Anda di halaman 1dari 17

TUGAS WAJIB I

ENTERPRENEURSHIP DAN EKONOMI KREATIF

Disusun Oleh :

NAMA : Faruq Ali Ridho


NIM : 22012015

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA
BEKASI
2023
Faruq Ali Ridho
22012015

BUKU KEWIRAUSAHAAN
(KARANGAN: RUSDIANA)
BAB 1
Pendahuluan
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi begitu pesat. Tantangan di masa
mendatang adalah mengupayakan daya saing dan keunggulan kompetitif yang mengandalkan
keterampilan dan kreativitas SDM, kemampuan teknologi, dan kemampuan manajemen
dengan tetap memanfaatkan keunggulan komparatif yang telah dimiliki.
Sehubungan dengan hal tersebut, pengembangan kewirausahaan (entrepreneurship)
sangat penting bagi mahasiswa. Hal tersebut mendorong munculnya beragam kesempatan
berusaha dalam era perkembangan teknologi tinggi.

A. Pentingnya Minat Berwirausaha

1. Wirausaha sebagai Potensi Pembangunan


Wirausaha merupakan potensi pembangunan, baik dalam jumlah maupun dalam mutu
wirausaha tersebut. Saat ini, kita menghadapi kenyataan bahwa jumlah wirausahawan
Indonesia masih sedikit dan mutunya belum sepenuhnya baik, sehingga persoalan
pembangunan wirausaha Indonesia merupakan persoalan mendesak bagi suksesnya
pembangunan. Adapun manfaat wirausaha secara lebih terperinci, antara lain:
 Menambah daya tampung tenaga kerja, sehingga dapat mengurangi pengangguran
 Sebagai generator pembangunan lingkungan, bidang produksi, distribusi, pemeliharaan
lingkungan, kesejahteraan, dan sebagainya
 Memberi contoh tentang cara bekerja keras, tanpa melupakan perintah-perintah agama,
dekat kepada Allah SWT
Rasulullah SAW pernah ditanya oleh para sahabat, “Pekerjaan apakah yang paling baik,
ya Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Seseorang bekerja dengan tangannya sendiri dan setiap
jual beli yang bersih” (H.R. Al-Bazzar). Jual beli yang bersih merupakan sebagian dari kegiatan
profesi bisnisSelain itu, para ulama telah sepakat mengenai kebaikan pekerjaan dagang (jual-
beli), sebagai perkara yang telah dipraktikkan sejak zaman Nabi hingga masa kini.
2. Kebutuhan akan Wirausaha
Siapa yang dapat digolongkan wirausahawan? Menurut J.A. Schumpeter,
wirausahawan adalah seorang inovator, individu yang mempunyai semangat, kemampuan, dan
pikiran untuk menaklukkan cara berpikir yang lamban dan malas- Seorang wirausahawan
mempunyai peran untuk mencari kombinasi baru, yang merupakan gabungan dari lima hal,
yaitu: (1) pengenalan barang dan jasa baru; (2) metode produksi baru; (3) sumber bahan mentah
baru; (4) pasar-pasar baru; (5) organisasi industri baru.
Keberhasilan pembangunan yang dicapai oleh negara Jepang ternyata disponsori oleh
wirausahawan yang telah berjumlah 2% tingkat sedang, berwirausaha kecil sebanyak 20% dari
jumlah penduduknya. Inilah kunci keberhasilan pembangunan negara Jepang (Heidjrachman
Ranu Pandojo).
Faruq Ali Ridho
22012015

3. Makna Wiraswasta dan Wirausaha


a. Wiraswasta
Wiraswastawan dihubungkan dengan istilah saudagar. Walaupun sama artinya dalam
bahasa Sanskerta, tetapi maknanya berlainan. Wiraswasta terdiri atas tiga kata, yaitu wira, swa,
dan sta. Wira adalah manusia unggul, teladan, berbudi luhur, berjiwa besar, berani
pahlawan/pendekar kemajuan, dan memiliki keagungan watak; swa artinya sendiri; sta artinya
berdiriAdapun saudagar terdiri atas dua suku kata, yaitu sau berarti seribu, dan dagar artinya
akal- Dengan demikian, saudagar berarti seribu akal (Taufik Rashid, 1981).
Daoed Yoesoef (1988) menyatakan bahwa seorang wiraswasta adalah orang yang
memenuhi kriteria berikut :
 Memimpin usaha, baik secara teknis maupun ekonomis, dengan berbagai aspek
fungsional
 Memburu keuntungan dan manfaat secara maksimal
 Membawa usaha ke arah kemajuan, perluasan, perkembangan, melalui jalan
kepemimpinan ekonomi
Fungsi dan cara yang dilakukan oleh seorang wiraswasta memberi tipe kepribadian
tertentu. Dipandang dari sudut ini, ada lima tipe pokok wiraswasta :
 Wiraswasta sebagai seorang captain of industry
 Wiraswasta sebagai seorang pebisnis
 Wiraswasta sebagai seorang keuangan
 Wiraswasta sebagai seorang social engineer
 Wiraswasta sebagai seorang manajer
Kewiraswastaan terdiri atas tiga bagian pokok yang tidak dapat dipisahkan satu dengan
lainnya, yaitu: (1) sikap mental wiraswasta; (2) kewaspadaan mental wiraswasta; (3) keahlian
dan keterampilan wiraswasta. Bagian ke-3 telah banyak didapatkan dari pendidikan di
sekolahsekolah yang ada- Akan tetapi, bagian ke-1 dan ke-2 masih memerlukan banyak waktu
dan pemikiran untuk mengembangkannya. Khusus untuk masyarakat pedesaan, yang tingkat
pendidikan formalnya hanya rata-rata sampai dengan Sekolah Dasar, pendidikan
kewiraswastaan harus secara penuh diberikan untuk tiga unsur di atas.
b. Wirausaha
Ada yang menyatakan bahwa wiraswasta merupakan pengganti istilah intrapreneur dan
untuk istilah entrepreneur digunakan wirausaha, sedangkan untuk istilah entrepreneurship
digunakan istilah kewirausahaan. Bagi Schumpeter, seorang entrepreneur tidak selalu seorang
pedagang (businessman) atau seorang manajer: ia (entrepreneur) adalah orang unik yang
berpembawaan pengambil risiko dan yang memperkenalkan produk-produk inovatif dan
teknologi baru ke dalam perekonomian.
Dapat disimpulkan bahwa wirausaha adalah sikap mental yang berani menanggung
risiko, berpikiran maju, berani berdiri di atas kaki sendiri. Sikap mental inilah yang membawa
seorang pengusaha untuk berkembang secara terus-menerus dalam jangka panjang. Sikap
mental ini perlu ditanamkan serta ditumbuhkembangkan dalam diri angkatan muda bangsa
Indonesia, agar dapat mengejar ketertinggalan dengan bangsa lain di dunia.
Faruq Ali Ridho
22012015

4. Prinsip-prinsip Wirausahawan dan Orang-orang Sukses


Ada banyak prinsip-prinsip wirausahawan dan orang-orang sukses, beberapa diantaranya
adalah sebagai berikut :
 Orang-orang yang sukses terus bekerja sebelum orang lain berhenti; orang-orang yang
gagal berhenti sebelum orang lain.
 Orang-orang yang sukses menempatkan sumber daya manusia sebagai nilai yang
tertinggi; orang-orang yang gagal menganggap manusia hanya sebagai alat.
 Orang-orang yang sukses berpandangan luas; orang-orang yang gagal berpandangan
sempit.
 Orang-orang yang sukses memecahkan masalah; orang-orang yang gagal terbawa
masalah.
 Orang-orang yang sukses berpikir dahulu baru bertindak; orang-orang yang gagal
bertindak dahulu baru berpikir.

B. Kewirausahaan dan Perguruan Tinggi


1. Eksistensi Perguruan Tinggi
Sebagai pusat pengembangan sains, teknologi, dan kebudayaan, perguruan tinggi (PT)
memiliki kedudukan yang prestisius dalam kehidupan masyarakat. Hal itu tentu tidak terlepas
dari eksistensi PT yang merupakan subsistem kehidupan global dan sains universal yang
berorientasi pada nilai-nilai intelektual dari kebudayaan mondial.
Salah satu persoalan yang muncul kemudian adalah ketika ekspansi perguruan tinggi
berlebihan, sedangkan perkembangan ekonomi negara berjalan lamban, terlebih pada tiga belas
tahun terakhir ini ketika dunia industri/usaha tidak sanggup menyerap lulusan perguruan tinggi
dengan jumlah yang sebanding.
Permasalahannya adalah bagaimana kontribusi perguruan tinggi dalam membuka
peluang kerja? Bagaimana eksistensi perguruan tinggi dalam menumbuh-kembangkan dunia
wirausaha?
2. Akar Historis Perguruan Tinggi dan Dunia Industri
Sejak awal berdirinya, perguruan tinggi sudah dihadapkan pada dua kutub yang saling
bertentangan. Pertama, anglo system, karena pengaruh kaum industriwan Inggris dan Amerika,
dan telah merumuskan kurikulumnya hingga selaras dengan kebutuhan masyarakat, yaitu
kebutuhan industri/lapangan kerja. Kedua, continental system yang lebih menekankan pada
masalah-masalah penelitian dan pemahaman ilmu, tanpa memedulikan perkembangan
masyarakat industri (Zahir, 1978). Di Indonesia, pertama itulah yang banyak dianut, meskipun
sistem kedua juga digunakan.
Pada awalnya perguruan tinggi berpegang pada filafat Ivory Tower yang berkutat pada
pemikiran abstrak sebagai bagian dari pendidikan tinggi. Tetapi, dalam filsafatnya yang baru,
perguruan tinggi berupaya menjadi motor pembangunan, hal tersebut sesuai dengan perumusan
tugas perguruan tinggi negeri yang dikemukakan oleh World Association of Universities.
Adapun perguruan tinggi di Indonesia merupakan transplatated institution, lembaga
cangkokan kebudayaan Barat yang dibawa ke Indonesia oleh Belanda dengan maksud
Faruq Ali Ridho
22012015

mempersiapkan tenaga kerja bagi kepentingan kolonial. Perguruan tinggi yang semula hanya
bersifat elitis, kini tidak dapat dipertahankan lagi. Secara eksplisit, fungsi perguruan tinggi di Indonesia
dirumuskan dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada
masyarakat. Adapun orientasinya tertera dalam GBHN dan Undang-Undang No. 20 tahun 2002 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), yaitu untuk mendukung pembangunan manusia Indonesia
secara komprehensif.

3. Polarisasi Perguruan Tinggi dalam Ideologi Ekonomi


Pada era global yang penuh dengan persaingan ketat, perguruan tinggi dituntut untuk
memiliki kualitas yang unggul. Jika pada masa lalu, masalah kualitas perguruan tinggi sebagai
gejala di negara berkembang, para ahli menyadari bahwa di negara maju pun, kemerosotan
kualitas perguruan tinggi tidak dapat dihindari. Penyebabnya begitu kompleksnya antara lain
resesi ekonomi, relevansi kurikulum perguruan tinggi dengan realitas sosial, keterlibatan
perguruan tinggi dengan realitas sosial ekonomi, dunia industri, dominasi birokrasi, gerakan
mahasiswa yang tidak murni (dikotori oleh hal-hal di luar idealisme, ditumpangi pihak lain),
dan lain-lain.
Adapun masalah yang berkaitan dengan lapangan kerja adalah realitas sosial bahwa
perguruan tinggi telah begitu dirasuki oleh pemikiran-pemikiran ekonomi, walaupun secara
historis merupakan lembaga pendidikan. Pikiran pokok dari “industri pendidikan” bahwa
perguruan tinggi merupakan dasar pertumbuhan ekonomi karena lembaga itulah yang
menghasilkan pengetahuan know-how untuk kemajuan industri dan tenaga kerja yang siap
pakai guna menjalankan roda ekonomi (Vaizey, 1974). Begitu besar pengaruh pandangan itu
sehingga negara-negara berkembang begitu percaya pada keampuhan pendidikan formal itu
dengan asumsi “semakin banyak pendidikan, semakin cepat akselerasi pembangunan
berlangsung.
Dalam upaya mengantisipasi realitas itu, tidak mengherankan jika muncul pemikiran
yang menentang industrialisasi yang kemudian berubah menjadi gerakan ideologikal yang
menentang pendidikan formal karena dianggap sebagai satu bagian dari sistem intelektual dan
struktur masyarakat yang mengekang dan memperbudak manusia. Timbullah gagasan-gagasan
Ivan Illich dengan de schooling sociaty dan Paulo Freire (1987) dengan paedagogy of the
oppresed yang sangat populer.

C. Meretas Jiwa Wirausaha Melalui Pendidikan Tinggi


Ipteks hanya memiliki makna jika dapat diterima dan dimanfaatkan secara luas oleh
masyarakat yang memerlukan untuk meningkatkan kesejahteraannya. Oleh karena itu,
perguruan tinggi harus dapat meyakinkan dirinya melalui berbagai kegiatan Tri Dharmanya
bahwa ipteks yang dikembangkannya relevan, dapat diterima, dan dimanfaatkan oleh
masyarakat dalam pembangunan termasuk dunia industri.
1. Eksistensi Perguruan Tinggi dalam Pemberdayaan Ekonomi
Eksistensi perguruan tinggi dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat dan
pengembangan jiwa kewirausahaan mahasiswa dapat terjadi jika perguruan tinggi memiliki
komitmen dan kemampuan serta diberi peluang untuk berpartisipasi dalam kegiatan
perekonomian. Peluang itu tercermin dalam seberapa jauh peran Tridharma Perguruan Tinggi
Faruq Ali Ridho
22012015

dalam pemberdayaan ekonomi melalui ipteks yang dimiliki dan dikembangkannya. Peluang itu
dapat dilaksanakan melalui kegiatan intra dan ekstrakurikuler.
Meskipun mahasiswa mengetahui bahwa mencari pekerjaan atau menjadi “pegawai
negeri” atau “pegawai swasta” itu sulit, mayoritas tetap mengharapkan bekerja di sektor
modern dan formalHal itu didasarkan pada alasan utama “status sosial” atau prestise (dan
jaminan hari tua), sementara alasan finansial dinomorduakan.
Berdasarkan realitas itu, sudah selayaknya jika dalam upaya mengantisipasi dinamika
global yang kompetitif dan perubahan sosial ekonomi yang sedang berlangsung di Indonesia,
perguruan tinggi perlu menggalakkan kegiatan-kegiatan yang berdimensi kewirausahaan, baik
kegiatan intrakurikuler (akademis/perkuliahan) maupun kegiatan ekstrakurikuler
(kemahasiswaan).

2. Upaya Penanaman Jiwa Wirausaha dan Pengembangan Potensi Kewirausahaan


Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh perguruan tinggi bersama pemerintah
dalam upaya penanaman jiwa wirausaha dan pengembangan potensi kewirausahaan, yaitu
sebagai berikut :
 Mewujudkan Peran Perguruan Tinggi dalam Pemberdayaan Ekonomi
o Intrakulikuler / Akademis
o Ekstrakulikuler
o Program Kreativitas Mahasiswa (PKM)
 Kebijakan Pemerintah tentang Kewirausahaan
o Inpres No- 4 tahun 1995 tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan
Membudayakan Kewirausahaan (GN-MMK)
o Memorandum Nomor: 27/HK-104/E6/96, No- 0314/U/1996 tentang Peran
Serta Mahasiswa Indonesia dalam Program Pembangunan Keluarga Sejahtera
dalam rangka Penanggulangan Kemiskinan melalui Program Kegiatan
Mahasiswa Perguruan Tinggi di Indonesia.
 Program Kewirausahaan
o Kuliah Kerja Usaha (KKU)
o Praktik Kerja Lapangan – Usaha (PKL-U)
o Kuliah Kerja Nyata - Usaha (KKN-U)
 Menciptakan Jaringan dengan Kementrian atau Instansi Lain

3. Refleksi Pengembangan Kewirausahaan di Perguruan Tinggi


Perguruan tinggi memiliki peran besar dalam melahirkan tenaga kerja terdidik dalam
bidangnya ataupun lintas bidang dan tenaga yang memiliki wawasan dan jiwa kewirausahaan.
Akan tetapi, dalam realitanya, perguruan tinggi justru sering terjebak dalam memproduksi
tenaga-tenaga penganggur terdidik karena adanya hambatan sosio-kultural yang hingga kini
masih cukup dominan di kalangan masyarakat.
Pendidikan merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia karena pendidikan
mempunyai peranan yang sangat esensial dalam membina martabat manusia, memelihara dan
mengembangkan nilai kebudayaannya. Oleh karena itu, selama manusia hidup di dunia,
pendidikan menjadi hal yang paling utama di antara kebutuhan hidup manusia lainnya. Hal
Faruq Ali Ridho
22012015

tersebut berkaitan dengan pendidikan yang berwawasan kewirausahaan adalah pendidikan


yang menerapkan prinsip-prinsip dan metodologi ke arah pembentukan kecapakan hidup (life
skill) pada peserta didiknya.
Life skills merupakan kemampuan yang diperlukan sepanjang hayat, kepemilikan
kemampuan berpikir yang kompleks, kemampuan komunikasi secara efektif, kemampuan
membangun kerja sama, melaksanakan peran sebagai warga negara yang bertanggung jawab,
memiliki kesiapan serta kecakapan untuk bekerja, serta memiliki karakter dan etika untuk
terjun ke dunia kerja Oleh karena itu, cakupan life skills sangat luas, seperti communication
skills, decision making skills, resources and time management skills, and planning skills.
Pemahaman konsep life skills di atas, pada akhirnya akan memotivasi peserta didik
untuk mengembangkan potensinya secara mandiri (wirausaha).
Faruq Ali Ridho
22012015

BUKU INTRAPRENEURSHIP
(KARANGAN: WAWAN DHEWANTO)
BAB 3

Kewirausahaan Korporasi dan Invasi


3.1 Inovasi
Inovasi merupakan pengaplikasian ide baru yang dapat diterapkan pada produk, proses,
layanan, atau manajemen perusahaan (Gibbons, 1994). Inovasi tidak hanya perubahan atau
pembaruan dari produk, proses, layanan atau manajemen perusahaan, namun juga harus bisa
meningkatkan komersialisasi yang pada akhirnya membuat perusahaan memiliki pendapatan
lebih tinggi.
Menurut McFadzen, O’Loughlin, & Shaw (2005) dan Pinchot & Pellman (1999)
Terdapat 3 kategori tipe inovasi terdiri dari:
a. Produk hingga proses
1. Penciptaan produk dan jasa baru
2. Proses peningkatan kualitas
3. Pengurangan durasi waktu untuk proses yang sama
4. Proses peningkatan jumlah market share, dan
5. Penemuan metode baru untuk mengurangi dampak negatif lingkungan
b. Inkremental hingga radikal
1. Inkremental : Peningkatan atau perbaikan-perbaikan dari yang sudah biasa
dilakukan.(doing better what we have already done)
2. Radikal : Perubahan (doing what we did not do before)
c. Administratif hingga teknologi
a. Peningkatan layanan sistem dan struktur organisasi, dan
b. Teknologi yang semakin modern dan canggih

3.2 Kewirausahaan Korporasi dan Inovasi


Definisi Inovasi jika dihubungkan dengan kewirausahaan korporasi (Corporate
entrepreneurship atau intrapreneurship) merupakan suatu proses kontinu untuk mempelajari
dan melakukan sesuatu yang belum kita ketahui sebelumnya atau tidak melakukan sesuatu
yang biasa dilakukan.

Pada gambar 1 dibawah ini, dapat dilihat bahwa kewirausahaan korporasi dapat
diterapkan pada semua level organisasi, baik itu korporasi, unit bisnis, fungsi ataupun level
proyek. Oleh karena itu, tiap unit atau fungsi atau level proyek dapat saling berinteraksi satu
dengan yang lain (joint group meeting) untuk menciptakan inovasi.
Faruq Ali Ridho
22012015

Gambar 1. Kewirausahaan Korporasi dan Inovasi di Level Organisasi


Sumber : Ireland, Kuratko, & Morris (2006a)

Secara lebih detail hubungan antara kewirausahaan korporasi dan inovasi akan
dijelaskan melalui framework di bawah ini (McFadzen, O’Loughlin, & Shaw, 2005a).
Berdasarkan Gambar 2 dibawah ini, kita dapat melihat bagaimana sikap dan aksi seorang
enterpreneur dapat mendorong terjadinya proses inovasi. Karakteristik seorang enterpreneur
yang selalu bersemangat dan antusias untuk menemukan new potential opportunity dapat
menambah nilai dan hal-hal baru bagi perusahaan.

Selain itu, dalam penciptaan inovasi, analisis lingkungan baik internal maupun
eksternal perlu dilakukan dengan baik, karena lingkungan memiliki dampak yang signifikan
bagi perusahaan (Jin, 2000). Lingkungan internal meliputi:
1. Sumber daya perusahaan
a. Corporate Image
b. Kebudayaan perusahaan
c. Teknologi
d. Keuangan
2. Kemampuan
a. People : Culture, Organization, Competency
b. Process : Process, Facilities, Layout
c. Technology : Application, Equipment, Technoical, Infrastructure
c. Keunggulan dalam bersaing dengan perusahaan-perusahaan lainnya.
Faruq Ali Ridho
22012015

Gambar 2. Pandangan holistik antara Kewirausahaan Korporasi dan Inovasi di Level Organisasi
Sumber : McFadzean, O’Loughlin, & Shaw (2005a)

Lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro (demografi, kondisi ekonomi,


tekanan global, sosial budaya, teknologi, politik/regulasi, dan lingkungan alam) dan
lingkungan industri (pemasok, produk substitusi, pembeli, pesaing baru, dan pesaing).

3.3 Derajat Inovasi


Proses yang inovatif akan membentuk produk-produk inovatif pula. Ukuran atau
derajat mengenai “sesuatu yang baru” memiliki beberapa tingkatan yang berbeda menurut
Ireland, Kuratko, & Morris (2006a) yaitu :
a. Perubahan style
b. Perluasan lini produk
c. Perbaikan produk
d. Produk baru
e. Bisnis baru
f. Inovasi mayor

Menurut Ireland, Kuratko, Morris (2006a) hal yang baru itu bermanfaat untuk
menciptakan :

 Produk dan layanan baru ke pembeli


 Solusi baru
 Metode komersialisasi baru
 Proses baru
Faruq Ali Ridho
22012015

Tabel 1. Derajat Inovasi


Sumber : Ireland, Kuratko, & Morris (2006a)

3.4 Model Makro dan Mikro antara Enterpreneurship dan Inovasi


Hubungan antara enterpreneurship dan inovasi terdiri dari dua macam, yakni :

 Model Makro, yang fokus pada konteks kewirausahaan korporasi dan inovasi yang
menitikberatkan pada lingkungan yang memicu terjadinya inovasi (McFadzean,
O’Loughlin, and Shaw, 2005a).
 Model Mikro, dukungan perusahaan dalam proses pembentukan inovasi (McFadzean,
O’Loughlin, and Shaw, 2005b).

3.4.1 Model Makro antara Enterpreneurship dan Inovasi


Lingkungan yang memicu terjadinya inovasi tersebut terdiri dari kebutuhan sosial dan
peningkatan teknologi baru.

1. Pendorong Inovasi
Mendorong inovasi dengan technology push yaitu apabila perusahaan menciptakan
teknologi baru yang belum pernah ada lalu perusahaan memperkenalkan keunggulan
dan manfaat dari penggunaan teknologi tersebut.
2. Proses Inovasi
 Penemuan Ide
 Penemuan Kesempatan yang potensial : Pencarian dan Pengakuan Kesempatan
 Pengembangan Ide
 Aplikasi : Adopsi dan Difusi
 Produk dikomersialisasikan
3. Perkembangan yang Cepat
Menitik beratkan pada lama waktu yang digunakan untuk melakukan inovasi dimulai
dari tahapan penemuan ide hingga dikomersialisasikan. Semakin cepat proses inovasi,
Faruq Ali Ridho
22012015

maka akan tercipta feedback yang semakin cepat pula untuk membuat inovasi yang
berbeda lagi.

3.4.2 Model Mikro antara Enterpreneurship dan Inovasi


Dukungan perusahaan terhadap inovasi dapat berupa : proses strategis, sistem,
keahlian, struktur, fungsi dan proses, sumber daya, dan dukungan manajemen senior. Pemikir
yang kreatif memiliki input sebagai tahapan awal dalam pembentukan inovasi yang merupakan
kombinasi dari ide, pengetahuan yang dimiliki, dan motivasi. Nantinya input ini akan masuk
ke dalam transformasi katalis entrepreneurial. Transformasi katalis entrepreneurial
merupakan sifat atau karakteristik yang dimiliki oleh seorang enterpreneur lalu didukung oleh
fasilitas perusahaan yang terdiri dari interaksi sosial, kesadaran akan adanya suatu potensi
kesempatan hingga implementasi, susunan sumber daya, dan stimulasi perubahan.

Seorang manajer yang akan memutuskan untuk membuat output dari inovasi itu
dikomersialkan atau tidak. Output dapat saja berupa barang, jasa, kesalahan, ataupun
pembelajaran. Nantinya output tersebut akan menjadi feedback bagi perusahaan untuk
membentuk proyek inovasi lain.

3.5 Menciptakan Perusahaan yang Inovatif


McFadzen, O’Loughlin, & Shaw (2005a) mengemukakan bahwa terdapat 2 faktor
dalam menciptakan inovasi, terdiri dari :
1. Kualitas Individual
 Visi, merupakan kemampuan seseorang untuk menyatukan pengalaman
sebelumnya ke dalam sesuatu yang baru sehingga membuat perusahaan lebih
inovatif.
 Motivasi intrinsik, Mencakup keamanan psikologis dan sifat mandiri, serta
berorientasi pada pencapaian.
 Killer Instinct, kemampuan untuk mengetahui kapan harus terus maju dan
kapan harus mundur. Kemampuan tersebut didasari oleh Keahlian personal,
kebulatan tekad, dan sense of timing.
2. Dorongan dari perusahaan
 Membuat perusahaan terbuka terhadap ide dan konsep baru
 Menciptakan gap kinerja
 Mengembangkan kemampuan perusahaan
 Berusaha untuk fokus pada tantangan eksternal
 Membuat komunikasi terbuka
McGinnis & Verney (1987) menyatakan bahwa terdapat 4 proses dalam mencipkatan
suatu perusahaan yang inovatif :(1) Organizational knowledge, Menanamkan pentingnya
inovasi sebagai strategi perusahaan; (2) Industry knowledge, Perusahaan harus membantu
karyawan untuk memahami industrinya; (3) Rewarding Innovation, Memberikan reward
kepada karyawan yang menciptakan inovasi untuk tetap menghidupkan semangat berinovasi;
(4) Enlightened Rules, Mengurangi batas aturan yang terlalu kaku.
Faruq Ali Ridho
22012015

BUKU EKONOMI KREATIF


(KARANGAN: SURYANA)
BAB 1

Evolusi dan Gelombang Ekonomi Baru


A. Evolusi Ekonomi Kreatif
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mampu mengubah cara pandang,
pola pikir, dan pola kehidupan manusia. Pada awalnya kebutuhan barang dan jasa yang
semakin meningkat menimbulkan kelangkaan barang dan jasa, dan kelangkaan akan barang
dan jasa mendorong manusia untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Perkembangan ilmu
pengetahuan menciptakan kemajuan teknologi, dan menghasilkan inovasi terhadap barang dan
jasa yang dapat menekan kelangkaan barang dan jasa.

Pada gilirannya, perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi telah


mengubah pola-pola ekonomi masyarakat secara global dalam berbagai bidang. Di samping
pola-pola ekonomi yang terus berubah, inovasi teknologi dan krativitas ilmu pengetahuan juga
telah menggeser orientasi ekonomi, dari ekonomi pertanian ke ekonomi industri, ekonomi jasa,
ekonomi informasi (e-commerce), dan akhirnya ke ekonomi kreatif (Creative Economy).
Perubahan-perubahan orientasi ekonomi tersebut oleh Howkins (2001) dikenal dengan
“gelombang ekonomi”, dan dimulai dari tahun 2001 telah memasuki gelombang ekonomi yang
ke-empat yaitu “gelombang ekonomi kreatif”.

Ekonomi kreatif merupakan kegiatan ekonomi yang digerakkan oleh entrepreneur


kreatif dan inovatif melalui industri kreatif sebagai wadahnya dan mengutamakan peranan
kekayaan intelektual. Awal tahun 2001 mulai memasuki gelombang ekonomi kreatif yang
digerakkan oleh industri kreatif melalui penciptaan barang dan jasa baru nonriil yang sangat
komersial, seperti hak kekayaan intelektual, hak cipta, paten, royalti, merek dagang, dan desain
baru. Ekonomi kreatif tidak terbatas pada barang dan jasa tapi juga produk-produk seni budaya
dan usaha kerajinan. Perkembangan ekonomi kreatif dirasakan oleh semua skala industri, baik
industri kecil, menengah, maupun besar.

Peran ekonomi kreatif bagi dunia diantaranya :


1. Menciptakan kesempatan kerja
2. Meningkatkan pendapatan
3. Mengurangi kemiskinan dan pengangguran
4. Mendorong perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan

B. Gelombang Ekonomi Baru


Pada Tahun 2001, Howkins menemukan kehadiran gelombang ekonomi baru, yaitu
ekonomi kreatif, setelah beliau menyadarinya bahwa sejak 1996 pertama kali karya hak cipta
atau hak paten Amerika Serikat memiliki nilai penjualan ekspor jauh lebih besar melebihi
sektor-sektor lainnya dan menduduki posisi teratas dalam hal ekspor di Amerika.
Faruq Ali Ridho
22012015

Produk ekonomi kreatif di abad ini bukan didominasi oleh produk barang yang riil,
seperti berapa jumlah dan jenis produk yang dihasilkan, akan tetapi oleh produk-produk yang
noriil yang memfokuskan pada perubahan karakter dan keistimewaan produk untuk
menghasilkan kekayaan intelektual seperti paten, hak cipta, royalti, desain, dan merek dagang.

Dengan fenomena tersebut, tentu saja telah terjadi hukum kekayaan intelektual dalam
bidang penawaran produk, “Semakin tinggi dan semakin cepat penawaran karakter produk baru
hasil kekayaan intelektual, cenderung semakin tinggi harga jual produk tersebut”. Tidak hanya
berdampak pada harga jual, tetapi juga menciptakan hambatan masuk (barrier to entry) bagi
para pesaing, sehingga meningkatkan daya saing di pasar.
Produk-produk ekonomi kreatif hasil kekayaan intelektual, seperti paten, merek
dagang, desain, royalti dikuasai oleh negara maju dan membanjiri pasar negara berkembang.
Bahan baku produksi, tenaga kerja, tempat produksi, banyak yang berada di negara
berkembang, tetapi penghasilan penjualan dan royaltinya mengalir ke negara-negara maju
pemilik kekayaan intelektualnya.

Sekarang ini telah banyak negara yang pembangunan ekonominya melalui


pengembangan ekonomi kreatif, karena dengan ekonomi kreatif, sumber daya lebih efisien dan
produktif. Sumber daya lebih efisien dan produktif disebabkan faktor-faktor berikut :

1. Kegiatan ekonomi yang mengutamakan kekayaan intelektual dapat memperbarui


sumber daya ekonomi melalui kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan
kegiatan ekonomi yang berorientasi pada produk riil, bahan bakunya umumnya tidak
dapat diperbarui sehingga akan berkurang dan habis.
2. Dengan ekonomi kreatif, sumber daya manusia lebih efisien, penggantian tenaga kerja
oleh mesin dan komputer tidak menimbulkan pengangguran. Pekerjaan yang dapat
dilakukan oleh mesin dan komputer sebaiknya tidak dikerjakan oleh manusia, tetapi
oleh mesin atau komputer yang tidak bisa mengeksploitasi sesuatu. Sumber daya
manusia sebaiknya digunakan dan dialihkan untuk berpikir kreatif mengeksploitasi
sesuatu yang tidak dapat dikerjakan oleh komputer.
3. Biaya awal ekonomi kreatif lebih efisien daripada biaya awal perusahaan. Biaya awal
perusahaan membutuhkan biaya yang lebih besar untuk mengorganisir faktor-faktor
produksi, sedangkan biaya awal ekonomi kreatif relatif lebih kecil karena hanya
membutuhkan kreativitas individu.
4. Pada ekonomi kreatif berlaku hukum penawaran hasil kekayaan intelektual, yaitu
sebagai berikut. Semakin banyak produk-produk baru intelektual yang dihasilkan maka
semakin tinggi nilai tambah dan harga produk tersebut.
Faruq Ali Ridho
22012015

BUKU INDUSTRI KREATIF


(KARANGAN: WIKO SAPUTRA)
BAB 3
1. Pendahuluan
Industri kreatif di Indonesia tumbub dan berkembang menjadi basis baru dalam sektor
industri. Industri ini tumbuh pada hampir semua lapisan ekonomi dari skala besar, menengah,
maupun kecil. Industri kreatif memiliki keunikan dimana Sebagian besar ditopang oleh faktor
sosial, budaya bangsa, kearifan lokal, kelestarian lingkungan, dan keunikan lainnya yang
digabungan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2. Kontribusi terhadap Perekonomian Nasional


Secara makro perekonomian di Indonesia, industri kreatif sudah mulai menempatkan
tempat sebagai basis perekonomian. Total nilai tambah sub sektor industri kreatif terhadap
PDB Nasional dengan harga konstan sebesar Rp151 triliun atau memiliki nilai kontribusi
sebesar 7,3%.

Dari 14 sub sektor industri kreatif, nilai tambah terbesar dihasilkan oleh sub sektor
fesyen dengan nilai tambah sebesar Rp107 triliun atau sebesar 45,78% dari total nilai tambah
sub sektor industri kreatif di Indonesia. Industri kerajinan merupakan sub sektor terbesar kedua
yang terdiri dari kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi produk
yang dibuat oleh tenaga pengrajin dimulai dari desain awal sampai proses penyelesaian
produknya. Sub sektor terbesar selanjutnya yaitu industri periklanan yang terdiri dari kegiatan
kreatif dengan jasa yang meliputi proses kreasi, produksi, dan distribusi dari iklan yang
dihasilkan.

3. Daya Serap dan Produktifitas Tenaga Kerja


Daya serap tenaga kerja pada sub sektor industri kreatif merupakan bentuk dinamis dari
berfungsinya hukum permintaan dan penawaran dalam pasar kerja industri kreatif nasional.
Dari aspek pemrintaan tenaga kerja, perkembangan industri kreatif didorong oleh keunikan
prduk yang dihasilkan dapat mempengaruhi peningkatan jumlah usaha dan skala industri. Hal
ini mendorong permintaan yang banyak terhadap dunia kerja.Daya serap tenaga kerja di sub
sektor industri kreatif cukup besar yang akan berdampak terhadap tingginya tingkat
produktifitas tenaga kerja pada subsector ini. Tingginya produktivitas tenaga kerja merupakan
bentuk dari tingkar kreatifitas tenaga kerja yang merupakan salah satu faktor penting dalam
input industri.

Dari 14 sub sektor industri kreatif di Indonesia, tingkat produktifitas tertinggi berada
pada sub sektor periklanan dengan tingkat produktifitas tenaga kerja mencaoai Rp152,723
juta/pekerja pertahun. Sub sektor yang kedua adalah permainan interaktif, arsitektur, riset dan
pengembangan, layanan komputer dan piranti lunak. Sedangkan sub sektor yang memiliki
produktifitas tenaga kerja terendah adalah sub sektor kerajinan sebesar Rp14,770 juta/pekerja
pertahun.
Faruq Ali Ridho
22012015

4. Jumlah Usaha
Jumlah usaha yang bergerak di sub sektor kreatif di Indonesia berjumlah 3.001.635 unit
atau sekitar 6,4% dari seluruh usaha di Indonesia dengan unit usaha yang tertinggi adala sub
sektor fesyen dengan jumlah usaha sebanyak 1.559.993 unit usaha atau sekitar 51,97% dari
total usaha sub sektor industri kreatif di Indonesia. Selanjutnya, sub sektor kerajinan
merupakan sub sektor kedua dengan jumlah usaha sebanyak 1.055.466 unit usaha atau sekitar
35,16% dari total usaha sub sektor industri kreatif. Lalu diikuti sub sektor desain dengan jumlah
usaha sebanyak 214.143 unit atau sekitar 7,13%, sub sektor penerbitan dan percetakan dengan
jumlah usaha sebanyak 110.469 unit atau sekitar 3,68%, sub sektor musik dengan jumlah usaha
sebanyak 14.047 unit atau sekitar 0,47%.

5. Kontribusi Ekspor
Komoditi industri kreatif Indonesia menyumbangkan 9% total ekspor komoditi
Indonesia dan merupakan penyumbang kelima terbesar dari ekspor komoditi Indonesia setelah
komoditi fuel and lubricants (28%), machine and transportation equipment (14%), misc
manufacturing and articles (12%), dan raw materials (12%). Dengan nilai total ekspor pada
tahun 2009 sebesar Rp81,34 triliun.
Sub sektor fesyen berada pada posisi pertama dari jumlah produk industri kreatif yang
diekspor keluar negeri dengan nilai ekspor sebesar Rp71,69 triliun atau sebesar 62,38% dari
total ekspor komoditi sub sektor industri kreatif Indonesia. Posisi kedua yaitu sub sektor
kerajinandengan nilai ekspor sebesar Rp39,67 triliun (34,52%), diikuti oleh sub sektor desain
dengan nilai ekspor sebesar Rp2,89 triliun (0,29%).

6. Profil Industri Kreatif di Indonesia


Di Indonesia, terdapat beberapa sub sektor industri kreatif, yaitu sebagai berikut:

a. Periklanan, merupakan kegiatan kreatif berkaitan dengan jasa yang meliputi proses
kreasi, produksi, dan distribusi iklan yang dihasilkan. Seperti riset pasar, perencanaan
komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi material iklan, promosi, kampanye relasi
publik, pemasangan berbagai poster dan gambar, penyebaran brosur, selebaran dan
pamflet, dan pemasangan iklan di media cetak.
b. Arsitektur, merupakan kegiatan kreatif yang berkaitan dengan desain bangunan secara
menyeluruh. Misalnya, arsitektur taman, perencanan kota, perencanaan biaya
konstruksi, konservasi bangunana warisan, pengawasan konstruksi, konsultasi kegiatan
teknik dan sipil serta rekayasa mekanika dan elektrikal.
c. Pasar Seni dan Barang Antik, Pasar Seni merupakan kegiatan yang berkaitan dengan
penjualan barang-barang asli, unik dan langka, serta memiliki nilai estetika seni yang
tinggi melalui lelang, galeri, toko, pasar swalayan, dan internet yang meliputi barang-
barang musik, percetakan, kerajinan, automobile, dan film.
d. Kerajinan, merupakan kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan
distribusi yang dibuat oleh tenaga pengrajin dimulai dari desain awal sampai proses
penyelesaian produknya. Barang tersebut meliputi barang yang terbuat dari batu
berharga, kulit, rotan, kayu, kaca, dan sebagainya.
Faruq Ali Ridho
22012015

e. Desain, merupakan kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, desain
interior, desain produk, desain industri, konsultais identitas perusahaan, jasa riset
pemasaran, produksi kemasan, dan jasa pengepakan.
f. Fesyen, merupakan kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain
alas kaki, desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode san aksesorisnya,
konsultasi produk fesyen, dan distribusi produk fesyen.
g. Video, Film, dan Fotografi, merupakan kegiatan yang terkait dengan kreasi produk
video, film, dsn jasa fotografi, serta distribusi rekaman video dan film. Termasuk
didalamnya penulisan skrip, dubbing film, sinematografi, dan eksbisi film.
h. Permainan Interaktif, merupakan kegiatan yang berkaitan dengan kreasi, produksi,
dan distribusi permainan komputer dan video yang bersifat hiburan, ketangkasan, dan
edukasi.
i. Musik, merupakan kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi/komposisi,
pertunjukan, reproduksi dan distribusi dari rekaman suara.
j. Seni Pertunjukkan, merupakan kegiatan kreatif yang berhubngan dengan usaha
pengembangan pertunjukan. Misalnya, balet, tarian tradisional, drama, musik teater,
dan sebagainya.
k. Penerbitan dan Percetakan, merupakan kegiatan kreatif yang terkait dengan
penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten
digital serta kegiatan kantor berita dan pencari berita. Mencakup penerbitan perangko,
materai, uang kertas, paspor, tiket pesawat, dan sebagainya.
l. Layanan Komputer dan Piranti Lunak, merupakan kegiatan kreatif yang terkait
dengan pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer,
pengolahan data, pengembangan database, pengembangan piranti lunak, integrasi
sistem, desain dan analisis sistem, desain arsitektur piranti lunak, desain prasarana
piranti lunak dan piranti keras, serta desain portal termasuk perawatannya.
m. Televisi dan Radio, merupakan kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi
produksi dan pengemasan acara televisi dan radio, termasuk kegiatan station relay
(pemancar kembali) siaran radio dan televisi.
n. Riset dan Pengembangan, merupakan kegiatan terkait dengan usaha inovatif yang
menggali penemuan ilmu dan teknologi serta penerapan ilmu dan pengetahuan untuk
perbaikan produk dan kreasi produk baru dan teknologi baru yang dapat memenuhi
kebutuhan pasar.

Anda mungkin juga menyukai