Feeding rules adalah aturan dasar yang dirancang oleh IDAI terkait cara
pemberian makan yang benar pada anak setelah lepas dari masa ASI eksklusif.
Kenapa ini penting? Sebab, proses pemberian makan untuk anak bukan sekadar
menyuapi makanan dari sendok ke mulut agar si Kecil kenyang.
Dalam proses pengenalan MPASI, sebenarnya bayi akan belajar banyak hal. Si
Kecil akan belajar mengenal tekstur dan rasa makanan, belajar mengunyah dan
menelan, belajar meraih dan menggenggam makanan, hingga belajar
meregulasi rasa lapar dan kenyang.
Pada masa ini, Ibu mungkin akan mengalami beberapa tantangan saat
memberikan si Kecil MPASI. Misalnya, si Kecil mulai tidak menyukai tekstur
makanan tertentu, atau senang menyemburkan makanannya.
Ada tiga prinsip dasar yang harus dipahami oleh Ibu dalam feeding rules agar
pemberian makan si Kecil berjalan lancar dan optimal, yaitu jadwal, lingkungan,
dan prosedur.
Ketiga prinsip dasar ini diadaptasi oleh IDAI dari jurnal penelitian Bonnin &
Claude dalam berjudul Feeding Problems of Infants and Toddlers.
Ini juga karena jadwal makan berkaitan dengan waktu pengosongan lambung
si Kecil. Waktu rerata pengosongan lambung sebesar 50% untuk makanan
padat adalah 100 menit sedangkan untuk makanan cair adalah 75 menit.
Maka ketika lambungnya belum kosong, misalnya karena jarak waktu makan
utama dengan waktu makan camilan terlalu dekat, si Kecil cenderung akan
menolak makan.
Oleh karena itu Ibu perlu membuat jadwal makan yang tetap, sehingga si Kecil
lama-kelamaan tahu kapan ia akan mendapatkan makanan.
Mungkin selama ini berpikiran, tidak apa makan lama-lama asalkan makanan di
piring habis dan si Kecil kenyang.
Jadi, IDAI menyarankan supaya membiasakan makan tidak lebih dari 30 menit.
Apabila setelah 30 menit si Kecil sudah terlihat tidak berselera makan, lebih baik
Ibu tidak melanjutkannya lagi dan angkat piringnya.
Sebab, saat itu sebenarnya bayi sudah merasa kenyang (ingat, kunci utama anak
mau makan adalah rasa lapar ya, Bu). Jika dipaksakan si Kecil malah semakin
tidak mau makan.
Kebanyakan anak adalah picky eater, namun ini bukan alasan Ibu untuk
memaksa makan. Alih-alih memaksa makan, Ibu dapat memperkenalkan
berbagai jenis makan baru pada anak secara berulang.
Rata-rata anak harus dikenalkan pada makanan baru hingga 10-15 kali lho, Bu.
Baru setelah itu mereka mau memakannya dengan baik.
Pemaksaan makan jenis makanan tertentu malah bisa membuat anak trauma
dan sama sekali tidak mau menyentuh makanan tersebut hingga usia dewasa.
Bila si Kecil sudah menunjukkan tanda tidak mau makan seperti mengatupkan
mulut, memalingkan kepala, menangis, atau bermain-main dengan
makanannya, jangan terus dipaksa makan, ya.
Ibu dapat menunggu hingga 10-15 menit untuk kembali menawarkan makan
dengan nada netral. Hindari menggunakan nada membujuk atau memaksa saat
menawari makanan. Nada membujuk dapat menghambat anak mengenali rasa
lapar-kenyang, sedangkan paksaan bisa membuat anak trauma dan menolak
makan.
Apabila setelah ditawarkan lagi si Kecil tetap tidak mau makan, artinya ia sudah
benar-benar kenyang dan Ibu bisa langsung mengangkat piringnya.
Ibu perlu menyingkirkan segala bentuk barang yang dapat mengganggu fokus
bayi saat makan seperti mainan, televisi, smartphone, dan lain sebagainya.
Makan sambil menonton film kesukaan dan sibuk dengan mainan mungkin
akan membuat anak anteng, namun Ibu harus siap menghadapi konsekuensi
negatif seperti makan diemut.
Makan diemut bisa menyebabkan anak merasa kenyang lebih awal atau bosan
karena proses makan terlalu lama. Anak yang makannya diemut kadang bisa
sampai 1 jam belum habis lho, Bu. Efeknya, makanan di piringnya kerap kali
masih tersisa.
“Sesuap lagi saja, ya? Kalau makan sayur sesuap lagi, nanti Ibu beri hadiah
permen.”
Ibu familiar dengan kata-kata di atas? Jika iya, sebaiknya segera hentikan proses
negosiasi sambil memberikan makanan sebagai hadiah ya, Bu.
Untuk jangka pendek mungkin trik tersebut berhasil. Namun, untuk jangka
panjang, trik tersebut malah akan membentuk kebiasaan makan yang buruk.
Kedua, hal tersebut menciptakan perebutan kekuasaan antara si Kecil dan Ibu.
Si Kecil bisa jadi tidak mau makan kalau tidak diberi hadiah makanan ringan
yang ia inginkan.
Ketiga, makanan yang dijadikan hadiah bisa merusak jadwal makan. Sebab anak
memiliki keleluasaan untuk memakannya kapan saja. Akibatnya, ia tidak akan
merasa lapar saat jam makan utama tiba.
Ibu mungkin ingin anak makan banyak supaya sehat. Namun, menyajikan
makan dalam jumlah terlalu besar justru akan menakuti si Kecil dan membuat
ia malas makan, lho!
Sajikan makanan dalam porsi yang kecil saja, Bu. Jika si Kecil masih terlihat lapar,
baru Ibu beri tambahan.
Nah, kalau Ibu baru memulai MPASI, awali dengan memberikan sebanyak 2-3
sendok setiap kali makan. Ketika usianya bertambah besar, Ibu dapat
meningkatkannya secara bertahap.
Ibu disarankan untuk memberikan makanan padat terlebih dahulu, baru disusul
dengan makanan cair, dan diakhiri dengan minum. Karena terlalu banyak
minum di awal akan membuat anak merasa kenyang lebih cepat.
Hal pertama yang dipelajari anak saat makan sendiri adalah mengenali rasa
lapar dan kenyang. Saat sudah mengetahui kedua perasaan tersebut akan
membuat si Kecil untuk berhenti sendiri ketika sudah merasa kenyang dan
meminta tambahan ketika masih merasa lapar.
Mulut si Kecil belepotan sana-sini saat makan? Tidak apa-apa, Bu, biarkan saja
seperti itu sampai anak selesai makan.
Karena tidak merasakan stimulasi apapun, si Kecil tidak akan mencoba untuk
menjilat batas luar bibir atasnya menggunakan lidah. Sehingga, si Kecil
kehilangan kesempatan untuk melatih kekuatan motorik oral, kordinasi, dan
rentang gerak mulutnya.
Selain itu, mengelap mulut terlalu sering juga membuat anak mudah jijik atau
geli dengan tekstur-tekstur yang asing seperti lembek, basah, berpasir, dan lain
sebagainya.
Ibu sebaiknya membersihkan mulut dan tangan anak hanya jika kondisinya
mempengaruhi keselamatan anak. Misalkan, sisa makanannya bisa membuat
tersedak atau masuk ke mata si Kecil.