Anda di halaman 1dari 13

TUGAS 2

Filsafat Ilmu
Dosen : Prof. Dr. Robert Sibarani, MS

Oleh:
MANIPPO SIMAMORA
22810600

PROGAM DOKTOR

PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2022
Pertemuan 2:
ØSumber kearifan lokal atau kearifan praktis
ØTeknik analisis kearifan lokal atau kearifan praktis
ØDefinisi kearifan lokal atau kearifan praktis
ØManfaat kearifan lokal
TEKNIK ANALISIS KEARIFAN

Nama dan Sinopsis Makna & Fungsi Nilai & Norma Kearifan

Nama: ………………. Makna:…………….. Nilai:……………… Kearifan:……………


Sinopsis:……………..……
………………………………… Fungsi:……………... Norma:…………….
…………………………………
…………………… dst dst dst

dst dst dst

dst dst dst

dst dst dst

Kearifan Lokal Keseluruhan:


………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………..
APA ITU KEARIFAN

Kearifan adalah kebijaksanaan atau pengetahuan asli s


uatu masyarakat yang berasal dari nilai budaya atau no
rma sosial sebagai pedoman untuk mengatur tatanan k
ehidupan masyarakat setempat. Kearifan itu sering dis
ebut kearifan lokal atau kearifan praktis.
Wisdom is the community’s wisdom or local genius de
riving from the cultural value or social norm in order t
o manage the local community’s social life order.
It is always called local wisdom or practical wisdom.
KAJIAN TRADISI BUDAYA/PRAKTIK SOSIAL:
MENGINGAT MASA LALU, MEMAHAMI MASA KINI, MEMPERSIAPKAN MASA DEPAN

Masa lalu Masa Kini Masa Depan


REVITALISASI DAN PELESTARIAN

TRADISI BUDAYA PERSOALAN BANGSA GENERASI PENERUS Sejah


NILAI LUHUR (Kemiskinan dan Perkelahian) tera & Damai
KEARIFAN LOKAL/PRAKTIS
Remembering the past, Understanding the present, Preparing the future!
Tugas 2:

1. Narasikan 3 slide di atas dengan bahasa Anda sendi


ri!
2. Ambil satu tradisi, budaya atau praktik sosial yang
saudara ketahui, kemudian berikan gambaran umu
m tentang tradisi, budaya atau praktik sosial tersebu
t!
3. Analisislah kearifan lokal dari tradisi, budaya atau
praktik sosial tersebut dengan menggunakan tabel p
ada slide di atas!
TUGAS NOMOR 2

1. Narasikan 3 slide di atas dengan bahasa Anda sendiri!


Keanekaragaman pola-pola adaptasi manusia terhadap lingkungan, terkadang tidak
mudah dimengerti oleh pihak ketiga yang mempunyai latar belakang sosial dan kebudayaan
yang berbeda. Namun demikian, keanekaragaman pola-pola adaptasi terhadap lingkungan
tersebut merupakan faktor yang harus diperhitungkan dalam perencanaan dan pelaksanaan
pembangungan yang berkelanjutan.
Kearifan merupakan seperangkat pengetahuan yang dikembangkan oleh suatu
kelompok masyarakat setempat (komunitas) yang terhimpun dari pengalaman panjang
menggeluti alam dalam ikatan hubungan yang saling menguntungkan kedua belah pihak
(manusia dan lingkungan) secara berkelanjutan dan dengan ritme yang harmonis. Dengan
demikian, kearifan lingkungan (ecological wisdom) (Agung, 2006) merupakan pengetahuan
yang diperoleh dari abstraksi pengalaman adaptasi aktif terhadap lingkungannya yang khas.
Pengetahuan tersebut diwujudkan dalam bentuk ide, aktivitas dan peralatan. Kearifan
lingkungan yang diwujudkan ke dalam tiga bentuk tersebut dipahami, dikembangkan,
dipedomani dan diwariskan secara turun-temurun oleh komunitas pendukungnya. Sikap dan
perilaku menyimpang dari kearifan lingkungan, dianggap penyimpangan (deviant), tidak arif,
merusak, mencemari, mengganggu dan lain-lain.
Kearifan lingkungan dimaksudkan sebagai aktivitas dan proses berpikir, bertindak dan
bersikap secara arif dan bijaksana dalam mengamati, mamanfaatkan dan mengolah alam
sebagai suatu lingkungan hidup dan kehidupan umat manusia secara timbal balik. Kesuksesan
kearifan lingkungan itu biasanya ditandai dengan produktivitas, sustainabilitas dan
equtablitas atau keputusan yang bijaksana, benar, tepat, adil, serasi dan harmonis .
Kearifan lokal atau sering disebut local wisdom dapat dipahami sebagai usaha manusia
dengan menggunakan akal budinya (kognisi) untuk bertindak dan bersikap terhadap sesuatu,
objek, atau peristiwa yang terjadi dalam ruang tertentu. Pengertian di atas, disusun secara
etimologi, di mana wisdom dipahami sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan
akal pikirannya dalam bertindak atau bersikap sebagai hasil penilaian terhadap sesuatu,
objek, atau peristiwa yang terjadi. Sebagai sebuah istilah wisdom sering diartikan sebagai
‘kearifan/kebijaksanaan’.
Lokal secara spesifik menunjuk pada ruang interaksi terbatas dengan sistem nilai yang
terbatas pula. Sebagai ruang interaksi yang sudah didesain sedemikian rupa yang di dalamnya
melibatkan suatu pola-pola hubungan antara manusia dengan manusia atau manusia dengan
lingkungan fisiknya. Pola interaksi yang sudah terdesain tersebut disebut settting. Setting
adalah sebuah ruang interaksi tempat seseorang dapat menyusun hubungan- hubungan face
to face dalam lingkungannya. Sebuah setting kehidupan yang sudah terbentuk secara
langsung akan memproduksi nilai-nilai. Nilai-nilai tersebut yang akan menjadi landasan
hubungan mereka atau menjadi acuan tingkah-laku mereka.
Kearifan lokal merupakan pengetahuan yang eksplisit yang muncul dari periode
panjang yang berevolusi bersama-sama masyarakat dan lingkungannya dalam sistem lokal
yang sudah dialami bersama-sama. Proses evolusi yang begitu panjang dan melekat dalam
masyarakat dapat menjadikan kearifan lokal sebagai sumber energi potensial dari sistem
pengetahuan kolektif masyarakat untuk hidup bersama secara dinamis dan damai. Pengertian
ini melihat kearifan lokal tidak sekadar sebagai acuan tingkah-laku seseorang, tetapi lebih
jauh, yaitu mampu mendinamisasi kehidupan masyarakat yang penuh keadaban.
Secara substansial, kearifan lokal itu adalah nilai-nilai yang berlaku dalam suatu
masyarakat. Nilai-nilai yang diyakini kebenarannya dan menjadi acuan dalam bertingkah-laku
sehari-hari masyarakat setempat. Oleh karena itu, sangat beralasan jika dikatakan bahwa
kearifan lokal merupakan entitas yang sangat menentukan harkat dan martabat manusia
dalam komunitasnya. Hal itu berarti kearifan lokal yang di dalamnya berisi unsur kecerdasan
kreativitas dan pengetahuan lokal dari para elit dan masyarakatnya adalah yang menentukan
dalam pembangunan peradaban masyarakatnya.
Akhir dari sedimentasi kearifan lokal ini akan mewujud menjadi tradisi atau agama.
Dalam masyarakat kita, kearifan-kearifan lokal dapat ditemui dalam nyayian, pepatah,
sasanti, petuah, semboyan, dan kitab-kitab kuno yang melekat dalam perilaku sehari-hari.
Kearifan lokal biasanya tercermin dalam kebiasaan-kebiasaan hidup masyarakat yang telah
berlangsung lama. Keberlangsungan kearifan lokal akan tercermin dalam nilai-nilai yang
berlaku dalam kelompok masyarakat tertentu. Nilai-nilai itu menjadi pegangan kelompok
masyarakat tertentu yang biasanya akan menjadi bagian hidup tak terpisahkan yang dapat
diamati melalui sikap dan perilaku mereka sehari-hari.
Proses sedimentasi ini membutuhkan waktu yang sangat panjang, dari satu generasi
ke generasi berikut. Kemunculan kearifan lokal dalam masyarakat merupakan hasil dari
proses trial and error dari berbagai macam pengetahuan empiris maupun non-empiris atau
yang estetik maupun intuitif (Tiezzi et al). Kearifan lokal lebih menggambarkan satu fenomena
spesifik yang biasanya akan menjadi ciri khas komunitas kelompok tersebut, misalnya alon-
alon asal klakon (masyarakat Jawa Tengah), rawe-rawe rantas malang-malang putung
(masyarakat Jawa Timur), ikhlas kiai-ne manfaat ilmu-ne, patuh guru-ne barokah urip-e
(masyarakat pesantren), dan sebagainya.

2. Ambil satu tradisi, budaya atau praktik sosial yang saudara ketahui, kemudian
berikan gambaran umum tentang tradisi, budaya atau praktik sosial tersebut!
Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan kekayaan alam dan
keanekaragaman budaya. Kondisi ini terjadi karena adanya adat-istiadat dari berbagai suku
yang berbeda-beda oleh karena itu tradisi yang ada di dalamnya pun beragam. Tradisi
merupakan adat kebiasaan turun-temurun dari nenek moyang yang masih dijalankan oleh
masyarakat hingga kini. Salah satu tradisi yang terdapat di Indonesia adalah tradisi kenduri
atau slametan. Kenduri merupakan perjamuan makan untuk memperingati suatu peristiwa,
meminta berkat, dan lain sebagainya.
Upacara tradisi selamatan (slametan), gelar sesaji (sajen) atau kenduri bagi
masyarakat Jawa seakan sudah menjadi pola kehidupan yang biasa dilaksanakan. Walaupun
hal tersebut mengalami sebuah pergeseran bahkan pertentangan karena adanya sebuah
perubahan dan pengaruh dari budaya luar. Sejak manusia Jawa lahir sudah diperkenalkan
dengan tradisi-tradisi selamatan. Mulai dari kelahiran (brokohan, sepasaran, piton-piton,
selapan, setahunan), anak-anak (tetakan/khitanan), upacara perkawinan, masa kehamilan,
sampai dengan kematian. Begitu pula dalam pola tradisi kehidupan masyarakat Jawa seperti
pindah rumah, membuat rumah, tardisi bersih desa/nyadran, upacara-upacara di Keraton dan
masih banyak lagi. Hampir perilaku atau kegiatan yang akan dilakukan oleh masyarakat Jawa
tidak lepas didahului dengan tradisi selamatan.
Selametan yang biasa dilakukan oleh orang Jawa tidak lepas dari sejarah kepercayaan-
kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Jawa pada jaman dahulu. Selamatan bertujuan
untuk memperoleh keselamatan dari nenek moyang bersumber dari kepercayaan animisme
dinamisme. Namun seiring berjalannya waktu dan masyarakat Jawa mulai mengenal agama,
selamatan kini merupakan aktivitas memohon perlindungan ataupun sebagai wujud syukur
atas berkah dari Tuhan Yang Maha Esa.
Secara ontologi selamatan mengandung unsur-unsur realisme, naturalisme, dan
empirisme. Unsur realisme dalam selamatan yaitu tradisi yang dilakukan oleh masyarakat
untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan untuk menjalin sikap kekeluargaan terhadap
masyarakat. Unsur naturalisme dalam selamatan yaitu menggunakan alam sebagai wujud
syukur. Unsur empirisme dalam selamatan yaitu rasa bersyukurnya masyarakat kepada
Tuhan.

3. Analisislah kearifan lokal dari tradisi, budaya atau praktik sosial tersebut dengan
menggunakan tabel pada slide di atas!

Nama dan Sinopsis Nama : Kenduri atau Slametan


Sinopsis : Selamatan merupakan sebuah tradisi ritual yang hingga
kini tetap dilestarikan oleh sebagian besar masyarakat Jawa.Salah
satu upacara adat Jawa ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur
atas anugerah dan karunia yang diberikan Tuhan. Istilah Selamatan
sendiri berasal dari bahasa arab yakni Salamah yang memiliki arti
selamat atau bahagia.
Dalam prakteknya, selamatan atau syukuran dilakukan dengan
mengundang beberapa kerabat atau tetangga . Secara tradisional
acara syukuran dimulai dengan doa bersama, dengan duduk bersila
di atas tikar, melingkari nasi tumpeng dengan lauk pauk dan
kemuadian di lanjutkan dengan menikmati nasi tumpeng tersebut
secara bersama – sama.
Makna dan Fungsi Makna : kepercayaan yang dianut oleh nenek moyang orang Jawa
yang menganggap bahwa setiap benda itu punya roh dan kekuatan
tertentu. Dari kenyataan ini manusia pada awalnya merasa tidak
berdaya, kemudian meminta perlindungan kepada sesuatu yang
memiliki kekuatan lebih, yang disebut dengan roh-roh dan
kekuatan-kekuatan yang ada pada benda-benda tertentu. Kegiatan
yang berupa permohonan untuk suatu keselamatan itu kemudian
disebut dengan “selamatan”.
Fungsi : Untuk memperoleh keselamatan, sebagai langkah
antisipasi sebelum terjadi sesuatu hal yang tidak dinginkan.
Nilai dan Norma Nilai : Memperoleh keselamatan dari nenek moyang bersumber
dari kepercayaan animisme dinamisme.
Norma : manusia wajib memelihara kerukunan, saling menjaga dan
berintrospeksi dengan masyarakat dan alam sebagai sebuah hal
yang tidak dapat ditinggalkan. Apabila manusia hanya
memenangkan ego sendiri maka hal yang tidak baik akan mengikuti.
Kearifan Kearifan : wujud syukur, untuk mendapatkan berkah, selamat dan
terhindar dari cobaan yang berat, mendoakan orang yang
meninggal, sebagai rasa syukur, kehidupan masyarakat aman dan
tenteram, terjaga dari malapetaka dan juga berfungsi sebagai (tolak
balak). Secara ontologi selamatan mengandung unsur-unsur
realisme, naturalisme, dan empirisme. Unsur realisme dalam
selamatan yaitu tradisi yang dilakukan oleh masyarakat untuk
mendekatkan diri kepada Tuhan dan untuk menjalin sikap
kekeluargaan terhadap masyarakat. Misalnya setiap hari kamis
malam jumat, masyarakat melakukan pengkajian “Yasinan atau
Tahlilan”.
Kearifan Lokal Keseluruhan:
Slametan atau selamatan merupakan keniscayaan bagi orang Jawa dan sudah mendarah
daging atau mbalung sum-sum. Makna slametan bagi orang Jawa adalah untuk
memperoleh keselamatan, sebagai langkah antisipasi sebelum terjadi sesuatu hal yang
tidak dinginkan. Pepatah mengatakan sedia payung sebelum hujan artinya sebelum terjadi
sesuatu hal yang tidak diingankan slametan sebagai counternya. Sehingga sesuatu hal yang
tidak diinginkan tidak terjadi dan dapat diminimalisir. Dengan langkah mengadakan
slametan orang Jawa mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi dan mempunyai langkah
antisipatif dan proaktif.
Tujuannya dari upacara adat untuk mendapatkan keselamatan atau kesempurnaan dalam
hidupnya. Dapat dikatakan slametan merupakan upacara tradisi masyarakat Jawa, esensi
dari slametan adalah sebagai mediator meminta keselamatan supaya kehidupannya
selamat di dunia maupun di akhirat. Spirit yang ada dalam slametan adalah semangat
spiritual ketuhanan dengan simbolisasi tumpeng. Slametan bagi orang Jawa sebagai
manifestasi langkah antisipatif dan proaktif dalam pelbagai hal yang tidak diinginkan.
Tulisan ini merupakan sebuah upaya mendeskripsikan konseptualisasi slametan dalam
masyarakat Islam-Jawa dan perkembangannya di era mileneal.

Anda mungkin juga menyukai