Anda di halaman 1dari 27

Organization Environment and

Controlling Environmental
Resources

03
Modul ke:

Fakultas
Modul ini membahas mengenai lingkungan
Fakultas organisasi, pengendalian sumber daya
TEKNIK organisasi dan hal-hal yang mendorong
Program Studi perubahan organisasi ke skala global.
Program Studi
TEKNIK INDUSTRI Yovanka Rumondang ST, MM

Pembuka Daftar Pustaka Akhiri Presentasi


Introduction to Organizations:
Organization Environment
Definisi Organisasi menurut Richard L. Daft (3)
“social entities that are goal directed, are designed as deliberately
structured and coordinated activity system, and are linked to external
environment”.
Organisasi merupakan suatu kesatuan yang diarahkan pada suatu tujuan,
yang dirancang dengan sengaja, sebagai sistem aktivitas yang terstruktur dan
terkoordinasi, dan terhubung pada lingkungan eksternal.
Organisasi terbentuk karena adanya interaksi antar sekumpulan orang yang
saling membantu atau bekerjasama pada fungsi tertentu atau untuk
mencapai suatu tujuan.

Sumber : (1) Wahjono, Sentot Imam., Anna Maria, Abdul Rahman Rahim, Ismail Rasulong dan Tri Irfa Indra Yani. 2020. Perilaku Organisasi Di Era Revolusi
Industri 4.0.Depok:PT RajaGrafindo Persada.
(2) George, Jennifer M and Gareth R. Jones., Organizational Behavior, (3th ed), Prentice Hall , New jersey, 2002.
(3) Daft, Richard L., Organization Theory and Design, (8th ed), South-Western United States : Thomson Learning, 2004.
The Environmental Domain
Organizational Environment (Lingkungan Organisasi) adalah seluruh elemen yang
berada diluar batasan organisasi dan memiliki potensi untuk mempengaruhi seluruh
atau sebagian dari organisasi.

Suatu lingkungan organisasi dapat dipahami dengan menganalisa domain (wilayah/


wewenang) organisasi terhadap sektor eksternalnya.

Domain Organisasi adalah wilayah atau bidang yang menjadi pilihan organisasi
dalam melakukan aktivitasnya. Domain merupakan wilayah yang dijaga oleh suatu
organisasi dengan product, services dan market serve. Selain itu domain juga
menunjukkan ceruk/posisi organisasi dan sektor eksternal yang dipilih organisasi
untuk berinteraksi dalam mencapai tujuannya.

Contoh :
Perusahaan Guiltless Gourmet, mengalami kegagalan dalam memperhatikan bagian
kritis dari wilayahnya dan tidak memiliki persiapan pada saat perusahaan Frito Lay,
masuk dalam low-fat tortilla chip market.

Sumber : Daft, Richard L., Organization Theory and Design, (8th ed), South-Western United States : Thomson Learning, 2004.
The Environmental Domain
Environment meliputi beberapa sektor atau subdivision dari external environment
yang memiliki kesamaan elemen. Terdapat 10 sektor secara umum (sesuai gambar di
bawah ini) yang dapat dianalisa untuk setiap organisasi, untuk lebih lanjut sepuluh
sektor tersebut dapat dibagi ke dalam task environment dan general environment.

Sumber : Daft, Richard L., Organization Theory and Design, (8th ed), South-Western United States : Thomson Learning, 2004.
The Environmental Domain
A. Task Environment
Task Environment , yang termasuk didalamnya antara lain sektor-sektor dimana
organisasi berinteraksi langsung dan memiliki dampak langsung pada kemampuan
organisasi dalam mencapai tujuannya.

Task environment dapat meliputi industry sector, raw materials, market sector,
human resources, dan international sector.
Contoh :
- Industry sector,
Home Depot perusahaan yang bergerak di industry retail home improvement, yang memiliki
gudang penyimpanan luas, mengalami ancaman dari pesaing /kompetitor keduanya, Lowe’s
yang bahkan memiliki gudang penyimpanan yang lebih luas dan mulai mengambil market
share dari Home Depot. Untuk mengatasi hal tersebut Home Depot menambah peralatan
dalam kombinasi produknya untuk bersaing dengan produk peralatan Lowe’s.

Pada contoh tersebut menunjukkan bahwa industry sector termasuk task environment dari
Home Depot karena interaksi dengan kompetitor (Lowe’s) di wilayah lingkungannya
berdampak pada home depot untuk mencapai tujuannya.
Sumber : Daft, Richard L., Organization Theory and Design, (8th ed), South-Western United States : Thomson Learning, 2004.
The Environmental Domain
B. General Environment
General Environment , yang termasuk didalamnya antara lain sektor-sektor yang
tidak memiliki dampak langsung terhadap operasional harian organisasi tetapi
secara tidak langsung dapat mempengaruhi kegiatan organisasi.
General environment biasanya meliputi government sector, sociocultural, economic
conditions, technology, and financial resources sectors.
Contoh :
- Economic condition, dapat mempengaruhi organisasi dalam menjalankan
bisnisnya. Seperti kondisi saat ini, terjadi penurunan permintaan pada produk retail
tetapi terjadi peningkatan untuk produk kesehatan.
- Technology sector, terdapat perkembangan teknologi yang dapat mempengaruhi
organisasi dalam pemasaran produk, dengan pemanfaatan internet atau e-
commerce.
- Sociocultural sector, adanya era generasi milenial, sehingga organisasi perlu
menyesuaikan strategynya apabila akan memilih segmen ini sebagai target
pemasaran produknya.
Sumber : Daft, Richard L., Organization Theory and Design, (8th ed), South-Western United States : Thomson Learning, 2004.
The Environmental Domain
C. International Context
International sector juga merupakan sertor yang turut mempengaruhi organisasi.
Dalam hal ini suatu organisasi dapat dipengaruhi atau mengalami dampak dari
adanya international event.
Pentingnya international sector terhadap organisasi berarti lingkungan organisasi
menjadi semakin kompleks dan kompetitif.

D. Framework for Assessing Environmental Uncertainty


Telah dijelaskan bahwa suatu lingkungan dapat mempengaruhi organisasi.
Perubahan dan event yang terjadi pada suatu lingkungan terhadap organisasi dapat
digambarkan dalam suatu framework yang dapat digunakan organisasi untuk
melakukan penilaian dan menentukan respon organisasi terhadap perubahan
lingkungan tersebut.

Sumber : Daft, Richard L., Organization Theory and Design, (8th ed), South-Western United States : Thomson Learning, 2004.
The Environmental Domain
Framework for Assessing Environmental Uncertainty

Sumber : Daft, Richard L., Organization Theory and Design, (8th ed), South-Western United States : Thomson Learning, 2004.
The Environmental Domain
Framework for Organization Responses to Environmental Uncertainty

Sumber : Daft, Richard L., Organization Theory and Design, (8th ed), South-Western United States : Thomson Learning, 2004.
Organizational Ecosystem
Perubahan merupakan bagian dari organisasi. Tidak ada organisasi yang dapat
bertahan maupun bersaing tanpa melakukan perubahan untuk menyesuaikan
dengan perubahan lingkungannya. Hal ini pula yang menyebabkan suatu organisasi
tidak dapat berdiri sendiri tanpa berinteraksi dengan lingkungannya, dalam hal ini
teknologi, regulasi termasuk kompetitor atau organisasi lainnya.
Traditional competition, yang mengasumsikan bahwa organisasi/perusahaan yang
berbeda saling bersaing untuk bertahan dan unggul dalam bisnisnya, sudah tidak lagi
digunakan. Saat ini, setiap organisasi / perusahaan saling bekerjasama dan
memberikan dukungan untuk keberhasilan organisasinya.
Dalam suatu ekosistem organisasi, manager mulai belajar untuk bergerak atau
berubah dari melaksanakan tanggung jawab strategi korporasi, struktur desain dan
sistem pengendalian secara tradisional ke penerapan hubungan kerjasama yang
kooperatif dengan organisasi lainnya dalam lingkungan yang lebih luas.
Dalam hal ini perubahan yang terjadi pada lingkungan organisasi turut merubah
peran manager dalam organisasi. Manager tidak hanya mengelola proses secara
vertikal, dengan menerapkan keseragaman tetapi mulai memperhatikan hubungan
secara horizontal termasuk dengan supplier dan customer.
Sumber : Daft, Richard L., Organization Theory and Design, (8th ed), South-Western United States : Thomson Learning, 2004.
Organizational Ecosystem
Interorganizational Framework
Interorganizational framework, merupakan suatu model yang mempermudah untuk
memahami Interorganizational relationship dan membantu para manager dalam
perubahan rolenya dari top-down management to horizontal management across
organization, serta melakukan penilaian terhadap lingkungannya sehingga dapat
menentukan strategi yang sesuai untuk organisasi.

Sumber : Daft, Richard L., Organization Theory and Design, (8th ed), South-Western United States : Thomson Learning, 2004.
Organizational Ecosystem
Interorganizational framework, mengkategorikan hubungan antar organisasi
berdasarkan organization relationship dan organization type, sebagai berikut :

• Resource Dependence, menggambarkan cara organisasi saling menangani satu


sama lain untuk mengurangi ketergantungan pada lingkungannya.

• Collaborative Networks, menggambarkan hubungan organisasi yang saling


bekerjasama (saling bergantung) untuk meningkatkan value dan produktivitas
kedua organisasi.

• Population Ecology, meneliti bagaimana organisasi baru mengisi celah yang


dibiarkan terbuka / kosong dengan mendirikan organisasinya dan bagaimana
bentuk organisasi baru bermanfaat bagi masyarakat. bekerjasama untuk
mengurangi ketergantungan pada lingkungannya.

• Institutionalism, menjelaskan mengapa dan bagaimana organisasi melegitimasi


organisasinya sendiri dalam lingkungan yang lebih luas dengan struktur desain yang
diperoleh dari saling meminjamkan/bertukar ide.
Sumber : Daft, Richard L., Organization Theory and Design, (8th ed), South-Western United States : Thomson Learning, 2004.
Resource Dependence

Resources dependence merupakan cara pandangan traditional dalam melihat


hubungan antar organisasi. Teori ini menganggap bahwa organisasi harus dalam
menyediakan sumber daya utamanya dan berusaha memepengaruhi lingkungannya
agar dapat menyediakan sumber daya yang diperlukan.

Besarnya ketergantungan akan sumber daya (resources) dipengaruhi oleh 2 faktor,


yaitu:
- Tingkat kepentingan sumber daya tersebut bagi organisasi,
- Besarnya keleluasaan organisasi atau kekuatan monopoli yang dimiliki oleh mereka
yang mengontrol sumber daya atas alokasi dan penggunaannya.

Berdasarkan kedua faktor tersebut, maka organisasi yang sadar akan ketergantungan
sumber daya (resource dependence) cendrung mengembangkan strategi untuk
mengurangi ketergantungan mereka terhadap lingkungannya dan berusaha untuk
menggunakan kekuatan/keunggulan mereka dengan cara yang berbeda.

Sumber : Daft, Richard L., Organization Theory and Design, (8th ed), South-Western United States : Thomson Learning, 2004.
Controlling Environmental Resources
Dalam merespon kebutuhan sumber daya (resources), organisasi berusaha untuk
menjaga keseimbangan antara keterkaitannya dengan organisasi lain dan kebebasan
organisasinya sendiri. Untuk menjaga keseimbangan tersebut organisasi melakukan-
nya dengan cara memodifikasi, manipulasi atau mengendalikan organisasi lain. Agar
dapat bertahan, fokus organisasi biasanya akan berusaha untuk menjangkau dan
merubah atau mengendalikan elemen-elemen dalam lingkungannya.
2 (dua) strategi yang dapat digunakan untuk mengelola resources pada external
environment,yaitu
1. Membangun hubungan yang saling menguntungkan dengan elemen-elemen utama
dalam lingkungan organisasi (Establishing Interorganizational Linkage).
2. Membentuk environmental domain (Controlling Environmental Domain).

Sumber : Daft, Richard L., Organization Theory and Design, (8th ed), South-Western United States : Thomson Learning, 2004.
Controlling Environmental Resources
Establishing Interorganizational Linkages
1. Ownership,
organisasi/perusahaan menerapkan ownership untuk membangun hubungan
(establishing linkage) pada saat organisasi membeli sebagian atau memegang
kendali atas minat dari organisasi/perusahaan lain. Ownership memberi organisasi
akses pada teknologi, produk ataupun resources lainnya yang sebelumnya tidak
dimiliki.

Tingkat yang lebih tinggi dari ownership dan pengendalian diperoleh melalui,

• Acquisition
Acquisition meliputi pembelian suatu organisasi terhadap organisasi lainnya,
sehingga organisasi yang membeli (buyer) dianggap memegang kendali.

• Merger
yaitu penyatuan dua atau lebih organisasi menjadi satu organisasi yang baru.

Sumber : Daft, Richard L., Organization Theory and Design, (8th ed), South-Western United States : Thomson Learning, 2004.
Controlling Environmental Resources
2. Formal Strategic Alliance
Pada saat terdapat tingkat kelengkapan yang tinggi diantara business lines,
geographical positions, atau skills antara 2 (dua) organisasi atau perusahaan, maka
organisasi atau perusahaan biasanya akan menerapkan strategic alliance
dibandingkan ownership melalui acqusition atau merger.

Persekutuan (Alliance) tersebut terdapat dalam dua bentuk, yaitu contract dan joint
venture. Contract dan Joint Venture mengurangi ketidakpastian melalui hukum dan
hubungan yang mengikat antar organisasi.
• Contracts,
Contracts merupakan kesepakatan dalam bentuk license agreement yang
meliputi pembelian atas hak penggunaan suatu aset (seperti teknologi) pada
periode waktu tertentu dan pengaturan supplier (supplier arrangements) yang
mengontrak penjualan pada suatu organisasi atau perusahaan akan menjadi
keluaran atau hasil bagi perusahaan lainnya.
Contracts dapat meneyediakan keamanan dalam jangka panjang dengan
mengikat customer maupun supplier terhadap jumlah maupun harga tertentu.
Sumber : Daft, Richard L., Organization Theory and Design, (8th ed), South-Western United States : Thomson Learning, 2004.
Controlling Environmental Resources
...Formal Strategic Alliance
• Joint Ventures
Merupakan hasil dari terbentuknya organisasi baru yang secara formal tidak
bergantung pada organisasi induknya, meskipun organisasi induk memiliki
beberapa kendali terhadap organisasi yang baru.

3. Cooptation, Interlocking Directorates


• Cooptation
terjadi pada saat pimpinan dari sektor penting dalam lingkungan organisasi
menjadi bagian dari organisasi. Misalkan saat influential customers or suppliers
ditunjuk atau dipilih menjadi board member.

• Interlocking Directorates
merupakan formal linkage yang terjadi pada saat seorang member of the board
of directors dari suatu perusahaan/organisasi menjadi board of directors
perusahaan lainnya. Individu ini dapat berperan sebagai communications link
antar kedua perusahaan atau organisasi dan dapat mempengaruhi kebijakan
maupun pengambilan keputusan.
Sumber : Daft, Richard L., Organization Theory and Design, (8th ed), South-Western United States : Thomson Learning, 2004.
Controlling Environmental Resources
... Interlocking Directorates
Individu yang memiliki peran sebagai communications link antar dua perusahaan
atau organisasi disebut dengan direct interlock.
Sedangkan yang disebut dengan indirect interlock, yaitu bila seorang director
perusahaan A dan director perusahaan B, keduanya menjadi member of the
board of directors perusahaan C. Keduanya saling memiliki akses terhadap
perusahaan (perusahaan C), tetapi tidak memiliki pengaruh secara langsung
terhadap perusahaannya masing-masing.

4. Executive Recruitment
Perpindahan (Transfering) atau pertukaran (Exchanging) juga merupakan suatu
cara dalam membangun hubungan baik (Establishing Linkage) dengan lingkungan
eksternal organisasi.

5. Advertising and Public Relation


Cara tradisional dalam membangun hubungan baik (Establishing Linkage) adalah
dengan menggunakan advertising. Sedangkan Public Relation memiliki kesamaan
dengan advertising, perbadaannya pada public relation penyampaian materi atau
cerita lebih bebas dan bertujuan untuk membentuk opini publik.
Sumber : Daft, Richard L., Organization Theory and Design, (8th ed), South-Western United States : Thomson Learning, 2004.
Controlling Environmental Resources
Controlling The Environmental Domain
Strategi lainnya yang digunakan organisasi untuk mengelola resources pada external
environment yaitu dengan merubah environment. Terdapat 4 (empat) teknik yang
digunakan untuk mempengaruhi atau merubah enviromental domain organisasi,
yaitu:

1. Change of Domain,
Sepuluh faktor (lihat gambar slide 3) yang terdapat dalam lingkungan organisasi
memiliki sifat tidak tetap. Organisasi dapat memutuskan untuk memilih bisnisnya;
market yang akan dimasuki; suplier, banks employee dan lokasi yang digunakan,
dan domain ini dapat diubah.
Organisasi dapat mencari atau membangun hubungan pada lingkungan yang baru
dan meninggalkan lingkungan lamanya. Selain itu organisasi juga dapat mencari
domain di mana kompetisi / tingkat persaingannya tidak tinggi, tidak memiliki
keterbatasan supplier, tidak terdapat peraturan pemerintah dan juga batasan
untuk menjaga agar pesaing tetap berada diluar lingkungan organisasi.
Acquisition dan divestment merupakan cara yang dapat digunakan untuk
mengubah domain tersebut.
Sumber : Daft, Richard L., Organization Theory and Design, (8th ed), South-Western United States : Thomson Learning, 2004.
Controlling Environmental Resources
Controlling The Environmental Domain
2. Political Activity, Regulation
Political activities meliputi teknik untuk mempengaruhi government legislation
dan regulation.

3. Trade Associations
Banyaknya hal yang harus dilakukan untuk dapat mempengaruhi lingkungan
eksternal dapat tercapai dengan bekerjasama dengan organisasi lainnya yang
memiliki kesamaan minat, diantaranya melalui trade associations.

4. Illegitimates Activities
Kegiatan ilegal (Illegitimates Activities) menunjukkan teknik terakhir yang
terkadang digunakan organisasi untuk mengendalikan lingkungan domainnya,
pada kondisi tertentu seperti low profits, pressure from senior managers atau
scarce of enviromental resources dapat mendorong organisasi melakukan
aktivitas yang bertentangan dengan hukum. Tentunya hal ini tidak
direkomendasikan mengingat hal ini justru dapat memberikan dampak negatif
bagi organisasi.
Sumber : Daft, Richard L., Organization Theory and Design, (8th ed), South-Western United States : Thomson Learning, 2004.
Controlling Environmental Resources
Organization - Environment Integrative Framework

Relationship Between Environmental


Characteristics and Organizational Actions
Sumber : Daft, Richard L., Organization Theory and Design, (8th ed), South-Western United States : Thomson Learning, 2004.
Organizational Ecosystem
Perubahan merupakan bagian dari organisasi. Tidak ada organisasi yang dapat
bertahan maupun bersaing tanpa melakukan perubahan untuk menyesuaikan
dengan perubahan lingkungannya. Hal ini pula yang menyebabkan suatu organisasi
tidak dapat berdiri sendiri tanpa berinteraksi dengan lingkungannya, dalam hal ini
teknologi, regulasi termasuk kompetitor atau organisasi lainnya.
Traditional competition, yang mengasumsikan bahwa organisasi/perusahaan yang
berbeda saling bersaing untuk bertahan dan unggul dalam bisnisnya, sudah tidak lagi
digunakan. Saat ini, setiap organisasi / perusahaan saling bekerjasama dan
memberikan dukungan untuk keberhasilan organisasinya.
Dalam suatu ekosistem organisasi, manager mulai belajar untuk bergerak atau
berubah dari melaksanakan tanggung jawab strategi korporasi, struktur desain dan
sistem pengendalian secara tradisional ke penerapan hubungan kerjasama yang
kooperatif dengan organisasi lainnya dalam lingkungan yang lebih luas.
Dalam hal ini perubahan yang terjadi pada lingkungan organisasi turut merubah
peran manager dalam organisasi. Manager tidak hanya mengelola proses secara
vertikal, dengan menerapkan keseragaman tetapi mulai memperhatikan hubungan
secara horizontal termasuk dengan supplier dan customer.
Sumber : Daft, Richard L., Organization Theory and Design, (8th ed), South-Western United States : Thomson Learning, 2004.
Entering The Global Arena
Motivation for Global Expansion

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa perubahan merupakan bagian dari


organisasi. Pada beberapa industri, keberhasilan dalam lingkungannya saat ini berarti
memiliki keberhasilan dalam skala global.

Economic, technological and competitive forces telah berkombinasi menjadi


pendorong bagi banyak organisasi/perusahaan untuk berubah dari fokus domestik ke
global.

3 (tiga faktor utama) yang menjadi motivasi


organisasi atau perusahaan untuk melakukan
ekspansi secara international yaitu:
• Economies of scale.
• Economies of scope.
• Low-Cost Production Factors.

Sumber : Daft, Richard L., Organization Theory and Design, (8th ed), South-Western United States : Thomson Learning, 2004.
Entering The Global Arena
1. Economies of Scale
merupakan fenomena turunnya biaya produksi per unit dari suatu perusahaan yang
terjadi bersamaan dengan meingkatnya jumlah produksi. Membangun suatu
keadaan global akan memperluas skala operasi skala organisasi, yang memungkinkan
untuk mewujudkan skala ekonomi (economies of scale).

2. Economies of Scope
Faktor kedua yang memotivasi organisasi/perusahaan melakukan ekspansi
secara internasional yaitu meningkatkan potensi untuk
mengeksploitasi/menggunakan ruang lingkup ekonomi (economies of scope).
Lingkup (scope) dalam hal ini mengacu pada jumlah dan variasi produk dan jasa
yang ditawarkan oleh organisasi atau perusahaan serta jumlah dan variasi dari
regions, countries dan markets yang dilayani.

Sumber : Daft, Richard L., Organization Theory and Design, (8th ed), South-Western United States : Thomson Learning, 2004.
Entering The Global Arena
... Motivation for Global Expansion

3. Low-Cost Production Factors


Faktor ketiga yang memotivasi organisasi /perusahaan melakukan ekspansi
secara internasional yaitu factors of production. Salah satu motivasi awal dan
masih menjadi motivasi bagi banyak perusahaan asing untuk berinvestasi di luar
negeri yaitu untuk memperoleh raw material dan resources lainnya dengan biaya
yang lebih rendah. Banyak organisasi yang telah lama beralih ke luar negeri untuk
mengamankan kebutuhan raw material yang langka atau tidak tersedia di
negaranya.

Sumber : Daft, Richard L., Organization Theory and Design, (8th ed), South-Western United States : Thomson Learning, 2004.
Daftar Pustaka
Daftar Pustaka
Daft, Richard L., Organization Theory and Design, (8th ed), South-Western United
States : Thomson Learning, 2004.

Wahjono, Sentot Imam., Anna Maria, Abdul Rahman Rahim, Ismail Rasulong dan Tri
Irfa Indra Yani. 2020. Perilaku Organisasi Di Era Revolusi Industri 4.0.Depok:PT
RajaGrafindo Persada.

George, Jennifer M and Gareth R. Jones., Organizational Behavior, (3th ed), Prentice
Hall , New jersey, 2002

<
← MENU AKHIRI
TerimaKasih
Terima Kasih
Yovanka Rumondang ST, MM

Anda mungkin juga menyukai