Damai Dalam Keragaman

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 2

Damai dalam Keragaman

Islam sebagai agama dan kebudayaan besar sudah sejak awal memberi sumbangsih
bagi terciptanya hidup bersama. Islam mengajak semua pengikut agama-agama pada satu
cita-cita bersama kesatuan umat manusia (unity of human kind) tanpa membedakan ras,
warna kulit, etnik, budaya dan agama. Islam lahir untuk pencerahan kemanusiaan
universal, rahmatan lil ‘alamin. Allah berfirman:
َ‫س ْل ٰنكَ اِ اَّل َر ْح َمةً لِّ ْل ٰعلَ ِميْن‬
َ ‫َو َمآ اَ ْر‬
Artinya:
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat
bagi seluruh alam.” (Q.S. al-Anbiya’: 107).

Karena faktor universalitas dari dimensi kerahmatan ini pula Islam mengajak semua
manusia beragama untuk mencapai satu titik temu. Sebagaimana firman Allah:
ُ ‫ش ْيـًًٔا او ََّل يَتا ِخ َذ بَ ْع‬
‫ضنَا‬ ٰ ٰ ‫س َو ۤا ٍۢ ٍء بَ ْينَنَا َوبَ ْينَ ُك ْم اَ اَّل نَ ْعبُ َد اِ اَّل‬
ْ ُ‫ّللاَ َو ََّل ن‬
َ ‫ش ِر َك ِبه‬ َ ‫ب تَ َعالَ ْوا اِ ٰلى َك ِل َم ٍة‬
ِ ‫قُ ْل ٰ ٰٓيا َ ْه َل ا ْل ِك ٰت‬

ٰ
ْ ‫ّللا ۗ فَاِنْ تَ َولا ْوا فَقُ ْولُوا ا‬
ْ ‫ش َهد ُْوا بِاَناا ُم‬
‫سلِ ُم ْون‬ ِ ٰ ‫ضا اَ ْربَابًا ِّمنْ د ُْو ِن‬
ً ‫بَ ْع‬
ََ
Artinya:
“Katakanlah: Wahai semua penganut agama (dan kebudayaan), bergegaslah
menuju dialog dan perjumpaan multikultural (Kalimah Sawa’) antara kami dan
kamu” (Q.S. Ali Imran: 64).
Dialog tentu bukan semata percakapan, akan tetapi pertemuan dua pikiran dan hati
mengenai persoalan bersama, yang tujuannya agar setiap kita dapat belajar dari yang lain
sehingga dapat berubah dan berkembang kepada kehidupan yang semakin baik. Dialog
dilakukan secara terbuka, jujur dan simpatik, sehingga dapat membawa pada kesaling
pengertian (mutual under-standing) melalui mana prasangka, stigma, dan celaan dapat
dikurangi dan dihilangkan. Pada saat yang sama, dialog memupuk rasa saling percaya
(mutual trust) dan penghargaan atas perbedaan, keunikan dan mungkin persamaan antara
agama-agama dan kebudayaan.
Dialog merupakan pangkal pencerahan nurani dan akal pikiran (tanwir al-qulub wa al-
`uqul) menuju kematangan cara beragama yang menghargai “kelainan” (the otherness).

1
Dengan demikian, Kalimah Sawa’ adalah menyangkut cara manusia melakukan perjumpaan
dengan dan memahami diri sendiri dan dunia lain pada tingkat terdalam.
Membuka kemungkinan-kemungkinan untuk menggali dan menggapai makna
mendasar kehidupan secara individual dan bersosial. Sekali lagi, dialog adalah jiwa universal
yang melampaui konflik agama-agama, perbedaan perspektif dan ideologi dapat bertemu
untuk maju bersama-sama dengan spirit perdamaian, rekonsiliasi (sulh), pengampunan
(‘afw), dan nir-kekerasan yang berkeadaban. Kalimah Sawa’ juga dapat tampil ke permukaan
dan menjangkau perjumpaan antar dunia multikultural yang bergitu luas. Penemuan ini
adalah dasar dan sumber utama di luar perbedaan dan keragaman pandangan dunia dan
perspektif. Kunci keberhasilan untuk memahami dan mengamalkan kalimah sawa’ bersandar
pada kehendak untuk membuka diri sendiri pada perjumpaan antar dunia yang otentik. Inilah
hakikat perjumpaan multikultural yang melampaui batas-batas dunia kita sendiri dengan
tujuan agar kita menjadi lebih mendalam bersentuhan dengan landasan-landasan utama yang
menjadi sumber dunia kita dan dunia orang lain. Perjumpaan semacam ini dirancang untuk
membangun masa depan agama-agama, kebudayaan-kebudayaan dan peradaban yang lebih
manusiawi dan damai. Jamaah Rahimakumullah Semakin disadari pula bahwa umat manusia
dalam semua kebudayaan dan dunia memainkan peran langsung dalam membentuk
pengalaman dan realitas kehidupan. Satu pelajaran berharga dari evolusi kebudayaan adalah
bahwa realitas multikultural secara langsung dipengaruhi oleh pola pikir manusia sendiri.
Refleksi tak ternilai dari sejarah masa lalu dan kini adalah bahwa bangsa besar yang
kedodoran di hamparan kepulauan Nusantara ini telah terkunci dalam pola pikir egosentris,
pola pikir monolog yang membuat kita menderita dan mengalami kegagalan terbesar dalam
mengelola pluralitas dan multikulturalitas. Kita merasakan betapa pedihnya kekerasan dan
kehancuran relasi antar sesama atas nama etnik, budaya, politik, ideologi dan bahkan agama.

Anda mungkin juga menyukai