisa mengemudi. Jika tidak ada orang lain yang dapat mengemudi,
pekerja tersebut tidak boleh melanjutkan perjalanan sebelum dapat lagi mengemudi
dengan aman.
6. Sebelum menghidupkan kendaraan di pagi hari , bersihkan dulu semua jendela . Jika
hanya membersihkan sebagian kaca depan dan sebagian kaca belakang saja tidak akan
memberikan pandangan yang luas.
7. Mengemudi adalah tugas utama. Pengemudi tidak boleh mengemudikan kendaraan
sambil melakukan kegiatan lain. Sebagai contoh : kendaraan harus dipinggirkan dan
dihentikan pada waktu menggunakan telpon mobil, atau membuat catatan.
8. Dilarang mengemudikan kendaraan secara tidak aman dan tidak sopan, misalnya
mengemudi secara ugal- ugalan, tidak menghormati hak pejalan kaki, melanggar
peraturan lalu lintas dan segala macam bentuk kecerobohan lainnya yang disengaja.
9. Pengendara peralatan otomotif yang bekerja didaerah operasi perusahaan harus
mematuhi peraturan lalu lintas yang berlaku.
10. Mengemudi pada batas kecepatan maksimum pada keadaan tertentu dapat
membahayakan keselamatan. Pengemudi kendaraan perusahaan harus
mempertimbangkan baik- baik dan mengatur kecepatan sesuai dengan kondisi
kendaraan, lalu lintas jalan dan cuaca.
1. Pengemudi yang mau dengan sengaja menggugurkan haknya untuk menghindari kecelakaan
2. Pengemudi yang selalu mengimbangi kekurang trampilan pengetahuan pengemudi
lain (lawan)
3. Pengemudi yang menyadari bahwa dia tidak mempunyai kemampuan untuk
mengontrol kelakuan yang tidak terduga dari pengemudi lain/ pengguna jalan ataupun
kondisi jalan dan cuaca.
4. Pengemudi yang mampu menghindari kesalahan- kesalahan dan jebakan- jebakan
sewaktu mengemudi
5. Pengemudi yang dapat menyesuaikan dirinya dengan kendaraan, jalan, keadaan dan cuaca.
Lima Sikap Pengamatan :
1. Pandangan jauh kedepan. Lihat sejauh mata memandang 30-120 detik kedepan.
Memposisikan mobil di tengah di jalur lalu-lintas, menempatkan pada posisi yang aman
sejak dini
Pandanglah sejauh mata anda memandang, Zona penglihatan di dalam kendaraan terbagi
menjadi 3 Zona / Daerah Penglihatan:
ZONA PERENCANAAN : (MENGETAHUI ANCAMAN), daerah penglihatan yang akan
anda lintasi dalam 30 - 120 detik didepan
ZONA PENELITIAN : (MEMPELAJARI ANCAMAN & SIAP MENGAMBIL KEPUTUSAN),
dimana ancaman terlihat jelas mulai jarak 12 - 15 detik di depan
ZONA BERTINDAK : (MENGHINDARI ANCAMAN), dimana anda bertindak diketahui
dalam 4 - 6 detik di depan
2. Kuasai seluruh bidang pandang dengan cara melakukan pemeriksaan secara kontinu
terhadap kondisi sekeliling. Bergerak secara halus pada saat berhenti maupun saat
menikung tidak tersentak- sentak. Dengan cara ini anda akan mempunyai waktu yang
cukup untuk bereaksi. “ Jaga Jarak dan kuasai seluruh bidang ”
3. Gerakan mata anda kedepan - 2 detik. Periksa kaca spion belakang setiap 5 - 8
detik. Hal ini membuat anda terus WASPADA, menghindari tabrakan di persimpangan
dan tabrakan dari belakang.
4. Ruang untuk menghindar. Selalu menyediakan ruang untuk menghindar, jarak antar
kendaraan atau berada pada jalur yang benar bahkan keluar dari bahu kiri jalan.
Mempunyai ruang alternative pada keempat sisi, ingat selalu ke depan. Bersiaplah,
antisipasi apa yang tidak diperkirakan”.
5. Pastikan mereka melihat Anda. Berkomunikasilah dalam bahasa lalu-lintas: klakson,
lampu, isyarat. Manfaatnya adalah menjalin kontak mata langsung, menghindari pejalan
kaki dan tabrakan di pesimpangan.
Tujuan dari prosedur manajemen perjalanan adalah untuk menjamin keselamatan bagi para
pengemudi, penumpang dan barang. Prosedur manajemen perjalanan meliputi antara lain :
a. Mengurangi kebutuhan terhadap transportasi darat yang kurang penting
b. Mengurangi lamanya perjalanan dan meningkatkan efisiensi
c. Memonitor kinerja
d. Menjamin pengemudi kendaraan menyadari setiap perencanaan perjalanan dan resiko
e. Mengurangi resiko operasi transportasi darat
Pengurangan Perjalanan
Setiap perjalanan transportasi darat harus dianalisa berdasarkan kebutuhan perjalanan business,
resiko pengemudi, penumpang dan barang serta alternatif praktis yang tersedia.
Mengemudi sambil berkomentar (commentary drive) adalah suatu tes kelayakan mengemudi
berdasarkan cara mengemudi yang defensif (benar & aman) dengan menggunakan teknik 5
SIKAP PENGAMATAN yang gunanya meninjau keterampilan dan kebiasaan mengemudi.
Sedangkan tujuan mengemudi sambil berkomentar adalah untuk :
Meningkatkan perhatian & konsentrasi pada saat mengemudi
Mengetahui kekurangan-kekurangan diri sendiri
Selalu memprioritaskan ancaman-ancaman bahaya
Meningkatkan dasar-dasar 5 SIKAP PENGAMATAN
Meningkatkan kebiasaan kontak mata
Menggunakan prinsip ruang dan bidang pandang
Dalam mengemudi sambil berkomentar, maka hal-hal yang harus dilaksanakan dalam prakteknya
adalah :
Perawatan kendaraan merupakan bagian yang penting dalam menunjang masalah keselamatan
transportasi darat. Perawatan yang benar terhadap kendaraan transportasi darat akan
mengurangi kecelakaan, kejadian- kejadian dan kerusakan yang fatal.
Semua kendaraan harus dirawat sesuai dengan prosedur yang benar. Perawatan rutin yang
dimonitor dan dilakukan pada basis “ per-kilometer per-hari “ atau konsumsi bahan bakar
sesuai kendaraan yang beroprasi. Perawatan yang rutin harus dijadwalkan untuk
memaksimalkan keselamatan dan kegunaan. Bagian Pemeliharaan (Maintenance) mempunyai
tanggung jawab utama terhadap perawatan kendaraan transportasi darat. Team pemakai dan
operator mempunyai tanggung jawab untuk mengidentifikasi perawatan dan persyaratan
keselamatan. Untuk setiap kendaraan bus dan kendaraan cadangan penumpang, pre-trip
inspection harus dilakukan dan didokumentasikan oleh operator setiap sebelum melakukan
perjalanan.
Kendaraan transportasi darat harus sesuai dengan standar lingkungan minimal, undang- undang
dan peraturan yang berlaku. Kendaraan yang dioperasikan harus tetap memperhatikan
standar keselamatan, kesehatan dan lingkungan kendaraan, misalnya tingkat emisi udara.
Laporan
Suatu Laporan awal tentang kecelakaan sangat diperlukan untuk mengetahui apa yang
sebenarnya terjadi tentang kecelakaan tersebut. Laporan yang cepat yang dilakukan
pengemudi terhadap pihak yang bertanggung jawab setelah kecelakaan dapat dilakukan
melalui telepon, radio atau peralatan komunikasi lainnya.
Adapun bahan yang dilaporkan adalah sebagai berikut :
Identitas pengemudi dan kendaraan yang terlibat dalam kecelakaan.
Waktu dan lokasi kecelakaan.
Tingkat kerusakan atau cidera
Jenis dan keadaan barang atau penumpang
Keadaan cuaca
Petugas kepolisian atau aparat keamanan yang terkait
Kondisi kendaraan
Keterangan singkat tentang peristiwa yang menyebabkan kecelakaan
Pendukung tambahan yang diperlukan ditempat kejadian
Laporan tertulis dan pernyataan pengemudi serta saksi.
Masalah berikut ini sebaiknya dimasukkan kedalam prosedur penanganan kejadian serta
dalam suatu perencanaan :
Penyelidikan Kecelakaan
Semua kecelakaan transportasi darat yang terjadi harus diselidiki sesuai dengan prosedur
standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan pelaksanaan penyelidikan dilakukan oleh
pimpinan terkait dan HSE Departemen.
Sebagai tambahan terhadap hal- hal standar yang diperlukan dalam penyelidikan kecelakaan,
hal khusus berikut yang berkenaan dengan kecelakaan harus pula diselidiki, yaitu :
Untuk memudahkan penanggulangan kebakaran dan evakuasi dalam keadaan darurat di tempat
kerja maka semua pekerja diharapkan dapat selalu memperhatikan hal-hal di bawah ini :
• Alat Pemadam Api Ringan harus dilaksanakan pemeriksaan secara berkala.
• Alat pemadam api ringan dalam kondisi yang siap untuk dioperasikan harus dipasang
pada tempat yang telah ditentukan setiap saat.
• Jauhkan/usahakan daerah lokasi kerja bebas dari puing-puing yang berserakan.
• Pelihara koridor-koridor yang menuju sarana jalan keluar/darurat selalu tetap bebas hambatan.
• Pastikan tidak ada barang-barang di depan Hidran Box atau APAR yang dapat menghalangi
dalam mencapainya.
• Pelajari lokasi alat pemadam api dan bagaimana memakainya.
• Pelajari jalan keluar.
• Lakukan Pelatihan Evakuasi secara berkala.
5. Penanggulangan Pencemaran
Melakukan pengumpulan data dan laporan lengkap, pengawas wilayah setempat segera
melaksanakan tindakan sebagai berikut :
Mengamankan daerah sekitar pencemaran terhadap sumber api dan meminta bantuan
Keamanan (Security) untuk menutup daerah tersebut dari lalu lintas umum dan dari orang -
orang yang tidak bertanggung jawab,
dengan Rumah Sakit ( Lakukan kerjasama dengan RS terdekat dari lokasi Project )
OFFICE :
POLISI :
RUMAH SAKIT :
HP :
PERSONAL CONTACT NUMBER & EMERGENCY CALL
PHONE (OFFICE): 0296- 422255
TELEPHONE
NO NAMA JABATAN
MOBILE
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
NAMA
No TYPE KAPASITAS KEGUNAAN PENEMPATAN
PERALATAN
Penanggulangan
2 Tempat Sampah - 20 Liter Lokasi Proyek
Pencemaran
Prosedur ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa semua karyawan perusahaan memahami
perlunya suatu penanganan kecelakaan, insiden/near miss/ hampir celaka, anomaly/ penyimpangan
dan bahwa setiap kecelakaan, insiden dan penyimpangan/ anomaly yang mungkin terjadi ditempat
kerja ditangani dengan sebaik - baiknya.
Sebagai suatu acuan standar, prosedur ini dapat membantu kita melaksanakan pelaporan dan
penyelidikan untuk suatu kecelakaan, insiden/ near miss dan anomaly sesuai dengan ketentuan
Perusahaan.
Dengan pemahaman yang mendalam atas prosedur pelaporan dan penyelidikan ini, kita menuju ke
suatu sasaran Perusahaan dalam masalah keselamatan kerja, meminimalkan kecelakaan, korban luka-
luka dan kerugian Perusahaan yang mungkin dapat terjadi.
Kecelakaan (Accident ): adalah suatu kejadian yang tidak terencana dan tidak diinginkan yang
berakibat luka - luka, cidera, cacat ataupun kematian pada manusia, kerugian proses, kerusakan pada
peralatan atau lingkungan sekitar.
Insiden (Incident) adalah suatu kejadian yang tidak terencana yang tidak mengakibatkan suatu
kerugian, namun apabila hal tersebut terjadi pada kondisi yang sedikit berbeda dapat mengakibatkan
luka - luka pada manusia, kerugian proses, kerusakan pada peralatan atau lingkungan sekitar. Definisi
ini selalu digunakan dalam istilah keselamatan kerja dan kadang - kadang disebut Near Miss atau lebih
tepatnya Near Accident (DNV/ILCI).
Penyimpangan (Anomaly) :
Penyimpangan dari suatu ketentuan/ prosedur (Anomaly) adalah suatu keadaan berbahaya yang
disebabkan oleh karena adanya tindakan dibawah standar, yang mengakibatkan terjadinya kondisi
dibawah standar, yang apabila tidak diatasi dengan segera akan dapat mengakibatkan terjadinya
suatu kecelakaan atau insiden. Anomaly merupakan suatu situasi yang mempunyai potensi untuk
memperbesar terjadinya suatu insiden.
Apabila terjadi suatu penyimpangan (anomaly), semua kegiatan harus segera dihentikan (STOP =
Safety Training Observation Program) untuk selanjutnya segera diadakan perbaikan sampai kondisi
tersebut telah dinyatakan aman oleh pihak yang berwenang.
Kecelakaan dengan Hari Hilang (Lost Time Accident) : adalah suatu kecelakaan yang mengakibatkan
luka atau sakit akibat kerja sehingga karyawan yang bersangkutan tidak mampu untuk bekerja seperti
semula pada shift berikutnya
Hari Hilang adalah hari dimana pekerja tidak mampu bekerja akibat kecelakaan kerja tambang,
dihitung mulai pada jadwal kerja hari berikutnya sampai dengan mampu bekerja kembali. Selama
proses medis untuk kepentingan observasi tidak dianggap sebagai hari hilang, kecuali hasil observasi
tersebut positif bahwa pekerja tidak mampu bekerja. Hari minggu, hari libur dan hari besar yang
terdapat dalam kurun waktu tidak mampu kerja dianggap sebagai hari hilang.
Kasus Pertolongan Pertama (First aid cases) adalah setiap peristiwa kecelakan yang tidak
menyebabkan kehilangan waktu kerja akibat kecelakaan.
Jumlah korban fatal (Number of Fatalities) adalah jumlah korban sebenarnya yang meninggal akibat
suatu kecelakaan kerja
Fatal Accident Rate adalah ukuran terjadinya kecelakaan yang bersifat fatal per dua ratus ribu jam
kerja dalam periode tertentu.
Kecelakaan berakibat hilangnya hari kerja (Lost Time Injuries) adalah jumlah keseluruhan korban
meninggal, cacat permanen total, cacat permanen sebagian dan kasus-kasus hilangnya hari kerja.
Keseluruhan Incident Rate yang Tercatat (Total Recordable Incident /TRI) adalah jumlah seluruh
kasus kecelakaan yang berhubungan dengan cidera atau penyakit akibat kerja, disebabkan oleh :
Keseluruhan Incident Rate yang tercatat selama 1 (satu) tahun (Total Recordable Incident Rate for
Each Year) adalah jumlah keseluruhan kasus Kecelakaan dengan Hari Hilang (LTI)
ditambah dengan kasus hari kerja yang terbatas (RWDC) dan Kasus Perawatan Medis (MTC)
setiap dua ratus ribu jam kerja selama jangka waktu 1 (satu) tahun.
Kasus Perawatan Medis (Medical Treatment Cases) adalah setiap kecelakaan kerja yang tidak
menyebabkan kehilangan hari kerja atau hari kerja yang terbatas (RWDC) tetapi
membutuhkan perawatan oleh, atau dibawah pengawasan khusus dari seorang Dokter karena
diperlukan perawatan yang melebihi dari pengobatan First Aid.
Frekuensi kecelakaan berakibat hilangnya hari kerja (Lost Time Injury Frequency) adalah jumlah
Kecelakaan dengan Hari Hilang (LTI) setiap dua ratus ribu jam.
LTI x 200,000
LTIF = -----------------------------------
Jumlah Jam Kerja Karyawan
Severity Rate (tingkat keparahan) yaitu jumlah keseluruhan kehilangan hari kerja selama masa
jangka waktu tersebut dikalikan 1,000,000 dan dibagi dengan jumlah jam kerja terpapar.
Frequncy Rate (tingkat kekerapan) yaitu jumlah keseluruhan kasus “lost time accident” dikalikan
1,000,000 dan dibagi dengan jumlah jam kerja terpapar.
Tingkat kekerapan tabrakan kendaraan bermotor (Motor Vehicle Crash Frequency Rate) adalah
setiap peristiwa yang melibatkan semua kendaraan berat dan ringan, termasuk bus atau kereta
(gerbong), dan kendaraan bermotor ( hak milik, sewa, atau yang disewa oleh perusahaan - atau
kendaraan pribadi yang digunakan untuk kepentingan perusahaan) yang berakibat kematian, cidera
atau kerusakan hak milik, kecuali seperti kendaraan yang diparkir dengan benar pada saat kejadian.
Setiap kecelakaan, insiden/ near miss ataupun penyimpangan - penyimpangan (anomalies) akibat
adanya suatu tindakan dibawah standar wajib segera dilaporkan kepada atasan langsung yang terkait.
Adapun pihak – pihak yang bertanggung jawab dalam prosedur laporan ini adalah sebagai berikut :
Dalam hal kecelakaan fatal, berat atau kecelakaan dengan hari hilang :
Pastikan bahwa semua korban telah mendapatkan perawatan medis, dan lakukan
pengamanan yang diperlukan terhadap semua yang terlibat.
Beritahukan kecelakaan tersebut kepada Departemen HSE dan pengawas langsung yang
bersangkutan.
Lengkapi form laporan penyelidikan kecelakaan dan kirimkan ke Departemen HSE.
Lakukan tindakan perbaikan untuk mencegah agar kecelakaan tersebut tidak terjadi lagi.
Pastikan bahwa kegiatan ditempat kerja dimana terjadi insiden/ near miss dilakukan
penghentian sementara sampai kondisi dinyatakan normal kembali untuk mencegah agar
tidak terjadi kecelakaan.
Diskusikan dengan segera keadaan tersebut, ketahui jenis tindakan yang segera diperlukan
dan selanjutnya lakukan tindakan - tindakan perbaikan.
Buat laporan kejadian, sebutkan tindakan yang dilakukan sehingga keadaan tersebut benar -
benar telah menjadi aman dan bicarakan dengan kepala bagian.
Tanda tangani laporan kejadiannya, dan salinannya agar dikirimkan ke Departemen HSE.
Sampaikan hal tersebut kedalam daily toolbox dan weekly departemen meeting.
Catatan :
“Adalah sangat penting bahwa semua Insiden/ Near Miss, Penyimpangan/ Anomaly dilaporkan dan
diselidiki dengan cara yang sama seperti kecelakaan yang sebenarnya”.
Diskusikan dengan segera keadaan tersebut, lakukan tindakan perbaikan yang diperlukan
sampai keadaan telah benar - benar dinyatakan aman baik untuk lokasi dimana pekerjaan
akan dilanjutkan maupun keadaan sekitarnya.
Buat laporan, sebutkan tindakan yang telah dilakukan sehingga keadaan tersebut benar -
benar telah menjadi aman.
Bicarakan dengan pengawas langsung, tanda tangani laporan kejadiannya, dan salinannya
agar dikirimkan ke Departemen HSE.
Supervisor
Dalam hal kecelakaan Fatal, Berat atau kecelakaan dengan Hari Hilang :
Segera ke lokasi kecelakaan untuk melakukan penyelidikan, membuat photo dan mencari
serta mengumpulkan bahan - bahan yang diperlukan untuk penyelidikan .
Bekerja sama dengan bagian Human Resources (HRD) menyiapkan telex/ faxcimile laporan
pendahuluan untuk pihak ketiga yang terkait.
Kirimkan petugas HSE Officer ke lokasi kecelakaan untuk melakukan penyelidikan, mencari
serta mengumpulkan bahan- bahan yang diperlukan untuk penyidikan.
Memeriksa laporan penyelidikan kecelakaan dan membuat ringkasannya, memilih beberapa
diantaranya untuk dipasang di bulletin keselamatan kerja dan/ atau menampilkannya dalam
weekly safety meeting.
Diskusikan dengan segera keadaan tersebut dengan pengawas terkait, bicarakan hal- hal
yang diperlukan dan lakukan tindakan perbaikan dengan segera serta berikan pengarahan
tentang pelaksanaan kerja yang benar.
Sampaikan hal tersebut kedalam safety meeting.
HRD Supervisor
Apabila diberitahu adanya suatu kecelakaan yang mengakibatkan cidera dan hari hilang bagi
karyawan, HRD Supervisor akan menghubungi HSE Supervisor dan bertanggung jawab untuk
melengkapi laporan dalam bentuk KK2 dan seterusnya sesuai dengan ketentuan yang akan
disampaikan ke Departemen Tenaga Kerja dan Jamsostek setempat dimana terjadi kecelakaan.
Bentuk KK2 – Laporan Kecelakaan, sudah harus diserahkan ke Departemen Tenaga Kerja/
Jamsostek oleh bagian HRD dalam waktu 2 x 24 jam setelah terjadinya kecelakaan.
IV.PENYELIDIKAN KECELAKAAN
Setiap kecelakaan yang terjadi tanpa memandang apakah kecelakaan tersebut bersifat berat atau
ringan harus dilakukan penyelidikan dengan seksama, hal ini merupakan kelengkapan dari suatu
laporan kecelakaan.
Dalam melakukan penyelidikan adalah sangat penting untuk melakukan wawancara - wawancara dan
meminta pernyataan - pernyataan tertulis dengan segera dan secepat mungkin setelah peristiwa
tersebut terjadi dan ini harus dilakukan sebelum para saksi - saksi meninggalkan tempat kejadian /
lokasi. Hal ini harus menjadi pertimbangan bagi orang yang berkepentingan untuk melakukan
penyelidikan kecelakaan.
m Penyelidik
Suatu team penyelidik yang independen harus segera ditunjuk oleh manajemen dengan tugas
utama mencari temuan - temuan yang diperlukan untuk menentukan penyebab kecelakaan.
Team penyelidik sebaiknya di koordinir oleh Manager dan terdiri dari (paling tidak) bagian yang
bersangkutan dengan kecelakaan, Departemen HSE dan anggota ahli dari bagian lain.
Dalam hal terjadi kecelakaan yang bersifat fatal atau berat, Direktur atau yang mewakilinya
membentuk team penyelidik yang terdiri dari Manager, Supervisor terkait dengan kecelakaan,
HSE Supervisor serta anggota ahli dari bagian lain.
Temuan – temuan,
Laporan Kecelakaan/ Insiden,
Pernyataan saksi mata, Photo – photo,
Sketsa/ gambar, Keterangan medis.
Hasil penyelidikan yang lengkap harus diberikan kepada Direktur melalui General Manager
untuk mendukung tindakan - tindakan yang diamati.
Team penyelidik terdiri dari Manager, HSE Supervisor, Supervisor yang bersangkutan dan
tenaga ahli yang
sesuai dengan kasus kejadian.
Laporan Rekomendasi
Direktur akan mendelegasikan rekomendasi perbaikan sesuai saran- saran dari hasil Team
Penyelidikan kepada Manager/ Supervisor yang bersangkutan dimana terjadi kecelakaan untuk
segera menindak lanjutinya.
Manager/ Supervisor yang bersangkutan akan menindak lanjuti rekomendasi dan melaporkan
kepada Direktur melalui General Manager sampai tindakan perbaikan selesai dilakukan.
Semua laporan kecelakaan fatal, berat, sedang ataupun ringan akan dibicarakan dalam
coordination meeting, monthly meeting, sampai semua rekomendasi telah selesai ditindak lanjuti.
Dalam hal terjadi insiden yang serius suatu meeting khusus harus dilakukan.
Semua team penyelidik akan mengidentifikasi seluruh biaya - biaya/ kerugian akibat kecelakaan,
seperti :
Jumlah Jam Kerja yang hilang
Kerugian peralatan,
Kerugian lain – lain (evakuasi, penggunaan transport, bantuan dan lain-lain),
Kehilangan produksi,
Kerugian - kerugian lain (penalti, denda dan lain - lain).
Kerugian yang teridentifikasi akan dicatat dalam laporan penyelidikan dan apabila mungkin akan
diperiksa/ diuji untuk ketepatan.
Adalah merupakan tanggung jawab bagian HSE untuk menjamin bahwa semua kecelakaan atau
insiden yang terjadi benar- benar diselidiki sesuai dengan prosedur.
Petunjuk teknis untuk pelaksanaan penyelidikan kecelakaan beserta Teknik Menganalisa Penyebab
dengan Sistematis (Systematic Cause Analysis Technique) mengacu pada International Safety Rating
System (ISRS 7th edition).
Bagian HSE akan menangani semua laporan kecelakaan yang diterimanya setelah selesai ditanda
tangani oleh pengawas yang berhubungan dengan kecelakaan. HSE Supervisor akan melaporkan
tentang status rekomendasi yang dibuat dalam pertemuan kelompok bulanan (monthly meeting) dan
akan dicatat kedalam notulen meeting sampai semua rekomendasi selesai dilaksanakan.
Bagian HSE melalui Direktur juga bertanggung jawab untuk melaporkan setiap kecelakaan yang
menimpa karyawannya kepada Perusahaan pemberi kerja atau mitra kerja dari perusahaan apabila
terjadi kecelakaan dan laporan ini selain dilaporkan dalam waktu 1 x 24 jam setelah terjadi kecelakaan
kepada mitra kerja juga akan dilaporkan setiap bulannya melalui laporan bulanan.
Tulis dengan singkat, lengkap dan jelas tentang peristiwa terjadinya kecelakaan
Type/ Jenis kerugian :
Manusia
Harta Hak Milik Perusahaan (Property / Asset)
Proses
Reputasi
Tentukan satu type dari type kontak yang ada. Lihat deretan angka yang tertulis
dibelakangnya yang menunjukkan kemungkinan penyebab langsung (immediate cause)
yang terjadi.
Temukan beberapa penyebab langsung (immediate cause / gejala) yang sesuai
dengan kejadian. Lihat deretan angka yang tertulis dibelakangnya yang menunjukkan
kemungkinan penyebab dasar (basic cause) yang terjadi.
Cari beberapa penyebab dasar (basic cause / penyakit) yang terjadi. Lihat deretan angka
yang tertulis dibelakangnya yang menunjukkan kemungkinan kegagalan program standar
yang terjadi.
Kontraktor I. PENDAHULUAN
SMK3L Kontraktor dirancang untuk memperbaiki kinerja Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Lingkungan Perusahaan serta Kontraktor. Partisipasi aktif yang terus-menerus dari perusahaan
dan Kontraktor sangat penting untuk mencapai sasaran ini. Sementara masing-masing
mempunyai peranan yang khusus, secara terus-menerus dalam memastikan keselamatan setiap
orang yang terlibat, terbuka kesempatan untuk lebih lanjut memperbaiki hubungan
perusahaan dan para Kontraktor dengan menjelaskan secara rinci peran dan tanggung jawab,
membangun harapan & menjaga komunikasi dalam hubungan keseluruhan.
Sesuai dengan kebijakan manajemen tentang K3L ( Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan )
di mana : “ Prioritas utama bagi perusahaan adalah menjalankan semua pekerjaan secara aman,
tanpa membahayakan orang dan merusak lingkungan ”, maka, perusahaan mempunyai
komitmen untuk melaksanakan Sistem Manajemen Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan
Kontraktor (SMK3L Kontraktor). SMK3L Kontraktor perusahaan ini adalah dokumen yang
dinamis dan akan selalu diperbaiki.
Pedoman ini dikembangkan untuk Kontrak, Line Manager, Dept. Head dan jabatan-jabatan utama
lain yang terkait baik secara langsung maupun tidak langsung yang berhubungan dengan
Kontraktor. Hal ini dilakukan untuk menyamakan persepsi dan pelaksanaan dalam seluruh
operasi perusahaan dalam hal menangani Keselamatan Kontraktor.
Ruang lingkup pedoman ini diutamakan bagi semua operasi perusahaan, fasilitas, hak milik
atau daerah lain yang ditentukan di bawah tanggung jawab perusahaan. Pedoman ini tidak perlu
dipatuhi di daerah tanggung jawab Kontraktor maupun di daerah tanggung jawab lain yang
bukan milik perusahaan. Akan tetapi perusahaan akan mendorong Kontraktor untuk
mengikuti dan melaksanakan prosedur ini di kalangan mereka sendiri jika mereka tidak
mempunyai prosedur serupa.
Daftar Periksa dari pedoman ini dikelompokkan terpisah di bawah judul Daftar Pertanyaan
Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) Kontraktor yang tertulis pada lampiran 1
dari Program Manajemen Keselamatan Kontraktor ini. Daftar periksa mungkin tidak
mencakup
keseluruhan aspek K3L dalam kegiatan anda yang spesifik. Bila demikian, anda disarankan untuk
mengembangkan daftar periksa tambahan agar sesuai dengan kegiatan anda yang spesifik tersebut.
Pedoman ini dirancang untuk melakukan perbaikan-perbaikan yang berkelanjutan pada kinerja
K3 di tempat kerja dengan memfasilitasi perusahaan dan Kontraktor dalam pengaturan program
K3 yang efektif pada kontrak.
Pedoman ini harus melindungi karyawan- karyawan perusahaan maupun karyawan-
karyawan Kontraktor dari cidera dan penyakit di tempat kerja, begitupun juga dari kerugian yang
berhubungan dengan kecelakaan serta menjaga hubungan Kontraktor yang independen.
IV. PROSEDUR
Ada enam (6) langkah dalam SMK3L Kontraktor yang dibagi dalam dua grup, yang masing-
masingnya terdiri dari tiga (3) langkah :
a. Tahap Kualifikasi
1. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menggali kebutuhan akan langkah-langkah SMK3L
Kontraktor selanjutnya. Pekerjaan yang mengandung resiko yang diklasifikasikan sebagai resiko
tinggi harus berlangsung melalui proses pra-kualifikasi mutlak.
2. Pra-kualifikasi merupakan suatu langkah untuk menyaring Kontraktor yang potensial
untuk memastikan bahwa mereka mempunyai pengalaman dan kemampuan untuk
melaksanakan kegiatan tertentu dengan cara yang aman, peduli lingkungan dan mempunyai
kesadaran akan dampak sosialnya terhadap masyarakat sekitarnya dan hal ini mungkin
termasuk inspeksi dan audit K3.
3. Seleksi adalah suatu langkah untuk menilai apakah program K3 yang spesifik untuk tingkat
resiko dari pekerjaan dan kriteria evaluasi lelang sudah dipenuhi serta untuk memilih pemenang
lelang. Bila perlu dengan dasar rapat-rapat klarifikasi dan inspeksi dimana tujuannya adalah untuk
mengukur kinerja rencana peserta lelang yang diajukan untuk persyaratan lelang yang
spesifik.
V. TAHAP KUALIFIKASI
A. Penilaian Resiko
1. Tujuan
Tujuan dari langkah ini adalah untuk menjelaskan tentang pekerjaan yang akan dilakukan dan
menilai resiko-resiko K3 yang terkait dengan pekerjaan.
Perusahaan bertanggung jawab untuk melakukan penilaian awal dari resiko-resiko K3 yang
berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan. Hal ini akan membantu Kontraktor dan perusahaan
dalam mengembangkan program-program dan cara kerja yang aman untuk melindungi
semua pekerja. Fokus penilaian harus berupa penilaian terhadap bahaya yang tidak bisa
dipisahkan dalam melakukan pekerjaan. End-user bertanggung jawab melakukan penilaian
resiko.
Pra kualifikasi
1. Tujuan
Pra kualifikasi adalah langkah paling penting dalam SMK3L Kontraktor untuk menyaring
Kontraktor yang berpotensi untuk menetapkan bahwa mereka mempunyai pengalaman dan
kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan yang dimaksud dengan aman,
dengan cara yang
mengindahkan lingkungan dan mempunyai kesadaran terhadap dampak sosial terhadap
masyarakat setempat. Semua Kontraktor yang ikut pra kualifikasi harus mampu sepenuhnya
dalam mengelola semua aspek K3 dari pekerjaan. Langkah ini mempunyai kepentingan untuk
mengukur kinerja Kontraktor di masa lalu.
2. Proses Pra kualifikasi
Semua Kontraktor harus mengikuti Pra-kualifikasi. Hanya Kontraktor yang lulus pra kualifikasi
SMK3L Kontraktor yang akan dimasukkan ke dalam daftar peserta lelang untuk proses-proses
pelelangan selanjutnya. Pada umumnya, proses pra kualifikasi dimaksudkan untuk memberikan
informasi dasar mengenai kompetensi Kontraktor di masa lampau, seperti :
• Komitmen dan kepemimpinan Kontraktor dalam hal K3
• Komunikasi K3, pelatihan dan sertifikasi, manajemen Kontraktor dan standar kinerja
• Perencanaan dan prosedur
• Pemantauan atas pelaksanaan dan kinerja
• Prosedur audit, inspeksi dan peninjauan
• Nilai pra kualifikasi terdahulu dalam hal aspek K3
Bila Kontraktor telah lulus dalam proses pra kualifikasi awal, selanjutnya inspeksi terhadap
fasilitas Kontraktor dan audit pada kepatuhan Kontraktor terhadap dokumen pra kualifikasi
mungkin dilakukan. Kebijakan dalam audit K3 disediakan terpisah dari bagian K3.
Kontraktor yang tidak lulus dalam proses pra kualifikasi akan diberikan umpan balik untuk
memberitahukan mereka mengenai alasan kenapa mereka tidak memenuhi syarat dan
memberitahu mereka mengenai tindakan koreksi terhadap kekurangan yang ditemukan.
Feedback kepada Kontraktor akan diberikan oleh Tim Evaluasi. Kontraktor tersebut bisa
diberi kesempatan untuk pekerjaan-pekerjaan di masa datang hanya bila mereka telah
membuktikan perbaikan-perbaikan yang disarankan.
B. Seleksi
1. Tujuan
Tujuan dari tahap seleksi ini adalah untuk menilai apakah Rencana K3 dan kriteria evaluasi
lelang telah dipenuhi dan untuk memilih pemenang lelang, bila perlu melalui rapat-rapat
klarifikasi.
2. Penyiapan Dokumen kontrak
Dalam mempersiapkan dokumen kontrak, ada beberapa pertimbangan yang perlu diambil :
• Kontraktor mempunyai tanggung jawab sendiri terhadap rencana K3 nya, dokumen-dokumen
harus menjelaskan ketentuan yang jelas bagi perusahaan untuk melaksanakan audit K3 terhadap
Kontraktor untuk menilai kepatuhannya.
• Dokumen-dokumen harus menyertakan ketentuan bagi perusahaan untuk menunda
pekerjaan jika Kontraktor tidak memenuhi kriteria K3 yang di jelaskan di dalam rencana kontrak.
Khusus pada saat mobilisasi, Perusahaan dapat menahan izin memulai pekerjaan dan menunda
pembayaran hingga semua audit awal pekerjaan sudah mencapai tingkat memuaskan. Namun
demikian, sebelum menunda suatu pekerjaan, perusahaan harus berhubungan dengan
Kontraktor untuk memberi mereka kesempatan guna memperbaiki ketidak-patuhannya.
Perusahaan harus memastikan bahwa tahap mobilisasi dan demobilisasi tercantum di dalam
Rencana K3. Pentingnya persyaratan-persyaratan SMK3 Kontraktor harus dikomunikasikan
kepada semua peserta lelang selama waktu berlangsungnya rapat-rapat klarifikasi pre-bid.
3. Pre-Bid dan Kunjungan Lapangan
Klarifikasi lelang diperlukan untuk memastikan adanya pengertian peserta lelang yang jelas
mengenai persyaratan-persyaratan lelang, tempat kerja, dan aturan-aturan serta persyaratan-
persyaratan yang dikenakan. Persyaratan-persyaratan lelang harus menyertakan aspek-aspek
K3. Rapat-rapat pre-bid dan kunjungan lapangan ditetapkan sebagai suatu yang mutlak untuk
diikuti oleh peserta lelang. Ketidak hadiran dalam rapat-rapat pre-bid dan kunjungan lapangan
akan mengakibatkan peserta lelang di diskualifikasi.
Pra-mobilisasi
Selama masa pra-mobilisasi, semua aspek yang relevan dengan penilaian resiko kontrak dan
semua aspek K3 lainnya dari kontrak dikomunikasikan dan dipahami oleh semua pihak sebelum
pelaksanaan kontrak. Termasuk di dalam kegiatan ini adalah kick-off meetings, inspeksi, audit,
orientasi lapangan, dan briefing K3. Topik yang dibahas selama aktivitas ini adalah : diskusi
rencana kerja, peninjauan semua bahaya yang potensial dan masalah-masalah K3, pemeriksaan
kesiapan dari semua peralatan yang diperlukan, alat-alat dan PPE, pembuatan prosedur darurat.
Wakil-wakil dari departemen yang mengajukan kontrak melakukan inspeksi dan bila perlu,
dengan bantuan Wakil K3 yang ditunjuk.
Kick-off Meeting
Kick-off meeting harus dilakukan segera setelah kontrak dimenangkan, sebelum pekerjaan
dimulai. Kick-off meeting dilakukan untuk memberi kesempatan kepada Kontraktor untuk
mengenali lokasi kerja perusahaan, fasilitas, orang-orangnya, dan informasi kerja lainnya. Kick-off
meeting dipimpin oleh masing-masing Line Manager dan orang-orang di bawahnya yang
bertanggung jawab terhadap pekerjaan. Dari pihak Kontraktor, personil kunci Kontraktor harus
menghadiri kick-off meeting ini.
Jika Kontraktor melakukan kegiatan di daerah kerja perusahaan, kick-off meeting bisa dilakukan
di tempat, baik di kantor perusahaan maupun di kantor proyek Kontraktor. Atau, mungkin
juga perlu diadakan kick-off meeting awal di kantor pusat Kontraktor. Line Manager akan
menentukan lokasi kick-off meeting ini.
Orientasi Lapangan K3
Orientasi lapangan dilakukan untuk membuat Kontraktor kenal dengan lingkungan kerja, fasilitas,
dan daerah evakuasi kebakaran, keselamatan, dan keadaan darurat. Semua bahaya yang
potensial
dan masalah-masalah K3 lainnya yang ditemukan selama kick-off meeting harus dikomunikasikan
dengan baik selama orientasi ini.
Pelatihan K3
Kontraktor bertanggung jawab untuk melatih dan memberi briefing karyawan-karyawannya sendiri
mengenai semua bahaya yang potensial dan masalah K3 yang berhubungan dengan pekerjaan.
Seorang petugas keselamatan harus mempunyai pengetahuan minimum K3 dan tentang hal-hal
yang mutlak dalam keselamatan seperti Pemadaman Kebakaran, Penggunaan dan Fungsi Alat
Pelindung Diri, P3K serta Penilaian Resiko. Perusahaan akan memeriksa apakah pelatihan
tersebut dilakukan dan didokumentasikan dengan baik. Suatu metoda untuk menentukan
pengertian mengenai bahan pelatihan, misalnya ujian lisan atau tertulis, peragaan, evaluasi di
tempat kerja, mungkin digunakan oleh perusahaan. Pelatihan dan briefing mungkin diperlukan
bila pengetahuan yang diperlihatkan masih di bawah harapan.
2.2. Mobilisasi
Selama mobilisasi, rencana K3 harus dikomunikasikan kepada semua personil perusahaan dan
Kontraktor yang terkait. Kontraktor menjamin bahwa masing-masing menetapkan metoda operasi
yang sesuai dengan rencana K3 yang telah disepakati. Pada tahap inilah pelaksanaan dari
rencana K3 oleh Kontraktor secara resmi dimulai. Tergantung dari keadaan, petugas
pengawasan tambahan dari Kontraktor mungkin diperlukan untuk memungkinkan penyusunan
dan pelaksanaan rencana K3 yang lancar.
Selama masa permulaan dari tahap mobilisasi, semua personil kunci yang ditugaskan dalam
pekerjaan harus menghadiri program orientasi K3 yang harus digunakan untuk
mengkomunikasikan rencana K3 dan semua aspek penting K3 lainnya dari kontrak. Progress
meeting selanjutnya harus digunakan sebagai metoda formal untuk meninjau pelaksanaan K3.
B. Pekerjaan Sedang Berlangsung (Work In Progress)
1. Tujuan
Tujuan dari tahap ini adalah untuk menjamin bahwa pekerjaan telah dilaksanakan sesuai dengan
rencana K3 yang telah disepakati, dan bahwa kebutuhan K3 tambahan yang ditemukan
selama pekerjaan, diperhatikan dengan benar.
Apabila tanggung jawab pengawasan dipegang oleh Kontraktor, peranan perusahaan adalah
untuk memantau kepatuhan terhadap persyaratan-persyaratan kontrak dan sistem yang telah
dijelaskan di dalam kontrak. Kecuali bila End-user selalu berada di tempat, masing-masing Line
Manager harus memantau dan memastikan bahwa semua kewajiban K3 dipenuhi. Saran dari
Wakil K3 bisa diperoleh bila diperlukan, akan tetapi, kewenangan tehadap K3 kontrak berada
di tangan End-user.
3. Jaminan Kecakapan
Selama masa pelaksanaan End-user harus memantau kecakapan Kontraktor yang mantap, yaitu
pelaksanaan semua komitmen pelatihan yang terkait dengan pekerjaan yang dilakukan.
Pemantauan juga harus menyertakan pemeriksaan bahwa Kontraktor tunduk kepada sistem
manajemennya yang mungkin termasuk :
5. Rencana K3
End-user dan Kontraktor secara bersama-sama bertanggung jawab atas pelaksanaan dan
perbaikan dari rencana K3. Pelaksanaan rencana K3 yang berhasil akan ditentukan oleh
keberhasilan pemantauan, evaluasi, dan dilakukannya tindakan perbaikan.
6. Rapat-rapat K3 (K3 Meetings)
7. Promosi K3
Promosi K3 penting, meskipun tempat kerja telah dirancang sebagai tempat yang aman, prosedur
kerja sudah dibuat seaman mungkin, karyawan semua sudah terlatih dengan baik, dan prosedur
kerja yang aman telah diterapkan dengan konsisten.
Semua cidera, kecelakaan di tempat kerja dan near miss yang berkaitan dengan pekerjaan
Kontraktor di lapangan harus segera dilaporkan kepada perusahaan dan akan dicatat. Setelah
kecelakaan atau insiden dilaporkan, perusahaan dan Kontraktor bisa melakukan penyelidikan
bersama. Setiap
kecelakaan dan insiden, apakah itu kecelakaan/ insiden paling kecil seperti kasus-kasus first aid
harus dicatat dan dilaporkan ke bagian HSE perusahaan.
C. Evaluasi Akhir dan Close Out
1. Tujuan
Tujuan dari tahap ini adalah untuk melakukan evaluasi bersama terhadap kinerja K3
Kontraktor dan perusahaan dan untuk memberikan feedback kepada Kontraktor dan perusahaan
yang bisa dijadikan sebagai acuan untuk pekerjaan di masa depan.
Semua kontrak harus diakhiri dengan laporan mengenai kinerja K3, yang memberikan
feedback untuk pengetahuan dan pelajaran di masa depan.
10. INSPEKSI & AUDIT HSE
10.1 INSPEKSI KESELAMATAN KERJA, AUDIT INTERNAL, & PENGAMATAN TUGAS DAN PERILAKU
Inspeksi keselamatan kerja adalah suatu usaha untuk mendeteksi adanya kondisi dan tindakan yang
tidak aman dan segera memperbaikinya sebelum kondisi dan tindakan berbahaya tersebut
menyebabkan terjadinya suatu kecelakaan.
Jika ada pertanyaan kapan anda melakukan inspeksi keselamatan kerja, jawaban yang
diperoleh umumnya adalah “ tiap hari Senin”, dua minggu sekali atau bahkan sebulan
sekali. Jawaban yang tepat seharusnya adalah “ Saya melakukan inspeksi setiap saat “.
Banyak yang berpendapat salah tentang inspeksi keselamatan kerja, dimana mereka menganggap
bahwa masalah inspeksi keselamatan kerja merupakan tugas dari departemen HSE saja, atau bahkan
beranggapan bahwa inspeksi keselamatan kerja hanya bisa dilakukan apabila ada waktu saja atau
apabila tidak ada pekerjaan lain yang mendesak atau kalau tidak sibuk.
Dalam kegiatan rutin sehari- hari seorang pengawas selalu melakukan inspeksi terhadap kelancaran
produksi atau pekerjaan bawahan yang menjadi tanggung jawabnya. Bahkan kegiatan ini dilakukan
berkali- kali dalam sehari atau bahkan sepanjang bawahannya bertugas. Dengan demikian
seharusnya kalau para pengawas tersebut telah memiliki kemampuan dan kemauan untuk melakukan
inspeksi keselamatan kerja, ia dapat secara otomatis melakukannya bersama tugas rutinnya.
Sehingga inspeksi keselamatan kerja bukan lagi menjadi beban yang sering kali dianggap sebagai
penghambat produksi.
Inspeksi keselamatan kerja bertujuan untuk meniadakan kecelakaan dengan jalan mengamati
penyebab kecelakaan sedini mungkin dan segera melakukan perbaikan sebelum kecelakaan
terjadi. Setiap melakukan inspeksi keselamatan kerja harus mampu mengamati baik kondisi yang
berbahaya maupun tindakan yang tidak aman.
A. Inspeksi Ekstern yaitu suatu inspeksi yang dilakukan oleh pihak luar seperti :
a. Inspeksi rutin dari bagian HSE
b. Inspeksi dari pihak asuransi.
Untuk inspeksi yang dilakukan oleh petugas dari luar ini usahakan agar mereka didampingi
selama melaksanakan inspeksi tersebut.
B. Inspeksi Intern adalah suatu inspeksi yang dilakukan oleh leadhand atau pengawas seperti:
a. Inspeksi tempat kerja sendiri
b. Inspeksi kegiatan bawahan sendiri
Inspeksi yang tidak terencana yaitu suatu inspeksi yang dilakukan hanya
sepintas lalu, sehingga umumnya bersifat dangkal dan tidak sistematis, seperti
:
a. Umumnya hanya memeriksa kondisi yang tidak aman
b. Kondisi tidak aman yang memerlukan perhatian besar sering terlewati.
c. Tidak tercatat
d. Tindakan pembetulan dan pencegahan tidak secara menyeluruh sampai ke penyebab
dasar
Inspeksi terencana yaitu inspeksi yang dilakukan secara berkala dan inspeksi
ini mempunyai beberapa keuntungan yaitu :
a. Mengetahui bagian daerah mana saja yang akan diinspeksi
b. Bersifat sengaja sehingga bisa dilakukan secara menyeluruh
c. Mengetahui kondisi dan tindakan bagaimana yang dicari dalam inspeksi tersebut
d. Mengetahui seberapa sering suatu daerah kerja harus diinspeksi
e. Tercatat
f. Tindakan pembetulan dan pencegahan secara menyeluruh sampai ke penyebab dasar
b. Inspeksi Periodik
Suatu inspeksi keselamatan kerja yang dilakukan secara berkala atau dalam waktu yang
telah ditentukan seperti harian, mingguan, bulanan dan sebagainya.
nik Inspeksi
1. Persiapan Inspeksi :
a. Membuat daftar daerah yang akan diinspeksi
b. Membuat checklist inspeksi yang berisi :
- Apa saja di tiap tempat kerja yang perlu diinspeksi
- Bagian mana saja dari setiap pekerjaan yang akan diinspeksi
- Menentukan kondisi atau tindakan tidak aman yang bagaimana yang dicari dalam
inspeksi
a. Buat laporan kepada atasan tentang apa saja yang ditemui dalam inspeksi tersebut.
b. Adakan tindak lanjut terhadap rekomendasi yang diberikan dan selalu dimonitor
sampai rekomendasi tersebut selesai dilaksanakan.
K3L Tujuan
Untuk menilai efektifitas penerapan semua kegiatan yang berhubungan dengan sistem Manajemen
Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan. Audit K3L menyeluruh akan membuktikan apakah
program K3L serta sarana fisik yang ada telah sesuai dengan standar.
Ruang Lingkup
Prosedur ini berlaku untuk semua kegiatan yang berhubungan dengan Sistem Manajemen
Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan yang ada di daerah operasi Perusahaan.
Prosedur ini menerangkan kegiatan / tindakan dan kontrol yang diperlukan untuk menjamin bahwa
Internal Audit dilaksanakan oleh auditor yang terlatih.
anggung Jawab
IV.PROSEDUR
Bagian HSE merencanakan jadwal internal audit unit kerja terkait di daerah operasi perusahaan
dan dilakukan setidak- tidaknya sekali dalam setahun. Bagian HSE dapat melakukan audit
tambahan bila dipandang perlu.
Jadwal internal audit yang telah disusun dan ditanda-tangani oleh Direktur disirkulasikan kepada
masing-masimg unit kerja sebagai informasi kesiapan pelaksanaan internal audit.
Direktur melalui HSE Supervisor akan memberikan instruksi untuk melaksanakan internal audit
untuk semua unit di perusahaan yang terkait dengan Sistem Manajemem Keselamatan, Kesehatan
Kerja dan Lingkungan.
Pelaksanaan internal Audit bisa lebih sering dilakukan terhadap unit kerja yang terkait apabila
terjadi hal-hal berikut ini :
a. Apabila Sistem Manajemen Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan disempurnakan
atau dilakukan revisi.
b. Apabila banyak ketidak sesuaian ditemukan dalam satu unit kerja.
c. Bilamana ada usulan dari Manager, Supervisor terkait.
HSE Supervisor akan meninjau jadwal audit secara regular / teratur dan meningkatkan frekuensi
audit apabila hasilnya menunjukan kebutuhan atau atas pengarahan / perintah dari Direktur.
Internal Audit dilakukan oleh auditor yang ditunjuk oleh Direktur melalui HSE Supervisor atau
HSE Supervisor dapat bertindak sebagai auditor. Internal audit dapat dilakukan oleh satu orang
internal auditor atau suatu team internal auditor, hal ini tergantung besar dan kompleksitas unit
kerja yang akan di audit.
a. Memahami dan mengerti tentang Sistem Manajemen Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Lingkungan yang dipergunakan oleh perusahaan.
b. Telah mengikuti pelatihan tentang tata cara melakukan audit.
c. Memahami aspek- aspek operasional pada suatu unit kerja.
d. Independen dan tidak ada hubungan kerja langsung dengan unit kerja yang diperiksa.
e. Membuat rencana audit dan memberitahu kepada unit kerja yang akan diaudit. Rencana audit
tersebut harus meliputi seluruh prosedur yang berkaitan dengan unit kerja yang akan diaudit.
Perencanaan audit tersebut, meliputi :
Jadwal tanggal audit pada masing-masing bagian.
Auditor yang bertugas.
Sebelum rencana internal audit dilaksanakan, HSE Supervisor akan memberitahukan kepada
Manager / Supervisor yang bersangkutan tentang kepastian pelaksanaan dengan
sepengetahuan auditor yang ditunjuk.
Setelah melaksanakan Internal Audit, Auditor menyampaikan laporan Internal Audit kepada
Direktur dengan tembusan kepada General Manager, Manager, Pengawas yang terkait.
Hasil audit disimpan oleh masing- masing dari unit kerja terkait dengan tembusan ke bagian HSE,
dicatat dalam Catatan Hasil Internal Audit.
Tindak lanjut dari temuan adalah menetapkan langkah perbaikan dan pencegahan yang dilakukan
dalam waktu yang telah disepakati.
Bila jadwal tindak lanjut audit dalam waktu yang disepakati tidak dapat dilaksanakan, Manager/
Supervisor harus melaporkan kemajuan dari kegiatan koreksi/ perbaikan yang telah dilakukan
dan melaporkannya secara efektif.
Bagian HSE mencatat semua hasil internal audit kedalam buku catatan Internal Audit dan semua
ketidak- sesuaian yang ditemukan.
Petunjuk teknis untuk pelaksanaan audit beserta daftar pertanyaannya mengacu pada Undang-
Undang Keselamatan Kerja No.1 Tahun 1970, Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. 05/
MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), Peraturan
Pemerintah No.50 Tahun 2012 Tentang Penerapan SMK3, serta International Safety Rating System
(ISRS 7th) - DNV.
V. MELACAK / MENGUKUR BAHAYA (Hazard Tracking)
Kegiatan- kegiatan yang didiskusikan untuk melacak / mengukur bahaya ini dimaksudkan untuk
menjaga kepedulian tentang keselamatan dan menyelidiki bahaya serta kecelakaan yang mungkin
terjadi akibat banyaknya hal- hal yang tidak sesuai berhubungan dengan masalah keselamatan,
dimana mungkin hal yang tidak sesuai tersebut tidak langsung diperbaiki dengan segera. Untuk
mengatasinya perlu dilakukan pertemuan untuk membicarakan hal tersebut dan dalam
pelaksanaannya perlu keterlibatan dari tingkat Direktur, General Manager, Manager, Pengawas,
Perwakilan Keselamatan dan pelaksana tugasnya.
Hal ini sangat penting dilakukan untuk melacak/ mengukur serta menyelesaikan langkah-langkah
perbaikan dalam waktu yang telah di tentukan dalam bentuk “ Action Points “ yang dikumpulkan
kedalam satu dokumen, sehingga tidak satupun temuan- temuan yang tidak sesuai (non-
conformance) yang ditemukan pada saat pelaksanaan Audit atau Inspeksi yang terlupakan. Istilah
Action Points kadang- kadang juga dikenal dengan istilah “ Action Tracking Register atau Action
Follow Up “.
Action Tracking Register merupakan suatu daftar untuk melacak/ mengukur langkah- langkah
yang dilakukan dengan maksud untuk menyelesaikan permasalahan yang tidak sesuai dengan yang
seharusnya yang ditemukan pada saat Inspeksi, Audit, Pengamatan atau saat Team Manajemen
melakukan perjalanan (Management Tour) ke lapangan.
Dalam membuat Action Tracking Register sebaiknya keterangan tentang hal- hal berikut ini
dimasukkan kedalam suatu bentuk (format). Hal- hal yang dimaksud antara lain adalah :
a. Apa pokok permasalahanya
b. Siapa / Bagian apa yang bertanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
c. Tanggal berapa ditemukannya permasalahan tersebut (saat Audit, Inspeksi, Pengamatan
lapangan, Management Tour), dan lain- lain.
d. Tanggal berapa permasalahan tersebut diselesaikan.
e. Bagaimana status permasalahan tersebut (sudah selesai atau dalam proses).
f. Termasuk kelompok bahaya kelas apa permasalahan tersebut dan bagaimana skala prioritas
penyelesaian masalahnya. (daftar kelompok bahaya dapat dilihat pada table #.1, halaman
berikut).
g. Bagaimana status permasalahan tersebut (sudah selesai atau dalam proses).
Tanggal
Ditindak
Audit / Batas
Pokok Permasalahan lanjuti Status / Keterangan /
No. Inspeksi Waktu /
/Agenda Item oleh / Status Remarks
Date of Deadline
Action
Audit/
By
Inspection
Diperiksa Substandar
No PPE/APD Saran /Comment
/Checked d
1. Topi Keselamatan / Hard Hat
2 Kacamata Pengaman / Safety
Glasses
3. Sepatu Keselamatan / Safety Shoe
4. Pelindung Pendengaran / Hearing
Protection
5. Sarung Tangan / Gloves
6. Pelindung Pernafasan / Respirator
7. Lain-lain / Other