Disusun Oleh:
DIAN
NIM.201111009
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN GAGAL NAPAS
DI RUANG ICU RSUD dr. ABDUL AZIZ SINGKAWANG
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
Mahasiswa
Dian
NIM.201111009
Ns. Egidius Umbu Ndeta, S.Kep, M.Kes Ns. Asmara Sri Astuti, S.St
NIP. NIP.197006191991022003
BAB I
KONSEP PENYAKIT
A. Pengertian penyakit
Gagal napas atau respiratory failure didefinisikan sebagai
ketidakmampuan untuk mempertahankan pengiriman oksigen (oxygen delivery)
yang adekuat ke jaringan ataupun pembuangan karbon dioksida (CO2) secara
normal dari jaringan. (Slattery M, 2020)
Gagal napas merupakan kegagalan sistem respirasi dalam pertukaran gas
O2 dan CO2 serta masih menjadi masalah dalam penatalaksanaan medis.
Walaupun kemajuan teknik diagnosis dan terapi intervensi telah berkembang
pesat, tetapi gagal napas masih merupakan penyebab angka kesakitan dan
kematian yang tinggi di instalasi perawatan intensif. Kegagalan pernapasan
adalah suatu kondisi dimana oksigen tidak cukup masuk dari paru-paru ke
dalam darah. Kegagalan pernapasan adalah suatu kondisi dimana oksigen tidak
cukup masuk dari paru-paru ke dalam darah. Organ tubuh, seperti jantung dan
otak, membutuhkan darah yang kaya oksigen untuk bekerja dengan baik.
Kegagalan pernapasan juga bisa terjadi jika paru-paru tidak dapat membuang
karbon dioksida dari darah. Terlalu banyak karbon dioksida dalam darah dapat
membahayakan organ tubuh ( Kurniadi, 2020)
B. Klasifikasi
Klasifikasi gagal napas menurut (Slattery M, 2020)
Gagal napas tipe I: Pada gagal napas tipe I pasien mengalami hipoksemia
Gagal napas dengan nilai PO2 arterial yang rendah, tetapi
hipoksemia PaCO2 normal atau rendah
C. Etiologi
Adapun etiologi menurut (Wahyuni,2021) pada gagal nafas antara lain :
1. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dan Asma
Kerusakan jaringan paru pada PPOK seperti akses jalan nafas yang
menyempit, fibrosis, destruksi parenkim membuat luas permukaan alveolus
yang kontak langsung dengan kapiler paru terus berkurang sehingga
mengganggu difusi O2 dan eliminasi CO2.
2. Pneumonia
Mikroorganisme pada pneumonia mengeluarkan racun dan memicu reaksi
inflamasi dan mengeluarkan lendir. Lendir membuat luas permukaan
alveolus yang kontak langsung dengan kapiler paru terus berkurang,
mengganggu difusi O2 dan eliminasi CO2.
3. Tuberculosis Pulmonal
Pelepasan besar mikobakteri ke dalam sirkulasi paru menyebabkan
peradangan, endarteritis obliteratif dan kerusakan membran kapiler
alveolar, sehingga mengganggu pertukaran gas.
4. Tumor paru
Tumor paru dapat menyebabkan obstruksi jalan napas sehingga ventilasi
dan perfusi tidak berfungsi secara adekuat.
5. Pneumotoraks
Pneumotoraks adalah keadaan darurat medis dan terjadi ketika tekanan
intrapleural melebihi tekanan atmosfer. Pada pernapasan normal, rongga
pleura memiliki tekanan negatif. Saat dinding dada mengembang ke luar,
permukaan antara pleura parietal dan visceral muncul menyebabkan paru-
paru mengembang ke luar. Penumpukan tekanan di ruang pleura akhirnya
menyebabkan hipoksemia dan gagal napas karena kompresi paru-paru.
D. Patway
Nefrolitiasis, Pneumonia, Sepsis, TD ↑, HR ↑, PaCO2 ↑ PaO2 ↓
Gagal Napas
Leukosit meningkat + prosedur Nefrolitotomi Gangguan
invasif mekanisme
regulasi Perubahan irama jantung
Prosedur operasi
Gambaran EKG Takikardi
Mk: Resiko Mk:
Penurunan kesadaran Supraventrikular (SVT)
Infeksi Hipervolemi
a Kelemahan otot
Faktor mekanis (Insisi
pembedahan) pernapasan
Ketidakmampuan
mengabsorpsi makanan Mk: Penurunan curah
jantung
Dispnea,Geli
Mk: Gangguan Integritas Kerusakan sah,takikardi Terpasang nasogatric tube
Kulit dan Jaringan integritas kulit
F. Komplikasi
Komplikasi kegagalan pernapasan akut dapat berupa penyakit paru,
kardiovaskular, gastrointestinal (GI), penyakit menular, ginjal, atau gizi.
Komplikasi GI utama yang terkait dengan gagal napas akut adalah perdarahan,
distensi lambung, ileus, diare, dan pneumoperitoneum. Infeksi nosokomial,
seperti pneumonia, infeksi saluran kemih, dan sepsis terkait kateter, sering
terjadi komplikasi gagal napas akut.Ini biasanya terjadi dengan penggunaan alat
mekanis. Komplikasi gizi meliputi malnutrisi dan pengaruhnya terhadap kinerja
pernapasan dan komplikasi yang berkaitan dengan pemberian nutrisi enteral
atau parenteral.
Komplikasi pada paru-paru itu seperti pneumonia, emboli paru,
barotrauma paru-paru, fibrosis paru. Komplikasi yang berhubungan dengan
mesin dan alat mekanik ventilator pada pasien gagal napas juga banyak
menimbulkan komplikasi yaitu infeksi, desaturasi arteri, hipotensi, barotrauma,
komplikasi yang ditimbulkan oleh dipasangnya intubasi trakhea adalah
hipoksemia cedera otak, henti jantung, kejang, hipoventilasi, pneumotoraks,
atelektasis. Gagal napas akut juga mempunyai komplikasi di bidang
gastrointestinal yaitu stress ulserasi, ileus dan diare ( Kurniadi, 2020)
H. Penatalaksanaan Medik
1. Terapi oksigen
pengobatan yang dapat membantu orang bernapas dan mendapatkan asupan
oksigen cukup
2. Pemberian oksigen kecepatan rendah : masker Venturi atau nasal prong
3. Ventilator mekanik dengan tekanan jalan nafas positif kontinu (CPAP)
4. Inhalasi nebulizer
alat untuk mengubah obat dalam bentuk cairan menjadi uap yang dihirup
5. Fisioterapi dada
Fisioterapi dada direkomendasikan untuk klien/pasien yang memproduksi
sputum lebih dari 30cc/hari atau memiliki riwayat atelektasis dengan x-
ray dada. Perkusi kontraindikasi pada klien/pasien dengan kelainan
perdarahan.
6. Pemantauan hemodinamik/jantung
Pemantauan hemodinamik secara noninvasif terdiri dari beberapa
komponen antara lain tekanan darah, nadi, heart rate, pernapasan, indikator
perfusi perifer, produksi urin, saturasi oksigen, dan GCS
7. Pengobatan
suatu proses menyembuhkan yakni dengan menggunakan alat bantu. Alat
bantu tersebut dapat berupa alat bantu terapi maupun berupa obat-obatan
beserta lainnya, baik dilakukan dengan perlengkapan medis modern
maupun tradisional.
8. Brokodilator
Bronkodilator adalah kelompok obat yang digunakan untuk meredakan
gejala akibat penyempitan saluran pernapasan, seperti batuk, mengi, atau
sesak napas. Asma dan penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) adalah dua
kondisi yang sering diobati dengan bronkodilator
9. Steroid
Steroid merupakan versi hormon buatan manusia yang biasanya diproduksi
oleh kelenjar adrenal, dua kelenjar kecil yang ditemukan di atas ginjal. Saat
dikonsumsi dalam dosis yang lebih tinggi dari jumlah produksi tubuh
biasanya, steroid mengurangi kemerahan dan pembengkakan atau
peradangan
10. Dukungan nutrisi sesuai kebutuhan.
BAB II
KONSEP ASUAHAN KEPERAWATAN
ICU (Intensive Care Unit) merupakan suatu bagian dari Rumah Sakit yang
mandiri dengan staf khusus dan perlengkapan yang khusus yang di tujukan untuk
observasi, perawatan dan terapi pasien- pasien yang menderita penyakit akut, cidera
tau penyulit yang mengancam nyawa atau potensi mengancam nyawa. Kriteria
pasien masuk ICU Penilaian objektif atas berat dan prognosis penyakit hendaknya
digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam menentukan prioritas masuk ke ICU.
(Fransisca, 2020)
Dalam pelayanan keperawatan pelaksanaan dokumentasi merupakan hal
sangat penting dalam pelayanan kesehatan untuk memahami, meninjau, serta
menilai yang dilaksanakan oleh rumah sakit terkhusus di ruangan instalasi gawat
darurat. Hal tersebut perlu di dokumentasikan dengan teratur, akurat, obyektif, dan
lengkap serta sesuai dengan standar asuhan keperawatan agar dapat membuktikan
bahwa tindakan keperawatan dilakukan dengan benar. Dokumentasi sangat
dibutuhkan dalam keamanan pasien dengan menjaga catatan atau rekam medis agar
tetap jelas, akurat, dan komprehensif agar dapat bermanfaat bagi perawat dalam
pekerjaan sehari-hari. Dokumentasi sangat dibutuhkan dalam menunjukkan
pemberian perawatan yang baik melalui komunikasi yang efektif. Makadari itu
disusunlah asuhan keperawatan melalui proses pengkajian, penegakan diagnose
keperawatan, perencanaan, penerapan implementasi, serta evaluasi dari tidakan
yang kita lakukan. (Susanti, 2021).
A. Pengkajian
I. Identitas klien
Inisial klien, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pekerjaan,
pendidikan, alamat, penanggung (askes/jamkesmas/umum), nomor rekam
medis, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis, patient’s label
Identitas Penanggung Jawab
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta status
hubungan dengan klien
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada dada yang menjalar ke
punggung dan pinggang. Biasa didukung dengan adanya Riwayat
hipertensi.
Istirahat dan Aktivitas : Mengkaji lama tidur siang dan malam pasien
serta aktivitas pasien sehari hari sebelum masuk rumah sakit.
VII. Psikososial
Meliputi sosial/Interaksi (dukungan keluarga dan dukungan
kelompok/teman/masyarakat), spiritual dan kebutuhan pembelajaran
tentang pengetahuan pasien dan keluarga mengenai penyakit.
VIII. Pemeriksaan Penunjang
1. CT Scan dan MRI
2. Pemeriksaan laboratorium
3. Foto Rontgen/thorax
4. Pemeriksaan cairan serebrospinal
5. Biopsi stereostatik
6. Angiografi serebral
7. EEG
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat dan pasti tentang
masalah pasien yang nyata serta penyebabnya dapat dipecahkan atau diubah
DO:
- Edema anasarca dan/atau edema perifer
- Berat badan meningkat dalam waktu singkat
- Jugular venous pressure (JVP) dan/atau central venous pressure
(CVP) meningkat
- Refleks hepatojugular positif
DO:
- Perubahan irama jantung (bradikardi/ takikardi, gambaran EKG aritmia)
- Perubahan preload
Seperti Edeme, distensi vena juguralis, hepatomegali
- Perubahan afterload
Seperti: tekanan darah meningkat/menurun, nadi perifer teraba lemah,
CRT.3 detik, warna kulit pucat/sianosis
- Perubahan kontraktilitas
Seperti: terdengar suara jantung S3/S4, Ejection fraction menurun
Ds :-
Do :
Ds : -
Do :
DS : -
DO :
- Demam
- Penurunan hemoglobin
- Peningkatan leukosit
- Kerusakan integritas kulit
8. Risiko cedera berhubungan dengan perubahan fungsi psikomotor ditandai
dengan:
Ds : -
Do :
- Gelisah
- Penurunan kesadaran
- Kekuatan otot menurun
i. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (SIKI) Rasional Tindakan
(SLKI)
2 Bersihan jalan napas tidak Setelah dilakukan tindakan Managemen jalan nafas ( I.01011) 1. mengetahui frekuensi, kedalaman,
keperawatan selama 3x24 jam Observasi irama pernafasan
efektif berhubungan
bersihan jalan nafas meningkat 1. Monitor pola nafas (frekuensi, 2. mengetahui adanya suara nafas
efek agen farmaka dengan kriteria hasil ( L.01001) : kedalaman, usaha nafas) tambahan atau tidak
2. Monitor bunyi nafas tambahan 3. Mempertahankan kepatenan
(sedasi) 1. Batuk efektif meningkat
(mis: wheezing) jalan nafas
(D.0001) 2. Wheezing menurun
Terapeutik 4. Memberikan posisi lebih
3. Gelisah menurun
1. Pertahankan kepatenan jalan nafas nyaman
4. Frekuensi nafas membaik
2. Posisikan semi fowler
5. Pola nafa membaik 3. Berikan oksigen 5. Memenuhi kebutuhan oksigen
Edukasi didalam tubuh pasien
1. Ajarkan teknik batuk efektif 6. Memantu pasien rileks dan
Kolaborasi mampu cara mengikuti batuk
Kolaborasi pemberian bronkodilator, jika efektif
perlu 7. Memudahkan menegluarkan
sputum
5 Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan intervensi Perawatan luka (I.14564) 1. Untuk mengetahui
keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi karakteristik luka pasien
dan jaringan 1. Monitor karakteristik luka 2. Untuk mengetahui tanda-
diharapkan integritas kulit dan
2. Monitor tanda-tanda infeksi tanda infeksi
berhubungan dengan jaringan (L.14125) meningkat 3. Untuk dilakukan ganti
Teraupetik
dengan kriteria hasil: balutan
faktor mekanis (insisi 3. Lepaskan balutan dan plester
4. Agar luka terhindar dari
1. Kerusakan jaringan secara perlahan mikroorganisme
pembedahan) menurun 4. Bersihkan dengan cairan NaCl 5. Untuk mempercepat proses
atau pembersih non toksik sembuhnya luka
(D.0129) 5. Bersihkan jaringan nekrotik 6. Untuk mempercepat proses
6. Berikan salep yang sesuai ke penyembuhan
kulit/lesi, jika perlu 7. Agar memudahkan
7. Pasang balutan sesuai jenis luka pemasangan balutan
8. Pertahankan teknik steril saat 8. Agar tidak terjadi infeksi
melakukan perawatan luka
Edukasi
9. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
10. Anjurkan mengkonsumsi
makanan tinggi kalori dan protein
Kolaborasi
11. Kolaborasi prosedur debridement
6 Defisit nutrisi Setelah dilakukan intervensi Pemantauan nutrisi 1. Untuk mengetahui factor
keperawatan selama 3 x 24 jam yang mempengaruhi asupan
berhubungan dengan Observasi
diharapkan fungsi gastrointestinal gizi pasien
peningkatan kebutuhan membaik (L.03019) dengan 1. Identifikasi faktor yang 2. Untuk mengetahui apakah
kriteria hasil :
metabolisme mempengaruhi asupan gizi ada kelainan pada kulit
1. Toleransi terhadap
2. Identifikasi kelainan pada kulit (mis. 3. Untuk mengetahui apakah
(D.0019) makanan meningkat
luka yang sulit sembuh) ada mual muntah
2. Nyeri abdomen menurun
3. Monitor mual dan muntah 4. Untuk mengetahui data
3. Jumlah residu cairan
lambung saat aspirasi 4. Monitor hasil laboratorium penujang pasien
menurun Terapeutik 5. Agar tidak terjadi kesalahan
4. Peristaltik usus membaik dalam pemantauan
5. Atur interval waktu pemantauan
6. Agar tidak terjadi kesalahan
sesuai dengan kondisi pasien
dalam pemantauan
Edukasi
1. Evaluasi formatif
O : data objektif
Kurniadi,S. (2020). Gambaran Pasien Gagal Napas Dengan Kelainan Paru Pada
Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan Bulan Januari
Sampai Agustus Tahun 2020.
Fernanda, D. R., & Yuniarti, L. (2022). Hubungan Rasio CT dan Ekspresi Gen
Edengan Kejadian Gagal Napas pada Pasien Covid-19 Rawat Inap di RS
X.Jurnal Riset Kedokteran, 1(2), 107–
115.https://doi.org/10.29313/jrk.v1i2.563
Gilda Simanjuntak, E., & Serepina, A. (2020). Perspektif Terkini terhadap Penyakit
Paru Obstruktif Kronis : Review Literatur. Jurnal KedokteranUniversitas
Palangka Raya, 8(2), 999–1009.https://doi.org/10.37304/jkupr.v8i2.2034
Tim Pokja SDKI PPNI (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SIKI PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI
Sinarti, dkk. 2021. Analisa Praktik Klinik Keperawatan Pada Pasien Terpasang
Ventilasi Mekanik Dengan Intervensi Inovasi Kombinasi Fisioterapi Dada
Dan Elevasi Kepala 60 ̊ Dengan Hiperoksigenasi Pada Proses Close Suction
Terhadap Perubahan Saturasi Di Ruang Intensive Care Unit (Icu) Rsud
Abdul Wahab Sjahrani. Samarinda
Syarani, Dr. dr. Fajrinur, M.Ked(Paru), S. P. (K) (2020) ‘Gagal Napas’, in Buku
Ajar Respirasi. Medan: USU Press, pp. 551–573
Shebl, E., Mirabile, V. S., & Bakar, P. (2021, May 04). Respiratory Failure.
Retrieved from National Library of Medicine:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK526127/
Sakti, M., Ferianto, F., Siswoyo, D. V., Candita, F., & Ifani, R. F.
(2021).Tatalaksana Gagal Nafas Akut Akibat Edem Paru Akut Pada
Pasien Dengan Hipertensi. Collaborative Medical Journal (CMJ), 4(1),
26–32.https://doi.org/10.36341/cmj.v4i1.2161