Anda di halaman 1dari 137

PT.

PERTAMINA
PERTAMINA EPEP ASSET2
ASSET
2 COLLECTIVE NUMBER :
EPR2-S19PL0014A-P30
COLLECTIVE NO.

HSE PLAN
NAMA KONTRAKTOR
CONTRACTOR’S NAME PT. ARODYA BIRU PERSADA

NAMA PEKERJAAN SESUAI KONTRAK PENGADAAN DAN PEMASANGAN


TYPE OF SERVICE AS STIPULATED IN
THE CONTRACT GEOMEMBRAN HDPE SECARA CALL
OF ORDER (COO)UNTUK LOKASI
PEMBORAN FIELD DAN ADERA FIELD
PT.PERTAMINA EP ASSET 2
NOMOR KOLEKTIF
COLLECTIVE NUMBER EPR2-S19PL0014A-P30
DURUSI KONTRAK
CONTRACT PERIOD

HSE Dept.

Date: September 2019

Page I
HSE Plan PT. ARODYA BIRU PERSADA – EPR2-S19PL0014A-P30
PT. PERTAMINA
PERTAMINA EPEP ASSET2
ASSET
2 COLLECTIVE NUMBER :
EPR2-S19PL0014A-P30
COLLECTIVE NO.

DAFTAR ISI
TABLE OF CONTENT

1. INFORMASI UMUM
DISKRIPSI PROYEK

DEFINISI & ISTILAH

2. KOMITMEN MANAJEMEN
KEBIJAKAN SMK3L
KOMITMEN HSE
KEPEMIMPINAN DALAM ASPEK HSE
KUNJUNGAN DEWAN DIREKSI KE LAPANGAN
RAPAT HSE DI LAPANGAN
LAMPIRAN
3. HSE PERFORMANCE INDIKATOR
HSE STATISTIK
4. ORGANISASI HSE
STRUKTUR ORGANISASI HSE
TANGGUNG JAWAB
TENAGA PROFESI HSE
TRAINING / PELATIHAN
PROGRAM RAPAT HSE

5. RISK ASSESSMENT
PROSEDUR HAZARD IDENTIFICATION WITH RISK ASSESSMENT & JSA METHOD
LAMPIRAN
6. PROGRAM PENGENDALIAN RESIKO
HSE MANUAL
7. JOURNEY MANAGEMENT PLAN
RUTE PERJALANAN
8. EMERGENCY RESPONSE PLAN
EMERGENCY RESPONSE PROCEDURE

Page
HSE Plan PT. ARODYA BIRU PERSADA – EPR2-S19PL0014A-P30 II
PT. PERTAMINA
PERTAMINA EPEP ASSET2
ASSET
2 COLLECTIVE NUMBER :
EPR2-S19PL0014A-P30
COLLECTIVE NO.

9. INVESTIGASI INSIDEN
10. PENGELOLAAN ASPEK HSE SUBKONTRAKTOR

CONTRACTOR SAFETY MANAGEMENT PROGRAM

11. INSPEKSI & AUDIT HSE

INSPEKSI KESELAMATAN KERJA, AUDIT INTERNAL, & PENGAMATAN TUGAS DAN PERILAKU

Page
HSE Plan PT. ARODYA BIRU PERSADA – EPR2-S19PL0014A-P30 III
PT. PERTAMINA
PERTAMINA EPEP ASSET2
ASSET
2 COLLECTIVE NUMBER :
EPR2-S19PL0014A-P30
COLLECTIVE NO.

INFORMASI UMUM

Deskripsi Proyek
Secara umum pekerjaan ini mencakup “Pengadaan dan Pemasangan Geomembran HDPE secara
CallOf Order (COO) untuk lokasi pemboran Field dan Areda Field PT.PERTAMINA EP ASSET 2”

Definisi dan Istilah


PT Pertamina EP Pertamina EP, merupakan pemilik pekerjaan dan pemberi
perintah kerja
Kontraktor PT. Arodya Biru Persada yang ditunjuk sebagai pelaksana
pekerjaan
Vendor/Sub Kontraktor Lembaga, perorangan atau pihak ketiga yang menyediakan
bahan, jasa, produk untuk diolah atau dijual kembali
atau dibutuhkan oleh perusahaan untuk meningkatkan
kinerja perusahaan

Page 1
HSE Plan PT. ARODYA BIRU PERSADA – EPR2-S19PL0014A-P30
PT. PERTAMINA
PERTAMINA EPEP ASSET2
ASSET
2 COLLECTIVE NUMBER :
EPR2-S19PL0014A-P30
COLLECTIVE NO.

1. KOMITMENT MANAJEMEN
Komitmen HSE
PT.ARODYA BIRU PERSADA berkomitmen untuk memastikan tempat kerja dan
lingkungan yang aman serta bertanggung jawab dan selalu akan memenuhi kewajiban
hukum dan bertujuan untuk terus meningkatkan keselamatan, kesehatan kerja dan
kinerja lingkungan.
Partisipasi aktif dan keterbukaan dari pihak manajemen dalam pelaksanaan dan
pencapaian program pencegahan kerugian menyeluruh, mencakup penetapan kebijakan,
sasaran & tujuan tugas dan tanggung jawab serta mengkoordinasikan,
mengkomunikasikan, memberikan orientasi dan pelatihan program, pencegahan
kerugian, mengawasi dan memastikan agar program pemeriksaan berkala selalu
dilaksanakan.

PT.ARODYA BIRU PERSADA berusaha untuk :

 Menjaga keselamatan dan kesehatan kerja sehingga tercipta “ZERO ACCIDENT”


 Manajemen melakukan Audit dan memimpin Safety Meeting di lokasi pekerjaan
untuk memberikan pengarahan K3.
 Memastikan jasa dan produk pelanggan sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.
 Mencegah pencemaran lingkungan pada setiap aktivitas perusahaan.
 Menjaga kesehatan dan melarang personilnya menggunakan, menyimpan serta
memperdagangkan minuman keras dan obat-obatan terlarang baik ditempat kerja
maupun dirumah.
 Mengutamakan keselamatan kerja dalam semua kegiatan.
 Komitmen Direktur Utama yang diimplementasikan dalam rencana kegiatan.
 Jajaran Manajemen Direktur ( Gita Kencana Hati) / HSE Coordinator ( M. Nur Yutha A
) Kontraktor memantau penerapan HSE melalui Management Walkthrough, minimal 3 (tiga)
bulan 1 (satu) kali. Pelaksanaan HSE Meeting yang diikuti oleh seluruh karyawan dan
dipimpin oleh Direktur / Project Manager / HSE Coordinator Kontraktor minimal 1 (satu)
bulan sekali.

Kepemimpinan Dalam Aspek HSE


Manajemen PT.ARODYA BIRU PERSADAmemberikan tauladan kepemimpinan terhadap
pemenuhan aspek HSSE dan bertanggungjawab penuh terhadap SMK3L, meliputi :
 Bertanggung jawab untuk memastikan bahwa sistem manajemen K3 telah berjalan
dengan baik dengan memberikan komitmen dan menetapkan kebijakan termasuk
memberikan sumber daya yang diperlukan.
 Bertanggung jawab untuk memastikan bahwa kebijakan HSSE telah efektif, sasarannya
tercapai, pelaksanaannya terkontrol, mengevaluasi hasilnya dengan menugaskan General

Page 2
HSE Plan PT. ARODYA BIRU PERSADA – EPR2-S19PL0014A-P30
PT. PERTAMINA
PERTAMINA EPEP ASSET2
ASSET
2 COLLECTIVE NUMBER :
EPR2-S19PL0014A-P30
COLLECTIVE NO.

manager untuk mengontrol divisi manager di bawahnya.

Page 3
HSE Plan PT. ARODYA BIRU PERSADA – EPR2-S19PL0014A-P30
PT. PERTAMINA
PERTAMINA EPEP ASSET2
ASSET
2 COLLECTIVE NUMBER :
EPR2-S19PL0014A-P30
COLLECTIVE NO.

 Melakukan tinjauan manajemen secara berkala untuk melihat kinerja pelaksanaan SMK3
serta memberikan arahan dan peningkatan yang diperlukan secara
berkesinambungan
 Meninjau organisasi SMK3L pada jangka waktu terencana
 Memberikan penghargaan terhadap pekerja yang aktif menerapkan SMK3L dan
memberikan sanksi begi pekerja yang melakukan pelanggaran SMK3L (disesuaikan dengan
waktu dan jenis pelanggaran)

Page 4
HSE Plan PT. ARODYA BIRU PERSADA – EPR2-S19PL0014A-P30
PT. PERTAMINA
PERTAMINA EPEP ASSET2
ASSET
2 COLLECTIVE NUMBER :
EPR2-S19PL0014A-P30
COLLECTIVE NO.

Page 5
HSE Plan PT. ARODYA BIRU PERSADA – EPR2-S19PL0014A-P30
PT. PERTAMINA
PERTAMINA EPEP ASSET2
ASSET
2 COLLECTIVE NUMBER :
EPR2-S19PL0014A-P30
COLLECTIVE NO.

Page 6
HSE Plan PT. ARODYA BIRU PERSADA – EPR2-S19PL0014A-P30
PT. PERTAMINA
PERTAMINA EPEP ASSET2
ASSET
2 COLLECTIVE NUMBER :
EPR2-S19PL0014A-P30
COLLECTIVE NO.

Page 7
HSE Plan PT. ARODYA BIRU PERSADA – EPR2-S19PL0014A-P30
PT. PERTAMINA
PERTAMINA EPEP ASSET2
ASSET
2 COLLECTIVE NUMBER :
EPR2-S19PL0014A-P30
COLLECTIVE NO.

Page 8
HSE Plan PT. ARODYA BIRU PERSADA – EPR2-S19PL0014A-P30
PT. PERTAMINA
PERTAMINA EPEP ASSET2
ASSET
2 COLLECTIVE NUMBER :
EPR2-S19PL0014A-P30
COLLECTIVE NO.

Kunjungan Dewan Direksi ke Lapangan


Pelaksanaan kunjungan dewan direksi ke lapangan dilakukan minimal 1 (satu) kali dalam 3
(tiga) bulan.

Page 9
HSE Plan PT. ARODYA BIRU PERSADA – EPR2-S19PL0014A-P30
PT. PERTAMINA
PERTAMINA EPEP ASSET2
ASSET
2 COLLECTIVE NUMBER :
EPR2-S19PL0014A-P30
COLLECTIVE NO.

Rapat HSE di Lapangan


Pelaksanaan rapat HSE sebagai berikut :
 Monthly HSE Proyek : dihadiri oleh manajemen proyek
 Weekly HSE Meeting : dihadiri komite HSE proyek
 Safety Talk : dihadiri oleh seluruh pekerja proyek
 Toolbox HSE meeting : dihadiri oleh pekerja terkait dan safety man di masing-masing
proyek setiap pagi
Dokumen pendukung terkait dengan kegiatan rapat HSE dilapangan adalah
foto/dokumentasi, daftar hadir, dan notulen rapat.

Page
HSE Plan PT. ARODYA BIRU PERSADA – EPR2-S19PL0014A-P30 10
PT. PERTAMINA
PERTAMINA EPEP ASSET2
ASSET
2 COLLECTIVE NUMBER :
EPR2-S19PL0014A-P30
COLLECTIVE NO.

FORMAT LAPORAN MWT


DOKUMENTASI MANAJEMEN VISIT

Tanggal : ..............................
Lokasi Kunjungan : ..............................

Gambar 1. Gambar 2.

Gambar 3. Gambar 4.

Keterangan :
Gambar 1. :
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
Gambar 2. :
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
Gambar 3. :
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
Gambar 4 :

...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................

Page
HSE Plan PT. ARODYA BIRU PERSADA – EPR2-S19PL0014A-P30 11
2. HSE PERFORMANCE INDICATOR

EVALUASI PENCAPAIAN HSSE PERFORMANCE INDICATOR

Nama Perusahaan : PT. Arodya Biru Persada

Jenis Pekerjaan : Pengadaan dan Pemasangan Geomembran HDPE secara CallOf Order (COO) untuk lokasi pemboran Field
dan Areda Field PT.PERTAMINA EP ASSET 2”

Lokasi Pekerjaan :
Tanggal penilaian :

Score
No Item Target Actual Score Max Indicator Notes
Actual

1 Jumlah Tenaga Kerja 15 NON NON Absensi


2 Jam Kerja Aman SCORING SCORING Data Jam Kerja
Lagging Indicator
1 Fatality angka total kasus Actual ≤ Target
SCORING

SCORING
NON

NON

2 Kejadian Berdampak Besar angka total kasus Actual ≤ Target


3 Kejadian Berdampak Sedang angka total kasus Actual ≤ Target
4 Kejadian Berdampak Kecil 8 angka total kasus Actual ≤ Target
5 First Aid 8 angka total kasus Actual ≤ Target
Leading Indicator
1 HSE Meeting 7 Notulen Actual ≥ Target
2 HSE Talk / briefing 8 Daftar Hadir Actual ≥ Target

3 HSE Reporting 8 Laporan yang diserahkan Actual ≥ Target

4 HSE Management Visit 7 Dokumen Visit Actual ≥ Target


5 Closure Action 8 Dokumen tindak lanjut Actual ≥ Target
6 Inspection / audit 8 Dokumen Inspection Actual ≥ Target
7 Pelangaran terhadap APD 8 Dolumen Pelanggaran Actual ≤ Target
8 Pelanggaran terhadap pengelolaan sampah 7 Dolumen Pelanggaran Actual ≤ Target
9 Pelanggaran terhadap hygiene industry 7 Dolumen Pelanggaran Actual ≤ Target
10 Pelanggaran terhadap rokok 8 Dolumen Pelanggaran Actual ≤ Target

11 Safety Non Conformity (near miss) 8 Dokumen Temuan PEKA Actual ≤ Target

Total Nilai 100

% Total Nilai =
FORMAT LAPORAN KINERJA HSE ( Template )
3. ORGANISASI HSE

STRUKTUR ORGANISASI HSE

STRUKTUR ORGANISASI HSE PERUSAHAAN


TANGGUNG JAWAB

Tugas dan tanggung jawab Direktur

 Bertindak sebagai Ketua HSE Komite proyek


 Meninjau dan memperbaharui HSE Plan
 Membuat kebijakan, sasaran dan target HSE serta memonitor implementasinya
 Mengkoordinasi seluruh masalah HSE serta menyesuaikannya ke dalam keseluruhan
HSE sistem proyek
 Menjalin hubungan baik dengan calon pelanggan, pelanggan, dan instansi.
 Mengelola semua subkontraktor untuk memenuhi persyaratan training dalam proyek
 Menetapkan kebijakan dan sasaran mutu, lingkungan & K3.
 Memantau dan mencapai sasaran mutu, lingkungan & K3.
 Memahami dan melaksanakan prosedur kerja.
 Memastikan komunikasi dan pemahaman diantara karyawan mengenai sistem
manajemen mutu, lingkungan dan K3.
 Menyusun prosedur, instruksi kerja serta dokumen lain yang berhubungan
dengan Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
 Memastikan komunikasi dan pemahaman diantara karyawan mengenai sistem
manajemen mutu, lingkungan dan K3.

Tugas dan tanggung jawab HSE Koordinator

 HSE Representative bertanggung jawab langsung kepada Direktur Tahu dan


mengerti semua syarat- syarat keselamatan yang diperlukan dan yang dapat
dipakai untuk perusahaan.
 Bersama-sama dengan staff manajemen lainnya, HSE Koordinator akan selalu
menyimpan pedoman tentang Sistem Manajemen Keselamatan, Kesehatan Kerja
yang berlaku untuk diimplementasikan diseluruh daerah kerja.
 Menyusun laporan bulanan, triwulan dan tahunan mengenai HSE sebagai bahan
masukan bagi manajemen.
 Mengkoordinir HSE meeting bulanan dan safety meeting lainnya.
 Mengkoordinasi HSE Officer dan safety man dilapangan
 Bekerja sama dengan bagian Logistik / Purchasing dalam hal pengadaan alat
untuk keselamatan dan keamanan pekerjaan serta menanda tangani permintaan
barang sesuai dengan material requisition yang telah dibuat baik untuk
kepentingan bagian HSE maupun permintaan barang dari bagian lain yang
berhubungan dengan masalah HSE.
 Memonitor semua kegiatan HSE terimplimentasi di lapangan serta melakukan
penilaian kinerja subkontraktor melalui internal audit
 Memberikan masukan kepada Project manager mengenai kondisi yang tidak aman
atau pelanggaran yang terjadi dilapangan dan mencatatnya.
 Menentukan kontrol yang sesuai untuk dampak lingkungan dan resiko K3 agar
dampak dan resiko K3 dapat dikurangi dan dicegah.
 Memberikan saran kepada bagian lain tentang hal- hal yang dianggap tidak aman
(baik tindakan maupun kondisi) serta melakukan monitoring untuk meyakinkan bahwa
setiap karyawan mematuhi dan menggunakan alat keselamatan kerja dalam
usaha perlindungan terhadap keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan untuk
mencapai “zero lost time accident dan zero property loss”.
 Menghadiri pertemuan yang dilaksanakan oleh pihak ketiga, Management
Coordination Meeting dan Safety Committee.
 Melakukan investigasi terhadap kecelakaan, membahas serta mengambil langkah –
langkah yang perlu untuk mencegah terulangnya kembali peristiwa yang serupa
dan memonitor tindak lanjutnya ( follow up ) terhadap rekomendasi yang
dikeluarkan.
 Bersama- sama dengan team manajemen lainnya melakukan internal Audit masalah
HSE.
 Merencanakan program rapat - rapat keselamatan kerja, induksi keselamatan kepada
karyawan, tamu - tamu perusahaan bersama- sama dengan bagian terkait
lainnya tentang penggunaan alat keselamatan dan masalah keselamatan kerja
umumnya.

Tugas dan tanggung jawab HSE Officer


 Mengidentifikasi aspek dan dampak lingkungan untuk tiap aktivitas, alat dan proses
di perusahaan.
 Mengidentifikasi potensi bahaya dan resiko K3 untuk tiap aktivitas, alat dan
proses di perusahaan.
 Mengidentifikasi dan memastikan up date perundangan dan peraturan lainnya terkait
aspek lingkungan dan potensi bahaya K3 di perusahaan.
 Mengakses dan mengarsip perundangan perundangan dan peraturan lainnya terkait
aspek lingkungan dan potensi bahaya K3 di perusahaan.
 Merencanakan program lingkungan dan K3 untuk mencapai sasaran lingkungan dan K3.
 Melakukan sosialisasi ke seluruh karyawan tentang pentingnya pengendalian
lingkungan dan K3.
 Melakukan induksi pada karyawan baru, pengunjung dan subkontraktor.
 Membuat rencana lingkungan dan K3 untuk proyek yang berjalan.
 Memastikan ketersediaan rambu dan APD yang sesuai di area kantor maupun proyek.
 Memimpin rapat mingguan untuk membahas pelaksanaan program lingkungan dan K3.
 Melakukan sosialisasi untuk mencegah pencemaran lingkungan dan mencegah
kecelakaan kerja.
 Melakukan inspeksi harian, mingguan dan bulanan sesuai ketentuan.
 Membuat dan melaksanakan rencana latihan tanggap darurat.
 Menyiapkan peralatan tanggap darurat.
 Menyiapkan draft laporan HSE, Mematuhi semua kebijakan K3, prosedur dan
instruksi kerja yang aman dalam melakukan kegiatan
 Memahami dan mentaati semua peraturan mengenai keselamatan dan kesehatan
kerja serta aturan-aturan kerja lainnya yang ada
 Memberikan saran kepada bagian lain tentang hal- hal yang dianggap tidak aman
(baik tindakan maupun kondisi) serta melakukan monitoring untuk meyakinkan bahwa
setiap karyawan mematuhi dan menggunakan alat keselamatan kerja dalam
usaha perlindungan terhadap keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan untuk
mencapai “zero lost time accident dan zero property loss”

TENAGA PROFESI HSE

Semua calon karyawan PT. PT.ARODYA BIRU PERSADAharus menjalani verifikasi


untuk menentukan kemampuan dan kompetensinya serta telah melakukan test
kesehatan dan mendapat rekomendasi sehat dari dokter untuk bertugas dilapangan.
Personil yang mengisi Department HSE diharuskan minimal mempunyai dasar
pengetahuan dan telah mengerti peraturan-peraturan HSE.
BIODATA DAN MCU SAFETY REPRESSENTATIF
TRAINING / PELATIHAN

Manajemen PT.ARODYA BIRU PERSADAjuga menetapkan program dan pelatihan bagi


seluruh pekerja yang dirumuskan sesuai tuntutan pekerjaan sekarang dan yang akan
datang serta potensi bahaya dari pekerjaan yang dilakukannya. Pengelolaan pelatihan
tersebut diatur dalam prosedur pelatihan. Yang juga ditujukan untuk memastikan bahwa
setiap karyawan pada setiap level/fungsi sudah memahami tentang :
a. Pentingnya kesesuaian dengan kebijakan K3 dan prosedur serta persyaratan-persyaratan
Manajemen K3;
b. Konsekuensi K3 yang aktual/ potensial dari kegiatannya dan manfaat
peningkatan kinerja perorangan terhadap Manajemen K3
c. Akibat yang mungkin terjadi bila prosedur tidak dilaksanakan.
Pelatihan Pengenalan HSSE

Seluruh karyawan PT.ARODYA BIRU PERSADA, subkontraktor, tamu maupun


vendor wajib mengikuti pelatihan Pengenalan HSSE sebelum mereka ditempatkan
untuk bekerja dilapangan.
Isi pelatihan pengenalan :
 Orientasi umum
 Kebijakan dan target HSE PT. Arodya Biru Persada
 Pengenalan kondisi lapangan dan tempat kerja
 Pengenalan lingkup kerja dan prosedur kerja
 Peraturan di area kerja
 Kewajiban mengikuti toolbox meeting
 Peraturan lalu lintas
 Tindakan dalam keadaan darurat
 Surat Ijin Kerja Aman
 Kewajiban memakai Alat Pelindung Diri
 Antisipasi masalah pencemaran lingkungan
 Fasilitas Pertolongan Pertama

PROGRAM RAPAT HSE

Rapat koordinasi HSE PT.ARODYA BIRU PERSADAsebagai berikut :

Monthly HSSE Proyek ManajemenMeeting


Pertemuan HSE proyek manajemen meeting ini akan dilaksanakan setiap bulan yang
dihadiri oleh manajemen proyek. Hal-hal yang dibahas dalam rapat ini adalah HSSE
performance, permasalahan HSE dilapangan, kejadian-kejadian kecelakaan, pencemaran
lingkungan, status tindak lanjut permasalahan, pelatihan HSE dan tindak lanjut.
Weekly Meeting
Pertemuan ini akan dipimpin oleh Construction manager dan ajan diadakan seminggu
sekali. Hal-hal yang dibahas antara lain :
a. Sosialisasi tentang kondisi dan perilaku tidak aman
b. Sosialisasi mengenai insiden atau kecelakaan yang telah terjadi untuk proses koreksi
dan pencegahan serta pembelajaran;
c. Diskusi untuk mendapat saran atau masukkan yang positif untuk pengembangan
HSE agar semakin baik
d. Kegiatan-kegiatan promosi HSE, prosedur kerja terkait, JSA dan SIKA
Internal HSSE Koordinasi Meeting
Pertemuan internal HSE akan langsung dipimpin oleh HSSE Koordinator PT.ARODYA BIRU
PERSADAyang beranggotakan HSE officer, Security dan safety man subkontraktor.
Pertemuan ini bertujuan untuk :
 Melakukan inspeksi lapangan bersama sebelum melakukan pertemuan, dan
menyamankan persepsi tentang masalah HSE yang ditemukan dan langkah antisipasi
 Membahas temuan-temuan atau permasalahan dan langkah perbaikannya
 Laporan status dan pelaksanaan aktivitas HSE dari masing-masing subkontraktor
 Laporan dari status pelatihan HSE

Toolbox HSSE Meeting (setiap hari)


Toolbox meeting akan dilakukan sebelum pekerjaan dimulai. Pertemuan dipimpin
oleh Supervisor, HSE officer dan dihadiri oleh semua orang yang terlibat dalam
pekerjaan termasuk perwakilan dari klien, terutama untuk zona berbahaya.Pembahasan
mengenai prosedur kerja, kemajuan proyek dari pekerjaan sebelumnya dan masalah
muncul selama pekerjaan jika ada, identifikasi bahaya dan penilaian risiko, peran dan
tanggung jawab. Laporan toolbox meeting dan daftar hadir dicatat dan disimpan oleh
Supervisor HSE dan diserahkan kepada HSE Koordinator
Rapat HSSE Committee
Rapat Komite HSSE dilakukan sebanyak 1 kali dalam 3 bulan atau pada saat mendadak
jika diperlukan, dan dipimpin oleh ketua Komite HSE. Dihadiri oleh seluruh anggota
HSE.
Manajemen HSSE Subkontraktor
Secara umum, calon subkontraktor sebelum mengajukan penawaran atau dalam
tahap aanwijzing sudah di jelaskan tentang persyaratan/ketentuan Sistem K3LH jika
nantinya terpilih sebagai sub-kontraktor.

Secara khusus, sub-kontraktor terpilih wajib meminta persetujuan dari team PT.ARODYA
BIRU PERSADA terhadap Rencana Pelaksanaan Sub-kontraktor dan dalam melaksanakan
pekerjaan di proyek wajib mengikuti peraturan yang ditentukan di PT.ARODYA BIRU
PERSADA.
4. RISK ASSESSMENT
PROSEDUR HAZARD IDENTIFICATION WITH RISK ASSESSMENT & JSA METHOD

I. PENDAHULUAN

Untuk memperoleh kepastian akan keselamatan atas diri kita dan orang- orang yang berada
disekitar kita saat melakukan suatu pekerjaan, maka kita perlu untuk melakukan suatu
identifikasi bahaya (hazard identification), dimana bahaya- bahaya yang berada didalam atau
disekitar kita harus benar- benar kita kenali (identifikasi) untuk mengambil langkah yang tepat
guna mencegah atau menghindari terjadinya suatu kecelakaan.

Dalam hal kita akan melaksanakan tugas- tugas berbahaya disuatu tempat kerja, maka yang
perlu kita lakukan terlebih dahulu adalah melakukan penilaian resiko terhadap tugas- tugas
berbahaya tersebut. Hal ini perlu kita lakukan untuk menilai seberapa besar tingkat resiko (risk
level) dari setiap urutan langkah tugas berbahaya tersebut guna menentukan cara pengendalian
atau kegiatan yang diperlukan untuk mengatasi resiko- resiko yang ada pada pekerjaan
tersebut.

II. BATASAN

Bahaya (hazard) adalah sifat-sifat yang ada dan melekat pada suatu bahan (material)/ kondisi
atau proses yang dapat mengakibatkan cidera atau kerusakan terhadap manusia, peralatan
dan lingkungan.

Suatu bahaya tidak berasal dari kegagalan benda itu sendiri. Bahaya dapat muncul dari beberapa
benda yang saling mempengaruhi satu sama lain (misalnya reaksi kimia)

Beberapa contoh bahaya dapat terlihat pada :

* Manusia - Sifat ceroboh seorang karyawan

* Bahan - Mudah terbakarnya suatu jenis bahan bakar minyak tertentu

* Lingkungan - Kondisi tempat kerja yang licin.

Resiko (risk) adalah besarnya kemungkinan terjadinya suatu kecelakaan terhadap


manusia, peralatan atau lingkungan sebagai akibat dari adanya bahaya dan besarnya
akibat yang dapat ditimbulkannya (Consequences).

Consequences : Tingkat keparahan dari suatu kecelakaan yang mungkin terjadi.

Jenis dan contoh Bahaya (Type and example of hazard)

Untuk memudahkan kita dalam mengklasifikasikan macam bahaya yang ada ditempat
kerja, bahaya dapat dikelompokan dalam beberapa jenis.
a. Bahaya dari tindakan tidak aman (unsafe act hazard) yaitu bahaya- bahaya yang
timbul sebagai akibat dilakukannya suatu tindakan tidak aman oleh seseorang atau
karyawan disuatu lingkungan kerja.
Misalnya : Pengemudi yang selalu menjalankan kendaraan melewati batas yang telah
ditentukan baik oleh aturan perusahaan maupun pemerintah setempat

b. Bahaya dari kondisi tidak aman (unsafe condition hazard) adalah bahaya- bahaya yang
timbul sebagai akibat adanya suatu kondisi yang tidak aman ditempat kerja.
Misalnya : Lantai yang licin.

c. Bahaya dari faktor pribadi manusia (personal factor hazard) yaitu bahaya yang timbul
sebagai akibat adanya faktor pribadi seorang manusia/ karyawan yang tidak
seharusnya disuatu tempat kerja.
Misalnya : Sikap seorang yang pemarah atau faktor pelalaiannya.

d. Bahaya dari faktor pekerjaan (job factor hazard) adalah bahaya yang timbul akibat adanya
suatu tugas atau pekerjaan yang tidak aman untuk dilaksanakan oleh seorang
karyawan disuatu lingkungan kerja.
Misalnya : Sulitnya suatu tugas untuk dilaksanakan atau karena tugas / pekerjaan tersebut
jarang dilakukan.

e. Bahaya dari Manajerial (Managerial Hazard) adalah bahaya yang timbul sebagai
akibat adanya kelemahan Sistim manajemen disuatu lingkungan kerja.
Misalnya : Tidak adanya system kontrol atau rencana kerja yang tidak layak.

Mengenali Bahaya (Hazard Identification) Apakah identifikasi

bahaya ?

Yang dimaksud dengan identifikasi bahaya adalah usaha- usaha untuk mengetahui, mengenal
dan memperkirakan adanya bahaya pada suatu sistim (peralatan, unit kerja, prosedur dan
sebagainya). Pekerjaan itu meliputi kegiatan menganalisa dan menemukan bahaya pada
bagian - bagian dari sistim (sub-sistim), waktu, urutan aktifitas dan juga menghitung
kemungkinan- kemungkinan yang timbul dan akibat yang akan dihasilkan oleh bahaya
tersebut.

Kegunaan identifikasi bahaya.


Identifikasi bahaya mempunyai kegunaan untuk :

a. Mengetahui bahaya- bahaya yang ada


b. Mengetahui potensi bahaya tersebut, baik akibat maupun kekerapan terjadinya
c. Mengetahui lokasi bahaya
d. Menunjukkan bahwa bahaya- bahaya tertentu telah dapat diberikan perlindungan
e. Menunjukkan bahwa bahaya- bahaya tertentu tidak akan menimbulkan akibat
kecelakaan sehingga tidak perlu diberikan perlindungan

tode- Metode Mengidentifikasi Bahaya

Mengidentifikasi bahaya dilingkungan kerja merupakan suatu cara untuk melakukan salah satu
fungsi kontrol manajemen dengan tujuan untuk menghilangkan atau paling tidak
mengurangi resiko atau potensi yang dapat menimbulkan kecelakaan yang berakibat cidera /
kerusakan, baik terhadap karyawan maupun asset perusahaan lainnya.

Berikut adalah beberapa kegiatan yang digunakan dalam mengidentifikasi bahaya didalam
atau disekitar lingkungan kerja :
a. Observasi (Observation) yaitu suatu kegiatan peninjauan umum dan tidak mendalam
atas suatu daerah atau proses kerja. Pada saat dilakukan observasi di suatu daerah
atau proses kerja, secara langsung kita dapat memperhatikan atau mengidentifikasi
bahaya- bahaya yang ada didaerah kerja tersebut.
Misalnya : Melaksanakan observasi sewaktu- waktu (unschedule observation) yang
dilakukan oleh seorang manajer atau pengawas terhadap situasi atau kondisi yang
menjadi tanggung jawabnya.
b. Inspeksi (Inspection) adalah suatu kegiatan pengamatan yang dilakukan secara umum,
secara berkala dan mendalam atas suatu objek atau daerah. Ketika dilakukan inspeksi atas
suatu daerah, secara langsung kita dapat memperhatikan atau mengidentifikasi bahaya-
bahaya yang terdapat pada objek atau daerah kerja tersebut.
Misalnya : Inspeksi bulanan dalam bentuk Joint Inspection Team yang dilaksanakan
oleh suatu team yang terdiri dari beberapa macam bagian.
c. Pengauditan (Auditing) adalah suatu kegiatan pengamatan secara komprehensif
(umum, menyeluruh, mendalam, berkala) yang merupakan suatu alat untuk mengukur
kinerja K3 pada sistim operasi suatu perusahaan termasuk sistim administrasi yang
mencakup PEME disetiap elemen kegiatan perusahaan dengan menggunakan standar
tertentu guna dapat menilai dan memberikan rekomendasi- rekomendasi perbaikan.
Misalnya : Audit sistim pada suatu perusahaan dengan jangka waktu tertentu (1 tahun).

Metode Penetapan Tingkat Resiko

Setelah suatu bahaya teridentifikasi, maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisa
terhadap bahaya- bahaya yang telah teridentifikasi tersebut sehingga dapat diketahui “
tingkat resiko “ (risk level) nya. Bilamana tingkat resiko tersebut sudah diketahui, maka
langkah selanjutnya adalah melakukan evaluasi bahaya / resiko yang telah ada untuk
menetapkan metode pengendalian yang akan digunakan beserta skala prioritasnya. Kedua
langkah tersebut (Analisa Bahaya dan Evaluasi Resiko) disebut sebagai “ Penilaian Resiko “
(Risk Assessment).
Analisa Resiko (risk analysis)

Analisa resiko adalah suatu proses analisa untuk menilai resiko serta mengidentifikasi
tindakan- tindakan yang diperlukan guna menghilangkan atau mengurangi resiko sehinggga
kondisi diatas dapat dikategorikan sebagai “ Acceptable Risk ”.

Analisa resiko merupakan suatu alat (tool) yang sangat berguna sekali untuk melakukan
perbaikan- perbaikan dalam usaha keselamatan. Analisa resiko sangat tepat sekali
apabila digunakan sebelum melakukan suatu pekerjaan yang sifatnya baru, misalnya
dalam rangka pengenalan untuk suatu mesin yang baru.

Analisa resiko dapat dilakukan melalui perorangan, namun akan lebih berhasil bila dilakukan
oleh suatu team (kelompok), dimana semua yang terlibat akan menyumbangkan pikiran
dan pengalamannya.

Pengontrolan bahaya tidak hanya dilakukan sebagai suatu reaksi terhadap suatu kecelakaan
yang terjadi atau akibat dari suatu inspeksi- inspeksi yang telah dilakukan ditempat kerja.
Manajemen dan para pekerja dapat lebih pro-aktif. Hal ini perlu untuk meyakinkan bahwa
suatu hal yang sangat penting harus dilakukan terlebih dahulu.

III. PENILAIAN RESIKO (RISK ASSESSMENT)

Risk Assessment adalah suatu proses analisa untuk menilai resiko, serta mengidentifikasi
tindakan- tindakan kontrol yang diperlukan untuk menghilangkan atau mengurangi resiko yang
ada sehinggga kondisi diatas dapat dikategorikan sebagai “ acceptable risk ” (resiko yang
masih dapat diterima dalam batas-batas toleransi).

Didalam suatu aktifitas yang bersifat umum dimana mencakup beraneka ragam kegiatan,
biasanya ditemukan kesulitan-kesulitan untuk mengidentifikasi bahaya-bahaya (hazards) dan
resiko (risk) yang mungkin timbul, sehinggga pada akhirnya kita juga mendapat kesulitan
untuk melakukan atau memprioritaskan tindakan-tindakan pencegahan dan peralatan-
peralatan yang diperlukan.

Penilayan resiko harus dilakukan oleh personil kunci bagian operasional di semua tempat
kerja sebelum dimulainya pekerjaan. Penilaian resiko merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
oleh suatu tim untuk menilai potensi bahaya dan dinyatakan melalui Tingkat Resiko (Risk
Level) dari setiap langkah- langkah tugas yang ada pada suatu jenis pekerjaan serta
dilengkapi dengan suatu rekomendasi teknik pengendalian atau kegiatan yang diperlukan untuk
mencegah terjadinya suatu kecelakaan yang disebabkan oleh pelaksanaan pekerjaan atau tugas-
tugas berbahaya tersebut.
Pada bagian awal dari modul pelatihan ini kita telah membicarakan tentang bahaya ditempat
kerja dan setelah bahaya- bahaya tersebut teridentifikasi ditempat kerja, langkah selanjutnya
adalah melakukan penilaian resiko (risk assessment / RA). Kegiatan ini perlu dilakukan
untuk menilai seberapa besar “ tingkat resiko “ (risk level) yang ada dari setiap urutan
langkah kerja serta untuk menentukan cara pengendalian yang diperlukan guna mengatasi
bahaya- bahaya yang terdapat pada pekerjaan tersebut. Hal ini sangat berkaitan dengan
kegiatan pengidentifikasian bahaya dan penilaian resiko.

Tujuan dari Teknik Penilaian Resiko adalah memberikan tanggung jawab jajaran pengawas untuk
menerapkan teknik yang sesuai yang dapat diterima untuk Pengelolaan Resiko.
Mengorganisir Team Penilaian Resiko

Team penilaian resiko harus terdiri dari karyawan yang sesuai dengan pengalamannya. Ketua
team harus memiliki pengalaman dan pelatihan yang diperlukan dalam pelaksanaan Penilaian
Resiko.

Mereka yang bergabung dalam team tersebut adalah Manager, Supervisor yang memiliki
tanggung jawab untuk melaksanakannya. Mereka bertanggung jawab terhadap tugas yang
terkait dengan produksi, kualitas, biaya, keselamatan kerja dan faktor- faktor lainnya, dan
mereka yang lebih tahu dibanding dengan karyawan luar tentang cara melaksanakan tugas
tersebut.

Setiap anggota team harus diberi kesempatan menyiapkan diri lebih awal, dan selanjutnya
akan dilengkapi dengan prosedur, gambar- gambar, desain dan tata letak yang sesuai.
Sebelum melakukan penilaian resiko, bagian keselamatan supaya diberitahu dan dijelaskan
mengenai ruang lingkup penilaian resiko tersebut. Jika dianggap perlu, bagian keselamatan dapat
mengikuti penilaian resiko tersebut.

Langkah- Langkah Risk Assessment

Langkah pertama dalam risk assessment melibatkan identifikasi yang sistimatik dari berbagai
fungsi/ disiplin kerja yang ada di perusahaan. Secara tipikal akan melibatkan
pengidentifikasian jabatan dari masing-masing nama jabatan.

Langkah selanjutnya membutuhkan disiplin normal yang berkaitan dengan aktivitas kerja
teridentifikasi jelas dan dicatat dalam nama jabatan. Identifikasi aktivitasi kerja dan
penilaian resiko harus dilakukan sebagai praktek-prakek kerja bersama antara Supervisor dari
disiplin kerja yang ada dengan satu atau lebih banyak karyawan yang dipekerjakan oleh
perusahaan dibawah fungsi / disiplin yang selalu di evaluasi
Seluruh fungsi kerja yang relevan pada perusahaan dievaluasi dengan menggunakan
Sistim penilaian resiko (risk assessment), formulir-formulir yang sudah dilengkapi sesuai
dengan disiplin
kerja agar disediakan di tempat kerja dengan tembusan diberikan kepada bagian keselamatan
sebagai catatan.
Merupakan tanggung jawab jajaran Manager, Supervisor untuk memastikan bahwa
keberadaan penilaian resiko (risk assessment) untuk semua fungsi kerja secara langsung
berada di bawah pengaruhnya. Dalam hal ini mereka akan membantu bila diperlukan oleh
Supervisor dan bagian keselamatan
Pelaksanaan risk assessment selalu diawali dengan mengidentifikasi semua bahaya-bahaya
(hazards) yang ada ditempat yang akan dianalisa. Identifikasi bahaya merupakan hal yang
sangat penting didalam penilaian resiko (risk assessment) karena semua analisa akan berawal
dari sini.

Penentuan Resiko

Setelah mengidentifikasi bahaya-bahaya yang ada, selanjutnya ditentukan besarnya kemungkinan


timbulnya suatu kecelakaan yang diakibatkan oleh suatu bahaya (Likelihood / Probability)
dan besarnya tingkat keparahan (Consequences) yang dapat diakibatkan oleh bahaya
diatas.

Probability dalam pengertian penaksiran resiko (Risk Assessment) adalah keseringan


munculnya situasi tidak aman, yang mengakibatkan efek yang telah teridentifikasi. Penentuan
‘Probability’ dan ‘Consequences’ dibagi atas tiga (3) tingkatan :

HIGH = Tinggi (H) , MEDIUM = Sedang (M) LOW = Rendah


(L), dimana masing- masing tingkatan tersebut memiliki nilai :
HIGH = 3, MEDIUM = 2, LOW = 1

Untuk menentukan bagaimana memberikan nilai pada setiap bahaya, dapat dilihat pada table
#.1. dan table #.2. dibawah ini.
LIKELIHOOD / PROBABILITY = KEMUNGKINAN
Suatu kejadian yang terjadi berulang-ulang (sering) atau terjadi sekali
3 HIGH atau
lebih dalam setahun dan diidentifikasikan sebagai sesuatu yang dapat
menimbulkan masalah.
Suatu kejadian yang sering terjadi tetapi dengan kekerapan yang lebih
2 MEDIUM jarang
(Kadang- kadang) atau terjadi sekali atau lebih dalam lima tahun dan
diidentifikasikan sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan masalah.
Suatu kejadian yang sulit/ sangat jarang terjadi (mungkin terjadi dalam
1 LOW kehidupan fasilitas tersebut) tetapi tetap diidentifikasikan sebagai
sesuatu
yang dapat menimbulkan masalah.
Tabel #.1.
KLASIFIKASI BAHAYA – BERDASARKAN KONSEKUENSI
(CONSEQUENCES = HAZARD EFFECT (TINGKAT KEPARAHAN)
Suatu kondisi atau praktek yang mungkin menyebabkan kecelakaan
berakibat cacat tetap, kematian, kerusakan parah pada struktur
bangunan
/ instalasi, bahan atau peralatan, dan kerusakan lingkungan yang
berkepanjangan. Misalnya :
HIGH Tidak adanya pelindung pada mesin berputar.
3
( KLAS A ) Pekerja pemeliharaan ditemukan masuk kedalam ruang terbatas
tanpa menggunakan ijin kerja
Terjadinya kebocoran minyak yang cukup berarti dan terserap ke
permukaan tanah atau terbawa air hujan.
Personnel - kecelakaan lost time (> 21 hari)
Equipment - Kerusakan peralatan > US.$ 5.000
Production - Kehilangan produsi > US.$ 5.000
Suatu kondisi atau praktek yang mungkin menyebabkan kecelakaan
berakibat cidera serius atau sakit, (mengakibatkan tidak mampu
sementara), kerusakan lingkungan yang serius (dalam waktu singkat)
atau tidak mengikuti peraturan atau asset perusahaan terganggu,
tetapi tidak separah Klas A. Misalnya :
MEDIUM
2 Kondisi jalan yang licin ditemukan didaerah koridor kantor.
( KLAS B
Anak tangga bagian bawah untuk masuk kekantor rusak.
)
Sisa bahan berbahaya ditemukan ditempat pembuangan sampah umum.
Personnel - kecelakaan lost time (antara 1 – 21
hari) Equipment - Kerusakan peralatan > US$ 500 – US
$ 4,999. Production - Kehilangan produsi > US$ 500 –
US $ 4,999.
Suatu kondisi atau praktek yang mungkin menyebabkan kecelakaan
berakibat ringan (tidak cidera) atau sakit. Tidak mengganggu asset
perusahaan, atau kerusakan lingkungannya kecil. Misalnya :
Tukang kayu ditemukan ketika menangani kayu tidak menggunakan
LOW sarung tangan.
1
( KLAS C ) Lapisan- lapisan berminyak ditemukan dipermukaan air yang tergenang,
menunjukkan terjadinya tumpahan minyak yang kecil.
Personnel - kecelakaan lost time (0 hari)
Equipment - Kerusakan peralatan < US.$ 500.
Production - Kehilangan produsi < US.$ 500.
Tabel #.2.
Tingkat resiko (Risk Level)
Adalah tingkatan resiko yang diakibatkan oleh adanya suatu hazard (bahaya). Setelah
menentukan besarnya ” Probability dan Consequences “ langkah selanjutnya adalah
mengalikan nilai-nilai dari “ Probability ” dengan “ Consequences ” sehinggga didapat
suatu nilai. Nilai inilah yang akan menentukan tingkatan dari suatu ‘ Risk ’ ( Resiko )
dengan menggunakan alat bantu matrik.
Untuk lebih jelasnya perhatikan table #.3. berikut.
TINGKAT RESIKO (RISK LEVEL)

H H H H
KEMUNGKINAN

M M H H
PROBABILITY

L L M H

L M H

AKIBAT BAHAYA = CONSEQUENCES / HAZARD EFFECT


Tabel #.3

Apabila hasil perkalian dari “Probability” dengan “Consequences” menghasilkan nilai 1 (satu),
maka tingkatan ini dikategorikan sebagai LOW. Selanjutnya apabila hasil perkalian dari
“Probability” dengan “Consequences” menghasilkan nilai 2 (dua), maka tingkatan ini
dikategorikan sebagai MEDIUM. Dan apabila hasil dari “Probability” dengan “Consequences”
menghasilkan nilai 3 (tiga) atau lebih, resiko tersebut dikategorikan HIGH.

IV. MELAKUKAN PENAKSIRAN

Untuk menaksir (assesses), apakah suatu aktivitas aman untuk dikerjakan, kita perlu untuk
mengidentifikasi bahaya yang ada, akibat bahaya dan probability (kemungkinan tingkat terjadinya).
Untuk melakukan penaksiran, maka pertanyaan berikut ini harus dijawab :
* Apa yang salah ?
* Apa yang bisa terjadi ?
* Seberapa parah akibat yang ditimbulkan ?
* Bagaimana tingkat kemungkinan terjadinya ?

Dari jawaban pertanyaan tersebut di atas anda bisa mendapatkan :

* Resiko apa yang terkandung di dalam aktivitas tersebut


* Apakah pekerjaan tersebut aman untuk dikerjakan
* Apakah resiko yang ada bisa diterima

Tidak ada definisi yang pasti tentang resiko yang bisa diterima. Pada dasarnya resiko yang
bisa diterima adalah suatu kondisi yg telah diukur keberadaannya, akibatnya, keparahannya,
kemungkinan terjadinya, pengendaliaannya dan mampu menanggulangi atau mengatasinya.
Petunjuk Mengidentifikasi Bahaya

Pada saat melakukan pengujian aktivitas untuk mengidentifikasi bahaya, tanyakan pada diri anda
pertanyaan berikut :

¢ Apakah anda telah tahu pasti tentang apa yang akan dikerjakan ?
¢ Material apa yang terlibat ?
¢ Peralatan atau perkakas apa yang digunakan ?
¢ Kapan aktivitas ini dilakukan ? (siang, malam, hari libur dll)
¢ Dimana aktivitas ini dilakukan (diketinggian, ruang terbatas, dll)
¢ Apakah aktivitas ini membahayakan orang, peralatan atau aktivitas lain.
¢ Apakah aktivitas ini dipengaruhi / diakibatkan oleh orang, peralatan atau aktivitas lain.

Pelajari pengalaman kecelakaan yang pernah terjadi. berdasarkan analisa kecelakaan. Berikut adalah
jenis kejadian kontak yang mengakibatkan terjadinya kecelakaan :

1. Menabrak (membentur) benda diam / bergerak


2. Ditabrak (terpukul/ tertubruk oleh benda diam atau bergerak
3. Jatuh ke level yang lebih rendah
4. Jatuh pada elevasi yang sama/ datar
5. Tertusuk (terkena benda runcing)
6. Tertangkap, terjerat atau terjebak pada (benda bergerak)
7. Terjebak diantara, didalam atau dibawah reruntuhan,
8. Kontak dengan (listrik, panas, kebisingan)
9. Terlalu tegang (over stress)
10. Kegagalan mesin / peralatan
11. Masalah pencemaran

Contoh penerapan mengukur efek bahaya pada :

Keterangan Item Pekerjaan Pengadaan dan Pemasangan Geomembran HDPE secara CallOf Order
(COO) untuk lokasi pemboran Field dan Areda Field PT.PERTAMINA EP ASSET 2 oleh PT. ARODYA
BIRU PERSADA selama Periode Pekerjaan, berikut jenis kegiatan :

A. Pekerjaan Umum
1. Menyiapkan izin kerja, tenaga kerja (termasuk tenaga jaga malam) dan dokumentasi,
pembuatan laporan (awal, harian, akhir)
2. Penyediaan APD (Safety Boot, Coverall, Safety helmet, glasses, hand gloves)
3. Mengadakan HSE Event meeting (min. 1 minggu 1 kali)
4. Penyediaan Rambu-rambu keselamatan, dsb
B. Pembuatan Tenda Kerja Sementara
1. Memasang kerangka tenda dari kayu bulat Uk. Ø 5 - 7 cm
2. Memasang tiang dari kayu bulat Uk. Ø 10 - 15 cm termasuk gali tanah
3. Memasang atap terpal plastik

C. Transportasi Kerja dan Material


1. Transportasi material (mobil truck)
2. Transportasi pekerja skill (contoh : Ford Everest, Pajero, dsb)

D. Pemasangan Geomembran HDPE


1. Pekerjaan persiapan, pembersihan, perapihan permukaan bak lumpur
2. Pemasangan geomembrane HDPE (all in termasuk material, mobilisasi, penyambungan, angkut, galian
tanah, pemompaan air dan pengetesan sesuai ST&K)
3. Memasang pagar keliling sementara dari kayu dengan tinggi 1 meter

E. Pemasangan plastik super A.16


1. Memasang ring penggapit plastik bak air bersih dan bak sampah
2. Memasang dan menjahit plastik bak air bersih dan bak sampah
3. Memasang pagar keliling sementara dari kayu tinggi 1 meter

F. Pekerjaan pembersihan
1. Pekerjaan membersihan areal lokasi

I.1. Identifikasi Potensi Bahaya

Pada tahap ini dilakukan proses analisis potensi bahaya untuk msing-masing kegiatan dalam kegiatan
pekerjaan. Berikut merupakan tabel potensi bahaya pada tiap Item Pekerjaan

A. Pekerjaan Umum
No. Jenis Kegiatan Potensi Bahaya
1 Menyiapkan izin kerja, tenaga kerja Terkilir, terluka
2 Penyediaan APD Terluka
3 Penyediaan Rambu-rambu keselamatan Terluka, cidera

B. PembB.Pembuatan Tenda Kerja Sementara

No. Jenis Kegiatan Potensi Bahaya

Memasang kerangka tenda dari kayu bulat Uk. Ø 5 - Terluka, tertimpa, jatuh dari
1
7 cm ketinggian

Memasang tiang dari kayu bulat Uk. Ø 10 - 15 cm


2 Terluka, tertimpa kayu
termasuk gali tanah
3 Memasang atap terpal plastik Terluka, jatuh dari ketinggian
C. Transportasi dan Material
No. Jenis Kegiatan Potensi Bahaya

Terjepit material, kecelakaan


1 Transportasi material (mobil truck)
lalu lintas

Terjatuh dari mobil,


2 Transportasi pekerja skill
kecelakaan lalu lintas
D. Pemasangan Geomembran HDPE

No. Jenis Kegiatan Potensi Bahaya

Pekerjaan persiapan, pembersihan, perapihan Terluka, terperosok ke bak


1
permukaan bak lumpur lumpur
Pemasangan geomembrane HDPE (all in termasuk
Terluka, sengatan listrik,
2 material, mobilisasi, penyambungan, angkut, galian
terperosok ke bak lumpur
tanah, pemompaan air dan pengetesan sesuai ST&K)
Memasang pagar keliling sementara dari kayu
3 Terluka, terpukul palu
dengan tinggi 1 meter

E. Pemasangan plastik super A.16


No. Jenis Kegiatan Potensi Bahaya

Memasang ring penggapit plastik bak air bersih dan


1 Terluka, terjepit
bak sampah

Memasang dan menjahit plastik bak air bersih dan


2 Terluka, terjatuh
bak sampah
Memasang pagar keliling sementara dari kayu tinggi
3 Terluka, terpukul palu
1 meter

F. Pekerjaan pembersihan

No. Jenis Kegiatan Potensi Bahaya

Terluka, cidera
1 Pekerjaan membersihkan areal lokasi
Kemudian, apa yang dimaksud dengan probability ?

Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa probability adalah keseringan munculnya situasi
tidak aman, yang mengakibatkan efek yang telah teridentifikasi, maka kunci untuk menilai
probability adalah dengan menjawab pertanyaan berikut :

• Mungkinkah bahaya akan muncul setiap pekerjaan dilakukan, atau sekali dalam 5 atau 50
pekerjaan, atau sekali seumur hidup ?
• Jika situasi tidak aman muncul, apakah selalu menimbulkan akibat ?
• Pada saat mengerjakan suatu jenis pekerjaan, orang yang mengerjakan atau peralatan
yang digunakan yang memiliki efek pada probability ?

APAKAH RESIKO ITU ?


RESIKO DIDEFINISIKAN SEBAGAI : EFEK BAHAYA X PROBABILITY
I.2. Penilaian Keparahan (Severity)
Penilaian risiko berdasarkan potensi bahaya yang dapat terjadi berdasarkan klasifikasi
tingkat keparahan bahaya (severity).

A. Pekerjaan Umum
Keparahan
No. Jenis Kegiatan Potensi Bahaya Uraian Bahaya
Catagory Skor
Menyiapkan izin kerja, Hanya membutuhkan
1 Terkilir, terluka IV 1
tenaga kerja Pertolongan Pertama

Hanya membutuhkan
2 Penyediaan APD Terluka IV 1
Pertolongan Pertama

Penyediaan Rambu- Hanya membutuhkan


3 Terluka, cidera IV 1
rambu keselamatan Pertolongan Pertama

B. Pembuatan Tenda Kerja Sementara


Keparahan
No. Jenis Kegiatan Potensi Bahaya Uraian Bahaya
Catagory Skor
Memasang kerangka Terluka,
Hanya membutuhkan
1 tenda dari kayu bulat tertimpa, jatuh IV 1
Pertolongan Pertama
Uk. Ø 5 - 7 cm dari ketinggian
Memasang tiang dari
kayu bulat Uk. Ø 10 - Terluka, Hanya membutuhkan
2 IV 1
15 cm termasuk gali tertimpa kayu Pertolongan Pertama
tanah
Memasang atap terpal Terluka, jatuh Hanya membutuhkan
3 IV 1
plastik dari ketinggian Pertolongan Pertama
C. Transportasi Kerja dan Material
Keparahan
No. Jenis Kegiatan Potensi Bahaya Uraian Bahaya
Catagory Skor
Terjepit
Transportasi material material, Breaking tidak baik, slip
1 II 3
(mobil truck) kecelakaan lalu akibat ban sudah aus
lintas
Terjatuh dari
Transportasi pekerja mobil, Senggolan akibat fungsi
2 III 2
skill kecelakaan lalu lampu-lampu tidak baik
lintas

D. Pemasangan Geomembran HDPE


Potensi Keparahan
No. Jenis Kegiatan Uraian Bahaya
Bahaya Catagory Skor
Pekerjaan persiapan,
Terluka,
pembersihan, Hanya membutuhkan
1 terperosok ke IV 1
perapihan permukaan Pertolongan Pertama
bak lumpur
bak lumpur
Pemasangan
geomembrane HDPE
(all in termasuk Terluka,
material, mobilisasi, sengatan
Hanya membutuhkan
2 penyambungan, listrik, IV 1
Pertolongan Pertama
angkut, galian tanah, terperosok ke
pemompaan air dan bak lumpur
pengetesan sesuai
ST&K)
Memasang pagar
keliling sementara dari Terluka, Hanya membutuhkan
3 IV 1
kayu dengan tinggi 1 terpukul palu Pertolongan Pertama
meter

E. Pemasangan plastik super A.16


Potensi Keparahan
No. Jenis Kegiatan Uraian Bahaya
Bahaya Catagory Skor
Memasang ring
penggapit plastik bak Terluka, Hanya membutuhkan
1 IV 1
air bersih dan bak terjepit Pertolongan Pertama
sampah
Memasang dan
menjahit plastik bak air Terluka, Hanya membutuhkan
2 IV 1
bersih dan bak sampah terjatuh Pertolongan Pertama

Memasang pagar Terluka,


Hanya membutuhkan
3 keliling sementara dari terpukul IV 1
Pertolongan Pertama
kayu tinggi 1 meter palu

F. Pekerjaan pembersihan
Potensi Keparahan
No. Jenis Kegiatan Uraian Bahaya
Bahaya Catagory Skor
Pekerjaan
Terluka, Hanya membutuhkan
1 membersihkan areal IV 1
cidera Pertolongan Pertama
lokasi
V. URUTAN PENGENDALIAN RESIKO (RISK CONTROL)

Pengendalian resiko (risk control) harus dilakukan secara berurutan atau berdasarkan sesuai
dengan yang telah direkomendasikan. Pengendalian resiko tersebut harus dicoba dengan
menggunakan teknik pengendalian urutan pertama. Bila teknik pertama tersebut tidak
memungkinkan dilakukan maka harus dicoba dengan menggunakan teknik berikutnya sesuai
dengan urutan- uratan yang direkomendasikan. Demikian seterusnya sampai pada urutan
terakhir.

Berikut adalah urutan- urutan cara pengendalian resiko yang telah direkomendasikan sesuai
dengan ketentuan dimana susunannya tidak boleh ditukar- tukar :

1. Identifikasi
2. Evaluasi
3. Pengendalian :

a. Teknik Eliminasi / Penghapusan (Elimination Technique) - Hilangkan benda, daerah atau


proses yang berbahaya
b. Teknik Substitusi / Penggantian (Substitution Technique) - Ganti benda, daerah atau
proses yang berbahaya tersebut dengan sesuatu yang kurang berbahaya
c. Teknik Pengendalian Rekayasa (Engineering Control Technique) - Isolasi atau pisahkan
benda, daerah atau proses yang berbahaya tersebut dari diri karyawan, peralatan atau
lingkungan di daerah kerja tersebut melalui teknik rekayasa yang ada
d. Teknik Pengendalian Administratif (Administrative Control Technique) - Kurangi resiko
yang ada dengan menggunakan teknik- teknik administrative, termasuk penetapan
standar keselamatan, prosedur, penilaian resiko (risk assessment), sistem ijin kerja
(work permit system), pelatihan (training), penolakan untuk melakukan pekerjaan
(refusal to work)
e. Penggunaan Alat Pelindung Diri (Wearing – Personal Protective Equipment) -
Penggunaan PPE merupakan cara terakhir yang harus dilakukan apabila cara- cara
tersebut diatas sudah tidak mungkin untuk dilakukan.

4. Monitoring - Inspeksi, uji (Competency)


Contoh kontrol adalah memperbaiki lingkungan kerja, pembuatan prosedur, penambahan
peralatan darurat, pelatihan pemadaman kebakaran, P3K dan lain lain.
Sedangkan program- program yang diperlukan untuk mengontrol bahaya antara lain adalah :
1. Perencanaan
2. Menentukan sasaran yang diperlukan
3. Pelatihan
Contoh kontrol adalah memperbaiki lingkungan kerja, pembuatan prosedur, penambahan
peralatan darurat, pelatihan pemadaman kebakaran, P3K dan lain lain.

VI. ANALISA KESELAMATAN PEKERJAAN (Job Safety Analysis)


Analisa Keselamatan Pekerjaan merupakan salah satu cara selain metode Penilaian Resiko (Risk
Assessment) yang dapat digunakan untuk meneliti bahaya- bahaya yang ada pada tiap- tiap
langkah pekerjaan kemudian mencari penyelesaian dari masing- masing bahaya tersebut
sehingga bahaya- bahaya dimaksud dapat dilenyapkan atau dikendalikan.

Untuk membuat suatu analisa keselamatan pekerjaan ada 4 (empat) aspek tentang keselamatan
kerja yang perlu dipertimbangkan didalam perencanaan kerja yaitu :

 Adakah tempat kerja tersebut aman ?


 Adakah peralatan kerja yang dipergunakan memberikan keamanan ?
 Adakah prosedur- prosedur yang tersedia memberikan keamanan ?
 Adakah orang- orang dilatih untuk bekerja dengan aman ?

Analisa keselamatan pekerjaan biasanya dibuat berdasarkan pengamatan terhadap karyawan


yang berpengalaman dalam melakukan suatu jenis pekerjaan atau melalui diskusi dengan
mereka. Dengan cara ini dapat diketahui bagaimana urutan pekerjaan tersebut dan apa saja
bahayanya.

Pada saat membuat suatu prosedur agar disebutkan seluruh tindakan- tindakan yang akan
dilakukan didalam suatu pekerjaan, pikirkan bahaya- bahaya yang mungkin timbul dari setiap
tindakan dan kemudian atasi bahaya- bahaya tersebut.

Pembuatan J.S.A didasari pada pemikiran bahwa :

 Setiap kecelakaan selalu ada penyebabnya


 Setiap jenis pekerjaan atau tugas dapat diuraikan kedalam satu urutan tahapan yang
sederhana
 Setiap tahapan pekerjaan dapat diketahui bahayanya
 Setiap bahaya yang ada pada setiap tahapan pekerjaan tersebut dapat diatasi agar
tidak menyebabkan kecelakaan
Tanggung Jawab Pembuatan J.S.A

 Ia adalah orang yang paling menguasai dan paling mempunyai kepentingan langsung
dengan setiap jenis pekerjaan yang menjadi tugas bawahannya.
 Ia adalah orang yang paling mempunyai kepentingan langsung untuk menyelamatkan
bawahannya dari kecelakaan
 Ia adalah orang yang mempunyai catatan paling lengkap tentang kecelakaan
atau nearmiss (hampir celaka) yang terjadi pada setiap jenis pekerjaan tersebut
 Ia adalah orang yang paling menguasai prosedur dan peraturan kerja untuk jenis
pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya

Langkah–langkah yang harus dilakukan untuk melakukan Analisa Keselamatan Pekerjaan :

 Memilih suatu pekerjaan yang akan dianalisa


 Memerinci dan mendaftar semua bahaya- bahaya yang mungkin ada atau yang
potensial terjadinya kecelakaan
 Cari, teliti dan temukan serta kembangkanlah cara- cara melenyapkan bahaya-
bahaya yang telah terdaftar & terperinci tersebut.

Memilih dan menyeleksi jenis pekerjaan yang akan dianalisa

Dalam hal memilih dan menyelesaikan jenis pekerjaan yang akan dianalisa serta memilih
prioritas pekerjaan tersebut, ada beberapa cara yang dapat dipakai sebagai pedoman
yaitu :
 Memilih jumlah kecelakaan terbanyak.
Bila dalam suatu pekerjaan sering terjadi kecelakaan, maka pekerjaan tersebut baik sekali
didahulukan dalam J.S.A.nya.

 Menimbulkan cidera terparah


Pekerjaan- pekerjaan yang mengalami kecelakaan sampai termasuk jenis “ cidera parah “
hendaknya dipertimbangkan untuk didahulukan J.S.A.nya.

 Memilih potensi terjadinya kecelakaan tertinggi


Bagi pekerjaan- pekerjaan yang diketahui mempunyai potensi terjadi kecelakaan dengan
luka- luka parah, dianjurkan segera diadakan J.S.A

 Pekerjaan- pekerjaan baru ataupun pekerjaan yang sedang dalam masa perobahan

cari titik rawan / bahaya


Berikut merupakan langkah- langkah yang dapat digunakan dalam menentukan suatu
bahaya:
 Analisa tiap- tiap langkah untuk mencari, menemukan dan memerinci bahaya-
bahaya yang ada
 Catatlah yang ditemukan tersebut pada worksheet (kertas kerja).
 Bicarakan dengan orang yang akan dilibatkan dalam pembuatan job safety
analysis tersebut dan mintalah pendapatnya
 Bicarakan dan diskusikan dengan karyawan- karyawan lain yang mempunyai
pengetahuan tentang pekerjaan yang akan dianalisa tersebut.

Mencari dan menemukan cara mengatasi bahaya

Bila bahaya telah ditemukan, langkah selanjutnya adalah mulai mencari dan menemukan cara
untuk mengatasi bahaya tersebut agar dapat dihilangkan atau dikendalikan.
Cara untuk mencari pengatasannya dengan menggunakan pertanyaan :

 Apakah
 Bagaimana
 Apakah dapat dikerjakan dengan cara lain ?
 Bagaimana seharusnya mengerjakan
 Bagaimana kalau dengan cara ini
 Apakah mesin ini tidak dapat digeser atau dilindungi ?

Jawaban atas pertanyaan harus berupa penyelesaian yang konkrit, jelas, terarah dan sangat
khusus.

Jawaban yang berupa kata- kata : hati – hati, agar lebih waspada atau lain- lain yang
serupa merupakan jawaban yang tidak ada manfaatnya sama sekali.

ngenali Bahaya yang bisa timbul

Untuk mengenali bahaya apa yang bisa timbul disetiap tahapan pekerjaan, biasanya
setiap tahapan pekerjaan tersebut harus kita amati untuk mengetahui bahaya apa saja
yang bisa timbul. Untuk itu kita perlu memakai sikap bertanya sebagai berikut :

a. Dapatkah para karyawan kontak dengan :


- Arus listrik
- Gas/ asap
- Barang yang terlalu panas/ dingin
b. Dapatkah karyawan terpukul oleh :
- Benda yang bergerak/ melayang
- Benda yang jatuh
c. Dapatkah karyawan terbentur pada :
- Benda yang diam atau bergerak
- Benda yang tajam
d. Dapatkah karyawan terjepit diantara dua barang/ benda
e. Dapatkah karyawan jatuh :
- Pada tempat yang lebih rendah
- Pada tempat yang sama tingginya (tergelincir)
f. Terlalu memforsir tenaga ketika sedang :
- Mengangkat, mendorong, menarik.

Mengatasi bahaya yang timbul

Setelah kita mengetahui dan mengenali tentang bahaya apa yang bisa timbul disetiap tahapan
pekerjaan, kemudian kita pikirkan langkah- langkah apa yang harus dilakukan agar
bahaya tersebut tidak mengakibatkan terjadinya suatu kecelakaan.

Bahaya bisa dicegah dengan cara :

a. Melakukan pekerjaan yang mempunyai bahaya terkecil :


- Merubah atau menyediakan peralatan kerja.
Misalnya : Menyiapkan “ kereta dorong “ untuk mengangkat barang.
b. Merubah kondisi fisik : misalnya : merevisi sistem engineering
c. Merubah prosedur kerja
a. Merubah frequency pelaksanaan pekerjaan
b. Menggunakan Alat pelindung diri

Bila telah terjadi perubahan tentang metode, peralatan dan lingkungan kerja serta untuk
menjaga dan menyesuaikan apakah J.S.A tersebut masih memadai untuk waktu sekarang,
maka JSA yang telah ada agar dilakukan perbaikan (revisi) untuk menjaga agar pekerjaan
yang dilakukan sesuai dengan ketentuan- ketentuan dan yang lebih penting lagi adalah
untuk mencegah kecelakaan sedini mungkin.
yang sudah jadi adalah merupakan bahan meeting yang siap dibawakan pada kegiatan- kegiatan seperti
tersebut dibawah ini :
- Safety meeting
- Training terhadap karyawan baru
- Safety Talks/ Toolbox meeting
5. PROGRAM PENGENDALIAN RESIKO

I. Kontrol Masuk ( Access Control )


 Merupakan salah satu metode/cara untuk melakukan pendataan setiap
orang/pekerja/tamu yang akan memasuki area/lokasi proyek. Sehingga jika
terjadi Emergency pengentrolan jumlah orang yang berada dilokasi proyek tetap
terpantau .
 Untuk Metode Acces Control tersebut dapat dilakukan sbb :
1. Setiap orang yang memasuki area lokasi proyek harus meninggalkan tanda pengenal
(ID Card/Bagde/Kartu Identitas) dan mengisi “BUKU TAMU”.
2. Setiap orang yang Keluar area lokasi proyek harus mengisi “BUKU TAMU” dan
tanda pengenal (ID Card/Bagde/Kartu Identitas) harus dibawa oleh orang
tersebut.

BUKU TAMU
( ACCESS CONTROL)

Nama Proyek :
Kontraktor :
Lokasi :

JAM JAM
NO TANGGAL NAMA PERUSAHAAN KEPERLUAN KET
MASUK PARAF KELUAR PARAF
II. Orientasi & Induksi HSE

Induksi dan orientasi keselamatan ini diberikan kepada karyawan tersebut pada saat hari pertama
karyawan mulai bekerja di bagian mana dipekerjakan.
Dalam induksi dan orientasi ini beberapa hal yang antara lain akan disampaikan adalah:

 Penjelasan tentang Organisasi Perusahaan, Peraturan Perusahaan, Peraturan


Pemerintah yang berhubungan dengan ketenaga kerjaan, Pernyataan kebijakan tentang
Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L).

 Tanggung jawab setiap karyawan terhadap keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan
(K3L).

 Fungsi tentang alat pelindung diri perorangan (Personal Protective Equipment) yang
harus dipakai oleh setiap orang untuk melakukan suatu pekerjaan.

 Penjelasan tentang prosedur - prosedur antara lain seperti :

- Laporan tentang kecelakaan, hampir kecelakaan dan penyimpangan (Anomaly).


- Bagaimana menangani barang dengan aman (material handling)
- Penggunaan alat pelindung diri perorangan (PPE)
- Mengemudikan kendaraan

III. Sertifikat Kompetensi & HSE


Lampiran Data / Sertifikat tenaga ahli yang terlibat di dalam project ini
IV. Sertifikasi Peralatan
Lampiran Sertifikat / SKPP peralatan yang akan digunakan di dalam project ini
V. SIKA & JSA
Lampiran contoh form SIKA dan JSA ( JSA sesuaikan dengan Project )
VI. LOTO
LOTO harus dipasang oleh pekerja yg memiliki otoritas terhadap
mesin/peralatan yang sedang dilakukan service/maintenance untuk
VII. MSDS
mengisolasi
( Material
sumberSafety
energy.
Data Sheet )
Dalam pekerjaan ini tidak menggunakan bahan kimia berbahaya
VIII. Pengendalian & Pengelolaan Limbah
Prosedur pemusnahan sampah ini dibuat untuk keperluan agar kebersihan,
kesehatan, keamanan serta kenyamanan ditempat kerja dapat berlangsung secara
terus menerus, baik sebelum maupun setelah melakukan suatu pekerjaan.
Dalam pemusnahan atau penanganan sampah, pelaksanaannya dilakukan oleh
seluruh karyawan yang dikoordinir oleh HSE Departemen serta melibatkan pihak
terkait lainnya (pihak ketiga).
Prosedur pemusnahan sampah ini diberlakukan untuk semua karyawan perusahaan
tanpa terkecuali dan untuk semua lokasi kerja di wilayah operasi perusahaan.
Tujuan : Prosedur pemusnahan sampah ini dibuat dengan tujuan untuk :
1. Sebagai suatu penegasan manajemen bahwa pelaksanaan program Lingkungan
di perusahaan merupakan suatu kebutuhan bagi seluruh karyawan dan
dilaksanakan secara bersama- sama dengan suatu koordinasi serta terkontrol.
2. Menciptakan suatu tempat kerja yang bersih, ramah lingkungan, spesifik serta
tertata dengan baik, dengan demikian akan meningkatkan gairah kerja bagi karyawan
yang pada akhirnya akan mendatangkan suatu benefit baik bagi perusahaan maupun
karyawan sebagai asset perusahaan.
3. Untuk melakukan suatu tindakan yang tepat dan cepat dalam menangani
berbagai macam sampah sehingga kerugian bisa dicegah sedini mungkin.
PENGELOLAAN SAMPAH / LIMBAH :
Yang dimaksud dengan pengelolaan sampah/ limbah disini adalah meliputi
pengumpulan, pengangkutan, sampai dengan pemusnahan atau penanganan
sampah/ limbah sedemikian rupa sehingga sampah/ limbah tersebut tidak menjadi
gangguan baik terhadap kesehatan para pekerja maupun lingkungan hidup.
Pengelolaan Sampah/ limbah yang dilakukan dilingkungan perusahaan adalah sebagai
berikut:
1. Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah/ Limbah :
Pengumpulan sampah adalah menjadi tanggung jawab setiap orang dari bagian
masing- masing dimana bagian tersebut menghasilkan sampah. Pada bagian
masing- masing telah diadakan tempat khusus untuk pengumpulan sampah/
limbah, dimana antara sampah organik, an- organik, limbah B3 dan Metal,
tempatnya dibedakan dan diberi tanda dengan warna tertentu.
a. Sampah Organik :
Sampah organik setiap hari dikumpulkan dimasing- masing tempat kerja pada
penampungan sampah sementara (TPS) yang berwarna Hijau dan pada hari yang
telah ditentukan bersama- sama dengan sampah organik dari tempat kerja lainnya
diangkut
untuk selanjutnya dibuang pada Tempat Penampungan Akhir (TPA) yang telah
ditentukan oleh perusahaan atau pemerintah setempat.
b. Sampah an-organik :
Sampah an-organik setiap hari dikumpulkan dimasing- masing tempat kerja pada
tempat penampungan sampah sementara (TPS) yang berwarna Kuning dan pada
hari yang telah ditentukan bersama- sama dengan sampah an-organik dari
tempat kerja lainnya diangkut untuk selanjutnya dibuang pada Tempat
Penampungan Akhir (TPA) yang telah ditentukan oleh perusahaan atau
pemerintah setempat.
c. Limbah B3 (Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun)
Limbah B3 setiap hari dikumpulkan pada drum penampungan sementara (DPS) yang
berwarna Hitam dan pada hari yang telah ditentukan apabila volume limbah B3
tersebut sudah banyak (minimal 2 drum), maka limbah tersebut selanjutnya
dikirim pada perusahaan / badan yang berwenang untuk menangani limbah B3
dimaksud untuk didaur ulang.
d. Limbah Metal :
Limbah Metal setiap hari dikumpulkan pada drum penampungan sementara (DPS)
yang berwarna Merah dan pada hari yang telah ditentukan apabila volume
limbah metal tersebut sudah banyak, maka limbah tersebut selanjutnya dikirim
pada perusahaan / badan yang berwenang untuk menampung limbah metal
dimaksud untuk didaur ulang.
• Tempat sampah harus dilengkapi dengan penutup untuk mencegah agar air hujan
atau binatang tidak masuk kedalam dan tidak boleh ada lubang dibagian
bawahnya
• Pemakaian tong sampah yang berlebihan dan tidak dipelihara dengan baik
agar dihindari.
• Pastikan bahwa tempat sampah tidak diletakkan di daerah yang dapat
menimbulkan resiko bagi manusia dan lingkungan. Jangan meletakkan tempat
sampah di depan peralatan gawat darurat, pemadam kebakaran. Letakkan jauh dari
sistem pembuangan.
• Sampah sisa makanan harus diambil setiap hari untuk menghindari binatang dan
bau yang tidak nyaman.
Pengambilan sampah dari bagian masing- masing (TPS) menuju ketempat
pembuangan akhir (TPA) dilakukan oleh bagian yang berwenang untuk
menangani hal tersebut.

LIMBAH B3.
Pengertian Limbah
Menurut Peraturan Pemerintah No. 18/1999 mengenai limbah dan limbah berbahaya
dan beracun, limbah adalah semua sisa aktifitas dan / atau proses produksi. Sampah
B3 berarti setiap sampah yang mengandung bahan berbahaya dan/ atau beracun
yang disebabkan oleh karakteristiknya dan/ atau konsentrasinya dan/ atau
jumlahnya, baik langsung maupun tidak, dapat mencemarkan dan/ atau merusak
lingkungan dan/ atau
membahayakan makhluk hidup, kesehatan, keberadaan kehidupan manusia dan
organisme hidup lainnya.
Prinsip Umum
Jika suatu bahan telah disebut sebagai limbah, maka ia harus diberi tanda, label
dan disimpan sesuai dengan prosedur pembuangan limbah. Pastikan dokumen
yang diperlukan selesai sebelum menyimpan dan memindahkan limbah B3.
Semua limbah yang pernah berhubungan dengan limbah B3 biasanya menjadi
limbah B3. Drum bekas bahan kimia dikategorikan sebagai limbah B3 karena
muatannya.
Limbah B3 (Umum)
• Potongan dan Serbuk Kayu (serbuk gergaji) yang tercemar minyak
Setiap sarung tangan kain, kayu, lap atau penyerap dan serbuk gergaji yang
telah berhubungan dengan minyak adalah limbah B3 dan harus diambil secara
terpisah, kemudian dikirim ke incinerator.
• Minyak dan Bekas Oli Lubrikasi
Minyak adalah B3 sesuai dengan definisinya, dan hal yang sama berlaku bagi
limbah minyak serta limbah Oli Lubrikasi. Limbah minyak serta limbah oli
lubrikasi dapat dibuang ditempat yang ditentukan (Pollution Control) bila ada. Bila
tidak ada maka dikirim ke perusahaan yang mempunyai ijin untuk mengelola
minyak atau oli bekas tersebut.

• Bahan Kimia Bekas


Bahan kimia kebanyakan merupakan bahan berbahaya sehingga bekasnyapun dianggap
sebagai sampah B3 yang harus di taruh kedalam penampungan (biasanya drum),
diberi label dan disimpan dengan baik serta jumlahnya harus dicatat.
Mencampur bahan kimia yang berbeda dalam suatu tempat penampungan “SANGAT
DILARANG“, terutama jika bahan kimia tersebut tidak sesuai antara satu dengan
yang lainnya.

TANGGUNG JAWAB
• Bagian yang bertanggung jawab untuk menangani sampah / limbah harus
memastikan bahwa semua sampah/ limbah telah ditangani dengan tepat dan benar
dan memastikan bahwa sampah benar- benar telah dibuang pada tempat
pembuangan akhir atau telah diserahkan kepada pihak yang berwenang untuk
menangani sampah/ limbah tersebut.
• Para pengawas bertanggung jawab untuk memastikan diterapkannya rencana
pengelolaan sampah yang efektif di daerah mereka.
• Para Pengawas harus memastikan bahwa jumlah tempat pengumpul limbah yang
memadai harus disediakan, dipelihara dan dikosongkan secara berkala.
• Setiap karyawan harus membuang sampah mereka dengan rasa tanggung jawab,
memisahkan sampah sesuai dengan jenisnya dan membuangnya pada tempat
sampah yang telah ditentukan.

IX. HSE Meeting ( Safety Talk, Safety Stand Down, Safety Meeting Dll )
RAPAT KESELAMATAN (SAFETY MEETING)
Rapat - rapat keselamatan kerja harus dilakukan oleh setiap seksi / departemen
yang dipimpin oleh pengawas yang bersangkutan di lingkungan kerjanya masing -
masing. Rapat seperti ini harus diadakan secara berkala, sekurang - kurangnya
sekali dalam sebulan (monthly safety meeting) dan berlangsung selama 60 menit.
Departemen HSE akan memberikan petunjuk dan saran serta informasi tentang
meeting dimaksud apabila diminta.
Adapun tujuan dari rapat - rapat keselamatan tersebut adalah :
• Sebagai suatu forum, dimana masalah keselamatan, kesehatan kerja dan
lingkungan dapat dibicarakan diantara para pengawas dan bawahan mereka, dan hal
yang paling penting adalah untuk mendapatkan saran - saran perbaikan.
• Untuk mengembangkan lingkungan kerja yang aman dan baik.
• Untuk membicarakan dan memberi saran - saran tentang kasus kecelakaan,
insiden dan memberi cara yang terbaik untuk pencegahannya.
• Untuk mengkoordinasikan suatu pelaksanaan latihan penanggulangan keadaan
darurat dan mendorong agar karyawan dapat melakukan kebiasaan bekerja dengan
baik dan aman serta teratur sesuai dengan ketentuan yang ada.
• Untuk menentukan praktek - praktek kerja dan kondisi yang tidak aman serta
mengambil tindakan atau langkah - langkah perbaikan yang diperlukan.
• Untuk mendukung pelaksanaan program K3L dilingkungan operasi Perusahaan.
Selain safety meeting yang dilaksanakan setidak- tidaknya sekali dalam tiap
bulannya, pertemuan untuk membicarakan masalah keselamatan harian (daily
safety talks) juga harus dilaksanakan setiap pagi sebelum melaksanakan pekerjaan
dan waktunya selama lebih kurang 5 - 10 menit.
Disamping monthly safety meeting dan daily safety talks, perusahaan juga
melaksanakan Management Coordination Meeting yang dilakukan setiap 3 (tiga)
bulan sekali dan dihadiri oleh para Manager serta Sr. Management.
Dalam hal apabila terjadi kecelakaan yang signifikan baik ditempat kerja dimana
karyawan perusahaan melakukan kegiatannya maupun ditempat kerja lain dimana
ada karyawan perusahaan lain yang mengalami kecelakaan, maka perusahaan
akan melakukan pertemuan dalam bentuk Stand Down Meeting sebagai “Learning
From
Events” yang dihadiri oleh Direktur atau yang mewakilinya serta seluruh
karyawan untuk membahas tentang apa sesungguhnya yang terjadi dan bagaimana
hal tersebut agar tidak terjadi lagi dikemudian hari diperusahaan dan ini merupakan
satu masukan bagi karyawan perusahaan sebagai suatu pelajaran.

X. Pengukuran Kualitas Lingkungan Kerja ( kebisingan, konsentrasi gas,


pencahayaan, radiasi, temperatur dll )

1.0 TUJUAN

Prosedur ini bertujuan untuk memberikan karyawan pemahaman yang lebih baik
tentang kerja fasilitas kebersihan yang disediakan untuk memenuhi persyaratan
kebersihan diri

RUANG LINGKUP

Pemeriksaan Lingkungan Kerja


Penanganan bahan kimia berbahaya.
Pemeriksaan penggunaan pestisida
Pemeriksaan Hygine Industri
Pemeriksaan limbah industri di tempat kerja
Pemeriksaan alat pelindung diri

EFERENSI

UU No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja psl 2, psl 3 ayt 1, f, g, I, j, k, l, m psl 5, psl 8, psl 9 dan psl.
14
UU No.3 tahun 1969 tentang persetujuan Konvensi ILO No. 120 mengenai Hygiene dalam perniagaan dan
kantor psl 7
Peraturan Menteri Perburuhan No.7 tahun 1964 tentang syarat kesehatan kebersihan serta penerangan
dalam tempat kerja.
Kepmenaker No.51/Men/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja
Kepmenaker No.187/Men/1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tmp Kerja.
Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973 ttg pengawasan atas peredaran Peyimpanan dan penggunaan
Pestisida
Permenaker No. 3 Tahun 1986 ttg syarat-syarat K3 di tempat kerja yg mengelola pestisida
Instruksi Menteri Tenaga Kerja No.2/M/BW/BK/1984 tentang Pengesahan APD
Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No.01/Men/1997 ttg NAB Faktor Kimia dll. Udara Lingkungan Kerja
Permenaker No. 3 tahun 1985 ttg K3 pemakaian asbes
3 DEFINISI

Hygiene industry merupakan aspek perlindungan bagi kesehatan tenaga kerja dan sarana
untuk membina dan mengembangkan tenaga kerja menjadi sumber daya manusia
yang disiplin, dedikatif, penuh tanggung jawab dan mampu bekerja secara produktif
dan efisien.

4 PROSEDUR

I. Pemeriksaan Lingkungan Kerja

Tempat kerja, dalam wilayah hukum R.I :


(1) Darat, dalam tanah, di Permukaan air, dalam air, Udara
(2) Rincian tempat kerja, terdapat sumber bahaya yg berkaitan dengan :
a. Keadaan mesin/ alat/ sifat bahan
b. Cara kerja, Sifat pekerjaan, tempat kerja
c. Lingkungan kerja
d. Proses produksi
(3) Kemungkinan untuk perubahan atas rincian tempat kerja

Syarat-syarat K3
(1) Arah dan sasaran yang akan dicapai melalui syarat-syarat K3  preventif
(2) Pengembangan syarat-syarat K3  IPTEK
(3) Penerapan syarat-syarat K3  sejak tahap perencanaan s/d pemeliharaan
(4) Mengatur prinsip-prinsip teknis tentang bahan dan produksi teknis

Wewenang dan kewajiban :


 Direktur
 Peg. Pengawas
 Ahli K3

Kewajiban :
- Pengurus / Direktur  diwajibkan memeriksakan kesehatan TK
- Berkala  (permen No. 02/Men/1980 dan Permen No. 03/Men/1982)

Pembinaan

(1) Pengurus wajib menunjukan dan menjelaskan  TK baru

(2) Dinyatakan mampu dan memahami  pekerja


(3) Pengurus wajib  pembinaan TK
(4) Pengurus wajib memenuhi dan mentaati syarat-syarat K3
Syarat-syarat Bangunan Perusahaan :

o Terhindar dari bahaya kebakaran dan kecelakaan


o Terhindar dari bahaya keracunan, dan penularan penyakit
o Memajukan kebersihan dan ketertiban
o Mendapat penerangan yang cukup
o Mendapat suhu dan peredaran udara yang baik
o Terhindar dari gangguan debu, gas, uap dan bau yang tidak menyenangkan
Persyaratan Khusus Gedung:

o Gedung harus kuat buatannya dan tidak boleh ada bagian yg mungkin rubuh
o Tangga harus kuat buatannya, aman dan tidak boleh licin karena untuk
menghindari terjadinya terpeleset
o Lantai, dinding, loteng dan atap harus selalu berada dalam keadaan terpelihara
dan bersih
o Dinding dan loteng serta bagian-bagian lainnya harus dikapuri minimal sekali
dalam 5 tahun
o Dinding yang dicat harus dicuci minimal 1 kali setahun
Lantai harus dibersihkan sehingga selalu dalam keadaan bersih
Persyaratan Ruang Udara

 Setiap tempat kerja harus dibuat & diatur shg tiap orang yang berkerja
mendapat ruang udara (cubic space) yang minimal 10 m dan ideal adalah
15 m.
 Tinggi tempat kerja diukur dari lantai sampai daerah loteng harus minimal 3 m.
 Ruang udara yang memenuhi syarat adalah ruangan yang tidak mengganggu
sirkulasi udara.
 Luas tempat kerja harus sedemikian rupa sehingga tiap pekerja/buruh dapat
tempat yang cukup untuk bergerak secara bebas yaitu minimal 2 m buat
seorang pekerja/buruh.
 Atap tempat kerja harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat memberikan
perlindungan yg baik kepada pekerja/buruh dari panas dan hujan.
 Dinding tidak boleh basah atau lembab

Persyaratan Penyediaan Air


Air yg digunakan utk makan dan minum harus memenuhi syarat-syarat sbb :
 Air tidak boleh berbau & harus segar
 Air tidak boleh berwarna & berasa
 Air tidak boleh mengandung binatang atau bakteri yg berbahaya
Persyaratan Kakus
 Jumlah kakus adalah sebagai berikut :
I. Untuk 1 – 15 orang buruh = 1 kakus
II. Untuk 16 – 30 orang buruh = 2 kakus
III. Untuk 31 – 45 orang buruh = 3 kakus
IV. Untuk 46 – 60 orang buruh = 4 kakus
V. Untuk 61 – 80 orang buruh = 5 kakus
VI. Untuk 81 – 100 orang buruh = 5 kakus
 Dan selanjutnya untuk tiap 100 orang = 6 kakus

Persyaratan Penyediaan dan Pemeliharaan Dapur :

 Lantai dapur harus dibersihkan pada waktu-waktu tertentu, sehingga selalu dalam
keadaan bersih

 Lantai tempat kerja hrs terbuat dari bahan yang keras, tahan air dan bahan
kimia yang merusak, datar & tidak licin

 Alat & bahan harus selalu disusun atau disimpan secara rapi dan tertib

 Susunan tersebut harus sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan


bahaya tertimpa atau mungkin menyebabkan buruh terjatuh.

 Buruh/tenaga kerja dalam perusahaan-perusahaan tertentu dapat diwajibkan


memakai pakaian kerja menurut syarat-syarat yang ditetapkan & disediakan
oleh majikan

 Dapur, kamar makan & alat keperluan makan harus selalu bersih & rapi

 Dapur & kamar makan serta kakus tidak boleh berhubungan langsung dengan
tempat kerja & letaknya harus dinyatakan jelas

 Alat-alat makan atau masak sesudah dipakai harus dibersihkan dengan sabun
dan air panas & dikeringkan. Alat-alat tersebut harus dibuat dari bahan-bahan
yg mudah dibersihkan

 Tempat duduk harus disesuaikan dengan postur tubuh pekerja/buruh agar


nyaman pada saat bekerja dan tidak menimbukan sakit pada tulang belakang
dan sesuai standart Ergonomi.

 Kakus-kakus harus selalu bersih terutama lantai dan dinding serta dibersihkan
oleh pegawai tertentu
 Makanan yg disediakan untuk buruh harus menurut menu yg memenuhi
syarat- syarat kesehatan

 Semua pegawai yang mengerjakan dan melayani makanan atau minuman harus
bebas dari salah satu penyakit menular dan selalu harus menjaga kebersihan
badannya

Persyaratan Penerangan Gedung

 Tempat masuknya cahaya alami seperti: jendela, kaca dan lobang berkaca harus
dapat memasukan cahaya dan seluruhnya harus 1/6 dari pada luas lantai
tempat kerja dan diatur agar cahaya dapat masuk merata.

 Jika tempat kerja yang tidak tercukupi cahaya matahari atau untuk
pekerja/buruhan yang dilakukan pada malam hari maka harus diadakan
penerangan buatan yang aman dan cukup intensitasnya dan harus selalu
menyediakan alat-alat penerangan darurat.

 Apabila alat penerangan darurat menyebabkan kenaikan suhu dalam tempat kerja
maka tidak boleh melebihi 320C.

Syarat Sumber Penerangan :

 Menghasilkan kadar penerangan yang tetap dan merata


 Tidak menimbulkan asap atau gas
 Tidak berkedap kedip
 Tidak menyilaukan atau menimbulkan bayangan kontras

Syarat Tempat Kerja yang wajib mempunyai penerangan darurat :

- Tempat kerja yang digunakan pada malam hari


- Jalan-jalan keluar atau gang

Syarat Penerangan Darurat

 Mempunyai sumber tenaga terpisah dari instalasi umum


 Ditempatkan pada tempat yang tidak menimbulkan bahaya
 Mempunyai kekuatan paling sedikit 5 Lux .
 Jalan atau gang di beri tanda pengenal dengan cat luminous , bahan-bahan
reflektif atau bahan fluorescence

Kadar penerangan diukur dengan alat pengukur cahaya yang baik, setinggi perut ( 1 meter)
Kekuatan
Cahaya
NO Jenis tempat kerja / pekerja/buruhan
Minimum
(lux)
1 Halaman & Jalan Lingkungan 20

Mengerjakan/menyisihkan barang kasar : gang-gang, gudang penyimpan


2 50
barang2x besar, tangga

Mengerjakan/membedakan barang kecil scr sepintas :


3 Penggilingan padi, pemisahan/pengupasan biji, kamar mesin/uap, 100
tempat menyimpan barang sedang/kecil, kakus/KM/tempat kencing

4 Membedakan barang-barang kecil agak teliti : pemasangan alat ukuran


200
sedang, pekerjaan mesin bubut, menjahit tekstil/kulit, pengemasan
daging
5 Membedakan barang kecil secara teliti : penenunan manual
bahan katun/wol dgn warna cerah, pekerjaan kantor (menulis, 300
membaca, pengarsipan)

6 Membedakan barang halus dan kontras sedang dalam waktu lama :


pemotongan gelas kaca, menjahit tekstil dengan warna tua, pekerjaan 500 - 1000
kantor (akuntan, mengetik manual)

7 Membedakan barang halus dan kontras rendah, dalam waktu


1000
lama : reparasi arloji, pengasahan intan, menjahit bahan pakaian
warna tua

Kepmenaker :
No.51/Men/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja

Pasal 1
Ayat. 3
Nilai Aambang Batas : Standar faktor tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa
mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu
tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu

Ayat.4
Faktor Fisika adalah Iklim kerja, kebisingan, getaran, gelombang mikro dan sinar ultra ungu

Ayat.10
Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses
produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan
pendengaran

Pasal 3
Ayat 1
Nilai Ambang Batas Kebisingan : 85 dBA utk 8 jam

Pasal 4 :
Ayat.1 NAB getaran alat kerja/tidak langsung : 4 m/det2

Pasal 7 :
Pengukuran dan penilaian faktor fisika di TK dilaksanakan oleh Pusat & atau balai Hiperkes
atau pihak-pihak yang ditunjuk

Pasal 9 :
Peninjauan NAB faktor fisika di TK dilakukan sesuai dengan perkembangan IPTEK

KEWAJIBAN PENGUSAHA ATAU PENGURUS


Perusahaan, Potensi Bahaya Besar

 Mempekerjakan Petugas K3 Kimia :


- Sistem Kerja Non Shift min. 2 orang
- Sistem Kerja Shift min. 5 orang
 Mempekerjakan Ahli K3 Kimia min. 1 orang
 Membuat Dokumen Pengendalian Potensi Bahaya Besar
 Melaporkan Setiap Perubahan (bahan, kuantitas, proses dan modifikasi instalasi)
 Melakukan Pemeriksaan dan Pengujian Faktor Kimia min. 6 bulan sekali
 Melakukan Pemeriksaan dan Pengujian Instalasi min. 2 tahun sekali
 Melakukan Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja min. 1 tahun sekali

KEWAJIBAN PENGUSAHA ATAU PENGURUS


Perusahaan. Potensi Bahaya Menengah
 Mempekerjakan Petugas K3 Kimia :
- Sistem Kerja Non Shift min. 1 orang
- Sistem Kerja Shift min. 3 orang
 Membuat Dokumen Pengendalian Potensi Bahaya Menengah
 Melaporkan Setiap Perubahan (bahan, kuantitas, proses dan modifikasi instalasi)
 Melakukan Pemeriksaan dan Pengujian Faktor Kimia min. 1 tahun sekali
 Melakukan Pemeriksaan dan Pengujian Instalasi min. 3 tahun sekali
 Melakukan Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja min. 1 tahun sekali
PETUGAS K3 KIMIA
Berkewajiban :
 Melakukan Identifikasi Bahaya
 Melaksanakan Prosedur Kerja Aman
 Melaksanakan Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat
 Mengembangkan K3 Bidang Kimia

PETUGAS K3 KIMIA
Persyaratan Penunjukan :
 Bekerja pada Perusahaan ybs.
 Tidak Dalam Masa Percobaan
 Hubungan Kerja Tidak Didasarkan PKWT (Perjanjian Kerja Waktu Tertentu)
 Telah Mengikuti Diklat Tehnis K3 Kimia
 Pengajuan Permohonan Tertulis dari Pengusaha atau Pengurus kpd Menteri
atau Pejabat yg Ditunjuk

Instruksi Menteri Tenaga Kerja No.2/M/BW/BK/1984 tentang Pengesahan APD


Instruksi kepada kadisnaker untuk memerintahkan kpd Bina Norma KK dan Hyperkes :
1. Mengawasi pemakaian APD
2. Mengawasi pengedaran dan pemakaian APD buatan dlm/luar negeri
3. Merekomendasi produk APD luar negeri yang bersertifikat kelayakan sebilai SNI

Objek pengawasan Lingkungan Kerja meliputi :


1. Pengendalian bahaya besar (pestisida, BKB, dll)
2. Hygine Perusahaan dan Sanitasi lingkungan
3. Faktor-faktor bahaya Lingkungan Kerja

PENGENDALIAN BAHAYA BESAR


1. Bahaya besar ( Major Hazard ) didefinisikan
sebagai suatu aktivitas industri yang menghasilkan atau menggunakan bahan
berbahaya dalam jumlah yang berpotensi untuk menimbulkan kerusakan luas dan
kematian atau mencederai orang-orang, baik yang ada di dalam atau di luar
pabrik.
2. Pengendalian bahaya besar
menyangkut masalah pencegahan dan pengurangan akibat kecelakaan besar yaitu
kecelakaan yang dapat membahayakan orang-orang dan harta benda, tidak saja di
tempat kerja (TK, alat), tetapi juga di lingkungan sekeliling perusahaan tersebut.

Pengendalian bahaya besar meliputi :


1. Kecelakaan besar yang terjadi karena bencana alam atau ulah manusia :
• Karena kekuatan alam ( gempa bumi, letusan gunung, banjir, taufan,dll).
• Karena ulah manusia ( kecelakaan kapal laut, tabrakan kereta api,
jebolnya bendungan air, jatuhnya pesawat terbang)
2. Kecelakaan besar akibat bahan kimia yang terdiri dari :
• Kebakaran dan peledakan, dan
• Awan beracun
Penanganan bahan kimia berbahaya
Faktor bahaya fisik
 SUARA : - tuli
 SUHU : – heat stroke, heat cramps, frosbite dsb
 RADIASI :
Elektromagnetis : mempengaruhi lensa mata
Radioaktif : susunan darah/syaraf; kematian
jarinagn
 TEKANAN UDARA
: Caisson’s
disease
 PENERANGAN : kelainan pada mata dan kelelahan
 GETARAN : reynond’s disease (penyempitan pembuluh darah)
 KELEMBABAN UDARA (baik 50 –70 %)
 VENTILASI : pertukaran udara

Faktor bahaya kimia


Pencemarkan udara :
 Fumes :
o Partikel logam
 Asap :
o Zat arang
 Gas :
o Menempati ruang tertutup
o Mudah menjalar/ menyebar
 Uap :
– Berbentuk padat/cairan
– Mudah menyebar
– Mudah bercampur dengan udara sekelilingnya

Bahan kimia berbahaya i


(Hazardous Chemical)
1. Oxidazing materials :
Zat dengan zat lain reaksi sangat
eksothermis; Mis. : perokside
2. Explosive materials :
Zat yg apabila terkena panas, gesekan atau bantingan dapat menimbulkan
ledakan; Mis. : TNT, NH4NO3, Glycerine dsb
3. Corrosive materials :
Zat yg dapat merusak kulit
Mis. : asam sulfat, asam chloride dsb.
4. Highly flammable materials :
- Bahan yang Flash Point < 21* C
- Flammable liquid, Flash Point 21 – 55*
C Mis. : Acetone, Ethyl methyl
ketone dsb

Bahan kimia berbahaya II


(hazardous chemical)
1. Toxic materials :
Zat yg dapat menyebabkan efek serius, akut maupun khronik, bahkan kematian
apabila dihirup, ditelan, atau terserap melalui kulit;
Mis. : phosgen, TEL dsb.
2. Radioactive materials :
Mis. : Cobalt dsb.
3. Irritant materials :
Mengakibatkan peradangan selaput kiulit baik terjadi segera ataupun setelah berkali-
kali terjadi kontak.
4. Harmfull materials :
Mengakibatkan efek kesehatan secara terbatas
Faktor bahaya biologis :
– Virus
– Bakteri
– Jamur
– Serangga
– Cacing
– Parasit
– Binatang buas dll
ERGONOMI
– Sikap kerja yang tidak sesuai
– Peralatan yang tidak sesuai
– Kerja yang senantiasa duduk/ berdiri
– Proses, sikap dan cara kerja yang monoton
– Beban kerja yang melebihi kemampuan dll.
PSIKOLOGIS
 Kerja yang Terpaksa/ Dipaksa Tidak Sesuai Kemampuan
 Suasana Kerja Tidak Menyenangkan
 Pikiran yang Senantiasa Tertekan
 Hubungan Kerja yang Tidak Baik
 Kerja yang Tidak Sesuai dengan Keinginan dll

PENYAKIT AKIBAT KERJA

Setiap penyakit yang disebabkan oleh :


 pekerjaan atau
 lingkungan kerja

FAKTOR2 YANG MEMPENGARUHI


KESEHATAN TENAGA KERJA

LINGKUNGAN KERJA
KAPASITAS KERJA : Fisik
Keterampilan Kimia
Kesegaran Jasmani Biologi
Gizi Fisiologi
Kelamin Psikologi
Usia
Ukuran Tubuh
Motivasi

BEBAN KERJA
Fisik
Mental
Sosial
TUJUAN PENGAWASAN KESEHATAN KERJA

Upaya perlindungan kepada tenaga kerja dan orang lain dari potensi bahaya yang berasal dari :
• Kondisi mesin, pesawat, alat kerja, bahan, energi
• Lingkungan kerja
• Sifat pekerjaan
• Cara kerja
• Proses produksi

UPAYA PENGENDALIAN
PENYAKIT AKIBAT KERJA (PAK)

PROMOTIF PREVENTIF KURATIF REHABILITATIF

Pemeliharaan Pemeriksaa Pengobatan Alat bantu dengar


kesehatan kerja n Kesehatan P3K Protese
Pembinaan Kerja Rawat jalan Mutasi
Gerakan OR Imunisasi Rawat Inap Kompensasi
Tdk merokok Penggunaan APD
Gizi seimbang Rotasi Kerja
Ergonomi Pengurangan
Pengendalian waktu kerja
Lingk.Kerja
Hygiene
sanitasi

Pelayanan kesehatan kerja PERMENNAKERTRANS no.


03/1982 TUGAS POKOK PELAYANAN KESEHATAN
KERJA :
1. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja
2. Peneyesuaian pekerjaan thd tenaga kerja
3. Pembinaan dan pengawasan lingk. Kerja
4. Pembinaan dan pengawasan sanitair
5. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan utk kesehatan tenaga kerja
6. Pencegahan thd penyakit umum dan PAK

PELAYANAN KESEHATAN KERJA PERMENNAKERTRANS NO. 03/1982


No Jumlah Tenaga Kerja Bentuk Penanggung Jawab

1. > 500 orang Klinik Dokter (fulltime)

2. 200 s/d < 500 Klinik Dokter (sekali 2 hr)


orang (risiko Paramedis (sehari2)
rendah)
3. 200 s/d < 500 Klinik Dokter (full time)
orang (risiko
tinggi)
4. 100 s/d < 200 Klinik Dokter (sekali 3 hr)
orang (risiko Paramedis (sehari2)
rendah)

5. 100 s/d < 200 Klinik Dokter (sekali 2 hr)


orang (risiko Paramedis (sehari2)
tinggi)

6. < 100 orang bersama-sama dgn


persh. lain

XI. Pemeriksaan Kesehatan Rutin


PROSEDUR STANDAR OPERASI PEMERIKSAAN KESEHATAN
(Standard Operating Procedure Medical Check Up)

Ruang Lingkup dan Tujuan


Prosedur standar operasi ini digunakan bagi seluruh karyawan yang bekerja didalam
wilayah operasi perusahaan dan dibuat sehubungan dengan upaya perlindungan
terhadap kesehatan kerja bagi karyawan sedangkan tujuannya adalah untuk :
• Menyiapkan perusahaan agar mempunyai panduan secara konsisten dan
jelas terhadap suatu standar yang diinginkan untuk pemeriksaan kesehatan
terhadap karyawan yang bekerja diperusahaan.
• Menjamin bahwa setiap karyawan yang bekerja diperusahaan benar-benar sehat
untuk melaksanakan tugasnya, tanpa mempunyai resiko baik terhadap
pribadinya maupun terhadap masalah keselamatan dan kesehatan kerja yang
lain.
Dasar Hukum
• Undang- Undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER-02/MEN/1980 tentang
Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER-01/MEN/1981 tentang
Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja.
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 03/MEN/1982 tentang
Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja.
• Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 22 Tahun 1993 tentang Penyakit
yang Timbul Karena Hubungan Kerja.

Definisi / Batasan :
• Karyawan adalah setiap tenaga kerja yang bekerja untuk perusahaan
• Pemeriksaan Kesehatan (Medical Check Up) adalah pemeriksaan kesehatan
untuk mengetahui dan menilai tentang tingkat kesehatan tenaga kerja yang
dilakukan oleh dokter yang ditunjuk oleh perusahaan.
• Pemeriksaan Kesehatan sebelum bekerja adalah pemeriksaan yang dilakukan
oleh dokter yang ditunjuk oleh perusahaan dan yang mempunyai wewenang
untuk itu, sebelum seorang tenaga kerja diterima untuk melakukan pekerjaan.
• Pemeriksaan Kesehatan berkala adalah pemeriksaan kesehatan pada waktu-
waktu tertentu terhadap tenaga kerja yang dilakukan oleh dokter yang
berwenang.
• Pemeriksaan Kesehatan khusus adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan
oleh dokter yang berwenang secara khusus terhadap tenaga kerja tertentu.
Pemeriksaan Kesehatan akan selalu dilakukan 1 tahun 1 kali

XII. Kartu Observasi ( PEKA


) Lampiran Kartu
Observasi
XIII. Rambu-rambu dan Promosi HSE
PROSEDUR
Konstruksi Manager di lokasi proyek harus menyediakan dan memelihara hambatan
(barikade, garis kuning) dan tanda-tanda keselamatan untuk digunakan di daerah
mereka

HSE Officer & Supervisor lapangan bertanggung jawab untuk memberikan saran dan
rekomendasi untuk penyediaan tanda-tanda keselamatan di tempat kerja.
Hambatan dan / atau tanda-tanda akan ditempatkan di sekitar :
daerah berbahaya Diduga, seperti: Penggalian / parit; Area Angkat Berat,
daerah Kebisingan yang berlebihan, Radiasi Kegiatan, Pengujian
Tekanan, dll
• Situs Kecelakaan Major
• Daerah Dibatasi

Semua tanda-tanda peringatan harus ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris

Daerah dibarikade harus disediakan dengan kaset reflektif selama operasi malam
hari. Standad tanda keselamatan / safety signs standards sebagai :

A. Warna
CONTRASTING SYMBOL
MEANING OR PURPOSE SAFETY COLOR
COLOR (IF REQUIRED)

STOP/Prohibition Red White – Black

CAUTION Yellow Black – Black

MANDATORY Blue White – White

SAFE CONDITION Green White – White

B. Bentuk Geometrical dan Arti Tanda Keselamatan

Geometrical Arti / Makna

Lingkaran Tanda-tanda wajib dan larangan

Segitiga Tanda-tanda peringatan

Empat persegi Darurat, informasi dan tanda-tanda


panjang
tambahan
Contoh Tanda / Rambu (safety sign)

A. Prohibition Signs / Tanda Larangan

B. Tanda Berbahaya / Warning Signs

C. Tanda Wajib / Mandatory Signs

D. Tanda Darurat / Emergency Signs

E. Tanda Pemadam Kebakaran / Fire Fighting Signs


XIV. House Keeping
Dalam ruang lingkup kerja diartikan sebagai pembersihan atau pemeliharaan tempat
kerja, termasuk keteraturannya. House keeping dilakukan setiap hari kerja
sebelum meninggalkan lokasi pekerjaan.
I. DEFINISI TERATUR
Tempat/ kantor disebut teratur apabila tempat tersebut tidak ada barang- barang
yang tidak perlu dan semua barang- barang yang diperlukan berada pada tempat
yang semestinya
II. TUJUAN
Pada dasarnya tujuan dari house keeping adalah untuk menciptakan lingkungan kerja
yang bersih, rapi, aman dan indah sehingga tercapai sasaran :
• Safety adalah untuk mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan dan
bahaya kebakaran
• Kwalitas adalah untuk menjaga agar kesehatan lebih terjamin, mempertinggi
moral sehingga lebih bergairah kerja
• Produktivitas agar hasil kerja lebih meningkat dari karyawan
• Biaya akan lebih efektif akibat dari ketiga faktor tersebut diatas.
III. PERSONAL YANG BERTANGGUNG JAWAB :
Semua personal / karyawan bertanggung jawab atas keamanan, kebersihan didaerah
kerja masing- masing. Supervisor mengawasi dan bertanggung jawab atas
pelaksanaan pemeliharaan tempat kerja.
IV. PRINSIP MELAKSANAKAN HOUSE KEEPING
Prinsip – Prinsip Memelihara Tempat Kerja Antara Lain :
1. Pembersihan
Bahan - bahan bekas dan yang tidak terpakai agar dibuang dan ditempatkan
ketempat khusus/ keranjang sampah. Agar diingatkan bahwa bahan - bahan bekas/
sampah jangan sekali - kali dibakar ditempat sampah tersebut melainkan
dikumpulkan pada tempat pembuangan sampah yang sudah ditentukan.
2. Menempatkan Kembali
Barang - barang yang sudah digunakan agar sisanya yang masih dipakai
dikembalikan ketempat semula dan perkakas & alat kerja yang digunakan
disimpan kembali ketempatnya.
3. Tumpahan Cairan Harus Dibersihkan
Cairan - cairan yang tumpah dilantai dapat membuat lantai menjadi licin,
sehingga merupakan suatu sumber kecelakaan, sedangkan cairan minyak dapat
menimbulkan “kebakaran” oleh sebab itu bersihkanlah segera cairan yang
tumpah tersebut.
4. Merapikan Kabel - Kabel Listrik
Semua kabel - kabel listrik jangan diletakkan sembarangan dan malang
melintang di jalan - jalan atau gang - gang yang dilalui oleh karyawan atau
pekerja supaya tidak tersandung atau pun terbelit.
5. Merapikan Paku- Paku Atau Benda- Benda Yang Berserakan
Apabila ditemukan paku di balok- balok kayu, atau benda - benda lainnya yang
berserakan maka segeralah dibengkokkan/ dicabut maupun disingkirkan.
6. Penyusunan Alat - Alat Kerja Yang Terletak Diatas Tempat Kerja
Peralatan kerja harus diusahakan rapi dan teratur untuk mempermudah pencarian
dan tidak membahayakan orang lain.
7. Penutupan Lubang -Lubang
Semua lubang - lubang yang terdapat dilantai tempat kerja baik kecil mau pun
besar harus segera ditutup atau diberi penutup.
8. Parit -Parit Harus Bersih
Parit - parit harus terpelihara dengan baik, diusahakan agar pengalirannya selalu
lancar, oleh karena itu harus bersih dari sampah - sampah
9. Tempat Ganti Pakaian
Tempat tersebut harus dijaga agar tetap bersih, buanglah barang - barang yang
tidak diperlukan kedalam tempat sampah.
10. Kamar Kecil, Tempat Cuci Tangan
Jagalah tempat - tempat tersebut agar selalau dalam kondisi bersih, rapi dan
memenuhi syarat kesehatan.
V. KESIMPULAN
House keeping adalah salah satu aspek yang harus dilaksanakan di dalam
program keselamatan kerja karena dengan terpeliharanya tempat kerja itu maka
kecelakaan dan bahaya kebakaran dapat dihilangkan, gairah kerja diharapkan
meningkat dan produktivitas juga meningkat.
Contoh : Untuk Mengetahui Apakah Tempat Tersebut Bersih Atau Tidak.
1. Mesin Dan Peralatan.
a) Harus bersih dan bebas dari barang - barang yang mengganggu atau yang
bergantung.
b) Harus mempunyai pengaman (guard) dalam kondisi yang baik.
2. Stock dan Material
• a) Harus diletakkan dengan baik dan di atur
• b) Harus dimuat yang rapi dalam baki/ rak.
• c) Menggunakan system
3. Peralatan Kerja
a) Harus ditempatkan dengan baik.
b) Harus bekerja dalam kondisi yang baik.
4. Gang
a) Harus tersedia cukup ruang untuk dapat bergerak dengan bebas saat bekerja.
b) Harus bebas dan aman dari segala rintangan.
c) Harus diberi tanda yang jelas.
5. Lantai
a) Harus mempunyai permukaan yang aman dan cocok digunakan saat bekerja.
b) Harus kering dan bersih dari barang - barang yang tidak berguna.
c) Harus mempunyai tempat sampah.
6. Gedung Dan Bangunan
a) Harus mempunyai dinding dan jendela, yang bersih dan bebas dari barang yang
tidak berguna.
b) Harus mempunyai sistem penerangan yang dipelihara dengan baik dan efisien.
c) Tangga harus selalu bersih, bebas dari bahaya dan terjaga kondisinya
d) Langit - langit ruangan harus selalu bersih dan lampu menyala dengan baik.

7. Halaman
Harus ditata dengan baik, bersih dari barang -barang yang tidak berguna.
XV. Alat Pelindung Diri ( APD )

Standar Alat Pelindung Diri.

Sejak alat pelindung diri merupakan alat pelindung bagi para pekerja dimana ancaman bahaya
phisik maupun gangguan terhadap kesehatan tidak mungkin untuk dihilangkan disuatu tempat
kerja, maka alat pelindung tersebut harus disediakan. Adalah sangat penting bahwa alat
pelindung diri yang diperlukan harus digunakan sebagai suatu kesadaran bahwa alat pelindung
diri yang tersedia adalah untuk tujuan agar pekerja selalu bekerja dengan aman dan oleh karena
itu maka bagian HSE akan :

a. Menetapkan standar minimum untuk alat pelindung diri yang dipergunakan oleh
seluruh karyawan yang bekerja dilapangan atau melaksanakan kegiatan
perusahaan.

b. Melakukan survey identifikasi bahaya secara menyeluruh untuk seluruh kegiatan guna
menentukan spesifikasi, tambahan persyaratan- persyaratan alat pelindung diri untuk
kegiatan yang berbeda- beda.
c. Memberitahukan petunjuk- petunjuk alat pelindung diri perorangan kepada
seluruh karyawan perusahaan.

Adalah merupakan tanggung jawab bagian pembelian dan bagian HSE perusahaan
untuk menjamin bahwa semua persyaratan- persyaratan alat pelindung diri perorangan
sesuai dengan prosedur yang ditentukan dan diperinci secara jelas dalam setiap pembelian
yang dilakukan oleh perusahaan.

Penggunaan dan Seleksi Alat Pelindung Diri (PPE Selection and Use).

Seluruh karyawan akan didorong untuk ikut serta dalam menentukan alat pelindung diri
perorangan. Hal ini secara normal dilakukan melalui pertemuan kelompok (group meeting)
atau berdiskusi dengan pengawas kerja dan bagian HSE. Selama dalam penggunaannya
seluruh karyawan secara formal diinstruksikan untuk menjaga dan memelihara seluruh alat
pelindung diri yang telah disediakan untuknya. Untuk mendapatkan penggantian alat
pelindung diri yang baru karena yang lama telah rusak, maka alat pelindung diri yang
telah rusak tersebut harus dikembalikan ke bagian HSE tanpa terkecuali untuk
dimusnahkan.
Catatan Penyimpanan dan Pengeluaran Alat Pelindung Diri (PPE Issue and Record Keeping).

Semua alat pelindung diri yang dikeluarkan untuk para karyawan akan dicatat. Sebagai
tambahan, catatan pengeluaran tersebut juga akan digunakan sebagai bahan kontrol tentang
penggunaan, seleksi dan untuk stock alat pelindung diri .

Persyaratan dalam Penggunaan (Requirement for Use)

Persyaratan untuk menggunakan alat pelindung diri perorangan dalam suatu area yang
ditentukan adalah merupakan suatu keharusan. Adalah menjadi tanggung jawab baik setiap
karyawan maupun pengawas yang bersangkutan untuk menjamin bahwa ketentuan
yang dikeluarkan telah sesuai dengan persyaratan yang diinginkan.
Apabila ada karyawan yang dengan sengaja dan mengetahui tidak mengindahkan
ketentuan ini akan dikenakan sanksi serta dikenakan tindakan tidak disiplin yang pada
akhirnya karyawan tersebut dapat dikeluarkan dari perusahaan.

I. PENGAKUAN TERHADAP PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG


DIRI (RECOGNITION OF USE)

Apabila tepat, lini manajemen harus meluangkan waktunya untuk memberi penghargaan kepada
karyawan untuk kebenarannya dalam menggunakan alat pelindung diri secara teratur dan benar.
Dalam hal dimana seorang karyawan telah terlibat dalam suatu kecelakaan dimana ia
karena menggunakan alat pelindung diri mengakibatkan tingkat keparahan akibat cidera menjadi
kecil (atau telah mencegah bagi yang lain), dalam peristiwa ini lini manajemen harus
mempertimbangkan untuk memberi pengakuan dan penghargaan secara tertulis kepada
karyawan tersebut.

Evaluasi Alat Pelindung Diri (PPE Evaluation)

Bagian HSE, bekerja sama dengan manajemen lapangan akan melakukan evaluasi tahunan secara
menyeluruh tentang kecukupan dan keefektifan prosedur- prosedur serta kebijakan tentang
alat pelindung diri. Bilamana disadari ada perbedaan, langkah perbaikan sepatutnya akan
disampaikan kepada manajemen.

alisa kebutuhan Alat Pelindung Diri (PPE Need Analysis)

Alat pelindung diri merupakan suatu alat untuk mengurangi tingkat keparahan apabila
terjadi kecelakaan. Banyak kecelakaan terjadi yang antara lain disebabkan oleh kesalahan
pekerja dalam menggunakan alat pelindung diri dengan tidak benar.
Hal tersebut diatas dapat terjadi antara lain karena pekerja itu sendiri yang kurang / atau
tidak mengetahui fungsi dari alat pelindung diri yang sebenarnya dan dilain pihak karena
masih ada perusahaan yang belum mempunyai analisa kebutuhan alat pelindung diri,
sehingga dengan demikian secara tidak langsung sering terjadi anggaran yang tidak
berkecukupan khusus untuk alat pelindung diri.

Analisa kebutuhan alat pelindung diri diadakan adalah untuk membantu perusahaan
dalam rangka menentukan kebutuhan alat pelindung diri yang sesuai dengan jenis
pekerjaan yang dilakukan sehingga dengan demikian keperluan alat pelindung diri pada suatu
tempat kerja telah sesuai dengan persyaratan- persyaratan yang diharuskan untuk bekerja
pada tempat kerja dimana tempat kerja tersebut ada keharusan menggunakan alat
pelindung diri yang telah ditentukan.

Berikut adalah analisa alat pelindung diri berdasarkan jenis alat pelindung diri yang
diperlukan dan area pekerjaan :

ANALISA KEBUTUHAN ALAT PELINDUNG DIRI


PERORANGAN (PPE NEED ANALYSIS)
Pelindung Area Yang Memerlukan Jenis- Jenis Pelindung
(Protection) (Areas Needed) (Types of Protection)
Pelindung Mata Seluruh daerah kerja per- Pelindung Muka Menyeluruh
(Eye Protection) usahaan dimana disadari (Full Face Shield)
terdapat gangguan bahaya Kacamata (goggles)
terhadap mata, termasuk : Kacamata keselamatan
- Penanganan Bahan dilengkapi pelindung samping
berbahaya (Safety glasses with side
- Lain-lain yang telah protection)
ditentukan.
Semua peralatan tersebut
harus diakui dan disahkan
sesuai standar
ANSI/ ISEA Z87.1-2010
American National Standard
for Occupational and
Educational Personal Eye
and Face
Protection Devices
Pelindung Kepala Seluruh daerah kerja Semua Pelindung Kepala
(Head Protection) perusahaan, kecuali : yang
Daerah Kamp dan telah diakui dan disahkan
Perkantoran. sesuai standar
ANSI/ISEA Z89.1-2009
American National Standard
for Industrial Head
Protection,
CA/ CSA Z94.1-2005
Head Protection
Pelampung Melakukan perjalanan diatas air Semua life jacket yang telah
(Life Jacket) dengan menggunakan alat diakui dan disahkan sesuai
transport untuk seluruh standar
daerah kerja perusahaan USCG Regulation Title 33
Chap 1.175.B
Personal Flotation Device
(PFD) type III: Flotation Aid.
Pelindung Tangan Seluruh daerah kerja per- Sarung tangan Katun
(Hand Protection) usahaan yang melakukan (Cotton gloves)
pekerjaan berikut ini : Sarung tangan Kulit
- Penanganan Material (Leather gloves)
- Menggunakan bahan- Sarung tangan Karet
bahan berbahaya (Rubber gloves)
- Menggunakan alat- alat Sarung tangan untuk penahan
dan perlengkapan panas (Heat resistant gloves)
Semua peralatan tersebut harus
diakui dan disahkan sesuai
standar
EN 388 -2003 Protective
gloves against mechanical
risks, EN 374-1:2003
Protective gloves against
chemicals and micro-
rganisms,
EN 659:2003
Protective gloves for
firefighters,
EN 12477-2001 Protective
gloves for welders
Pelindung Pernafasan Peralatan ini digunakan pada Semua pelindung pernafasan
(respiratory protection) tempat atau daerah kerja yang telah diakui dan
seperti disahkan
: sesuai standar
-Pada tempat yang berdebu ANSI/ AIHA Z88.6: 2006
-Pekerjaan pengecatan, Respiratory Protection
penyemprotan dengan bahan Respirator Use
kimia
-Daerah berasap atau daerah
dimana kekurangan oksigen
6. JOURNEY MANAGEMENT PLAN

 PT. PT. RAMAI JAYA ABADI, mewajibkan agar semua pekerja / karyawan
selalu membuat Route Assessment jika akan melakukan perjalanan darat /
mobilisasi dari lokasi awal ke lokasi tujuan.
 Untuk perjalanan udara menggunakan pesawat PT. PT.ARODYA BIRU
PERSADAmengikuti Sistem Manajemen Keselamatan yang berlaku di tiap
maskapai penerbangan di Indonesia sesuai dengan ketentuan ICAO yang diatur
dalam Annex 17 dan Annex 18.
 Supervisor akan melakukan pemeriksaan terhadap driver yang akan melakukan
perjalanan / yang akan digunakan / dipakai dari segi kesiapan mental, fisik dan
juga kesehatan dari driver tersebut.
 Terlampir Land Transportation
Safety 7.1 ROUTE
ASSESSMENT 7.2 JENIS ALAT
TRANSPORTASI 7.3
Kompetensi Pengendara 7.4
Inspeksi Alat Transportasi
7.5 Pemeriksaan Kesehatan Pengendara ( Medical Check UP 1 Tahun 1 Kali )

I. UMUM

Salah satu yang terpenting dalam kegiatan operasi perusahaan adalah masalah Transportasi
yang dipergunakan sebagai sarana untuk mengangkut karyawan, peralatan, serta produk lainnya.
Dalam pelaksanaan operasi transport tersebut sangat berkaitan dengan masalah keselamatan,
kesehatan dan kesejahteraan para karyawan.

Dalam bab ini dijelaskan masalah keselamatan dan keamanan serta persyaratan yang diperlukan
sehubungan dengan transportasi darat dengan tujuan untuk menjamin agar kegiatan yang
berhubungan dengan masalah transportasi darat dapat direncanakan sesuai dengan yang
direncanakan, terorganisir, terarah dan terkontrol sehingga dapat mengurangi resiko dan
dilaksanakan sesuai dengan peraturan dan perundang- undangan yang berlaku.

Pelaksanaan tentang manajemen transportasi ini disusun untuk :

 Memberikan tanggung jawab terhadap masalah transportasi


 Menjamin terpenuhinya semua persyaratan- persyaratan yang ditentukan
 Mengurangi resiko akibat adanya suatu operasi transportasi darat
 Mengurangi luka- luka atau cidera disebabkan oleh kendaraan.
 Mengurangi kerusakan dan kontrol biaya apabila terjadi suatu insiden.
 Mengembangkan dan menerapkan standar test dan seleksi untuk pengemudi.
 Mengembangkan dan menerapkan standar pemeliharaan kendaraan yang menjamin
semua kendaraan dipelihara dalam kondisi operasi yang aman.
 Mengembangkan dan menerapkan program- program dan prosedur pelatihan pengemudi.

II. KEBIJAKAN KESELAMATAN KENDARAAN BERMOTOR

Mengemudi merupakan resiko terbesar yang dihadapi oleh para karyawan. Guna
memperkecil resiko ini dan memastikan bahwa standar di seluruh daerah kerja untuk
kualifikasi dan praktek mengemudi diikuti, Kebijakan mengemudi Perusahaan ini ditetapkan dan
berlaku terhadap seluruh organisasi karyawan perusahaan.

Kualifikasi Pengemudi
Hanya karyawan yang telah disetujui saja yang diperbolehkan untuk mengemudikan kendaraan
atas nama perusahaan, termasuk kendaraan yang dimiliki maupun yang disewa oleh
perusahaan. Persetujuan hanya diberikan kepada para pengemudi yang telah mengikuti
penilaian mengemudi oleh perusahaan.

Sabuk Pengaman (seat belt)


Sebagai persyaratan hubungan kerja, seluruh karyawan harus mengenakan sabuk pengaman
setiap saat bilamana mengemudikan kendaraan, dan mereka harus memastikan bahwa semua
penumpang dikendaraannya juga mengenakan sabuk pengaman.

Minuman keras dan Obat- obat terlarang


Semua karyawan tanpa memandang apakah seorang pengemudi atau pelaksana kerja lainnya
tidak diperkenankan untuk meminum obat- obat terlarang atau meminum minuman yang
beralkohol selama melaksanakan pekerjaan. Apabila ditemukan karyawan melakukan hal
tersebut diatas akan langsung diberhentikan dari pekerjaan tanpa peringatan terlebih dahulu.
Manajemen Perjalanan

Semua lokasi kerja harus telah menyiapkan program Manajemen Perjalanan yang sesuai. Setiap
program Manajemen Perjalanan masing-masing lokasi harus mencakup seluruh kondisi
mengemudi setempat dan resiko yang telah diidentifikasi.

Keselamatan Mengemudi
 Tujuan utama perjalanan dengan menggunakan kendaraan adalah untuk keselamatan setiap
orang, baik sebagai pengemudi maupun sebagai penumpang pada kendaraan yang
diikuti. Selamat ketempat tujuan dan selamat pula kembalinya adalah keinginan bagi setiap
pengguna kendaraan.
 Usahakan agar setiap penumpang dalam perjalanan merasa aman dan sampaikan kepada
para penumpang bahwa peraturan mengharuskan setiap penumpang untuk selalu memakai
seat belt saat dalam perjalanan dengan kendaraan
 Cari tempat yang aman apabila anda ingin memarkir kendaraan.

Keberhasilan program keselamatan kerja adalah merupakan tanggung jawab tiap- tiap karyawan
untuk menerima dan membuat agar pekerjaan yang dilakukannya bebas dari kecelakaan apakah
untuk mereka sendiri maupun karyawan lainnya.

Prabumulih,15 September 2019


Terima kasih,

Gita Kencana Hati


Direktur Utama

III. TANGGUNG JAWAB & PENGAWASAN

Manajemen
Kebijakan perusahaan adalah untuk melaksanakan semua kegiatan dalam hal bagaimana
melindungi keselamatan dan kesehatan para karyawan serta anggota masyarakat. Manajemen
bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan- tindakan praktis dalam hal :

 Mengalokasikan sumber- sumber yang cukup terhadap masalah transportasi darat.


 Menjamin terpenuhinya Undang- Undang dan Peraturan- Peraturan yang
berhubungan dengan transportasi darat.
 Mengadakan kebijakan dan prosedur yang dapat meningkatkan keselamatan transportasi
darat dan disesuaikan dengan kebutuhan operasional perusahaan.
 Mengukur dan memonitor kinerja dari setiap unit aktifitas perusahaan dalam hal
keselamatan transportasi darat.
 Menyusun sasaran- sasaran, tujuan dan langkah- langkah kinerja untuk
meningkatkan keselamatan darat secara berkesinambungan.
 Mengevaluasi dan menyediakan peralatan kendaraan transportasi darat yang sesuai.
 Memastikan semua kendaraan dan peralatan dirawat sesuai dengan standar keselamatan
yang disyaratkan oleh perusahaan.
 Memastikan bahwa transportasi dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang
berhubungan dengan tanggung jawab terhadap lingkungan.

Supervisor
Pengawas merupakan kunci keselamatan transportasi darat. Pengawas harus melaksanakan
tanggung sebagai berikut :

 Harus familiar dengan Sistim Manajemen Keselamatan Transportasi Darat yang


diterapkan oleh perusahaan.
 Mengembangkan peraturan dan prosedur pelaksanaan Keselamatan Transportasi Darat.
 Menginformasikan peraturan- peraturan Keselamatan Transportasi Darat kepada seluruh
karyawan.
 Mengembangkan prosedur- prosedur untuk memonitor dan meninjau catatan tentang
pengemudi untuk memastikan bahwa pengemudi tetap melakukan tugasnya sesuai
dengan standar yang berlaku dan mengidentifikasi kemungkinan masalah yang timbul
dilapangan.
 Mengembangkan dan melaksanakan prosedur untuk memonitor, mengawasi dan
meninjau pelanggaran lalu lintas yang dilakukan pengemudi transportasi darat.
Prosedur- prosedur ini minimum harus termasuk :Meminta para pengemudi untuk
melaporkan semua kejadian pelanggaran lalu lintas.

a. Membuat catatan permanen terhadap pelanggaran lalu lintas.


b. Meninjau setiap kecelakaan yang melibatkan pengemudi dan catatan
pelanggaran- pelanggaran secara berkala sekurang- kurangnya setiap tahun.

 Membuat dan menerapkan prosedur untuk memastikan jam kerja pengemudi transportasi
darat sesuai dengan Undang- Undang dan peraturan yang berlaku.
 Menyususn pelatihan yang sesuai bagi pengemudi.
 Menegaskan dalam pelaksanaan kebijakan, prosedur- prosedur dalam pelaksanaan
transportasi darat, termasuk undang- undang dan peraturan- peraturan yang berlaku.
 Membuat semua laporan tentang kejadian kecelakaan transportasi darat.
 Bersama- sama dengan “ Team yang dibentuk oleh Manajemen “, menyelidiki
semua kejadian- kejadian dan kecelakaan yang terjadi untuk menentukan akar
masalah secara terperinci, menganalisa dan menindak lanjuti langkah- langkah
perbaikan yang disarankan

Karyawan (Pengemudi)

Para karyawan mempunyai tanggung jawab sebagai berikut :


 Harus terbiasa dengan porsi kerja sesuai dengan kebijaksanaan- kebijaksanaan ,
peraturan dan prosedur-prosedeur yang ditarapkan.
 Konsultasi dengan supervisor untuk mendapatkan penjelasan tentang isi Kebijaksanaan
(policy) , peraturan-peraturan atau prosedur-prosedur yang berlaku.
 Dilarang keras mengoperasikan kendaraan dalam keadaan mabuk karena alkohol , obat-
obat terlarang atau pengobatan yang dapat mempengaruhi keselamatan dalam
pengoperasian kendaraan bermotor.
 Beritahukan supervisor apabila sedang mengkonsumsi obat yang beresep atau tidak beresep.
 Melakukan inpeksi keselamatan sebelum menjalankan kendaraan.
 Jangan operasikan kendaraan apabila didapati kondisi kendaraan yang tidak sesuai
dengan standar keselamatan.
 Laporkan segera kepada supervisor apabila ada aktivitas dan operasi kendaraan yang
tidak aman dan ambil tindakan yang tepat bila perlu.
 Berikan bantuan instruksi kepada karyawan baru.
 Segera laporkan setiap kecelakaan dan kejadian-kejadian kepada supervisor untuk
ditindak lanjuti sesuai dengan prosedur-prosedur yang diterapkan oleh perusahaan.
 Segera laporkan apabila ada pelanggaran terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan, peraturan-
peraturan atau prosedur-prosedur yang berlaku, juga berlaku terhadap undang-undang
dan prosedur-prosedur pemerintah.

IV. KEAMANAN MENGEMUDI.

 Setiap pengemudi harus memeriksa kendaraannya sebelum dihidupkan dan pastikan


bahwa kendaraan tersebut dalam keadaan baik dan aman.
 Usahakan mengetahui batasan dan spesifikasi peralatan yang dipakai. Peralatan pada
semua kendaraan bermotor harus memenuhi persyaratan yang ditentukan.
 Semua pengemudi kendaraan harus dilengkapi dengan Surat Ijin Mengemudi kendaraan
bermotor dari Kepolisian Republik Indonesia yang masih berlaku (SIM A, BI, BII).
 Rem parkir harus dipasang bila kendaraan sedang diparkir.
 Sabuk pengaman harus dipakai.
 Para pengemudi dilarang menjalankan kendaraannya sebelum penumpang
- penumpangnya memenuhi persyaratan keselamatan.
 Jangan sekali - kali memundurkan kendaraan apabila pandangan kebelakang terhalang,
kecuali apabila :
 Kendaraan dilengkapi dengan alarm untuk berjalan mundur yang dapat digunakan,
serta dapat terdengar sejauh 200 feet diatas suara - suara disekelilingnya.
 Atau bila ada orang yang memberi isyarat bahwa aman untuk mundur.
 Pada saat mengisi bahan bakar, mesin kendaraan harus dimatikan dan penumpang
tidak dibolehkan merokok.
 Pada saat mengemudi di jalan umum, peraturan lalu lintas jalan harus dipatuhi.
 Jangan memuat bahan yang mudah terbakar dibagasi kendaraan.
 Setiap pengemudi sama sekali tidak dijinkan untuk mengambil penumpang atau pejalan
kaki yang bukan karyawan. Hal ini untuk mencegah beban biaya dan tanggung
jawab perusahaan apabila terjadi kecelakaan.
 Apabila pengemudi bertingkah laku yang tidak sopan dalam mengemudikan
kendaraannya, seperti mengganggu pejalan kaki, memonopoli jalan, melanggar
peraturan lalu lintas dan bersikap ceroboh, maka perbuatan tersebut dikategorikan
sebagai pelanggaran.
 Setiap kecelakaan yang menyangkut kendaraan perusahaan, baik kecelakaan berat maupun
ringan, harus dilaporkan secepat mungkin kepada supervisor, dan formulir
kecelakaan harus diisi.
 Dilarang masuk atau keluar dari kendaraan yang sedang berjalan, demikian juga
naik kendaraan yang tidak dirancang untuk kendaraan penumpang . Jangan
meninggalkan kendaraan dengan mesin masih berjalan, atau mengemudi dengan
pintu terbuka.
 Tidak boleh mengendarai kendaraan bermotor atau menjalankan kendaraan didaerah
yang udaranya mengandung gas atau didaerah yang mungkin terdapat akumulasi
gas.
 Pada waktu hujan kadang-kadang pekerja berlindung didalam kendaraan bermotor yang
sedang diparkir, yang mesinnya masih hidup. Untuk menghindari keracunan karbon
monoksida, ventilasi atau jendela kendaraan harus dibuka lebar untuk menjamin
tersedianya udara segar cukup banyak.

V. TEHNIK MENGEMUDI SECARA DEFENSIF (DEFENSIVE DRIVER)

Defensive Driver adalah pengemudi yang dapat menghindari kecelakaan meskipun orang lain
yang bersalah dan pengemudi yang rela menggugurkan haknya demi untuk menghindari
kecelakaan untuk keselamatan.
Semua pengemudi kendaraan bermotor harus mempraktekkan tehnik mengemudi kendaraan
secara defensif dan ketika sedang bertugas memperhatikan hal- hal berikut ini :

1. Semua pengemudi kendaraan harus hafal dan patuh kepada peraturan-peraturan lalu
lintas baik umum maupun setempat
2. Pada semua kendaraan perusahaan harus dipasang sabuk pengaman. Semua
penumpang mobil perusahaan dan mobil pribadi yang digunakan untuk urusan kerja
harus mengenakan sabuk pengaman didalam kabin dan tidak diijinkan naik bak pick-up
atau truk dijalan umum.
3. Pengendara harus membiasakan diri untuk melihat sekeliling guna melihat adanya
kemungkinan bahaya sebelum masuk kendaraan dan menjalankannya.
4. Jika terpaksa melakukan manuver kendaraan ditempat yang sempit, yakinkan bahwa
jalan telah kosong dan pengemudi dapat melihat ke seluruh daerah tersebut. Jika
pandangan pengemudi terhalang harus dibantu oleh orang lain yang pandangannya
tidak terhalang.
5. Jika pekerja yang mengemudikan kendaraan perusahaan mengantuk , harus digantikan
oleh pekerja yang bisa mengemudi. Jika tidak ada orang lain yang dapat mengemudi,
pekerja tersebut tidak boleh melanjutkan perjalanan sebelum dapat lagi mengemudi
dengan aman.
6. Sebelum menghidupkan kendaraan di pagi hari , bersihkan dulu semua jendela . Jika
hanya membersihkan sebagian kaca depan dan sebagian kaca belakang saja tidak akan
memberikan pandangan yang luas.
7. Mengemudi adalah tugas utama. Pengemudi tidak boleh mengemudikan kendaraan
sambil melakukan kegiatan lain. Sebagai contoh : kendaraan harus dipinggirkan dan
dihentikan pada waktu menggunakan telpon mobil, atau membuat catatan.
8. Dilarang mengemudikan kendaraan secara tidak aman dan tidak sopan, misalnya
mengemudi secara ugal- ugalan, tidak menghormati hak pejalan kaki, melanggar
peraturan lalu lintas dan segala macam bentuk kecerobohan lainnya yang disengaja.
9. Pengendara peralatan otomotif yang bekerja didaerah operasi perusahaan harus
mematuhi peraturan lalu lintas yang berlaku.
10. Mengemudi pada batas kecepatan maksimum pada keadaan tertentu dapat
membahayakan keselamatan. Pengemudi kendaraan perusahaan harus
mempertimbangkan baik- baik dan mengatur kecepatan sesuai dengan kondisi
kendaraan, lalu lintas jalan dan cuaca.

Pengemudi yang defensive mempunyai kriteria sebagai berikut :

a. Dapat menghindari kecelakaan


b. Mematuhi Peraturan
c. Sopan santun
d. Tepat waktu
e. Tidak menyalah gunakan kendaraan

Pengemudi yang waspada adalah :

1. Pengemudi yang mau dengan sengaja menggugurkan haknya untuk menghindari kecelakaan
2. Pengemudi yang selalu mengimbangi kekurang trampilan pengetahuan pengemudi
lain (lawan)
3. Pengemudi yang menyadari bahwa dia tidak mempunyai kemampuan untuk
mengontrol kelakuan yang tidak terduga dari pengemudi lain/ pengguna jalan ataupun
kondisi jalan dan cuaca.
4. Pengemudi yang mampu menghindari kesalahan- kesalahan dan jebakan- jebakan
sewaktu mengemudi
5. Pengemudi yang dapat menyesuaikan dirinya dengan kendaraan, jalan, keadaan dan cuaca.
Lima Sikap Pengamatan :

1. Pandangan jauh kedepan. Lihat sejauh mata memandang 30-120 detik kedepan.
Memposisikan mobil di tengah di jalur lalu-lintas, menempatkan pada posisi yang aman
sejak dini
Pandanglah sejauh mata anda memandang, Zona penglihatan di dalam kendaraan terbagi
menjadi 3 Zona / Daerah Penglihatan:
 ZONA PERENCANAAN : (MENGETAHUI ANCAMAN), daerah penglihatan yang akan
anda lintasi dalam 30 - 120 detik didepan
 ZONA PENELITIAN : (MEMPELAJARI ANCAMAN & SIAP MENGAMBIL KEPUTUSAN),
dimana ancaman terlihat jelas mulai jarak 12 - 15 detik di depan
 ZONA BERTINDAK : (MENGHINDARI ANCAMAN), dimana anda bertindak diketahui
dalam 4 - 6 detik di depan
2. Kuasai seluruh bidang pandang dengan cara melakukan pemeriksaan secara kontinu
terhadap kondisi sekeliling. Bergerak secara halus pada saat berhenti maupun saat
menikung tidak tersentak- sentak. Dengan cara ini anda akan mempunyai waktu yang
cukup untuk bereaksi. “ Jaga Jarak dan kuasai seluruh bidang ”
3. Gerakan mata anda kedepan - 2 detik. Periksa kaca spion belakang  setiap 5 - 8
detik. Hal ini membuat anda terus WASPADA, menghindari tabrakan di persimpangan
dan tabrakan dari belakang.
4. Ruang untuk menghindar. Selalu menyediakan ruang untuk menghindar, jarak antar
kendaraan atau berada pada jalur yang benar bahkan keluar dari bahu kiri jalan.
Mempunyai ruang alternative pada keempat sisi, ingat selalu ke depan. Bersiaplah,
antisipasi apa yang tidak diperkirakan”.
5. Pastikan mereka melihat Anda. Berkomunikasilah dalam bahasa lalu-lintas: klakson,
lampu, isyarat. Manfaatnya adalah menjalin kontak mata langsung, menghindari pejalan
kaki dan tabrakan di pesimpangan.

VI. MANAJEMEN PERJALANAN

Tujuan dari prosedur manajemen perjalanan adalah untuk menjamin keselamatan bagi para
pengemudi, penumpang dan barang. Prosedur manajemen perjalanan meliputi antara lain :
a. Mengurangi kebutuhan terhadap transportasi darat yang kurang penting
b. Mengurangi lamanya perjalanan dan meningkatkan efisiensi
c. Memonitor kinerja
d. Menjamin pengemudi kendaraan menyadari setiap perencanaan perjalanan dan resiko
e. Mengurangi resiko operasi transportasi darat
Pengurangan Perjalanan

Elemen penting dalam perencanaan manajemen perjalanan adalah penilaian (assessment)


terhadap kebutuhan perjalanan transportasi darat. Mengurangi kebutuhan dengan
transportasi dapat mengurangi resiko transportasi bagi pengemudi, penumpang dan barang.

Setiap perjalanan transportasi darat harus dianalisa berdasarkan kebutuhan perjalanan business,
resiko pengemudi, penumpang dan barang serta alternatif praktis yang tersedia.

Beberapa cara mengurangi resiko perjalanan darat seperti:


a. Penggunaan alat transportasi alternatif seperti udara, air, kereta, dan lain- lain
b. Menggunakan metode komunikasi elektronik

VI.1. Pre- Trip Mental Inventory


Sebelum melakukan suatu perjalanan dengan menggunakan kendaraan, seorang pengemudi perlu
untuk melakukan suatu pertanyaan pada diri sendiri tentang :
 Siapkah mental dan fisik saya untuk mengemudi
 Dapatkah saya menduga hal-hal luar biasa dan tak terduga seperti cuaca, dan kondisi lalu lintas
 Bagaimanakah kondisi mobil yang saya kemudikan
Setelah menjawab pertanyaan ini dengan “ YA “, kenakan seat belt, hidupkan mesin dan
siap untuk mengadakan perjalanan.

VII. KEAMANAN KENDARAAN


Untuk mencegah suatu kecelakaan yang mungkin dapat terjadi serta guna memudahkan
dalam melakukan suatu perjalanan, berikut ada 12 hal yang mencakup dalam daftar Periksa
sebelum melakukan perjalanan guna mencegah kecelakaan sedini mungkin, yaitu :
 Periksa semua lampu.
 Periksa bahan bakar, minyak mesin, bahan pendingin mesin dan sabuk pengaman.
 Periksa apabila ada klem pelek yang kendur dan periksa pula ban untuk memastikan
tekanan udara dan kondisinya baik.
 Pastikan semua peralatan yang kendur telah dikencangkan.
 Periksa peralatan pengaman yang diisyaratkan oleh perusahaan dan peraturan
Pemerintah yang antara lain meliputi :
 Sabuk Pengaman
 Penyapu kaca depan
 Alat Pemadam kebakaran
 Segitiga Pengaman
 Kotak P3K
 Kunci, dan lain-lain.
 Singkirkan semua benda lepas seperti botol minuman atau bahan berbahaya dari
tempat pengemudi.
 Pastikan kaca depan dan jendela sisi bersih dan bahwa kaca spion belakang bersih dan
telah distel untuk pandangan yang benar.
 Hidupkan mesin dan amati seluruh instrumen, meter pengukur dan lampu indicator
guna memastikan pengoperasian yang benar.
 Pastikan bahwa system rem bekerja dengan baik
 Periksa penyapu kaca depan dan klason.
 Pastikan bahwa seluruh dokumentasi yang disyaratkan ada, termasuk namun tidak
terbatas pada : Surat Ijin Mengemudi, STNK, lain-lain.
 Kencangkan sabuk pengaman.

VII.1. Cara Mundur Yang Aman

 Amankan Lokasi di belakang dan di samping kendaraan anda


 Bunyikan klakson sebelum mundur
 Apabila yakin keadaan aman, mundur segera dan ingat di belakang Anda bisa berubah
 Mundur dengan cara perlahan-lahan
 Pada saat mundur lihat kaca spion
 Jangan mundur melebihi jarak yang diperlukan
 Selalu mundur ke sisi pengemudi
 Gunakan pemandu
 Parkir kendaraan dengan posisi siap maju

VIII. MENGEMUDI SAMBIL BERKOMENTAR (COMMENTARY DRIVE)

Mengemudi sambil berkomentar (commentary drive) adalah suatu tes kelayakan mengemudi
berdasarkan cara mengemudi yang defensif (benar & aman) dengan menggunakan teknik 5
SIKAP PENGAMATAN yang gunanya meninjau keterampilan dan kebiasaan mengemudi.
Sedangkan tujuan mengemudi sambil berkomentar adalah untuk :
 Meningkatkan perhatian & konsentrasi pada saat mengemudi
 Mengetahui kekurangan-kekurangan diri sendiri
 Selalu memprioritaskan ancaman-ancaman bahaya
 Meningkatkan dasar-dasar 5 SIKAP PENGAMATAN
 Meningkatkan kebiasaan kontak mata
 Menggunakan prinsip ruang dan bidang pandang
Dalam mengemudi sambil berkomentar, maka hal-hal yang harus dilaksanakan dalam prakteknya
adalah :

 Saat berhenti dibelakang kendaraan : roda belakang dapat dilihat


 Dipersimpangan : periksa kanan - kiri - kanan sebelum melintasinya
 Hitung penundaan 1,2,3 setelah kendaraan di depan mulai bergerak
 Jarak aman waktu mengikuti (4 - 6) detik untuk kendaraan kecil
 Jarak aman waktu mengikuti (6 - 8) detik untuk kendaraan besar
 Pengecekan kaca spion lima sampai delapan detik
 Saat- saat dilampu hijau - titik keputusan
 Periksa ruang kemudi kendaraan yang diparkir
 Periksa kaca spion ketika mengerem / berhenti
 Menoleh kesamping - mengamankan bidang pandang
 Jalin kontak mata
 Gunakan jauh kedepan (30 - 120 detik kedepan)
 Posisi tangan yang tepat adalah ( 10 - 2 )
 Pengecekan kendaraan
 Gunakan putaran mesin yang sesuai / mengemudi tidak kasar

IX. PERAWATAN KENDARAAN

Perawatan kendaraan merupakan bagian yang penting dalam menunjang masalah keselamatan
transportasi darat. Perawatan yang benar terhadap kendaraan transportasi darat akan
mengurangi kecelakaan, kejadian- kejadian dan kerusakan yang fatal.

Semua kendaraan harus dirawat sesuai dengan prosedur yang benar. Perawatan rutin yang
dimonitor dan dilakukan pada basis “ per-kilometer per-hari “ atau konsumsi bahan bakar
sesuai kendaraan yang beroprasi. Perawatan yang rutin harus dijadwalkan untuk
memaksimalkan keselamatan dan kegunaan. Bagian Pemeliharaan (Maintenance) mempunyai
tanggung jawab utama terhadap perawatan kendaraan transportasi darat. Team pemakai dan
operator mempunyai tanggung jawab untuk mengidentifikasi perawatan dan persyaratan
keselamatan. Untuk setiap kendaraan bus dan kendaraan cadangan penumpang, pre-trip
inspection harus dilakukan dan didokumentasikan oleh operator setiap sebelum melakukan
perjalanan.

Kendaraan transportasi darat harus sesuai dengan standar lingkungan minimal, undang- undang
dan peraturan yang berlaku. Kendaraan yang dioperasikan harus tetap memperhatikan
standar keselamatan, kesehatan dan lingkungan kendaraan, misalnya tingkat emisi udara.

X. PROSEDUR LAPORAN KECELAKAAN / INSIDEN TRANSPORTASI DARAT


Laporan dan prosedur- prosedur perbaikan sangat penting untuk laporan penanganan serta
penyelidikan kecelakaan/ insiden.

Laporan

Suatu Laporan awal tentang kecelakaan sangat diperlukan untuk mengetahui apa yang
sebenarnya terjadi tentang kecelakaan tersebut. Laporan yang cepat yang dilakukan
pengemudi terhadap pihak yang bertanggung jawab setelah kecelakaan dapat dilakukan
melalui telepon, radio atau peralatan komunikasi lainnya.
Adapun bahan yang dilaporkan adalah sebagai berikut :
 Identitas pengemudi dan kendaraan yang terlibat dalam kecelakaan.
 Waktu dan lokasi kecelakaan.
 Tingkat kerusakan atau cidera
 Jenis dan keadaan barang atau penumpang
 Keadaan cuaca
 Petugas kepolisian atau aparat keamanan yang terkait
 Kondisi kendaraan
 Keterangan singkat tentang peristiwa yang menyebabkan kecelakaan
 Pendukung tambahan yang diperlukan ditempat kejadian
 Laporan tertulis dan pernyataan pengemudi serta saksi.

Penanganan di Tempat Kejadian

Masalah berikut ini sebaiknya dimasukkan kedalam prosedur penanganan kejadian serta
dalam suatu perencanaan :

 Prosedur- prosedur laporan untuk pelayanan keadaan darurat


 Prosedur untuk laporan dan tindakan penanganan kecelakaan dan sumber-
sumber terkait lainnya dalam keadaan darurat
 Pengenalan bahaya lalu lintas
 Perlengkapan darurat/ sumber- sumber yang ada ditempat kejadian
 Perawatan cidera dan sumber- sumber perawatan yang ada
 Muatan barang dan prosedur penanganannya termasuk benda- benda berbahaya
 Tindakan team penyelidikan kecelakaan.

Penyelidikan Kecelakaan

Semua kecelakaan transportasi darat yang terjadi harus diselidiki sesuai dengan prosedur
standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan pelaksanaan penyelidikan dilakukan oleh
pimpinan terkait dan HSE Departemen.
Sebagai tambahan terhadap hal- hal standar yang diperlukan dalam penyelidikan kecelakaan,
hal khusus berikut yang berkenaan dengan kecelakaan harus pula diselidiki, yaitu :

 Jenis permukaan jalan (seperti beraspal, beton, batu krikil)


 Keadaan permukaan jalan (rata, kasar lembab, berpasir)
 Gerakan roda yang menggelincir atau jejak ban (ukur dan di photo jika mungkin)
 Kecepatan kendaraan yang bersangkutan
 Pengamatan dari segala sisi (tanjakan, bukit, bangunan yang menghalangi pandangan
dan lain- lain, jika perlu diphoto.
 Batas pandangan sesuai dengan waktu atau cuaca (hujan lebat, kegelapan, kabut, asap)
dan lain- lain.
 Pernyataan saksi- saksi dan pihak- pihak yang terkait
 Kondisi pengemudi yang bersangkutan (kelelahan, pengaruh alcohol, obat- obat terlarang
dan lain- lain)
 Diagram tempat terjadinya kecelakaan
 Photo- photo tempat terjadinya kecelakaan
 Seluruh jam mengemudi dari pengemudi sejak periode terakhir.
7. EMERGENCY RESPONSE PLAN
GENCY RESPONSE PROCEDURE

1. Penanggulangan Keadaan Darurat Kecelakaan Kerja:


Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan adalah tindakan pertolongan sementara yang diberikan
kepada seseorang yang mendapat kecelakaan, sampai korban kecelakaan mendapat perawatan
kesehatan lanjut atau dibawa ke Rumah Sakit.

2. Penanggulangan Keadaan Darurat Kebakaran:


Untuk menghindari terjadinya kebakaran di tempat kerja maka semua pekerja diharapkan
dapat selalu memperhatikan hal-hal di bawah ini :
• Bila anda meninggalkan lokasi kerja perhatikan bahwa semua peralatan yang menggunakan
listrik seperti mesin tik listrik, mesin fotocopy, komputer, water dispenser, alat pemanas,
termasuk penerangan telah diputuskan hubungan listriknya.
• Merokok di tempat yang telah ditentukan, pastikan bahwa puntung rokok tersebut tidak
ada bara api sebelum dibuang ke asbak / tempat pembuangan
• Dilarang membawa masuk/menyimpan barang-barang yang mudah terbakar kedalam bangunan
• Jika mendapatkan kerusakan atau gangguan instalasi listrik segera menghubungi petugas
yang terkait
• Jangan membebani muatan pada satu stop kontak secara berlebihan, satu stop kontak
hanya dapat dibebani maksimum 2.200 watt atau 10 ampere
Untuk pekerjaan yang memerlukan izin kerja:
• Ikuti semua petunjuk yang tertera dan tertulis dalam ijin kerja
• Basahkan/semprot dengan air, daerah-daerah dekat pengelasan dan pemotongan.
• Putuskan sistem pelindung kathodik sebelum pekerjaan pemotongan atau pemisahan pipa-
pipa dan segera difungsikan kembali setelah pekerjaan selesai.
• Jika pekerjaan telah selesai, yakinkan bahwa semua area kerja telah bersih dari
kemungkinan kebakaran sebelum ijin kerja ditutup.
• Hentikan segera semua kegiatan atau pekerjaan jika kondisi akan membahayakan yang
menimbulkan terjadi kebakaran atau jika mendengar sirene darurat.
• Yakinkan bahwa seorang pemerhati kebakaran (fire watcher) telah berada di area,
sebelum pekerjaan dimulai.

Untuk memudahkan penanggulangan kebakaran dan evakuasi dalam keadaan darurat di tempat
kerja maka semua pekerja diharapkan dapat selalu memperhatikan hal-hal di bawah ini :
• Alat Pemadam Api Ringan harus dilaksanakan pemeriksaan secara berkala.
• Alat pemadam api ringan dalam kondisi yang siap untuk dioperasikan harus dipasang
pada tempat yang telah ditentukan setiap saat.
• Jauhkan/usahakan daerah lokasi kerja bebas dari puing-puing yang berserakan.
• Pelihara koridor-koridor yang menuju sarana jalan keluar/darurat selalu tetap bebas hambatan.
• Pastikan tidak ada barang-barang di depan Hidran Box atau APAR yang dapat menghalangi
dalam mencapainya.
• Pelajari lokasi alat pemadam api dan bagaimana memakainya.
• Pelajari jalan keluar.
• Lakukan Pelatihan Evakuasi secara berkala.

3. Penanggulangan Keadaan Darurat Bencana Alam ( Banjir, Gempa Bumi, dll ) :


a. Menghentikan pekerjaan dan merapihkan alat-alat kerja apabila dimungkinkan.
b. Menginstruksikan untuk dapat menyelamatkan diri, melalui pintu-pintu ataupun jalan
yang sudah ditetapkan melalui supervisior lapangan.
c. Mencari bantuan melalui instansi terkait.

4. Penanggulangan Keadaan Darurat Gangguan Masyarakat (Di dalam Area Pekerjaan):


Apabila terjadi huru-hara, Demontrasi, maka akan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menghentikan sementara pekerjaan.
b. Memberikan arahan kepada pekerja agar tidak terpancing provokasi melalui supervisior
lapangan.
c. Melakukan koordinasi kepada petugas keamanan setempat.
d. Melaporkan adanya keadaan darurat kepada polisi wilayah setempat.

5. Penanggulangan Pencemaran
Melakukan pengumpulan data dan laporan lengkap, pengawas wilayah setempat segera
melaksanakan tindakan sebagai berikut :

Mengamankan daerah sekitar pencemaran terhadap sumber api dan meminta bantuan
Keamanan (Security) untuk menutup daerah tersebut dari lalu lintas umum dan dari orang -
orang yang tidak bertanggung jawab,

Membantu korban yang mungkin ada,


Menghentikan, memperbaiki dan mengisolir sumber pencemaran.
mergency Respond ( Format Terlampir )

edical Evacuation ( Format Terlampir )

dengan Rumah Sakit ( Lakukan kerjasama dengan RS terdekat dari lokasi Project )

gency Contact Number

RENCANA PERSIAPAN KEADAAN DARURAT


EMERGENCY PREPAREDNESS PLAN

PUSAT PENGENDALIAN KEADAAN DARURAT


(EMERGENCY- CONTROL CENTER)

OFFICE :

REGU LUAR (EXTERNAL TEAM)


PMK (Fire Brigade) :

POLISI :
RUMAH SAKIT :

REGU TANGGAP DARURAT (EMERGENCY TEAM)


TRANSPORT
HSE DEPT. : 021- 83783323
HRD. DEPT. : 0296-422255
PEMILIK / OWNER :
LOGISTIC DEPT.
Pernyataan kepada karyawan 0296-422255
untuk Evakuasi ke tempat
berkumpul
(Muster Point) DIREKTUR Gita Kencana Hati

HP :
PERSONAL CONTACT NUMBER & EMERGENCY CALL
PHONE (OFFICE): 0296- 422255
TELEPHONE
NO NAMA JABATAN
MOBILE
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

No EMERGENCY FACILITY PHONE

1
2
3

Jadwal Pelatihan ( Emergency Drill )

 Jadwal pelaksanaan pelatihan dilakukan 1 kali sebelum kegiatan proyek dimulai,


dengan terlebih dahulu mensosialisasikan ke seluruh pekerja yang terlibat di proyek
tersebut.
Peralatan Emergency ( Standar)

NAMA
No TYPE KAPASITAS KEGUNAAN PENEMPATAN
PERALATAN

1 APAR POWDER 6 KG – 9 KG Alat Pemadam Api Lokasi Proyek

Penanggulangan
2 Tempat Sampah - 20 Liter Lokasi Proyek
Pencemaran

3 Hand Phone (HP) Standar - Alat Komunikasi Tim Dilapangan

4 KOTAK P3K Standar Pertolongan Pertama Lokasi Proyek

5 Tandu Standar Evakuasi Lokasi Proyek


8. INVESTIGASI INSIDEN
ANOMALY ANG ACCIDENT REPORT AND INVESTIGATION PROCEDURE

Prosedur ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa semua karyawan perusahaan memahami
perlunya suatu penanganan kecelakaan, insiden/near miss/ hampir celaka, anomaly/ penyimpangan
dan bahwa setiap kecelakaan, insiden dan penyimpangan/ anomaly yang mungkin terjadi ditempat
kerja ditangani dengan sebaik - baiknya.
Sebagai suatu acuan standar, prosedur ini dapat membantu kita melaksanakan pelaporan dan
penyelidikan untuk suatu kecelakaan, insiden/ near miss dan anomaly sesuai dengan ketentuan
Perusahaan.

Dengan pemahaman yang mendalam atas prosedur pelaporan dan penyelidikan ini, kita menuju ke
suatu sasaran Perusahaan dalam masalah keselamatan kerja, meminimalkan kecelakaan, korban luka-
luka dan kerugian Perusahaan yang mungkin dapat terjadi.

II. BATASAN DAN PENGERTIAN

Kecelakaan (Accident ): adalah suatu kejadian yang tidak terencana dan tidak diinginkan yang
berakibat luka - luka, cidera, cacat ataupun kematian pada manusia, kerugian proses, kerusakan pada
peralatan atau lingkungan sekitar.

Insiden (Incident) adalah suatu kejadian yang tidak terencana yang tidak mengakibatkan suatu
kerugian, namun apabila hal tersebut terjadi pada kondisi yang sedikit berbeda dapat mengakibatkan
luka - luka pada manusia, kerugian proses, kerusakan pada peralatan atau lingkungan sekitar. Definisi
ini selalu digunakan dalam istilah keselamatan kerja dan kadang - kadang disebut Near Miss atau lebih
tepatnya Near Accident (DNV/ILCI).
Penyimpangan (Anomaly) :

Penyimpangan dari suatu ketentuan/ prosedur (Anomaly) adalah suatu keadaan berbahaya yang
disebabkan oleh karena adanya tindakan dibawah standar, yang mengakibatkan terjadinya kondisi
dibawah standar, yang apabila tidak diatasi dengan segera akan dapat mengakibatkan terjadinya
suatu kecelakaan atau insiden. Anomaly merupakan suatu situasi yang mempunyai potensi untuk
memperbesar terjadinya suatu insiden.
Apabila terjadi suatu penyimpangan (anomaly), semua kegiatan harus segera dihentikan (STOP =
Safety Training Observation Program) untuk selanjutnya segera diadakan perbaikan sampai kondisi
tersebut telah dinyatakan aman oleh pihak yang berwenang.

Kecelakaan dengan Hari Hilang (Lost Time Accident) : adalah suatu kecelakaan yang mengakibatkan
luka atau sakit akibat kerja sehingga karyawan yang bersangkutan tidak mampu untuk bekerja seperti
semula pada shift berikutnya

Hari Hilang adalah hari dimana pekerja tidak mampu bekerja akibat kecelakaan kerja tambang,
dihitung mulai pada jadwal kerja hari berikutnya sampai dengan mampu bekerja kembali. Selama
proses medis untuk kepentingan observasi tidak dianggap sebagai hari hilang, kecuali hasil observasi
tersebut positif bahwa pekerja tidak mampu bekerja. Hari minggu, hari libur dan hari besar yang
terdapat dalam kurun waktu tidak mampu kerja dianggap sebagai hari hilang.

Kasus Pertolongan Pertama (First aid cases) adalah setiap peristiwa kecelakan yang tidak
menyebabkan kehilangan waktu kerja akibat kecelakaan.

Jumlah korban fatal (Number of Fatalities) adalah jumlah korban sebenarnya yang meninggal akibat
suatu kecelakaan kerja

Fatal Accident Rate adalah ukuran terjadinya kecelakaan yang bersifat fatal per dua ratus ribu jam
kerja dalam periode tertentu.

Kecelakaan berakibat hilangnya hari kerja (Lost Time Injuries) adalah jumlah keseluruhan korban
meninggal, cacat permanen total, cacat permanen sebagian dan kasus-kasus hilangnya hari kerja.

Keseluruhan Incident Rate yang Tercatat (Total Recordable Incident /TRI) adalah jumlah seluruh
kasus kecelakaan yang berhubungan dengan cidera atau penyakit akibat kerja, disebabkan oleh :

Kasus kehilangan hari kerja (Lost Workday Cases), seperti :


 Kecelakaan Fatal (Fatal Accident) adalah suatu kecelakaan kerja tambang yang menyebabkan
kematian tanpa memperhitungkan tenggang waktu antara terjadinya kecelakaan dengan
meninggalnya korban.
 Kasus Meninggalkan Hari Kerja (Days Away from Work Cases) : Kasus- kasus dimana
karyawan atau kontraktor pergi meninggalkan pekerjaan sehari atau atau lebih setelah hari
kerjanya sehubungan dengan cidera atau sakit akibat kerja.
 Kasus Hari Kerja yang Terbatas (Restricted Work Day Cases) adalah setiap kecelakaan kerja
yang menyebabkan pemberian tugas di luar tugas yang biasa dikerjakan sebagai
pekerjaannya setelah hari terjadinya kecelakaan. Tugas terbaik yang diberikan harus
mempunyai arti dan ditentukan lebih dahulu atau merupakan bagian besar suatu jabatan.

Keseluruhan Incident Rate yang tercatat selama 1 (satu) tahun (Total Recordable Incident Rate for
Each Year) adalah jumlah keseluruhan kasus Kecelakaan dengan Hari Hilang (LTI)
ditambah dengan kasus hari kerja yang terbatas (RWDC) dan Kasus Perawatan Medis (MTC)
setiap dua ratus ribu jam kerja selama jangka waktu 1 (satu) tahun.

(LTI + RWDC + MTC) x 200,000


TRIR = -------------------------------------------
Jumlah Jam Kerja karyawan

Kasus Perawatan Medis (Medical Treatment Cases) adalah setiap kecelakaan kerja yang tidak
menyebabkan kehilangan hari kerja atau hari kerja yang terbatas (RWDC) tetapi
membutuhkan perawatan oleh, atau dibawah pengawasan khusus dari seorang Dokter karena
diperlukan perawatan yang melebihi dari pengobatan First Aid.
Frekuensi kecelakaan berakibat hilangnya hari kerja (Lost Time Injury Frequency) adalah jumlah
Kecelakaan dengan Hari Hilang (LTI) setiap dua ratus ribu jam.

LTI x 200,000
LTIF = -----------------------------------
Jumlah Jam Kerja Karyawan

Severity Rate (tingkat keparahan) yaitu jumlah keseluruhan kehilangan hari kerja selama masa
jangka waktu tersebut dikalikan 1,000,000 dan dibagi dengan jumlah jam kerja terpapar.

Frequncy Rate (tingkat kekerapan) yaitu jumlah keseluruhan kasus “lost time accident” dikalikan
1,000,000 dan dibagi dengan jumlah jam kerja terpapar.

Tingkat kekerapan tabrakan kendaraan bermotor (Motor Vehicle Crash Frequency Rate) adalah
setiap peristiwa yang melibatkan semua kendaraan berat dan ringan, termasuk bus atau kereta
(gerbong), dan kendaraan bermotor ( hak milik, sewa, atau yang disewa oleh perusahaan - atau
kendaraan pribadi yang digunakan untuk kepentingan perusahaan) yang berakibat kematian, cidera
atau kerusakan hak milik, kecuali seperti kendaraan yang diparkir dengan benar pada saat kejadian.

Jumlah Kendaraan Bermotor yang Bertabrakan x 1,000,000


MVCFR = ------------------------------------------------------------------------
Kilometer Kendaraan yang digunakan

III. PROSEDUR & ALUR PELAPORAN KECELAKAAN

Setiap kecelakaan, insiden/ near miss ataupun penyimpangan - penyimpangan (anomalies) akibat
adanya suatu tindakan dibawah standar wajib segera dilaporkan kepada atasan langsung yang terkait.

Adapun pihak – pihak yang bertanggung jawab dalam prosedur laporan ini adalah sebagai berikut :

ervisor/ Atasan Langsung

Dalam hal kecelakaan fatal, berat atau kecelakaan dengan hari hilang :

 Pastikan bahwa semua korban telah mendapatkan perawatan medis.


 Pastikan bahwa lokasi terjadinya kecelakaan tidak diubah dan telah dilakukan pengamanan
yang diperlukan
 Beritahukan kecelakaan tersebut kepada pengawas langsung yang bersangkutan,
Departemen HSE dan Direktur
 Informasikan kepada Departemen HSE hal - hal yang diperlukan guna membuat laporan
pendahuluan (Faxcimile) untuk pihak ketiga yang terkait.
 Lakukan tindakan pencegahan dengan segera agar kecelakaan tidak terjadi lagi sampai
kecelakaan tersebut diselidiki dengan sepenuhnya dan rencana tindakan perbaikan telah
dilakukan.
 Lakukan penyelidikan ditempat kejadian, lengkapi form laporan kecelakaan dan laporan
penyelidikan kecelakaan tersebut dikirimkan ke Departemen HSE secepatnya.

Dalam hal kecelakaan ringan :

 Pastikan bahwa semua korban telah mendapatkan perawatan medis, dan lakukan
pengamanan yang diperlukan terhadap semua yang terlibat.
 Beritahukan kecelakaan tersebut kepada Departemen HSE dan pengawas langsung yang
bersangkutan.
 Lengkapi form laporan penyelidikan kecelakaan dan kirimkan ke Departemen HSE.
 Lakukan tindakan perbaikan untuk mencegah agar kecelakaan tersebut tidak terjadi lagi.

Dalam hal terjadi insiden/ near miss :

 Pastikan bahwa kegiatan ditempat kerja dimana terjadi insiden/ near miss dilakukan
penghentian sementara sampai kondisi dinyatakan normal kembali untuk mencegah agar
tidak terjadi kecelakaan.
 Diskusikan dengan segera keadaan tersebut, ketahui jenis tindakan yang segera diperlukan
dan selanjutnya lakukan tindakan - tindakan perbaikan.
 Buat laporan kejadian, sebutkan tindakan yang dilakukan sehingga keadaan tersebut benar -
benar telah menjadi aman dan bicarakan dengan kepala bagian.
 Tanda tangani laporan kejadiannya, dan salinannya agar dikirimkan ke Departemen HSE.
 Sampaikan hal tersebut kedalam daily toolbox dan weekly departemen meeting.

Catatan :
“Adalah sangat penting bahwa semua Insiden/ Near Miss, Penyimpangan/ Anomaly dilaporkan dan
diselidiki dengan cara yang sama seperti kecelakaan yang sebenarnya”.

Dalam hal adanya Penyimpangan - Penyimpangan (Anomalies)


 Pastikan bahwa kegiatan ditempat kerja dimana ada penyimpangan - penyimpangan
dilakukan penghentian (penundaan pelaksanaan pekerjaan) untuk mencegah agar tidak
terjadi kecelakaan.

 Diskusikan dengan segera keadaan tersebut, lakukan tindakan perbaikan yang diperlukan
sampai keadaan telah benar - benar dinyatakan aman baik untuk lokasi dimana pekerjaan
akan dilanjutkan maupun keadaan sekitarnya.

 Buat laporan, sebutkan tindakan yang telah dilakukan sehingga keadaan tersebut benar -
benar telah menjadi aman.
 Bicarakan dengan pengawas langsung, tanda tangani laporan kejadiannya, dan salinannya
agar dikirimkan ke Departemen HSE.

 Sampaikan hal tersebut kedalam daily toolbox meeting.

Supervisor

Dalam hal kecelakaan Fatal, Berat atau kecelakaan dengan Hari Hilang :

 Segera ke lokasi kecelakaan untuk melakukan penyelidikan, membuat photo dan mencari
serta mengumpulkan bahan - bahan yang diperlukan untuk penyelidikan .

 Bekerja sama dengan bagian Human Resources (HRD) menyiapkan telex/ faxcimile laporan
pendahuluan untuk pihak ketiga yang terkait.

 Memeriksa laporan penyelidikan kecelakaan dan membuat ringkasannya, memilih beberapa


diantaranya untuk dipasang di bulletin keselamatan kerja dan/ atau menampilkannya dalam
monthly / weekly safety meeting.

Dalam hal Kecelakaan Ringan :

 Kirimkan petugas HSE Officer ke lokasi kecelakaan untuk melakukan penyelidikan, mencari
serta mengumpulkan bahan- bahan yang diperlukan untuk penyidikan.
 Memeriksa laporan penyelidikan kecelakaan dan membuat ringkasannya, memilih beberapa
diantaranya untuk dipasang di bulletin keselamatan kerja dan/ atau menampilkannya dalam
weekly safety meeting.

Dalam hal terjadi Insiden/ Near Miss :

 Diskusikan dengan segera laporan tersebut dengan HSE Officer


 Pastikan bahwa kegiatan ditempat kerja dimana terjadi insiden/ near miss telah dilakukan
perbaikan untuk mencegah agar tidak terjadi kecelakaan.
 Pastikan bahwa laporan kejadian telah dibuat dan salinannya telah diterima untuk dievaluasi
dan dimasukkan kedalam laporan bulanan.
 Sampaikan hal tersebut kedalam departemen meeting.

Dalam hal terjadi Penyimpangan- penyimpangan (Anomalies)

 Diskusikan dengan segera keadaan tersebut dengan pengawas terkait, bicarakan hal- hal
yang diperlukan dan lakukan tindakan perbaikan dengan segera serta berikan pengarahan
tentang pelaksanaan kerja yang benar.
 Sampaikan hal tersebut kedalam safety meeting.
HRD Supervisor

Apabila diberitahu adanya suatu kecelakaan yang mengakibatkan cidera dan hari hilang bagi
karyawan, HRD Supervisor akan menghubungi HSE Supervisor dan bertanggung jawab untuk
melengkapi laporan dalam bentuk KK2 dan seterusnya sesuai dengan ketentuan yang akan
disampaikan ke Departemen Tenaga Kerja dan Jamsostek setempat dimana terjadi kecelakaan.

Bentuk KK2 – Laporan Kecelakaan, sudah harus diserahkan ke Departemen Tenaga Kerja/
Jamsostek oleh bagian HRD dalam waktu 2 x 24 jam setelah terjadinya kecelakaan.

IV.PENYELIDIKAN KECELAKAAN

Setiap kecelakaan yang terjadi tanpa memandang apakah kecelakaan tersebut bersifat berat atau
ringan harus dilakukan penyelidikan dengan seksama, hal ini merupakan kelengkapan dari suatu
laporan kecelakaan.

Dalam melakukan penyelidikan adalah sangat penting untuk melakukan wawancara - wawancara dan
meminta pernyataan - pernyataan tertulis dengan segera dan secepat mungkin setelah peristiwa
tersebut terjadi dan ini harus dilakukan sebelum para saksi - saksi meninggalkan tempat kejadian /
lokasi. Hal ini harus menjadi pertimbangan bagi orang yang berkepentingan untuk melakukan
penyelidikan kecelakaan.

m Penyelidik

Suatu team penyelidik yang independen harus segera ditunjuk oleh manajemen dengan tugas
utama mencari temuan - temuan yang diperlukan untuk menentukan penyebab kecelakaan.
Team penyelidik sebaiknya di koordinir oleh Manager dan terdiri dari (paling tidak) bagian yang
bersangkutan dengan kecelakaan, Departemen HSE dan anggota ahli dari bagian lain.

Dalam hal Kecelakaan Fatal dan Berat :

Dalam hal terjadi kecelakaan yang bersifat fatal atau berat, Direktur atau yang mewakilinya
membentuk team penyelidik yang terdiri dari Manager, Supervisor terkait dengan kecelakaan,
HSE Supervisor serta anggota ahli dari bagian lain.

Laporan penyelidikan terdiri dari :

 Waktu kecelakaan : tanggal, hari, jam, bulan dan tahun,


 Tempat kecelakaan,
 Korban kecelakaan : nama, jenis kelamin, umur, status, jabatan, nama perusahaan,
 Klasifikasi kecelakaan : meninggal/ fatal, berat, sedang, ringan,
 Cerita kejadian yang jelas, keadaan cuaca & kondisi umum,
 Urutan hal yang terjadi, faktor penyebab,
 Perkiraan kerugian/ biaya, bahan - bahan yang rusak,
 Analisa, kesimpulan dan rekomendasi.

Hal- hal Penunjang :

 Temuan – temuan,
 Laporan Kecelakaan/ Insiden,
 Pernyataan saksi mata, Photo – photo,
 Sketsa/ gambar, Keterangan medis.

Hasil penyelidikan yang lengkap harus diberikan kepada Direktur melalui General Manager
untuk mendukung tindakan - tindakan yang diamati.

Team Penyelidik Independen

Team penyelidik terdiri dari Manager, HSE Supervisor, Supervisor yang bersangkutan dan
tenaga ahli yang
sesuai dengan kasus kejadian.

Laporan Rekomendasi

Direktur akan mendelegasikan rekomendasi perbaikan sesuai saran- saran dari hasil Team
Penyelidikan kepada Manager/ Supervisor yang bersangkutan dimana terjadi kecelakaan untuk
segera menindak lanjutinya.

Manager/ Supervisor yang bersangkutan akan menindak lanjuti rekomendasi dan melaporkan
kepada Direktur melalui General Manager sampai tindakan perbaikan selesai dilakukan.

Pertemuan Manajemen (Management Meeting)

Semua laporan kecelakaan fatal, berat, sedang ataupun ringan akan dibicarakan dalam
coordination meeting, monthly meeting, sampai semua rekomendasi telah selesai ditindak lanjuti.
Dalam hal terjadi insiden yang serius suatu meeting khusus harus dilakukan.

Kerugian akibat kecelakaan

Semua team penyelidik akan mengidentifikasi seluruh biaya - biaya/ kerugian akibat kecelakaan,
seperti :
 Jumlah Jam Kerja yang hilang
 Kerugian peralatan,
 Kerugian lain – lain (evakuasi, penggunaan transport, bantuan dan lain-lain),
 Kehilangan produksi,
 Kerugian - kerugian lain (penalti, denda dan lain - lain).
Kerugian yang teridentifikasi akan dicatat dalam laporan penyelidikan dan apabila mungkin akan
diperiksa/ diuji untuk ketepatan.

V. TINDAK LANJUT PENYELIDIKAN KECELAKAAN / INSIDEN

Adalah merupakan tanggung jawab bagian HSE untuk menjamin bahwa semua kecelakaan atau
insiden yang terjadi benar- benar diselidiki sesuai dengan prosedur.

Petunjuk teknis untuk pelaksanaan penyelidikan kecelakaan beserta Teknik Menganalisa Penyebab
dengan Sistematis (Systematic Cause Analysis Technique) mengacu pada International Safety Rating
System (ISRS 7th edition).

Bagian HSE akan menangani semua laporan kecelakaan yang diterimanya setelah selesai ditanda
tangani oleh pengawas yang berhubungan dengan kecelakaan. HSE Supervisor akan melaporkan
tentang status rekomendasi yang dibuat dalam pertemuan kelompok bulanan (monthly meeting) dan
akan dicatat kedalam notulen meeting sampai semua rekomendasi selesai dilaksanakan.

Bagian HSE melalui Direktur juga bertanggung jawab untuk melaporkan setiap kecelakaan yang
menimpa karyawannya kepada Perusahaan pemberi kerja atau mitra kerja dari perusahaan apabila
terjadi kecelakaan dan laporan ini selain dilaporkan dalam waktu 1 x 24 jam setelah terjadi kecelakaan
kepada mitra kerja juga akan dilaporkan setiap bulannya melalui laporan bulanan.

VI. TEKNIK MENGANALISA PENYEBAB KECELAKAAN DENGAN SISTEMATIS :

VI.1. Keterangan Tentang Kecelakaan

 Tulis dengan singkat, lengkap dan jelas tentang peristiwa terjadinya kecelakaan
 Type/ Jenis kerugian :
 Manusia
 Harta Hak Milik Perusahaan (Property / Asset)
 Proses
 Reputasi

Penilaian dari suatu potensi kerugian bila tidak dikontrol


 Tentukan :
 Potensi kerugian (Besar, Sedang, kecil)
 Kemungkinan berulangnya suatu kejadian :
 Tidak mungkin (1 kali dalam 10 tahun)
 Mungkin (1 kali dalam 5 tahun)
 Sangat mungkin (1 kali dalam 1 tahun)

 Tentukan satu type dari type kontak yang ada. Lihat deretan angka yang tertulis
dibelakangnya yang menunjukkan kemungkinan penyebab langsung (immediate cause)
yang terjadi.
 Temukan beberapa penyebab langsung (immediate cause / gejala) yang sesuai
dengan kejadian. Lihat deretan angka yang tertulis dibelakangnya yang menunjukkan
kemungkinan penyebab dasar (basic cause) yang terjadi.

 Cari beberapa penyebab dasar (basic cause / penyakit) yang terjadi. Lihat deretan angka
yang tertulis dibelakangnya yang menunjukkan kemungkinan kegagalan program standar
yang terjadi.

 Buat rekomendasi untuk mengoreksi fungsi kontrol manajemen.

9.2 Tim Investigasi


Tim Penyelidikan Kejadian

Nama Fungsi / Jabatan TANDA TANGAN TANGGAL


Site Manager
HSE Coordinator
HSE Officer
Supervisor

Review Pimpinan Tertinggi

Tanggal : Tanda Tangan,

Gita Kencana Hati


Direktur
9. PENGELOLAAN ASPEK HSE SUB-KONTRAKTOR
10.1 CONTRACTOR SAFETY MANAGEMENT PROGRAM

Untuk pekerjaan ini PT.ARODYA BIRU PERSADAtidak menggunakan jasa Sub

Kontraktor I. PENDAHULUAN

SMK3L Kontraktor dirancang untuk memperbaiki kinerja Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Lingkungan Perusahaan serta Kontraktor. Partisipasi aktif yang terus-menerus dari perusahaan
dan Kontraktor sangat penting untuk mencapai sasaran ini. Sementara masing-masing
mempunyai peranan yang khusus, secara terus-menerus dalam memastikan keselamatan setiap
orang yang terlibat, terbuka kesempatan untuk lebih lanjut memperbaiki hubungan
perusahaan dan para Kontraktor dengan menjelaskan secara rinci peran dan tanggung jawab,
membangun harapan & menjaga komunikasi dalam hubungan keseluruhan.

II. LINGKUP DAN PEDOMAN KEBIJAKAN

Sesuai dengan kebijakan manajemen tentang K3L ( Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan )
di mana : “ Prioritas utama bagi perusahaan adalah menjalankan semua pekerjaan secara aman,
tanpa membahayakan orang dan merusak lingkungan ”, maka, perusahaan mempunyai
komitmen untuk melaksanakan Sistem Manajemen Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan
Kontraktor (SMK3L Kontraktor). SMK3L Kontraktor perusahaan ini adalah dokumen yang
dinamis dan akan selalu diperbaiki.

Pedoman ini dikembangkan untuk Kontrak, Line Manager, Dept. Head dan jabatan-jabatan utama
lain yang terkait baik secara langsung maupun tidak langsung yang berhubungan dengan
Kontraktor. Hal ini dilakukan untuk menyamakan persepsi dan pelaksanaan dalam seluruh
operasi perusahaan dalam hal menangani Keselamatan Kontraktor.

Ruang lingkup pedoman ini diutamakan bagi semua operasi perusahaan, fasilitas, hak milik
atau daerah lain yang ditentukan di bawah tanggung jawab perusahaan. Pedoman ini tidak perlu
dipatuhi di daerah tanggung jawab Kontraktor maupun di daerah tanggung jawab lain yang
bukan milik perusahaan. Akan tetapi perusahaan akan mendorong Kontraktor untuk
mengikuti dan melaksanakan prosedur ini di kalangan mereka sendiri jika mereka tidak
mempunyai prosedur serupa.

Daftar Periksa dari pedoman ini dikelompokkan terpisah di bawah judul Daftar Pertanyaan
Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) Kontraktor yang tertulis pada lampiran 1
dari Program Manajemen Keselamatan Kontraktor ini. Daftar periksa mungkin tidak
mencakup
keseluruhan aspek K3L dalam kegiatan anda yang spesifik. Bila demikian, anda disarankan untuk
mengembangkan daftar periksa tambahan agar sesuai dengan kegiatan anda yang spesifik tersebut.

III. MAKSUD DAN TUJUAN

Pedoman ini dirancang untuk melakukan perbaikan-perbaikan yang berkelanjutan pada kinerja
K3 di tempat kerja dengan memfasilitasi perusahaan dan Kontraktor dalam pengaturan program
K3 yang efektif pada kontrak.
Pedoman ini harus melindungi karyawan- karyawan perusahaan maupun karyawan-
karyawan Kontraktor dari cidera dan penyakit di tempat kerja, begitupun juga dari kerugian yang
berhubungan dengan kecelakaan serta menjaga hubungan Kontraktor yang independen.

IV. PROSEDUR

Ada enam (6) langkah dalam SMK3L Kontraktor yang dibagi dalam dua grup, yang masing-
masingnya terdiri dari tiga (3) langkah :
a. Tahap Kualifikasi
1. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menggali kebutuhan akan langkah-langkah SMK3L
Kontraktor selanjutnya. Pekerjaan yang mengandung resiko yang diklasifikasikan sebagai resiko
tinggi harus berlangsung melalui proses pra-kualifikasi mutlak.
2. Pra-kualifikasi merupakan suatu langkah untuk menyaring Kontraktor yang potensial
untuk memastikan bahwa mereka mempunyai pengalaman dan kemampuan untuk
melaksanakan kegiatan tertentu dengan cara yang aman, peduli lingkungan dan mempunyai
kesadaran akan dampak sosialnya terhadap masyarakat sekitarnya dan hal ini mungkin
termasuk inspeksi dan audit K3.
3. Seleksi adalah suatu langkah untuk menilai apakah program K3 yang spesifik untuk tingkat
resiko dari pekerjaan dan kriteria evaluasi lelang sudah dipenuhi serta untuk memilih pemenang
lelang. Bila perlu dengan dasar rapat-rapat klarifikasi dan inspeksi dimana tujuannya adalah untuk
mengukur kinerja rencana peserta lelang yang diajukan untuk persyaratan lelang yang
spesifik.

b. Tahap Pelaksanaan Lapangan

Tahap pelaksanaan di lapangan ditujukan untuk memastikan kepatuhan terhadap standar-standar


K3 perusahaan sebelum, selama, dan setelah pelaksanaan pekerjaan. Tahap ini terdiri dari
langkah- langkah berikut ini :
1. Aktivitas Awal Pekerjaan, di mana semua aspek yang relevan dengan penilaian resiko
kontrak dan semua aspek K3 dari kontrak dikomunikasikan dan dipahami oleh semua pihak
sebelum pelaksanaan kontrak.
2. Pekerjaan Sedang Berlangsung, di mana pelaksanaan pekerjaan yang sebenarnya diperiksa dan
dinilai. Termasuk dalam tahap ini adalah persyaratan mutlak untuk Line Manager yang
bertanggung
jawab dalam pekerjaan untuk melakukan kunjungan-kunjungan ke lokasi-lokasi yang dikelola
Kontraktor dalam waktu tujuh hari hari setelah pekerjaan dimulai (start-up).
3. Penilaian Akhir adalah langkah untuk menyelesaikan keseluruhan kinerja K3 Kontraktor
selama tahap pelaksanaan. Hasilnya akan digunakan sebagai pertimbangan untuk menggunakan
Kontraktor bersangkutan pada projek-projek di masa mendatang.

V. TAHAP KUALIFIKASI

A. Penilaian Resiko
1. Tujuan

Tujuan dari langkah ini adalah untuk menjelaskan tentang pekerjaan yang akan dilakukan dan
menilai resiko-resiko K3 yang terkait dengan pekerjaan.

2. Proses Penilaian Resiko

Perusahaan bertanggung jawab untuk melakukan penilaian awal dari resiko-resiko K3 yang
berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan. Hal ini akan membantu Kontraktor dan perusahaan
dalam mengembangkan program-program dan cara kerja yang aman untuk melindungi
semua pekerja. Fokus penilaian harus berupa penilaian terhadap bahaya yang tidak bisa
dipisahkan dalam melakukan pekerjaan. End-user bertanggung jawab melakukan penilaian
resiko.

Penilaian resiko harus menyertakan pertimbangan-pertimbangan berikut ini :


• Jenis Pekerjaan
• Pekerjaan yang dilakukan secara bersamaan oleh Kontraktor yang berbeda
• Lokasi pekerjaan
• Lamanya pekerjaan
• Material/ peralatan yang digunakan
• Konsekuensi Insiden yang potensial
• Potensi paparan (exposure) terhadap bahaya di tempat kerja
• Pengalaman Kontraktor
• Potensi paparan terhadap bahaya untuk semua personil
• Paparan terhadap dampak sosial negatif pada masyarakat setempat

Pra kualifikasi
1. Tujuan
Pra kualifikasi adalah langkah paling penting dalam SMK3L Kontraktor untuk menyaring
Kontraktor yang berpotensi untuk menetapkan bahwa mereka mempunyai pengalaman dan
kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan yang dimaksud dengan aman,
dengan cara yang
mengindahkan lingkungan dan mempunyai kesadaran terhadap dampak sosial terhadap
masyarakat setempat. Semua Kontraktor yang ikut pra kualifikasi harus mampu sepenuhnya
dalam mengelola semua aspek K3 dari pekerjaan. Langkah ini mempunyai kepentingan untuk
mengukur kinerja Kontraktor di masa lalu.
2. Proses Pra kualifikasi
Semua Kontraktor harus mengikuti Pra-kualifikasi. Hanya Kontraktor yang lulus pra kualifikasi
SMK3L Kontraktor yang akan dimasukkan ke dalam daftar peserta lelang untuk proses-proses
pelelangan selanjutnya. Pada umumnya, proses pra kualifikasi dimaksudkan untuk memberikan
informasi dasar mengenai kompetensi Kontraktor di masa lampau, seperti :
• Komitmen dan kepemimpinan Kontraktor dalam hal K3
• Komunikasi K3, pelatihan dan sertifikasi, manajemen Kontraktor dan standar kinerja
• Perencanaan dan prosedur
• Pemantauan atas pelaksanaan dan kinerja
• Prosedur audit, inspeksi dan peninjauan
• Nilai pra kualifikasi terdahulu dalam hal aspek K3
Bila Kontraktor telah lulus dalam proses pra kualifikasi awal, selanjutnya inspeksi terhadap
fasilitas Kontraktor dan audit pada kepatuhan Kontraktor terhadap dokumen pra kualifikasi
mungkin dilakukan. Kebijakan dalam audit K3 disediakan terpisah dari bagian K3.
Kontraktor yang tidak lulus dalam proses pra kualifikasi akan diberikan umpan balik untuk
memberitahukan mereka mengenai alasan kenapa mereka tidak memenuhi syarat dan
memberitahu mereka mengenai tindakan koreksi terhadap kekurangan yang ditemukan.
Feedback kepada Kontraktor akan diberikan oleh Tim Evaluasi. Kontraktor tersebut bisa
diberi kesempatan untuk pekerjaan-pekerjaan di masa datang hanya bila mereka telah
membuktikan perbaikan-perbaikan yang disarankan.
B. Seleksi
1. Tujuan
Tujuan dari tahap seleksi ini adalah untuk menilai apakah Rencana K3 dan kriteria evaluasi
lelang telah dipenuhi dan untuk memilih pemenang lelang, bila perlu melalui rapat-rapat
klarifikasi.
2. Penyiapan Dokumen kontrak
Dalam mempersiapkan dokumen kontrak, ada beberapa pertimbangan yang perlu diambil :
• Kontraktor mempunyai tanggung jawab sendiri terhadap rencana K3 nya, dokumen-dokumen
harus menjelaskan ketentuan yang jelas bagi perusahaan untuk melaksanakan audit K3 terhadap
Kontraktor untuk menilai kepatuhannya.
• Dokumen-dokumen harus menyertakan ketentuan bagi perusahaan untuk menunda
pekerjaan jika Kontraktor tidak memenuhi kriteria K3 yang di jelaskan di dalam rencana kontrak.
Khusus pada saat mobilisasi, Perusahaan dapat menahan izin memulai pekerjaan dan menunda
pembayaran hingga semua audit awal pekerjaan sudah mencapai tingkat memuaskan. Namun
demikian, sebelum menunda suatu pekerjaan, perusahaan harus berhubungan dengan
Kontraktor untuk memberi mereka kesempatan guna memperbaiki ketidak-patuhannya.
Perusahaan harus memastikan bahwa tahap mobilisasi dan demobilisasi tercantum di dalam
Rencana K3. Pentingnya persyaratan-persyaratan SMK3 Kontraktor harus dikomunikasikan
kepada semua peserta lelang selama waktu berlangsungnya rapat-rapat klarifikasi pre-bid.
3. Pre-Bid dan Kunjungan Lapangan
Klarifikasi lelang diperlukan untuk memastikan adanya pengertian peserta lelang yang jelas
mengenai persyaratan-persyaratan lelang, tempat kerja, dan aturan-aturan serta persyaratan-
persyaratan yang dikenakan. Persyaratan-persyaratan lelang harus menyertakan aspek-aspek
K3. Rapat-rapat pre-bid dan kunjungan lapangan ditetapkan sebagai suatu yang mutlak untuk
diikuti oleh peserta lelang. Ketidak hadiran dalam rapat-rapat pre-bid dan kunjungan lapangan
akan mengakibatkan peserta lelang di diskualifikasi.

4. Evaluasi Lelang, Peninjauan Lokasi dan Audit


Selama masa evaluasi lelang, End User, Wakil dari departemen K3 dan Kontraktor harus
menyelenggarakan pertemuan-pertemuan untuk berkonsentrasi dalam membahas program K3
yang dibuat oleh Kontraktor dan menilai seberapa efektif Kontraktor telah memberikan
jaminan bahwa semua bahaya sudah dikenali. Apa yang telah di evaluasi selama proses Pra
kualifikasi bisa saja di evaluasi ulang dan dibandingkan satu sama lain dengan semua peserta
lelang, kalau-kalau terdapat inkonsistensi dengan dokumen Pra kualifikasi peserta lelang.
Rapat-rapat klarifikasi antara perusahaan dan Kontraktor juga harus dilakukan untuk
mengklarifikasi dan menilai selanjutnya kecocokan antara rencana-rencana K3 Kontraktor dan
bagaimana rencana tersebut berinteraksi dengan program K3 perusahaan. Setelah masalah-
masalah K3 di evaluasi dan diberikan nilai, selanjutnya hal ini akan dimasukkan ke dalam
evaluasi teknis secara keseluruhan. Penilaian ini harus didokumentasikan sebab merupakan
kondisi yang sangat penting untuk memenangkan kontrak.
Inspeksi lapangan mungkin dilakukan untuk memastikan kepatuhan terhadap apa yang telah
diajukan peserta lelang. Wakil-wakil K3 akan membantu dengan menyediakan jaminan K3
dan memberikan rekomendasi yang diperlukan.

VI. TAHAP PELAKSANAAN DI LAPANGAN

A. Aktivitas Awal Pekerjaan (Pre Job Activities)


1. Tujuan
Tujuan aktifitas awal pekerjaan adalah untuk memastikan bahwa aspek-aspek yang relevan
dengan penilaian resiko kontrak dan semua aspek K3 lainnya dari kontrak dikomunikasikan dan
dimengerti oleh semua pihak sebelum pelaksanaan kontrak.

2. Langkah-langkah Aktivitas Awal Pekerjaan


Aktivitas Awal Pekerjaan terdiri dari dua
langkah :
• Aktifitas Pre-mobilisasi
• Aktifitas Mobilisasi.

Pra-mobilisasi
Selama masa pra-mobilisasi, semua aspek yang relevan dengan penilaian resiko kontrak dan
semua aspek K3 lainnya dari kontrak dikomunikasikan dan dipahami oleh semua pihak sebelum
pelaksanaan kontrak. Termasuk di dalam kegiatan ini adalah kick-off meetings, inspeksi, audit,
orientasi lapangan, dan briefing K3. Topik yang dibahas selama aktivitas ini adalah : diskusi
rencana kerja, peninjauan semua bahaya yang potensial dan masalah-masalah K3, pemeriksaan
kesiapan dari semua peralatan yang diperlukan, alat-alat dan PPE, pembuatan prosedur darurat.
Wakil-wakil dari departemen yang mengajukan kontrak melakukan inspeksi dan bila perlu,
dengan bantuan Wakil K3 yang ditunjuk.

Kick-off Meeting
Kick-off meeting harus dilakukan segera setelah kontrak dimenangkan, sebelum pekerjaan
dimulai. Kick-off meeting dilakukan untuk memberi kesempatan kepada Kontraktor untuk
mengenali lokasi kerja perusahaan, fasilitas, orang-orangnya, dan informasi kerja lainnya. Kick-off
meeting dipimpin oleh masing-masing Line Manager dan orang-orang di bawahnya yang
bertanggung jawab terhadap pekerjaan. Dari pihak Kontraktor, personil kunci Kontraktor harus
menghadiri kick-off meeting ini.
Jika Kontraktor melakukan kegiatan di daerah kerja perusahaan, kick-off meeting bisa dilakukan
di tempat, baik di kantor perusahaan maupun di kantor proyek Kontraktor. Atau, mungkin
juga perlu diadakan kick-off meeting awal di kantor pusat Kontraktor. Line Manager akan
menentukan lokasi kick-off meeting ini.

Topik yang dibahas dalam kick-off meeting setidak-tidaknya terdiri dari :


• Peninjauan bahaya besar yang mungkin terjadi,
• Konfirmasi rencana K3 yang harus dilakukan termasuk konfirmasi bahwa peranan dan
tanggung jawab telah dijelaskan dengan baik dan dimengerti.
• Distribusi dan penjelasan mengenai program K3 perusahaan, aturan-aturan dasar K3,
dan prosedur kerja serta semua aturan yang berlaku.
• Konfirmasi mengenai tersedianya prosedur darurat Kontraktor.
• Briefing bagi Kontraktor mengenai persyaratan-persyaratan K3.
• Pelaporan Kecelakaan/ Insiden dan prosedur penyelidikan.
• Mengenali aspek-aspek lingkungan.
• Mengenali dampak sosial terhadap masyarakat setempat.
Rapat-rapat ini juga harus digunakan sebagai kesempatan untuk memberi klarifikasi atau
mengangkat masalah K3 yang mungkin belum tercakup dalam dokumen kontrak.

Orientasi Lapangan K3
Orientasi lapangan dilakukan untuk membuat Kontraktor kenal dengan lingkungan kerja, fasilitas,
dan daerah evakuasi kebakaran, keselamatan, dan keadaan darurat. Semua bahaya yang
potensial
dan masalah-masalah K3 lainnya yang ditemukan selama kick-off meeting harus dikomunikasikan
dengan baik selama orientasi ini.

Pelatihan K3
Kontraktor bertanggung jawab untuk melatih dan memberi briefing karyawan-karyawannya sendiri
mengenai semua bahaya yang potensial dan masalah K3 yang berhubungan dengan pekerjaan.
Seorang petugas keselamatan harus mempunyai pengetahuan minimum K3 dan tentang hal-hal
yang mutlak dalam keselamatan seperti Pemadaman Kebakaran, Penggunaan dan Fungsi Alat
Pelindung Diri, P3K serta Penilaian Resiko. Perusahaan akan memeriksa apakah pelatihan
tersebut dilakukan dan didokumentasikan dengan baik. Suatu metoda untuk menentukan
pengertian mengenai bahan pelatihan, misalnya ujian lisan atau tertulis, peragaan, evaluasi di
tempat kerja, mungkin digunakan oleh perusahaan. Pelatihan dan briefing mungkin diperlukan
bila pengetahuan yang diperlihatkan masih di bawah harapan.

2.2. Mobilisasi
Selama mobilisasi, rencana K3 harus dikomunikasikan kepada semua personil perusahaan dan
Kontraktor yang terkait. Kontraktor menjamin bahwa masing-masing menetapkan metoda operasi
yang sesuai dengan rencana K3 yang telah disepakati. Pada tahap inilah pelaksanaan dari
rencana K3 oleh Kontraktor secara resmi dimulai. Tergantung dari keadaan, petugas
pengawasan tambahan dari Kontraktor mungkin diperlukan untuk memungkinkan penyusunan
dan pelaksanaan rencana K3 yang lancar.
Selama masa permulaan dari tahap mobilisasi, semua personil kunci yang ditugaskan dalam
pekerjaan harus menghadiri program orientasi K3 yang harus digunakan untuk
mengkomunikasikan rencana K3 dan semua aspek penting K3 lainnya dari kontrak. Progress
meeting selanjutnya harus digunakan sebagai metoda formal untuk meninjau pelaksanaan K3.
B. Pekerjaan Sedang Berlangsung (Work In Progress)
1. Tujuan
Tujuan dari tahap ini adalah untuk menjamin bahwa pekerjaan telah dilaksanakan sesuai dengan
rencana K3 yang telah disepakati, dan bahwa kebutuhan K3 tambahan yang ditemukan
selama pekerjaan, diperhatikan dengan benar.

2. Kunjungan Line Manager


• Dalam waktu tujuh hari setelah mobilisasi atau start up, Line Manager yang berwenang
akan mengadakan kunjungan kerja ke semua lokasi yang dikelola Kontraktor.
• Meeting untuk mengkomunikasikan harapan manajemen terhadap semua personil lapangan.
• Aktivitas Audit.
Selain kunjungan keselamatan kerja yang telah disebutkan sebelumnya, masing-masing Line Manager
juga akan melakukan inspeksi berkala atau sewaktu-waktu untuk memastikan semua kewajiban
K3 telah dipenuhi

Apabila tanggung jawab pengawasan dipegang oleh Kontraktor, peranan perusahaan adalah
untuk memantau kepatuhan terhadap persyaratan-persyaratan kontrak dan sistem yang telah
dijelaskan di dalam kontrak. Kecuali bila End-user selalu berada di tempat, masing-masing Line
Manager harus memantau dan memastikan bahwa semua kewajiban K3 dipenuhi. Saran dari
Wakil K3 bisa diperoleh bila diperlukan, akan tetapi, kewenangan tehadap K3 kontrak berada
di tangan End-user.

3. Jaminan Kecakapan
Selama masa pelaksanaan End-user harus memantau kecakapan Kontraktor yang mantap, yaitu
pelaksanaan semua komitmen pelatihan yang terkait dengan pekerjaan yang dilakukan.
Pemantauan juga harus menyertakan pemeriksaan bahwa Kontraktor tunduk kepada sistem
manajemennya yang mungkin termasuk :

• Kecakapan dan pemantauan dekat terhadap penggantian personil,


• Pelaksanaan rapat induksi yang diperlukan,
• Pelatihan personil Kontraktor dalam aktivitas yang berhubungan dengan pekerjaan,
• Penyelesaian semua pelatihan K3 yang telah disepakati, termasuk semua pelatihan
mengenai aturan hukum yang spesifik.
• Tersedianya dokumen-dokumen K3, brosur instruksi dan informasi yang dikemas dalam
pesan- pesan visual yang sederhana.
4. Inspeksi, Audit K3 dan Evaluasi Sementara
Inspeksi dan audit menyajikan metoda untuk memantau aktivitas K3 Kontraktor. Kinerja
Kontraktor yang telah lulus tahap kualifikasi dengan memuaskan dan terencana sangat baik
selama aktivitas Awal Pekerjaan (Pre-Job Activities) tidak bisa dijamin bila tidak diawasi dan di
evaluasi dengan baik. Oleh karena itu, evaluasi dan inspeksi berkala mutlak harus dilakukan.
Frekuensi evaluasi seperti itu tergantung dari jenis pekerjaan, besarnya pekerjaan, dan resiko
yang terlibat dan/ atau lamanya kontrak dan dicatat di dalam sistem administrasi
Perusahaan.
Perusahaan maupun Kontraktor harus melakukan inspeksi dan audit. Setiap temuan dari inspeksi
dan audit harus diberitahukan satu sama lain antara perusahaan dan Kontraktor dengan
komitmen positif dari kedua belah pihak untuk menggunakan temuan-temuan tersebut guna
memperbaiki kinerja. Kontraktor menindak lanjuti dengan tindakan perbaikan terhadap setiap
kekurangan yang ditemukan. Kelalaian dalam melaksanakan hal ini atau kurangnya tindakan
perbaikan mungkin akan mengakibatkan catatan negatif dalam evaluasi akhir. Hal ini akan
mempengaruhi kesempatan Kontraktor untuk ikut serta dalam pekerjaan-pekerjaan lain di
masa datang, dikeluarkannya
peringatan lisan maupun tertulis, pemberhentian personil, penundaan kontrak, atau bahkan
penghentian kontrak.

5. Rencana K3
End-user dan Kontraktor secara bersama-sama bertanggung jawab atas pelaksanaan dan
perbaikan dari rencana K3. Pelaksanaan rencana K3 yang berhasil akan ditentukan oleh
keberhasilan pemantauan, evaluasi, dan dilakukannya tindakan perbaikan.
6. Rapat-rapat K3 (K3 Meetings)

Kontraktor secara bersama-sama dengan karyawannya harus melakukan rapat-rapat K3 secara


teratur. Apabila dianggap perlu, Kontraktor dapat meminta wakil Perusahaan untuk hadir
dalam rapat K3 tersebut dengan memberitahukan rencana tersebut beberapa waktu sebelumnya
kepada Perusahaan. Rapat-rapat ini dimaksudkan untuk memberikan pelatihan sambil
bekerja dan mengkomunikasikan masalah-masalah K3 dan harus dicatat dan
didokumentasikan.

7. Promosi K3

Promosi K3 penting, meskipun tempat kerja telah dirancang sebagai tempat yang aman, prosedur
kerja sudah dibuat seaman mungkin, karyawan semua sudah terlatih dengan baik, dan prosedur
kerja yang aman telah diterapkan dengan konsisten.

8. Pengawasan dan Komunikasi K3 Karyawan

Pengawas-pengawas atau karyawan Kontraktor memastikan bahwa pekerjaan yang mereka


lakukan tidak berbahaya baik terhadap diri mereka sendiri, bagi orang lain, atau bagi perusahaan.
Kontraktor harus memastikan bahwa karyawan Kontraktor mampu mengkomunikasikan setiap
masalah yang menyangkut K3 kepada manajemen mereka.

9. Latihan dan Emergency Drills


Kontraktor harus melakukan atau berpartisipasi dalam setiap latihan keadaan darurat ketika
bekerja pada atau berkunjung ke fasilitas perusahaan. Prosedur Darurat Kontraktor mungkin
ditinjau dan diperbaiki bilamana perlu. Kontraktor juga harus familiar dengan semua sistem
emergency perusahaan.

10. Investigasi/Pelaporan Kecelakaan dan Insiden

Semua cidera, kecelakaan di tempat kerja dan near miss yang berkaitan dengan pekerjaan
Kontraktor di lapangan harus segera dilaporkan kepada perusahaan dan akan dicatat. Setelah
kecelakaan atau insiden dilaporkan, perusahaan dan Kontraktor bisa melakukan penyelidikan
bersama. Setiap
kecelakaan dan insiden, apakah itu kecelakaan/ insiden paling kecil seperti kasus-kasus first aid
harus dicatat dan dilaporkan ke bagian HSE perusahaan.
C. Evaluasi Akhir dan Close Out
1. Tujuan
Tujuan dari tahap ini adalah untuk melakukan evaluasi bersama terhadap kinerja K3
Kontraktor dan perusahaan dan untuk memberikan feedback kepada Kontraktor dan perusahaan
yang bisa dijadikan sebagai acuan untuk pekerjaan di masa depan.

2. Evaluasi Akhir dan Laporan

Semua kontrak harus diakhiri dengan laporan mengenai kinerja K3, yang memberikan
feedback untuk pengetahuan dan pelajaran di masa depan.
10. INSPEKSI & AUDIT HSE
10.1 INSPEKSI KESELAMATAN KERJA, AUDIT INTERNAL, & PENGAMATAN TUGAS DAN PERILAKU

INSPEKSI KESELAMATAN KERJA (SAFETY INSPECTION)

Inspeksi keselamatan kerja adalah suatu usaha untuk mendeteksi adanya kondisi dan tindakan yang
tidak aman dan segera memperbaikinya sebelum kondisi dan tindakan berbahaya tersebut
menyebabkan terjadinya suatu kecelakaan.

Jika ada pertanyaan kapan anda melakukan inspeksi keselamatan kerja, jawaban yang
diperoleh umumnya adalah “ tiap hari Senin”, dua minggu sekali atau bahkan sebulan
sekali. Jawaban yang tepat seharusnya adalah “ Saya melakukan inspeksi setiap saat “.
Banyak yang berpendapat salah tentang inspeksi keselamatan kerja, dimana mereka menganggap
bahwa masalah inspeksi keselamatan kerja merupakan tugas dari departemen HSE saja, atau bahkan
beranggapan bahwa inspeksi keselamatan kerja hanya bisa dilakukan apabila ada waktu saja atau
apabila tidak ada pekerjaan lain yang mendesak atau kalau tidak sibuk.

Dalam kegiatan rutin sehari- hari seorang pengawas selalu melakukan inspeksi terhadap kelancaran
produksi atau pekerjaan bawahan yang menjadi tanggung jawabnya. Bahkan kegiatan ini dilakukan
berkali- kali dalam sehari atau bahkan sepanjang bawahannya bertugas. Dengan demikian
seharusnya kalau para pengawas tersebut telah memiliki kemampuan dan kemauan untuk melakukan
inspeksi keselamatan kerja, ia dapat secara otomatis melakukannya bersama tugas rutinnya.
Sehingga inspeksi keselamatan kerja bukan lagi menjadi beban yang sering kali dianggap sebagai
penghambat produksi.

I.1. Tujuan Inspeksi Keselamatan Kerja

Inspeksi keselamatan kerja bertujuan untuk meniadakan kecelakaan dengan jalan mengamati
penyebab kecelakaan sedini mungkin dan segera melakukan perbaikan sebelum kecelakaan
terjadi. Setiap melakukan inspeksi keselamatan kerja harus mampu mengamati baik kondisi yang
berbahaya maupun tindakan yang tidak aman.

TANGGUNG JAWAB INSPEKSI KESELAMATAN KERJA


Menurut tanggung jawabnya inspeksi keselamatan kerja dapat dibagi menjadi :

A. Inspeksi Ekstern yaitu suatu inspeksi yang dilakukan oleh pihak luar seperti :
a. Inspeksi rutin dari bagian HSE
b. Inspeksi dari pihak asuransi.
Untuk inspeksi yang dilakukan oleh petugas dari luar ini usahakan agar mereka didampingi
selama melaksanakan inspeksi tersebut.

B. Inspeksi Intern adalah suatu inspeksi yang dilakukan oleh leadhand atau pengawas seperti:
a. Inspeksi tempat kerja sendiri
b. Inspeksi kegiatan bawahan sendiri

HSE Plan PT. ARODYA BIRU PERSADA – EPR2-S19PL0014A-P30 Page 95


C. Inspeksi yang didelegasikan kepada karyawan seperti :
a. Inspeksi kendaraan setiap saat sebelum dijalankan
b. Inspeksi peralatan sebelum mulai dipergunakan

is Inspeksi Keselamatan Kerja

Menurut pelaksanaannya inspeksi keselamatan kerja terbagi atas :

Inspeksi yang tidak terencana yaitu suatu inspeksi yang dilakukan hanya
sepintas lalu, sehingga umumnya bersifat dangkal dan tidak sistematis, seperti
:
a. Umumnya hanya memeriksa kondisi yang tidak aman
b. Kondisi tidak aman yang memerlukan perhatian besar sering terlewati.
c. Tidak tercatat
d. Tindakan pembetulan dan pencegahan tidak secara menyeluruh sampai ke penyebab
dasar

Inspeksi terencana yaitu inspeksi yang dilakukan secara berkala dan inspeksi
ini mempunyai beberapa keuntungan yaitu :
a. Mengetahui bagian daerah mana saja yang akan diinspeksi
b. Bersifat sengaja sehingga bisa dilakukan secara menyeluruh
c. Mengetahui kondisi dan tindakan bagaimana yang dicari dalam inspeksi tersebut
d. Mengetahui seberapa sering suatu daerah kerja harus diinspeksi
e. Tercatat
f. Tindakan pembetulan dan pencegahan secara menyeluruh sampai ke penyebab dasar

Adapun inspeksi terencana terbagi menjadi 2 (dua) yaitu :

a. Observasi atau Pengamatan


Adalah suatu pengamatan yang secara terus menerus dilakukan oleh seorang pengawas
sepanjang bekerja ia memimpin bawahannya.

b. Inspeksi Periodik
Suatu inspeksi keselamatan kerja yang dilakukan secara berkala atau dalam waktu yang
telah ditentukan seperti harian, mingguan, bulanan dan sebagainya.

nik Inspeksi
1. Persiapan Inspeksi :
a. Membuat daftar daerah yang akan diinspeksi
b. Membuat checklist inspeksi yang berisi :
- Apa saja di tiap tempat kerja yang perlu diinspeksi
- Bagian mana saja dari setiap pekerjaan yang akan diinspeksi
- Menentukan kondisi atau tindakan tidak aman yang bagaimana yang dicari dalam
inspeksi

HSE Plan PT. ARODYA BIRU PERSADA – EPR2-S19PL0014A-P30 Page 96


2. Melaksanakan Inspeksi
Dengan memepergunakan checklist yang telah tersedia, mulailah melaksanakan inspeksi
yaitu :
a. Memutuskan untuk melakukan inspeksi disuatu tempat kerja
b. Berhenti didepan suatu tempat kerja, segera setelah itu amati apa yang sedang
berlangsung disana
c. Bertindak untuk :
- Menghentikan tindakan berbahaya yang ditemui
- Melakukan atau mendiskusikan tindakan pembetulan apa yang perlu diambil
untuk menghilangkan kondisi dan tindakan tidak aman agar tidak terulang
kembali dikemudian hari.

3. Laporan dan Tindak Lanjut

a. Buat laporan kepada atasan tentang apa saja yang ditemui dalam inspeksi tersebut.
b. Adakan tindak lanjut terhadap rekomendasi yang diberikan dan selalu dimonitor
sampai rekomendasi tersebut selesai dilaksanakan.

III. AUDIT INTERNAL

K3L Tujuan

Untuk menilai efektifitas penerapan semua kegiatan yang berhubungan dengan sistem Manajemen
Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan. Audit K3L menyeluruh akan membuktikan apakah
program K3L serta sarana fisik yang ada telah sesuai dengan standar.

Ruang Lingkup

Prosedur ini berlaku untuk semua kegiatan yang berhubungan dengan Sistem Manajemen
Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan yang ada di daerah operasi Perusahaan.

Prosedur ini menerangkan kegiatan / tindakan dan kontrol yang diperlukan untuk menjamin bahwa
Internal Audit dilaksanakan oleh auditor yang terlatih.

anggung Jawab

Direktur menunjuk HSE Supervisor bertanggung jawab untuk :

a. Menunjuk auditor yang independen dan tidak memihak.


b. Merencanakan dan melakukan internal audit pada semua unit operasi yang digunakan oleh
perusahaan.
c. Menganalisa hasil dari semua audit internal, ketidak sesuaian dan kegiatan perbaikan /
koreksinya.
d. Memastikan bahwa audit mencakup semua aspek yang berkaitan dengan Sistem Manajemen
Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan.

HSE Plan PT. ARODYA BIRU PERSADA – EPR2-S19PL0014A-P30 Page 97


Auditor yang ditunjuk bertanggung jawab untuk merencakan audit dan melaporkan setiap ketidak
sesuaian yang ditemukan. Bila mungkin, auditor yang sama melakukan tindak- lanjut dan
memverifikasi setiap kegiatan perbaikan / koreksi.

IV.PROSEDUR

tu Pelaksanaan Internal Audit

Bagian HSE merencanakan jadwal internal audit unit kerja terkait di daerah operasi perusahaan
dan dilakukan setidak- tidaknya sekali dalam setahun. Bagian HSE dapat melakukan audit
tambahan bila dipandang perlu.
Jadwal internal audit yang telah disusun dan ditanda-tangani oleh Direktur disirkulasikan kepada
masing-masimg unit kerja sebagai informasi kesiapan pelaksanaan internal audit.
Direktur melalui HSE Supervisor akan memberikan instruksi untuk melaksanakan internal audit
untuk semua unit di perusahaan yang terkait dengan Sistem Manajemem Keselamatan, Kesehatan
Kerja dan Lingkungan.

Pelaksanaan internal Audit bisa lebih sering dilakukan terhadap unit kerja yang terkait apabila
terjadi hal-hal berikut ini :
a. Apabila Sistem Manajemen Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan disempurnakan
atau dilakukan revisi.
b. Apabila banyak ketidak sesuaian ditemukan dalam satu unit kerja.
c. Bilamana ada usulan dari Manager, Supervisor terkait.

HSE Supervisor akan meninjau jadwal audit secara regular / teratur dan meningkatkan frekuensi
audit apabila hasilnya menunjukan kebutuhan atau atas pengarahan / perintah dari Direktur.

m Internal Auditor atau Auditor

Internal Audit dilakukan oleh auditor yang ditunjuk oleh Direktur melalui HSE Supervisor atau
HSE Supervisor dapat bertindak sebagai auditor. Internal audit dapat dilakukan oleh satu orang
internal auditor atau suatu team internal auditor, hal ini tergantung besar dan kompleksitas unit
kerja yang akan di audit.

Auditor yang ditunjuk untuk melaksanakan Internal Audit mempunyai persyaratan :

a. Memahami dan mengerti tentang Sistem Manajemen Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Lingkungan yang dipergunakan oleh perusahaan.
b. Telah mengikuti pelatihan tentang tata cara melakukan audit.
c. Memahami aspek- aspek operasional pada suatu unit kerja.
d. Independen dan tidak ada hubungan kerja langsung dengan unit kerja yang diperiksa.
e. Membuat rencana audit dan memberitahu kepada unit kerja yang akan diaudit. Rencana audit
tersebut harus meliputi seluruh prosedur yang berkaitan dengan unit kerja yang akan diaudit.
Perencanaan audit tersebut, meliputi :
 Jadwal tanggal audit pada masing-masing bagian.
 Auditor yang bertugas.

HSE Plan PT. ARODYA BIRU PERSADA – EPR2-S19PL0014A-P30 Page 98


 Lingkup Audit yang direncanakan.

Sebelum rencana internal audit dilaksanakan, HSE Supervisor akan memberitahukan kepada
Manager / Supervisor yang bersangkutan tentang kepastian pelaksanaan dengan
sepengetahuan auditor yang ditunjuk.

ksanaan Internal Audit

Pelaksanaan Audit K3L dilakukan dengan :


a. Berdasarkan petunjuk yang jelas dan pasti.
b. Menggunakan metode observasi, wawancara, contoh, pengawasan fisik serta tinjauan data-
data dokumentasi.
c. Dilaksanakan oleh kelompok wakil dari perusahaan yang tidak mempunyai kepentingan
pribadi atau tidak mendapat tekanan dari pihak- pihak manapun juga dan dapat memberikan
pendapat yang objektif serta “ tidak berprasangka “.
d. Hal- hal yang tidak sesuai akan diperhatikan dan ditindak lanjuti.
e. Dalam hal ditemukan kekurangan atau ketidak sesuaian pada saat dilakukan audit, maka
auditor akan membuat laporan dalam bentuk ” Laporan ketidak-sesuaian ” kepada bagian
yang bersangkutan dan bagian yang bersangkutan diminta untuk menindak lanjuti hasil
temuan tersebut dengan menggunakan ” Action Tracking Register ”.

poran Internal Audit & Tindakan Perbaikan.

Setelah melaksanakan Internal Audit, Auditor menyampaikan laporan Internal Audit kepada
Direktur dengan tembusan kepada General Manager, Manager, Pengawas yang terkait.

Laporan internal audit berisikan :


a. Tanggal Audit
b. Nama Auditor.
c. Nama Manager atau Kepala Bagian yang diaudit.
d. Ringkasan hasil pemeriksaan.
e. Ketidak sesuaian yang ditemukan pada saat audit.
f. Rekomendasi tindakan perbaikan terhadap ketidak sesuaian.

Hasil audit disimpan oleh masing- masing dari unit kerja terkait dengan tembusan ke bagian HSE,
dicatat dalam Catatan Hasil Internal Audit.

Tindak lanjut dari temuan adalah menetapkan langkah perbaikan dan pencegahan yang dilakukan
dalam waktu yang telah disepakati.

Bila jadwal tindak lanjut audit dalam waktu yang disepakati tidak dapat dilaksanakan, Manager/
Supervisor harus melaporkan kemajuan dari kegiatan koreksi/ perbaikan yang telah dilakukan
dan melaporkannya secara efektif.

Bagian HSE mencatat semua hasil internal audit kedalam buku catatan Internal Audit dan semua
ketidak- sesuaian yang ditemukan.

HSE Plan PT. ARODYA BIRU PERSADA – EPR2-S19PL0014A-P30 Page 99


Direktur akan menginstruksikan kepada pengawas unit kerja terkait bahwa ketidak sesuaian yang
ditemukan oleh Auditor segera diperbaiki sebagaimana mestinya. Semua pengawas unit kerja yang
terlibat dengan hasil audit yang ditemukan akan melaporkan hasil tindakan perbaikan kepada
Direktur pada saat Rapat Tinjauan Manajemen (Management Review Meeting).

Petunjuk teknis untuk pelaksanaan audit beserta daftar pertanyaannya mengacu pada Undang-
Undang Keselamatan Kerja No.1 Tahun 1970, Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. 05/
MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), Peraturan
Pemerintah No.50 Tahun 2012 Tentang Penerapan SMK3, serta International Safety Rating System
(ISRS 7th) - DNV.
V. MELACAK / MENGUKUR BAHAYA (Hazard Tracking)
Kegiatan- kegiatan yang didiskusikan untuk melacak / mengukur bahaya ini dimaksudkan untuk
menjaga kepedulian tentang keselamatan dan menyelidiki bahaya serta kecelakaan yang mungkin
terjadi akibat banyaknya hal- hal yang tidak sesuai berhubungan dengan masalah keselamatan,
dimana mungkin hal yang tidak sesuai tersebut tidak langsung diperbaiki dengan segera. Untuk
mengatasinya perlu dilakukan pertemuan untuk membicarakan hal tersebut dan dalam
pelaksanaannya perlu keterlibatan dari tingkat Direktur, General Manager, Manager, Pengawas,
Perwakilan Keselamatan dan pelaksana tugasnya.
Hal ini sangat penting dilakukan untuk melacak/ mengukur serta menyelesaikan langkah-langkah
perbaikan dalam waktu yang telah di tentukan dalam bentuk “ Action Points “ yang dikumpulkan
kedalam satu dokumen, sehingga tidak satupun temuan- temuan yang tidak sesuai (non-
conformance) yang ditemukan pada saat pelaksanaan Audit atau Inspeksi yang terlupakan. Istilah
Action Points kadang- kadang juga dikenal dengan istilah “ Action Tracking Register atau Action
Follow Up “.

Action Tracking Register merupakan suatu daftar untuk melacak/ mengukur langkah- langkah
yang dilakukan dengan maksud untuk menyelesaikan permasalahan yang tidak sesuai dengan yang
seharusnya yang ditemukan pada saat Inspeksi, Audit, Pengamatan atau saat Team Manajemen
melakukan perjalanan (Management Tour) ke lapangan.
Dalam membuat Action Tracking Register sebaiknya keterangan tentang hal- hal berikut ini
dimasukkan kedalam suatu bentuk (format). Hal- hal yang dimaksud antara lain adalah :
a. Apa pokok permasalahanya
b. Siapa / Bagian apa yang bertanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
c. Tanggal berapa ditemukannya permasalahan tersebut (saat Audit, Inspeksi, Pengamatan
lapangan, Management Tour), dan lain- lain.
d. Tanggal berapa permasalahan tersebut diselesaikan.
e. Bagaimana status permasalahan tersebut (sudah selesai atau dalam proses).
f. Termasuk kelompok bahaya kelas apa permasalahan tersebut dan bagaimana skala prioritas
penyelesaian masalahnya. (daftar kelompok bahaya dapat dilihat pada table #.1, halaman
berikut).
g. Bagaimana status permasalahan tersebut (sudah selesai atau dalam proses).

HSE Plan PT. ARODYA BIRU PERSADA – EPR2-S19PL0014A-P30 Page


100
V.1. Klasifikasi Bahaya – Berdasarkan tingkat Konsekuensi

KLASIFIKASI BAHAYA – BERDASARKAN KONSEKUENSI


(CONSEQUENCES = HAZARD EFFECT (TINGKAT KEPARAHAN)
Suatu kondisi atau praktek yang mungkin menyebabkan kecelakaan berakibat cacat
tetap, kematian, kerusakan parah pada struktur bangunan / instalasi, bahan atau
peralatan, dan kerusakan lingkungan yang berkepanjangan. Misalnya :
 Tidak adanya pelindung pada mesin berputar.
 Pekerja pemeliharaan ditemukan masuk kedalam ruang terbatas tanpa
HIGH
3 menggunakan ijin kerja
(KLAS A)
 Terjadinya kebocoran minyak yang cukup berarti dan terserap ke permukaan
tanah atau terbawa air hujan.
 Personnel - kecelakaan lost time (> 21 hari)
 Equipment - Kerusakan peralatan > US.$ 5.000
 Production - Kehilangan produsi > US.$ 5.000
Suatu kondisi atau praktek yang mungkin menyebabkan kecelakaan berakibat cidera
serius atau sakit, (mengakibatkan tidak mampu sementara), kerusakan lingkungan
yang serius (dalam waktu singkat) atau tidak mengikuti peraturan atau asset
perusahaan terganggu, tetapi tidak separah Klas A. Misalnya :
MEDIUM  Kondisi jalan yang licin ditemukan didaerah koridor kantor.
2
(KLAS B)  Anak tangga bagian bawah untuk masuk kantor rusak.
 Sisa bahan berbahaya ditemukan ditempat pembuangan sampah umum.
 Personnel - kecelakaan lost time (antara 1 – 21 hari)
 Equipment - Kerusakan peralatan > US$ 500 – US $ 4,999.
 Production - Kehilangan produsi > US$ 500 – 4,999.
Suatu kondisi atau praktek yang mungkin menyebabkan kecelakaan berakibat
ringan (tidak cidera) atau sakit. Tidak mengganggu asset perusahaan, atau
kerusakan lingkungannya kecil. Misalnya :
 Tukang kayu ditemukan ketika menangani kayu tidak menggunakan sarung
LOW tangan.
1
(KLAS C)  Lapisan- lapisan berminyak ditemukan dipermukaan air yang tergenang,
menunjukkan terjadinya tumpahan minyak yang kecil.
 Personnel - kecelakaan lost time (0 hari)
 Equipment - Kerusakan peralatan < US.$ 500.
 Production - Kehilangan produsi < US.$ 500.
Tabel #.1.

HSE Plan PT. ARODYA BIRU PERSADA – EPR2-S19PL0014A-P30 Page


101
Jadwal Inspeksi Audit ( Harap disesuaikan Audit yang akan dilakukan )

Tanggal
Ditindak
Audit / Batas
Pokok Permasalahan lanjuti Status / Keterangan /
No. Inspeksi Waktu /
/Agenda Item oleh / Status Remarks
Date of Deadline
Action
Audit/
By
Inspection

Tim Inspeksi Audit


Direktur menunjuk HSE Supervisor / HSE Coordinator bertanggung jawab untuk :
a. Menunjuk auditor yang independen dan tidak memihak.
b. Merencanakan dan melakukan internal audit pada semua unit operasi yang
digunakan oleh perusahaan.
c. Menganalisa hasil dari semua audit internal, ketidak sesuaian dan kegiatan perbaikan
/ koreksinya.
d. Memastikan bahwa audit mencakup semua aspek yang berkaitan dengan Sistem
Manajemen Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan.
Auditor yang ditunjuk bertanggung jawab untuk merencakan audit dan
melaporkan setiap ketidak sesuaian yang ditemukan. Bila mungkin, auditor yang
sama melakukan tindak- lanjut dan memverifikasi setiap kegiatan perbaikan /
koreksi.

HSE Plan PT. ARODYA BIRU PERSADA – EPR2-S19PL0014A-P30 Page


102
Form Laporan Hasil Inspeksi & Audit

Diperiksa Substandar
No PPE/APD Saran /Comment
/Checked d
1. Topi Keselamatan / Hard Hat
2 Kacamata Pengaman / Safety
Glasses
3. Sepatu Keselamatan / Safety Shoe
4. Pelindung Pendengaran / Hearing
Protection
5. Sarung Tangan / Gloves
6. Pelindung Pernafasan / Respirator
7. Lain-lain / Other

Equipment & Safety Signs /


Diperiksa
No Perlengkapan & Tanda Substandard Saran /Comment
Pengaman /Checked
1 Alat Pemadam Api
(Fire Extinguisher)
2 Lampu (Lighting)
3 Tanda-Tanda Evakuasi
(Evacuation Signs)
4 Tanda-Tanda Larangan
(Dangers Signs)
5 Kabel Listrik (Electrical Cables)
6 Perlengkapan Pertolongan Pertama
(First Aid Kit)
7 Penguncian-Pelabelan (Tag-Label)

No Kebersihan / Housekeeping Diperiksa Substandard Saran


(Checked) (Comment)
1 Tangga
(Ladders)
2 Penampungan Sampah
(Trash Storage)
3 Lantai
(Floor)
Keterangan / remarks :

HSE Plan PT. ARODYA BIRU PERSADA – EPR2-S19PL0014A-P30 Page


103
Monitoring

No Pertanyaan Temuan - Temuan Saran / Rekomendasi

1. Apakah perusahaan mempunyai


pernyataan kebijakan K3L yang
ditanda tangani oleh Sr. Manajemen.
Bila ya, apakah kebijakan tersebut
diberi tanggal dan bagaimana cara
mensosialisasikannya. Apakah selalu
diperbaharui.

2 Apakah perusahaan mempunyai


target kinerja untuk K3L seperti :
LTIF = 0 TRIR = 0 Fatality = 0
Apakah target tersebut dipasang
pada papan pengumuman K3L untuk
diketahui oleh seluruh karyawan.

3 Apakah Manajemen Senior terlibat


dalam kunjungan / inspeksi
kelapangan (manajemen tour)

4 Apakah perusahaan mempunyai


pengaturan tentang waste
management. Jenis apa saja yang
dikelola

5 Apakah Internal Audit dilakukan dan


bagaimana dengan tindak lanjutnya.

6 Apakah perusahaan mempunyai


program pelatihan K3L, apakah
karyawan telah dilatih tentang K3L
dan apakah dilengkapi dengan
Sertifikatnya.

7 Apakah perusahaan mempunyai ERP


(emergency response procedure) dan
apakah pelatihan keadaan darurat/
dilaksanakan

No Pertanyaan Temuan - Temuan Saran / Rekomendasi

8 Apakah ada program pertemuan


kelompok untuk keselamatan seperti :

HSE Plan PT. ARODYA BIRU PERSADA – EPR2-S19PL0014A-P30 Page


104
Manajemen, Monthly meeting, Safety
talks, Learning from Events.

9 Apakah perusahaan mempunyai


program tentang menyelidiki,
melaporkan, dan mencatat
kecelakaan atau peristiwa hampir
celaka
10 Apakah perusahaan mempunyai
program tentang pemeriksaan
kesehatan karyawan sebelum
dipekerjakan, Apakah pemeriksaan
berkala untuk karyawan
dilaksanakan (Medical Check Up)

11 Apakah perusahaan saudara memiliki


program tentang transportasi darat
untuk pencegahan kecelakaan
lalulintas

12 Apakah perusahaan mempunyai


program oientasi K3, untuk tenaga
yang baru di pekerjakan dan tenaga
pengawas yang baru dipekerjakan
atau dinaikkan pangkatnya.

13 Apakah setiap karyawan yang telah


menerima induksi keselamatan telah
menerima buku saku (hand book) -
apakah bukti penerimaannya tersedia.

14 Apakah perusahaan mengelola


peralatan operasi dengan sistem
perawatan (untuk kendaraan), apakah
tersedia preventive maintenance
schedule kendaraan yang digunakan
saat ini

No Pertanyaan Temuan - Temuan Saran / Rekomendasi

15 Apakah perusahaan mempunyai


kebijakan tentang Minuman keras dan
Obat terlarang

16 Apakah Inspeksi Keselamatan Kerja


dilakukan (Housekeeping, PPE,
APAR).

HSE Plan PT. ARODYA BIRU PERSADA – EPR2-S19PL0014A-P30 Page


105
17 Apakah Warning & Safety Signs
tersedia dilokasi kerja.

18 Apakah ada program tentang PPE,


apakah karyawan dilengkapi dengan
alat pelindung diri (PPE) yang cukup

19 Apakah statistik untuk kecelakaan,


Jam / Hari Kerja Aman tersedia

20 Apakah perusahaan mempunyai


prosdeur penilaian untuk kontraktor

HSE Plan PT. ARODYA BIRU PERSADA – EPR2-S19PL0014A-P30 Page


106

Anda mungkin juga menyukai