Ujang Supian UAS Sosilogi Hukum IH 2D
Ujang Supian UAS Sosilogi Hukum IH 2D
Dosen Pengampu
Dr. Hj. Dedah Jubaedah, M.Si.,PIA
oleh
UJANG SUPIAN
1223050180
Jawaban
1. Pengaruh stratifikasi sosial dalam proses penegakan hukum dapat meliputi aspek-aspek
berikut secara lengkap:
Perlakuan yang tidak adil: Stratifikasi sosial dapat menyebabkan perlakuan yang tidak
adil dalam sistem peradilan. Individu dari lapisan sosial yang lebih rendah seringkali
menghadapi diskriminasi, baik dalam bentuk profil rasial, profil kelas, atau profil etnis.
Hal ini dapat mempengaruhi bagaimana mereka ditangani oleh lembaga penegak
hukum, seperti polisi, jaksa, atau hakim. Diskriminasi semacam ini dapat mengarah
pada keputusan yang tidak adil atau penanganan kasus yang berbeda berdasarkan status
sosial individu tersebut.
Hukuman yang tidak sebanding: Stratifikasi sosial juga mempengaruhi hukuman yang
diberikan dalam sistem peradilan. Individu dengan status sosial yang lebih tinggi atau
kekuasaan yang lebih besar cenderung mendapatkan hukuman yang lebih ringan
daripada mereka yang berasal dari lapisan sosial yang lebih rendah. Hal ini dapat terjadi
karena pengaruh, kekayaan, priviledge, atau kemampuan untuk membayar biaya
pengacara yang mahal. Ketidakseimbangan dalam hukuman ini menimbulkan
ketidakadilan dalam sistem peradilan.
Ketidaksetaraan perlakuan: Stratifikasi sosial berdasarkan etnis, ras, dan agama dapat
mengakibatkan perlakuan yang tidak adil dalam sistem hukum. Diskriminasi rasial atau
diskriminasi berdasarkan agama dapat membuat individu atau kelompok tertentu
merasa bahwa mereka tidak mendapatkan perlakuan yang setara dalam proses hukum.
Hal ini dapat mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap sistem peradilan dan
mempengaruhi kesadaran hukum mereka.
Akses terhadap keadilan: Stratifikasi sosial juga dapat mempengaruhi akses masyarakat
terhadap keadilan. Kelompok-kelompok minoritas atau kelompok yang lebih rendah
dalam hierarki sosial mungkin menghadapi kendala dalam mengakses sistem peradilan.
Hal ini bisa disebabkan oleh faktor ekonomi, sosial, atau budaya yang membuat mereka
sulit untuk mendapatkan akses yang adil terhadap informasi hukum, pengacara yang
berkualitas, atau proses hukum yang memadai. Keterbatasan akses ini dapat
mempengaruhi kesadaran hukum dan kepercayaan masyarakat terhadap sistem
peradilan.
Konflik sosial dan ketegangan: Stratifikasi sosial yang berkaitan dengan etnis, ras, dan
agama juga dapat memicu konflik sosial dan ketegangan di masyarakat. Konflik ini
dapat mempengaruhi kesadaran hukum, karena dalam situasi konflik, orang mungkin
cenderung melihat hukum sebagai instrumen politik atau sarana untuk melindungi
kepentingan kelompok mereka sendiri. Kesadaran hukum yang terdistorsi dalam
konteks konflik sosial dapat mempengaruhi persepsi masyarakat tentang pentingnya
aturan hukum dan keadilan.
3. Hukum dan keadilan diperlukan karena mereka memiliki peran penting dalam menjaga
ketertiban dan kehidupan yang adil dalam masyarakat. Berikut adalah beberapa alasan
mengapa hukum dan keadilan penting:
Menjamin Keadilan: Keadilan adalah prinsip dasar dalam sistem hukum. Hukum harus
adil dan memberikan perlakuan yang setara kepada semua orang tanpa pandang bulu.
Melalui hukum, individu dan kelompok yang melanggar hukum dapat dihukum sesuai
dengan kejahatan yang mereka lakukan. Hukuman yang setimpal dan adil menciptakan
rasa keadilan di masyarakat dan memberikan insentif untuk tidak melanggar hukum.
4. Keadilan perbaikan adalah konsep dalam etika yang mengacu pada tindakan atau upaya
untuk mengembalikan keadaan yang adil setelah terjadi pelanggaran atau ketidakadilan.
Keadilan perbaikan berfokus pada pemulihan, kompensasi, dan rehabilitasi sebagai
respons terhadap kerugian atau kesalahan yang telah terjadi di sisi lain, keadilan
konvensional adalah pendekatan yang lebih umum dan luas dalam konteks hukum dan
moral. Keadilan konvensional berusaha untuk memastikan adanya kesetaraan,
keterbukaan, dan perlakuan yang adil bagi semua individu dalam masyarakat.
Pendekatan ini menekankan pada prinsip-prinsip seperti kesetaraan hak, kesetaraan
peluang, kebebasan berbicara, dan penegakan hukum yang adil.Perbedaan antara
keadilan perbaikan dan keadilan konvensional terletak pada fokusnya. Keadilan
perbaikan lebih menekankan pada upaya untuk memperbaiki kerugian yang telah
terjadi dan mengembalikan keadaan yang adil bagi individu yang terkena dampak. Hal
ini dapat melibatkan pembayaran kompensasi, restorasi kerugian, atau upaya
rehabilitasi.Sementara itu, keadilan konvensional lebih berfokus pada prinsip-prinsip
moral dan hukum yang harus diterapkan secara keseluruhan dalam masyarakat. Ini
termasuk prinsip-prinsip seperti keadilan distributif (pembagian sumber daya yang
adil), keadilan prosedural (penggunaan prosedur yang adil dalam pengambilan
keputusan), dan keadilan komutatif (pertukaran yang adil antara individu).Dalam
prakteknya, keadilan konvensional dan keadilan perbaikan seringkali saling terkait.
Ketika terjadi pelanggaran atau ketidakadilan, keadilan konvensional dapat
menentukan prinsip-prinsip dasar yang harus diikuti, sementara keadilan perbaikan
dapat digunakan untuk merancang dan mengimplementasikan solusi konkret yang
memperbaiki kerugian yang terjadi.
5. Posmodernisme dalam hukum adalah pendekatan teoritis yang muncul sebagai reaksi
terhadap pandangan tradisional tentang hukum dan keadilan. Posmodernisme
menantang gagasan bahwa hukum adalah sistem objektif yang terpisah dari konteks
sosial, politik, dan budaya. Sebaliknya, pendekatan posmodernis berpendapat bahwa
hukum dan keadilan adalah konstruksi sosial yang dipengaruhi oleh kekuasaan, bahasa,
dan narasi.Salah satu aliran dalam posmodernisme hukum yang terkait dengan critical
legal studies (CLS) adalah gerakan kritis terhadap studi hukum. CLS lahir pada tahun
1960-an dan 1970-an di Amerika Serikat dan bertujuan untuk mengkritik dan
melampaui teori hukum tradisional yang dianggap terlalu rasional dan objektif.
Gerakan ini menekankan pentingnya mempertanyakan asumsi-asumsi dasar tentang
hukum dan mengungkapkan hubungannya dengan kekuasaan, politik, dan
ekonomi.CLS menyatakan bahwa hukum bukanlah sesuatu yang netral atau objektif,
melainkan mencerminkan preferensi dan nilai-nilai pihak-pihak yang berkuasa. Mereka
berpendapat bahwa keputusan-keputusan hukum sering kali didasarkan pada
pertimbangan politik dan ideologi tertentu, dan oleh karena itu, hukum bisa digunakan
sebagai alat untuk mempertahankan ketidakadilan dan dominasi sosial.CLS juga
mencoba untuk memperjelas bagaimana bahasa dan narasi hukum berperan dalam
mempengaruhi pemahaman dan penegakan hukum. Mereka berpendapat bahwa bahasa
hukum tidak netral, tetapi dapat membentuk realitas hukum dan membatasi alternatif
pemikiran dan penafsiran hukum. Dengan demikian, CLS menganjurkan agar hukum
dipahami dalam konteks politik dan sosial yang lebih luas.Secara keseluruhan, aliran
critical legal studies dalam posmodernisme hukum bertujuan untuk mengguncangkan
asumsi-asumsi tradisional tentang hukum dan keadilan, menyoroti hubungan antara
hukum dan kekuasaan, serta mempertanyakan konsep-konsep yang dianggap sebagai
"kebenaran" hukum yang objektif.