Anda di halaman 1dari 18

DEFORESTASI Kelompok 4

Dosen pengampu : Rahayu Repindowaty Harahap, S.H., LL.M.


Anggota Kelompok :
• WILSON FRANSISCO KAPERIUS SITOHANG (B1A122178)
• RIZKA AMALIA (B1A122179)
• KARTIKA RAHMAHANNI (B1A122180)
• LASNITA SITORUS (B1A122181)
• NURFARIDA NUYA AGUSTIN H. (B1A122182)
• HILMAN ZIKRI (B1A122185)
• CAHYO PURNOMO (B1A122186)
• M. FERDYANSYAH S. (B1A122187)
• MUHAMMAD FAJAR ALSIDIK (B1A122188)
Pengertian
Dalam perspektif ilmu kehutanan deforestasi dimaknai sebagai
situasi hilangnya tutupan hutan beserta atribut-atributnya yang
berimplikasi pada hilangnya struktur dan fungsi hutan itu sendiri.
Pemaknaan ini diperkuat oleh definisi deforestasi yang dituangkan
dalam Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor 30
tahun 2009 tentang Tata Cara Pengurangan Emisi dari Deforestasi
Dan Degradasi Hutan (REDD) yang dengan tegas menyebutkan
bahwa deforestasi adalah perubahan secara permanen dari areal
berhutan menjadi tidak berhutan yang diakibatkan oleh kegiatan
manusia.
Deforestasi Dalam konvensi
Internasional
Deforestasi juga menjadi salah satu isu penting dalam lingkup hukum lingkungan internasional, karena
menyangkut tanggung jawab negara-negara dalam melindungi dan melestarikan hutan sebagai sumber
daya alam yang penting bagi keseimbangan ekosistem global. Salah satu instrumen hukum internasional
yang mengatur tentang deforestasi adalah United Nations Convention on Biological Diversity (UNCBD).
UNCBD memiliki tujuan untuk melestarikan keanekaragaman hayati, pemanfaatan berkelanjutan dari
komponen-komponennya, dan pembagian yang adil dan setara dari manfaat yang timbul dari
pemanfaatan sumber daya genetik. UNCBD juga mengatur tentang kewajiban negara-negara pihak
untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah atau mengendalikan dampak buruk
dari aktivitas manusia terhadap keanekaragaman hayati, termasuk deforestasi.
Selain UNCBD, ada juga konvensi internasional lain yang berkaitan dengan deforestasi, seperti United
Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), United Nations Convention to Combat
Desertification UNCCD), dan Konvensi Ramsar tentang Lahan Basah. Konvensi-konvensi ini memiliki
tujuan untuk melindungi dan melestarikan lingkungan, termasuk hutan, sebagai sumber daya alam yang
penting bagi keseimbangan ekosistem global.
Di lingkungan internasional sebenarnya telah terdapat Deklarasi Rio de Jenerio yang
merupakan konferensi PBB mengenai lingkungan hidup yang kedua setelah konfererensi PBB
mengenai lingkungan hidup yang pertama di Stockholm Swedia tahun 1972. Hasil konferensi
Deklarasi Rio de Jenerio menetapkan serangkaian pedoman pembangunan. Ada dua hal
penting dalam deklarasi ini yaitu program agenda 21 dan prinsip-prinsip tentang kehutanan.

1. Program agenda 21 Bagian II dari agenda 21 ini menyangkut konservasi dan manajemen
Sumber Daya Alam untuk pembangunan yang memuat ikhtiar sebagai berikut :
A. menanggulangi masalah-masalah lingkungan udara, sumber daya tanah, penggundulan
hutan, desertifikasi dan kegersangan, erosi, lautan dan pantai dan air tawar,
B. pengelolaan limbah beracun dan berbahaya,
C. pengembangan pertanian dan pelestarian sumber alam hayati.
Di samping itu, dalam agenda 21 juga disepakati program mengenai deforestasi yang
menyangkut empat bidang yaitu fungsi hutan, peningkatan perlindungan, pemanfaatan dan
konservasi hutan, efisiensi pemanfaatan dan telaahan mengenai nilai dan jas hasil hutan, serta
peningkatan kemampuan perencanaan, monitor, dan evaluasi.
2. Prinsip-prinsip tentang Kehutanan Prinsip-prinsip tentang kehutanan telah berhasil
disepakati dalam dokumen Non-legally Binding Authoritative Statement of principles for
Global Concensus on the management, Conservation and sustainable Development on all
types of forest, berisikan 15 prinsip yang berkaitan dengan masalah pengelolaan hutan.
Dokumen ini juga memuat pedoman yang tidak bersifat mengikat dan berlaku beerlaku
untuk semua jenis hutan, terdapat pula prinsip-prinsip lainnya yaitu menyangkut
perdagangan kayu, penghapusan hambatan-hambatan tariff, dan perbaikan
akses ke pasaran.
Deforestasi dalam hukum nasional
1. Undang-Undang No 5 Tahun 1994 tentang pengesahan United Nations
Convention on Biological Diversity (Konvensi Perserikatan Bangsa-
Bangsa Mengenai Keanekaragaman Hayati)

Indonesia merupakan salah satu negara yang ikut meratifikasi UNCBD ini. Indoensia merupakan
negara kedelapan dari 157 negara yang ikut menandatangani konvensi ini. Indonesia
menandatangani konvensi ini pada tanggal 5 Juni 199216. Dalam Undang-Undang No. 5 Tahun
1994 tentang pengesahan United Nations Convention on Biological Diversity (Konvensi
Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai Keanekaragaman Hayati) ini dasar pertimbangan
ratifikasinya adalah:
I. Keanekaragaman hayati di dunia khususnya di Indonesia, berperan penting
untuk berlanjutanya proses evaluasi serta terpeliharanya keseimbangan
ekosistem dan sistem kehidupan biosfer;

II. Keanekaraman hayati yang meliputi ekosistem, jenis dan genetik yang
mencakup hewan, tumbuhan, dan jasad renik, perlu dijamin keberadaan dan
keberlanjutannya bagi kehidupan;

III. Keanekaragaman hayati sedang mengalami pengurangan dan kehilangan yang


nyata karena kegiatan tertentu manusia yang dapat menimbulkan terganggunya
keseimbangan sistem kehidupan di bumi yang pada giliranya akan mengganggu
keberlangsungan hidup manusia;
2. Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang No. 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Penggantu Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.

Jika dilihat secara filosofis, undang-undang no. 41 tahun 1999 tentang kehutanan ini mendasarakan
pertimbangannya pada hutan sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa yang telah dianugerahkan kepada
Bangsa Indonesia adalah bagian dari kekuasaan kekayaan yang dimiliki negara Indonesia, yang telah
memberikan manfaat serbaguna bagi umat manusia sehingga patut disyukuri, diurus, dan dimanfaatkan
secara optimal, dan juga dijaga kelestariannya untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat bagi generasi
sekarang maupun juga bagi generasi pendatang. Karenannya, keberadaan dari hutan tersebut perlu
dipertahankan secara optimal, dijaga daya dukungnya secara lestari, dan diurus dengan akhlak mulia, adil,
arif, bijaksana, terbuka, profesional, serta bertanggung-jawab. Hal tersebutlah yang menjadi dasar
pertimbangan dari dibuatnya Undangundang No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan.
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Undang-undang nomor 32 tahun 2009 merupakan undang-undang pengawal dalam pelaksanaan


pengelolaan sumber daya alam.Asas dari perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah
asas tanggungjawab Negara, kelestarian dan keberlanjutan, keserasian dan keseimbangan,
keterpaduan, manfaat, kehati-hatian, keadilan, ekoregion, keanekaragaman hayati,pencemar
membayar, Partisipatif, Kearifan lokal, Tata kelola pemerintahan yang baik, Otonomi daerah .
Contoh Kasus
Salah satu contoh kasus deforestasi yang terjadi
di Indonesia adalah pembukaan lahan hutan
untuk perkebunan kelapa sawit di
Kalimantan. Menurut data Forest Watch
Indonesia, selama tahun 2000 sampai 2017,
tercatat Indonesia telah kehilangan hutan alam
lebih dari 23 juta hektar atau setara dengan 75
kali luas provinsi Yogyakarta. Pada tahun 2019,
Indonesia menempati posisi ketiga sebagai
negara yang paling banyak kehilangan hutan
hujan primer akibat deforestasi, yaitu sebanyak
324 ribu hektar. Konversi hutan alam menjadi
perkebunan kelapa sawit dan pertambangan
diindikasikan masih menjadi penyebab utama
terjadinya deforestasi di Indonesia.
Analisis Kasus
Dari sisi konvensi internasional, Indonesia telah meratifikasi United Nations Convention
on Biological Diversity (UNCBD) melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
1994. Sebagai salah satu pihak dalam konvensi UNCBD ini, Indonesia memiliki sejumlah
kewajiban dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang ada
dalam konvensi UNCBD. Salah satunya adalah mengenai perlindungan lingkungan hidup dalam
hal ini adalah deforestasi hutan yang berkenaan dengan keanekaragaman hayati. Konvensi
UNCBD mengatur tentang pencegahan, pengembangan dan pemeliharaan keanekaragaman
hayati, serta pembagian manfaat yang adil dan merata dari pemanfaatan sumber daya genetik.
Dengan demikian, Indonesia harus mengambil langkah-langkah untuk mengurangi laju
deforestasi dan degradasi hutan, serta melindungi keanekaragaman hayati yang ada di
dalamnya. Indonesia juga telah berkomitmen untuk mencapai target nasional dan internasional
terkait deforestasi, seperti target 26% pengurangan emisi pada tahun 2020, target 29% pada
tahun 2030, dan target 41% dengan bantuan internasional. Selain itu, Indonesia juga telah
berpartisipasi dalam inisiatif REDD+ (Reducing Emission from Deforestation and forest
Degradation), yang bertujuan untuk memberikan insentif finansial bagi negara-negara
berkembang untuk melestarikan hutan dan meningkatkan cadangan karbon.
Analisis Kasus
Dari sisi hukum nasional, Indonesia memiliki Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999
tentang Kehutanan yang mengatur tentang status, fungsi, pengelolaan dan pemanfaatan
hutan di Indonesia. Undang-undang ini menetapkan bahwa hutan terdiri dari hutan
negara dan hutan hak, serta berdasarkan fungsinya terdiri dari hutan konservasi, hutan
lindung dan hutan produksi. Undang-undang ini juga menetapkan sanksi hukum bagi
pelaku kejahatan kehutanan, seperti penebangan liar, pembakaran hutan, penyerobotan
hutan, dan perdagangan kayu ilegal. Selain itu, Indonesia juga memiliki Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang
mengatur tentang prinsip-prinsip, kebijakan, perencanaan, pengendalian, pengawasan,
penegakan hukum, dan partisipasi masyarakat dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup. Undang-undang ini juga menetapkan sanksi hukum bagi pelaku
pencemaran dan perusakan lingkungan hidup, termasuk deforestasi.
Kesimpulan
Dari analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa kasus deforestasi
yang terjadi di Indonesia tidak sesuai dengan konvensi internasional
dan hukum nasional yang telah diratifikasi dan diberlakukan oleh
Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya yang lebih
serius dan konsisten dari pemerintah, masyarakat, dan pemangku
kepentingan lainnya untuk mencegah dan menanggulangi
deforestasi, serta memulihkan fungsi hutan dan keanekaragaman
hayatinya.
Terima
Kasih
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, and
includes icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik
Daftar Pustaka
Setyaningati, C. N., Asilah, A. S., Tandiono, C. Z., Cempaka, E. A., & Rizki, M. (2019). The Responsibility of
Indonesia for Deforestation Based On United Nations Convention On Biological Diversity.
Jurnal Hukum Novelty, 10(1), 74-84.
Wirawan, B. A., & Amrifo, V. (2020). Tinjauan Buku Deforestasi Dan Ketahanan Sosial. Jurnal Masyarakat
dan Budaya, 22, 125-126.
Arif, A. (2016). Analisis yuridis pengrusakan hutan (deforestasi) dan degradasi hutan terhadap lingkungan.
Jurisprudentie: Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum, 3(1), 33-41.
Setyaningati, C. N. (2015). Tanggung Jawab Negara Indonesia terhadap Deforestasi Hutan Berdasarkan
Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa Mengenai Keanekaragaman Hayati (Doctoral
dissertation, Brawijaya University).
Pratama, M. W., & Windiani, R. (2020). Kepatuhan Indonesia Terhadap Perjanjian Internasional Mengenai
Isu Lingkungan Hidup yang Berdampak Pada Perubahan Iklim, Studi Kasus: Deforestasi Jambi
dan Riau. Journal of International Relations, 6(4), 545-556.
Daftar Pustaka
Pradita, S. (2017). Implikasi Ratifikasi Protokol Kyoto terhadap Politik Internasional dan Domestik Indonesia.
Jurnal Analisis Hubungan Internasional, 6(1), 181-191.
Sunderlin, W. D., & Resosudarmo, I. A. P. (1997). Laju dan penyebab deforestasi di Indonesia:
penelaahan kerancuan dan penyelesaiannya. Centre for International Forestry Research.
Shafitri, L. D., Prasetyo, Y., & Haniah, H. (2018). Analisis deforestasi hutan di provinsi Riau dengan
metode polarimetrik dalam pengindraan jauh. Jurnal Geodesi Undip, 7(1), 212-222.
PERMATASARI, W. R. (2013). PENGUATAN HUKUM SKEMA REDUCING EMISSIONS FROM
DEFORESTATION AND DEGRADATION (REDD) SEBAGAI UPAYA PENURUNAN DEFORESTASI DI
INDONESIA (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS AIRLANGGA).
Nakita, C., & Najicha, F. U. (2022). Pengaruh Deforestasi dan Upaya Menjaga Kelestarian Hutan
di Indonesia. Ius Civile: Refleksi Penegakan Hukum dan Keadilan, 6(1), 92-103.

Anda mungkin juga menyukai