Anda di halaman 1dari 5

UJIAN AKHIR SEMESTER

MATA KULIAH SOSIOLOGI HUKUM

Dosen Pengampu
Dr. Hj. Dedah Jubaedah, M.Si.,PIA

oleh
UJANG SUPIAN
1223050180

JURUSAN ILMU HUKUM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2023
Soal UAS

1. Jelaskan bagaimana pengaruh stratifikasi sosial dalam proses penegakan hukum?


2. Masyarakat Indonesia terdapat stratifikasi baik dalam mengenai etnis, ras, agama
(multikulturalisme). Jelaskan pengaruhnya terhadap kesadaran hukum.
3. Jelaskan mengapa hukum dan keadilan diperlukan?
4. Jelaskan keadilan perbaikan dengan keadilan konvensional!
5. Posmodernisme dalam hukum ada yang disebut dengan aliran critical legal studies.
Jelaskan!

Jawaban

1. Pengaruh stratifikasi sosial dalam proses penegakan hukum dapat meliputi aspek-aspek
berikut secara lengkap:

Akses terhadap sumber daya hukum: Stratifikasi sosial menciptakan kesenjangan


dalam akses terhadap sumber daya hukum. Orang-orang dari lapisan sosial yang lebih
tinggi biasanya memiliki akses yang lebih baik terhadap pengacara yang berkualitas
tinggi, informasi hukum, dan dukungan hukum. Mereka mungkin dapat memanfaatkan
celah hukum atau menggunakan strategi hukum yang kompleks untuk menghindari
hukuman atau memperoleh keuntungan dalam sistem peradilan.

Perlakuan yang tidak adil: Stratifikasi sosial dapat menyebabkan perlakuan yang tidak
adil dalam sistem peradilan. Individu dari lapisan sosial yang lebih rendah seringkali
menghadapi diskriminasi, baik dalam bentuk profil rasial, profil kelas, atau profil etnis.
Hal ini dapat mempengaruhi bagaimana mereka ditangani oleh lembaga penegak
hukum, seperti polisi, jaksa, atau hakim. Diskriminasi semacam ini dapat mengarah
pada keputusan yang tidak adil atau penanganan kasus yang berbeda berdasarkan status
sosial individu tersebut.

Hukuman yang tidak sebanding: Stratifikasi sosial juga mempengaruhi hukuman yang
diberikan dalam sistem peradilan. Individu dengan status sosial yang lebih tinggi atau
kekuasaan yang lebih besar cenderung mendapatkan hukuman yang lebih ringan
daripada mereka yang berasal dari lapisan sosial yang lebih rendah. Hal ini dapat terjadi
karena pengaruh, kekayaan, priviledge, atau kemampuan untuk membayar biaya
pengacara yang mahal. Ketidakseimbangan dalam hukuman ini menimbulkan
ketidakadilan dalam sistem peradilan.

Prioritas penanganan kasus: Stratifikasi sosial juga mempengaruhi prioritas


penanganan kasus dalam sistem peradilan. Kasus yang melibatkan individu atau
kelompok dengan status sosial yang lebih tinggi mungkin mendapatkan prioritas lebih
rendah atau diabaikan dibandingkan dengan kasus yang melibatkan mereka yang
berasal dari lapisan sosial yang lebih rendah. Hal ini dapat mengakibatkan perlakuan
yang tidak adil dalam memprioritaskan dan menangani kasus-kasus di pengadilan.
2. stratifikasi sosial yang kompleks yang melibatkan faktor-faktor seperti etnis, ras, dan
agama. Pengaruh stratifikasi ini dapat mempengaruhi kesadaran hukum masyarakat
secara jelas, dan berikut adalah beberapa aspek yang terkait:

Ketidaksetaraan perlakuan: Stratifikasi sosial berdasarkan etnis, ras, dan agama dapat
mengakibatkan perlakuan yang tidak adil dalam sistem hukum. Diskriminasi rasial atau
diskriminasi berdasarkan agama dapat membuat individu atau kelompok tertentu
merasa bahwa mereka tidak mendapatkan perlakuan yang setara dalam proses hukum.
Hal ini dapat mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap sistem peradilan dan
mempengaruhi kesadaran hukum mereka.

Akses terhadap keadilan: Stratifikasi sosial juga dapat mempengaruhi akses masyarakat
terhadap keadilan. Kelompok-kelompok minoritas atau kelompok yang lebih rendah
dalam hierarki sosial mungkin menghadapi kendala dalam mengakses sistem peradilan.
Hal ini bisa disebabkan oleh faktor ekonomi, sosial, atau budaya yang membuat mereka
sulit untuk mendapatkan akses yang adil terhadap informasi hukum, pengacara yang
berkualitas, atau proses hukum yang memadai. Keterbatasan akses ini dapat
mempengaruhi kesadaran hukum dan kepercayaan masyarakat terhadap sistem
peradilan.

Norma dan nilai yang beragam: Multikulturalisme di Indonesia menciptakan


keragaman dalam norma dan nilai yang dianut oleh masyarakat. Setiap kelompok etnis,
ras, atau agama mungkin memiliki pandangan yang berbeda tentang hukum dan
keadilan. Perbedaan ini dapat memengaruhi pemahaman masyarakat tentang hukum,
interpretasi hukum, dan kesadaran hukum mereka. Terdapat variasi dalam pemahaman
tentang hak dan kewajiban hukum, serta cara pandang terhadap penegakan hukum.

Konflik sosial dan ketegangan: Stratifikasi sosial yang berkaitan dengan etnis, ras, dan
agama juga dapat memicu konflik sosial dan ketegangan di masyarakat. Konflik ini
dapat mempengaruhi kesadaran hukum, karena dalam situasi konflik, orang mungkin
cenderung melihat hukum sebagai instrumen politik atau sarana untuk melindungi
kepentingan kelompok mereka sendiri. Kesadaran hukum yang terdistorsi dalam
konteks konflik sosial dapat mempengaruhi persepsi masyarakat tentang pentingnya
aturan hukum dan keadilan.

Perlindungan hak asasi manusia: Stratifikasi sosial juga berpotensi mempengaruhi


kesadaran hukum terkait perlindungan hak asasi manusia. Ketidaksetaraan sosial dan
perlakuan yang tidak adil dapat mempengaruhi kesadaran masyarakat tentang
pentingnya hak asasi manusia dan keadilan sosial. Ketika individu atau kelompok
tertentu merasa tidak dilindungi oleh sistem hukum, kesadaran hukum mereka mungkin
tergerus dan memicu keengganan untuk mematuhi

3. Hukum dan keadilan diperlukan karena mereka memiliki peran penting dalam menjaga
ketertiban dan kehidupan yang adil dalam masyarakat. Berikut adalah beberapa alasan
mengapa hukum dan keadilan penting:

Memelihara Ketertiban: Hukum adalah seperangkat aturan yang ditetapkan oleh


otoritas yang berlaku dalam suatu negara atau masyarakat. Aturan-aturan ini mengatur
perilaku individu dan memastikan agar masyarakat berfungsi secara teratur. Hukum
memberikan panduan tentang apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh
dilakukan. Dengan adanya hukum, ketertiban sosial dapat dipertahankan, dan tindakan-
tindakan melanggar hukum dapat diberikan sanksi yang sesuai.

Perlindungan Hak Asasi Manusia: Hukum memberikan perlindungan terhadap hak-hak


asasi manusia. Hukum menjamin hak-hak dasar seperti kebebasan berpendapat, hak
untuk hidup, kebebasan beragama, hak atas keadilan, dan hak-hak lainnya. Hukum juga
melindungi individu dari perlakuan yang sewenang-wenang dan diskriminatif. Dengan
demikian, hukum menciptakan suatu sistem yang adil di mana setiap orang memiliki
hak yang sama di mata hukum.

Mengatur Hubungan Antarindividu: Hukum membantu mengatur hubungan antara


individu-individu dalam masyarakat. Misalnya, hukum kontrak mengatur hubungan
bisnis, hukum keluarga mengatur pernikahan dan perceraian, hukum properti mengatur
kepemilikan dan penjualan properti, dan sebagainya. Hukum menyediakan kerangka
kerja yang jelas untuk menyelesaikan perselisihan antara individu-individu, dan dengan
demikian, membantu mencegah konflik dan kekacauan sosial.

Menjamin Keadilan: Keadilan adalah prinsip dasar dalam sistem hukum. Hukum harus
adil dan memberikan perlakuan yang setara kepada semua orang tanpa pandang bulu.
Melalui hukum, individu dan kelompok yang melanggar hukum dapat dihukum sesuai
dengan kejahatan yang mereka lakukan. Hukuman yang setimpal dan adil menciptakan
rasa keadilan di masyarakat dan memberikan insentif untuk tidak melanggar hukum.

Mendorong Perubahan Sosial: Hukum juga dapat berperan dalam mendorong


perubahan sosial yang dianggap penting. Hukum dapat digunakan untuk melindungi
kelompok yang rentan atau mengubah praktik-praktik yang tidak adil. Contohnya
adalah pengenalan undang-undang anti-diskriminasi, perlindungan lingkungan, dan
undang-undang yang mengatur hak-hak buruh. Dengan menggunakan hukum sebagai
alat untuk mencapai perubahan, masyarakat dapat berkembang menuju arah yang lebih
adil dan inklusif.

4. Keadilan perbaikan adalah konsep dalam etika yang mengacu pada tindakan atau upaya
untuk mengembalikan keadaan yang adil setelah terjadi pelanggaran atau ketidakadilan.
Keadilan perbaikan berfokus pada pemulihan, kompensasi, dan rehabilitasi sebagai
respons terhadap kerugian atau kesalahan yang telah terjadi di sisi lain, keadilan
konvensional adalah pendekatan yang lebih umum dan luas dalam konteks hukum dan
moral. Keadilan konvensional berusaha untuk memastikan adanya kesetaraan,
keterbukaan, dan perlakuan yang adil bagi semua individu dalam masyarakat.
Pendekatan ini menekankan pada prinsip-prinsip seperti kesetaraan hak, kesetaraan
peluang, kebebasan berbicara, dan penegakan hukum yang adil.Perbedaan antara
keadilan perbaikan dan keadilan konvensional terletak pada fokusnya. Keadilan
perbaikan lebih menekankan pada upaya untuk memperbaiki kerugian yang telah
terjadi dan mengembalikan keadaan yang adil bagi individu yang terkena dampak. Hal
ini dapat melibatkan pembayaran kompensasi, restorasi kerugian, atau upaya
rehabilitasi.Sementara itu, keadilan konvensional lebih berfokus pada prinsip-prinsip
moral dan hukum yang harus diterapkan secara keseluruhan dalam masyarakat. Ini
termasuk prinsip-prinsip seperti keadilan distributif (pembagian sumber daya yang
adil), keadilan prosedural (penggunaan prosedur yang adil dalam pengambilan
keputusan), dan keadilan komutatif (pertukaran yang adil antara individu).Dalam
prakteknya, keadilan konvensional dan keadilan perbaikan seringkali saling terkait.
Ketika terjadi pelanggaran atau ketidakadilan, keadilan konvensional dapat
menentukan prinsip-prinsip dasar yang harus diikuti, sementara keadilan perbaikan
dapat digunakan untuk merancang dan mengimplementasikan solusi konkret yang
memperbaiki kerugian yang terjadi.

5. Posmodernisme dalam hukum adalah pendekatan teoritis yang muncul sebagai reaksi
terhadap pandangan tradisional tentang hukum dan keadilan. Posmodernisme
menantang gagasan bahwa hukum adalah sistem objektif yang terpisah dari konteks
sosial, politik, dan budaya. Sebaliknya, pendekatan posmodernis berpendapat bahwa
hukum dan keadilan adalah konstruksi sosial yang dipengaruhi oleh kekuasaan, bahasa,
dan narasi.Salah satu aliran dalam posmodernisme hukum yang terkait dengan critical
legal studies (CLS) adalah gerakan kritis terhadap studi hukum. CLS lahir pada tahun
1960-an dan 1970-an di Amerika Serikat dan bertujuan untuk mengkritik dan
melampaui teori hukum tradisional yang dianggap terlalu rasional dan objektif.
Gerakan ini menekankan pentingnya mempertanyakan asumsi-asumsi dasar tentang
hukum dan mengungkapkan hubungannya dengan kekuasaan, politik, dan
ekonomi.CLS menyatakan bahwa hukum bukanlah sesuatu yang netral atau objektif,
melainkan mencerminkan preferensi dan nilai-nilai pihak-pihak yang berkuasa. Mereka
berpendapat bahwa keputusan-keputusan hukum sering kali didasarkan pada
pertimbangan politik dan ideologi tertentu, dan oleh karena itu, hukum bisa digunakan
sebagai alat untuk mempertahankan ketidakadilan dan dominasi sosial.CLS juga
mencoba untuk memperjelas bagaimana bahasa dan narasi hukum berperan dalam
mempengaruhi pemahaman dan penegakan hukum. Mereka berpendapat bahwa bahasa
hukum tidak netral, tetapi dapat membentuk realitas hukum dan membatasi alternatif
pemikiran dan penafsiran hukum. Dengan demikian, CLS menganjurkan agar hukum
dipahami dalam konteks politik dan sosial yang lebih luas.Secara keseluruhan, aliran
critical legal studies dalam posmodernisme hukum bertujuan untuk mengguncangkan
asumsi-asumsi tradisional tentang hukum dan keadilan, menyoroti hubungan antara
hukum dan kekuasaan, serta mempertanyakan konsep-konsep yang dianggap sebagai
"kebenaran" hukum yang objektif.

Anda mungkin juga menyukai