Anda di halaman 1dari 6

Resume Pertemuan 2

KEWIRAUSAHAAN

SEJARAH & TEORI KEWIRAUSAHAAN

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Perorangan Mata


Kuliah Kewirausahaan 1

Dosen Pengampuh :
Hermanto Hutagalung, SE, MM

Disusun oleh :
Yafiqah Fitri
NPM. 20110213

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)


BINAKARYA
TAHUN 2022

1
Sejarah Kewirausahaan
Wirausaha secara historis sudah dikenal sejak diperkenalkan oleh Richard
Castillon pada tahun 1755. Di luar negeri, istilah kewirausahaan telah dikenal sejak
abad 16, sedangkan di Indonesia baru dikenal pada akhir abad 20. Pendidikan
kewirausahaan mulai dirintis sejak 1950-an di beberapa negara seperti Eropa, Amerika,
dan Kanada. Bahkan sejak 1970-an banyak universitas yang mengajarkan
kewirausahaan atau manajemen usaha kecil. Pada tahun 1980-an, hampir 500 sekolah di
Amerika Serikat memberikan pendidikan kewirausahaan sedangkan di Indonesia,
kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi
tertentu saja. Kemudian sejalan dengan perkembangan dan tantangan seperti adanya
krisis ekonomi, pemahaman kewirausahaan baik melalui pendidikan formal maupun
pelatihan-pelatihan di segala lapisan masyarakat kewirausahaan menjadi berkembang
hingga seperti saat ini.
Sejarah kewirausahaan dapat dibagi dalam beberapa periode:
1. Periode awal
Sejarah kewirausahaan dimulai dari periode awal yang dimotori oleh pengusaha
sebagai go-between adalah Marco polo, yang mencoba untuk mengembangkan rute
perdagangan hingga timur jauh. Dalam masanya, terdapat dua pihak yakni pihak pasif
dan pihak aktif. Pihak pasif bertindak sebagai pemilik modal dan mereka mengambil
keuntungan yang sangat banyak terhadap pihak aktif.
Sedangkan pihak aktif adalah pihak yang menggunakan modal tersebut untuk berdagang
antara lain dengan mengelilingi lautan. Mereka menghadapi banyak resiko baik fisik
maupun sosial akan tetapi keuntungan yang diperoleh sebesar 25%. Yang selanjutnya
akan dibedakan antara pemilik modal dengan wirausaha atau yang menjalankan usaha
tersebut
2. Abad pertengahan
Kewirausahaan berkembang di periode pertengahan, pada masa ini wirausahawan
dilekatkan pada aktor dan seorang yang mengatur proyek besar. Mereka tidak lagi
berhadapan dengan resiko namun mereka menggunakan sumber daya yang diberikan,
yang biasanya yang diberikan oleh pemerintah. Tipe wirausahaawan yang menonjol
antara lain orang yang bekerja dalam bidang arsitektural (baik arsiteknya sebagai
perancang yang menjual jasa ataupun pekerja yang mengerjakan jasa tersebut dan yang
memberikan modal sekaligus menjadi manajer bagi mereka)
3. Abad 17
Di abad 17, seorang ekonom, Richard Cantillon, menegaskan bahwa seorang
wirausahawan adalah seorang pengambil resiko, dengan melihat perilaku mereka yakni

2
membeli pada harga yang tetap namun menjual dengan harga yang tidak pasti.
Ketidakpastian inilah yang disebut dengan menghadapi resiko.

4. Abad 18
Berlanjut di abad ke 18, seorang wirausahawan tidak dilekatkan pada pemilik modal,
tetapi dilekatkan pada orang-orang yang membutuhkan modal. Wirausahawan akan
membutuhkan dana untuk memajukan dan mewujudkan inovasinya. Pada masa itu
dibedakan antara pemilik modal dan wirausahawan sebagai seorang penemu.
para ahli membedakan pengertian investor (venture capitalist) atau orang yang
memiliki modal dengan orang yang membutuhkan modal atau wirausaha. Salah satu
penyebab terjadi pemisahan ini adalah karena revolusi industri yang melanda dunia.
Berbagai penemuan terjadi pada abad ini sebagai reaksi terhadap perubahan dunia.
Seperti Eli Whitney dan Thomas Edison, kedua orang ini berhasil mengembangkan era
teknologi baru tetapi mereka tidak mempunyai modal untuk membiayai riset mereka
dan penelitian mereka. Eli Whitney membiayai mesin pemisah kapas dari bijinya
dengan menggunakan pinjaman pemerintah, sedangkan Thomas Edison membiayai
usaha riset listrik dan kimianya dari sumber dana perseorangan (private source). Baik
Eli maupun Thomas adalah pengguna modal (wirausaha) bukan sebagai pemasok dana
(venture capitalist). Seorang pemasok dana adalah seorang manajer keuangan
professional yang menginvestasikan uangnya pada investasi yang beresiko dalam
bentuk penyertaan modal untuk mendapatkan hasil yang tinggi dari investasi tersebut.
5. Abad 19
Sedangkan di abad ke 19 dan awal abad 20, wirausahawan didefinisikan sebagai
seseorang yang mengorganisasikan dan mengatur perusahaan untuk meningkatkan
pertambahan nilai personal.
Dimana, Wirausaha tidak dibedakan dengan manajer dan hanya dilihat dari pandangan
ekonom. Wirausaha mengorganisir dan mengoperasikan perusahaan untuk manfaat
pribadi. Ia membiayai bahan baku yang digunakan dalam bisnis, tanah, gaji karyawan,
dan modal yang diperlukan. Ia memberikan kontribusi inisiatif, keahlian dalam
pembuatan perencanaan, pengorganisasian, dan administratur perusahaan. Ia harus
menanggung resiko rugi karena hal-hal yang tidak dapat dikontrolnya. Nilai bersih
keuntungan pada akhir tahun atau masa menjadi keuntungannya. Wirausaha yang
dikenal pada masa ini adalah Andrew Carnegie, ia tidak menemukan sesuatu tetapi
hanya mengadopsi dan membentuk teknologi baru dan produk menjadi penting dan
menghasilkan. Ia berhasil membawa industri baja Amerika menjadi industri yang tidak
henti-hentinya ketimbang menghasilkan suatu penemuan atau kreativitas tertentu.

3
6. Abad 20 sampai sekarang
Pada abad ini, gagasan wirausaha sebagai penemu mulai dikenalkan; Fungsi wirausaha
adalah untuk melakukan reformasi atau revolusi pola-pola produksi dengan
mengeksploitasi penemuan atau, secara umum, menggunakan teknologi baru (yang
sebenarnya belum pernah dicoba orang lain) untuk menghasilkan produk baru atau
menghasilkan produk lama dengan cara baru, membuka sumber bahan baku baru,
membuka pasar baru, dengan mengorganisir kembali industri yang ada sekarang.
Konsep inovasi sangat menonjol pada masa ini. Inovasi untuk mengenalkan
sesuatu yang baru adalah sebagian dari tugas berat wirausaha. Inovasi tidak saja
membutuhkan kemampuan untuk menghasilkan dan mengembangkan konsep tetapi
juga harus mengerti segala kekuatan yang bekerja atau terdapat di lingkungan
(sekitarnya). Sesuatu yang baru bisa berupa produk baru atau sebuah sistem baru, untuk
simplikasi struktur organisasi baru. Kemampuan inovasi adalah sebuah instinks yang
membedakan seseorang dengan orang lain. Jadi
Sedangkan Ilmu kewirausahaan di Indonesia baru dikenalkan pada akhir abad ke 20,
namun praktiknya sudah sejak dulu ada, bahkan sejak jaman colonial kegiatan
perniagaan dan bisnis sudah ada di Indonesia. Pada akhir abad 20, pendidikan
kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah dan perguruan tinggi saja.
Pendidikan kewirausahaan melalui pendidikan formal maupun pelatihan-pelatihan di
segala lapisan masyarakat semakin berkembang seiring dengan perkembangan dan
tantangan ekonomi seperti krisis moneter yang sempat melanda di akhir tahun 90-an.

Kewirausahaan di Indonesia
Tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia menghadapi masalah keterbatasan
kesempatan kerja bagi para lulusan perguruan tinggi dengan semakin meningkatnya
jumlah pengangguran intelektual belakangan ini. Laporan International Labor
Organization (ILO) mencatat jumlah pengangguran terbuka pada tahun 2009 di
Indonesia berjumlah 9.6 juta jiwa (7.6%), dan 10% diantaranya adalah sarjana). Data
dari Badan Pusat Statistik Indonesia mendukung pernyataan ILO tersebut yang
menunjukkan sebagian dari jumlah pengangguran di Indonesia adalah mereka yang
berpendidikan Diploma/ Akademi/dan lulusan Perguruan Tinggi (Setiadi, 2008).
Kondisi yang dihadapi akan semakin diperburuk dengan situasi persaingan global (misal
pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN/MEA) yang akan memperhadapkan
lulusan perguruan tinggi Indonesia bersaing secara bebas dengan lulusan dari perguruan
tinggi asing. Oleh karena itu, para sarjana lulusan perguruan tinggi perlu diarahkan dan

4
didukung untuk tidak hanya berorientasi sebagai pencari kerja (job seeker) namun dapat
dan siap menjadi pencipta pekerjaan (job creator) juga.
Dibandingkan dengan negara-negara lain, perkembangan kewirausahaan di
Indonesia masih sangat kurang yaitu dibawah 2%. Sebagai pembanding, kewirausahaan
di Amerika Serikat tercatat mencapai 11 persen dari total penduduknya, Singapura
sebanyak 7 persen, dan Malaysia sebanyak 5 persen.
Perbandingan Wirausaha Indonesia dengan Negara Lain

No Negara % Wiraudaha
1 Singapura 7%
2 Amerika Serikata 11%
3 Malaysia 5%
4 Indonesia 1,9%

Kewirausahaan di Indonesia belum sepenuhnya memberikan sumbangan positif


terhadap kecerdasan dan kesejahteraan bangsa. Padahal potensi wirausaha di Indonesia
sangat besar terutama jika dilihat dari data jumlah usaha kecil menengah yang ada.
Sampai dengan tahun 2006, menurut data BPS (Biro Pusat Statistik), di Indonesia
terdapat 48.9 juta UKM (Usaha Kecil dan Menengah) yang menyerap sekitar 80% dari
tenaga kerja serta menyumbang 62% pada PDB (diluar migas). Data tersebut
memberikan gambaran betapa besarnya aktivitas kewirausahaan di Indonesia dan
dampaknya bagi kemajuan ekonomi bangsa, terutama pasca krisis moneter 1998. Tetapi
sayangnya potensi yang masih besar ini belum dimanfaatkan secara optimal, masih
banyak masalah pengangguran dan masyarakat miskin serta pendapatan rakyat
Indonesia yang dibawah garis kemiskinan.

Sifat Kepemimpinan Kewiraudahaan ( Enterpreneurial Leadership)


Sifat kepemimpinan yang dimiliki seorang wirausaha atau enterpreneur disebut
dengan enpterpreneurial leadership. Kepemimpinan kewirausahaan (enterpreneurial
leadership) kini menjadi strategi besar pada organisasi yang didirikan. Entrepreneur
merupakan upaya mencapai keunggulan dalam bersaing karena sebuah organisasi
menyadari bahwa mereka terus-menerus mendefinisi ulang pasar, merestrukturisasi
kegiatan, memodifikasi model bisnis dan mempelajari kemampuan berpikir mereka
(Ireland & Webb, 2007).
Menurut Fernald et al. (2005), terdapat delapan karakter dari enterpreneurial
leadership, yaitu:
1. Able to motivate
2. Achievement oriented

5
3. Creative 4. Flexible 5. Patient
6. Persistent
7. Risk Taker
8. Visionary

Teori Kewiausahaan

Kesimpulan

Periode Awal, Sejarah kewirausahaan dimulai dari periode awal yang dimotori oleh
Marcopolo. Dalam masanya, terdapat dua pihak pasif dan pihak aktif. Pihak pasif
bertindak sebagai pemilik modal dan mereka mengambil keuntungan yang sangat
banyak terhadap pihak aktif. Abad Pertengahan, Kewirausahaan berkembang di periode
pertengahan, pada masa ini wirausahawan dilekatkan pada aktor dan seorang yang
mengatur peroyek besar. Mereka tidak lagi berhadapan dengan resiko namun mereka
menggunakan sumberdaya yang diberikan, yang biasanya diberikan oleh pemerintah.
Tipe wirausahawan yang menonjol antara orang yang bekerja dalam bidang arsitektural.
dengan menghadapi resiko. Di abad 17 seorang ekonom, Richard Cantillon,
menegaskan bahwa seorang wirausahawan adalah seorang pengambil resiko, dengan
melihat perilaku mereka yakni membeli pada harga yang tetap namun menjual dengan
harga yang tidak pasti. Ketidakpastian inilah yang disebut dengan menghadapi
resiko. Berlanjut ke abad 18, seorang wirausahawan tidak dilekatkan pada pemilik
modal, tetapi dilekatkan pada orang-orang yang membutuhkan modal. Wirausahawan
akan membutuhkan dana untuk memajukan dan mewujudkan inovasinya. Pada masa itu
dibedakan antara pemilik modal dan wirausahawan sebagai seorang penemu. Sedangkan
di abad 19 dan akhir 20, Wirausahawan didefinisikan sebagai seseorang yang
mengorganisasikan dan mengatur perusahaan untuk meningkatkan pertambahan nilai
personal. Pada abad 20, inovasi melekat erat pada wirausahawan di masa sekarang.
Di Indonesia kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah atau
perguruan tinggi. Dilandasi dengan terbitnya Inpres no.4 tahun 1995 tentang Gerakan
Nasional memasyarakatkan dan membudayakan Kewirausahaan.

Anda mungkin juga menyukai