net/publication/357333512
CITATIONS READS
0 81
4 authors, including:
Rohimatun .- Rismayani .-
National Research and Innovation Agency National Research and Innovation Agency of Republik of Indonesia
55 PUBLICATIONS 49 CITATIONS 36 PUBLICATIONS 44 CITATIONS
All content following this page was uploaded by Rohimatun .- on 26 December 2021.
Editor :
Dra. Nur Maslahah, M.Si.
Ediningsih, S.Si.
Efiana, S.Mn.
ISBN 978-602-344-202-7
Cetakan 2018
Penerbit :
IAARD Press
Jalan Ragunan No. 29, Pasar Minggu, Jakarta 12540
Telp.: +62 21 7806202, Faks.: +62 21 7800644
email: iaardpress@litbang.pertanian.go.id
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Kuasa, atas rahmat dan izin-Nya Prosiding Forum Komunikasi Nasional Jambu Mete II ini dapat
diterbitkan. Benih bermutu dalam bidang pertanian, memiliki fungsi yang sangat penting dan
strategis.
Komoditas jambu mete memiliki nilai yang cukup strategis untuk pengembangan pertanian di
wilayah berlahan sub optimal khususnya lahan kering beriklim kering (seperti NTT, NTB, dan Sultra).
Sejauh ini cara budidaya jambu mete belum dilakukan sebagaimana yang diharapkan, menyebabkan
produktivitas rata-rata nasional masih sangat rendah yakni pada kisaran 250-350 kg
gelondong/ha/tahun. Demikian juga perkembangan industri jambu mete nasional masih lambat,
sehingga nilai tambah yang ada tidak terambil dengan mayoritas ekspor yang masih dalam bentuk
bahan mentah berupa gelondong mete. Kondisi agribisnis jambu mete yang lemah ini musti segera
diakhiri dengan pendekatan yang lebih koordinatif dan berbagi peran diantara stakeholder jambu
mete nasional.
Harapan saya agar Forum Komunikasi Nasional Jambu Mete II benar-benar dijadikan sebagai
media komunikasi yang efektif bagi para peserta untuk berbagi pengalaman, pengetahuan praktis
dan kearifan lokal dalam mengelola agribisnis jambu mete di daerah masing-masing.
Kita perlu mulai memikirkan format sinergi diantara stakeholder jambu mete nasional baik
pemerintah, akademisi, pelaku bisnis untuk bersama-sama berjuang demi kajayaan agribinis jambu
mete nasional yang berujung pada peningkatan kesejahteraan secara riil para petani jambu mete
kita.
Bila selama ini ada stigma bahwa agribisnis jambu mete kita kurang terkelola dan kurang
berprospek, mari kita jawab bersama atas ketidakbenarannya salah satunya dengan menampilkan
karya nyata yang lebih inovatif dan solutif untuk kemajuan agribisnis jambu mete ke depan.
Kepada Kepala Puslitbang Perkebunan dan Kepala Balittro yang telah dengan baik
menyelenggarakan Forum Komunikasi Nasional Jambu Mete II ini, saya ucapkan terima kasih.
Selanjutnya sebagai tindak lanjut dari Forum Komunikasi Nasional Jambu Mete II ini agar segera
dipersiapkan program aksi yang sinergis dengan pihak stakeholder lainnya.
Akhirnya, dengan iringan bacaan “Basmalah” Forum Komunikasi Nasional Jambu Mete II saya
nyatakan resmi dibuka.
Semoga Allah SWT meridhoi dan memudahkan semua urusan kita. Amiin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
FKNJM 2016
i
SAMBUTAN KETUA PANITIA
Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala,
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita, sehingga pada hari ini kita dapat
berkumpul di tempat ini untuk bersama-sama memikirkan pengembangan agribinis jambu mete
nasional secara berkelanjutan ke depan.
Forum pertemuan ini merupakan lanjutan dari Forum Komunikasi Nasional Jambu Mete I yang
diselenggarakan 20 tahun silam pada tahun 1996 bertempat di yang sama yakni Auditorium Balai
Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor. Tentunya akan sangat menarik mengetahui
perkembangan penting perjambu metean nasional setelah 20 tahun penyelenggaraan Forum
Komunikasi Nasional Jambu Mete I. Adapun tujuan utama penyelenggaraan Forum Komunikasi
Nasional Jambu Mete II ini diantaranya adalah:
1. Mendiskusikan bersama terkait dengan strategi kebijakan dan operasional pengembangan
agribisnis jambu mete ke depan;
2. Melihat perkembangan terkini teknologi pemuliaan, budidaya, proteksi tanaman, pascapanen ,
dan sosial ekonomi;
3. Mencermati kondisi terkini industri dan perdagangan jambu mete nasional serta tingkat daya
saing menghadapi implementasi perdagangan bebas tingkat global.
Bapak Kepala Badan Litbang Pertanian, dan Bapak/Ibu Peserta Forum Komunikasi Nasional Jambu
Mete II yang kami Hormati
Kami selaku panitia, pada kesempatan ini mohon izin untuk melaporkan pelaksanaan Forum
Komunikasi Nasional Jambu Mete II kali ini. Berdasarkan catatan kami, Forum pada hari pertama ini
dihadiri oleh 163 peserta yang berasal dari berbagai institusi pemerintah pusat, pemerintah daerah,
perguruan tinggi, pelaku industri dan bisnis mete nasional, perwakilan kelompok tani, LSM, peneliti,
penyuluh, dan teknisi. Pada hari pertama ini, selain mendengarkan uraian Keynote Speech dari bapak
Kepala Badan Litbang Pertanian, akan dilakukan diskusi panel untuk membahas bentuk dan tindak
lanjut secara konkrit dari strategi kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah pusat serta
operasional nyata di lapangan yang perlu dan akan dilakukan oleh pemerintah daerah, pelaku binis
dan industri jambu mete nasional, LSM, dan lembaga penelitian nasional. Sementara pada hari kedua
akan dilakukan ekspose berbagai hasil penelitian dan kajian penting dari lembaga penelitian dan
perguruan tinggi, dengan mempresentasikan 33 judul terpilih.
Terakhir, kami selaku panitia penyelenggara Forum Komunikasi Nasional Jambu Mete II
berharap semoga Bapak/Ibu para peserta dapat mengikuti seluruh rangkain diskusi dengan baik.
Selanjutnya kepada yang terhormat Bapak Kepala Badan Litbang Pertanian kami mohon berkenan
memberikan arahan sekaligus membuka secara resmi Forum Komunikasi Nasional Jambu Mete II ini.
Demikian, bila ada hal yang kurang berkenan kami mohon maaf dan terima kasih.
Ketua Panitia
ii
DAFTAR ISI
halaman
Kata Pengantar i
Sambutan Ketua Panitia Forum Komunikasi Nasional Jambu Mete II ii
Daftar Isi iii
Keragaman Morfologi dan Produksi Gelondong Pohon Induk Terpilih (PIT) Jambu Mete
di Kabupaten Pangkep Sulawesi Selatan
Wawan Haryudin dan Otih Rostiana 1
Optimasi Amplifikasi DNA untuk Analisis Marka Molekuler Jambu Mete
Tias Arlianti, Jajat Darajat dan Otih Rostiana 11
Pembentukan Struktur Hati dari Kalus Primer dan Perkembangannya Membentuk
Struktur Torpedo pada Tanaman Jambu Mete
Rossa Yunita dan Ika Mariska 19
Pendewasaan Embrio Somatik Jambu Mete (Anacardium occidentale L.) secara In Vitro
Nurya Yuniyati, Rr. Sri Hartati, Dian Julia Hesti dan Ika Mariska Soedharma 25
Perkembangan dan Strategi Peningkatan Produksi Jambu Mete di Sulawesi Tenggara
Asmin dan Julian Witjaksono 31
Peningkatan Produktivitas Jambu Mete dan Lahan Melalui Pemangkasan dan
Penjarangan Tanaman
Rudi Suryadi dan Usman Daras 45
Produktivitas dan Pemupukan Jambu Mete
Usman Daras 55
Keragaan Budidaya Tanaman Jambu Mete di Kabupaten Bima
Sudarto dan Putu Cakra A. 69
Pengembangan Bahan Tanam Unggul Jambu Mete dengan Cara Sambung Pucuk
(Grafting)
Handi Supriadi, Usman Daras dan Nana Haryana 75
Rehabilitasi Pertanaman Jambu Mete dengan Sambung Samping (Side Grafting)
Ireng Darwati, Muhammad Syakir, Rudi Suryadi 85
Model Simulasi Kelayakan Lahan untuk Peremajaan dan Pengembangan Tanaman
Jambu Mete
Rosihan Rosman 91
Biokonservasi Lengas Tanah pada Pola Tanam Jambu Mete-Kopi
Nur Maslahah, Joko Pitono, Muhammad Syakir dan Siswanto 99
Recovery Lengas Tanah Harian Jambu Mete pada Variasi Media Tanam
Joko Pitono, Nur Maslahah, Setiawan dan Redy Aditya Permadi 107
Pengelolaan Jambu Mete Organik di Flores Timur
Handi Supriadi dan N.R. Ahmadi 115
Peran Zat Pengatur Tumbuh pada Penyambungan Jambu Mete
Hera Nurhayati 125
Pengembangan Agroindustri Jambu Mete di Propinsi Sulawesi Tenggara
Nini Mila Rahni, La Karimuna dan Asmin 133
iii
halaman
iv
PENGARUH MINYAK MIMBA DAN Beauveria bassiana TERHADAP PERKEMBANGAN
POPULASI SEMUT DAN PREDATOR LAIN DI PERTANAMAN JAMBU METE
ABSTRAK
Helopeltis spp. dan Sanurus sp. merupakan hama utama jambu mete yang dapat menurunkan produksi jambu
mete. Kedua hama tersebut dapat dikendalikan dengan teknologi bioproteksi berupa penggunaan cendawan
patogen Beauveria bassiana dan insektisida nabati minyak mimba. Perlakuan B. bassiana dan minyak mimba
dapat berpengaruh terhadap keberadaan predator. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh minyak
mimba dan B. bassiana terhadap perkembangan populasi semut dan predator lain di pertanaman jambu mete.
Penelitian dilaksanakan di kebun petani di Desa Sambik Elen, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara,
Nusa Tenggara Barat (NTB) (8°18' LS dan 116°27 BT) sejak Februari sampai November 2015. Perlakuan terdiri
dari (1) Beauveria bassiana 108 spora.l-1; (2) B. bassiana 108 spora.l-1 + minyak mimba 5 ml.l-1; (3) Deltametrin
25 EC 1 ml.l-1 (pestisida sintetik yang biasa digunakan petani setempat); dan (4) tanpa pengendalian (kontrol).
Umur tanaman jambu mete berkisar tiga sampai empat tahun. Tanaman sampel berjumlah 20-25 pohon.
Aplikasi perlakuan dan pengamatan dilakukan dengan interval sepuluh hari pada empat penjuru mata angin.
Hasil penelitian menunjukkan perlakuan B. bassiana 108 spora.l-1 menunjukkan rata-rata populasi semut
(predator) terbanyak setelah kontrol, demikian halnya dengan B. bassiana 108 spora.l-1 + minyak mimba 5 ml.l-1.
Penggunaan B. bassiana dan minyak mimba mampu menjaga keragaman populasi musuh alami untuk
digunakan dalam pengendalian hama Helopeltis spp. dan Sanurus sp. di pertanaman jambu mete.
Kata kunci: Helopeltis spp., Sanurus sp., Beauveria bassiana, minyak mimba, jambu mete
PENDAHULUAN
193
Prosiding Forum Komunikasi Nasional Jambu Mete II Bogor, 12-13 Oktober 2016
mengendalikan berbagai serangga hama. Hal ini berkaitan dengan semakin tingginya kesadaran
masyarakat akan bahaya residu pestisida sintetik. Namun, penggunaan bahan alam inipun diduga
berpengaruh negatif terhadap serangga berguna, seperti parasitoid dan predator (Sodiq dan
Martiningsia 2009).
Terdapat 90 jenis serangga yang berasosiasi pada pertanaman jambu mete di Indonesia,
khususnya di NTB (Supriyadi et al. 2002). Serangga-serangga yang berasosiasi pada tanaman jambu
mete memiliki peranan yang beragam, yaitu sebagai fitofag, polinator dan predator (Soesanthy dan
Trisawa 2011). Keberadaan semut dan predator lainnya dalam ekosistem jambu mete sangatlah
penting karena berperan dalam mengendalikan hama Helopeltis spp. dan Sanurus sp. meskipun
populasi nimfa dan imago Sanurus sp. tidak dipengaruhi oleh kehadiran semut. Namun demikian
presentasi bunga lebih banyak terserang pada ranting yang tidak ada semut (Karmawati 2006). Oleh
karena itu, perlu dikaji pengaruh B. bassiana dan minyak mimba terhadap predator Helopeltis spp.
pada tanaman jambu mete di lapang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
minyak mimba dan B. bassiana terhadap perkembang-an populasi semut dan predator lain di per-
tanaman jambu mete.
Penelitian dilaksanakan di pertanaman mete rakyat di Desa Sambik Elen, Kecamatan Bayan,
Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB) (8°18' LS dan 116°27 BT), sejak Februari
sampai November 2015. Penelitian dirancang secara acak kelompok dengan empat perlakuan yang
diulang sebanyaj empat kali, yaitu (1) Tanpa pengendalian (kontrol); (2) B. bassiana 108 spora.l-1; (3)
B. bassiana 108 spora.l-1 + minyak mimba 5 ml.l-1; dan (4) Deltametrin 25 EC 1 ml.l-1 (pestisida sintetik
yang biasa digunakan petani setempat). Aplikasi dilakukan enam kali dengan interval sepuluh hari.
Penyemprotan dilakukan setinggi jangkauan alat semprot pada 4 arah mata angin (utara, selatan,
barat, dan timur). Parameter pengamatan meliputi jumlah koloni semut dan predator lain per
tanaman serta keragaman vegetasi liar penghasil nektar di sekitar pertanaman jambu mete. Data
yang diperoleh dianalisis keragaman (Anova/Anaysis of Variance). Jika berbeda nyata dilanjutkan
dengan Uji Duncan (Duncan Multiple Range Test) taraf 5 %.
Helopeltis spp. dan Sanurus sp. merupakan dua hama utama di pertanaman jambu mete.
Helopeltis spp. dikenal sebagai kepik pengisap karena nimfa dan imagonya mengisap cairan
tumbuhan pada pucuk muda, tunas, bunga, gelondong, dan buah muda. Setelah cairan diisap, air
liurnya yang sangat beracun dikeluarkan dan tempat yang terkena akan melepuh dan berwarna
coklat tua. Serangan pada pucuk dan daun muda mengakibatkan bagian tanaman tersebut
mengering dan pucuknya mati (Karmawati 2010) (Gambar 1A). Sementara itu, Sanurus sp. atau
dikenal sebagai wereng pucuk menyerang pucuk dan tangkai bunga yang masih muda sehingga
menyebabkan pucuk dan tangkai bunga tersebut menjadi hitam dan mengering (Gambar 1B).
Penggunaan musuh alami (parasitoid, predator, dan patogen serangga) memegang peranan
penting dalam pengendalian Helopeltis spp. dan Sanurus sp. di pertanaman jambu mete karena
dapat menjaga keseimbangan ekosistem. Di pertanaman jambu mete yang diberi perlakuan B.
bassiana dan minyak mimba ditemukan musuh alami dari golongan predator (semut, laba-laba,
194
Rohimatun et al. : Pengaruh Minyak Mimba dan Beauveria bassiana terhadap Perkembangan Populasi Semut dan Predator Lain ...
belalang sembah (Orthoptera), Coccinella, Paedorus) yang disajikan pada Tabel 1. Serangga-serangga
tersebut dikenal sebagai musuh alami yang bermanfaat untuk mengendalikan hama.
Secara umum, terlihat jumlah koloni semut pada perlakuan kontrol lebih tinggi dibanding
yang lain. Pada perlakuan B. bassiana secara tunggal maupun yang dikombinasikan dengan minyak
mimba juga menunjukkan masih adanya jumlah koloni semut dan tidak berbeda nyata dengan
kontrol. Hal ini berbeda dengan jumlah koloni semut akibat perlakuan insektisida sintetik yang secara
umum menunjukkan jumlah yang paling sedikit.
Predator yang ditemui pada pertanaman jambu mete antara lain laba-laba, coccinella,
belalang sembah, dan Paedorus. Karmawati et al. (2007) menyebutkan predator Helopeltis spp.
antara lain Oecophilla smaragdina, Dolichoderus bituberculatus Mays, cocopet, dan Chrysopa busalis.
Secara umum, keberadaan predator lain masih dijumpai di hampir semua perlakuan. Seperti halnya
pada jumlah koloni semut, keberaan predator lain pada perlakuan insektisida sintetik menunjukkan
jumlah yang paling sedikit (Gambar 2).
Sementara itu, parasitoid tidak ditemui pada pertanaman jambu mete pada saat
pengamatan. Hal ini disebabkan karena parasitoid membutuhkan sumber pakan dan inang yang
sesuai. Menurut Karmawati et al. (2007) parasitoid yang dapat menekan populasi Helopeltis spp.
yaitu Apanteles sp., Euphorus heleopeltidis Ferr., Erythmelus heleopeltidis Gah, dan Telenomus.
A B
Gambar 1. Gejala serangan Helopeltis spp. dan Helopeltis spp. (inzet) (A) serta gejala serangan Sanurus sp. pada
tanaman jambu mete dan Sanurus sp. yang sedang diserang predator (B).
Tabel 1. Perkembangan populasi koloni semut dan predator lain akibat perlakuan B. bassiana dan minyak
mimba.
B. bassiana B. bassiana 108 spora.l-1 Deltametrin 25 EC
Aplikasi dan Kontrol
108 spora.l-1 + minyak mimba 5 ml.l-1 1 ml.l-1
pengamatan Koloni Predator Koloni Predator Koloni Predator Koloni Predator
ke- semut lain semut lain semut lain semut lain
1 1,90 a 0,50 a 0,50 b 0,20 a 0,50 b 0,10 a 0,10 b 0,10 a
2 3,10 a 0,50 a 1,40 ab 0,30 a 0,90 b 0,00 a 0,50 b 0,00 a
3 2,90 a 1,50 a 0,80 b 0,60 b 0,30 b 0,20 b 0,90 b 0,20 b
4 2,00 a 0,10 a 0,80 a 0,50 a 1,30 a 0,20 a 0,50 a 0,10 a
5 2,40 a 0,20 a 0,50 b 0,20 a 1,30 ab 0,30 a 0,60 b 0,60 a
6 2,50 a 0,90 a 1,80 a 0,30 a 1,20 a 2,80 a 0,10 a 0,10 a
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama untuk parameter yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
menurut Uji Duncan 5 %.
195
Prosiding Forum Komunikasi Nasional Jambu Mete II Bogor, 12-13 Oktober 2016
Gambar 2. Rata-rata koloni semut (A) dan predator lain (B) per tanaman jambu mete akibat perlakuan B.
bassiana dan minyak mimba.
Sumber pakan parasitoid dari golongan Hymenoptera di lapang biasanya berasal dari nektar vegetasi
berbunga yang berada di sekitar pertanaman utama. Diduga, bunga dari vegetasi berbunga di sekitar
tanaman jambu mete pada saat penelitian kurang sesuai untuk perkembangan parasitoid atau kalah
bersaing dengan keberadaan predator.
Berdasarkan gambar 1A di atas, B. bassiana 108 spora.l-1 + minyak mimba 5 ml.l-1
menunjukkan aplikasinya tidak mempengaruhi jumlah populasi semut dan predator lain, meskipun
pada pengamatan ketiga populasinya sempat berkurang tetapi kembali normal pada minggu
keempat hingga di akhir pengamatan. Berbeda halnya pada gambar 1B, B. bassiana 108 spora.l-1 +
minyak mimba 5 ml.l-1 memperlihatkan jumlah populasi predator semut semakin banyak, pada
pengamatan pertama hingga ke-5 jumlahnya stabil tetapi pada pengamatan terakhir jumlah
populasinya jauh meningkat. Hal ini memperlihatkan bahwa penggunaan B. bassiana dan minyak
mimba mampu menjaga keragaman populasi musuh alami dalam pengendalian hama Helopeltis spp.
dan S. indecora tanpa membunuh semut dan predator lainnya.
Di sekitar pertanaman jambu mete di lokasi penelitian ditemui beberapa vegetasi berbunga,
yang biasanya disebut dengan gulma berbunga. Keberadaan mereka perlu diteliti lebih lanjut
peranannya bagi keseimbangan populasi hama dan musuh alaminya. Keberadaan musuh-musuh
alami di sekitar pertanaman jambu mete harus dijaga dan dilestarikan. Dengan bekerjanya musuh
alami di pertanaman jambu mete akan menjaga ekosistem. Lebih lanjut, kederadaan musuh alami
dapat menekan penggunakan pestisida sintetik sehingga residu pada produk jambu mete dapat
dikurangi.
Hasil penelitian menunjukkan keberadaan musuh alami beragam, terdapat berbagai jenis
predator, yang paling banyak di-temukan yaitu populasi semut. Secara umum, musuh alami paling
banyak ditunjukkan pada perlakuan kontrol (tanpa pengendalian). Sementara itu, perlakuan B.
bassiana 108 spora.l-1 menunjukkan rata-rata populasi semut (predator) terbanyak setelah kontrol.
Demikian halnya B. bassiana 108 spora.l-1 + minyak mim-ba 5 ml.l-1, perlakuan ini memperlihatkan
kecenderungan peningkatan rata-rata populasi predator lain. Kedua perlakuan tersebut terlihat
196
Rohimatun et al. : Pengaruh Minyak Mimba dan Beauveria bassiana terhadap Perkembangan Populasi Semut dan Predator Lain ...
mampu menjaga keragaman populasi musuh alami Helopeltis spp. dan Sanurus sp. di sekitar
pertanaman jambu mete. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut manfaat vegetasi berbunga di sekitar
pertanaman jambu mete terhadap kelangsungan dan peran parasitoid sebagai pengendali OPT
utama jambu mete.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Badan Litbang Pertanian Kementerian
Pertanian RI yang telah memberikan dana penelitian melalui DIPA APBN 2015, Prof. (R) Ir. I Wayan
Laba, MSc (Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat) yang telah membimbing kegiatan penelitian,
serta memberi saran dan masukan dalam penulisan karya tulis ini. Terima kasih juga kami ucapkan
kepada Bapak Bukran, petani pemilik tanaman jambu mete atas izin penggunaan lahan dan tanaman
serta Bapak Mujiono (teknisi BPTP NTB) yang telah membantu selama kegiatan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Atmadja, W.R. (2012) Pedoman teknis teknologi tanaman rempah dan obat: Pengendalian Helopeltis secara
terpadu tanaman perkebunan. Sirkuler. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan. 24 hlm.
Atmaja, W.R., Wahyono, T.E dan Dalimi, A. (2010) Aplikasi beberapa strain Beauveria bassiana terhadap
Helopeltis antonii Sign pada bibit jambu mete. Bul. Littro. 21(1), 37-42.
Daras, U. (2007) Strategi dan inovasi teknologi peningkatan produktivitas jambu mete di Nusa Tenggara. Jurnal
Litbang Pertanian. 26(1), 25-34.
Ditjenbun [Direktorat Jenderal Perkebunan] (2014) Statistik Perkebunan Indonesia: Komoditas Jambu Mete
2013-2015. www.ditjenbun.go.id [diunduh tanggal 20 Januari 2016]. 40 hlm.
Kalshoven, L.G.E. (1981) Pest of Crops in Indonesia. Revised and translated by P.A. van der Laan, University of
Amsterdam, with the assistance of G.H.L. Rothschild, CSIRO Canbella. PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve. Jakarta.
Karmawati, E. (2006) Peranan faktor lingkungan terhadap populasi Helopeltis spp. dan Sanurus indecora pada
jambu mete. Jurnal Litri. 12(4), 129-135.
Karmawati, E. (2010) Pengendalian Hama Helopeltis spp. pada jambu mete berdasarkan ekologi: Strategi dan
implementasi. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Inovasi Pertanian. 3(2), 102-119.
Karmawati, E., Rumini, W., Emmyzar dan Sukmana, C. (2007) Pengendalian Hama Helopeltis antonii pada
Jambu Mete. Laporan Tengah Tahun 2007. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman
Industri. 10 hlm.
Mardiningsih, T.L. (2005) Hama wereng pucuk jambu mete (Sanurus indecora Jacobi) dan pengendaliannya.
Perkembangan Teknologi Tanaman Rempah dan Obat. XVII(1), 7-12.
Rohimatun, Willis, M., Wahyono, T.E. dan Ahyar (2015) Efektivitas kombinasi cendawan entomopatogen dan
insektisida nabati terhadap Helopeltis antonii Sign. (Hemiptera: Miridae) pada bibit jambu mete. Prosiding
Seminar Perbenihan Tanaman Rempah dan Obat. Bogor, 29 April 2015. hlm. 211-221.
Siswanto, Muhammad, R., Omar, D. dan Karmawati, E. (2007) Ecology and Population Biology of Helopeltis
antonii on Its Cashew Host Plant. PhD. Thesis. Universitas Putra Malaysia. pp. 284-265.
Sodiq, M. dan Martiningsia, D. (2009) Pengaruh Beauveria bassiana terhadap mortalitas semut rangrang
Oecophylla smaragdina (F). (Hymenoptera: Formicidae). J. Entomol. Indon. 6(2), 53-59.
197
Prosiding Forum Komunikasi Nasional Jambu Mete II Bogor, 12-13 Oktober 2016
Soesanthy, F. dan Trisawa, I.M. (2011) Pengelolaan serangga-serangga yang berasosiasi dengan jambu mete.
Buletin Littri. 2(2), 221-230.
Supriadi, Siswanto, Karmawati, E., Rahayuningsih, S., Sitepu, D., Adhi, E.M., Wikardi, E.A., Wiratno, Wahyono,
T.E. dan Sukmana, C. (2002) Pengelolaan Ekosistem Jambu Mete Berdasarkan Teknologi PHT. Laporan
Hasil Penelitian PHT Tahun 2001. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor. 50 hlm.
Willis, M., Rohimatun, Laba, I.W. and Nurjanani (2013) Control of cocoa pod borer (Conophomorpha
cramerella) and cocoa pod sucker (Helopeltis sp.). Proceedings of The International Seminar on Spices,
Medicinal, and Aromatic Plants (SMAPs). pp. 115-120. Jakarta, August 29th, 2013.
198
Prosiding Forum Komunikasi Nasional Jambu Mete II Bogor,12-13 Oktober 2016
SUSUNANAN PANITIA
231
Prosiding Forum Komunikasi Nasional Jambu Mete II Bogor,12-13 Oktober 2016
232
Prosiding Forum Komunikasi Nasional Jambu Mete II Bogor,12-13 Oktober 2016
233
Prosiding Forum Komunikasi Nasional Jambu Mete II Bogor,12-13 Oktober 2016
lanjutan
DAFTAR PESERTA
234
Prosiding Forum Komunikasi Nasional Jambu Mete II Bogor,12-13 Oktober 2016
235
Prosiding Forum Komunikasi Nasional Jambu Mete II Bogor,12-13 Oktober 2016
236
Prosiding Forum Komunikasi Nasional Jambu Mete II Bogor,12-13 Oktober 2016
237
Prosiding Forum Komunikasi Nasional Jambu Mete II Bogor,12-13 Oktober 2016
238