Anda di halaman 1dari 11

BAB I ISU DAN TREN KEWIRAUSAHAAN

Capaian Pembelajaran
Setelah membaca dan mengkaji bab ini, pembaca akan mampu:

 Memahami dan menjelaskan pentingnya mata kuliah kewirausahaan di


Perguruan Tinggi dan perannya dalam pembangunan

 Memahami dan menjelaskan tentang peluang dan tantangan mahasiswa di


era global,

 Pentingnya minat dan memilih karir berwirausaha

DAFTAR ISI

BAB I ISU DAN TREN KEWIRAUSAHAAN ........................................................ 1


Capaian Pembelajaran ........................................................................................ 1
A. Kewirausahaan dan Pembangunan ........................................................... 2
B. Peluang dan tantangan mahasiswa di era global ................................... 4
C. Pentingnya minat dan memilih karir berwirausaha ................................ 5
D. Pendidikan Kewirausahaan di perguruan tinggi ...................................... 6
E. Latihan Soal ................................................................................................ 11

1|Isu dan Tren Kewirausahaan


A. Kewirausahaan dan Pembangunan

Pemerintah telah mengeluarkan Instruksi


Apabila sebuah negara Presiden Nomor 4 Tahun 1995 tentang
ingin menjadi negara
Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan
maju, minimal sejumlah
2% dari prosentase Membudayakan Kewirausahaan. Instruksi
keseluruhan penduduk di ini mengamanatkan kepada seluruh
negara tersebut harus masyarakat dan bangsa Indonesia untuk
menjadi wirausahawan
mengembangkan program-program
kewirausahaan. Pemerintah menyadari
bahwa dunia usaha merupakan tulang punggung perekonomian nasional, sehingga
harus diupayakan untuk ditingkatkan secara terus menerus.

Melalui gerakan ini diharapkan budaya kewirausahaan akan menjadi bagian dari etos
kerja masyarakat dan bangsa Indonesia, sehingga dapat melahirkan wirausahawan-
wirausahawan baru yang handal, tangguh, dan mandiri. Hal ini sangat penting
mengingat bahwa aktivitas kewirausahaan tidak hanya berada dalam tataran micro-
economy, melainkan masuk juga pada tataran macro-economy.

David McCleland (1961) mengemukakan bahwa apabila sebuah negara ingin menjadi
negara maju, minimal sejumlah 2% dari prosentase keseluruhan penduduk di negara
tersebut harus menjadi wirausahawan. Indonesia sendiri sampai 2019 ini menurut
sebuah riset jumlah penduduk yang menjadi wirausahawan masih belum mencapai
angka 2%, maka tidaklah mengherankan apabila saat ini kondisi perekonomian
Indonesia tertinggal jauh dari negara tetangga, yaitu Singapura yang memiliki
prosentase wirausaha sebesar 7%, Malaysia 5%, China 10%, apalagi jika harus
dibandingkan dengan negara adidaya Amerika Serikat yang hampir 13%
penduduknya menjadi wirausahawan.

Hal Inilah yang mendasari pentingnya ditumbuh kembangkan pengetahuan


kewirausahaan, untuk membangkitkan motivasi masyarakat Indonesia khususnya
generasi muda atau mahasiswa untuk ikut menciptakan lapangan kerja dengan
berwirausaha, tidak hanya menjadi pencari kerja (job seeking). Dengan dilandasi
semangat nasionalisme bahwa bangsa Indonesia harus mampu bersaing dikancah

2|Isu dan Tren Kewirausahaan


perekonomian dunia, untuk meningkatkan kualitas nilai dirinya dan mencetuskan ide-
ide kreatif dalam bidang kewirausahaan yang berdaya saing tinggi.

Schumpeter (1934) mengemukakan bahwa wirausaha atau entrepreneur


merupakan seseorang yang menggerakkan perekonomian masyarakat untuk maju
ke depan, mencakup mereka yang mengambil risiko, mengkoordinasi penanaman
modal atau sarana produksi, yang mengenalkan fungsi faktor produksi baru atau
yang mempunyai respon kreatif dan inovatif. Proses perkembangan ekonomi
menurut Schumpeter, faktor utama yang menyebabkan perkembangan ekonomi
adalah proses inovasi dan pelakunya adalah para innovator atau entrepreneur
(wiraswasta). Kemajuan ekonomi suatu masyarakat hanya bisa diterapkan dengan
adanya inovasi oleh para entrepreneur. Dan kemajuan ekonomi tersebut diartikan
sebagai peningkatan output total masyarakat.

Dalam membahas perkembangan ekonomi, Schumpeter membedakan pengertian


pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi walaupun keduanya merupakan
sumber peningkatan output masyarakat. Menurut Schumpeter pertumbuhan
ekonomi adalah peningkatan output masyarakat yang disebabkan oleh semakin
banyaknya jumlah faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi
masyarakat tanpa adanya perubahan “teknologi” produksi itu sendiri. Misalnya
kenaikan out put yang disebabkan oleh pertumbuhan stok modal tanpa perubahan
teknologi produksi yang lama.

Sedangkan pembangunan ekonomi adalah kenaikan out put yang disebabkan oleh
inovasi yang dilakukan oleh para wiraswasta. Inovasi ini berarti perbaikan “teknologi”
dalam arti luar, miasalnya penemuan produk baru, pembukaan pasar baru dsb.
Inovasi tersebut menyangkut perbaikan kuantitatif dari system ekonomi itu sendiri
yang bersumber dari kreatifitas para wiraswastanya. Pembangunan ekonomi berawal
pada suatu lingkungan social, polotik, dan teknologi yang menunjang kreatifitas para
wiraswastanya. Adanya lingkungan yang menunjang kreatifitas akan menimbulkan
beberapa wiraswasta perintis yang mencoba menerapkan ide-ide baru dalam
kehidupan ekonomi.

3|Isu dan Tren Kewirausahaan


B. Peluang dan tantangan mahasiswa di era global

Pertanyaan ini sekilas singkat, namun


Kemana Anda setelah
Lulus kuliah? berdasarkan riset yang dilakukan oleh
Asnadi (2005) terhadap 5 perguruan tinggi
negeri di Indonesia ditemukan bahwa hampir 75 persen responden (mahasiswa)
tidak memiliki rencana yang jelas setelah lulus. Hal ini tidaklah mengherankan jika
setiap tahunnya akan selalu muncul pengangguran terdidik di Indonesia yang
angkanya semakin membludak. Sakernas (2010) mengemukakan fenomena ironis
yang muncul di dunia pendidikan Indonesia dimana semakin tinggi pendidikan
seseorang, probabilitas atau kemungkinan menjadi pengangguran semakin tinggi.
Salah satu upaya dalam mengurangi tingkat pengangguran terdidik di Indonesia
adalah dengan menciptakan lulusan-lulusan yang tidak hanya memiliki orientasi
sebagai job seeker namun job maker atau yang kita sebut wirausaha.

Penciptaan lulusan perguruan tinggi yang menjadi seorang wirausahawan tidak serta
merta mudah untuk dilaksanakan. Kalangan terdidik cenderung menghindari pilihan
profesi ini karena preferensi mereka terhadap pekerjaan kantoran lebih tinggi.
Preferensi yang lebih tinggi didasarkan pada perhitungan biaya yang telah mereka
keluarkan selama menempuh pendidikan dan mengharapkan tingkat pengembalian
(rate of return) yang sebanding. Pilihan status pekerjaan utama para lulusan
perguruan tinggi adalah sebagai karyawan, dalam artian bekerja pada orang lain atau
instansi atau perusahaan secara tetap dengan menerima upah atau gaji secara rutin
seperti Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan lainnya. Meskipun setiap tahun pemerintah
membuka pendaftaran menjadi PNS, namun tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian
besar dari mereka yang mendaftar mengalami kekecewaan karena tidak
berhasil lulus.

4|Isu dan Tren Kewirausahaan


C. Pentingnya minat dan memilih karir berwirausaha

Keterbatasan terserapnya lulusan perguruan


Ketersediaan
kesempatan kerja tinggi di sektor pemerintah menyebabkan
tidak sebanding perhatian beralih pada peluang bekerja pada
dengan jumlah sektor swasta, namun beratnya persyaratan
Lulusan
yang ditetapkan terkadang membuat peluang
untuk bekerja di sektor swasta juga semakin
terbatas. Satu-satunya peluang yang masih sangat besar adalah bekerja dengan
memulai usaha mandiri. Hanya saja, jarang ditemukan seseorang sarjana yang ingin
mengawali kehidupannya setelah lulus dari perguruan tinggi dengan memulai
mendirikan usaha. Kecenderungan yang demikian, berakibat pada tingginya residu
angkatan kerja berupa pengangguran terdidik. Jumlah lulusan perguruan tinggi
dalam setiap tahun semakin meningkat. Kondisi ini tidak sebanding dengan
peningkatan ketersediaan kesempatan kerja yang akan menampung mereka.

Menurut Ilik (2010), terdapat keuntungan dan kerugian ketika seseorang mengambil
pilihan menjadi seorang wirausahawa, keuntungan tersebut dintaranya:

1. Otonomi. Pengelolaan yang bebas dan tidak terikat membuat wirausaha


memposisikan seseorang menjadi “bos” yang memiliki kehendak terhadap
kontrol bisnisnya. Hal ini juga didukung dengan pendapat Robert T. Kiyosaki
yang menyatakan bahwa pada dasarnya perspektif menjadi seorang wirausaha
adalah pilihan karena mencari sebuah kebebasan.
2. Tantangan awal dan perasaan motif berprestasi peluang untuk
mengembangkan
3. konsep usaha yang dapat menghasilkan keuntungan sangat memotivasi
wirausaha.
4. Kontrol finansial (pengawasan keuangan). Bebas dalam mengelola
keuangan, dan merasa kekayaan sebagai milik sendiri.
5. Memiliki legitimasi moral yang kuat untuk mewujudkan kesejahteraan
dan menciptakan kesempatan kerja. Hal ini dikarenakan target entrepreneur
adalah masyarakat kelas menengah dan bawah, maka entrepreneur memiliki
peran penting dalam proses trickling down effect.

5|Isu dan Tren Kewirausahaan


Namun disamping keuntungan juga terdapat kerugian kewirausahaan,
diantaranya:

1. Pengorbanan personal.
Pada awalnya, wirausaha harus bekerja dengan waktu yang lama dan sibuk.
Sedikit sekali waktu untuk kepentingan keluarga, rekreasi. Hampir semua waktu
dihabiskan untuk kegiatan bisnis.
2. Beban tanggung jawab.
Wirausaha harus mengelola semua fungsi bisnis, baik pemasaran, keuangan,
personil maupun pengadaan dan pelatihan.
3. Kecilnya marjin keuntungan dan kemungkinan gagal.
Karena wirausaha menggunakan keuntungan yang kecil dan keuangan milik
sendiri, maka marjin laba/keuntungan yang diperoleh akan relatif kecil dan
kemungkinan gagal juga ada.

D. Pendidikan Kewirausahaan di perguruan tinggi

Aapakah kewirausahaan dapat dipelajari? Sebagian ahli menyatakan bahwa


kewirausahaan tidak dapat diajarkan melainkan bawaan lahir/bakat. Namun, Drucker
(1985) dan Gorman dan Halon (1997) dalam Henderson dan Roberson (2000)
menyatakan bahwa kewirausahaan dapat diajarkan dan didorong melalui berbagai
program Pendidikan kewirausahaan. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Kruegar dsn
Brazeal (1994); Kourilsky dan Walstad (1988); bahwa Pendidikan kewirausahaan
yang disampaikan melalui metode pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan
pengetahuan bisnis dan mengembangkan karakteristik wirausaha yang pada
gilirannya akan merintis usaha baru. Pendapat senada diutarakan Sularto (2010)
dalam Wibowo (2011) bahwa kewirausahaan itu bisa diajarkan lewat sistem
terstruktur misalnya melalui institusi atau lembaga pendidikan.

6|Isu dan Tren Kewirausahaan


Pengembangan pendidikan kewirausahaan
Pendidikanan
Kewirausahaan merupakan salah satu program Kementerian
diarahkan kepada Pendidikan Nasional yang pada intinya adalah
pencapaian tiga pengembangan metodologi pendidikan yang
kompetensi, yaitu
bertujuan untuk membangun manusia yang
penanaman karakter
Kewirausahaan, berjiwa kreatif, inovatif, sportif dan wirausaha.
pemahaman konsep Program ini ditindaklanjuti dengan upaya
Kewirausahaan dan mengintegrasikan metodologi pembelajaran,
penguasaan skill pendidikan karakter, pendidikan ekonomi
Kewirausahaan
kreatif, dan pendidikan kewirausahaan ke
dalam kurikulum. Untuk membangun semangat
kewirausahaan dan memperbanyak wirausahawan. Namun demikian, kenyataan di
lapangan menunjukkan bahwa sistem pembelajaran saat ini belum sepenuhnya
secara efektif membangun peserta didik memiliki akhlak mulia dan karakter bangsa
termasuk karakter wirausaha. Hal ini antara lain ditunjukkan dengan jumlah
pengangguran yang relatif tinggi, jumlah wirausaha yang masih relatif sedikit, dan
terjadinya degradasi moral.

Berdasarkan kenyataan yang ada, pendidikan kewirausahaan di Indonesia masih


kurang memperoleh perhatian yang cukup memadai, baik oleh dunia pendidikan
maupun masyarakat. Banyak pendidik yang kurang memperhatikan penumbuhan
karakter dan perilaku wirausaha peserta didik, baik di sekolah-sekolah kejuruan,
maupun di pendidikan profesional. Orientasi mereka, pada umumnya hanya pada
menyiapkan tenaga kerja. Untuk itu, perlu dicari penyelesaiannya, bagaimana
pendidikan dapat berperan untuk mengubah manusia menjadi manusia yang memiliki
karakter dan atau perilaku wirausaha.

Untuk mencapai hal tersebut bekal apa yang perlu diberikan kepada peserta didik
agar memiliki karakter dan atau perilaku wirausaha yang tangguh, sehingga nantinya
akan dapat menjadi manusia yang jika bekerja di kantor akan menjadi tenaga kerja
yang mandiri kerja dan jika tidak bekerja di kantor akan menjadi manusia yang
mampu menciptakan lapangan perkerjaan minimal bagi dirinya sendiri.

7|Isu dan Tren Kewirausahaan


Pusat Kurikulum (2010:41) lebih lanjut mengungkapkan kebijakan untuk
menanggulangi masalah ini terutama masalah yang terkait dengan pendidikan
kewirausahaan antara lain dapat dilakukan dengan cara:

(a) menanamkan pendidikan kewirausahaan ke dalam semua mata pelajaran,


bahan ajar, ekstrakurikuler, dan kegiatan pengembangan diri,

(b) mengembangkan kurikulum pendidikan yang memberikan muatan


pendidikan kewirausahaan yang mampu meningkatkan pemahaman
tentang kewirausahaan, menumbuhkan karakter dan keterampilan
berwirausaha, dan

(c) menumbuhkan budaya berwirausaha di lingkungan sekolah.

Hal ini dapat dilihat dari framework dibawah ini:

Gb. 1.1 Pengintegrasian pendidikan kewirausahaan

Pendidikan kewirausahaan diharapkan mampu membentuk karakter wirausaha yang


mantap dalam diri peserta didik. Selain itu, pendidikanan kewirausahaan juga

8|Isu dan Tren Kewirausahaan


diharapkan dapat membentuk peserta didik yang terampil dalam
mengimplementasikan ide-ide kreatif yang keluar dari karakter entrepreneur.

Pembelajaran entrepreneurship diarahkan kepada pencapaian tiga kompetensi, yaitu


penanaman karakter entrepreneurship, pemahaman konsep entrepreneurship dan
penguasaan skill entrepreneurship. Oleh karena itu model pembelajaran
entrepreneurship hendaknya dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk aktif dalam menginternalisasikan nilai-nilai entrepreneurship melalui
pelaksanaan tugas-tugas mandiri.

Ciputra memperkenalkan siklus belajar entrepreneurship yang memiliki lima fase


(Http:www.ciputra.0rg...20Training.pdf) antara lain:

Pertama, fase exploring, adalah fase mencari dan mengumpulkan informasi


sebanyak-banyaknya. Cara yang bisa dilakukan ialah dengan mengajak
peserta didik melakukan penelitian atau pengamatan terhadap peluang pasar.
Dalam tahap ini peserta didik hendaknya menggunakan prinsip-prinsip ilmiah
agar hasilnya akurat sehingga dapat dijadikan landasan untuk melaksanakan
fase selanjutnya.

Kedua fase planning, yaitu membuat perencanaan dengan mencurahkan ide


dan gagasan peserta didik. Peserta didik praktik langsung membuat rencana
dan menciptakan sistem kerja dengan memerhatikan hasil eksploring. Dalam
fase ini peserta didik dituntut kreativitasnya dalam memikirkan ide.

Fase yang ketiga ialah producing, yaitu fase menimbulkan manfaat atau faedah
baru. Pada tahap ini peserta didik berinovasi dengan membuat penemuan
baru, pengembangan, penggandaan, atau sintesis. Peserta didik juga berlatih
untuk mengelola konsekuensi (resiko) yang akan dihadapi.

Fase keempat ialah fase communicating, atau marketing. Yaitu fase peserta
didik melakukan sosialisasi untuk menarik minat pelanggan atas produk/jasa
yang telah dibuat. Caranya dengan melakukan promosi ke masyarakat.
Sekolah dapat mengadakan pameran atas hasil karya peserta didik dengan
cara mengundang masyarakat ke sekolah.

Yang kelima adalah fase reflecting, yaitu fase untuk mencari sisi kelebihan dan
kerugian atas proses yang telah dilewati dan mengambil kesimpulannya.

9|Isu dan Tren Kewirausahaan


Peserta didik praktik mengevaluasi dari awal kegiatan sampai hasil yang
diperoleh.

Fase-fase dalam siklus pembelajaran entrepreneurship tersebut dapat dilihat seperti


pada gambar dibawah ini:

Gb. 1.2 Entrepreneurship Learning Cycles

Sumber:Http:www.ciputra.0rg...20Training.pdf

Siklus belajar tersebut dapat mengantarkan peserta didik pada proses berfikir dan
berbuat. Konsep belajar tersebut berbentuk siklus sehingga akan ada peningkatan
kualitas belajar secara berkelanjutan. Dengan kata lain, semakin sering dilakukan
maka akan semakin meningkatkan pemahaman, melahirkan keahlian, dan
memperkuat karakter.

10 | I s u d a n T r e n K e w i r a u s a h a a n
E. Latihan Soal

Jelaskan keterkaitan antara kewirausahaan dengan pembangunan ekonomi di sebuah


bangsa!

Apa yang menjadi target capaian pembelajaran kewirausahaan di perguruan tinggi?

Jelaskan fase-fase pembelajaran kewirausahaan!

Jelaskan siklus belajar yang ada dalam konsep belajar kewirausahaan!

Jelaskan pentingnya minat dan memilih karir menjadi wirausaha!

11 | I s u d a n T r e n K e w i r a u s a h a a n

Anda mungkin juga menyukai