Capaian Pembelajaran
Setelah membaca dan mengkaji bab ini, pembaca akan mampu:
DAFTAR ISI
Melalui gerakan ini diharapkan budaya kewirausahaan akan menjadi bagian dari etos
kerja masyarakat dan bangsa Indonesia, sehingga dapat melahirkan wirausahawan-
wirausahawan baru yang handal, tangguh, dan mandiri. Hal ini sangat penting
mengingat bahwa aktivitas kewirausahaan tidak hanya berada dalam tataran micro-
economy, melainkan masuk juga pada tataran macro-economy.
David McCleland (1961) mengemukakan bahwa apabila sebuah negara ingin menjadi
negara maju, minimal sejumlah 2% dari prosentase keseluruhan penduduk di negara
tersebut harus menjadi wirausahawan. Indonesia sendiri sampai 2019 ini menurut
sebuah riset jumlah penduduk yang menjadi wirausahawan masih belum mencapai
angka 2%, maka tidaklah mengherankan apabila saat ini kondisi perekonomian
Indonesia tertinggal jauh dari negara tetangga, yaitu Singapura yang memiliki
prosentase wirausaha sebesar 7%, Malaysia 5%, China 10%, apalagi jika harus
dibandingkan dengan negara adidaya Amerika Serikat yang hampir 13%
penduduknya menjadi wirausahawan.
Sedangkan pembangunan ekonomi adalah kenaikan out put yang disebabkan oleh
inovasi yang dilakukan oleh para wiraswasta. Inovasi ini berarti perbaikan “teknologi”
dalam arti luar, miasalnya penemuan produk baru, pembukaan pasar baru dsb.
Inovasi tersebut menyangkut perbaikan kuantitatif dari system ekonomi itu sendiri
yang bersumber dari kreatifitas para wiraswastanya. Pembangunan ekonomi berawal
pada suatu lingkungan social, polotik, dan teknologi yang menunjang kreatifitas para
wiraswastanya. Adanya lingkungan yang menunjang kreatifitas akan menimbulkan
beberapa wiraswasta perintis yang mencoba menerapkan ide-ide baru dalam
kehidupan ekonomi.
Penciptaan lulusan perguruan tinggi yang menjadi seorang wirausahawan tidak serta
merta mudah untuk dilaksanakan. Kalangan terdidik cenderung menghindari pilihan
profesi ini karena preferensi mereka terhadap pekerjaan kantoran lebih tinggi.
Preferensi yang lebih tinggi didasarkan pada perhitungan biaya yang telah mereka
keluarkan selama menempuh pendidikan dan mengharapkan tingkat pengembalian
(rate of return) yang sebanding. Pilihan status pekerjaan utama para lulusan
perguruan tinggi adalah sebagai karyawan, dalam artian bekerja pada orang lain atau
instansi atau perusahaan secara tetap dengan menerima upah atau gaji secara rutin
seperti Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan lainnya. Meskipun setiap tahun pemerintah
membuka pendaftaran menjadi PNS, namun tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian
besar dari mereka yang mendaftar mengalami kekecewaan karena tidak
berhasil lulus.
Menurut Ilik (2010), terdapat keuntungan dan kerugian ketika seseorang mengambil
pilihan menjadi seorang wirausahawa, keuntungan tersebut dintaranya:
1. Pengorbanan personal.
Pada awalnya, wirausaha harus bekerja dengan waktu yang lama dan sibuk.
Sedikit sekali waktu untuk kepentingan keluarga, rekreasi. Hampir semua waktu
dihabiskan untuk kegiatan bisnis.
2. Beban tanggung jawab.
Wirausaha harus mengelola semua fungsi bisnis, baik pemasaran, keuangan,
personil maupun pengadaan dan pelatihan.
3. Kecilnya marjin keuntungan dan kemungkinan gagal.
Karena wirausaha menggunakan keuntungan yang kecil dan keuangan milik
sendiri, maka marjin laba/keuntungan yang diperoleh akan relatif kecil dan
kemungkinan gagal juga ada.
Untuk mencapai hal tersebut bekal apa yang perlu diberikan kepada peserta didik
agar memiliki karakter dan atau perilaku wirausaha yang tangguh, sehingga nantinya
akan dapat menjadi manusia yang jika bekerja di kantor akan menjadi tenaga kerja
yang mandiri kerja dan jika tidak bekerja di kantor akan menjadi manusia yang
mampu menciptakan lapangan perkerjaan minimal bagi dirinya sendiri.
Fase yang ketiga ialah producing, yaitu fase menimbulkan manfaat atau faedah
baru. Pada tahap ini peserta didik berinovasi dengan membuat penemuan
baru, pengembangan, penggandaan, atau sintesis. Peserta didik juga berlatih
untuk mengelola konsekuensi (resiko) yang akan dihadapi.
Fase keempat ialah fase communicating, atau marketing. Yaitu fase peserta
didik melakukan sosialisasi untuk menarik minat pelanggan atas produk/jasa
yang telah dibuat. Caranya dengan melakukan promosi ke masyarakat.
Sekolah dapat mengadakan pameran atas hasil karya peserta didik dengan
cara mengundang masyarakat ke sekolah.
Yang kelima adalah fase reflecting, yaitu fase untuk mencari sisi kelebihan dan
kerugian atas proses yang telah dilewati dan mengambil kesimpulannya.
Sumber:Http:www.ciputra.0rg...20Training.pdf
Siklus belajar tersebut dapat mengantarkan peserta didik pada proses berfikir dan
berbuat. Konsep belajar tersebut berbentuk siklus sehingga akan ada peningkatan
kualitas belajar secara berkelanjutan. Dengan kata lain, semakin sering dilakukan
maka akan semakin meningkatkan pemahaman, melahirkan keahlian, dan
memperkuat karakter.
10 | I s u d a n T r e n K e w i r a u s a h a a n
E. Latihan Soal
11 | I s u d a n T r e n K e w i r a u s a h a a n