Anda di halaman 1dari 8

Irfan Kurniawan/041205145

TUGAS 1
1. Kewirausahaan merupakan salah satu multi disiplin ilmu yang memerlukan berbagai
pendekatan dalam memahaminya.
Apa yang Anda ketahui mengenai pendekatan makro dalam pemikiran kewirausahaan?
Berikan contoh kasus dari pendekatan makro. (SKOR 35)

2. Dalam memahami entrepreneurship, terdapat beberapa sumber informasi yang


diperlukan.
Menurut Anda sumber informasi apa saja yang diperlukan dalam memahami
entrepreneurship? Berikan contohnya. (SKOR 30)

3. Di Era pandemi, usaha kecil masih cukup bertahan namun tetap harus memperhatikan
koridor yang sesuai.
Menurut Anda bagaimana koridor yang sesuai bagi usaha kecil? Berikan penjelasan
dan
contoh kasusnya. (SKOR 35)
Jawab:
1. Secara makro, kewirausahaan berperan sebagai penggerak, pengendali,
dan pemacu perekonomian suatu bangsa. Di amerika serikat, eropa barat, dan
negara-negara di asia, kewirausahaan menjadi kekuatan ekonomi negara. Negara
negara itu akhirnya menjadi kekuatan ekonomi dunia yang kaya dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi. Hasil-hasil dari
penemuan ilmiah, penelitian, dan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi rekayasa telah menghasilkan kreasi-kreasi baru dalam produk barang
dan jasa-jasa yang berskala global, yang merupakan hasil dari proses dinamis
wirausaha yang dinamis. Bahkan para wirausahawan yang berhasil menciptakan
lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Peranan wirausaha
melalui usaha kecilnya tidak diragukan lagi, karena ;
a. Usaha kecil dapat memperkokoh perekonomian nasional melalui berbagai
keterkaitan usaha, seperti fungsi pemasok, fungsi produksi, fungsi
penyalur, dan pemasok bagi hasil produk-produk industri besar.
b. Usaha kecil dapat meningkatkan efisiensi ekonomi khususnya dalam
menyerap sumber daya yang ada, dapat menyerap tenaga kerja lokal,
sumber daya lokal, dan meningkatkan sumber daya manusia menjadi
wirausaha-wirausaha yang tangguh.
c. Usaha kecil dipandang sebagai sarana pendistribusian pendapatan
nasional, alat pemerataan berusaha, dan pemerataan pendapatan, karena
jumlahnya tersebar baik di perkotaan maupun di pedesaan.
Contoh pendekatan makro kewirausahaan adalah pada beberapa negara
berikut ini. Negara-negara ini telah berhasil maju dan juga berhasil dalam
meningkatkan kemakmuran rakyatnya seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan,
Singapura, Amerika Serikat, Kanada, Negara-negara Eropa Barat, Australia, Inggris,
dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan oleh karena negara-negara tersebut
memiliki banyak wirausaha. Bukti ini diperkuat lagi dengan hasil studi oleh Peter F.
Drucker dalam bukunya berjudul Innovation and Entrepreneurship yang deduktif
oleh DR. Ir. Ciputra dalam artikel beliau di SK Indopos (Sabtu, 21 Februari 2009
dan lihat juga Drucker 1994) dengan judul ‘Solusi Job Creation di Tengah Krisis
Global’ menemukan bahwa entrepreneur (wirausaha) mempunyai peran yang
besar di dalam menciptakan lapangan kerja di Amerika Serikat (AS) dalam kurun
waktu 1965-1985 sedangkan pada waktu tersebut kondisi ekonomi AS sangat
tidak menguntungkan yang disebut oleh Drucker sebagai the growth economy.
Drucker mengatakan, seperti yang dikutip oleh Ciputra (21 Februari 2009) sebagai
“ In no other peace time period has the United States created as many new jobs,
whether measured in percentage or in absolute number”
Contoh lebih detail adalah pada negara Singapura yang miskin sumber
daya alam, tetapi memperoleh pendapatan per kapita sebesar US$ 37.000 per
tahun. Dibanding dengan Indonesia yang hanya memiliki sekitar US$ 2.200 per
tahun, angka ini memberikan pesan dan kesan bahwa wirausaha sebuah profesi
mulia yang perannya untuk membangun masyarakat dan negara yang makmur
sangat jelas dan besar, khususnya bila kita mengkaji kemajuan-kemajuan yang
dicapai oleh negara-negara maju lainnya di dunia baik itu di Eropa, Amerika,
Australia dan Asia. Hal ini tak lain karena pemerintah dan rakyat telah memilih
wirausaha sebagai profesi utama yang sangat penting dan ditumbuhkembangkan
secara sengaja (intentionally).
Contoh lain pendekatan makro kewirausahaan di masa lalu yang
mengubah sejarah.
Abad 50 SM. Herbert dan Link (1988, hal 15) dalam Respati (2009) mengatakan
bahwa keberhasilan kewirausahaan di zaman pertengahan tergantung dari cara
mengatasi resiko dan hambatan kelembagaan. Memperdagangkan sumber daya
merupakan upaya untuk bertahan hidup.Abad 50 SM di Roma kuno, aktivitas
kewirausahaan meliputi fungsi pengendalian sosial, peraturan dan kelembagaan.
Aktivitas perdagangan dipandang sebagai hal yang dapat menurunkan martabat
dan dianggap mengumpulkan modal untuk kepentingan politik dan sosial.
Memupuk kekayaan pribadi bisa diterima asal tidak melibatkan partisipasi
langsung dalam proses industri dan perdagangan. Selain dari perdagangan dan
industri, generasi yang tergolong kaya mendapatkan kekayaan dari tiga sumber (1)
Kepemilikan tanah ( disewakan kepada orang lain berdasar sistem feodal pada
masa itu). (2) Hasil riba (pendapatan dari hasil bunga pinjaman). (3) Political
Payment (Uang dari harta rampasan atau bagian pajak yang ditujukan kepada
keuangan publik jatuh ke pihak swasta).
Sekitar tahun 500 M. Golongan kaya semakin rumit / dihadapkan dengan
berbagai persoalan. Adanya perselisihan antara hak untuk memiliki properti dan
pengaruh gereja dalam perekonomian agraris/pertanian di awal zaman
pertengahan. Abad pertengahan 1300-1500 M. Baumol (1990) dalam Respati
(2009) mengatakan hilangnya semangat eksploitasi kewirausahaan dan penemuan
juga terjadi di abad pertengahan (1300-1500 M) di China, yang dilakukan dengan
cara yang berbeda, yakni pada saat kerajaan mengalami kesulitan keuangan,
properti dari orang-orang kaya diambil alih oleh kerajaan. Sehingga kedudukan
sosial yang terhormat tidak bisa dilakukan melalui kewirausahaan seperti di
negara Roma. Kelompok orang-orang yang mempunyai kekayaan dan martabat
umumnya diperoleh dari penghargaan kerajaaan sebagai hasil ujian yang
diberikan kerajaan. Perubahan ini menggambarkan bahwa kepemilikan properti
dan status sosial menjadi kurang permanen dan tidak dapat diandalkan, sehingga
menghilangkan semangat untuk memupuk kekayaan/properti.
Sekitar abad 500-1000 M. De Rover (1963) dalam Respati (2009), mengatakan
pada abad pertengahan (500-1000 M) ada pandangan baru yang radikal mengenai
kewirausahaan di Eropa, dimana kepemilikan properti dan status sosial tidak
menjamin keberhasilan, karena ada perubahan bahwa kekayaan/properti dapat
diperoleh dari aktivitas militer dan perang. Untuk para pengusaha yang hidup
pada zaman ini, peluang mendapatkan sumber daya melalui permusuhan
merupakan bagian dari aktivitas kewirausahaan.
Sekitar abad 1000-1500 M. Ketenangan dan pengaruh gereja mengurangi
perkembangan perang. Aktivitas kewirausahaan berubah dan mengarah pada
bidang arsitektur, teknik dan pertanian sebagai aktivitas yang menguntungkan
untuk menumpuk properti dan kekayaan. Bersamaan dengan perubahan tersebut,
gereja melarang adanya riba dan para pengusaha mulai mencari jalan lain untuk
memperoleh peluang menumpuk kekayaan. Perkembangan semacam ini, nampak
bahwa kewirausahaan lebih bisa diterima masyarakat sebagai aktivitas ekonomi.
Mulailah perubahan kewirausahaan menuju pada aktivitas perdagangan. Ada tiga
kategori pedagang yang dianggap terhormat yakni para importir dan eksportir,
pemilik toko, produsen. Pada masa ini, banyak ahli agama terlibat menjadi pelaku
ekonomi, membantu menjauhkan monopoli, gadai, riba dan melindungi
masyarakat dari eksploitasi.
Sekitar abad tujuhbelas (Tahun 1600-an M). Aktivitas kewirausahaan terus
berkembang selama abad keenam belas dan tujuh belas. Pengetahuan dan
pengalaman membantu dalam mengatasi ketidakefisienan atau dapat
memberikan solusi baru untuk penciptaan barang dan jasa layanan. Aktivitas
perdagangan sebagai kewirausahaan juga telah lama ada di wilayah Timur Tengah
dan Timur jauh saat orang Barat menggunakan pengetahuan dan pengalaman
untuk mencari peluang. Perdagangan sudah berkembang di negara-negara Arab
akibat dari meluasnya pengaruh kerajaan Islam, para khalifah memperoleh status
terhormat karena berdagang dalam sistem etika Islam (Russel, 1945: 422). Pada
masa ini terjadi perdagangan internasional. Perdagangan internasional menjadi
alat bagi semua orang untuk keliling dunia dan mempererat persaudaraan
(Baldwin, 1959). Kondisi pada sekitar abad tujuhbelas, kewirausahaan sudah
diwarnai perdagangan. Kewirausahaan sudah menjadi bagian dari pemikiran
perekonomian klasik yang berpedoman pada ajaran/prinsip tertentu dalam
konteks sistem perekonomian yang berkembang.

Frinces, Helfin Z. 2010. Pentingnya Profesi Wirausaha di Indonesia. Jurnal


Ekonomi & Pendidikan, Volume 7 Nomor 1, April 2010. STIE Mitra Indonesia.
Yogyakarta.
Lubis, Hari. Buku Materi Pokok Kewirausahaan. 2011. Universitas Terbuka.
Tangerang Selatan.
Respati, Harianto. 2009. Sejarah Konsepsi Pemikiran Kewirausahaan. Jurnal
Ekonomi MODERNISASI. Volume 5, Nomor 3, Oktober 2009. Universitas Merdeka.
Malang.

2. Sumber Informasi dalam mempelajari entrepreneurship (kewirausahaan) dibagi


menjadi tiga jenis sumber utama yaitu 1) berbagai jenis publikasi, mulai dari yang
bersifat populer maupun ilmiah. Sebagai contohnya sebagai berikut.
a. Jurnal teknis dan profesional,
b. textbook entrepreneurship,
c. buku-buku kewirausahaan yang bersifat petunjuk praktis (how to) dan
ditulis oleh para praktii berpengalaman di lapangan,
d. biografi atau otobiografi para entrepreneur,
e. surat kabar,
f. buletin lembaga-lembaga yang kegiatannya berkaitan dengan pembinaan
usaha baru
g. proceeding konferensi tentang entrepreneurship,
h. berbagai publikasi pemerintah yang relevan.
2) Sumber informasi kedua yaitu datang dari pengamatan langsung pada
pelaku entrepreneur dan kegiatan yang mereka lakukan di lapangan.
Melalui pengamatan ini dapat dipelajari ciri, karakteristik, dan kepribadian
masing-masing entrepreneur sehingga bisa ditemukan profil entrepreneur
secara umum. Pengamatan dapat dilakukan dengan cara pengamatan
secara langsung, wawancara, dan studi kasus.
3) Sumber informasi ketiga adalah pidato, presentasi, atau seminar para
entrepreneur. Walaupun kegiatan seperti ini tidak terlalu memberikan
informasi yang mendalam mengenai entrepreneurship. Namun hal seperti
ini tetap dapat memberikan stimulasi kepada otak untuk terus mencari
informasi lain yang berkaitan dengan motivasi dan inspirasi tentang
entrepreneurship melalui sumber informasi pertama atau kedua.
Lubis, Hari. Buku Materi Pokok Kewirausahaan. 2011. Universitas Terbuka.
Tangerang Selatan.

3. Dalam menghadapi era pandemi seperti saat ini, para pengusaha kecil haruslah
mengikuti koridor faktor yang memang sesuai dengan kondisi usaha mereka agar
dapat bertahan. Berikut ini sepuluh faktor yang sesuai dengan industri kecil untuk
dapat bertahan di era pandemi.
a. Hubungan antara aspek fisik dan aspek engineering. Pengusaha kecil di era
pandemi seperti ini seharusnya sangat memperhatikan produk yang
dibuatnya haruslah semudah mungkin dan hanya memerlukan mesin atau
peralatan yang tidak terlalu rumit. Selain itu, tingkat presisi yang dibuat
hanya diantara mudah sampai sedang untuk memangkas waktu dan biaya
operasional. Hal ini berguna untuk mempercepat tercapainya titik pulang
pokok (break even point) hanya dengan kuantitas produk yang sedikit.
Contohnya, pembuatan kue lebaran yang hanya memerlukan mesin mixer
dan oven yang berharga murah dan berdaya listrik rendah untuk menekan
biaya operasional. Proses pembuatan kue lebaran juga hanya memerlukan
proses yang mudah sehingga untuk mencapai break even point tidak
memerlukan kuantitas yang banyak.
b. Produk yang memerlukan tingkat keterampilan dan ketelitian yang tinggi.
Terdapat jenis produk yang memerlukan tingkat presisi yang tinggi dalam
pembuatannya dan ada pula yang hanya memerlukan tingkat ketelitian
yang rendah hingga sedang. Sehingga di era pandemi ini yang
mengharuskan berhemat guna menekan biaya operasional, produk yang
memiliki tingkat presisi tinggi ini bisa menjadi pilihan bagi pengusaha yang
memiliki kemampuan khusus untuk mengambil peluang. Hal ini
dikarenakan biaya yang ia keluarkan hanya sebatas bahan baku untuk
membuat produknya tanpa biaya tambahan untuk karyawan. Contohnya
adalah pembuatan produk kesehatan atau herbal. Pengusaha yang
memiliki kemampuan dibidang kesehatan dapat mengambil peluang ini.
c. Produk massal berupa komponen-komponen khusus, atau produk akhir
yang bersifat khusus. Industri/perusahaan kecil di era pandemi ini dapat
lebih mengkonsentrasikan diri untuk fokus membuat komponen khusus
yang diperlukan oleh beberapa industri/perusahaan besar. Hal ini tidak
akan mampu dibuat oleh industri/perusahaan besar karena akan
memakan biaya dan waktu yang banyak. Contohnya pengusaha kopi
kemasan baik berupa kopi yang perlu digiling kembali, ataupun yang sudah
menjadi bubuk untuk menyuplai industri kuliner dan cafe yang
memerlukan berbagai jenis kopi untuk bisnis mereka.
d. Produk dibuat dalam jumlah yang kecil. Beberapa produk tertentu
memiliki ciri khas atau keunikan tertentu baik bentuk maupun bahan baku
yang digunakan. Produk unik ini biasanya hanya akan dibuat beberapa dan
terkesan eksklusif karena menampilkan keunikannya. Contoh dari produk
ini adalah para pengrajin asesoris baik berupa kayu, kaca, atau yang
lainnya. produk seperti ini hanya dibuat beberapa dan memiliki nilai jual
yang tinggi.
e. Produk yang dipengaruhi oleh lokasi dan ongkos transportasi. Produk jenis
ini merupakan produk dengan kriteria tingginya ongkos transportasi
produk, atau karena sumber bahan bakunya yang tersebar dan sulit
dipindahkan sehingga membutuhkan biaya yang sedikit mahal. Contohnya
adalah industri produk kosmetik rumahan. Apabila seorang pengusaha
memiliki kemampuan, wawasan, dan pengalaman dalam bidang kosmetik
maka bisnis seperti ini dapat dijalankan karena dapat ditangani sendiri oleh
pengusaha tersebut di era pandemi tanpa dibantu siapapun.
f. Produk dengan desain khusus, atau produk yang memerlukan inovasi
tinggi. Industri/pelaku usaha yang memiliki kemampuan atau wawasan di
bidang desainer baik berupa desainer 2D, 3D, maupun website, dapat
memanfaatkan peluang ini untuk mencari keuntungan di era pandemi.
Mereka dapat membuat berbagai produk khusus yang unik dan
menjualnya kepada pencari desain website, atau pengusaha yang lebih
besar yang memerlukan berbagai desain untuk meningkatkan pemasaran
mereka.
g. Hubungan yang dekat antar personil dalam industri kecil. Hal ini sangat
diperlukan untuk menghadapi era pandemi seperti ini karena apabila
terdapat hubungan yang erat antara pemilik dan karyawan pelayanan
kepada konsumen akan terus berjalan dengan lancar. Contohnya adalah
rumah makan skala kecil yang langsung ditangani oleh pemilik dan
beberapa karyawannya. Meskipun rumah makan tersebut berskala kecil,
namun karena kedekatan hubungan antara pemilik dan karyawan untuk
tetap melayani konsumen mereka meski di era pandemi akan membawa
dampak positif seperti meningkatnya efekifitas pelayanan dan penjagaan
kebersihan yang lebih ketat karena setiap personil saling mengingatkan.
h. Fleksibilitas operasi dan ongkos tak langsung yang rendah. Fleksibilitas
operasi yang menyesuaikan dengan permintaan serta rendahnya tingkat
birokrasi akan membuat industri/pengusaha kecil dapat bertahan di era
pandemi ini. Contohnya sebuah rumah makan yang menambah konsepnya
berupa pelayanan catering. Hal ini akan menekan ongkos tak langsung
yang sering dikeluarkan serta dapat menekan biaya bahan baku karena
fokus ketika ada permintaan saja.
i. Pelayanan yang lebih baik. Pelayanan di era pandemi ini haruslah sangat
ketat dan penuh perhatian terhadap protokol kesehatan. Hal ini
mengharuskan setiap pengusaha menerapkan pelayanan sebaik mungkin
agar tidak terjadi penularan virus. Contohnya pada sebuah cafe yang
menerapkan protokol kesehatan yang ketat namun tidak terlihat keras dan
berbeda dari cafe lainnya dalam hal menerapkan protokol kesehatan,
sehingga konsumen yang berkunjung tetap nyaman berapa di cafenya.
j. Respon yang cepat terhadap perkembangan/perubahan. Pola permintaan
produk yang selalu berubah menyebabkan perusahaan kecil sering
menghadapinya. Seperti contoh sebuah restoran. Di era pandemi seperti
sekarang setiap restoran harus mampu untuk menyajikan produk yang
memiliki kemasan yang tertutup dan dapat dinikmati di rumah.

Lubis, Hari. Buku Materi Pokok Kewirausahaan. 2011. Universitas Terbuka.


Tangerang Selatan

Anda mungkin juga menyukai